Pendidikan bekerjasama dengan asosiasi pendidikan (9)

Proposal PTK
Selasa, 26 Juli 2011
Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Pokok Bahasan Gejala Alam
Biotik dan Abiotik melalui Pendekatan Jas di Kelas VII Semester I SMP 005
Loa J
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai lembaga formal yang melaksanakan pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bekerja keras, berbudi lihur, berdisiplin, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas, trampil, sehat jasmani dan rohani.
Kita tau bahwa Pembelajaran materi Biologi selama ini banyak menggunakan metode-metode
konvensional seperti ceramah, Tanya jawab, penugasan, dan lainya yang ternyata kurang
dapat memberikan dampak secara nyata bagi peningkatan mutu hasil belajar siswa.
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Pembahasan materinya menitik beratkan pada seberapa besar kemampuan
siswa dalam menerima informasi dan juga kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata diantara anggota masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok.
Inventarisasi masalah yang dilakukan penulis tentang pembelajaran Biologi menunjukkan
adanya kelemahan-kelemahan dalam penguasaan materi maupun metodologinya.

Ilmu Biologi berhubungan dengan cara mencari tahu tentang ilmu kehidupan yang mencakup
semua makhluk hidup secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Biologi diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan makhluk hidup, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Biologi
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang mahluk hidup
Biologi diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan Biologi perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Pembelajaran Biologi sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran Bilogi di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah
Berbicara mengenai pembelajaran ilmu biologi di SMP banyaklah kekurangan-kekurangan
yang terjadi. Di temukan bahwa pendekan abstrak dengan metode ceramah dan pemberian

tugas. Sangatlah dominan disetiap kegiatan pembelajaran yang masih merupakan hal lazim
dan umumnya dilakukan oleh para guru. Sangat jarang dijumpai guru merencanakan

pembelajaran ilmu biologi dengan menggunakan pendekatan nyata (konsektual) yang
mengaktifkan siswa, karena menganggap pembelajaran yang demikian tidak bermanfaat,
membingungkan, dan menyita banyak waktu. Disamping itu kenyataan menunjukkan bahwa
bekal kemampuan materi pelajaran dari guru masih kurang memadai. Belum lagi hal ini
dibarengi dengan terbatasnya pengetahuan guru akan berbagai metode dan model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan penanaman konsep yang permanen.
Sehingga tidaklah mengherankan bila pembelajaran Ilmu biologi yang dikelolanya menjadi
kurang maksimal. Oleh sebab itu perlu kiranya para guru diberikan alternatif pembelajaran
yang mengaktifkan siswa
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistim pembelajaran yang
melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan
hasil belajar Biologi disetiap jenjang pendidikan.salah satu model pembelajaran yang
melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran biologi karena dalam
mempelajari biologi tidak cukup hanya mengetahui dan menghafalkan konsep-konsep biologi
tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan biologi
dengan baik dan benar. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukaan

pemikiranya, saling bertukar pendapat,saling bekerja sama jika ada teman dalam
kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk
mengkaji dan menguasai materi pelajaran biologi sehingga nantinya akan meningkatkan
belajar biologi siswa. Model pembelajaran dengan pendekatan JAS ( Jelajah Alam Sekitar).
Dalam hali ini peran guru hendaknya mampu membantu siswa dalam membangun
keterkaitan antar informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman lain yang telah mereka
miliki guna memecahkan permasalahan pembelajaran. Kita tahu bahwa pada materi Gejala
alam biotik dan abiotik , siswa sangat perlu melakukan pengamatan dan pengalaman nyata
untuk dapat memahami dan menerima konsep tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar digunakan berbagai metode yang sesuai
dengan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai dari suatu kurikulum. Di dalam proses
belajar mengajar siswa tidak hanya menerima hasil akhir dari proses belajar namun siswa
juga terlibat langsung dalam proses belajar mengajar dan secara aktif menunjukkan
kompetensinya. Dalam proses belajar mengajar tidak hanya tercipta interaksi antara guru dan
siswa saja, tetapi juga interaksi antara sesama siswa sehingga memunculkan daya saing yang
tinggi.
Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma
dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal
(persekolahan). Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi
pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid. Perubahan

tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun
hasil pendidikan. (Komarudin, tth: 2).
Sehubungan dengan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, penulis tertarik untuk
mendalami masalah ini melalui suatu penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar
Biologi Siswa Pada Pokok Bahasan Gejala Alam Biotik dan Abiotik melalui Pendekatan Jas
di Kelas VII Semester I SMP 005 Loa Janan ".
B. Batasan Masalah
Agar ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka peneliti hanya
membatasi tentang peningkatan hasil belajar Biologi Siswa Pada Pokok Bahasan Gejala Alam
Biotik dan Abiotik melalui pembelajaran dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS)
C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peningkatan Hasil Belajar Biologi
Siswa Pada Pokok Bahasan Gejala Alam Abiotik melalui pembelajaran dengan Pendekatan
Jelajah Alam Sekitar (JAS) Kelas VII SMPN 005 Loa Janan?”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa pada Pada
Pokok Bahasan Gejala Alam Biotik dan Abiotik melalui pembelajaran dengan Pendekatan
Jelajah Alam Sekitar (JAS) Kelas VII SMPN 005 Loa Janan.
E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa : menambah keaktifan dan menumbuhkan motivasi dalam proses belajar siswa
2. Bagi guru : menambah kwalitas dan wawasan dalam pembelajaran biologi dengan
melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan JAS.
3. Bagi sekolah : Sebagai sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam usaha peningkatan
hasil belajar siswa

