DAMPAK TEKNOLOGI PIROLISIS (PEMBAKARAN TERTUTUP) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN NILAI TAMBAH PRODUK TEMPURUNG KELAPA (Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

(1)

PRODUK TEMPURUNG KELAPA

(Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

(Tesis)

Oleh

YASIR WIJAYA

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(2)

(3)

THE IMPACT OF PYROLYSIS TECHNOLOGY (CLOSED COMBUSTION) ON ENVIRONMENTAL

QUALITY AND VALUE ADDED OF COCONUT SHELL PRODUCTS (Case Study in Gunung Terang Village South Lampung of Regency, Indonesia)

By

YASIR WIJAYA

Coconut shell charcoal industry is currently growing very rapidly, one of the unsolved problem to date is about supply CO2emissions with a very large number into the atmosphere. Greenhouse gas emissions occur due to processing methods applied by the public until today is still an open burning method (conventional). The purpose of this study to determine the amount of CO2 emissions could be reduced by pyrolysis technology, identify products that can be produced. It also analyzes the feasibility and CDM programs for the development of the technology industry with the coconut shell pyrolysis. With the method of field interviews and laboratory experiment data obtained were then analyzed by some supporters of the theory to analyze the phenomenon that occurs associated with the research objectives to be achieved.

Based on observation and discussion, pyrolysis technology can reduce CO2by an average of 40 gr/kg of coconut shell, for a farmer CO2/years 38 400 kg. Besides producing several products simultaneously in a single production cycle, every 1 kg of coconut shell charcoal is able to produce 349.29 grams; 421.96 ml of liquid smoke, tar 99.78 ml and 95.54 grams of Na2CO3. In addition, the technology industry with the coconut shell pyrolysis is a business unit profitable, high value-added, and feasible to be developed. Industry is able to produce a net present value (NPV) of Rp. 1.712.754.482; Net B / C ratio of 16:47; BCR 1.84; 74.24% IRR and PBP 38 days, as well as providing added value amounting to Rp. 20495.42 per kg of raw materials and proper development of the program submitted for CDM small-scale category (Type III)


(4)

ABSTRAK

DAMPAK TEKNOLOGI PIROLISIS (PEMBAKARAN TERTUTUP) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN NILAI TAMBAH

PRODUK TEMPURUNG KELAPA

(Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh YASIR WIJAYA

Industri arang tempurung kelapa saat ini berkembang sangat pesat, salah satu masalah yang belum terpecahkan sampai saat ini adalah mengenai supllay emisi CO2 dengan jumlah sangat besar ke atmosfer. Emisi gas rumah kaca terjadi karena metode pengolahan yang diterapkan oleh masyarakat hingga dewasa ini masih metode pembakaran terbuka (konvensional).

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah emisi CO2yang mampu direduksi oleh teknologi pirolisis, mengidentifikasi produk yang bisa dihasilkan. Selain itu juga menganalisis kelayakan usaha dan program CDM untuk pengembangan industri tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis. Dengan metode wawancara lapangan dan eksperimen laboratorium data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan beberapa teori pendukung untuk menganalisa fenomena yang terjadi dikaitkan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, teknologi pirolisis mampu mereduksi CO2rata-rata sebesar 40 gram/kg tempurung kelapa, untuk satu petani 38.400 kg CO2/tahun. Selain itu menghasilkan beberapa produk secara bersamaan dalam satu siklus produksi, setiap 1 kg tempurung kelapa mampu menghasilkan 349,29 gram arang; 421,96 ml asap cair, 99,78 ml tar dan 95,54 gram Na2CO3. Selain itu juga industri tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis merupakan unit usaha yang menguntungkan, bernilai tambah tinggi, dan layak dikembangkan. Industri tersebut mampu menghasilkan nilai bersih kini (NPV) sebesar Rp. 1.712.754.482; Net B/C ratio 16.47; BCR 1.84; IRR 74,24% dan PBP 38 hari, serta memberikan nilai tambah sebesar Rp. 20.495,42 per kg bahan baku dan layak diajukan untuk pengembangan program CDM kategori skala kecil (Tipe III)


(5)

PRODUK TEMPURUNG KELAPA

(Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh

YASIR WIJAYA

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

Pada

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis dengan judul “DAMPAK TEKNOLOGI PIROLISIS

(PEMBAKARAN TERTUTUP) TERHADAP KUALITAS

LINGKUNGAN DAN NILAI TAMBAH PRODUK TEMPURUNG KELAPA (Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)”. Adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme.

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung. Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya; saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, Januari 2012 Pembuat Pernyataan

YASIR WIJAYA NPM 082001028


(7)

TAMBAH PRODUK TEMPURUNG KELAPA (Studi Kasus di Desa Gunung Terang

Kabupaten Lampung Selatan)

Nama Mahasiswa : Yasir Wijaya

Nomor Pokok Mahasiswa : 082001028

Program Studi : Magister Ilmu Lingkungan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Wasinton Simanjuntak, Ph.D Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S

NIP. 19590706 198811 1 001 NIP. 19610826 198702 1 001

2. Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si. NIP 19590131 198503 1 002


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Wasinton Simanjuntak, Ph.D ………

Sekretaris : Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S………...

Penguji : Simon Sembiring, Ph.D ……….

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S NIP. 19530528 198103 1 002


(9)

Penulis dilahirkan di Semuli Jaya, Lampung Utara pada tanggal 05 Mei 1984, anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak Yusaini Cikmat, A.M.Pd dan Ibu Siti Rianti. Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 01 Semuli Jaya diselesaikan pada tahun 1996, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 02 Kalibalangan diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Menengah Umum di SMUN 01 Abung Semuli diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan S1 pada Jurusan Matematika FMIPA Unila diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun akademik 2008/2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung.

Saat ini penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Utara dari tahun 2010. Selama menempuh studi, penulis pernah bekerja di Lembaga Penelitian Universitas Lampung sebagai staf dan asisten peneliti dari Kyoei University of Japan (2006-2009). Penulis juga pernah aktif di organisasi eksternal kemahasiswaan HMI Komsospol Cabang Bandar Lampung.


(10)

