Perilaku Konsumtif Akibat Pengaruh Hedon

Perilaku Konsumtif Akibat Pengaruh Hedonisme di Kalangan
Mahasiswa Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang
---------------------------------------------------------------------------------Oleh:
Sulusy Audia Zulkha
Abstrak:
Perubahan sosial banyak mengubah struktur tatanan masyarakat sosial dan segala
sesuatu di dalamnya. Salah satu dampak perubahan sosial adalah munculnya
globalisasi. Globalisasi membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat salah
satunya adalah westernisasi sebagai sebab munculnya hedonisme. Hedonisme sendiri
merupakan suatu gaya hidup bangsa barat yang hanya mengutamakan kesenangan
terutama pada materi saja. Hedonisme inilah yang akan menimbulkan sifat konsumtif
dalam masyarakat yang salah satu korbannya adalah mahasiswa. Dalam jurnal ini
dibahas perilaku konsumtif akibat pengaruh hedonisme di kalangan mahasiswa
jurusan Geografi Universitas Negeri Malang. Metode penelitian menggunakan
metode penelitian deskriptif kuantitatif dimana peneliti memberikan kuisioner yang
berisi sejumlah pertanyaan diantaranya adalah minat belanja, intensitas belanja,
alokasi dana belanja, sumber pendapatan belanja serta barang yang sering dibeli
responden saat berbelanja. Kuisioner diberikan kepada 20 responden mahasiswa
jurusan Geografi Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak
90% responden memiliki minat belanja yang tinggi dengan intensitas belanja sedang.
Dapat diindikasikan perilaku konsumtif mahasiswa masih tergolong sedang meskipun

minat belanja mahasiswa sudah tergolong tinggi. Dalam hal ini mahasiswa lebih bijak
dalam mengatur keuangan dan lebih selektif dalam memilih barang agar perilaku
konsumtif dapat dihindarkan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------Kata Kunci: Perubahan Sosial, Hedonisme, Mahasiswa

1

Pendahuluan:
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir
yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan
yang lebih bermartabat. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini
dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan
perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui
bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada
masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada
waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada
dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap
masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi
perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain

tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang mengalami
perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Perubahan
tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau tidak
menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-perubahan
yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di samping itu ada juga perubahanperubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang berlangsung dengan cepat.
Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan
yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku
di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut Gillin perubahan sosial
adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah
diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi
penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat. Sedangkan menurut Emile Durkheim perubahan sosial terjadi sebagai
hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan
masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam
2

kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik. Tidak semua
gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai
perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciriciri antara lain: (1) Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka

mengalami perubahan baik lambat maupun cepat. (2) Perubahan yang terjadi pada
lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembagalembaga sosial lainnya. (3) Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan
terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri. (4)
Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena
keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.
Bentuk-bentuk perubahan sosial meliputi perubahan yang cepat dan
perubahan yang lambat. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat, pada
umumnya disebut dengan revolusi. Hal yang pokok dari revolusi adalah terdapatnya
perubahan yang terjadi dengan cepat, disamping itu perubahan tersebut menyangkut
dasar-dasar atau sendi-sendi pokok dari kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi
secara revolusi dapat direncanakan terlebih dahulu ataupun tidak direncanakan.
Sedangkan perubahan-perubahan sosial yang berlangsung lama dinamakan dengan
evolusi. Perubahan yang terjadi secara lambat atau evolusi, biasanya terjadi tanpa
adanya rencana dulu. Evolusi pada umumnya terjadi karena usaha-usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan kepentingan-kepentingan, keadaan-keadaan, dan
kondisi-kondisi baru yang tumbuh seiring dengan pertumbuhan masyarakat.
Rangkaian perubahan-perubahan itu tidak perlu sejalan dengan serangkaian
peristiwa-peristiwa pada sejarah masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan-perubahan pada masyarakat-masyarakat di dunia dewasa ini
merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagianbagian dunia lainnya, antara lain berkat adanya komunikasi yang modern. Penemuanpenemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dengan cepat dapat