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar Biologi
Belajar dianggap sebagai proses dan pengalaman dan latihan. Higgard dan Sanjaya (2007 :
53) mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur, baik
latihan di dalam laboratorium maupun di lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar
mengumpulkan pengetahuan. Sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Sedangkan menurut Sardiman (2001), belajar merupakan serangkian kegiatan jiwaraga,
psiko-fisik, untuk menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik.
Menurut Kuntoro (dalam Isnaeni, 2007) menyatakan bahwa pembelajaran Biologi yang
humanis dapat diterjemahkan sebagai pelaksanaan pendidikan Biologi yang dapat membuat


siswa menjadi merasa diakui dan dihargai kemanusiaannya. Hal ini berarti bahwa
penyelenggaraan praktek pendidikan Biologi sebaiknya dapat membuat para siswa merasa
diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya sebagai manusia. Dengan kata lain bahwa
pembelajaran biologi diupayakan dapat memperhatikan kebutuhan siswa dan
dapat menyenangkan mereka. Menurut Kumaidi (dalam Isnaeni, 2007)
pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat membuat
siswa belajar atas kemauannya sendiri, tanpa disuruh-suruh, dengan usaha keras dan serius,
meskipun kegiatan tersebut melelahkan, kegiatan belajar tersebut akan tetap dilakukan siswa
dengan senang dan penuh semangat.
Penerapan pembelajaran Biologi yang humanis dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode pembelajaran, salah satunya yaitu menggunakan pendekatan Jelajah Alam
Sekitar (JAS). Pendekatan Jelajah Alam Sekitar sesuai dengan hakikat pembelajaran Biologi
dimana dalam prosesnya dilakukan dengan mengajak subyek belajar untuk aktif
mengeksplorasi lingkungan untuk mencapai kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotornya sehingga memiliki penguasaan berkarya, penguasaan mensikapi dan
penguasaan bermasyarakat. Praktek pembelajaran melalui pendekatan JAS akan diuraikan
lebih jauh setelah kita mengetahui tentang hakikat biologi dan pembelajarannya.
Menurut Saptono (2003), ada beberapa hal yang dapat mengarahkan kita pada hakikat biologi
sehingga kita akan lebih arif ketika mengembangkan pembelajaran biologi.

a. Biologi sebagai kumpulan pengetahuan
Biologi merupakan terminologi yang berasal dari kata bios yang berarti hidup dan logos yang
diartikan sebagai ilmu/pengetahuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa biologi mencakup
ilmu-ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan di alam semesta.
Pengetahuan tersebut dapat berupa fakta, konsep, teori maupun generalisasi yang
menjelaskan tentang gejala kehidupan.
b. Biologi sebagai proses investigasi
Sejak zaman dahulu para ilmuwan memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses
metode ilmiah ketika mengembangkan biologi. Proses pengamatan gejala alam, merumuskan
hipotesis, pengujian dan melakukan generalisasi merupakan serangkaian yang seharusnya
diperhatikan oleh guru pada saat melakukan aktivitas pembelajaran biologi.
c. Biologi sebagai kumpulan nilai
Pandangan ini lebih menitikberatkan bahwa dalam biologi melekat nilainilai
ilmiah seperti rasa ingin tahu, jujur, teliti dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru
sehingga dalam pembelajaran Biologi juga diharapkan tetap mempertimbangkan nilai-nilai
kemanusiaan yang dapat dikembangkan.
Untuk mengembangkan pembelajaran Biologi, seorang guru harus sadar bahwa biologi lebih
dari sekedar kumpulan fakta atau konsep, karena dalam Biologi juga terdapat kumpulan
proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan dalam kehidupan nyata
(Saptono, 2003).

