Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inquiry dengan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester I T

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia serta mempolakan sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3). IPS merujuk pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan massa depan.

  Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan.

  Menurut Gunawan Rudy (2011:26) IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis dan psikologis untuk tujuan institusional pendidikan nasional berdasarkan pancasila. Dengan demikian, maka untuk tingkat pendidikan dasar dan menegnah, IPS diimplementasikan sebagai Social Studies dan untuk tingkat pendidikan tinggi sebagai Social Science Education. Sapriya (2009:7) mengatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata

  pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata

  pelajaran ilmu sosial lainnya Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang bersifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran. Dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorgasian materi/ bahan mata pelajaran disesuaikan lingkungan dengan karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.

  Berdasarkan beberapa definisi IPS dari para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran perpaduan dari ilmu-ilmu sosial (ekonomi, geografi dan sejarah) yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu ilmu sosial yang terjadi dimasyarakat. Pemberian IPS ini bersifat terpadu.

  Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar poenilaian.

  Permendikbud RI Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi menerangkan bahwa tingkat kompetensi merupakan kriteria pencapaian kompetensi yang bersifat generik dan harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi yang bersifat generik mencakup tiga ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Secara lebih rinci mengenai ruang lingkup dan tingkat kompetensi pada mata pelajaran IPS jenjang pendidikan dasar dapat disajikan pada tabel 2.1.

  Tabel 2.1Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup Mapel IPS

Tingkat Kompetensi RuangLingkupMateri

Kompetensi

  • Tingkat Manusia, tempat, dan lingkungan Menunjukkan perilaku social Pendidikan dan budaya yang Wilayah geografis tempat tinggal
  • Dasar (Kelas mencerminkan jatidiri bangsa bangsa Indonesia I-VI) Indonesia Konektivitas dan interaksi social
  • >konsep ruang, kehidupan bangsa di wilayah Mengenal waktu, dan aktifitas manusia Negara Indonesia. dalam kehidupan sosial, Waktu, keberlanjutan, dan budaya, dan ekonomi. perubahan
  • Menceritakan hasil eksplorasi Perkembangan kehidupan bangsa mengenai kehidupan bangsa Indonesia dalam waktu sejak Indonesia. masa pra aksara hingga masa Islam.

  • Kehidupan manusia dan kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya masyarakat dan bangsa Indonesia.
  • Kehidupan ekonomi masyarakat.
  • Menceritakan keberadaan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
  • Konektivitas antar ruang dan penanggulangan permasalahan lingkungan hidup secara bijaksana dalam kehidupan bangsa Indonesia.
  • Menunjukkan perilaku social dan budaya yang mencerminkan jatidirinya sebagai warga negara Indonesia.
  • Perkembangan kehidupan bangsa Indonesia dari masa penjajahan, masa pergerakan kemerdekaan sampai awal Reformasi dalam menegakkan dan membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
  • Menjaga kelestarian lingkungan hidup secara bijaksana dan bertanggungjawab
  • Meneladani tindakan heroic pemimpin bangsa, dalam kehidupan social dan budaya bangsa Indonesia - Menceritakan hasil eksplorasi mengenai kehidupan bangsa Indonesia.
  • Norma, lembaga, dan politik dalam kehidupan social dan budaya bangsa Indonesia.

  Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

  Indonesia yang bertanggungjawab.

  Manusia, tempat, dan lingkungan

  Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

  Sistem social dan budaya.

  Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

  • Kehidupan perekonomian masyarakat dan Negara Indonesia sebagai perwujudan rasa nasionalisme.

  Sumber : Permendikbud RI Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, halaman 150-152

  Standar kompetensi mata pelajaran mendeskripsikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan. Standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang tersetruktur.

  Dalam proses pembelajaran Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sangat dirancang dengan sistematis karena agar meteri yang akan disampaikan terarah dan tidak keluar dari tujuan ruang lingkup pembelajaran IPS di SD. Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, harus dicapai peserta didik dari sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap tingkat kompetensi. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan peserta didik untuk menguasai mata pelajaran tertentu yang digunakan sebagai acuan penyusunan indikator komptensi dalam suatu proses pembelajaran.Secara rinci KI dan KD yang akan digunakan sebagai acuan pada proses pembelajaran IPS di kelas IV SD disajikan dalam tabel 2.2 berikut ini.