K

K

u

u

P

P

e

e

r

r

se

s

e

m

m

ba

b

a

h

h

k

k

an

a

n

K

K

ar

a

ry

y

a

a

i

i

n

n

i

i

,

,

S

S

e

e

b

b

ag

a

g

a

a

i

i

W

W

u

u

j

j

u

u

d

d

R

R

a

a

s

s

a

a

C

C

i

i

n

n

t

t

a

a

d

d

a

a

n

n

P

P

e

e

n

n

u

u

h

h

T

T

a

a

n

n

g

g

g

g

u

u

n

n

g

g

J

J

a

a

w

w

a

a

b

b

k

k

u

u

,

,

U

U

n

n

t

t

u

u

k

k

M

M

a

a

m

m

a

a

,

,

P

P

a

a

p

p

a

a

,

,

A

A

t

t

u

u

,

,

A

A

di

d

i

k

k

-

-

A

A

d

d

i

i

k

k

k

k

u

u

,

,

S

S

a

a

u

u

d

d

a

a

r

r

a-

a

-S

S

a

a

u

u

d

d

a

a

r

r

a

a

k

k

u

u

,

,

S

S

e

e

r

r

t

t

a

a

S

S

e

e

m

m

u

u

a

a

O

O

r

r

a

a

n

n

g

g

y

y

a

a

n

n

g

g

T

T

e

e

l

l

a

a

h

h

M

M

e

e

m

m

b

b

e

e

r

r

i

i

k

k

a

a

n

n

A

A

r

r

t

t

i

i

D

D

a

a

l

l

a

a

m

m

H

H

i

i

d

d

u

u

p

p

k

k

u

u

,

,

A

A

t

t

a

a

s

s

K

K

e

e

b

b

e

e

r

r

s

s

a

a

m

m

a

a

a

a

n

n

,

,

K

K

a

a

s

s

i

i

h

h

S

S

a

a

y

y

a

a

n

n

g

g

d

d

a

a

n

n

K

K

e

e

k

k

e

e

l

l

u

u

a

a

r

r

g

g

a

a

a

a

n

n

n

n

y

y

a

a

S

S

e

e

l

l

a

a

m

m

a

a

i

i

n

n

i

i

y

y

a

a

n

n

g

g

S

S

e

e

l

l

a

a

l

l

u

u

M

M

e

e

n

n

d

d

o

o

a

a

k

k

a

a

n

n

u

u

n

n

t

t

u

u

k

k

K

K

e

e

b

b

e

e

r

r

h

h

a

a

s

s

i

i

l

l

a

a

n

n

k

k

u

u

(

(

S

S

p

p

e

e

c

c

i

i

a

a

l

l

F

F

o

o

r

r

m

m

y

y

M

M

o

o

m

m

T

T

h

h

a

a

n

n

k

k

Y

Y

o

o

u

u

f

f

o

o

r

r

o

o

f

f

i

i

t

t

s

s

P

P

r

r

a

a

y

y

e

e

r

r

s

s

,

,

l

l

o

o

v

v

e

e

a

a

n

n

d

d

a

af

ff

f

e

e

c

c

ti

t

i

o

o

n

n

d

d

u

u

ri

r

i

n

n

g

g

th

t

h

e

e

t

t

i

i

m

m

e

e

s,

s

,

I

I

wi

w

i

l

l

l

l

Tr

T

ry

y

a

a

n

n

d

d

A

A

l

l

w

w

a

a

y

y

s

s

T

T

r

r

y

y

T

T

o

o

G

G

i

i

v

v

e

e

i

i

s

s

t

t

h

h

e

e

B

B

e

e

s

s

t

t

)

)

a


(11)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah memberikan inspirasi berpikir serta motivasi untuk berkarya dalam menyelesaikan amanah ini. Semua ini adalah karunia Allah Subhaanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi ke jenjang Pascasarjana dan berhasil menyusun sebuah karya ilmiah berupa tesis, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Sains. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Wasinton Simanjuntak, Ph.D selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini;

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik serta motivasinya selama menjadi mahasiswa sampai dengan penyusunan tesis ini;

3. Bapak Simon Sembiring, Ph.D selaku pembahas yang dengan kritis telah banyak memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan tesis ini; 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc selaku Pembimbing


(12)

5. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si selaku Kepala Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan saran dan nasehat serta diskusinya selama penulis menjadi mahasiswa;

6. Dr. Tugiyono, Dr. Agus Setiawan, Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Bainuwa, Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc, Dr. Erwanto, Dr. Cipta Ginting Selaku dosen yang pernah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya selama perkuliahan;

7. Bapak Prof. Dr. Ir Jamalam Lumbanraja, M.Sc selaku dosen MSAPP dan Dr. Didier Pilot (Montpelier SupAgro) selaku Coordinator Asian Link yang telah banyak membantu dan memfasilitasi selama perkuliahan sampai penelitian;

8. Mr. Christine (Copenhagen University, Denmark), Pannete, Isabela, Claire Durand (Montpelier SupAgro, France), Christophe DEPRES (VetAgroSup Lyon, France) Mrs. Asikin Yoeu (Royal University Cambodian) for their

kind to help me in many ways and their eagerness to share knowledge and experiences;

9. Prof Yoshie Yamazaki Sensei (KYOEI University, Japan) dan Bapak Dr. Eng. Admi Syarif atas bantuan, dorongan dan motivasi yang tak pernah bosan kepada penulis;

10. Dian Anggraini, S.Si atas kebersamaan dan kesabarannya menemani penulis selama penelitian baik di Lapangan maupun di Labotarium, selalu setia untuk memberikan semangat, motivasi dan inspirasi kepada penulis; 11. Asnawati, SP; Farlina, SP; Ferry Sosilowati, SP; Helviana R.Ch, SP;


(13)

mendukung penulis sampai menyelesaikan penelitian ini;

12. Teman-teman di Labotarium Polimer FMIPA Unila, Imam Akbar, S.Si, Sony Sascori, S.Si, Slamet Kosasih, Evi, Wanti, Juju dan Siska atas bantuan tenaga, pikiran dan solusinya selama pelaksanaan penelitian serta kehangatan kekeluargaannya selama ini;

13. Hasim Selaku Sekretaris Desa Gunung Terang dan semua para responden yang telah memfasilitasi dan membantu dalam pengumpulan informasi untuk penelitian ini;

14. Sutrisno dan Joko yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan alat untuk penelitian;

15. Dan masih banyak lagi pihak-pihak yang turut membantu sejak awal penulis mengikuti pendidikan di pascasarjana, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan tesis ini yang belum disebutkan namanya penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga tesis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis


(14)

ABSTRACT

THE IMPACT OF PYROLYSIS TECHNOLOGY (CLOSED COMBUSTION) ON ENVIRONMENTAL

QUALITY AND VALUE ADDED OF COCONUT SHELL PRODUCTS (Case Study in Gunung Terang Village South Lampung of Regency, Indonesia)

By

YASIR WIJAYA

Coconut shell charcoal industry is currently growing very rapidly, one of the unsolved problem to date is about supply CO2emissions with a very large number

into the atmosphere. Greenhouse gas emissions occur due to processing methods applied by the public until today is still an open burning method (conventional). The purpose of this study to determine the amount of CO2 emissions could be

reduced by pyrolysis technology, identify products that can be produced. It also analyzes the feasibility and CDM programs for the development of the technology industry with the coconut shell pyrolysis. With the method of field interviews and laboratory experiment data obtained were then analyzed by some supporters of the theory to analyze the phenomenon that occurs associated with the research objectives to be achieved.

Based on observation and discussion, pyrolysis technology can reduce CO2by an

average of 40 gr/kg of coconut shell, for a farmer CO2/years 38 400 kg. Besides

producing several products simultaneously in a single production cycle, every 1 kg of coconut shell charcoal is able to produce 349.29 grams; 421.96 ml of liquid smoke, tar 99.78 ml and 95.54 grams of Na2CO3. In addition, the technology

industry with the coconut shell pyrolysis is a business unit profitable, high value-added, and feasible to be developed. Industry is able to produce a net present value (NPV) of Rp. 1.712.754.482; Net B / C ratio of 16:47; BCR 1.84; 74.24% IRR and PBP 38 days, as well as providing added value amounting to Rp. 20495.42 per kg of raw materials and proper development of the program submitted for CDM small-scale category (Type III)


(15)

DAMPAK TEKNOLOGI PIROLISIS (PEMBAKARAN TERTUTUP) TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN DAN NILAI TAMBAH

PRODUK TEMPURUNG KELAPA

(Studi Kasus di Desa Gunung Terang Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh YASIR WIJAYA

Industri arang tempurung kelapa saat ini berkembang sangat pesat, salah satu masalah yang belum terpecahkan sampai saat ini adalah mengenai supllay emisi CO2 dengan jumlah sangat besar ke atmosfer. Emisi gas rumah kaca terjadi karena

metode pengolahan yang diterapkan oleh masyarakat hingga dewasa ini masih metode pembakaran terbuka (konvensional).