Banyak siswa yang tidak dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep Biologi
tertentu karena antara perolehan pengetahuan dan prosesnya tidak terintegrasi dengan baik
dan tidak memungkinkan siswa untuk menangkap makna secara fleksibel. Sebagai contoh,
siswa dapat menghafalkan berbagai konsep dan fakta, namun tidak mampu menggunakannya
untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan yang berhubungan dengan konsep dan fakta
yang telah dihafalnya sebagai konsekuensinya, pembelajaran biologi di sekolah diharapkan
mampu memberikan pengalaman kepada siswa sehingga memungkinkan siswa melakukan
penyelidikan tentang fenomena biologi.
Beberapa prinsip pembelajaran biologi berbasis kompetensi menurut Saptono (2003),
meliputi:
1). Pembelajaran berpusat pada siswa

Dalam hal ini mengacu kepada beberapa pertanyaan seperti, siapa yang belajar, untuk
kompetensi apa dan kegiatan apa saja yang mendukung ketercapaian kompetensi tersebut?
2). Learning by doing
Biologi tidak dapat dipahami jika hanya diajarkan secara hafalan. Pemahaman konsepkonsep biologi dapat dianalogikan dengan berbagai macam kegiatan sederhana yang dapat
diamati siswa. Jadi dengan melakukan sesuatu sendiri, maka kita akan memperoleh dua hal
sekaligus yaitu ‘pemahaman’ tentang konsep dan ‘bisa’ melakukan.
3). Joyful Learning
Dalam membelajarkan biologi sebaiknya dibuat menyenangkan sehingga siswa tidak merasa

tertekan. Dalam hal ini bisa dilakukan beberapa permainan dalam rangka menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan.
4). Meaningful learning
Jika biologi diajarkan secara mekanis dan statis, maka siswa tidak akan merasa memperoleh
sesuatu dari proses belajarnya. Seorang guru harus mampu melakukan real action sehingga
pembelajaran akan lebih berarti.
5). The daily life problem solving
Biologi dekat dengan kehidupan sehari-hari, jadi sangat ironis jika pembelajaran biologi tidak
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai obyek pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tidak
dapat dipisahkan dari pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai obyek pembelajaran. Oleh
sebab itu, pembelajaran Biologi dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Jelajah
Alam Sekitar (JAS).
Sebagai sebuah pendekatan, pendekatan JAS memanfaatkan alam sekitar kehidupan siswa
baik lingkungan fisik, sosial, budaya sebagai obyek belajar Biologi dengan mempelajari
fenomenanya melalui kerja ilmiah yaitu merumuskan masalah, menyusun kerangka berpikir,
menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisa data, menarik kesimpulan dan
mempublikasikan hasil.
B. Hasil Belajar
Amirin dan Samsu Irawan (2000 43), mengatakan hasil belajar adalah kemajuan yang

diperoleh seseorang dalam segala hal akibat dan belajar. Seseorang yang mempelajani suatu
melalui proses pembelajaran telah mernperoleh hasil dan apa yang telah dipelajarinya, hasil
maksimal yang diperoleh inilah yang dikatakan hasil belajar.
Sudjana (2001 : 82), menjelaskan hasil belajar adalah kemampuan — kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajamya. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2002 : 95), hasil belajar merupakan hasil dan suatu intruksi tindak belajar dan tindak
mengajar.
Hasil belajar menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan yang diaplikasikan dalam
bentuk penilaian dalam rangka memberikan pertimbangan apakah tujuan pendidikan tersebut
tercapai. Penilaian hasil belajar tersebut dilakukan terhadap proses belajar mengajar untuk
mengetahui tercapainya tidaknya tujuan pengajaran dalam hal penguasaan bahan pelajaran
oleh siswa, selain itu penilaian tersebut dilakukan untuk mengetahui keefektifan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan kata lain rendahnya hasil belajar yang
dicapai siswa tidak hanya disebabkan oleh kurang berhasilnya guru mengajar.
Djamarah dan Zain (2002), menjelaskan belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Sujana (2001), mengatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.


Dalam sistem pendidikan rasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikulum maupun
tujuan intruksional, menggunakan kiasifikasi hasil belajar biologi dan Bloom (dalam Sujana,
2001) secara garis besar menjadi tiga ranah yaitu:
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dan enam aspek,
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis, dan evaluasi.
2. Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dan lima aspek yakni, penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak yang terdiri dan enam aspek yakni, gerakan refleksi, ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dimyanti dan Mujiono (2002), mengatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu intraksi
tindak belajar dan tindak mengajar.
Dan beberapa pendapat diatas maka hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran
C. Materi Pelajaran Biologi Kelas VII Semester I
Dalam alam semesta kita, dapat dibedakan menjadi 2 komponen, yaitu :
1. Komponen Biotik
merupakan komponen hidup yang terdiri atas semua organisme ( makhluk hidup, misalnya
manusia, hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, dll.
Gejala alam biotik adalah :
Suatu keadaan lingkungan disekitar kita yang ditunjukkan oleh keadaan makhluk hidup,
misalnya Danau, kolam yang tertutupi permukaannya oleh eceng gondok Serangga serangga
hama pertanian yang merusak tanaman Penggundulan hutan Punahnya hewan hewan tertentu
akibat diburu
2. Komponen Abiotik
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan.
Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat adalah komponen
lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk
tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen
lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan mkhluk tak hidup
Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah komponen-komponen
yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah tanah, batu dan
iklim, hujan, suhu, kelembaban, angin, serta matahari.
Komponen abiotik dapat kita temui dimana saja. Komponen abiotik sama seperti komponen
biotik, dimana juga berfungsi bagi kehidupan manusia.
Abiotik tidak memiliki ciri sebagaimana faktor biotik, yaitu :
1) Bernapas.
2) Tumbuh.
3) Berkembang biak.
4) Iritabilita.
5) Makan dan minum.
6) Melakukan ekskresi.
7) Beradaptasi dgn lingkunagnnya.
Faktor abiotik adalah faktor pendorong untuk biotik sehingga biotik dapat hidup dan
melakukan aktivitas.
Faktor-faktor abiotik
Faktor abiotik adalah faktor yang berasal dari alam semesta yang tidak hidup, misalnya
udara, air, cahaya, dll. Fungsi-fungsi komponen abiotik dalam pemenuhan kebutuhan
manusia dan yang dapat mempengaruhi ekosistem antara lain :