diketahui oleh masyarakat-masyarakat lain yang jauh dari tempat tersebut. Hal ini
menyebabkan suatu perubahan sosial budaya pada masyarakat di suatu tempat. Salah
3

satu faktor yang mempengaruhi perubahan sosial adalah adanya penemuan-penemuan
baru hasil karya manusia yang disebut inovasi. Inovasi adalah suatu proses sosial dan
kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru
tersebar ke lain-lain bagian dari masyarakat dan cara-cara unsur kebudayaan baru
diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Penemuan-penemuan baru ini menimbulkan berbagai macam gejala diantaranya
adalah globalisasi. Globalisasi mengambil peran aktif di dalam perubahan sosial
budaya. Dimana karena pengaruh globalisasi ini masyarakat dapat dengan bebas
bertukar pikiran, kebudayaan, bahkan gaya hidup.
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar
manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer,
dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit. Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar
kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi
satu sama lain yang melintasi batas negara. Menurut asal katanya, kata "globalisasi"

diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman
menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku)
sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Ada yang
memandang globalisasi sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses
alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu
sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi
dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat.
Ada masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda,
penduduk dengan status sosial yang tinggi, dan masyarakat kota. Namun, ada pula
masyarakat yang sulit menerima atau bahkan menolak globalisasi seperti masyarakat
di daerah terpencil, generasi tua yang kehidupannya stagnan, dan masyarakat yang
belum siap baik fisik maupun mental. Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa
4

transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan
pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan
dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia
yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan
akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi.

Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman
transformasi sosial.
Berangkat dari perubahan sosial dan globalisasi tersebut, penulis ingin
membahas masalah yang berkaitan dengan dampak globalisasi. Salah satu dampak
globalisasi adalah adanya westernisasi. Westernisasi adalah suatu budaya barat
(kebarat-baratan) yang muncul di Indonesia karena pengaruh negatif globalisasi yang
dirasakan oleh bangsa Indonesia saat ini. Kenyataannya saat ini banyak sekali budaya
barat yang sedang populer di Indonesia, salah satunya adalah hedonisme. Hedonisme
adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi
adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pestapora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi
orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga
mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Di dalam lingkungan
penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa
nafsu yang tanpa batas. Hedonisme sudah menjadi panutan hidup, ketika kaum
hedonis menilai segala sesuatu dengan praktis dan serba cepat. Mereka sudah terjebak
dalam lingkungan kehidupan yang pragmatis dan hedonistik. Kehidupan hedonistik
menjadi segala sesuatu ukuran di nilai dari materi saja.
Ada banyak tanda ciri-ciri hedonisme sifat orang yang menganut paham
hedonisme, selama mereka masih menganggap bahwa materi adalah tujuan akhir
untuk mendapatkan kesenangan, entah dengan cara bagaimana mendapatkan materi

baik halal ataupun haram yang di larang agama. Hal ini tentu berkaitan dengan
sekulerisme yaitu aliran baru dalam gerakan perusak yang berorentasi untuk
memisahkan agama dari negara, dan menyibukkan diri dengan nafsu dunia dan
5

kesenangannya, serta menjadikan hal tersebut satu-satunya tujuan hidup. Jenis tipikal
orang yang senang memuja kesenangan materi adalah sangat berkaitan erat dengan
konsumerisme, yang berhubungan bagaimana kita mendapatkan kesenangan dunia
itu, dengan membeli materi-materi yang berlimpah, yang mungkin kita menganggap
materi itu bukan merupakan sebuah kebutuhan yang mutlak. Perilaku ini
mencerminkan perilaku konsumtif sebagai dampak adanya gejala hedonisme.
Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli
barang barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Dalam
psikologi dikenal istilah compulsive buying disorder (kecanduan belanja) orang yang
terjebak didalamnya tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan. Perilaku
konsumtif adalah tindakan konsumen membeli produk yang kurang diperlukan untuk
memuaskan kesenangan dan keinginan dari pada fungsi atau kebutuhannya. Perilaku
ini didorong oleh dominannya features emotional lain yang dijadikan identifikasi bagi
dirinya, demi pengakuan serta dilakukan tanpa berpikir realistis. Perilaku ini dapat
menimbulkan pemborosan dan infisiensi biaya, kecemasan dan rasa tidak aman,

