Lanjut ke konten renavirgiana My World M

Lanjut ke konten

renavirgiana
My World^^
17 April 2016

Makalah Corporate Social Responsibility
(CSR)
TUGAS KELOMPOK
CORPORATE SOCIAL RESPONSBILITY (CSR)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata Kuliah : Etika Bisnis
Dosen Pembimbing : Dr. Lili Karmela F, M.Si

Disusun oleh : Kelompok 1
Erni Fuji Astuti
Evin Septiani
M. Firman Ikhsan
Rena Virgiana
Kelas : Akuntansi 2C
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KUNINGAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Corporate Social Responsibility (CSR) untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Bisnis. Tidak menutup kemungkinan dalam tugas ini
banyak terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam menyampaikan materi. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf.
Akhirnya,dengan kerendahan hati penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Dan tak lupa kritik dan saran pun sangat
penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.
Kuningan, Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi i
Bab I Pendahuluan 3
a. Latar Belakang 3
b. Rumusan Masalah 4

Bab II Pembahasan 5
a. Pengertian CSR 5
b. Sejarah CSR 7
c. Dasar Hukum CSR 9
d. Ruang Lingkup CSR 11
e. Argumen yang Menentang dan Mendukung CSR 13
f. Prinsip-prinsip yang Dipegang dalam Melaksanakan CSR 16
g. Manfaat CSR 17
h. Model Penerapan CSR.. 18
i. Bentuk Implementasi CSR.. 20
j. Implementasi CSR di Indonesia.. 21
Bab III Contoh Kasus 23
Bab IV Penutup 25
a. Kesimpulan 25
b. Saran 25
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbincangan soal etika bisnis semakin mengemuka mengingat arus globalisasi semakin deras

terasa. Globalisasi memberikan tatanan ekonomi baru. Para pelaku bisnis dituntut melakukan
bisnis secara fair. Segala bentuk perilaku bisnis yang dianggap ”kotor” seperti pemborosan
manipulasi, monopoli, dumping, menekan upah buru, pencemaran lingkungan, nepotisme, dan
kolusi tidak sesuai dengan etika bisnis yang berlaku.

Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis sudah tentu adalah meningkatkan
keuntungan. Namun bisnis yang dialankan dengan melanggar prinsip-prinsip moral dan nilainilai etika cenderung tidak produkif dan menimbulkan inefisiensi. Manajeman yang tidak
memperhatikan dan tidak menerapkan nilai- nilai moral, hanya berorientasi pada laba (tujuan)
jangka pendek, tidak akan mampu survive dalam jangka panjang. Dengan meningkatnya peran
swasta antara lain melalui pasar bebas, privatisasi dan globalisasi maka swasta semakin luas
berinteraksi dan bertangung jawab sosial dengan masyarakat dan pihak lain.
Pada saat banyak perusahaan semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan social
dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi. Karena itu muncul pula kesadaran untuk
mengurangi dampak negative. Banyak perusahaan swasta banyak mengembangkan apa yang
disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Banyak peneliti yang menemukan terdapat
hubungan positif antara tanggung jawab sosial peruahaan atau (Corporate Social Responsibility)
dengan kinerja keuangan, walaupun dampaknya dalam jangka panjang. Penerapan CSR tidak
lagi dianggap sebagai cost melainkan investasi perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan
pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan saja.

Tanggung jawab dari perusahan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua
hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stake holder,termasuk
didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor,
pemerintah, supplier bahkan juga competitor. Pengembangan program-program sosial
perusahaan berupa dapat bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat
( community development), outreach,beasiswa dan sebagainya.
Motivasi mencari laba bisa menghambat keinginan untuk membangun masyrakat dan lingkungan
sekitarnya sejauh ini kebijakan perintah untuk mendorong dan mewajibkan perusahaan swasta
untuk menjalankan tanggung jawab sosial ini tidak begitu jelas dan tegas, ditambahkan pula
banyak program yang sudah dilaksanakan tersebut tidak berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
Guna untuk memahami latar blakang masalah di atas, dan mempersempit/memperjelas materi
yang akan dibahas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
a) Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
b) Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)
c) Dasar hukum Corporate Social Responsibility (CSR)
d) Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)
e) Argumen yang Menentang dan Mendukung Keterlibatan Sosial Perusahaan
f) Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR
g) Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

h) Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
i) Bentuk Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
j) Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah

suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab
perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka
dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan (Nuryana, 2005).
Menurut Kotler dan Nancy (2005) mengemukakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas
melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.
Sedangkan menurut World Business Council for Sustainable Development mengemukakan
bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen berkesinambungan dari
kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi,
seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan

masyarakat luas pada umumnya.
Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan
memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam
ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Jadi, secara garis besar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab
perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomisnya, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan perusahaan demi tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi
ekonomisnya.
B. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)
Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the Businessman
tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan dunia
bisnis. Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi penawar kesan buruk perusahaan yang
terlanjur dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha di cap sebagai pemburu uang
yang tidak peduli pada dampak kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah
CSR amat marketable melalu CSR pengusaha tidak perlu diganggu perasaan bersalah.
CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak berorientasi profit.
John Elkington dalam buku ”Triple Bottom Line” dengan 3P tipe yaitu:
Profit  Mendukung laba perusahaan
People  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Planet  meningkatkan kualitas lingkungan

Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak
hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan
sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain
yang memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving,
corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan
CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate philanthropy bermotif
kemanusiaan dan corporate community relations bernapaskan tebar pesona, community
development lebih bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer
terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century
Business (1998) karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable
development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity yang digagas

the World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report
(1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P (profit, planet, dan people).
Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal pada tahun 1980-an, namun
semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an. Kegiatan Corporate Social Responsibility

(CSR) Indonesia dikenal dengan nama CSA ( Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial
perusahaan. Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola pikir
yang digunakan hampir sama.
Sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif
dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan
nasional.
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan
Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk
mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan memberikan
penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Sampai
dengan ISRA 2007 perusahaan tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam
ISRA.
Munculnya konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri yang
dapat disingkat sebagai fenomena DEAF (yang dalam bahasa Inggris berarti tuli), sebuah
akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi (Suharto, 2007:103-104):
a. Dehumanisasi industri.
Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah menciptakan persoalanpersoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut, maupun bagi
masyarakat di sekitar perusahaan. ‘merger mania’ dan perampingan perusahaan telah
menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja dan pengangguran, ekspansi dan eksploitasi
dunia industri telah melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.

b. Equalisasi hak-hak publik.
Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggung jawaban perusahaan
atas berbagai masalah sosial yang sering kali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan.
Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas (accountability) perusahaan bukan saja dalam
proses produksi, melainkan pula dalam kaitannya dengan kepedulian perusahaan terhadap
berbagai dampak sosial yang ditimbulkan.
c. Aquariumisasi dunia industri.
Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang
hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis, dan filantropis
tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar
perusahaan seperti ini ditutup.
d. Feminisasi dunia kerja.
Semakin banyaknya wanita yang bekerja, semakin menuntut penyesuaian perusahaan, bukan saja
terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan,
keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti
penelantaran anak, kenakalan remaja akibat berkurang atau hilangnya kehadiran ibu-ibu di
rumah dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child
care), pendirian fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak atau pusat-pusat kegiatan olah
raga dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah ‘kompensasi’ sosial terhadap isu ini.


C. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)
Kegiatan CSR ditegaskan dalam 2 Undang-undang, yakni UU No.40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal
15,17 & 34.
1) UU PT No.40 tahun 2007 pasal 74, berisi :
Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Ayat (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan & kewajaran.
Ayat (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial & lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2) UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Pasal 15,17 & 34) berisi :
Pasal 15
Setiap penanam modal berkewajiban:
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan

Koordinasi Penanaman Modal;
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan
e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 17
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan
lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 34
1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau
d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
D. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutkahir, muncul gagasan yang lebih
komperehensif mengenai lingkup Corporate Social Responsibility (CSR). Sampai sekarang ada
empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai ruang lingkup Corporate Social Responsibility