1. Tanah
Seperti yang kita ketahui, tempat dimana manusia tinggal dan berpijak adalah tanah. Manusia
dapat beraktifitas, membangun rumah, gedung, bahkan bercocok tanam. Tanah juga ditempati
oleh komponen biotik seperti tumbuhan dan hewan yang melakukan aktifitasnya setiap hari.
2. Suhu Atau Temperatur
Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu 00C–
400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 00C atau diatas 400C.
hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan
memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam
unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Secara umum,
temperatur udara adalah faktor bioklimat tunggal yang penting dalam lingkunan fisik ternak.
Supaya ternak dapat hidup nyaman dan proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan
temperatur lingkungan yang sesuai. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman
13 – 18 oC atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul
ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses
kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya.
Selama musim hujan, rata-rata temperatur udara lebih rendah, sedangkan kelembaban tinggi
dibanding pada musim panas. Jumlah dan pola curah hujan adalah faktor penting untuk
produksi tanaman dan dapat dimanfaatkan untuk suplai makanan bagi ternak.
Curah hujan bersama temperatur dan kelembaban berhubungan dengan masalah penyakit
ternak serta parasit internal dan eksternal. Curah hujan dan angin juga dapat menjadi petunjuk
orientasi perkandangan ternak.
3. Sinar / Cahaya Matahari
Sinar matahari mempengaruhi sistem secara global, karena sinar matahari menentukan suhu.
Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen
untuk berfotosintesis.
Radiasi matahari dalam suatu lingkungan berasal dari dua sumber utama:
a. Temperatur matahari yang tinggi.
b. Radiasi termal dari tanah, pohon, awan dan atmosfir.
Petunjuk variasi dan kecepatan radiasi matahari, penting untuk mendesain perkandangan
ternak, karena dapat mempengaruhi proses fisiologi ternak. Lingkungan termal adalah ruang
empat dimensi yang sesuai ditempati ternak.. Mamalia dapat bertahan hidup dan berkembang
pada suatu lingkungan termal yang tidak disukai, tergantung pada kemampuan ternak itu
sendiri dalam menggunakan mekanisme fisiologis dan tingkah laku secara efisien untuk
mempertahankan keseimbangan panas di antara tubuhnya dan lingkungan.
4. Air
Sekitar 80-90 % tubuh mahkluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan sebagai pelarut di
dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, dan mencegah sel dari kekeringan. Air
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam
pertumbuhan, perkecambahan dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia air diperlukan
untuk minum dan sarana hidup lain seperti transportasi bagi manusia dan tempat hidup bagi
ikan. Bagi unsur abiotik lain misalnya tanah dan batuan, air digunakan sebagai pelarut dan
pelapuk.
5. Udara
Selain berperan dalam menentukan kelembaban, angin juga berperan sebagai penyebaran biji
tumbuhan tertentu. angin diturunkan oleh pola tekanan yang luas dalam atmosfir yang
berhubungan dengan sumber panas atau daerah panas dan dingin pada atmosfir. Kecepatan
angin selalu diukur pada ketinggian tempat ternak berada. Hal ini penting karena transfer
panas melalui konveksi dan evaporasi di antara ternak dan lingkungannya dipengaruhi oleh

