Pengaruh Medan Magnet Terhadap Pembangkitan Muatan Lapisan Tipis Klorofil Spirulina Sp. Hasil Deposisi Spin Coating

Disusun Oleh : SRI JONO LISTIYANTO NIM M0207060 SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Fisika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni, 2012

Skripsi dengan judul : PENGARUH MEDAN MAGNET TERHADAP PEMBANGKITAN MUATAN LAPISAN TIPIS KLOROFIL SPIRULINA SP. HASIL DEPOSISI SPIN COATING

Yang ditulis oleh: Nama

: Sri Jono Listiyanto

NIM

: M0207060

Telah diuji dan dinyatakan lulus oleh dewan penguji pada Hari

Anggota Tim Penguji

1. Drs. Suharyana, M.Sc. .................................. NIP. 19611217 198903 1 003

2. Dr. Eng. Risa Suryana, S.Si., M.Si. .................................. NIP. 19710831 200003 1 005

3. Dr. Eng. Budi Purnama, S.Si., M.Si. .................................. NIP. 19731109 200003 1 001

4. Dr. Agus Supriyanto, S.Si., M.Si. .................................. NIP. 19690826 199903 1 001

Disahkan oleh Ketua Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ahmad Marzuki, S.Si, Ph.D NIP. 19680508 199702 1 001

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi intelektual skripsi saya yang berjudul “PENGARUH MEDAN MAGNET TERHADAP PEMBANGKITAN MUATAN LAPISAN TIPIS KLOROFIL SPIRULINA SP. HASIL DEPOSISI SPIN COATING” adalah hasil kerja saya atas arahan pembimbing dan sepengetahuan saya hingga saat ini, isi skripsi tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau materi yang telah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Sebelas Maret atau di Perguruan Tinggi lainnya, jika ada maka telah dituliskan di daftar pustaka skripsi ini dan segala bentuk bantuan dari semua pihak telah ditulis di bagian ucapan terimakasih. Isi skripsi ini boleh dirujuk atau difotokopi secara bebas tanpa harus memberitahu penulis.

Surakarta, 5 Juni 2012

SRI JONO LISTIYANTO

“..Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” ( Qs. At Thalaq:7)

“If you fill your heart with regrets of yesterday and the worries of tomorrow, you have no today to be thankful for .”(Anonim)

“Ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu menjaga engkau sedangkan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta adalah terhukum. Harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, sedangkan ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.”(Ali bin Abi Tholib)

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu, belajarlah untuk tenang dan sabar.” (Umar bin Khothob)

Alhamdulillahirobbil ‘alamin Penuh syukur kepada-Nya, Robb semesta alam,

kupersembahkan karya kecil ini teruntuk:

Allah SWT, atas rahmat yang Engkau berikan. Rosulullah Muhammad SAW, Sang Uswatun Hasanah Sepanjang Masa.. Ibu’ & Bapak tercinta, Tiada pengorbananmu yang sia-sia, tak satupun anaknya yang mampu membalas pengorbananya.. Mbakyuku Sulistyowati dan Adikku Zudiyah., ..You are my everything Almamaterku, Universitas Sebelas Maret

MUATAN LAPISAN TIPIS KLOROFIL SPIRULINA SP.

HASIL DEPOSISI SPIN COATING SRI JONO LISTIYANTO

Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Fenomena pembangkitan pembawa muatan pada bahan semikonduktor organik telah menjadi kajian menarik di bidang ilmu bahan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dikaji pengaruh medan magnet terhadap pembangkitan muatan lapisan tipis klorofil Spirulina sp. hasil deposisi spin coating. Lapisan tipis ditumbuhkan di atas substrat printed circuit board yang telah dimodifikasi four point probe. Karakterisasi morfologi permukaan lapisan tipis diamati dengan scanning tunneling microscopy. Sedangkan pengamatan pembangkitan muatan karena medan magnet H diukur dengan menggunakan I-V meter.

Dari analisis morfologi permukaan lapisan menunjukkan bahwa jumlah lapisan yang semakin banyak menjadikan tingkat kerataan lapisan semakin baik. Sedangkan kenaikan kecepatan putar ω akan mengubah morfologi permukaan dari lapisan homogen menjadi tidak homogen. Hasil pengukuran I-V menegaskan bahwa pembawa muatan mengalir melalui fenomena hanyut dibawah pengaruh medan listrik. Akhirnya medan magnet mampu membangkitkan pembawa muatan teramati dari hasil pengukuran arus dibawah pengaruh medan magnet.

Kata kunci : lapisan tipis Spirulina sp, spin coating, medan magnet, pembangkitan pembawa muatan

CARRIER ON CHLOROPHYLL SPIRULINA SP. THIN FILMS PRODUCED BY SPIN COATING DEPOSITION

SRI JONO LISTIYANTO

Physic Departement, Mathematic and Natural Science Faculty

Sebelas Maret University

ABSTRACT

Phenomenon of charge carriers generating on organic semiconductor materials has been an interesting topic in materials science. For that reason, in this research, effect of magnetic field on charge carriers generating in thin film chlorophyll spirulina sp. fabricated by spin coating is investigated. The films was fabricated on modified four point probe pattern of printed circuit board. The morphology of the films surface was characterized by scanning tunneling microscopy. Whereas observation result of charge carrier generating due to magnetic field H measured by I-V meter.

The analysis results of thin film surface showed that the roughness of the films tend to be lower by the increasing of thin film layer numbers. Whereas, a raise of rotating speed ω causes the thin films tend to be not homogeneous rather than homogeneous. Measurements results of I-V confirmed that the charge carriers drift under effect of electric field. Finally, the magnetic field used to generate charge carriers observated from I-V measurement results under magnetic field.

Keywords: thin films spirulina sp., spin coating, magnetic field, generated carrier

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Sholawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada Rosulullah SAW sebagai teladan abadi umat manusia.

Skripsi yang penulis susun sebagai bagian dari syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sains ini penulis beri judul “Pengaruh Medan Magnet terhadap Pembangkitan Muatan Lapisan Tipis Klorofil Spirulina sp. Hasil Deposisi Spin Coating” Terselesaikannya skripsi ini adalah suatu kebahagiaan bagi penulis setelah berjuang sekitar dua semester untuk menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kemudahan-kesukaran, suka -dukanya, pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan juga. Kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih. Atas bantuannya yang sangat besar selama proses pengerjaan skripsi ini, ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Eng. Budi Purnama, M.Si. selaku pembimbing I atas perhatian dan kesabarannya dalam menuntun penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Agus Supriyanto, M.Si. selaku pembimbing II atas perhatian dan telah meluangkan waktunya untuk membina dan memberikan bimbingan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Fuad Anwar, M.Si. selaku pembimbing akademis atas nasehat, dorongan dan motivasinya selama perkuliahan.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staff di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, atas ilmu dan bimbingannya selama ini.