(CSR).
1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan
masyarakat luas.
Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan diharapkan
terlibat dalam berbai kegiatan yang terutama untuk memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Jadi, tanggung jawab sosial dan moral perusahaan disini terutama terwujud dalam
ikut melakukan kegiatan tertentu bagi masyarakat.
Perusahaan dalam hal ini diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan bisnis demi mencari
keuntungan, melainkan ikut juga memikirkan kebaikan, kemajuan , dan kesejahteraan
masyarakat dengan ikut melakukan berbagai kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat.
Kegiatan sosial tersebut sangat beragam misalnya meminjamkan dana untuk membangun rumah
ibadah, membangun prasarana dan fasilitas sosial dalam masyarakat (listrik, air, jalan, tempat
rekreasi, dsb), melakukam penghijauan, menjaga sungai dari pencemaran limbah, melakukan
pelatihan dengan cuma- cuma, memberi beasiswa kepada anak dari keluarga yang kurang
mampu ekonominya dan lain sebagainya.
Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan
sosial tersebut, yaitu :
a. Karena perusahaan dan seluruh karyawannya adalah bagian integral dari masyarakat setempat.
Karena itu, wajar mereka pun harus ikut bertanggung jawab atas kemajuan dan kebikan
masyrakat tersebut. Keterlibatan sosial merupakan wujud nyata dari tanggung jawab sosial dan
kepedulian perusahaan sebagai bagian integral dari masyarakat atas kemajuan maysrakat
tersebut.
b. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak mengelola sumber daya alam yang
ada di masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Demikian
pula, sebagai tingkat tertentu masyarakat telah menyiapkan tenaga-tenaga profesional bagi
perusahaan yang berjasa mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu, keterlibatan sosial
merupakan semacam balas jasa terhadap masyarakat.
c. Tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang merugikan kepentingan masyarakat
luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan mempunyai kepedulian punya
tanggung jawab terhadap masyarakat dan dengan demikian dapat mencegahnya untuk tidak
sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu.
d. Menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat. Ini akan membuat masyarakat
merasa memiliki perusahaan tersebut dan dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang lebih
aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
2. Keuntungan ekonomis
Tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan demi mempertahankan kelangsungan bisnis dan
perusahaan yang menyangkut semua orang yang terkait dalam bisnis tersebut. Setiap pelaku
bisnis dan perushaan secara moral dibenarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya yang
dalam bisnis dibaca sebagai keuntungan karena hanya dengan demikian ia dapat
mempertahankan kelangsungan bisnis dan perusahaan tersebut. Maka, mengejar keuntungan
tidak lagi dilihat sebagai hal yang egoistis dan negatif secara moral, melainkan justru dilihat
sebagai hal yang moral sangat positif. Dalam hal ini keuntungan ekonomi dilihat sebagai sebuah
lingkup tanggung jawab moral dan sosial yang sah dari suatu perusahaan.
3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat
Perusahaan punya kewajiban dan juga kepentingan untuk menjaga ketertiban dan keteraturan
sosial. Salah satu bentuk dan wujud yang paling nyata dari menjaga ketertiban dan keteraturan

