Gunung Merapi Gunung Merapi Gunung Merapi

Gunung Merapi

Jenis

: Gunung berapi strato

Letusan terakhir

: 2010

Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di
bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng
sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat,
Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan
hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun
2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi
(puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang
sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[butuh rujukan] Kota
Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari

puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya
berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi
menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung
Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).

Erupsi 2006
Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus
kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan
DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah
dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera
mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.
Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan
bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah
Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di
kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh

kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari
kubah Merapi.
Tanggal 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang
lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa

Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
[10]

Tanggal 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09.03 WIB meletus dengan semburan
awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan
berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua
terjadi sekitar pukul 09.40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu
Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem
di wilayah Kabupaten Sleman.

Erupsi 2010
Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September
2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
(BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah
menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus
dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya
frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober
BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan
semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke
wilayah aman.

Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi
hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5
km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo,
Kecamatan Cangkringan, Sleman dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari
Magelang yang tewas karena gangguan pernapasan.
Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28
Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan
keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB Selanjutnya mulai teramati titik api diam di
puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang
kawah.
Namun, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah
lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas
sejak 3 November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4
November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke
berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan
yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5
November 2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar
menjadi 20 km dari puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota
Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten
Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara,


sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang
harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung dan Bogor
Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah
setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5
November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert).
Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu,
sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas".
Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi
menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi
Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.

Gunung Slamet

Letusan terakhir

: 2014

Gunung Slamet (3.428 meter dpl.) adalah sebuah gunung berapi yang terdapat di
Pulau Jawa. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga,

Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang
tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Kawah IV merupakan kawah
terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level siaga medio2009.
Gunung Slamet cukup populer sebagai sasaran pendakian meskipun medannya
dikenal sulit. Di kaki gunung ini terletak kawasan wisata Baturraden yang menjadi andalan
Kabupaten Banyumas karena hanya berjarak sekitar 15 km dari Purwokerto.
Sebagaimana gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Slamet terbentuk akibat
subduksi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa. Retakan
pada lempeng membuka jalur lava ke permukaan. Catatan letusan diketahui sejak abad ke-19.
Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir adalah pada
bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar.[1] Sebelumnya ia
tercatat meletus pada tahun 1999.

Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi Waspada.
Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah
sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.0012.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat
pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah
gunung ke arah timur hingga setinggi 1 km.

1. Gempa Andaman (aka Gempa Aceh) Sumatera

Korban : 283,106
Tanggal : 26 Desember 2004
Magnitude : 9.1 – 9.3
Gempa bumi Samudera Hindia (sebelah barat dari propinsi Aceh) pada tahun 2004,
pada awalnya dicatat sebagai 9,0 namun telah meningkat menjadi 9,1 dan 9,3. Gempa ini
adalah gempa kedua terbesar yang pernah tercatat pada seismograf.
Gempa bumi yang dikenal oleh masyarakat ilmiah sebagai gempa bumi SumateraAndaman ini adalah gempa tektonik yang terjadi pada pukul 00:58:53 UTC (07:58:53 waktu
lokal) pada 26 Desember 2004, dengan pusat gempa bumi di bagian pantai barat Sumatera,
Indonesia.
Gempa memicu serangkaian tsunami di sepanjang pantai minimal 13 negara-negara
ditengah samudera maupun dilepas pantai Samudera Hindia.
Dari Asia Tenggara, Asia Selatan dan negara-negara bagian pantai timur benua Afrika,
bahkan hingga ke Afrika Selatan terkena imbas tsunaminya.
Selain Indonesia, gelombang tsunami juga menerpa Malaysia, Thailand, Myanmar,
Sri Lanka, India, Maladewa, Seychelles, Somalia, Kenya, Tanzania, Madagaskar dan Afrika
Selatan
Gempa dan tsunami ini telah menewaskan ribuan orang dan menenggelamkan
masyarakat pesisir. Gempa ini cukup besar yang menyebabkan seluruh dunia ikut bergetar
sebanyak setengah inci, atau lebih dari satu sentimeter.
Gempa bumi tektonik berkekuatan 8,5 SR berpusat di Samudra India (2,9 LU dan

95,6 BT di kedalaman 20 km (di laut berjarak sekitar 149 km selatan kota Meulaboh,
Nanggroe Aceh Darussalam). Gempa itu disertai gelombang pasang (Tsunami) yang
menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri Langka,
India, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand.
Menurut Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland,
jumlah korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1) mencapai
127.672 orang. Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika
Timur yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya 150.000
orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas tambahan berada di Indonesia.
Pasalnya, sebagian besar bantuan kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah
yang terisolir.
Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang.
Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak

168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu
16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000
diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera Utara
Akibat Gempa Bumi dan tsunami di Aceh


Denah Lokasi Kejadian

2. Gempa Jogjakarta, Selatan Jawa Tengah
Korban : 6.234
Tanggal : 26 Mei 2006
Magnitude : 6.3
Gempa Bumi Yogyakarta Mei 2006 adalah peristiwa gempa Bumi tektonik kuat yang
mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 (26 May
UTC) kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik.
Gempa Bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological
Survey melaporkan bahwa gempa terjadi sebesar 6,2 pada skala Richter

Lokasi gempa
Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman
17,1 km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 8,26° LS
dan 110,31° BT pada kedalaman 33 km.itu di release sesaat setelah terjadi gempa. Setelah
data dari berbagai Stasiun yang dipunyai jejaring BMG dan dilakukan perhitungan, update
terakhir BMG menentukan pusat gempa berada di 8.03 LS dan 110,32 BT(update ke tiga)
pada kedalaman 11,3 Km dan kekuatan 5.9 SR Mb (Magnitude Body) atau setara 6.3 SR Mw

(Magnitude Moment).USGS memberikan koordinat 7,977° LS dan 110,318 BT pada
kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang
digunakan berbeda-beda.
Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta,
115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara
Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami.
Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas.
Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun,
Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya.

Sebab dan peristiwa sejenis
Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng
Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire
menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa Bumi dan letusan gunung berapi.
Sebelumnya gempa terjadi di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta
gempa Bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang
dan 37.606 lainnya hilang.
Meskipun pada saat bersamaan Gunung Merapi yang juga berada di sekitar daerah tersebut
sedang meletus, namun para pakar menyatakan kedua peristiwa ini tidak saling berhubungan


sebagai sebuah sebab-akibat. Peningkatan aktivitas di gunung api tersebut tidak berhubungan
dengan kejadian gempa. Hal ini ditunjukkan oleh tidak terdapatnya anomali aktivitas yang
mencolok sesaat setelah gempa.
Denah Lokasi Kejadian

Akibat Gempa