5. Saudara seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini, Hakim, Gunawan, Fadli yang telah memberikan bantuan dan mau bekerja sama untuk saling bertukar fikiran.

Qoiru, Yuwono, Anto, Kang Joko, Nakif, Hakim, Fadli, Gunawan) Terima kasih atas persahabatannya.

7. Adik angkatan (F08=Shidiq, Defi, Agus, Hendrik, Icha, Farid, Roni, Catur dkk),F’09,F’10,F’11.

8. Teman-teman SKI FMIPA terkhusus semua pengurus periode 2010.

9. Dan semua pihak yang tidak mungkin dapat saya sebutkan satu persatu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT membalas jerih payah dan pengorbanan yang telah diberikan dengan balasan yang lebih baik. Amin. Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga karya kecil ini bermanfaat.

Surakarta, 5 Juni 2012 Penulis

Sri Jono Listiyanto

2.4. Spirulina sp. .....................................................................

2.5. Metode Chemical Solution Deposition (CSD) ...................

2.6. Scanning Tunneling Microscopy (STM) ............................

16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .....................................

3.1. Tempat dan Waktu Penilitian ...........................................

3.2. Alat dan Bahan .................................................................

3.2.1. Alat Penelitian ........................................................

3.2.2. Bahan Penelitian .....................................................

3.3. Tahapan Prosedur Penelitian ............................................

3.3.1. Persiapan Alat dan Bahan .......................................

3.3.2. Isolasi Dye Klorofil ................................................

3.3.2.1. Ekstraksi Klorofil ........................................

3.3.3. Karakteristik Absorbansi Klorofil Spirulina ............

3.3.4. Penumbuhan Lapisan Tipis .....................................

3.3.5. Mikrostruktur dari Lapisan Klorofil Hasil Deposisi Spin Coating ...........................................................

3.3.6. Fenomena Efek Medan Magnet terhadap Pembangkitan Muatan ............................................

3.4. Analisa dan Kesimpulan ...................................................

32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................

4.1. Morfologi Permukaan .......................................................

4.2. Serapan Lapisan Tipis Spirulina sp...................................

4.3. Preparasi Sampel untuk Pengukuran I-V ...........................

4.4. Efek Medan Magnet terhadap Pembangkitan Muatan .......

36 BAB V PENUTUP .....................................................................

40 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................

41 LAMPIRAN - LAMPIRAN .........................................................

Halaman

Gambar 2.1. Gambar tiga ikatan dasar semikonduktor................................. 4 Gambar 2.2. Bentuk Konstan-Energi permukaan untuk elektron di Si dan

GaAs...................................................................................... 7

Gambar 2.3. Faktor koreksi untuk pengukuran resistivitas menggunakan

metode four point probe .................................................... 8

Gambar 2.4. Set-up dasar untuk mengukur konsentrasi menggunakan

efek Hall ................................................................................. 10

Gambar 2.5. Struktur elektronik material semikonduktor organik ............... 11 Gambar 2.6. Struktur molekuler klorofil ..................................................... 12 Gambar 2.7. Spektrum absorbsi klorofil a dan b ......................................... 13 Gambar 2.8. Penetesan larutan di atas substrat ........................................... 15 Gambar 2.9. Percepatan pada spin coating ................................................. 15 Gambar 2.10. Perataan pada spin coating ..................................................... 15 Gambar 2.11. Pengeringan lapisan ............................................................... 16 Gambar 2.12. Skema komponen penyusun STM .......................................... 17 Gambar 3.1. Substrat Printed Circuit Board (PCB) dengan konfigurasi

jarak antar elektroda 0,25×10 3 m berbahan baku tembaga ... 20

Gambar 3.2. Pengukuran I-V terhadap perubahan medan magnet H ............ 21 Gambar 3.3. Alat Scanning Tunneling Microscopy (STM) ......................... 22 Gambar 3.4. Bagan prosedur penelitian ...................................................... 23 Gambar 3.5. Proses kromatografi larutan klorofil hasil ekstraksi ................ 25 Gambar 3.6. UV-Visible Spectrophotometer Perkin Elmer Lambda 25 ....... 26 Gambar 3.7. Spin Coater ............................................................................ 28 Gambar 3.8. Proses penumbuhan lapisan tipus dengan metode

spin coating ........................................................................... 29

Gambar 3.9. Set Alat Scanning Tunneling Microscopy (STM) ................... 30 Gambar 3.10. (a) Sumber magnet pemanen, (b) Set-Up pengukuran

pembangkitan muatan akibat pengaruh medan magnet luar H .. 31 pembangkitan muatan akibat pengaruh medan magnet luar H .. 31

Gambar 4.2. Modifikasi morfologi permukaan lapisan tipis spirulina sp.

hasil scan STM 350 nm × 350 nm untuk berbagai ragam kecepatan .............................................................................. 34

Gambar 4.3. Kurva absorbansi lapisan tipis Spirulina sp. untuk dua

kecepatan putar berbeda yaitu  = 3.000 rpm dan  = 4.500 rpm ................................................................ 35

Gambar 4.4. (a) Bentuk probe yang digunakan untuk pengukuran fenomena

transport dibawah pengaruh medan magnet lapisan tipis klorofil spirulina sp. hasil deposisi spin coating; (b) perbandingan dimensi probe dengan uang koin Rp. 500,- ........................... 36

Gambar 4.5. Hasil pengukuran medan magnet H sebagai fungsi jarak d ....... 37 Gambar 4.6. Kurva pembangkitan muatan akibat medan magnet H untuk

lapisan tipis klorofil spirulina sp. ketebalan d= 1.000 nm hasil deposisi spin coating untuk (a) kecepatan putar = 3.000 rpm (b) = 4.500 rpm ................................................................... 37

Gambar 4.7. Kurva hubungan arus I terhadap fungsi medan magnet H ......... 38

Halaman Lampiran 1.

Deret Gambar Hasil Uji STM ………………….