sosial ini sebagai wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan adalah dengan mematuhi aturan
hukum yang berlaku karena jika tidak mematuhi aturan hukum yang berlaku maka ketertiban dan
keteraturan masyarakat tidak akan terwujud.
4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholder atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam
kegiatan bisnis suatu perusahaan
Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak terkait yang mempunyai
kepentingan langsung dan tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan. Perusahaan
secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggung jawab atas hak dan kepentingan
pihak-pihak terkait yang punya kepentingan.Artinya dalam kegiatan bisnisnya suatu perusahaan
perlu memperhatikan hak dan kepentingan pihak-pihak tersebut: konsumen, buruh, investor,
kreditor, pemasok, penyalur, masyarakat setempat, pemerintah dan seterusnya. Tanggung jawab
sosial perusahaan lalu menjadi hal yang begitu kongkret, baik demi terciptanya suatu kehidupan
sosial yang baik maupun demi kelangsungan dan keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan
tersebut.
E. Argumen yang Menentang dan Mendukung Keterlibatan Sosial Perusahaan
Dari keempat tanggung jawab sosial perusahaan di atas,lingkup pertama menimbulkan suatu
kontroversi yang hebat yang memperlihatkan dua pandangan yang saling bertentangan antara
yang menentang dan mendukung perlunya keterlibatan sosial sebagai salah satu wujud tanggung
jawab sosial perusahaan.
Argumen-argumen yang menentang keterlibatan sosial tersebut antara lain :
a. Tujuan Utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya.
Keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial harus ditentangkarena justru akan
menimbulkan ketidakefesienan.Ini berarti tidak relevan dengan kegiatan dan hakekat bisnis itu
sendiri.Fungsi bisnis adalah fungsi ekonomi,bukan fungsi sosial.Artinya bisnis adalah kegiatan
ekonomi bukan kegiatan sosial.Karena itu keberhasilan suatu bisnis tidak diukur berdasarkan
kegiatan sosial, melainkan berdasarkan kinerja ekonominya,dengan terutama memperhatikan
faktor efesiensi ekonomis.
b. Tujuan yang Terbagi-bagi dan Harapan yang Membingungkan
Keberhasilan perusahaan dalam bisnis modern penuh persaingan yang ketat ditentukan oleh
konsentrasi seluruh perusahaan, yang ditentukan oleh konsentrasi pimpinan perusahaan. Ini akan
terganggu kalau mereka masih harus terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang akan
menimbulkan terpecahnya perhatian meraka.Demikian pula, sekali perusahaan terlibat dalam
kegiatan sosial, semakin banyak tuntutan dan permintaan akan keterlibatan sosial tersebut yang
akan semakin luas dan jauh.Ini akan melemahkan perusahaan yang harus bersaing ketat dengan
saingan-saingannya.
c. Biaya Keterlibatan Sosial
Keterlibatan sosail sebagai wujud dari tanggung jawab perusahaan malah dianggap memberatkan
masyarakat.Alasannya, biaya yang digunakan untuk keterlibatan perusahaan tersebut bukan
biaya yang disediakan oleh perusahaan itu,melainkan merupakan biaya yang telah
diperhitungkan sebagai salah satu komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan
dalam pasar.Pada akhirnya yang menanggung biaya dari keterlibatan sosial perusahaan tersebut
adalah masyarakat khususnya konsumen, dan bukan perusahaan tersebut.Jadi keterlibatan sosial
malah memberatkan masyarakat.
d. Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
Para pimpinan perusahaan tidak profesional dalam membuat pilihan dan keputusan
moral.Mereka hanya profesional dalam bidang bisnis dan ekonomi.Karena itu perusahaan tidak

mempunyai tenaga terampil yang siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial tertentu.
Sedangkan Argumen-argumen yang menuntut perlunya keterlibatan sosial perusahaan tersebut
antara lain :
a. Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
Untuk mendatangkan keuntungan, perusahaan harus peka dan tanggap terhadap kebutuhan dan
harapan masyarakat yang semakin berubah. Misalnya masyarakat tidak hanya butuh barang dan
jasa tertentu, melainkan barang dan jasa dengan mutu yang baik dan juga yang
kompetitif.Demikian pula, masyarakat menuntut agar barang tersebut di produksi dengan tetap
menghargai hak dan kepentingan karyawan serta masalah lingkungan.
b. Terbatasnya Sumber Daya Alam
Bisnis diharapakan untuk tidak hanya mengeksplotasi sumber daya alam yang terbatas itu demi
keuntungan ekonomis, melainkan juga ikut melakukan kegiatan sosial tertentu yang tertuma
bertujuan untuk memelihara sumber daya alam.Ini juga pada akhirnya akan berguna bagi
perusahaan tersebut karena perusahaan tentu akan sulit bertahan kalau sumber daya alam terbatas
itu habis dieksploitasi tanpa dijaga kelestariannya.
c. Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
Bisnis mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral dan sosial untuk memperbaiki
lingkungan sosialnya ke arah yang lebih baik.Semakin baik lingkungan sosial dengan sendirinya
akan ikut memperbaiki iklim bisnis yang ada.Dengan membantu memperbaiki keadaan sosial
dan ekonomi masyarakat sekitar, jurang kaya dan miskin akan sedikit diperkecil dan demikian
masyarakat sekitar akan lebih menerima kehadiran perusahaan tersebut.
d. Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan
Jika suatu perusahaan melakukan kegiatan bisnis sampai merugikan hak dan kepentingan pihak
lain(atau masyarakat secara keseluruhan),pemerintah,yang punya tugas utama melindungi hak
dan kepentingan setiap warga.Itu berarti mau tidak mau pemerintah akan menindak perusahaan
tersebut, antara lain dengan mencabut izin perusahaan tersebut,atau paling kurang membatasi
ruang gerak kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
e. Bisnis Mempunyai Sumber-sumber Daya yang Berguna
Perusahaan tidak hanya punya dana, melainkan juga tenaga profesional dalam segala bidang
yang dapat dimanfaatkan atau dapat disumbangkan bagi kepentingan kemajuan masyarakat.
f. Keuntungan Jangka Panjang
Argumen ini mau menunjukan bahwa bagi perusahaan, tanggung jawab sosial secara
keseluruhan, termasuk kegiatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial, merupakan suatu
nilai yang sangat positif bagi perkembangan dan kelangsungan perusahaan itu dalam jangka
waktu panjang.Dengan tanggung jawab dan keterlibatan sosial tercipta suatu citra yang sangat
positif di mata masyarakat mengenai perusahaan itu.Denga peduli kepada kepentingan
masyarakat dan semua pihak terkait, yang mungkin dalam jangka waktu pendek merugikan
secara finansial, dalam jangka waktu akan sangat menguntungkan bagi perusahaan tersebut.
F. Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR
Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti perusahaan akan
terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi, program yang dirancang harus
memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat
tidak terduga dan tidak dapat di prediksi. Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti menyadari bahwa
sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari lingkungan di sekitarnya.

Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat.
Ia bukanlah aktivitas sesaat untuk mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
Prinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi,
lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli dan
mempertimbangkan sampai kedampaknya.
Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost structure
perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan ditransformasikan ke
harga jual produk. CSR yang benar tidak membebani konsumen.
G. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Manfaat CSR bagi Perusahaan
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan.
2. Layak mendapatkan social lisence to operate.
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.
4. Melebarkan akses sumber.
5. Membentangkan akses menuju market.
6. Mereduksi biaya.
7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
10. Peluang mendapatkan penghargaan.
Manfaat CSR bagi Masyarakat
Kegiatan CSR perusahaan akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat diantaranya
sebagai berikut :
1. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan.
2. Membuka ruang kerja dan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
3. Turut membantu program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan, dengan menggunakan
pekerja yang berasal dari sekitar perusahaan mereka dapat menyumbangkan kenaikan angka
angkatan kerja dengan menciptakan lapangan kerja, menyediakan pelatihan, menyediakan
produk-produk yang disediakan oleh orang-orang kalangan bawah maka secara langsung akan
memberikan dampak kepada golongan bawah tersebut.
4. Meningkatkan standar pendidikan, dengan memberikan beasiswa kepada yang benar-benar
membutuhkan dan membantu dalam pembangunan sarana dan prasarana pendidikan khusunya
untuk pendidikan dasar.
5. Penyelesaian masalah lingkungan.
6. Akan lebih menguatkan dan memberdayakan kehidupan masyarakat baik secara ekonomi,
kelembagaan sosial, dan memperkecil terjadinya konflik sosial.
7. Meningkatkan standar kesehatan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang
kesehatan terutama bagi masyarakat sekitarnya. Contohnya, dengan penyediaan fasilitas air
bersih, atau dengan membuka klinik kesehatan yang tidak berlaku untuk karyawannya saja, tapi
juga bagi masyarakat sekitarnya.
Pelaksanaan CSR juga memberikan manfaat bagi pemerintah. Melalui CSR akan tercipta
hubungan antara pemerintah dan perusahaan dalam mengatasi berbagai masalah sosial, seperti
kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, minimnya akses kesehatan dan lain sebagainya.
Tugas pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya menjadi lebih ringan dengan