semangat pengabdian yang menurun pada perusahaan dan masyarakat, menimbulkan
sifat permissive, mengurangi solidaritas sosial dan menimbulkan kecemburuan sosial.
Gaya perilaku konsumtif semacam ini terjadi pada hampir semua golongan lapisan
masyarakat yang memiliki pekerjaan yang berbeda. Biasanya perilaku ini didukung
oleh kekuatan finansial yang memadai. Seperti pernah penulis lihat di sebuah acara
program televisi bagaimana seorang artis ibu kota mampu menghabiskan uang
ratusan juta demi harga sebuah tas. Itu sudah menjadi pendidikan yang buruk bagi
pemirsa. Terutama anak muda yang melihat kesuksesan hanya di nilai dari benda
yang melekat di tubuh bukan sebuah proses perjuangan yang berat.
Konsumerisme yang merupakan akar jiwa seseorang untuk menjadi sifat
hedonisme malah mengajarkan bagaimana membeli barang-barang yang bukan
merupakan kebutuhan konsumen. Tidak penting apakah barang itu berguna atau
tidak, diperlukan atau tidak oleh konsumen. Realitas sosial ini yang sering
diidentifikasikan oleh Jean Baudrillard sebagai masyarakat konsumeristik penganut

6

konsumerisme. Orang yang dalam hidupnya hanya mementingkan tindakan
konsumsi, hidup tidak lain adalah konsumsi. Dalam masyarakat modern yang
konsumtif, objek-objek konsumsi yang berupa komoditi tidak lagi sekedar memiliki

manfaat (nilai guna) dan harga (nilai tukar) seperti dijelaskan oleh Marx. Lebih dari
itu objek konsumsi melambangkan status, prestise, dan kehormatan (nilai-nilai dan
nilai simbol). Nilai tanda dan nilai simbol yang berupa status, prestise, ekspresi gaya
dan gaya hidup kemewahan dan kehormatan adalah motif utama aktivitas konsumsi
masyarakat konsumen. Jadi masyarakat modern sekarang ini berperilaku konsumtif
tidak hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan saja, namun untuk meningkatkan
status diri/kehormatan. Hal ini merupakan suatu gejala hedonisme, dimana rasa
gengsi tinggi yang diperoleh dari menonjolkan merek-merek terkenal dan mahal, atau
simbol-simbol kemewahan lainnya adalah merupakan gejala umum sekarang ini.
Lihat saja di kota-kota besar saat ini semakin banyak bermunculan butik-butik atau
toko-toko pakaian dan perlengkapan lainnya yang merupakan barang impor dan
bermerek dengan harga yang cukup membuat kantong kosong. Ciri ini sangat jelas
sekali terlihat pada masyarakat Indonesia dewasa ini. Sehingga menjadikan bangsa ini
target pasar yang sangat empuk bagi perusahaan-perusahaan luar negeri untuk
mengeruk keuntungan yang sangat besar.
Dalam perkembangannya, hedonisme lebih cenderung menyerang remaja atau
dalam konteks ini mahasiswa. Karena pada masa remaja, individu itu sedang dalam
keadaan bingung mencari jati diri mereka yang sebenarnya. Hal ini sesuai dengan
teori Erickson (1902-1994) tentang identity versus identity confuse. Ketika dalam
masa pencarian itu, hedonisme datang dengan tawaran yang menggiurkan mahasiswa.

Sehingga itu akan sangat mudah mempengaruhi mereka untuk ikut melestarikannya.
Mahasiswa pada umumnya telah mempunyai kebebasan dalam menentukan suatu hal.
Kebebasan ini didapatkan karena kebanyakan orang menganggap bahwa mereka
sudah bisa menentukan suatu hal itu baik atau buruk. Konsep hidup ke depannya
biasanya juga mereka yang menentukan sendiri. Tetapi faktanya, terkadang mereka
masih belum mampu sehingga banyak sekali penyimpangan yang terjadi. Sebagian
besar mahasiswa cenderung berorientasi pada gaya hidup glamor dan bersenang-