43 Lampiran 2. Data Pengukuran I-V …………………………

49 Lampiran 3. Data Hasil Uji Absorbansi Menggunakan

Spektrometer Uv-Vis …….…………………

60

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahan organik semikonduktor saat ini menjadi perhatian para ilmuwan mengingat luasnya aplikasi menjadi devais elektronika. Aplikasi bahan organik semikonduktor menjadi devais sel surya organik dalam DSSC (Dye Sensitized Solar Cell) merupakan awal bagi pemanfaatan yang lebih luas (Halme, 2002). Aplikasi bahan semikonduktor organik lainnya yang sudah dipublikasikan adalah foto detektor, dioda organik, dan transistor organik (Supriyanto dkk, 2008). Dewasa ini bahan semikonduktor ini juga telah dimanfaatkan menjadi bahan dasar Organic Light Emitting Diode atau OLED (Wohlgenannt et.al., 2005; Niedermeier, 2009; Ping et.al.,2010).

Kata kunci bagi pemanfaatan tersebut di atas adalah fenomena transport pembawa muatan. Hal ini juga terkait dengan proses pembangkitan pembawa muatan, pengutuban pembawa muatan serta mekanisme mengalir pembawa muatan. Berkenaan dengan kemampuan berpindah pembawa muatan atau yang lebih dikenal dengan konduktivitas melalui mekanisme transport, pembawa muatan bahan semikonduktor organik terdistribusi pada molekul elektroniknya. Dalam struktur molekul elektronik ini, konduktivitas bisa dipengaruhi oleh adanya doping dan jenis ion dalam molekul tersebut (Krieger, 1993). Keberadaan doping maupun ragam jenis ion di dalam struktur molekul elektronik, akan menyebabkan terjadinya pengutuban dua jenis pembawa muatan yang berbeda. Demikian juga halnya terjadi pada larutan porphyrin, yaitu pembawa muatan yang terlarut mengalami pengutuban pembawa muatan. Kasus pengutuban pada porphyrin ini peka terhadap foton/cahaya (Wasielewski et.al., 1990) dan diyakini bahwa mekanismenya melibatkan keberadaan jembatan molekul (Johnson et.al., 1993). Pengaruh doping merupakan salah satu penyebab terjadinya fenomena transport di atas. Tetapi masih ada pengaruh besaran fisis lain yang memerlukan klarifikasi seperti pengaruh medan magnet.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bahan organik semikonduktor saat ini menjadi perhatian para ilmuwan mengingat luasnya aplikasi menjadi devais elektronika. Aplikasi bahan organik semikonduktor menjadi devais sel surya organik dalam DSSC (Dye Sensitized Solar Cell) merupakan awal bagi pemanfaatan yang lebih luas (Halme, 2002). Aplikasi bahan semikonduktor organik lainnya yang sudah dipublikasikan adalah foto detektor, dioda organik, dan transistor organik (Supriyanto dkk, 2008). Dewasa ini bahan semikonduktor ini juga telah dimanfaatkan menjadi bahan dasar Organic Light Emitting Diode atau OLED (Wohlgenannt et.al., 2005; Niedermeier, 2009; Ping et.al.,2010).

Kata kunci bagi pemanfaatan tersebut di atas adalah fenomena transport pembawa muatan. Hal ini juga terkait dengan proses pembangkitan pembawa muatan, pengutuban pembawa muatan serta mekanisme mengalir pembawa muatan. Berkenaan dengan kemampuan berpindah pembawa muatan atau yang lebih dikenal dengan konduktivitas melalui mekanisme transport, pembawa muatan bahan semikonduktor organik terdistribusi pada molekul elektroniknya. Dalam struktur molekul elektronik ini, konduktivitas bisa dipengaruhi oleh adanya doping dan jenis ion dalam molekul tersebut (Krieger, 1993). Keberadaan doping maupun ragam jenis ion di dalam struktur molekul elektronik, akan menyebabkan terjadinya pengutuban dua jenis pembawa muatan yang berbeda. Demikian juga halnya terjadi pada larutan porphyrin, yaitu pembawa muatan yang terlarut mengalami pengutuban pembawa muatan. Kasus pengutuban pada porphyrin ini peka terhadap foton/cahaya (Wasielewski et.al., 1990) dan diyakini bahwa mekanismenya melibatkan keberadaan jembatan molekul (Johnson et.al., 1993). Pengaruh doping merupakan salah satu penyebab terjadinya fenomena transport di atas. Tetapi masih ada pengaruh besaran fisis lain yang memerlukan klarifikasi seperti pengaruh medan magnet.

pengaruh medan magnet. Bahan semikonduktor organik yang diinvestigasi adalah lapisan tipis dye spirulina sp. (porphyrin alam) hasil deposisi spin coating dengan modifikasi ketebalan lapisan melalui variasi jumlah lapisan dan kecepatan putar. Keberhasilan kajian ini akan menjadi langkah lanjut penelitian keberadaan jenis pembawa muatan yang sudah berperan penting dalam berbagai aplikasi teknologi pada bahan semikonduktor konvensional.

1.2. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan lapisan tipis klorofil spirulina sp. dilakukan dengan menggunakan metode spin coating.

2. Pengukuran pembangkitan pembawa muatan dilakukan di suhu ruang dibawah medan magnet dari sumber magnet permanen.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Akan difabrikasi lapisan tipis dye klorofil spirulina sp. hasil kromatografi diatas substrat Printed Circuit Board (PCB) hasil modifikasi metode four point probe.

2. Akan dikaji morfologi lapisan tipis klorofil spirulina sp. dengan parameter penumbuhannya.

3. Akan diinvestigasi pembangkitan muatan lapisan tipis klorofil spirulina sp. di atas substrat Printed Circuit Board (PCB) hasil modifikasi metode four point probe.

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Fabrikasi lapisan tipis spirulina sp. diatas substrat PCB (Printed Circuit Board) dengan spin coating.

2. Mengamati dan menentukan morfologi permukaan lapisan tipis klorofil spirulina sp. terkait dengan parameter penumbuhannya menggunakan Scanning Tunneling Microscopy (STM).