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui jumlah emisi CO2yang mampu

direduksi oleh teknologi pirolisis, mengidentifikasi produk yang bisa dihasilkan. Selain itu juga menganalisis kelayakan usaha dan program CDM untuk pengembangan industri tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis. Dengan metode wawancara lapangan dan eksperimen laboratorium data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan beberapa teori pendukung untuk menganalisa fenomena yang terjadi dikaitkan dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, teknologi pirolisis mampu mereduksi CO2rata-rata sebesar 40 gram/kg tempurung kelapa, untuk satu petani

38.400 kg CO2/tahun. Selain itu menghasilkan beberapa produk secara bersamaan

dalam satu siklus produksi, setiap 1 kg tempurung kelapa mampu menghasilkan 349,29 gram arang; 421,96 ml asap cair, 99,78 ml tar dan 95,54 gram Na2CO3.

Selain itu juga industri tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis merupakan unit usaha yang menguntungkan, bernilai tambah tinggi, dan layak dikembangkan. Industri tersebut mampu menghasilkan nilai bersih kini (NPV) sebesar Rp. 1.712.754.482; Net B/C ratio 16.47; BCR 1.84; IRR 74,24% dan PBP 38 hari, serta memberikan nilai tambah sebesar Rp. 20.495,42 per kg bahan baku dan layak diajukan untuk pengembangan program CDM kategori skala kecil (Tipe III)


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... . xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

C. Kerangka Pemikiran ... 6

D. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 8

1. Profil Umum Kelapa di Propinsi Lampung ... 8

2. Deskripsi Daerah Penelitian ... 9

3. Keadaan Penduduk ... 10

4. Sarana dan Prasarana Pendukung Tingkat Desa ... 11

5. Karakteristik Responden Terpilih ... 11

B. Potensi Tanaman Kelapa ... 13

1. Tanaman Kelapa ... 13

2. Produk Dari Buah Kelapa ... 13

3. Pengolahan Tempurung Kelapa ... 14

C. Pirolisis ... 18

1. Definisi Pirolisis ... 18

2. Pirolisis Selulosa ... 19


(17)

4. Pirolisis Lignin ... 20

D. Dampak Pencemaran Lingkungan ... 20

E. Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) ... 22

F. Studi Kelayakan Finansial ... 25

1. Analisis Pendapatan dan Keuntungan... 25

2. Net Present Value(NPV) ...26

3. Internal Rate of Return (IRR) ... 27

4. Benefit Cost Ratio(BCR) ... 28

5. Net Benefit Cost Ratio(Net B/C) ... 28

6. Payback Periods(PBP)...29

7. Analisis Sensitivitas (AS) ... 29

G. Teori Nilai Tambah ... 30

H. Pembangunan Berkelanjutan... 34

I. Pengertian Sistem Ekonomi Kerakyatan ... 35

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Waktu dan Tempat ... 38

B. Alat dan Bahan ... 38

C. Metode ... 39

D. Pelaksanaan ... 40

1. Persiapan Alat dan Sampel ... 38

2. Pirolisis Tempurung Kelapa ... 41

3. Pembuatan Larutan Jenuh NaOH ... 42

4. Pemisahan Natrium Karbonat (Na2CO3) ... 42

5. Pengeringan (Pengovenan) ... 43

E. Pengamatan ... 45

1. Perkembangan (Trend) Teknologi Pengarangan Dewasa ini ... 45

2. Pembuatan Arang Metode Konvensional ... 47

2.1 Bahan Baku ... 47

2.2. Bahan Penunjang ... 47

2.3. Tenaga Kerja ... 48


(18)

xiii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 50

A. Praktek Konvensional ... 50

B. Eksperimen Laboratorium ... 51

1. Hasil Pirolisis ... 52

2. Produk Pirolisis ... 53

2.1. Asap Cair ... 53

2.2. Arang... 55

2.3. Tar ... 56

2.4. Natrium Karbonat (Na2CO3) ... 57

3. Perhitungan CO2 ... 58

C. Analisis Finansial ... 61

1. Analisis Pendapatan dan Keuntungan ... 61

2. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha... 62

3. Analisis Sensitivitas dan Kelayakan Proyek ... 64

D. Analisis Nilai Tambah ... 67

E. Analisis Aspek Pembangunan Berkelanjutan ... 69

1. Aspek Sosial Ekonomi ... 70

2. Aspek Dampak Lingkungan... 72

F. Model Pengembangan Teknologi ... 73

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(19)

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki luas perkebunan kelapa nomor satu di dunia. Luas kebun kelapa Indonesia 3,712 juta hektar (31,4% luas kebun kelapa dunia) dengan produksi kelapa kurang lebih 12,915 milyar butir (24,4% produksi dunia). Bobot tempurung kelapa mencapai 12% dari bobot buah kelapa. Dengan berat sebutir kelapa rata-rata 1,5 kg, maka potensi tempurung kelapa Indonesia mencapai 2324,7 juta ton/tahun (Ditjenbun, 2007).

Propinsi Lampung termasuk salah satu sentra produksi buah kelapa di Indonesia, dengan luas perkebunan sekitar 132.824 Ha, merupakan terluas kedua setelah kopi robusta. Areal itu tersebar di beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Barat, Pesawaran, Way Kanan, Tulang Bawang, Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Kabupaten Lampung Utara (Gambar 1). Sekitar 99,95% dari areal tersebut merupakan perkebunan rakyat (BPS, 2010). Dengan produksi kelapa sebesar 112.300 ton pertahun, terdapat hasil samping berupa 81.900 ton sabut, 30.700 ton tempurung kelapa dan 51.200 ton air kelapa.


(20)

2

Gambar 1. Distribusi potensi tempurung kelapa di Propinsi Lampung

Di Propinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan merupakan wilayah paling potensial karena memiliki perkebunan kelapa 30.213 Ha dengan produksi 30.955 ton pertahun (BPS, 2010). Dengan dukungan bahan baku yang demikian besar, industri berbasis buah kelapa merupakan salah satu industri yang terus berkembang di Kabupaten Lampung Selatan. Selain minyak kelapa, produk lain yang sudah dihasilkan sejak lama adalah serabut kelapa dan arang tempurung.

Industri Arang Tempurung Kelapa (ATK) saat ini berkembang sangat pesat, karena produk ini sudah menjadi salah satu komoditas ekspor Propinsi Lampung ke berbagai negara antara lain Jepang, Korea dan China. Sebagai gambaran, berdasarkan data BPS tahun 2009 Propinsi Lampung mengekspor batok kelapa seberat 1.195 ton, dengan nilai mencapai 326.140 dolar AS.