7

senang sehingga banyak mahasiswa yang mengabaikan nilai-nilai agama, dan mereka
hanya terlibat dengan agama jika ada hal-hal tertentu saja. Dapat dikatakan
hedonisme berkaitan erat dengan perilaku konsumtif dan sekulerisme.
Permasalahan yang ingin dikaji penulis dalam jurnal ini yaitu penulis ingin
meneliti perkembangan perilaku hedonisme berkaitan dengan tingkat perilaku
konsumtif di kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan geografi Universitas
Negeri Malang. Dimana kebanyakan mahasiswa sekarang ini gaya hidupnya sudah
mengikuti gaya hidup kebarat-baratan yang dimana mereka tidak lagi hanya sebagai
seorang terpelajar yang berkewajiban menuntut ilmu namun mereka juga mengalami
perubahan diri akibat pengaruh globalisasi. Diantaranya yang dikaji penulis terkait

perilaku konsumtif akibat hedonisme yang pertama, peneliti ingin mengetahui minat
belanja dan tingkat intensitas belanja responden, yang kedua alokasi dana berkaitan
dengan penggunaan dana untuk berbelanja, yang ketiga sumber alokasi dana belanja
responden dan yang keempat sumber pendapatan alokasi dana belanja dan barang
yang sering dibelanjakan oleh responden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat perkembangan perilaku hedonisme yang berkaitan dengan perilaku konsumtif
di kalangan mahasiswa khususnya jurusan geografi Universitas Negeri Malang.
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meneliti kebiasaan mahasiswa
yang berperilaku konsumtif kaitannya dengan hedonisme di era globalisasi akibat
perubahan sosial.
Metode Penelitian dan Kajian Teori
Metode Penelitian dalam jurnal ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif dimana peneliti mendeskripsikan dasar teori yang mencakup masalah yang
dibahas yang kemudian melakukan pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel mahasiswa jurusan geografi yang
diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan
frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Penelitian di lakukan di kampus
Universitas Negeri Malang tepatnya di gedung Anggrek Jl. Veteran Kota Malang.
Teknik penelitian menggunakan kuisioner yang berisi beberapa pertanyaan yang

8

harus dijawab oleh responden yang diberikan kepada 20 responden mahasiswa
Jurusan Geografi.
Teori

yang

digunakan

dalam

penulisan

jurnal

ini

adalah

Teori

Perkembangan/Teori Linier, Teori konsumsi oleh Jean Baudrillard. Menurut teori
perkembangan/teori linier, perubahan sosial bersifat linier atau berkembang menuju
ke suatu titik tujuan tertentu. Penganut teori ini percaya bahwa perubahan sosial bisa
direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu. Masyarakat berkembang
dari tradisional menuju masyarakat kompleks modern. Bentuk perubahan sosial
menurut teori ini dapat digambarkan dari masyarakat awal yaitu masyarakat primitive
kemudian berkembang menuju masyarakat tradisional yang kemudian meningkat
menuju kepada masyarakat modern sekarang ini. Teori linier dapat dibagi menjadi
dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi. Teori evolusi melihat perubahan secara
lambat, sedangkan teori revolusi melihat perubahan secara sangat drastis. Menurut
teori evolusi bahwa masyarakat secara bertahap berkembang dari primitif, tradisional,
dan bersahaja menuju masyarakat modern. Teori ini dapat kita lihat di antaranya
dalam karya sosiolog Herbert Spencer, Emile Durkheim, dan Max Weber. Herbert
Spencer seorang sosiolog Inggris, berpendapat bahwa setiap masyarakat berkembang
melalui tahapan yang pasti. Herbert Spencer mengembangkan teori evolusi Darwin
untuk diterapkan dalam kehidupan sosial. Menurut Spencer orang-orang yang cakap
akan memenangkan perjuangan hidup, sedangkan orang-orang lemah akan tersisih
sehingga masyarakat yang akan datang hanya diisi oleh manusia-manusia tangguh
yang memenangkan perjuangan hidup. Masyarakat terbagi-bagi secara beragam atau
terjadi proses diferensiasi kerja. Teori revolusioner dapat kita lihat dalam karya Karl
Marx sebagai sosiolog. Karl Marx juga melihat masyarakat berubah secara linier,
namun bersifat revolusioner. Semula masyarakat bercorak feodal lalu berubah secara
revolusioner menjadi masyarakat kapitalis. Kemudian, berubah menjadi masyarakat
sosialis-komunis sebagai puncak perkembangan masyarakat. Max Weber berpendapat
bahwa masyarakat berubah secara linier dan masyarakat yang diliputi oleh pemikiran
mistik menuju masyarakat yang rasional. Terjadi perubahan dari masyarakat