3. Dapat mengamati pengaruh medan magnet luar terhadap pembangkitan pembawa muatan lapisan tipis klorofil spirulina sp. di atas substrat PCB hasil modifikasi four point probe dengan menggunakan metode spin coating.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan pendahuluan guna mempelajari efek pembangkitan muatan pada bahan semikonduktor organik dan membuka langkah lebih lanjut untuk menentukan jenis muatan pembawa pada lapisan tipis klorofil spirulina sp.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semikonduktor

2.1.1. Konsentrasi Pembawa Muatan

Salah satu sifat paling penting dari semikonduktor ialah dapat dibuat dengan cara didoping dengan konsentrasi pengotor yang berbeda dan tipe yang berbeda pula untuk memvariasi resistivitasnya. Ketika pengotor tersebut terionisasi dan pembawa muatannya habis, pengotor tersebut meninggalkan sejumlah rapat muatan yang kemudian menghasilkan sebuah medan listrik dan potensial barier didalam semikonduktor itu. Sifat tersebut tidak ada pada jenis logam maupun isolator.

Gambar 2.1. menunjukkan tiga representasi ikatan dasar dari

semikonduktor. Gambar 2.1.a. menunjukkan silikon intrinsik, yang sangat murni dan kandungan sejumlah kecil pengotor diabaikan. Setiap atom silikon saling berbagi empat elektron valensi dengan empat atom tetangga, membentuk empat ikatan kovalen. Gambar 2.1.b. menunjukkan silikon tipe-n, dimana atom fosfor disubstitusi dengan lima elektron valensi menggantikan atom silikon, dan elektron yang bermuatan negatif disumbangkan ke kisi di pita konduksi. Atom fosfor disebut donor. Gambar 2.1.c. menunjukkan bahwa ketika atom boron dengan tiga elektron valensi untuk pengganti atom silikon, hole bermuatan positif dibuat dalam pita valensi, dan tambahan elektron akan diterima untuk membentuk empat ikatan kovalen sekitar boron. Ini adalah tipe-p, dan boron sebagai akseptor.

Gambar 2.1. Gambar tiga ikatan dasar semikonduktor, (a) Intrinsik Si tanpa pengotor (b) Si tipe-n dengan donor (phosphorus) (c) Si tipe-p dengan akseptor (boron) (Sze and Kwok, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semikonduktor

2.1.1 . Konsentrasi Pembawa Muatan Salah satu sifat paling penting dari semikonduktor ialah dapat dibuat dengan

cara didoping dengan konsentrasi pengotor yang berbeda dan tipe yang berbeda pula untuk memvariasi resistivitasnya. Ketika pengotor tersebut terionisasi dan pembawa muatannya habis, pengotor tersebut meninggalkan sejumlah rapat muatan yang kemudian menghasilkan sebuah medan listrik dan potensial barier didalam semikonduktor itu. Sifat tersebut tidak ada pada jenis logam maupun isolator.

Gambar 2.1. menunjukkan tiga representasi ikatan dasar dari

semikonduktor. Gambar 2.1.a. menunjukkan silikon intrinsik, yang sangat murni dan kandungan sejumlah kecil pengotor diabaikan. Setiap atom silikon saling berbagi empat elektron valensi dengan empat atom tetangga, membentuk empat ikatan kovalen. Gambar 2.1.b. menunjukkan silikon tipe-n, dimana atom fosfor disubstitusi dengan lima elektron valensi menggantikan atom silikon, dan elektron yang bermuatan negatif disumbangkan ke kisi di pita konduksi. Atom fosfor disebut donor. Gambar 2.1.c. menunjukkan bahwa ketika atom boron dengan tiga elektron valensi untuk pengganti atom silikon, hole bermuatan positif dibuat dalam pita valensi, dan tambahan elektron akan diterima untuk membentuk empat ikatan kovalen sekitar boron. Ini adalah tipe-p, dan boron sebagai akseptor.

Gambar 2.1. Gambar tiga ikatan dasar semikonduktor, (a) Intrinsik Si tanpa pengotor (b) Si tipe-n dengan donor (phosphorus) (c) Si tipe-p dengan akseptor (boron) (Sze and Kwok, 2007).

Ketika semikonduktor didoping dengan pengotor (donor dan akseptor), tingkat energi pengotor biasanya berada dalam energi gap. Sebuah pengotor donor menjadi netral jika diisi elektron, dan menjadi positif jika kosong (tidak diisi elektron). Sebaliknya, tingkat sebuah akseptor akan netral jika kosong, dan menjadi negatif jika diisi elektron. Tingkat energi ini penting didalam menghitung fraksi dopant yang terionisasi atau elektrik aktif.

Untuk menentukan besarnya energi ionisasi pengotor, digunakan perhitungan sederhana berdasarkan model atom hidrogen, pada atom hidrogen besarnya energi ionisasi dalam kondisi vakum ialah:

(2.1) Ionisasi energy dari donor (E c -E v ) di kisi dapat diperoleh dengan mengganti m 0

dengan konduktifitas efektif massa elektron

Dan mengganti ε o dengan permitivitas dari semikonduktor ε s dalam persamaan 2.1

2.1.3. Fenomena Transport Pembawa Muatan

2.1.3.1 Drift dan mobilitas

Pada kondisi medan listrik yang kecil, kecepatan drift sebanding dengan kuat medan listrik E dan sebanding pula dengan konstanta proporsionalitas yang didefinisikan sebagai mobilitas μ dalam cm 2 /V.s

di mana C, adalah konstanta elastis rerata longitudinal dari semikonduktor, E ds ialah perpindahan pita tepi per pelebaran unit kisi, dan ∗ konduktivitas massa efektif. Dari persamaan 2.5 mobilitas menurun dengan suhu dan dengan massa efektif. Mobilitas dari pengotor terionisasi digambarkan dengan persamaan:

dimana N I ialah densitas dari pengotor terionisasi, mobilitas diharapkan dapat

menurun dengan massa efektif dan meningkat dengan suhu karena pembawa muatan dengan kecepatan termal yang tinggi kurang dibelokkan oleh hamburan Coulomb. Memperhatikan bahwa ketergantungan umum dari dua peristiwa hamburan tersebut bergantung pada massa efektif tetapi berlawanan ketergantungan dengan suhu. Mobilitas gabungan, yang meliputi dua mekanisme di atas, diberikan oleh aturan Matthiessen:

Selain mekanisme hamburan yang dibahas di atas, ada mekanisme lain yang juga mempengaruhi mobilitas yang sebenarnya. Misalnya, (1) hamburan intravalley dimana elektron tersebar dalam sebuah ellipsoid energi (gambar 2.2) dan hanya panjang-panjang gelombang fonon (fonon akustik) yang terlibat, dan (2) hamburan intervalley dimana elektron tersebar dari sekitar minimum satu ke minimum lain dan keterlibatan sebuah fonon energik. Untuk polar semikonduktor seperti GaAs, kutub-optik-hamburan fonon meningkat signifikan.