  Tabel 2.2Kompetensi Inti dan Kompetensi DasarMapel IPS Kelas IV

KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI

(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)

3. Memahami pengetahuan factual

  4. Menyajikan pengetahuan factual dalam dengan cara mengamati dan menannya bahasa yang jelas, sistematis dan logis, berdasarkan rasa ingintahu tentang dalam karya yang estetis, dalam gerakan dirinya, mahkluk ciptaan Tuhan dan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam kegiatannya, dan benda-benda yang tindakan yang mencerminkan perilaku dijumpai di rumah, di sekolah dan anak beriman dan berakhlak mulia tempat bermain.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

  3.1Mengidentifikasi karakteristik ruang

  4.1 Menyajikan hasil identifikasi dan pemanfaatan sumberdaya alam karakteristik ruang dan pemanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat dari sumber daya alam untuk kesejahteraan tingkat kota/ kabupaten sampai tingkat masyarakat dari tingkat kota/ kabupaten provinsi. sampai tingkat provinsi.

  3.2 Mengidentifikasi keberagaman 4.2 menyajikan hasil identifikasi mengenai social, ekonomi, budaya, etnis, dan keberagaman sosial, ekonomi, budaya, agama di provinsi setempat sebagai etnis, dan agama di provinsi setempat identitas bangsa Indonesia; serta sebagai identitas bangsa Indonesia; serta

hubungannya dengan karakteristik hubungannya dengan karakteristik ruang.

ruang.

  3.3 Mengidentifikasi kegiatan ekonomi

  4.3 Menyajikan hasil identifikasi kegiatan dan hubungannya dengan berbagai ekonomi dan hubungannya dengan bidang pekerjaan, serta kehidupan berbagai bidang pekerjaan, serta kehidupan social dan budaya di lingkungan sekitar social dan budaya di lingkungan sekitar sampai provinsi sampai provinsi.

  3.4 Mengidentifikasi kerajaan Hindu

  4.4 Menyajikan hasil identifikasi kerajaan dan/atau Buddha dan/ atau Islam di Hindu dan/ atau Buddha dan/atau Islam di Lingkungan daerah setempat, serta lingkungan daerah setempat, serta pengaruhnya pada kehidupan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat masyarakat masa kini. masa kini.

  Sumber : Lampiran Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, halaman 1.

  Pencapaian tujuan pembelajaran diukur melalui KD yang dapat dicapai melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat di rancang didalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

  Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi (Permendikbud RI Nomor 21 Tahun 2016). Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

  Proses pembelajaran dalam satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan kreatif sesuai dengan bakat minat dan psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

  Pembelajaran IPS dilaksanakan di Sekolah Dasar bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

  Pola pembelajaran IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pemahaman., nilai moral, dan ketrampila-ketrampilan sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan pembelajaran bukan sebatas pada upaya memberikan konsep yang bersifat hapalan belaka, melainkan terletak pada upaya menjadikan siswa memiliki seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan ketrampilan agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya.

2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Inquiry dan Model Pembelajaran Numbered

  Head Together

2.1.2.1 Pendekatan pembelajaran Inquiry

  Landasan berpikir pendekatan Inquiry yaitu konsep pembelajaran yang guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Pendekatan Inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif didalam proses pembelajaran dengan cara pencarian dan penemuan sendiri. Pendekatan Inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Menurut Hamruni (2012:88) Proses berpikir ini biasanya dilakukan melalui tanyajawab antara guru dan siswa.

  Didalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry peserta didik akan memperoleh pengalaman untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang ditanyakan. Pendekatan Inquiry menurut siswa, untuk melakukan eksperimen terbimbing dan mencari jawaban atau pertanyaan sendiri dengan atau tanpa bantuan guru. Siswa melakukan sendiri, mengamati, mencoba serta mempraktekannya akan membuat belajar lebih mempunyai makna dan pengetahuan yang diperoleh dan akan lebih dapat diingat oleh peserta didik. Sebab apa yang didengar peserta didik akan dilakukan, apa yang dilihat akan diingat, dan apa yang dikerjakan akan dipahami.

  Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pendekatan Inquiry. Pertama, pendekatan Inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru, tetapi siswa berperan untuk menemukan sendiri inti materi dari pelajaran tersebut.

  Kedua , peran guru bukan hanya sebagai sumber belajar, melainkan sebagai

  fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, karena dengan tanya jawablah merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry. Ketiga, dalam pendekatan

  

Inquiry siswa tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tetapi dapat

menggunakan potensi yang dimilikinya.

  Pendekatan Inquiry adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa untuk menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Tujuannya adalah mengembangkan sikap dan kertampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri (Ngalimun 2014:33). Pendekatan Inquiry berarti mengetahui bagaimana menemukan sesuatu dan bagaimana mengetahui cara untuk memecahkan masalah. Menginkuiri tentang sesuatu yang berarti mencari informasi, memiliki rasa ingin tahu, menanyakan pertanyaan, menyelidiki dan mengetahui ketrampilan yang akan membentunya memecahkan masalah.

  Menurut Majid Abdul (2014:173) Strategi pendekatan Inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pendekatan Inquiry menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus pembimbing siswa untuk belajar.

  Berdasrakan pendapat dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran Inquiry adalah pembelajaran yang menekankan kekaktifan siswa dalam menemukan sendiri jawaban dari permasalahan atau persoalan yang ada. Pembelajaran inquiry membuat siswa untuk bisa mencari dan menyelidiki suatu masalah dengan cara yang sistematis, kritis, logis dan dianalisis dengan baik. Disini guru hanya menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk menemukan permasalahan yang diberikan.

  Langkah-langkah pelasanaan strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry (Hamruni, 2012:95)

  1. Orientasi Pada langkah ini guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembnelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah : a)

  Guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

  b) Guru menjelakskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

  c) Guru menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik.

  2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memecahkan masalah sevagai berikut :

  a) Guru membeikan topik yang akan dipeljari, sedangkan rumusan masalah yang sesuai dengan topik tersebut sebaiknya diserahkan kepada siswa agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam masalah yang hendak dikaji.

b) Persoalan atau masalah yang dikaji mengandung jawaban yang pasti.

  c) Sebelum masalah dikaji lebih jauh alangkah baiknya siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah tersebut.

3. Mengajukan hipotesis

  Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Dalam hal ini sebaiknya guru mengajukan berbagai pertanyaan untuk dapat mendorong siswa dalam merumuskan jawaban sementara, atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan suatu permsalahan yang dikaji.

  4. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

  5. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumppulan data.

  6. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mempu menunjukkan data yang relevan kepada siswa.

  Langkah-langkah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

  Inquiry (Ngalimun, 2014:35) 1.

  Penerimaan dan pendefinisian masalah Siswa menerima dan mengidentifikasi masalah yang membutuhkan penjelasan.

  2. Pengembangan hipotesis Siswa mengembangkan minat atau solusi dalam suatu masalah.

  3. Pengumpulan data Setelah hipotesis ditetapkan, siswa mengumpulkan data untuk menguji hipotesis tersebut.

  4. Pengujian hipotesis Setelah semua data terkumpul, tahap selanjutnya adalah membedakan antara penjelasan yang menyesatkan atau penjelasan yang memadai/cocok.

  5. Penarikan kesimpulan Proses ini melibatkan siswa untuk menarik suatu kesimpulan mengenai proyek inquirynya.

  Langkah-langkah pelaksanaan strategi pendekatan Inquiry (Majid Abdul, 2014:175) sebagai berikut : 1.

  Orientasi Guru merangsang dan mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

  2. Merumuskan masalah Siswa didorong untuk memecahkan masalah dengan tepat. Oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

  3. Merumuskan hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya.

  4. Mengumpulkan data Aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang akan diajukan.

  5. Menguji hipotesis Proses menentukan jwaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

  6. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan merupakangong-nya dalam proses pembelajaran.

  Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas penulis menyuimpulkan langkah- langkah strategi pembelajaran pendekatan Inquiry sebagai berikut :

1. Menyimak topik 2.

  Merumuskan masalah 3. Membuat hipotesis 4. Mengumpulkan data 5. Menguji hipotesis 6. Menraik kesimpulan

2.1.2.2 Hubungan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan Inquiry

  Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam pembelajaran mengintegrasikan level berfikir tingkat tinggi dalam proses belajar dan evaluasi.

  Ketrampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tingkat tinggi dari Blooms Taxonomy (Frangenhim Eric,itc:2013) yang terdiri dari 6 level yaitu sebagai berikut :

  1. Design Acting like an inventor, experiencing ‘light bulb’ moments to generate new products, ideals or ways of doing things 2. Evalute Acting like the scales of jusctice to ‘weigh up’ the evidence to make and justify a decision 3. Analyse Acting like a magnifying glass to identify the component parts of an issue, situation or object 4. Apply Acting to apply new skills, rules and concepts to related and new situations 5. Understand Acting like an expert, showing understanding of words, concepts, cause and effect and ‘reasons for’! 6.

  

Acting like an internet databese to recall information, facts and data?

  Dalam penjelasan diatas berfikir tingkat tinggi dalam Taksonomi Bloom dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Desain

  Mengalami untuk menghasilkan produk, ide atau cara baru 2. Evaluasi

  Menimbang/bukti untuk membuat dan membenarkan keputusan 3. Menganalisa

  Mengidentifikasi bagian komponen dari sebuah isu, situasi atau objek 4. Menerapkan

  Menerapkan ketrampilan baru, aturan dan konsep terkait dan situasi baru 5. Memahami

  Memahami kata-kata, konsep, sebab dan akibat 6. Mengingat

  Mengingat data, fakta dan informasi Dalam hal ini hubungan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan

  

Inquiry ini saling berkaitan, karena Inquiry yang berarti penemuan jawaban dari

  permasalahan atau persoalan yang akan menghasilkan ide baru, maka untuk mendukung hal tersebut pendekatan Inquiry sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melatih siswa dalam berpikir kritis, logis dan sistematis dan mampu memecahkan masalah.

2.1.2.3 Model Pembelajaran Numbered Head Together

  Menurut Ngalimun (2014:169) model pembelajaran Numbered Head

  

Together adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks :

pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu.

  Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dala kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.

  Model pembelajaran Numbered Head Together adalah pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering

  (Suprijono Agus, 2013:92). Model pembelajaran Numbered Head Together adalah varian dari diskusi kelompok. Huda Miftahul (2013:203) mengatakan bahwa metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan Numbered Head Together ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

  Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Relmasira (2013) "in

  

collaboration, teachers should put their trust in students to be creatively

maintaining their own learning. Teachers should be no longer control the

learning and start to empower meaningful collaboration for achieving successful

learning where all students achieve progress in learning." Dalam berkolaborasi,

  para guru harus mempercayai siswa agar dapat secara kreatif mempertahankan pembelajaran mereka sendiri. Guru juga harus mengontrol pembelajaran dengan cara mendorong siswa agar pembelajaran lebih bermakna, dimana setiap siswa dapat mencapai kemajuan dalam belajar." Untuk mendukung hal tersebut, model pembelajaran Numbered Head Together sebagai salah satu model pembelajaran yang berkolaborasi secara kelompok yang dapat digunakan untuk melatih siswa dalam bekerjasama untuk memecahkan masalah.

  Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together adalah sebuah model pembelajaran yang mengutamakan adanya aktivitas para siswa dalam mencari dan mengolah serta melaporkan informasi yang diperoleh dari berbagai macam sumber yang pada akhirnya siswa mempersentasikannya didepan kelas. Model pembelajaran

  

Numbered Head Together pada dasarnya dibuat agar siswa dapat bekerja salin

bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

  Menurut Ngalimun (2014:169) Langkah-langkah model pembelajaran

  Numbered Head Together sebagai berikut : 1.

  Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

  3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.

  4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil untuk melaporkan hasil kerjasama mereka.