(21)

Dalam industri ATK, salah satu masalah yang belum terpecahkan sampai saat ini adalah emisi gas CO2 dengan jumlah yang sangat besar ke atmosfer. Emisi gas rumah kaca ini terjadi karena metode pengolahan yang diterapkan oleh masyarakat hingga dewasa ini masih metode konvensional yaitu metode pembakaran terbuka.

Dikaitkan dengan kelemahan ini, industri ATK sangat memerlukan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini perlu dipikirkan karena asap dari industri arang tempurung kelapa tidak mendapat respon negatif dari masyarakat internasional. Seiring dengan gerakan pengurangan emisi CO2 atau Gas Rumah Kaca (GRK) yang menjadi perhatian dewasa ini.

Dikaitkan dengan pemanasan global yang menjadi isu internasional dewasa ini, industri tempurung kelapa memerlukan teknologi yang lebih baik, dalam arti mampu meminimalkan jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan dari proses pengolahan. Langkah ini diperlukan agar industri tempurung kelapa tidak menjadi penyumbang gas rumah kaca yang kemungkinan akan dipermasalahkan oleh masyarakat internasional.

Kebutuhan akan teknologi yang lebih ramah lingkungan merupakan latar belakang utama pemanfaatan pembakaran sistem tertutup, yang dikenal juga dengan istilah pirolisis. Teknologi pirolisis diajukan karena sistem pembakaran ini dilangsungkan tanpa melibatkan oksigen dari atmosfer. Dengan demikian jumlah CO2 yang terbentuk sangat kecil dibandingkan dengan pembakaran terbuka. Di samping kemampuan untuk menekan jumlah CO2 yang terbentuk, teknologi pirolisis juga menawarkan sejumlah keuntungan lain yaitu bisa menghasilkan


(22)

4

seperti arang yang berkualitas, produksi asap cair, dan produksi tar yang yang berpotensi memiliki nilai ekonomis tinggi.

Dikaitkan dengan adanya transfer teknologi ini, juga akan dilihat apakah memenuhi kriteria pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk tujuan tersebut, dalam penelitian ini akan dikembangkan beberapa pertanyaan melalui kuisioner untuk menjawab kriteria yang sudah ditentukan.

Terkait dengan isu pengurangan emisi gas rumah kaca, salah satu program internasional yang mekanismenya dibawah Kyoto Protocol yang dikenal project Clean Development Mechanism (CDM) yang dimaksudkan untuk membantu negara maju atau industri memenuhi sebagian kewajibannya menurunkan emisi gas rumah kaca. Berdasarkan persyaratan yang telah ditetapkan oleh CDM khususnya untuk skala kecil bisa direkomendasikan untuk menjadi program CDM apabila dengan adanya transfer teknologi bisa mengurangi emisi CO2kurang dari 15kTon pertahunnya yang kemudian mendapatkan Certified Emission Reduction (CER) dari UNFCCC(http://cdm.unfccc.int/Projects/pac/ssclistmeth.pdf).

Untuk mengetahui jumlah emisi yang berkurang dengan penggunaan teknologi pirolisis, akan dilakukan perhitungan emisi CO2 dengan metode kimia yang ada. Dengan demikian penelitian ini juga nantinya akan menjadi literatur sebagai penelitian pendahuluan atau kelayakan (research visibility) untuk mengajukan program CDM.


(23)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, terdapat beberapa permasalahan sebagai dampak pengembangan dari industri arang tempurung kelapa. Adapun beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah teknologi pirolisis mampu mengurangi terjadinya pemanasan global (emisi CO2) yang diakibatkan proses pembuatan arang tempurung kelapa dengan pembakaran terbuka?

2. Apakah teknologi pirolisis memberikan keuntungan atau nilai tambah kepada pelaku industri tempurung kelapa dibandingkan metode pembakaran konvensional?

3. Apakah teknologi pirolisis memenuhi kriteria pembangunan berkelanjutan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui berapa jumlah emisi CO2 yang dihasilkan dengan teknologi pirolisis dan mengidentifikasi hasil produk turunan lainnya.

2. Menganalisis kelayakan usaha teknologi pirolisis untuk pengembangan industri tempurung kelapa.

3. Mengetahui kelayakan teknologi pirolisis untuk program (Clean Development Mechanism) CDM.


(24)

6

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini akan menganalisis bagaimana dampak teknologi pirolisis pada pengembangan pelaku industri tempurung kelapa, meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Selain itu juga akan dilakukan analisis finansial sebagai uji kelayakan pengembangan dari teknologi tersebut dengan menggunakan kreteria (NPV, BCR, Net B/C, IRR dan Payback Period) dan yang terakhir dilakukan analisis nilai tambah yang dihasilkan dari teknologi pirolisis. Untuk membantu analisis, penelitian ini dilakukan survey lapangan dan percobaan laboratorium. Kerangka pemikiran untuk dikembangkan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2.Kerangka Pemikiran Penelitian Teknologi Pirolisis Sosial Ekonomi Lingkungan Analisis Pembangunan Berkelanjutan Analisis Nilai Tambah Analisis Finansial NPV BCR Net B/C IRR Pacback Period Pendapatan Keuntungan Balas Jasa kreteria kreteria kreteria


(25)

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Pembakaran sistem pirolisis dalam pembuatan arang tempurung kelapa mampu mengurangi terjadinya pemanasan global.

2. Produk yang dihasilkan dari sistem pirolisis lebih berkualitas dan memiliki nilai tambah (value added)tinggi dibandingkan dengan pembakaran terbuka.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keadaan Umum Daerah Penelitian

1. Profil Umum Kelapa di Propinsi Lampung

Propinsi Lampung termasuk salah satu sentra produksi buah kelapa yang besar di Indonesia, dengan luas perkebunan sekitar 132.824 Ha, merupakan terluas kedua setelah kopi Robusta. Sekitar 99,95% dari areal tersebut merupakan perkebunan rakyat (BPS, 2010). Dengan produksi kelapa sebesar 112.300 ton pertahun, maka terdapat sekitar 81.900 ton sabut, 30.700 ton tempurung kelapa dan 51.200 ton air kelapa. Areal itu tersebar di beberapa kabupaten, seperti dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1.Distribusi Potensi Kelapa di Propinsi Lampung

No Kabupaten/Kota Luas

(ha)

Produksi (Ton)

1 Lampung Selatan 30213 30955

2 Lampung Timur 27254 26572

3 Tanggamus 19715 18283

4 Lampung Tengah 17448 10091

5 Pesawaran 13846 13169

6 Way Kanan 8282 3531

7 Tulang Bawang 6198 3713

8 Lampung Barat 4527 2944

9 Lampung Utara 4573 2890

10 Bandar Lampung 768 152

Total 132824 112300


(27)

Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah yang terluas sehingga sangat potensial untuk tanaman kelapa. Sehingga diwilayah ini juga sangat mendukung untuk perkembangan industri pengolahan dari buah kelapa itu sendiri. Industri saat ini yang sudah berkembang seperti industri pengolahan daging, sabut serta tempurung kelapa yang diolah untuk menjadi arang.