Gambar 2.2 Bentuk konstan-energi permukaan untuk elektron di Si dan GaAs. Untuk Si ada enam ellipsoids sepanjang sumbu(100) dengan pusat-pusat dari ellipsoids terletak di sekitar tiga perempat jarak dari zona Brillouin pusat. Untuk GaAs konstan-energi permukaan bola di pusat zona (Sze and Kwok, 2007).

Secara kualitatif, karena mobilitas dikendalikan oleh hamburan, ia juga bisa tergantung dari rerata waktu bebas τ m atau rerata panjang gelombang bebas oleh persamaan:

(2.8) Bentuk terakhir menggunakan hubungan:

(2.9) Dengan

kecepatan termal diberikan oleh:

(2.10) Untuk mekanisme hamburan ganda, waktu luang efektif rata-rata berasal

dari individu rerata waktu bebas dari peristiwa hamburan:

2.1.3.2. Resistivitas dan Efek Hall

Untuk semikonduktor dengan pembawa muatan elektron dan hole, besarnya current drift dibawah pengaruh medan diberikan oleh persamaan:

(2.12) Dengan σ adalah konduktansi

Dan ρ adalah resistivitas, jika n>> p maka disebut semikonduktor tipe n,

= (2.14) Dan

= (2.15) Metode yang paling umum untuk mengukur resistivitas ialah metode empat

titik (four point probe), dimana arus kecil yang konstan dilewatkan melewati dua elektroda luar, dan voltasenya diukur dari dua elektroda dalam. Untuk lapisan tipis dengan ketebalan W, yang jauh lebih kecil dari pada dan (gambar 2.3), besarnya resistansi diperoleh dari:

dimana CF adalah faktor koreksi seperti ditunjukkan gambar 2.3, besarnya resistivitsnya menjadi

Ω-cm

Dalam limit d>>S, dimana S ialah jarak probenya, faktor koreksinya menjadi π/ln

Gambar 2.3. Faktor koreksi untuk pengukuran resistivitas menggunakan metode four point probe (Sze and Kwok, 2007).

Pengukuran resistivitas hanya bisa memperoleh hasil dari besarnya mobilitas dan konsentrasi pembawa muatannya. Untuk mengukur tiap parameter Pengukuran resistivitas hanya bisa memperoleh hasil dari besarnya mobilitas dan konsentrasi pembawa muatannya. Untuk mengukur tiap parameter

tingkat rendah 10 12 /cm -3 ), mobilitas, dan tipe semikonduktor (n atau p). Ini adalah

alat analisis yang penting karena pengukuran konduktansi sederhana hanya dapat memberikan produk konsentrasi dan mobilitas, sedangkan tipenya masih belum diketahui.

Gambar 2.4 menunjukkan konfigurasi dasar dimana medan listrik diposisikan sepanjang sumbu-x dan medan magnet diterapkan sepanjang sumbu-z. meninjau contoh semikonduktor tipe-p. Gaya Lorentz diberikan dari sebuah gaya kebawah rata-rata pada lubang

(2.18) Pembawa muatan yang dibelokkan kebawah menyebabkan menumpuknya

pembawa muatan berupa hole pada bagian bawah sampel, penumpukan pembawa muatan tersebut membangkitkan sebuah medan listrik E y sepanjang sumbu-y (Medan Hall) yang akan menyeimbangkan gaya Lorentz yang pembawa muatannya bergerak sejajar dengan bidang terapan E x . (Untuk material tipe-n, elektron juga menumpuk pada permukaan bawah, yaitu dengan pengaturan polaritas tegangan yang berlawanan.

Pembawa muatan berkecepatan berhubungan dengan rapat arus dengan

Karena bagi operator masing-masing gaya Lorentz harus sama dengan gaya yang diberikan oleh bidang Hall, maka,

qE y = qv x B z .

Gambar 2.4 Set-up Dasar untuk mengukur konsentrasi menggunakan efek Hall (Sze and Kwok, 2007)

Tegangan Hall ini dapat diukur secara eksternal, dan diberikan oleh persamaan

(2.21) Ketika hamburan diperhitungkan maka tegangan Hall menjadi

V H =R H J x B z W

Dimana R H merupakan koefisien Hall

(2.23a) = −

(2.23b)

2.2. Material Semikonduktor Organik

Hal yang menjadi perbedaan mendasar antara semikonduktor organik dan semikonduktor anorganik adalah molekul - molekul padatan organik terikat oleh ikatan Van der Waals, sedangkan kristal anorganik terikat oleh ikatan kovalen. Hal ini menyebabkan bahan delokalisasi elektronik. Eksiton adalah pembawa muatan terlokalisasi pada molekul organik memiliki struktur yang fleksibel atau lentur. Tetapi kerugian semikonduktor organik adalah kecilnya delokalisasi elektronis antar molekul organik yang mempengaruhi sifat - sifat penting seperti Hal yang menjadi perbedaan mendasar antara semikonduktor organik dan semikonduktor anorganik adalah molekul - molekul padatan organik terikat oleh ikatan Van der Waals, sedangkan kristal anorganik terikat oleh ikatan kovalen. Hal ini menyebabkan bahan delokalisasi elektronik. Eksiton adalah pembawa muatan terlokalisasi pada molekul organik memiliki struktur yang fleksibel atau lentur. Tetapi kerugian semikonduktor organik adalah kecilnya delokalisasi elektronis antar molekul organik yang mempengaruhi sifat - sifat penting seperti

Material semikonduktor organik juga mempunyai pita valensi dan pita konduksi. Interaksi molekul pada material organik lemah, sehingga tingkat energi terendah dan tingkat energi teratas biasanya dilokalisasi pada tiap molekulnya. Tingkat energi teratas dan tingkat energi terbawah disebut HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) dan LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbital) dengan lebar celah energi merupakan selisih energi antara kedua tingkat tersebut (Triyana dkk, 2004).

Struktur elektronik bahan yang digunakan pada piranti fotovoltaik organik dapat digambarkan pada Gambar 2.5. Level vakum (Vacuum Level) selanjutnya ditulis VL, yaitu suatu level energi sedemikian rupa sehingga tidak ada muatan bebas pada level itu. Energi ionisasi (I) merupakan celah energi yang memisahkan HOMO dengan VL. Afinitas elektron (A) merupakan energi yang memisahkan LUMO dengan VL. Fungsi kerja ( Φ) merupakan energi yang memisahkan antara VL dengan level fermi. Celah energi (Eg) merupakan lebar celah energi antara HOMO (pita valensi) dan LUMO (pita konduksi).

