PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT (2)

PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT
OLEH

HAMSAR SUCI AMALIA, S.H., M.H

PENGERTIAN FILSAFAT
SECARA ETIMOLOGIS

PHILIEN: CINTA

SHOPIA: KEBIJAKSANAAN

YUNANI

: PHILOSOPHIA

JERMAN-BELANDA-PERANCIS : PHILOSOPHIC
INGGRIS

: PHILOSOPHY

LATIN

: PHILOSOPHIA

ARAB

: FALSAFAH

PENGERTIAN FILSAFAT DILIHAT SEBAGAI ILMU
FILSAFAT YAITU MEMPELAJARI HAKIKAT TERDALAM
DARI SEGALA SESUATU UNTUK MEMPEROLEH
KEBENARAN YANG HAKIKI/SEJATI.
INDUK DARI SEGALA ILMU (MOTHER OF SCIENTIAUM)

PENGERTIAN FILSAFAT MENCAKUP
1. FILSAFAT SEBAGAI PRODUK
FILSAFAT SEBAGAI JENIS PENGETAHUAN, KONSEP,
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN DARI PARA FILSUF YANG MERUPAKAN
ALIRAN TERTENTU (RASIONALISME, MATERIALISME, DLL)

2. FILSAFAT SEBAGAI PROSES
AKTIVITAS BERFILSAFAT DALAM PROSES PEMECAHAN
MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE TERTENTU
SESUAI DENGAN OBJEKNYA

CABANG-CABANG ILMU FILSAFAT:
1. EPISTEMOLOGI
2. ETIKA
3. ESTETIKA
4. METAFISIKA

5. METODOLOGI

ONTOLOGI
KOSMOLOGI
ANTROPOLOGI

6. POLITIK
7. FILSAFAT AGAMA
8. FILSAFAT ILMU

9. FILSAFAT PENDIDIKAN
10.FILSAFAT HUKUM

PENGERTIAN FILSAFAT
PANCASILA
HASIL BERPIKIR/PEMIKIRAN YANG SEDALAM-DALAMNYA DI
BANGSA INDONESIA, YANG OLEH BANGSA INDONESIA DIANGGAP
DANDIYAKINI SEBAGAI SUATU NILAI, NORMA DAN KENYATAAN
YANG PALING BENAR, PALING ADIL, PALING BIJAKSANA, PALING
BAIK DAN PALING SESUAI BAGI BANGSA INDONESIA

REFLEKSI KRITIS DAN RASIONAL TENTANG PANCASILA SEBAGAI
DASAR NEGARA DAN KENYATAAN BUDAYA BANGSA, DENGAN
TUJUAN UNTUK MENDAPATKAN POKOK-POKOK PENGERTIANNYA
YANG MENDASAR DAN MENYELURUH
PANCASILA DIKATAKAN SEBAGAI FILSAFAT, KARENA PANCASILA
MERUPAKAN HASIL PERENUNGAN JIWA YANG MENDALAM YANG
DILAKUKAN OLEH THE FOUNDING FATHER, YANG DITUANGKAN
DALAM SUATU SISTEM (RUSLAN ABDUL GANI)

RUMUSAN KESATUAN SILASILA PANCASILA SEBAGAI
SUATU
SISTEM
CIRI-CIRI:
1. SUATU KESATUAN DARI BAGIAN-BAGIAN
2. BAGIAN-BAGIAN TERSEBUT MEMPUNYAI FUNGSI SENDIRI
3. SALING BERHUBUNGAN DAN KETERGANTUNGAN
4. MENCAPAI TUJUAN TERTENTU
5. TERJADI DALAM LINGKUNGAN YANG KOMPLEKS

 SUSUNAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA YANG BERSIFAT
ORGANIS
PANCASILA

KESATUAN YANG MAJEMUK TUNGGAL

SECARA FILOSOFIS BERSUMBER PADA HAKIKAT DASAR
ONTOLOGIS MANUSIA SEBAGAI PENDUKUNG DARI INTI DAN
ISI SILA PANCASILA, YAITU MANUSIA SEBAGAI
“MONOPLURALIS”

 SUSUNAN PANCASILA YANG BERSIFAT HIERARKIS DAN
BERBENTUK PIRAMIDA
SECARA ONTOLOGIS HAKIKAT SILA-SILA PANCASILA
BERLANDASKAN

TUHAN

MANUSIA SATU

RAKYAT

ADIL

BERDASARKAN HAKIKAT YANG TERKANDUNG DALAM SILA-SILA
PANCASILA DAN PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA,
MAKA SEGALA HAL YANG BERKAITAN DENGAN SIFAT DAN HAKIKAT
NEGARA HARUS SESUAI DENGAN LANDASAN SILA-SILA PANCASILA
 SILA PERTAMA KETUHANAN: SIFAT-SIFAT DAN KEADAAN NEGARA
HARUS SESUAI DENGAN HAKIKAT TUHAN

 SILA KEDUA KEMANUSIAAN: SIFAT-SIFAT DAN KEADAAN NEGARA
HARUS SESUAI DENGAN HAKIKAT MANUSIA

 SILA KETIGA PERSATUAN: SIFAT-SIFAT DAN KEADAAN NEGARA
HARUS SESUAI DENGAN HAKIKAT SATU
 SILA KEEMPAT KERAKYATAN: SIFAT-SIFAT DAN KEADAAN NEGARA
HARUS SESUAI DENGAN HAKIKAT RAKYAT
 SILA KELIMA KEADILAN: SIFAT-SIFAT DAN KEADAAN NEGARA
HARUS SESUAI DENGAN HAKIKAT ADIL

 RUMUSAN HUBUNGAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA
SALING MENGISI DAN MENGKUALIFIKASI
BAHWA DALAM SETIAP SILA TERKANDUNG NILAI KEEMPAT
SILA LAINNYA ATAU DALAM SETIAP SILA DIKUALIFIKASI OLEH
KEEMPAT SILA LAINNYA.

NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI
NILAI FUNDAMENTAL NEGARA
1. POKOK PIKIRAN PERTAMA MENYATAKAN NEGARA INDONESIA
ADALAH NEGARA PERSATUAN YAITU NEGARA YANG

MELINDUNGI SEGENAP BANGSA DAN TUMPAH DARAH
INDONESIA MENGATASI SEGALA PAHAM GOLONGAN MAUPUN
PERORANGAN

2. POKOK PIKIRAN KEDUA MENYATAKAN NEGARA HENDAK
MEWUJUDKAN SUATU KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA.
NEGARA WAJIB MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN UMUM BAGI
SELURUH WARGA NEGARA. MENCERDASKAN KEHIDUPAN
BANGSA DAN IKUT MELAKSANAKAN KETERTIBAN DUNIA
YANG BERDASARKAN PERDAMAIAN ABADI DAN KEADILAN
SOSIAL

3. POKOK PIKIRAN KETIGA MENYATAKAN NEGARA
BERKEDAULATAN RAKYAT. BERDASARKAN ATAS KERAKYATAN
DAN PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN. HAL INI
MENUNJUKAN BANGSA INDONESIA ADALAH NEGARA
DEMOKRASI DENGAN KEDAULATAN BERADA DITANGAN
RAKYAT

4. POKOK PIKIRAN KEEMPAT MENYATAKAN NEGARA
BERDASARKAN ATAS KETUHANAN YANG MAHA ESA MENURUT
DASAR KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB. NEGARA
INDONESIA MENJUNJUNG TINGGI KEBERADAAN SEMUA
AGAMA DALAM PERGAULAN HIDUP NEGARA

INTI ISI SILA-SILA
PANCASILA
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
BAHWA NEGARA INI DIDIRIKAN SEBAGAI BENTUK
PENGEJAWANTAHAN TUJUAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
TUHAN YANG MAHA ESA

TUNGGAL

SEBAB YANG TIDAK DISEBABKAN OLEH APAPUN

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
MANUSIA: DALAM HIDUP HARUS MENJUNJUNG TINGGI HARKAT
DAN MARTABAT SEBAGAI MAKHLUK YANG BERADAB.

ADIL DAN BERADAB: KESADARAN SIKAP MORAL DAN TINGKAH
LAKU MANUSIA YANG DIDASARKAN PADA NURANI YANG
DIKAITKAN DENGAN NORMA SERTA BUDAYA YANG ADA, BAIK
TERHADAP DIRI SENDIRI, SESAMA MANUSIA MAUPUN
LINGKUNGANNYA.

3. PERSATUAN INDONESIA

NEGARA MERUPAKAN PENJELMAAN SIFAT KODRAT MANUSIA
SEBAGAI MONODUALIS. SEBAB NEGARA INI TERDIRI DARI
BERANEKA RAGAM SUKU, RAS, AGAMA.
NILAI PERSATUAN INDONESIA MENGANDUNG MAKNA,
NASIONALISME INDONESIA ADALAH NASIONALISME RELIGIUS
YAITU NASIONALISME YANG BERMORAL KETUHANAN YANG MAHA
ESA. NASIONALISME YANG HUMANISTIK MENJUNJUNG TINGGI
HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK TUHAN.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
MAKNA SILA KEEMPAT ANTARA LAIN:

• KEBEBASAN YANG DISERTAI TANGGUNG JAWAB, BAIK
TERHADAP MASYARAKAT MAUPUN SECARA MORAL TERHADAP
TUHAN
• MENJUNJUNG TINGGI HARKAT DAN MARTABAT KEMANUSIAAM
• MENJAMIN DAN MEMPERKOKOH PERSATUAN DAN KESATUAN
HIDUP

• MENGAKUI PERBEDAAN SUKU, RAS DAN AGAMA, KARENA
PERBEDAAN ADALAH KODRAT MANUSIA
• MENGAKUI ADANYA PERSAMAAN HAK YANG MELEKAT PADA
MASING-MASING INDIVIDU
• MENGARAHKAN PERBEDAAN DALAM SUATU KERJASAMA
KEMANUSIAAN YANG BERDAB
• MENJUNJUNG TINGGI ASAS MUSYAWARAH
• MEWUJUDKAN DAN MENDASARKAN KEADILAN DALAM
KEHIDUPAN SOSIAL AGAR TUJUAN NEGARA TERCAPAI

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
KEADILAN HARUS TERWUJUD DALAM HIDUP BERSAMA
MELIPUTI

• KEADILAN DISTRIBUTIF
• KEADILAN LEGAL
• KEADILAN KOMUTATIF