adanya partisipasi pihak swasta (perusahaan) melalui kegiatan CSR. CSR yang dapat berperan
dalam mengatasi permasalahan-permasalahan sosial adalah CSR yang bersifat communuity
development seperti pemberian beasiswa, pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin,
pembangunan sarana kesehatan dan lain sebagainya.
H. Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Saidi dan Abidin (2004:64-65) sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang
diterapkan di Indonesia, yaitu :
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri
kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya,
seperti corporate secretary atau public affair atau menjadi bagian dari tugas pejabat public
relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan
adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya
perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang dapat digunakan secara
teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan di antaranya adalah
Yayasan Coca-cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan).
3. Bermitra dengan pihak lain.
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerja sama dengan lembaga sosial/ organisasi non
pemerintah (ornop), instansi pemerintah, universitas, atau media massa, baik dalam mengelola
dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/ ornop yang
bekerja sama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah
Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa, instansiinstansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/ LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos),
perguruan-perguruan tinggi (UI, ITB, IPB), media massa (Dkk kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih
berorientasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang bersifat ‘hibah pembangunan’. Pihak
konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang
mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan
kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.
Menurut Said dan Abidin (2004) pada dasarnya CSR memiliki beberapa jenis atau sektor
kegiatan. Ada sembilan jenis atau sektor kegiatan CSR, yaitu : (1) Pelayanan sosial; (2)
Pendidikan dan penelitian; (3) Kesehatan; (4) Kedaruratan (emergency); (5) Lingkungan; (6)
Ekonomi produktif; (7) Seni, olah raga, dan pariwisata; (8) Pembangunam prasarana dan
perumahan; dan (9) Hukum, advokasi, dan politik.
Kategori perusahaan hubungannya dengan penerapan CSR :
1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan anggaran CSR :
a. Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah.
b. Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki profit tinggi, namun anggaran CSRnya
rendah.
c. Perusahaan Humanis. Perusahaan yang memiliki profit rendah, tapi proporsi anggaran CSRnya

tinggi.
d. Perusahaan Reformis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi.
Perusahaan memandang CSR bukan beban, tapi peluang untuk maju.
2. Berdasarkan tujuan CSR (promosi atau pemberdayaan masyarakat) :
a. Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan yang jelas.
b. Perusahaan Impresif. CSR diutamakan untuk promosi.
c. Perusahaan Agresif. CSR diutamakan untuk pemberdayaan.
d. Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi dan pemberdayaan
karena dipandang bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi kemajuan perusahaan.
I. Bentuk Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Berbagai bentuk implementasi CSR dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Konsumen, dalam bentuk penggunaan material yang ramah lingkungan, tidak berbahaya, serta
memberikan informasi dan petunjuk yang jelas termasuk infromasi atas suku cadang dan
pelayanan purnajualnya serta informasi lain yang harus diketahui konsumen.
2. Karyawan, dalam bentuk persamaan hak dan kewajiban atas seluruh karyawan tanpa
membedakan ras, suku, agama, dan golongan. Karyawan mendapatkan penghargaan berdasarkan
kompetensi dan hasil penilaian prestasinya.
3. Komunitas dan lingkungan, dalam bentuk kegiatan kemanusiaan maupun lingkungan hidup,
baik di lingkungan sekitar perusahaan maupun di daerah lain yang membutuhkan. Kegiatan
terhadap komunitas ini antara lain berupa kegiatan donor darah dengan melibatkan seluruh
karyawan, memberikan bantuan kepada daerah yang terkena musibah.
4. Kesehatan dan keamanan, dalam bentuk penjagaan da pemeliharaan secara rutin atas fasilitas
dan lingkungan kantor sesuai petunjuk dan instansi terkait.
J. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
Keberadaan CSR di Indonesia memperoleh respon yang positif dari pemerintah. Respon
pemerintah ini terlihat dengan terbitnya kebijakan pemerintah melalui Keputusan Menteri
BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, yang mengharuskan seluruh BUMN untuk menyisihkan
sebagian labanya untuk pemberdayaan masyarakat yang dikenal dengan Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL), yang implementasinya ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri
BUMN, SE No 433/MBU/20033 yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari keputusan Menteri
BUMN tersebut. Adanya UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang di dalamnya
memuat kewajiban perusahaan yang mengeksplorasi sumber daya alam untuk melakukan CSR
menjadi bukti keseriusan perhatian pemerintah terhadap isu CSR.
Di Indonesia konsep CSR bukan lagi menjadi sebuah wacana belaka, melainkan sudah masuk ke
dalam tatanan praktis. Sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia yang mulai
mengimplementasikan program CSR dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sebagai contoh PT.
TELKOM, program CSR PT. TELKOM terfokus pada tujuh bidang utama, yaitu kemitraan,
pendidikan, kesehatan, bantuan kemanusiaan dan bencana alam, kebudayaan dan keadapan,
layanan umum, dan lingkungan. PT. Riaupulp sebuah perusahaan serat, bubur kertas, dan kertas
yang beroperasi di Riau memiliki beberapa program CSR, antara lain Beasiswa 2007, Taman
Bacaan Kampung, pembangunan Istana Sayap Pelalawan. Sedangkan CSR yang dilakukan PT.
Antam adalah pemberian bantuan modal kerja untuk pengembangan usaha kecil, menengah, dan
koperasi bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya Undang-undang Perseroan Terbatas yang
disahkan pada tahun 2007, keberadaan CSR di Indonesia semakin jelas, sebab sudah memiliki
payung hukum. Contoh lain adalah CSR yang dilakukan oleh PT. HM Sampoerna. Implementasi
program CSR PT.HM Samporna, Tbk. Program CSR yang diterapkan oleh PT.HM Sampoerna