kecepatan angin.
Udara di atmosfer tersusun atas nitrogen (N2¬¬, 78 %), oksigen (O¬2, 21 %), karbon
dioksida (CO2,0,03 %), dan gas lainnya. Jadi gas nitrogen merupakan penyusun udara
terbesar di atmosfer bumi.
a. Nitrogen
Unsur Nitrogen merupakan gas yang diperlukan oleh mahkluk hidup untuk membentuk
protein, dan persenyawaan lainnya. Tumbuhan, hewan, dan manusia tidak mampu
memamfaatkan nitrogen yang ada di udara secara langsung. Ada bakteri yang dapat
menangkap nitrogen bebas dari udara misalnya, bakteri rhizobium yang hidup bersimbiosis
diakar tanaman kacang, atau ganggang biru anabaena yang hidup bersimbiosis dengan azolla
(tumbuhan air). Tumbuhan lainnya memperoleh nitrogen dalam bentuk nitrit atau nitrat. Nitrit
dan nitrat secara alami terbentuk dari nitrogen diudara yang terkena lecutan petir, secara
alami tanah memperoleh nitrit dan nitrat sehingga menjadi subur.
b. Oksigen dan karbon dioksida
Okigen (O¬2) merupakan gas pembakar dalam proses pernapasan. Makanan, misalnya
karbohidrat yang ada di dalam sel, mengalami pembakaran (oksidasi) guna mendapatkan
energi. Oksidasi tersebut sering disebut sebagai pernapasan sel. Dalam pernapasan dihasilkan
pula karbondioksida (CO2) dan air (H2O). baik tumbuhan maupun hewan memerlukan
oksigen dari udara bebas untuk pernapasannya dlam rangka mendapatkan energi.
c. Angin dan kelembaban
Angin berperan membantu penyerbukan tumbuhan, menyebarkan spora dan biji tumbuhan.
Bebrapa serangga hama tumbuhan dapat diterbangkan oleh angin ke tempat lain yang jauh.
Kelembaban berperan menjaga organisme agar tidak kehilangan air karena penguapan.
Beberapa mikroorganisme seperti jamur dan bakteri hidup di tempat-tempat yang lembab.
Mikroorganisme tersebut tidak dapat hidup ditempat-tempat kering. Kelembaban adalah
jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara penting, karena mempengaruhi kecepatan
kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan
panas melalui kulit dan saluran pernafasan (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative Humidity = RH)
dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam volume udara terhadap mol
persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan tekanan yang sama (Yousef, 1984). Pada
saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat, kehilangan panas terbatas dan
dengan demikian mempengaruhi keseimbangan termal ternak (Chantalakhana dan Skunmun,
2002).
6. Mineral
Mineral yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang (S), fosfat (P), kalium (K), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), besi (fe), natrium (Na), dan khlor (Cl). Mineral-mineral itu diperoleh
tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang larut didalam air tanah. Mineral tersebut digunakan
untuk berlangsungnya metabolisme tubuh dan untuk penyusun tubuh. Hewan dan manusia
pun memerlukan mineral untuk penyusun tubuh dan reaksi-reaksi metabolismenya. Selain itu,
mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dan mengatur fungsi
fsikologi (faal) tubuh.
7. Keasaman [PH]
Keasaman juga berpengaruh terhadap mahkluk hidup. Biasanya mahkluk hidup memerlukan
lingkungan yang memiliki PH netral. Mahkluk hidup tidak dapat hidup di lingkungan yang
terlalu asam atau basa. Sebagai contoh tanah di Kalimantan yang umumnya bersifat asam
memiliki keanekaragaman yang rendah dibandingkan dengan didaerah lain yang tanahnya
netral. Tanah di Kalimantan bersifat asam karena tersusun atas gambut. Oleh karena itu sulit

dijadikan areal pertanian jika tidak diolah dan dinetralkan terlebih dahulu. Tanah yang
bersifat asam dapat dinetralkan dengan diberikan bubuk kapur. Tanah berhumus seringkali
bersifat asam. Tanah berkapur seringkali bersifat basa. Tanah bersifat basa dapat dinetralkan
dengan diberi bubuk belerang.
8. Kadar Garam [Salinitas]
Jika kadar garam tinggi, sel-sel akar tumbuhan akan mati dan akhirnya akan mematikan
tumbuhan itu. Didaerah yang berkadar garam tinggi hanya hidup tumbuhan tertentu.
Misalnya pohon bakau di pantai yang tahan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi.
9. Topografi
Topografi artinya keadaan naik turunnya permukaan bumi disuatu daerah. Topografi
berkaitan dengan kelembaban, cahaya, suhu, serta keadaan tanah disuatu daerah. Interaksi
berbagai faktor itu membentuk lingkungan yang khas. Sebagai contoh keanekaragaman
hayati di daerah perbukitan berbeda dengan didaerah datar. Organisme yang hidup di daerah
berbukit berbeda dengan daerah datar. Topografi juga mempengaruhi penyebaran mahkluk
hidup.
10. Garis Lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang
secara tidak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme dipermukaan bumi. Ada
organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dan di antara dua benua, memiliki curah hujan
yang cukup tinggi, rata-rata 200-225 cm/tahun. Dengan curah hujan yang tinggi dan merata,
cahaya matahari sepanjang tahun, dan suhu yang cukup hangat dengan suhu rata-rata 27 ¬¬0
C, Indonesia memiliki keaneka ragaman flora dan fauna yang tingggi.
D. Ketuntasan Belajar Biologi
Melalui belajar tuntas ini, siswa yang sudah menguasai materi pelajaran perlu diberikan
kegiatan pembelajaran pengayaan (enrichment), sedangkan kepada siswa yang belum
menguasai materi pelajaran perlu diberikan kegiatan.
Pembelajaran perbaikan (remedial). sehingga sebagian besar atau seluruh siswa dapat
mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan (Muhtar dan Rusmini, 2003).
Pembelajaran remedial merupakan suatu bentuk pembelajaran yang bersifat mengobati,
menyembuhkan atau membetulkan pembelajaran dan membuatnya menjadi lebih baik dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, terutama di peruntukkan bagi para siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar atau belum dapat mencapai ketuntasan belajar.
Pembelajaran pengayaan adalah pembelajaran yang bersifat memperluas. memperdalam dan
menunjang satuan pelajaran dan di peruntukkan btii siswa yang telah tuntas belajar. Melalui
pembelajaran remedial dan pengayaan mi, perhatian guru tidak hanya tertuju pada pemberian
bantuan dan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, tetapi juga ditujukan
kepada siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih tinggi dan pada yang dituntut
oleh program standar, agar kelebihan yang mereka miliki tidak sia-sia (Muktar dan Rusmini,
2003).
Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran dan suatu unit
pelajaran tertentu tersebut dapat di ukur melalui tes hasil belajar siswa.
Dan pendapat di atas dapat disimpulkan, ketuntasan belajar Biologi adalah tingkat
penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran.
E. Pembelajaran JAS (Jelajah Alam Sekitar)
Pembelajaran JAS merupakan pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan

alam sekitar siswa baik lingkungan fisik, sosial, maupun udaya sebagai obyek belajar biologi
yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah. Pendekatani ni menekankan pada kegiatan
pembelajaran yang berkaitan dengan situasi dunia nyata sehingga selain dapat membuka
wawasan berpikir yang beragam dari seluruh peserta didik. Pendekatan JAS memungkinkan
peserta didik mempelajari berbagai konsep dan cara mengkaitkannya dengan kehidupan
nyata, sehingga hasil belajar lebih berdaya guna bagi kehidupannya (Ridlo, 2005).
Menurut Ridlo (2005), JAS merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran Biologi
dengan mengajak subjek didik mengekplorasi lingkungan untuk mencapai kecakapan
kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan,
penguasaan berkarya, penguasaan mensikapi dan penguasaan bermasyarakat. Lingkungan
sekitar dalam hai ini bukan saja sebagai sumber belajar tetapi menjadi objek yang harus
diuntungkan sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran. Pembelajaran JAS berbasis pada
akar budaya, dikembangkan sesuai dengan metode ilmiah dan dievaluasi dengan berbagi
cara.
Kartijono dan Mariyanti (2005) berpendapat, JAS adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar kehidupan peserta didik baik lingkungan fisik,
sosial, budaya sebagai objek belajar biologi dengan mempelajari fenomenanya melalui kerja
ilmiah. Pendekatan ini menekankan pada kegiatan pembelajaran yang dikaitkan dengan
situasi dunia nyata, sehingga dapat membuat wawasan berpikir yang beragam dari seluruh
peserta didik. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik dapat mempelajari berbagai
konsep dan cara mengkaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga hasil belajarnya lebih
berdaya guna bagi kehidupannya.
Adapun Santoso (2005) menjelaskan pembelajaran JAS sebagai berikut: 1) selalu dikaitkan
dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung, maupun menggunakan media; 2) selalu
ada kegiatan berupa peramalan, pengamatan, dan penjelasan; 3) ada laporan untuk
dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan,gambar, foto atau audiovisual. Sedangkan,
Andreas (Santoso, 2005) menyatakan JAS merupakan contextual teaching and learning
(CTL)-nya biologi. Dalam implementasi JAS, penjelajahan merupakan penciri kegiatan dan
alam sekitar merupakan objek yang bisa di ekplorasi fungi dan strukturnya. Untuk lebih
jelasnya diuraikan di bawah ini yaitu:
1) Kegiatan penjelajahan merupakan suatu strategi alternatif dalam pembelajaran (biologi)
dengan mengajak subjek didik aktif mengekplorasi lingkungan untuk mencapai kecakapan
kognitif, afektif, dan psikomotoriknya sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan,
penguasaan berkarya, penguasaan mensikapi dan penguasaan bermasyarakat. Lingkungan
sekitar dalam hal ini bukan saja sebagai sumber belajar tetapi menjadi objek yang harus
diuntungkan sebagai akibat adanya kegiatan pembelajaran. Pembelajaran JAS berbasis pada
akar budaya, dikembangkan sesuai dengan metode ilmiah dan dievaluasi dengan berbagi
cara.
2) Penciri dalam kegiatan pembelajaran JAS adalah:
a. Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung,maupun
menggunakan media.
b. Selalu ada kegiatan berupa peramalan, pengamatan, dan penjelasan.
c. Ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar,foto atau
audiovisual.
3) Model-model pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah model yang lebih bersifat
student centered, lebih memaknakan sosial, lebih memanfaatkan multiresources dan
assesment yang berbasis mastery learning.
Menurut Kartijono dan Mariyanti (2005) ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan JAS
adalah sebagai berikut: a) constructivisme, b) proses sains, c) inquiri, d) ekplorasi lingkungan
alam sekitar, e) alternative assessment.