  5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

  6. Kesimpulan.

  Menurut Suprijono Agus (2013:92) Langkah-langkah model pembelajaran

  Numbered Heads Together ini adalah : 1.

  Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari.

  Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8.

  2. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap- tiap kelompok menemukan jawaban.

  3. Tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.

  4. Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap- tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang diterimanya dari guru.

  5. Semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban berdasarkan pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut sebagai pengetahuan yang utuh.

  6. Kesimpulan Menurut Huda Miftahul (2013:203) Langkah-langkah Numbered Heads

  Together adalah :

  1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok 2.

  Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor 3. Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya.

  4. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. Berdasarkan penjelasan dari para ahli diatas penulis menyimpulkan langkah-langkah utama model pembelajaran Numbered Head Together sebagai berikut : 1.

  Siswa dibagi dalam kelompok 2. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor 3. Siswa menerima tugas/soal/masalah dan masing-masing kelompok mengerjakan

  4. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban atas soal atau permasalahan yang telah diberikan oleh guru.

  5. Salah satu nama siswa yang dipanggil melaporkan tugas dari yang dikerjakan

  6. Tanggapan dari teman yang lain 7.

  Salah satu nama siswa yang dipanggil melaporkan tugas dari yang dikerjakan

  8. Kesimpulan

  

2.1.2.4 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Inquiry dengan Model

Pembelajaran Numbered Head Together

  Pendekatan pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered

  

Head Together adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode ilmiah

  dengan menggunakan teknik investigasi untuk menemukan pengetahuan baru yang melibatkan siswa berfikir kritis, logis, sistematis secara berkelompok dengan menggunakan kepala bernomor, dengan aktivitas siswa mengolah serta melaporkan informasi yang pada akhirnya siswa mempersentasikan hasil diskusinya didepan kelas. Dari definisi pendekatan pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered Head Together dapat disimpulkan langkah- langkah sebagai berikut :

  1. membentuk kelompok @5 siswa 2.

  Menyimak topik Sumber Daya Alam 3. Menerima nomor dikepala 4. Diskusi rumusan masalah Tentang Sumber Daya Alam 5. Pemanggilan nomor 6. Memberikan tanggapan 7. Membuat hipotesis 8. Mengumpulkan informasi Sumber Daya Alam 9. Menguji hipotesis Sumber Daya Alam 10.

  Menarik kesimpulan.

2.2 Hasil Belajar

  Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian, penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses kemajuan dalam belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dalam Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian, menegaskan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

  Menurut Hamalik (2013:30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar ini akan tampak setiap aspek tingkah laku manusia, yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apersepsi emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap. (Wardani Naniek S,2012:54) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan hasil pengukuran penguasaan materi yang dinyatakan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Susanto Ahmad (2013:4) hasil belajar adalah pengukuran penguasaan materi yang terjadi pada diri siswa secara menyeluruh, baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan hasil dari kegiatan belajar. Hal ini merupakan kegiatan hasil belajar yang dapat mengubah siswa secara menyeluruh. Bloom dalam Suprijono (2013:6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan pesikomotor. Kognitif mengenai pengetahuan, afektif mengenai sikap menerima, memberi respon, psikomotor mengenai teknik. Dari pendapat para ahli mengenai pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil sebuah pengukuran dari tingkat kognitif, afektif dan psikomotor.

  Pengukuran hasil belajar dilakukan aspek proses kegiatan pembelajaran dan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, maka akan dilakukan sebuah penilaian. Dalam melakukan sebuah pengukuran ditetapkan terlebih dahulu alat yang disebut instrument. Dalam dunia pendidikan instrumen yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang adalah tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap, dan angket.

  Berbagai teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dari keberhasilan proses belajar maupun hasil belajar peserta didik, yang meliputi aspek sikap pengetahuan dan keterampilan. Terdapat dua teknik yang dapat digunakan oleh Wardani Naniek S (2012:71-76) yaitu teknik tes dan teknik nontes. Wardani Naniek S,dkk (2012:142) pengertian tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur indikator/ kompetensi tertentu, dilakukan sengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik sehingga hasilnya relativ ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang sama. Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Wardani Naniek S, dkk (2012:144) yaitu: 1.