tertuang dalam Society Empowerment Program (SEP) yang terdiri dari empat bidang utama,
yaitu bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan lingkungan (Wibisono, 2007:69).
BAB III
Contoh Kasus
Kebobrokan Freeport – Pencemaran Lingkungan & Pelanggaran HAM Perusahaan Emas
Terbesar di Indonesia
PT Freeport Indonesia, perusahaan yang pernah terdaftar sebagai salah satu perusahaan
multinasional terburuk tahun 1996, adalah potret nyata sektor pertambangan Indonesia.
Keuntungan ekonomi yang dibayangkan tidak seperti yang dijanjikan, sebaliknya kondisi
lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan terus memburuk dan menuai protes
akibat berbagai pelanggaran hukum dan HAM dampak lingkungan serta pemiskinan rakyat
sekitar tambang.
Laporan WALHI Tentang Dampak pencemaran Lingkungan Hidup Operasi Freeport-Rio Tinto di
Papua Laporan yang berjudul Dampak Lingkungan Hidup Operasi Pertambangan Tembaga dan
Emas Freeport-Rio Tinto di Papua adalah laporan yang menyajikan gambaran tentang
keberadaan Freeport yang independen mengenai dampak lingkungan akibat tambang Freeport
diantara :
1. Pelanggaran hukum: Temuan kunci pada laporan ini adalah Freeport-Rio Tinto telah gagal
mematuhi permintaan pemerintah untuk memperbaiki praktik pengelolaan limbah berbahaya
terlepas rentang tahun yang panjang di mana sejumlah temuan menunjukkan perusahaan telah
melanggar peraturanlingkungan.
2. Pemerintah secara resmi menyatakan bahwa Freeport-Rio Tinto: • Telah lalai dalam
pengelolaan limbah batuan, bertanggung jawab atas longsor berulang pada limbah batuan Danau
Wanagon yang berujung pada kecelakaan fatal dan keluarnya limbah beracun yang tak terkendali
(2000).
3. Pelanggaran dan pencemaran lingkungan. Tembaga yang dihamburkan dan pencemaran Air
Asam Batuan (Acid Rock Drainage, ARD) dalam bentuk buangan (leachate) dan tailing.
4. Teknologi yang tak layak. Erosi dari limbah batuan mencemari perairan di gunung dan
gundukan limbah batuan yang tidak stabil telah menyebabkan sejumlah kecelakaan.
5. Tingkat racun tailing dan dampak terhadap perairan. Sebagian besar kehidupan air tawar telah
hancur akibat pencemaran dan perusakan habitat sepanjang daerah aliran sungai yang dimasuki
tailing.
6. Logam berat pada tanaman dan satwa liar. Dibandingkan dengan tanah alami hutan, tailing
Freeport mengandung tingkat racun logam selenium (Se), timbal (Pb), arsenik (As), seng (Zn),
mangan (Mn) dan tembaga (Cu) yang secara signifikan lebih tinggi.
7. Perusakan habitat muara. Tailing sungai Freeport-Rio Tinto akan merusak hutan bakau seluas
21 sampai 63 km2 akibat sedimentasi.
8. Kontaminasi pada rantai makanan di muara. Logam dari tailing menyebabkan kontaminasi
pada rantai makanan di Muara Ajkwa. Daerah yang dimasuki tailing Freeport menunjukkan
kandungan logam berbahaya yang secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan muara-muara
terdekat yang tak terkena dampak dan dijadikan acuan.
9. Gangguan ekologi. Freeport sempat menyatakan bahwa “Muara di hilir daerah pengendapan
tailing kami adalah ekosistem yang berfungsi dan beraneka ragam dengan ikan dan udang yang
melimpah.”