Gambar 2.5. Struktur elektronik material semikonduktor organik (Ishii et.al, 1999).

Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat pada tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis.

Krolofil memiliki struktur molekuler seperti yang ditunjukkan pada Gambar

2.6. Klorofil mengandung satu inti Phorphyrin dengan satu atom Mg yang terikat kuat ditengah, dan satu rantai dihidrokarbon panjang tergabung melalui gugus asam karboksilat.

Gambar 2.6. Struktur molekuler klorofil (Shakhashiri, 2010) Klorofil dibedakan menjadi 2 yaitu klorofil a dan klorofil b. Dimana klorofil

a berperan secara langsung dalam reaksi terang fotosintesis yang mengubah cahaya matahari menjadi energi kimia. Klorofil a banyak menyerap cahaya biru – violet dan merah. Klorofil b banyak menyerap cahaya biru dan orange dan memantulkan cahaya kuning – hijau (Champhell dkk, 1999). Grafik absorbansi klorofil a dan b ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Spektrum absorbsi klorofil a dan b (Solomon dan Vilie, 1993).

Kurva terputus-putus dan solid berwarna putih menggambarkan spektrum absorpsi klorofil a dan b. Kurva hitam menggambarkan efektivitas pelbagai panjang gelombang cahaya dalam menguatkan fotosintesis. Angka-angka menunjukkan miripnya spektrum absorpsi kombinasi klorofil a dan b dengan spektrum kerja fotosintesis.

Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nm) dan merah (650-700 nm) dibandingkan pada warna hijau (500-600 nm) tumbuhan dapat memperoleh seluruh kebutuhan energi mereka dari spektrum merah dan biru didalam wilayah cahaya tampak, warna hijau pada daun disebabkan karena klorofil menyerap cahaya merah dan biru serta meneruskan dan mementulkan cahaya hijau.

2.4. Spirulina sp.

Spirulina sp. adalah sejenis tumbuhan air yang hanya memiliki satu sel dan tumbuh di dalam air yang ber-alkali. Air yang beralkali memiliki pH lebih dari 8. Spirulina sp. mengandung beberapa pigmen fotosintesis, yaitu klorofil a dan b, xantofil, beta karoten, echinenone, mixoksantofil, zeaxanthin, canthaxanthin, diatoxantin, trihidroksi echinenone,

beta-cryptoxantin,

oscillaxanthin,

diatoxanthin, phycobiliprotein, c-phycocyanin, dan allophycocyanin. Spirulina sp merupakan salah satu tumbuhan air yang memiliki kadar klorofil tinggi.

klorofil b, dan beta karoten. Spirulina sp. memiliki kandungan klorofil lebih tinggi dibandingkan alfalfa yaitu sejenis legume yang paling kaya dengan klorofil, sekurang-kurangnya 4 kali lebih tinggi daripada sayur-sayuran biasa (Toriq, 2011).

2.5. Metode Chemical Solution Deposition (CSD)

Chemical Solution Deposition (CSD) untuk pembuatan lapisan tipis sudah dimulai sejak pertengahan1980-an (Schwartz, 1997). Metode CSD merupakan metode pembuatan lapisan tipis dengan cara pendeposisian larutan kimia di atas substrat, kemudian dipreparasi dengan menggunakan spin coating pada kecepatan putaran tertentu (Setiawan, 2008).

Spin coating adalah suatu metode untuk mendeposisikan lapisan tipis dengan cara menyebarkan larutan ke atas substrat terlebih dahulu kemudian substrat diputar dengan kecepatan konstan tertentu agar dapat diperoleh endapan lapisan tipis di atas substrat atau metode percepatan larutan pada substrat yang diputar. Spin coating pelapisan bahan dengan cara menyebarkan larutan keatas substrat kemudian diputar dengan kecepatan konstan untuk memperoleh lapisan baru yang homogen melibatkan akselerasi dari genangan cairan diatas substrat yang berputar. Material pelapis dideposisi di tengah substrat. Beberapa parameter yang terlibat dalam coating yaitu: viskositas larutan, kandungan padatan, kecepatan angular dan waktu putar (Hertanto, 2008). Proses spin coating meliputi penetesan lapisan diatas substrat, percepatan spin coating dengan kecepatan putar (spin on), perataan (spin off) dan proses pengeringan (penguapan). Proses spin coating memuat tahapan seperti dibawah ini :

a. Penetesan larutan diatas substrat Pada bagian ini larutan dideposisikan di atas substrat, kemudian diputar dengan kecepatan tinggi. Lapisan yang telah dibuat akan dikeringkan sampai pelarut pada lapisan tersebut benar-benar sudah menguap.

Gambar 2.8. Penetesan larutan diatas substrat (Luurtsema, 1997)

b. Percepatan spin coating Pada tahapan ini, setelah penetesan larutan dilakukan percepatan larutan dengan kecepatan yang relatif tinggi. Kecepatan yang digunakan mengakibatkan adanya gaya sentrifugal dan turbulensi cairan. Kecepatan yang digunakan bergantung pada sifat larutan. Waktu yang digunakan pada percepatan ini biasanya membutuhkan waktu kira-kira 10 menit.

Gambar 2.9. Percepatan pada spin coating

( Luurtsema, 1997)

c. Proses perataan (spin off) Setelah melalui proses percepatan maka akan terjadi perataan larutan diatas substrat. Perataan ini agar lapisan tipis tidak terjadi ketebalan pada salah satu bagiannya.

Gambar 2.10. Perataan pada spin coating (Luurtsema, 1997)

Pada tahapan ini pelarut diserap ke atmosfer dan sudah terbentuk lapisan tipis dengan ketebalan tertentu. Ketebalan pada lapisan ini bergantung pada kelembaban pada substrat.

Gambar 2.11. Pengeringan Lapisan (Luurtsema, 1997)

2.6. Scanning Tunneling Microscopy (STM)

Proses Scanning Tunneling Microscopy (STM) dikembangkan oleh Gerd Binnig dan Heinrich Rohrer di IBM Zurich laboratorium pada tahun 1981, dan hasil pengembangannya memperoleh Penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1986. Proses ini memiliki kemampuan penggambaran atom tunggal pada kondisi tidak vakum yaitu pada suhu ruangan.