  Tes tertulis Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis.

2. Tes Lisan

  Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik, dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor, seperti tes wawancara merupakan tes lisan.

  3. Tes perbuatan Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Wardani Naniek S (2012:134) non tes merupakan penilaian menggunakan pertanyaan atau pernyataan yang tidak menuntut jawaban benar atau salah.

  Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Wardani Naniek S, dkk (2012:73-75) yaitu: 1.

  Unjuk kerja adalah suatu penilaian/ pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu berupa tingkah laku atau interaksi seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi.

  2. Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu.

  Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data.

  3. Tugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara individu.

  4. Tugas kelompok sama dengan tugas individu, namun dikerjakan secara kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja kelompok.

  5. Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atau tugas atau pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan laporan pemantapan praktik lapangan (PPL).

  6. Responsi atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya.

  7. Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.

  Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perolehan skor yang dicapai oleh siswa dari aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik dengan menggunakan teknik tes maupun non tes.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh Suriani Siregar .2013. yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Media Animasi Terhadap Pemahaman Konsep, Sikap Ilmiah Dan Assesmen Kinerja Siswa Pada Konsep Sintesis Protein Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi terhadap pemahaman konsep, sikap ilmiah dan assesmen kinerja siswa pada konsep sintesis protein. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XII SMA Negeri 9 Banda Aceh. Populasi penelitian berjumlah 144 siswa. Sampel berjumlah 55 siswa terdiri dari dua kelas yaitu kelas XII IPA1 sebagai kelas eksperimen berjumlah 27 siswa dan kelas XII

  IPA2 sebagai kelas pembanding berjumlah 28 siswa. Data diperoleh menggunakan tes. Data sikap ilmiah diperoleh dengan kuesioner. Data asesmen kinerja diperoleh dengan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji-t. Hasil penelitian diperoleh: 1) Terdapat perbedaan pemahaman konsep secara signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri menggunakan media animasi dengan model diskusi menggunakan media gam- bar; 2) Terdapat perbedaan signifikan sikap ilmiah antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri dan media animasi dengan model diskusi dengan media gambar; 3) Terdapat perbedaan assesmen kinerja siswa secara signifikan antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri dan media animasi dengan model diskusi dan media gambar; 4) Terdapat hubungan positif antara pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri dengan media animasi (r=0,743>0,389).

  Seniwati.2015. yang berjudul Peningkatan Aktivitas, Sikap Dan Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, yaitu rata-rata hasil belajar meningkat dari 47,67% menjadi 53,77% sedangkan peningkatan prestasi siswa yang tuntas meningkat dari 62,80% menjadi 95,35%. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa yang meliputi: (1) Siswa yang memperhatikan materi yang dibawakan guru, (2)Siswa yang mengajukan pertanyaan, tanggapan atau komentar, (3) Siswa yang mengerjakan LKS, (4) Siswa yang meminta bimbingan guru, (5) Siswa yang berani tampil di depan kelas saat presentase dan menyimpulkan materi, (6) Mengamati atau melakukan pengamatan,(7) Siswa yang melakukan kegiatan Inti, (8) Siswa yang mampu merumuskan masalah dan merumuskan jawaban melalui kegiatan diskusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwaterjadi peningkatan antivitas dan hasil belajar biologi saswa kelas X1 SMA 1 Bontonompo melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri.

  Purwanto.2013. yang berjudul Analisis Kemampuan Inkuiri dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran berbasis Model Hierarki Of Inquiry. Hasil penelitian yang dilakukan pada 36 siswa, menunjukan kemampuan berinkuiri siswa berada pada kategori kurang terampil dengan nilai IPK sebesar 36,62%. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif secara keseluruhan meningkat dengan nilai <g> 0,53 dengan kategori sedang, aspek afektif pada kategori cukup terampil sebesar 69%, dan aspek psikomotor pada kategori cukup terampil sebesar 62,33%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dengan menggunakan model pembelajaran level of inquiry dapat melatihkan kemampuan berinkuiri siswa, hasil belajar siswa pada ranah afektif, dan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor.

  Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Agisni Mulyana .2016. yang berjudul Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Sosial Budaya Penelitian terselesaikan sebanyak 3 Siklus, dengan perolehan hasil akhir tahap perencanaan sebesar 100%, tahap pelaksanaan sebesar 100%, aktivitas siswa sebesar 95,78% dan hasil belajar sebesar 89,65%, simpulannya model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kenampakan alam dan sosial budaya.

  Aguseri Effendi . (2017). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

  

Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

  Mata Pelajaran Matematika Materi Soal Cerita Di Kelas VI A SDN 61/X Talang Babat. Hasil evaluasi siklus II dikonversikan dengan tabel hasil tes belajar siklus

  II. hasil konversi menyatakan bahwa penelitian juga belum mencapai target, sehingga harus dilanjutkan dengan siklus III. RPP siklus III, juga disusun berdasarkan hasil refleksi siklus sebelumnya yaitu siklus II.Hasil observasi pada tahap pelaksanaan siklus III menunjukkan bahwa semua bagian dalam kegiatan pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, sehingga tidak ada lagi bagian kegiatan pembelajaran yang perlu diperbaiki. Sedangkan hasil evaluasi siklus III yang dikonversikan dengan tabel hasil tes belajar menyatakan bahwa penelitian telah mencapai batas target kriteria ketuntasan belajar yakni sebesar 87,88%. Terjadi peningkatan ratarata hasil belajar siswa yaitu dari 59,38 pada kondisi awal sebelum perbaikan menjadi 66,41 pada siklus I, dari 66,41 menjadi 71,88 pada siklus II. Dari 71,88 pada siklus II, menjadi 78,91 pada siklus III.

2.4 Kerangka Pikir

  Pembelajaran yang telah berlangsung adalah dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan pembelajaran menjadi monoton sehingga siswa jenuh dan kurang menarik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini tentunya juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar IPS siswa. Oleh kerena itu, guru dituntut harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa dengan menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang cocok sesuai dengan materi pembelajaran yang akan di ajarkan.

  Pendekatan pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered Head

  

Together adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode ilmiah dengan

  menggunakan teknik investigasi untuk menemukan pengetahuan baru yang melibatkan siswa berfikir kritis, logis, sistematis secara berkelompok dengan menggunakan kepala bernomor dengan aktivitas siswa mengolah serta melaporkan informasi yang pada akhirnya siswa mempersentasikan didepan kelas.

  Berdasarkan deskripsi diatas maka kerangka berpikir peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan Pendekatan pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered Head Togethersecara rinci dapat disajikan melalui gambar 2.1 sebagai berikut.

  Penggunaan - Siswa jenuh dan Kondisi kurang menarik pendekatan dan

  Awal dalam pembelajaran model

  • Hasil belajar siswa pembelajaran yang kurang kurang kooperatif
  • Pembelajaran lebih menarik Menerapkan - Siswa dapat pendekatan berfikir secara

  Inquiry dengan individu maupun

  Tindakan model berkelompok dan siswa berani pembelajaran mempresentasikan NHT hasil diskusi

  Diduga dengan menggunakan pendekatan Inquiry dan Kondisi model pembelajaran NHT menjadikan pembelajaran tema 3 pada mata pelajaran IPS lebih menyenangkan

  Akhir dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Gambar 2.1 Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Pembelajaran Inquiry dan

  

Model Pembelajaran Numbered Head Together

2.5 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka hipotesis yang menjadi jawaban sementara dari penelitian ini adalah : penerapan pendekatan pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar tema 3 (Peduli Terhadap Makhluk Hidup) pada mata

  pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Think Pair Share (TPS) dan Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 4 SDN Kumpulrejo 03 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Think Pair Share (TPS) dan Pendekatan Inkuiri Siswa Kelas 4 SDN Kumpulrejo 03 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 47

UPAYA PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 4 SDN KESONGO 01 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TAHUN PEMBELAJARAN 20162017

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

0 0 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Pembelajaran Mitra Berbasis Problem Solving untuk Pemecahan Masalah Matematika SD

0 0 55

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inquiry dengan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Sukorejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester I T

0 0 6