10. Dampak pada Taman Nasional Lorenz. Taman Nasional Lorenz yang terdaftar sebagai
Warisan Dunia wilayahnya mengelilingi daerah konsesi Freeport.
11. Transparansi. Freeport-Rio Tinto beroperasi tanpa tranparansi atau pemantauan peraturan
yang layak
Pada tanggal 15 September 2011, 8.000 dari 22.000 pekerja Freeport Indonesia melakukan aksi
mogok menuntut kenaikan upah dari US $3,5/jam sampai US $7,5/jam. Inilah pemogokan kerja
terlama dan paling banyak melibatkan karyawan sejak Freeport mulai beroperasi di Indonesia
pada tahun 1967. Dua tahun sekitar bulan Juli 2009 – November 2011, setidaknya 11 karyawan
Freeport dan sub-kontraktor ditembak mati secara misterius oleh para penembak gelap. PT
Freeport McMoRan telah mengeluarkan dana sebesar Rp 711 milyar untuk “uang keamanan”
yang diberikan kepada para aparat pemerintah.
Sumber : http://www.kompasiana.com/bobobladi/kebobrokan-freeport-pencemaran-lingkunganpelanggaran-ham-perusaan-emas-terbesar-di-indonesia
Analis kasus :
Menurut pendapat kelompok kami, bahwa kegiatan pertambangan PT Freeport sangatlah
merugikan lingkungan sekitar perusahaan dikarenakan banyak kandungan hasil limbah yang
tidak diolah dengan baik oleh perusahaan. Perusahaan semata-mata hanya mementingkan
keuntungan tanpa melihat dampak dari limbah dan aktivitas kegiatan perusahaan. Apalagi
perusahaan ini telah berdiri lama di Indonesia, harusnya ada upaya pemerintah sendiri untuk
mempererat hukum bagi perusahaan ini sehingga kekayaan tanah papua tidak begitu saja diambil
oleh orang asing.
Selain itu ada pelanggaran etika deontology yaitu perusahaan tidak membayar kewajibannya
dengan baik sehingga adanya karyawan yang melakukan kegiatan mogok kerja. Selain itu
kesejahteraan karyawan maupun masyarakat sekitar yang terkena dampaknya pun tidak
dipikirkan oleh perusahaan. Perusahaan melakukan pelanggaran lain yaitu pelanggaran etika
teleology yaitu egoisme etis dimana perusahaan hanya mementingkan para pemilik dan petinggi
perusahaan tanpa memikirkan kehidupan masyarakat sekitar perusahaan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihakpihak lain secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dalam
perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih komprehensif
mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan. Sampai sekarang ada empat bidang yang
dianggap dan diterima sebagai ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan.
Indicator keberhasilan tanggung jawab social perusahaan terhadap masyarakat sendiri dilihat dari
bagaimana masyarakat setempat merasakan manfaat dengan adanya kegiatan yang dilakukan
perusahaan. Karena dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat dan
memperhatikan limbah dari produk yang dihasilkan maka perusahaan tersebut telah menjalankan
tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. Dengan begitu terjalin hubungan yang baik antara
masyarakat setempat dengan perusahaan.
B. Saran
Menurut kelompok kami setiap perusahaan perlu dan wajib untuk melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan. Karena suatu perusahaan dapat berjalan lancar ketika mereka mau peduli

dengan keadaan di sekitarnya dan tidak semata-mata hanya mementingkan kepentingan
perusahaan saja misalnya mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan segala
cara yang mengakibatkan pihak-pihak lain merasa dirugikan. Disini diperlukan hati nurani setiap
individu dalam perusahaan tersebut untuk melaksanakan tanggung jawab sosial itu. Tentu saja
hal ini akan bermanfaat bagi kehidupan perusahaan dalam jangka panjang. Karena tentunya
masyarakat akan mendukung setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan asalkan tidak
merugikan yang ada di sekitarnya dan semakin tumbuh rasa kepercayaan masyarakat terhadap
produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Desjardins, Hartman. 2012. Etika Bisnis ; Pengambil Keputusan untuk Integritas Pribadi dan
Tanggung Jawab Sosial. Erlangga : Jakarta.
Ernawan, R. Erni. 2011. Business Ethics. Alfabeta : Bandung.
http://cahyanidewi.blogspot.co.id/2013/01/etika-bisnis.html
http://deeruangbebas.blogspot.co.id/2010/12/corporate-social-responsibility-csr.html