Sedangkan hakekat pendekatan pembelajaran JAS adalah 1) siswa belajar dengan melakukan
secara nyata dan alamiah; 2) bentuk kegiatan lebih utama daripada hasil; 3) terbentuknya
masyarakat belajar; 4) berpikir tingkat tinggi; 5) memecahkan masalah; 6) menanamkan
sikap ilmiah; 7) hasil belajar diukur dengan berbagai cara ( tidak hanya dengan tes).

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian Tindakan kelas (PTK) merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari
berbagai kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan solusi berupa tindakan
untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Adapun prosedur berdaur pelaksanaan PTK itu
dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 7. Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Tim Pelatihan PGSM 1999
Tiap putaran dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yang meliputi faktor –
faktor seperti berikut :
1. Faktor siswa : yaitu dengan melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang
sedang berlangsung.
2. Faktor guru : yaitu bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan, penguasaan materi
yang diberikan serta teknik yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran dikelas.
3. Faktor sumber pembelajaran : yaitu dengan memperhatikan sumber atau bahan yang akan
diajarkan serta media yang digunakan apakah sesuai dengan tujuan dan tingkat kemampuan

siswa dan tujuan yang akan dicapai.
Secara lebih rinci langkah–langkah prosedur penelitian tindakan adalah sebagai berikut :
1. permasalahan
Permasalahan yang dihadapi adalah masih rendahnya partisipasi dan hasil belajar siswa
secara keseluruhan
2. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan skenario pembelajaran dan penyusunan rencana pelajaran.
b. Membuat lembar observasi umtuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas
pada waktu pengajaran dengan pembelajaran melalui pendekatan JAS.
c. Menyusun alat evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran
berupa tes terakhir.
3. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh guru sesuai proses pembelajaran yang telah direncanakan
(dalam rencana pelajaran). Pelaku tindakan adalah penulis selaku guru dan yang yang
bertindak sebagai observer adalah teman sejawat sesama guru biologi .Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dilaksanakan 3 siklus. Siklus I terdiri terdiri dari tiga pertemuan yaitu
pertemuan pertama dan kedua membahas tentang
4. Observasi
Pada tahap observasi, peneliti sebagai guru pengajar melakukan tindakan dengan
menggunakan pembelajaran dengan pendekatan JAS, sedangkan untuk mengobservasi
tindakan yang sedang dilakukan oleh guru dan aktivitas siswa di dalam kelas dilakukan oleh
teman sejawat yang merupakan guru biologi dengan lembar observasi dan tes. Adapun untuk
mengobsevasi proses pembelajaran siswa menggunakan lembar observasi.
5. Analisis Data
Untuk mengetahui keberhasilan hipotesis tindakan yang telah dirumuskan maka data yang
telah didapat dianalisis melalui tiga tahap (Nasution, 1998), yaitu reduksi data, paparan data,
dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi pemfokusan data menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses
penampilan data secara lebih sederhana. Penyimpulan data adalah proses pengambilan inti
sari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan
padat tetapi mengandung pengertian yang luas. Dari analisis data tersebut dapat diperoleh
gambaran tentang keberhasilan (ketuntasan) belajar secara individual maupun klasikal,
Sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perbaikan- perbaikan pada tindakan
selanjutnya.
6. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru mendiskusikan hasil observasi tentang aktifitas guru dan
siswa selama pembelajaran berlangsung, memperhatikan kelemahan dan hambatan yang ada
dan menentukan langkah–langkah perbaikan sebagai acuan untuk putaran berikutnya.
Secara keseluruhan prosedur penelitian tindakan untuk setiap putaran dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Putaran Pertama
1) Mempersiapkan skenario dan rencana pembelajaran 1 pada materi Gejala abiotik serta
lembar observasi.
2) Mempersiapkan alat evaluasi untuk dikerjakan dikelas.
3) Melaksanakan skenario pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran 1 yaitu
pembelajaran dengan pendekatan JAS pada materi Gejala abiotik
4) Melakukan pemantauan (observasi) proses belajar mengajar Biologi yang dilakukan oleh
guru Biologi di kelas bersama peneliti. Sasaran pemantauan adalah pembelajaran dengan
pendekatan JAS yang dilakukan oleh guru, dan aktifitas siswa sesuai waktu yang tersedia