Saat ini industri arang batok kelapa berkembang sangat pesat, di daerah-daerah penghasil kelapa untuk memenuhi permintaan pasar baik lokal maupun internasional yang terus meningkat. Berdasarkan data BPS nilai ekspor arang batok kelapa naik sebesar 133,45 persen selama Januari-Juli 2009 dibandingkan periode tahun sebelumnya. Khusus di bulan Agustus 2009, ekspor arang tempurung kelapa dari Lampung mencapai 1.195 ton, meraih devisa 326.140 dolar AS, dengan Negara tujuan seperti Jepang, Korea dan China.

2. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian utama dilakukan di Desa Gunung Terang, selain itu juga dilakukan pengamatan untuk data pembanding di Desa Way Emas. Dua desa tersebut terdapat di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Memiliki luas wilayah 892 Ha, jarak desa Gunung Terang dengan Ibukota Kecamatan Kalianda adalah 17 km, jarak ke Ibukota Kabupaten Lampung Selatan (Kota Kalianda) 16 km dan jarak desa ke Kantor Polisi 15 Km. Secara administrasi Desa Gunung Terang memiliki 4 dusun, 4 RW dan 11 RT dan termasuk kategori Desa Swadaya dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Munjuk


(28)

10

Sempurna; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Merak Belantung; Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bulok; Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Taman Agung.

3. Keadaan Penduduk

Penduduk di Desa Gunung Terang pada tahun 2009 berjumlah 2082 Jiwa atau 539 kepala keluarga (KK). Terdiri dari beberapa suku yaitu Suku Lampung Pesisir, Jawa, Sunda, Minang dan Suku Batak. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 974 jiwa (47%) dari total penduduk 2082 jiwa, sedangkan penduduk lak-laki berjumlah 1108 jiwa (53%). (Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2009).

Jumlah KK menurut status perkawinan adalah 506 KK sudah kawin sedangkan 33 KK belum kawin/Janda/Duda. Berdasarkan tingkat kesejahteraan penduduk Desa Gunung Terang dibagi ke dalam empat kelompok yaitu: Keluarga Prasejahtera sebanyak 345 KK, Keluarga Sejahtera 1 sebanyak 89 KK, keluarga sejahtera II sebanyak 88 KK dan keluarga sejahtera III sebanyak 17 KK (Sumber: PLKB Kecamatan Kalianda, 2009).

Pekerjaan masyarakat Desa Gunung Terang sebagian besar adalah petani baik petani sawah, ladang maupun perkebunan, dengan sebaran pemilik tanah perkebunan sebanyak 118 rumah tangga, buruh perkebunan 12 rumah tangga, pemilik sawah 61 rumah tangga, pemilik ladang 118 rumah tangga, penyewa/penggarap 182 rumah tangga, penyakap 81 rumah tangga dan buruh tani 52 rumah tangga.

Berdasarkan tingkat pendidikannya penduduk di desa Gunung Terang dapat dikelompokan menjadi 4 yaitu: Penduduk yang tidak tamat SD


(29)

sebanyak 93 KK, Lulus SD-SMP sebanyak 381 KK, SLTA 63 KK dan lulusan Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 2 KK (KDA BPS, 2010).

4. Sarana dan Prasarana Pendukung Tingkat Desa

Sarana dan Prasarana yang ada di Desa Gunung Terang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2.Sarana dan prasarana di desa Gunung Terang Tahun 2009

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah

(Unit) 1 Pendidikan

- SMPN 1

2

Kesehatan - Poskesdes - Posyandu - Tenaga Bidan - Dukun Bayi

1 2 1 1 3 Sumber Penerangan - Lampu Listrik PLN - Lampu Non PLN

324 43

4

Kelembagaan - Karang Taruna - Kelompok Tani - Kelompok Capir - Kader Pemdes

1 7 1 1 5 Sarana Perekonomian - Warung - Kios

- Rumah Makan

4 2 1

6

Kesehatan Lingkungan berdasarkan Jamban - WC septic

- WC tanpa septic

102 305 Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 2009

5. Karakteristik Responden Terpilih

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak aparatur desa yaitu Sekretaris Desa Gunung Terang. Pelaku yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa pelaku seperti: Industri Arang Tempurung


(30)

12

Kelapa (ATK), Pelaku pembuat Kopra, Kopra dan ATK serta juga warga yang menjadi petani kelapa saja. Berdasarkan karakteristik sampel, maka peneliti menentukan sampel terpilih dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Alasan utama menggunakan metode ini karena keberagaman ataupun perilaku petani yang melakukan aktifitas seperti yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecil bahkan hampir sama (homogen). Sehingga penentuan sampel dapat dilakukan dengan metode keterwakilan saja sesuai dengan tujuan penelitian.

Responden yang diwawancarai adalah petani yang melakukan aktifitas pembuatan ATK sebanyak 2 orang, Kopra dan ATK sebanyak 2 orang serta 2 orang warga yang hanya menjadi petani kelapa saja. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini hanya pelaku industri ATK saja, selainnya hanya untuk data pembanding untuk melihat kondisi sosial ekonomi petani yang beraktifitas bukan membuat ATK. Sedangkan untuk pelaku ATK di Desa Gunung Terang terdapat 4 KK, dengan total untuk Kabupaten Lampung Selatan terdapat ± 20 KK. Wawancara dilakukan langsung di tempat usaha arang tempurung kelapa, seperti ditunjukan dalam Gambar 3.


(31)

B. Potensi Tanaman Kelapa 1. Tanaman Kelapa

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam famili Palmae dan banyak tumbuh di daerah tropis, seperti di Indonesia. Kelapa dikenal sebagai tanaman serbaguna karena seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Salah satu bagian yang terpenting dari tanaman kelapa adalah buah kelapa. Bagian tanaman ini menjadi yang terpenting terdiri dari beberapa komponen, seperti terlihat dalam Tabel 3 yang semuanya memiliki nilai ekonomis.

Tabel 3.Presentase komposisi buah kelapa Bagian Buah Jumlah Berat (%) Daging Buah

Sabut Air Kelapa Tempurung

28 35 25 12 (Sumber : Palungkun, 2001)

2. Produk Dari Buah Kelapa 2.1 Daging Buah

Selain Virgin Coconut Oil (VCO), produk lain daging buah kelapa minyak goreng, kosmetik dan cocodiesel atau biodiesel sebagai bahan pengganti solar. Selama ini pengolahan buah kelapa belum optimal dari sisi ekonomi karena masih banyak komponen buah kelapa yang kurang dimanfaatkan di antaranya sabut kelapa, tempurung kelapa dan air kelapa.


(32)

14

2.2 Sabut Kelapa

Sabut kelapa dapat diproses sebagai barang kerajinan atau dipacking dalam ukuran tertentu untuk diekspor sebagai bahan pembuat jok mobil, kasur serat sabut kelapa, dan jaring sabut kelapa (cocomesh) untuk menahan erosi pada lahan kritis. Dari sabut juga dihasilkan cocodustyang dapat digunakan sebagai medium tanaman hias atau sayur-sayuran.

2.3 Air Kelapa

Air kelapa diolah menjadi Nata Decoco, yakni hasil fermentasi dari air kelapa, biasanya dijadikan campuran dalam hidangan penutup makan, dapat juga sebagai minuman berserat.