9

tradisional yang berorientasi pada tradisi turun-temurun menuju masyarakat modern
yang rasional.
Teori konsumsi oleh Jean Baudrillard menyatakan masyarakat modern adalah
masyarakat konsumtif. Masyarakat yang terus menerus berkonsumsi. Namun
konsumsi yang dilakukan bukan lagi sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhankebutuhan dasar dan fungsional manusia. Masyarakat tidak cukup hanya
mengkonsumsi “sandang, pangan, papan” saja untuk bisa bertahan hidup. Walaupun
secara biologis terpenuhinya kebutuhan makanan dan pakaian telah cukup, namun
dalam tatanan pergaulan sosial dengan sesama manusia lainnya, manusia modern
harus mengkonsumsi lebih daripada itu. Bisa dikatakan bahwa masyarakat modern
sekarang hidup dalam budaya konsumen. Sebagai suatu budaya, konsumsi
mempengaruhi

kehidupan

sehari-hari

dan

menstruktur

praktek

keseharian

masyarakat. Nilai-nilai, pemaknaan dan harga dari segala sesuatu yang dikonsumsi
menjadi semakin penting dalam pengalaman personal dan kehidupan sosial
masyarakat. Konsumsi telah terinternalisasi dalam rasionalitas berpikir masyarakat
dan teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Secara nyata dapat dilihat dan
dibuktikan bagaimana rasionalitas konsumsi telah beroperasi pada masyarakat
berbudaya konsumtif. Setiap harinya, sekian banyak waktu biasa dihabiskan untuk
berkonsumsi, berpikir tentang apa yang dikonsumsi dan menyiapkan apa yang akan
dikonsumsi. Sebagian besar orang merasa memerlukan pekerjaan untuk bisa
berkonsumsi, melanjutkan pendidikan demi bisa berkonsumsi lebih baik, menilai
orang lain dengan apa-apa yang dikonsumsinya, menunjukkan identitas diri dengan
benda-benda konsumsi, berafiliasi dengan orang lain berdasarkan keterikatan pada
benda konsumsi, dan seterusnya. Bentuk sosialisasi dan afiliasi masyarakat saat ini,
terutama di sekolah, di kampus dan di kantor, sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh
pola konsumsi. Keinginan untuk bisa masuk dalam pergaulan sosial, tidak ingin
dianggap aneh atau berbeda, tidak mengalami penolakan, bisa bertahan dan bahkan
berupaya menunjukkan eksistensi diri dalam pergaulan tersebut membuat orang
berupaya menjaga conformity–keselarasan. Orang berusaha mengikuti arus pergaulan,