untuk melihat hasil belajar siswa.
5) Sebagai refleksi pada kegiatan ini peneliti bersama guru menentukan langkah–langkah
perbaikan pembelajaran dengan pendekatan JAS pada materi berikutnya sebagai dasar untuk
menyusun tindakan yang akan dilakukan pada putaran 2.
b. Putaran Kedua
Setelah diperoleh data hasil analisis pada putaran 1 dan gambaran keadaan kelas tentang
perhatian, aktifitas dan kesalahan/kelemahan dalam pembelajaran dengan pendekatan JAS ini
didiskusikan dan dicarikan solusi sehingga kesalahan dan kelemahan pada putaran I tidak
terulang lagi.ini dijabarkan dalam rencana pembelajaran selanjutnya.
c. Putaran Ketiga
Setelah diperoleh hasil analisis pada putaran II dan gambaran tentang keadaan kelas tentang
perhatian,aktifitas dan kekurangan dalam pembelajaran dengan pendekatan JAS akan
dicarikan solusi di putaran III
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 semester I tahun ajaran 2011/2012 di
kelas VII SMP 005 Loa Janan.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Sebagai subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 005 Loa Janan semester I
Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa kelas VII adalah 19 orang siswa yang terdiri dari 9
siswa laki – laki dan 12 orang siswa perempuan.
Sedangkan objek pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan JAS (Jelajah
Alam Sekitar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi data yaitu:
1. Dokumentasi nilai adalah data yang dimiliki oleh guru biologi pada nilai ulangan biologi
sebelumnya. Digunakan sebagai perbandingan dengan hasil tes akhir siklus.
2. Tugas dan Pekerjaan rumah (PR) untuk mengetahui hasil belajar Biologi siswa diakhir
pembelajaran.
3. Tes akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar persiklus.
4. Observasi menggunakan tabel pedoman observasi untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa
dan aktivitas guru apda saat pembelajaran berlangsung.
E. Tehnik Analisis Data
Jenis Penelitian ini adalah tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus dan setiap
putaran dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan pada siklus I dan siklus II, yang masingmasing pertemuan dilaksanakan dalam 3 jam mata pelajaran. Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan menggunakan rata-rata, presentasi, dan grafik.
1. Rata-rata
Rata-rata digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam satu kelas dan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar dengan membandingkan rata-rata skor hasil belajar
masing-masing siklus dengan
menggunakan rumus:
(Sudjana, 1996)
Keterangan:
= Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklus
= Banyaknya siswa
= Jumlah skor seluruh siswa
Tugas di kelas dan pekerjaan rumah (PR) untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa
dengan menggunakan rumus:

(Depdiknas, 2005)
Keterangan:
NK = Nilai hasil belajar siswa dalam setiap siklus
UH = Skor tes akhir siklus
T = Skor tugas
2. Persentase
Persentase digunakan untuk menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke
siklus II dengan menggunakan rumus:
Persentasi = x 100 %
Keterangan :
a. Selisih skor rata-rata prestasi siswa pada dua siklus
b. Skor rata-rata prestasi siswa pada siklus sebelummnya
3. Grafik
Grafik digunakan untuk menvisualisasikan peningkatan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran biologi dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan JAS pada
masing-masing siklus.

DAFTAR PUSTAKA
Amirin dan SamsuIrawan 2000. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung PT.
Remaja Rusda Karya.

Dimyati dan Mujiono 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Dujana 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
Djamarah dan Zain 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Higgard dan Sanjaya 2007. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Cipta.
Mukhtar dan Rusmini 2003. Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam
Pembelqjaran Jakarta : Fifa Mulia Sejahtera.
Nurhadi 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Purwanto . 2004. Psikologi Pendidikan . Bandung : Remaja Rosda Karya.
Soejadi 2000. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Karya.
Sujana 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rusda Karya.
Dr.I.G.A.K. Wardani, Drs. Kuswaya Wihardit M, Ed. dan Drs. Noehi Nasoetion, M.A. 2004.
Penelitian Tindakan Kelas, Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Nur, M. 1996. Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya: IKIP
Surabaya.
Santoso K. 2005. Jelajah Alam Sekitar (JAS). Makalah Semlok Pengembangan Kurikulum
Biologi dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Jurusan Biologi FMIPA UNNES dalam
Rangka Pelaksanaan Program PHK A2.
Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Diposkan oleh Arifuddin di 05:22
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog


▼ 2011 (29)
o ► Agustus (5)
o ▼ Juli (24)


Ciri-Ciri Cewek Bernafsu Seks Besar



Cara Membuat Pembangkit Listrik Tenaga Angin Kecil...



ENYUSUN KERANGKA METODE PENELITIAN



JUDUL PTK



CONTOH PROPOSAL PTK



Peningkatan hasil belajar IPA materi gaya melalui ...



Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang Sumber Daya...



peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui...



Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui koopera...



Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa tentang...



Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik ...



Peningkatan Kemampuan Menulis Surat Pribadi mela...



Peningkatan Hasil Belajar Sains (IPA) pada Materi ...



engaruh penggunaan buku penunjang terhadap keberh...



Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Peta...



Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa P...



Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan...



PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK
MELALUI K...



Penggunaan metode demonstrasi dalam upaya meningka...



Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pokok Bah...



Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan...



eningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ek...



Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik ...



Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Pokok...

Mengenai Saya

Arifuddin
SAYA ANAK KE 2 DARI 7 SAUDARA
Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.