3. PengolahanTempurung Kelapa

Tempurung kelapa merupakan bagian buah kelapa yang fungsinya secara biologis adalah pelindung inti buah dan terletak di bagian sebelah dalam sabut dengan ketebalan berkisar antara 3–6 mm. Tempurung kelapa dikategorikan sebagai kayu keras tetapi mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar selulosa lebih rendah dengan kadar air sekitar (6-9) % (dihitung berdasarkan berat kering) dan terutama tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa (Tilman, 1981).

Tabel 4.Komposisi kimia tempurung kelapa

Komponen Persentase Selulosa Hemiselulosa Lignin Abu Komponen ekstraktif Uronat anhidrat Nitrogen Air 26.6 % 27.7 % 29.4 % 0.6 % 4.2 % 3.5 % 0.1 % 8.0 % Sumber: Suhardiyono, 1988


(33)

Pengolahan tempurung kelapa yang sekarang ini umumnya masyarakat lakukan yaitu pembuatan arang, dimana proses pengolahannya masih bersifat tradisional yakni pembakaran terbuka. Sistem ini tanpa disadari oleh masyarakat memiliki dampak negatif terhadap lingkungan secara global, selain itu juga memiliki pengaruh yang kurang baik bagi kesehatan pekerja atau masyarakat sekitar. Karena zat, energi dan atau komponen lain sebagai hasil sampingan maupun limbah suatu kegiatan pembakaran dapat menimbulkan turunnya mutu atau kualitas lingkungan hidup yang akhirnya dapat mengakibatkan pencemaran udara.

Dikaitkan dengan pemanasan global yang menjadi isu internasional saat ini, industri tempurung kelapa memerlukan teknologi yang lebih baik, dalam artian mampu meminimalkan jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan dari proses pengolahan. Kebutuhan akan teknologi yang lebih ramah lingkungan merupakan gagasan utama dalam penelitian ini, agar dapat disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat petani kelapa bagaimana prospek dan pemanfaatanya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani serta menjaga kualitas lingkungan udara secara global. Adapun produk dan manfaat dari pengolahan tempurung kelapa dengan teknologi pirolisis yaitu:

1. Arang

Arang hasil pirolisis ini dapat digunakan sebagai absorben untuk meningkatkan kualitas air, sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, dapat juga digunakan sebagai bahan untuk pembuat arang aktif. Selain itu mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan kesuburan tanah (Kishimoto et. al., 1985; Siregar, 2002).


(34)

16

2. Briket Arang Tempurung

Briket arang tempurung merupakan hasil sampingan dari pembuatan asap cair yang berbahan tempurung kelapa, arang tempurung ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah. Arang juga banyak dimanfaatkan sebagai adsorben.

3. Asap Cair

Asap cair merupakan hasil destilasi atau pengembunan dari asap hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan bahan yang banyak mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain. Asap cair merupakan larutan dari dispersi asap tempurung dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap cair hasil dari pirolisis. Asap cair hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan suhu pirolisis. Asap cair hasil pertama dari pirolisis dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional asap cair atau sebagai pengganti asam formiat, anti jamur, anti bakteri, selain itu juga dapat digunakan sebagai pengawet makanan atau ikan. Dapat juga digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah dan menetralisir asam tanah, membunuh hama tanaman dan mengontrol pertumbuhan tanaman, mempercepat pertumbuhan pada akar, batang, umbi, daun, bunga, dan buah.

Komponen-komponen dominan yang mendukung sifat-sifat fungsional dari asap cair adalah senyawa fenolat, karbonil dan asam. Titik didih dari komponen-komponen pendukung sifat fungsional asap cair dapat dilihat pada Tabel 5.


(35)

Tabel 5.Titik didih senyawa pendukung sifat fungsional asap cair Senyawa Titik didih (⁰C-760mmHg) Fenol  Guaikol  4-metilguaikol  Eugenol  Siringol  Furfural  Pirokatekol  Hidrokuinon  Isoeugenol 205 211 244 267 162 240 285 266 Karbonil  Glioksal  Metilglioksal  Glikoaldehid  Diasetil  Formaldehid 51 72 97* 88 -21 Asam

 Asam Asetat

 Asam Butirat

 Asam Propionat

 Asam Isovalerat

118 162 141 176 Sumber : Buckingham dalam Astuti (2000) Keterangan : * adalah titik leleh

4. Tar

Hasil redimen dari cairan asap cair yaitu tar, dapat dimanfaatkan untuk usaha meubler karena mampu menahan kualitas kayu dari serangan rayap.

5. Natrium Karbonat (Na2CO3)

Digunakan dalam proses pembuatan pulp (bubuk kayu), kertas, sabun, detergen, kaca, dan untuk melunakkan air sadah.


(36)

18

C. Pirolisis

1. Definisi Pirolisis

Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun tempurung kelapa. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung kelapa dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun batok kelapa dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan cairan dan gas (Widjaya,1982).

Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai, sebagian besar menjadi karbon atau arang. Istilah lain dari pirolisis adalah“destructive distillation” atau destilasi kering, dimana merupakan proses penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar.

Tempurung kelapa dan kayu keras memiliki komponen-komponen yang hampir sama yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pada umumnya tempurung kelapa mengandung dua bagian selulosa, satu bagian hemiselulosa serta satu bagian lignin. Girard (1992) menyatakan bahwa produk dekomposisi termal yang dihasilkan melalui reaksi pirolisis komponen-komponen tempurung kelapa adalah sebanding dengan jumlah komponen-komponen tersebut dalam tempurung.

Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam penggolongan produk yaitu :

1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar


(37)

seperti CO, CH4, H2dan hidrokarbon tingkat rendah lain. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6.Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi Kayu

Komponen Gas Persentase (%) Karbondioksida

Karbonmonoksida Metana

Hidrogen Etana

Hidrogen Tak jenuh

50,77 27,88 11,36 4,21 3,09 2,72 Sumber : Panshin, 1950

2. Destilat berupa asap cair dan tar

Komposisi utama dari produk tertampung adalah metanol dan asam asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam format, asam butirat dan lain-lain.

3. Residu (karbon).

Tempurung kelapa mempunyai komponen-komponen kandungan seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Pada umumnya tempurung mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin. Adapun pada proses pirolisis terjadi dekomposisi senyawa-senyawa penyusunnya, yaitu :

2. Pirolisis Selulosa

Selulosa adalah makro molekul yang dihasilkan dari kondensasi linier struktur heterosiklis molekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100-1000 unit glukosa (Fengel danWegener, 1995). Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280oC dan


(38)

20

berakhir pada300-350 oC. Girard (1992), menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap yaitu, reaksi hidrolisis menghasilkan glukosa dan reaksi yang menghasilkan asam asetat dan homolognya, bersama-sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol.

3. Pirolisis Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan menghasilkan furfural, furan dan derivatnya beserta satu seri panjang asam-asam karboksilat. Pirolisis heksosan terutama menghasilkan asam asetat dan homolognya. Hemiselulosa akan terdekomposisi pada temperatur 200-250 oC.