10

dan selalu takut dianggap ’tidak gaul’, ’kuno’, ’katro’, atau ’ndeso’(Hapsari, 2005).
Faktor tersebut mendorong pola konsumsi masyarakat. Untuk bisa masuk dalam
’pergaulan yang luas’, orang harus punya modal, minimal pengetahuan tentang
barang-barang konsumsi. Terlebih lagi jika memilki banyak pengalaman konsumtif,
tentu saja itu akan meningkatkan nilai orang tersebut dimata orang-orang di
sekitarnya.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari hasil penelitian ini dilakukan analisis setiap pertanyaan. Yang pertama
mengenai minat belanja dan intensitas belanja responden. Hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 16 (80%) responden menjawab iya, dan sebanyak 4 (20%)
responden / partisipan menjawab tidak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa partisipan
memiliki minat untuk belanja yang bisa dikatakan tinggi. Sedangkan untuk intensitas
belanja responden, sebanyak 18 (90%) responden menjawab tidak tentu dan sisanya
sebanyak 2 (10%) responden menjawab setiap bulan berbelanja. Untuk tingkat
intensitas belanja ini, masih belum dapat diprediksi karena sebagian besar responden
kebanyakan berbelanja hanya karena memenuhi kebutuhan saja. Hal ini menunjukkan
minat belanja responden dan tingkat intensitas belanja responden berbanding terbalik.
Dimana jika minat belanja responden semakin tinggi maka tingkat intensitas belanja
semakin tidak menentu/tidak dapat diprediksi. Hal ini dikarenakan tiap-tiap
responden tidak memiliki rencana belanja yang pasti setiap bulannya. Dapat
dikatakan virus hedonisme mulai menyerang tiap-tiap mahasiswa, yang mana
perilaku konsumtif (minat belanja) semakin tinggi, namun untuk tingkat intensitas
belanja masih kurang. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor diantaranya adalah
faktor ekonomi keluarga yang tidak mencukupi. Bisa saja responden adalah seorang
anak dari keluarga yang kurang mampu sehingga kurang dapat mendukung minat
belanjanya (perilaku konsumtif).
Yang kedua mengenai alokasi dana yang dikhususkan untuk belanja oleh
responden. Hasil penelitian adalah sebanyak 11 (55%) responden menjawab iya dan 9

11

(45%) responden menjawab tidak. Dapat dikatakan responden mengalokasikan
sejumlah dana setiap bulan untuk berbelanja. Hal ini dapat disimpulkan tingkat
konsumerisme sebagian mahasiswa berada pada tingkat sedang, karena semakin
banyak atau semakin tinggi faktor pendukung konsumerisme, maka perilaku
konsumerisme akan semakin tinggi. Alokasi dana belanja ini juga bergantung dari
ekonomi keluarga responden yang dapat mendukung terlaksananya aktivitas belanja
responden.
Yang ketiga mengenai jumlah alokasi dana setiap bulan untuk belanja oleh
responden. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 14 (70%) partisipan menjawab
alokasi dana untuk belanja setiap bulan kurang dari 150 ribu dan sebanyak 6 (30%)
menjawab alokasi dana lebih dari 150 ribu perbulannya. Dalam hal ini tingkat
pengeluaran biaya untuk berbelanja masih belum begitu tinggi namun minat belanja
partisipan sudah tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan tiap-tiap responden memiliki
uang saku yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat
disimpulkan responden yang memiliki keluarga dengan tingkat ekonomi yang
mapanlah yang dapat melaksanakan perilaku konsumtifnya dengan alokasi dana yang
lebih banyak.
Dan yang keempat Mengenai sumber alokasi untuk berbelanja dan barang
yang sering dibeli responden saat berbelanja. Sebanyak 16 (80%) responden
menjawab sumber alokasi dana mereka berasal dari uang jatah bulanan pemberian
orang tua, dan sisanya sebanyak 4 (20%) responden menjawab alokasi dana belanja
berasal dari hasil kerja responden/mahasiswa itu sendiri. Dalam hal ini,
ketergantungan mahasiswa terhadap orang tua masih tinggi sehingga mengakibatkan
rasa manja yang timbul dari dalam diri mahasiswa. Karena berawalnya hedonisme
disebabkan munculnya rasa nikmat atau rasa senang dalam diri seseorang. Hal ini
menyebabkan hedonisme semakin berkembang dalam dunia mahasiswa. Mahasiswa
banyak dipengaruhi berbagai faktor dimana mahasiswa sebagai obyek dari perubahan
sosial semakin terpengaruh dengan keadaan sekitar / lingkungan mereka. Untuk
barang-barang yang sering dibeli saat berbelanja responden menjawab sebanyak 11

