Antrop kelas sma info kepribadian (1)

4. ANEKA WARNA KEPRIBADIAN
Aneka Warna Kepribadian Individu. Aneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran dari
pengetahuan, perasaan, kehendak, serta keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas
hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan
adanya beraneka macam struktur kepribadian pada setiap manusia yang hidup dimuka
bumi, dan menyebabkan bahwa peribadian tiap individu itu unik berbeda dengan
kepribadian individu yang lain.
Ilmu antropologi, dan juga ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik
dan lain-lain, tidak mempelajari individu. Ilmu-ilmu itu mempelajari seluruh pengetahuan,
gagasan, dan konsep yang umum hidup dalam masyarakat, artinya pengetahuan, gagasan,
dan konsep yang dianut oleh sebagian sebesar warga sesuatu masyarakat yang biasanya
disebut “adat-istiadat”. Seluruh kompleks tingkah laku umum berwujud pola-pola tindakan
yang saling berkaitan satu dengan lain itu disebut sistem sosial (social system). Ilmu
antropologi juga mempelajari kepribadian yang ada pada sebagian besar warga sesuatu
masyarakat, yang disebut kepribadian umum atau watak umum (modal personality).
Kepribadian Umum. Para ahli antropologi berpendirian bajwa dengan mempelajari adatistiadat pengasuhan anak yang khas itu akan dapat diduga adanya berbagai unsur
kepribadian yang merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman sejak masa anak-anak
pada sebagian besar warga masyarakat yang bersangkutan.
Kepribadian Barat dan Kepribadian Timur. Dalam banyak tulisan tentang masalah
kebudayaan sering dibicarakan soal perbedaan antara kepribadian manusia yang berasal
dari kebudayaan Barat, dan kepribadian manusia yang asal dari kebudayaan Timur. Dengan

demikian timbul dua konsep yang kontras, yaitu Kepribadian Timur dan Kepribadian Barat.
Mereka yang suka mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut biasanya
menyangka bahwa Kepribadian Timur mempunyai pandangan hidup yang mementingkan
kehidupan kerohanian, mistik, pikiran prelogis, keramah-tamahan, dan kehidupan kolektif,
sedangkan Kepribadian Barat mempunyai pandangan hidup yang mementingkan kehidupan
material, pikiran logis, hubungan berdasarkan azas guna, dan individualisme.
Adapun kontras kolektivisme individualisme Timur-Barat nerupakan kontras mengenai
orientasi nilai budaya manusia dan dapat dikaitkan dengan konsep tentang Kepribadian
Timur-Barat yang pernah dikembangkan sarjana Amerika keturunan Cina, Francis L.K. Hsu,
yang mengkombinasikan dalam dirinya suatu keahlian dalam ilmu antropologi, ilmu
psikologi, ilmu filsafat serta kesusasteraan Cina Klasik. Dalam sebuah karangannya berjudul
Psychological Homeostasis and Jen, yang dimuat dalam majalah American Anthropologist
jilid 73, tahun 1971 (hal. 2344), Hsu telah menyatakan pendapatnya bahwa ilmu psikologi
yang dikembangkan didalam masyarakat negara-negara Eropa Barat, dimana konsep
individu memang mengambil tempat yang sangat penting, biasanya menganalisa jiwa

manusia dengan terlampau banyak menekan kepada pembatasan konsep individu sebagai
suatu kesatuan analisa tersendiri.
Dengan demikian untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu. Hanya sebagai
suatu objek yang terkandung dalam batas individu yang terisolasi, maka Hsu telah

mengembangkan suatu konsepsi bahwa alam jiwa manusia sebagai makhluk sosial budaya
itu mengandung delapan daerah yang berwujud seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran
konsentrikal sekitar diri pribadinya.
Lingkaran no. 7 dan 6 dalah daerah dalam jiwa individu yang oleh para ahli psikologi sisebut
daerah “tak sadar” dan “sub-sadar”. Kedua lingkaran itu berada didaerah pedalaman dari
alam jiwa individu, dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yan telah terdesak kedalam
sehingga tak disadari oleh individu bersangkutan.

Bagan 9. Psiko Sosiogram Manusia
Kemudian ada lingkaran no. 5 yang disebut oleh Hsu “kesadaran yang tak dinyatakan”
(unexpressed consciousness). Lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan
yang disadari penuh oleh individu bersangkutan, tetapi yang disimpan saja olehnya dalam
alam jiwanya sendiri dan tidak dinyatakannya kepada siapapun juga dalam lingkungannya.
Ini disebabkan karena ada kemungkinan bahwa : ia takut, ia malu, ia bersalah atau ia tidak
dapat menemukan kata-kata atau perumusan yan cocok untuk menyatakan gagasan yang
bersanggkutan tadi kepada sesamanya.
Selanjutnya ada lingkaran no. 4 yang oleh Hsu disebut “kesadaran yan dinyatakan”
(expressed conscious). Lingkaran ini dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran,
gagasan-gagasan, dan perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh
individu kepada sesamanya, yang dengan mudah dapat diterima dan dijawab pula oleh

sesamanya.

Lingkaran no. 3 yang oleh Hsu disebut “lingkaran hubungan karib” (intimate cosiety)
mengandung konsepsi-konsepsi tentang orang-orang, binatang, atau benda-benda yang
oleh individu diajak bergaul mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung
dan tempat mencurahkan isi hati apabila sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar
oleh kesedihan serta masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
Sikap manusia terhadap orang binatang atau benda-benda dalam lingkaran no. 2 yang dapat
kita sebut “lingkungan hubungan berguna” tidak lagi ditandai oleh sikap sayang mesra,
melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang, atau benda-benda itu bagi
dirinya. Lingkaran no. 1 yang dapat disebut “lingkaran huhungan jauh” terdiri dari pikiran
dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan,
dana dan yang ada dalam kebduayaan dan masyarakatnya sendiri, tetapi yang jarang sekali
mempunyai arti dan pengaruh lansung terhadap kehidupannya sehari-hari.
Daerah no. 0, yang disebut “lingkaran dunia luar” terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapananggapan yang hampir sama dengan pikiran-pikiran yang terletak dalam lingkaran-lingkaran
nomor 1, hanya saja bedanya antara yang pertama dan yang kedua ialah bahwa yang
pertama terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan tentang orang dan hal yan
terletak diluar masyarakat dan negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan
dengan sikap masa bodoh.
Berdasarkan konsepsi terurai diatas, maka Hsu mengusulkan untuk mengembangkan suatu

konsep kepribadian yang lain sebagai tambahan terhadap konsep personality yang telah
lama dikembangkan para ahli psikologi Barat itu. Konsep yang dapat dipakai sebagai
landasan untuk mengembangkan konsep lain itu menurut Hsu adalah konsep jen dalam
kebudayaan Cina. Jen adalah “manusia yang berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian”.
Keterangan psikologi dari Hsu ini, yang mencoba melihat perbedaan antara manusia yang
hidup dalam lingkungan Kebudayaan Timur dan manusia yang hidup dalam lingkungan
Kebudayaan Barat itu, memang mencoba menyelami sumber-sumber inti dari perbedaan itu.
Semua perbedaan lahiriah antara kedua tipe manusia itu hanyalah akibat dari perbedaan
inti itu.