Sebuah STM menggunakan sebuah plat atom tajam berupa platinum atau iridium dengan ujung plat tersebut berhubungan dengan sumbu X piezoelektrik, scanner Y, dan elektronik kontrol umpan balik. Selain komponen ini sebuah redaman getaran sistem sangat diperlukan, seperti komputer dengan perangkat lunak yang kompatibel untuk mengelola semua komponen yang membentuk STM. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.12

Gambar 2.12. skema komponen penyusun STM (http://upload.wikimedia.org/wikipedia/f/f9/ScanningTunnelingMicroscope_scem atic.png )

STM adalah mikroskop non-optik yang membaca probe listrik pada permukaan yang kemudian dicitrakan dengan cara mendeteksi arus listrik yang timbul antara sensor kawat platina dengan permukaan atom yang dipelajari. STM memungkinkan para ilmuwan untuk memvisualisasikan densitas elektron dan mengetahui posisi masing-masing atom dan jari-jari permukaan kisi. STM menghasikan bentuk tiga dimensi dari permukaan yang berguna untuk mengkarakterisasi kekasaran permukaan dan mengetahui ukuran dan komposisi molekul yang menyusun permukaan atom.

Prinsip kerja STM menggunakan prinsip kuantum mekanik dimana elektron pada permukaan material dan elektron pada tip menyebabkan terjadinya arus tunneling. Sebuah probe penghubung dengan tip (ujung scan) yang sangat runcing digerakkan diatas permukaan suatu material yang konduktif. Interaksi antara tip dan permukaan menyebabkan elektron dipermukaan akan ditarik sehingga menyebabkan elektron di permukaan menjadi energi total terendah dibandingkan elektron di tip. Berdasarkan mekanika kuantum, elektron akan dapat bergerak melewati penghalang dari permukaan ke tip karena adanya proses tunneling.

yang sangat kecil dibawah permukaan. Ketika tip yang sangat tajam diletakkan cukup dekat dengan permukaan, ada interaksi yang kuat antara elektron pada permukaan dan tip, dan arus tunneling mengalir ketika tegangan yang kecil dikenakan. Pada daerah dengan diameter atom kecil, arus tunneling meningkat perlahan dengan penurunan jarak antara tip dan permukaan. Perubahan arus dengan jarak menghasilkan resolusi jika tip membaca seluruh permukaan untuk menghasilkan citra.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Material Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta (FMIPA UNS) dan Laboratorium Pusat MIPA Sub. Lab. Fisika. Penelitian dimulai pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Mei 2012.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Isolasi dye klorofil Spirulina sp

a. Ekstraksi

- Tabung erlenmeyer 250 ml

1 buah.

- Neraca digital, digunakan untuk menimbang

bahan-bahan yang akan diekstrak

1 buah.

- Vortex stirrer, digunakan

1 buah.

untuk mengaduk larutan dalam gelas bekker - Gelas ukur 50 ml

1 buah.

- Corong untuk mempermudah menuangkan

1 buah

larutan pada wadah - Pipet tetes plastik untuk mengambil larutan

3 buah.

b. Kromatografi

- Set kolom kromatografi, digunakan untuk memisahkan klorofil Spirulina sp dari pigmen fotosintesis yang ikut larut pada proses ekstraksi

1 set.

- Botol kaca 2 ml, digunakan untuk menampung larutan

hasil kromatografi pemisahan fraksi

buah.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Material Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta (FMIPA UNS) dan Laboratorium Pusat MIPA Sub. Lab. Fisika. Penelitian dimulai pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Mei 2012.

3.2.Alat dan Bahan

3.2.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Isolasi dye klorofil Spirulina sp

a. Ekstraksi

- Tabung erlenmeyer 250 ml

1 buah.

- Neraca digital, digunakan untuk menimbang

bahan-bahan yang akan diekstrak

1 buah.

- Vortex stirrer, digunakan

1 buah.

untuk mengaduk larutan dalam gelas bekker - Gelas ukur 50 ml

1 buah.

- Corong untuk mempermudah menuangkan

1 buah

larutan pada wadah - Pipet tetes plastik untuk mengambil larutan

3 buah.

b. Kromatografi

- Set kolom kromatografi, digunakan untuk memisahkan klorofil Spirulina sp dari pigmen fotosintesis yang ikut larut pada proses ekstraksi

1 set.

- Botol kaca 2 ml, digunakan untuk menampung larutan

hasil kromatografi pemisahan fraksi

buah.

2. Alat Pembuatan Lapisan Tipis Klorofil

a. Spin coater merk CHEMAT TECHNOLOGY Spin Coater KW-4A, sebagai alat penumbuhan lapisan tipis

1 buah.

b. Kaca preparat, sebagai substrat

1 buah.

c. Pipet tetes plastik untuk meneteskan larutan diatas substrat

3 buah.

d. Hot Plate, sebagai alat untuk melakukan hidrolisis

1 buah.

3. Fenomena current drift

a. Set alat ELKAHFI I-V meter, berfungsi untuk mengukur arus yang melalui lapisan tipis klorofil pada saat pengukuran konduktivitas.

b. Printed Circuit Board (PCB) sebagai substrat ber-elektroda Cu tempat menumbuhkan lapisan tipis klorofil. Dimensi panjang dan lebar satu sampel keseluruhan adalah 15×10 3 m dan 10×10 3 m, Jarak antar celahnya 0,25×10 3 m dengan tebal PCB 0,08×10 3 m dan tebal

elektrodanya 35 m.

c. Proton Board, digunakan sebagai piranti wadah sampel uji pengaruh

medan magnet H

d. Magnet, sebagai sumber medan magnet

e. Kabel penghubung secukupnya

Gambar 3.1. Substrat PCB (Printed Circuit Board ) dengan konfigurasi jarak antar elektroda 0,25×10 3 m berbahan baku tembaga.

Gambar 3.2. Set Pengukuran I-V terhadap perubahan medan magnet H (a) bentuk probe tempat sampel yang akan diuji karakterisasi I-V nya (b) set-up rangkaian

3.2.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Isolasi Dye Klorofil Spirulina sp

- Bubuk Spirulina sp, sebagai bahan ekstrak

100 gr.

- Aseton, sebagai pelarut pigmen klorofil

1 liter.

- Kertas saring Whatman no.42 (ukuran pori 450 nm), untuk menyaring larutan ekstrak

secukupnya.