12

(55%) responden berbelanja sesuai kebutuhan mereka, ada yang berbelanja keperluan
kuliah, belanja laptop/PC, dan belanja keperluan lainnya. Sedangkan sisanya
sebanyak 9 (45%) responden yang kebanyakan adalah mahasiswa perempuan
menjawab sering membeli baju / fashion saat berbelanja. Hal ini merupakan salah
satu indikator mahasiswa sudah terserang virus hedonisme diantaranya senang
dengan kehidupan glamour dengan membelanjakan keperluan yang tidak terlalu
penting. Salah satunya adalah belanja pakaian yang dimana mode pakaian ini
semakin bervariasi dengan berkembangnya zaman. Hal ini berkaitan dengan teori
konsumsi Jean P. Baudrillard dimana orang mengkonsumsi bukan karena suatu
kebutuhan namun karena ingin meningkatkan eksistensi diri dalam masyarakat.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan minat belanja mahasiswa tergolong
tinggi dengan intensitas belanja sedang dan jumlah alokasi dana untuk berbelanja
masih tergolong sedang. Untuk barang yang dibelanjakan setiap mahasiwa tidak sama
tergantung kebutuhan masing-masing. Sedangkan untuk sumber alokasi dana
sebagian besar mahasiswa masih bergantung pada orang tua. Hal ini dapat
diindikasikan perilaku konsumtif mahasiswa masih tergolong sedang meskipun minat
belanja mahasiswa sudah tergolong tinggi. Dapat dikatakan virus hedonisme sudah
menyerang mahasiswa jurusan Geografi Universitas Negeri Malang meskipun masih
dapat dikendalikan. Dan terdapat faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah
faktor ekonomi keluarga sebagai penentu perilaku konsumtif mahasiswa tersebut.
Kesimpulan dan Saran
Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan
yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku
di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dimana perubahan sosial
menghasilkan penemuan-penemuan baru yang menimbulkan dampak salah satunya
adalah globalisasi. Dampak globalisasi sendiri meliputi dampak negative maupun
positif. Salah satu dampak negative dari globalisasi adalah terciptanya westernisasi

13

yang menimbulkan perilaku hedonisme. Perilaku hedonisme ini erat kaitannya
dengan sekulerisme dan konsumerisme. Belakangan ini sering sekali muncul perilaku
konsumtif yang salah satu penyebabnya adalah gaya hidup hedonisme yang
menjamur di masyarakat. Bahkan perilaku konsumtif ini tidak hanya menyerang
orang tua namun salah satu korban perilaku konsumtif akibat hedonisme yang paling
sering adalah kaum mahasiswa. Dimana mahasiswa seharusnya belajar namun malah
semakin menjadi berubah gaya hidupnya akibat perilaku hedon (konsumtif) ini. Hasil
penelitian yang dilakukan kepada 20 responden mahasiswa jurusan geografi
Universitas Negeri Malang menyebutkan sebanyak 90% responden memiliki minat
belanja yang tinggi, namun intensitas belanja tidak begitu tinggi karena disebabkan
ketidakpastian responden dalam merencanakan kegiatan belanja. Hal ini dipengaruhi
berbagai faktor salah satunya adalah faktor ekonomi keluarga yang diketahui dari
sumber pendapatan alokasi dana belanja responden dan jumlah alokasi dana yang
dikeluarkan oleh responden setiap bulannya.
Budaya konsumtif yang muncul dalam diri mahasiswa ini tentunya tidak
terlepas dari watak individu sebagai makhluk yang hedonis dimana rasa tidak puas
akan sesuatu hal akan timbul dalam diri manusia, perkembangan sosial dan teknologi
juga turut mempengaruhi di dalamnya, inilah yang akhirnya mempercepat lahirnya
watak konsumtif dan budaya (brand it) khususnya dalam diri mahasiswa sebagai
salah satu golongan menengah keatas yang ada di masyarakat. Mahasiswa sebagai
agen perubahan harus menunjukkan perubahan yang lebih baik. Untuk menghindari
perilaku hedonisme kaitannya dengan perilaku konsumtif tersebut dengan cara
bersikap lebih bijak dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam perilaku
konsumtif, dapat mengontrol keuangan dengan baik maksudnya kita lebih hemat
dalam setiap pengeluaran, serta memiliki kesadaran diri tinggi bahwa perilaku
konsumtif adalah salah satu bentuk dari gaya hidup hedonisme.