- Alumunium foil, untuk melindungi larutan dan lapisan tipis agar tidak terjadi kontak langsung dengan cahaya matahari

secukupnya.

- Tissue, sebagai bahan pembersih

secukupnya.

- N-Heksan,

sebagai pelarut pada proses kromatografi

Secukupnya.

- Silica gel

30 gr.

b. Penumbuhan Lapisan Tipis

- Larutan terbaik hasil kromatografi, sebagai bahan yang akan

diteteskan di atas substrat.

(a)

(b)

tipis.

c. Morfologi Lapisan Tipis

- Seperangkat alat STM easy Scan Nano Surf

1 set

- Sampel hasil deposisi

Gambar 3.3. Seperangkat Alat Scanning Tunneling Microscopy (STM)

Secara umum bagan prosedur penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.4. Bagan prosedur penelitian

3.3.1. Persiapan

Tahap persiapan secara umum meliputi persiapan dan pembersihan semua alat dan bahan yang nantinya akan digunakan untuk melakukan ekstraksi klorofil, kromatografi, uji absorbansi, deposisi lapisan tipis dan kajian fenomena current drift. Alat dan bahan tersebut dibersihkan dengan menggunakan aseton dan ultrasonic cleaner.

Ekstraksi larutan klorofil

Uji karakteristik dasar optik larutan klorofil dan lapisan

klorofil

Kromatografi

Pembuatan lapisan tipis klorofil dengan metode spin

coating

Persiapan

Analisa dan kesimpulan

Karakterisasi struktur morfologi

Fenomena efek pembangkitan muatan Fenomena efek pembangkitan muatan

3.3.2. Isolasi Dye Klorofil

3.3.2.1. Ekstrakasi spirulina

Tahap awal penelitian yang dilakukan yaitu proses ekstrasi bubuk sprirulina. Bubuk spirulina terlebih dahulu ditimbang sampai 50 gr, kemudian melarutkan bubuk spirulina sp yang sudah ditimbang dengan aseton ke dalam tabung erlenmeyer dengan perbandingan 5 ml aseton : 1 gr bubuk spirulina sp. Setelah dicampur, larutan ekstrak diaduk dengan menggunakan vortex stirrer pada kecepatan 200 rpm selama 60 menit hingga semua bubuk spirulina sp larut. Larutan ekstrak yang sudah terlarut siap disaring dengan kertas saring whatman agar sisa bubuk spirulina sp tertinggal. Menyimpan hasil ekstraksi klorofil spirulina sp dalam botol yang tertutup rapat dan dilapisi aluminium foil agar tidak terjadi kontak dengan cahaya matahari dan disimpan ditempat yang tertutup.

3.3.2.2. Kromatografi

Setelah melakukan ekstrasi bubuk spirulina sp tahap selanjutnya yaitu kromatografi, sebelum dikromatografi larutan klorofil dievaporasi yang bertujuan untuk menguapkan larutan aseton dari campuran larutan klorofil. Kemudian menyiapkan kolom kromotografi, pastikan kolom dalam keadaan bersih dan posisi kran dalam keadaan off jadi tidak bocor saat diisi cairan. Memasang kolom kromotografi dengan statif dan pastikan keadaan kolom

terpasang dengan benar, kemudian diikuti dengan ada gelembung dalam kemudian dituangkan perempat tinggi kolom kromotografi sedikit demi kolom dan menyambungkan kolom kromatografi pada menetes, Klorofil yang dalam wadah yang berbeda, kode-kode yang berbeda spirullina.

Gambar 3.5. Proses kromatografi

dengan benar, silica gel dituangkan ke dalam kolom kromatografi, diikuti dengan memasukan N-Heksan berulang-ulang hingga dalam campuran silica gel dan N-Heksan. Larutan dituangkan ke dalam kolom kromatografi hingga setinggi tinggi kolom, Larutan N-Heksan dituangkan kedalam

sedikit demi sedikit sampai klorofil turun. Kemudian menyambungkan tutup kolom dengan selang pompa udara, kromatografi pada posisi terbuka.menyalakan pompa udara Klorofil yang terpisah-pisah menjadi beberapa sampel ditampung yang berbeda, masing-masing sampel warna ditandai yang berbeda untuk mengetahui perbedaan hasil isolasi dye

Proses kromatografi larutan klorofil hasil ekstraksi

kolom kromatografi, ulang hingga tidak Larutan klorofil hingga setinggi tiga kedalam kolom Kemudian menutup pompa udara, keran

pompa udara hingga sampel ditampung ditandai dengan isolasi dye klorofil

grafi larutan klorofil hasil ekstraksi

Klorofil hasil kromatografi dalam bentuk larutan diuji absorbansinya terlebih dahulu menggunakan UV-Visible Spectrophotometer Perkin Elmer Lambda 25 dengan variasi masing – masing fraksi klorofil hasil kromatografi. Hasil uji absorbansi larutan akan digunakan untuk uji karakteristik dasar optik lapisan tipis klorofil dan diperoleh dengan cara menguji nilai absorbansi lapisan tipis. Lapisan tipis hasil dari optimalisasi metode penumbuhan spin coating diuji absorbansinya. Dari uji absorbansi larutan klorofil dan lapisan tipis klorofil nantinya akan diperoleh data berupa grafik hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang.

Gambar 3.6. Set UV-Visible Spectrophotometer Perkin Elmer Lambda 25

Langkah – langkah dalam melakukan uji absorbansi menggunakan UV- Visible Spectrophotometer adalah sebagai berikut :

1. Menyalakan CPU.

2. Menyalakan layar monitor.

3. Menyalakan UV-Vis spectrophotometer (menekan tombol “power” pada UV-Vis spectrophotometer). Kemudian menunggu sampai ± 15 menit, tujuannya adalah untuk pemanasan alat.

4. Masuk program “UV lambda 25” pada dekstop.

5. Klik “method”.

a. Klik “scan” dan isikan :

- End wavelenght : 400 nm - Data interval : 1 nm - Auto save : “ON” - Auto print : “OFF” - Auto list : “OFF” - Method info : ketik nama metode

b. Klik “inst” dan isikan : - Ordinate mode : A - Scan speed : 240 nm - Lamp UV : “OFF” - Lamp Vis : “ON”

c. Klik “sample” dan isikan : - Calculation vactor : “vactor” - Number of sample : 5 (tergantung jumlah sampel yang akan

diuji)

6. Klik “set up”, dan tunggu “start” sampai berwarna hijau, dan kemudian klik “start”.