14

Daftar Rujukan
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi suatu pengantar. PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta
Belajar berbagi catatan-catatan sekolah dan kuliah. Tugas dan Catatan Sekolah
(online) diakses melalui http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/pengertianglobalisasi.html pada tanggal 4 mei 2014 pukul 07.30
Haryanto, S.Pd . 2012. Bentuk bentuk perubahan sosial masyarakat (online) diakses
melalui http://belajarpsikologi.com/bentuk-bentuk-perubahan-sosial-masyarakat/.
Pada tanggal 4 mei 2014 pukul 08.02
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui
http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial. pada tanggal 4 mei 2014 pukul 08.36
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. pada tanggal 4 mei 2014 pukul 08.45
Admin. 2013. Dampak positif dan negative globalisasi terhadap bangsa (online)
diakses melalui http://www.invonesia.com/dampak-positif-dan-negatif-globalisasiterhadap-bangsa-indonesia.html. pada tanggal 4 mei 2014 pukul 09.15
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui
http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme. pada tanggal 4 mei 2014 pukul 09.20
Pengertian Hedonisme. 2011. (online) diakses melalui
http://fadhlyashary.blogspot.com/2011/01/pengertian-hedonisme.html. pada tanggal 4
mei 09.50
Admin. Remaja dan Perilaku Konsumtif. 2013. (online) diakses melalui
http://sosbud.kompasiana.com/2013/10/18/remaja-dan-prilaku-konsumtif599965.html pada tanggal 5 mei 2014 pukul 19.00
Yahoo. 2009. (online) diakses melalui https://id.answers.yahoo.com/question/index?
qid=20090613044553AAzrIHD. Pada tanggal 5 mei 2014 pukul 19.21
Admin. 2013. DUNIA MAHASISWA ANTARA BELAJAR DAN GAYA HIDUP.
(online) diakses melalui http://foundtheworld.blogspot.com/2012/05/duniamahasiswa-antara-belajar-dan-gaya.html. pada tanggal 5 mei 2014 pukul 20.01
15

Admin. 2011. Hedonisme : Penyakit Yang Menghancurkan Manusia Indonesia.
(online) diakses melalui http://sok79.blogspot.com/2011/04/hedonisme-penyakityang-menghancurkan.html. pada tanggal 5 mei 2014 pukul 20.35
Admin. 2012. Kehidupan Hedonisme. Diakses melalui
http://nyocotblog.blogspot.com/2012/07/kehidupan-hedonisme_09.html pada tanggal
6 mei 2014 pukul 19.00
Admin. 2012. Virus hedonisme. (online) diakses melalui
http://www.dakwatuna.com/2012/01/16/17571/virus-hedonisme-telah-menyerangmahasiswa/#ixzz30i2SQcmz. pada tanggal 6 mei 2014 pukul 19.21
Admin. 2012. Pengertian Dan Teori-Teori Tentang Proses Perubahan Sosial. (online)
diakses melalui http://bangkusekolah-id.blogspot.com/2012/07/pengertian-teoritentang-proses.html pada tanggal 6 mei 2014 pukul 19.25
Nurist Surayya. 2013. KONSUMSI SEBAGAI PENANDA KESEJAHTERAAN
DAN STRATIFIKASI SOSIAL (Dalam Bingkai Pemikiran Jean Baudrillard) (online)
diakses melalui http://nurriest.wordpress.com/2013/04/11/konsumsi-sebagai-penandakesejahteraan-dan-stratifikasi-sosial-dalam-bingkai-pemikiran-jean-baudrillard/.
Pada tanggal 6 mei 2014 pukul 19.45
Muhammad Harir. 2010. GAYA HIDUP DAN PERILAKU
KONSUMTIF MAHASISWA. (online) diakses melalui
http://lkmunissula.wordpress.com/2010/10/07/gaya-hidup-dan-perilaku-konsumtifmahasiswa/ pada tanggal 6 mei 2014 pukul 20.10
Deni Tarudin. 2014. Hedonisme lumpuhkan karakter mahasiswa (online) diakses
melalui http://www.bantenhits.com/rumah-kata/opini/4455-hedonisme-lumpuhkankarakter-mahasiswa.html. pada tanggal 6 mei 2014 pukul 20.15

16