4. Pirolisis lignin

Lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi dan tersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa yang diperoleh dari pirolisis struktur dasar lignin berperan penting dalam memberikan aroma asap produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter fenol seperti guaiakol, siringol dan homolog serta derivatnya (Girard,1992). Lignin mulai mengalami dekomposisi pada temperatur 300-350 oC dan berakhir pada 400-450 oC.

D. Dampak Pencemaran Lingkungan

Fokus penelitian ini akan mengamati dampak terhadap Pencemaran Udara saja, yang mana udara di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Akibat aktifitas manusia, udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi.


(39)

Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Kemungkinan di suatu tempat dijumpai debu yang bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang terpolusi oleh asap limbah industri, kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

Pencemaran udara adalah kondisi udara yang tercemar dengan adanya bahan, zat-zat asing atau komponen lain di udara yang menyebabkan berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran udara mempengaruhi sistem kehidupan makhluk hidup seperti gangguan kesehatan, ekosistem yang berkaitan dengan manusia. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara).

Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan seperti CO2, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok. Gas CO2 berasal dari asap pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil dan akibat pembakaran kayu. Kadar gas CO2 yang semakin meningkat di udara tidak dapat segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan dunia yang di tebang setiap tahunnya. Kandungan gas CO2 yang tinggi menyebabkan cahaya matahari yang masuk ke bumi tidak dapat di pantulkan lagi ke angkasa, sehingga suhu bumi semakin memanas. Inilah yang disebut efek rumah kaca (Green House). Jika hal ini terus berlangsung, maka es di kutub akan mencair dan daerah dataran rendah akan terendam air.


(40)

22

Gas CO dapat membahayakan orang yang menghirupnya, gas ini sangat reaktif sehingga mengganggu pengikatan oksigen oleh hemoglobin dalam darah. Jika berlangsung terus menerus, dapat mengakibatkan kematian. Gas CFC (kloroflorokarbon) digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak bereaksi, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berbahaya. Tetapi, ternyata ada juga keburukan dari gas ini. Gas CFC yang naik ke atas dapat mencapai stratosfer.

Di stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3), yang merupakan pelindung bumi dari pengaruh radiasi ultra violet. Radiasi ultra violet dapat mengakibatkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik, menyebabkan kanker kulit dan kanker mata. Jika gas CFC mencapai lapisan ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut berlubang yang disebut lubang ozon.

Emisi yang dikeluarkan dari gas buang pembakaran yang tidak sempurna dalam pembuatan arang tempurung kelapa antara lain SOx, NOx, CO, HC, dan partikulat debu. Karbon Dioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO) dan Hidrokarbon yang berasal dari semua hasil pembakaran. Proses industri dapat menimbulkan efek sistematik, karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amat vital bagi oksigenasi jaringan tubuh akibatnya apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan kematian. Sedangkan dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berpikir, gerakan otot, dan gangguan jantung.

E. Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM)

Sebagai penelitian pendahuluan, studi ini dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan dari transfer teknologi pirolisis ini apakah memenuhi kriteria untuk


(41)

program CDM atau tidak. Program CDM merupakan salah satu bentuk kegiatan jual beli penurunan emisi GRK antara Negara Annex I dengan negara Non-Annex I. CDM ini merupakan satu-satunya mekanisme yang dapat dilakukan secara bersama antara negara Annex I dengan negara Non-Annex I yang memiliki kewajiban untuk menurunkan emisi gas-gas rumah kaca sampai angka tertentu per tahun 2012 seperti yang telah diatur dalam Protokol Kyoto, membantu negara-negara non-Annex 1 untuk melaksanakan proyek-proyek yang mampu menurunkan atau menyerap emisi setidaknya satu dari enam jenis gas rumah kaca yang disajikan dalam Tabel 7.

Negara-negara non-Annex 1 yang dimaksud adalah yang menandatangani Protokol Kyoto namun tidak memiliki kewajiban untuk menurunkan emisinya. Satuan jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang bisa diturunkan dikonversikan menjadi sebuah kredit yang dikenal dengan istilah Certified Emissions Reduction (CERs) satuan reduksi emisi yang telah disertifikasi. Negara-negara Annex 1 dapat memanfaatkan CER ini untuk membantu mereka memenuhi target penurunan emisi seperti yang diatur di dalam protokol (UNFCCC).

Tabel. 7. Enam Jenis Gas Rumah Kaca berdasarkan Protokol Kyoto

Gas Rumah Kaca Global Warming Potential

Karbondioksida (CO2) 1

Metana (CH4) 21

Nitrogenoksida (N2O) 310

Hidroflorokarbon (HFCs) 140-11700 Perflorokarbon (PFCs) 6500-9200 Sulfur heksaflorida (SF6) 23900 Sumber: http://cdm.unfccc.int


(42)

24

Nilai potensi pemanasan global dari ke enam gas rumah kaca ini tidak persis sama (potensi pengukuran pemanasan global mengukur efek relatif dari radiasi yang ditimbulkan oleh GRK dibandingkan terhadap CO2). Sebagai contoh, 1 ton metana memiliki potensi pemanasan global (GWP) setara dengan 21 ton CO2.

Dalam penelitian ini, fokus hanya pada gas CO2 saja terkait dengan adanya transfer teknologi pirolisis yang akan diajukan. Selain itu juga dalam program CDM diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam pembangunan yang berkelanjutan. Dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang sudah ditentukan.

Meskipun proyek CDM bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Negara tuan rumah yang bersangkutan, namun proyek-proyek yang berskala kecil sulit dikembangkan karena sifatnya yang berbiaya tinggi tapi menghasilkan kredit rendah. Padahal proyek-proyek skala kecil tersebut yang justru lebih bermanfaat dan berkelanjutan untuk masyarakat lokal. Karena itu UNFCCCC berusaha mengatasinya dengan cara membuat perangkat aturan dan persyaratan (modalities and procedures) jalur cepat supaya biayanya bisa ditekan. Suatu proyek dikatakan sebagai proyek skala kecil jika memenuhi paling tidak satu dari tiga kriteria berikut: (CP/2001/13/Add.2, paragraph 6[c], p. 21):

Tipe I: Proyek energi terbarukan yang kapasitas keluarannya <= 15 MW

Tipe II: Proyek perbaikan efisiensi energi yang dapat mengurangi konsumsi energi baik dari segi pasokan dan/atau permintaan hingga maksimum 15 GWh per tahun


(43)

Tipe III: Proyek lain yang dapat mereduksi emisi akibat aktivitas manusia (antropogenik) yang pengurangan emisinya < 15 kT CO2ekuivalen (CO2e) per tahunnya

Sumber: Panduan Kegiatan MPB di Indonesia,editing by Institute for Global Environmental Strategies

F. Studi Kelayakan Finansial

1. Analisis Pendapatan dan Keuntungan

Untuk menganalisis perolehan keuntungan usaha agroindustri tersebut diperlukan ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persekutuan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek. Telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan investment criteria atau kriteria investasi, diantaranya adalah net present value (NPV), yang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi selama umur investasi. Dikatakan suatu usaha layak untuk dikembangkan adalah apabila hasil akhir dari nilai bersih sekarang (NPV) lebih besar dari nol atau bernilai positif. Apabila nilai tersebut lebih kecil dari nol maka usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan.

Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual. Sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Dari penerimaan dan pendapatan suatu usaha tersebut dibutuhkan informasi tentang biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya ialah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Untuk menghasilkan suatu barang atau jasa, tentu ada bahan baku, tenaga kerja dan jenis


(44)

26

pengorbanan lain yang tidak dapat dihindarkan. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan dapat diperoleh suatu hasil.

Biaya tetap (fixed cost) didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi yang diperoleh. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap (variable cost) didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Untuk mendukung analisis finansial tersebut, diperlukan pengkajian aspek-aspek lain yang saling berkaitan untuk menilai kelayakan dari usaha agroindustri tersebut diantaranya aspek pasar, teknik, dan ekonomi. Dalam garis besarnya, langkah-langkah pengkajian aspek-aspek tersebut dilakukan secara berurutan. Namun, antara langkah yang satu dengan langkah yang lain terdapat umpan balik sehingga langkah yang lebih awal dapat dipengaruhi oleh langkah berikutnya.

Disamping keunggulan secara mekanis dan teknis, kajian ekonomis dari produk-produk yang dihasilkan perlu dilakukan. Hal ini untuk menunjukan agar diperoleh jenis produk yang optimal untuk di kembangkan, baik secara mekanis maupun ekonomis. Untuk mengetahui kelayakan usaha agroindustri kelapa, dilakukan suatu analisis kelayakan finansial yang meliputi:

2. Net present value (NPV)

Adalah penjumlahan dari present value net cash flow dalam table cash flow, atau dalam rumus :

    n t t t t i C B NPV


(45)

dimana :

Bt = benefit kotor tahun ke t Ct = biaya kotor tahun ke t n = umur ekonomis i = discount rate

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah persentase keuntungan yang didapat terhadap investasi yang ditanamkan. Jika IRR > discount rate maka investasi yang akan dilakukan layak dilakukan, jika IRR sama dengan discount rate maka investasi yang akan dilakukan memberikan keuntungan yang sama dengan opportunity cost, dan jika IRR < discount rate maka investasi yang akan dilaksanakan tidak layak dilakukan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai IRR yaitu:

= −

− ( − )

Dimana,

i1 = suku bunga bank paling atraktif I2 = suku bunga coba-coba ( > dari i1) NPV1 = NPV awal pada i1


(46)

28

4.Benefit Cost Ratio(BCR)

Kriteria rasio manfaat biaya (benefit-cost ratio = BCR) untuk menganalisis investasi proyek industri yang memiliki umur ekonomis t (t = 1, 2, 3, ….., n) tahun dilakukan berdasarkan formula berikut :

BCR(i) = {Σ PFt (Bt)} / {Σ PFt (Ct)}

Di sini t = 0, 1, 2, …, n, sedangkan PFt= (1 + i)-t.

Suatu proyek industri dikatakan memiliki keuntungan ekonomis, layak dilaksanakan, apabila nilai BCR(i) lebih besar daripada satu. Jika nilai BCR(i) lebih kecil daripada satu, maka proyek industri akan mendatangkan kerugian ekonomis apabila dilaksanakan (Gasperzs,2002 :145).

5. Net Benefit Cost Ratio(Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara Present Value dari Net Benefit yang positif (+) dengan Present Valuedari Net Benefityang negatif.

/ = P. V. NetBene it(+ P. V. NetBene it(− Formula secara matematis Net B/C dapat dituliskan sebagai berikut :

dimana :


(47)

Ct : cost bersih dalam pengusahaan tahun t Kt : investasi pada awal tahun ke-0

n : umur ekonomis waktu pengusahaan (rotasi) i : suku bunga (nilai discount rate)

6. Payback Periods

Merupakan jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek.

=

7. Analisis Sensitivitas (AS)

Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi perlu dilakukan analisa sensitivitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas/pengaruh dari beberapa variabel terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan berdasarkan skenario-skenario yang logis. Untuk menghindari ke

tidakpastian perkembangan ekonomi di masa yang akan datang dan sering analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi sehingga ketidak pastian yang akan terjadi di masa yang akan datang, seperti :

1. Terjadinya kenaikan biaya (biaya operasional)

2. Terjadinya penurunan harga sehingga akan menurunkan keuntungan


(48)

30

3. Kemungkinan karena pengaruh faktor alam seperti kemarau panjang, kebakaran, yang dapat menurunkan produksi sehingga keuntungan dapat turun.

4. Kemungkinan kesalahan dalam transaksi hasil (yield) per hektar yang akan dilakukan analisis adalah jika terjadi perubahan kenaikan biaya dan atau penurunan pendapatan.

Analisis sensitivitas menunjukan tingkat perubahan peubah-peubah penting seperti harga input, harga produk dan biaya operasional yang masih bisa diterima dimana usaha agroindustri tidak mengalami kerugian.

Metode yang biasa digunakan dalam analisa sensitivitas yaitu: a. Analisa Breakeven

b. Analisa sensitivitas dengan model sederhana

c. Analisa sensitivitas menggunakan model discounted

Dalam penerapannya analisa sensitivitas tidak akan dilakukan dengan ketiga metode tersebut tetapi dipilih metode yang paling sesuai.

G. Teori Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Menurut Hayami, et. al. (1987) definisi dari nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility),


(49)

maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.

Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input yang diperlakukan pada suatu komoditas. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas dapat dilihat dari adanya perubahan perubahan pada komoditas tersebut, yaitu perubahan bentuk, tempat dan waktu.

Menurut Hayami et. al. (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen.

Pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan adalah alat analisis nilai tambah. Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami. Kelebihan dari alat analisis ini adalah sebagai berikut :

1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian

2. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga kerjanya)

3. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi 4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan Besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat ditaksir besarnya balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut. Dalam analisis nilai tambah, terdapat tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satu-satuan input,


(50)

32

faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input.

Melalui analisis nilai tambah Hayami dapat diperoleh informasi sebagai berikut :

1. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp)

2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk.

3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung.

4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan presentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah

5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah) karena menanggung resiko usaha

6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%) menunjukkan presentase keuntungan terhadap nlai tambah

7. Marjin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

8. Presntase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%) 9. Presentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%)

10. Presentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)

Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lain terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak


(51)

termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

Nilai tambah = f (K, B, T, U, P, V, L) K = Kapasitas produksi

B = Bahan baku yang digunakan T = Tenaga kerja yang digunakan U = Upah tenaga kerja

P = Harga output V = Harga bahan baku L = Nilai input lain

Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan ketrampilan serta kualitas bahan baku. Penerapan teknologi yang cenderung padat karya akan memberikan proporsi bagian terhadap tenaga kerja yang lebih besar daripada proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila yang diterapkan teknologi padat modal, maka besarnya proporsi bagian pengusaha lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja.

Besar kecilnya proporsi tersebut tidak berkaitan dengan imbalan yang diterima tenaga kerja (dalam rupiah). Besar kecilnya imbalan tenaga kerja tergantung pada kualitas tenaga kerja itu sendiri seperti keahlian dan ketrampilan. Kualitas bahan baku juga berpengaruh terhadap distribusi nilai tambah apabila dilihat dari produk akhir. Jika faktor konversi bahan baku terhadap produk akhir


(52)

34

semakin lama semakin kecil, artinya pengaruh kualitas bahan baku semakin lama semakin besar.

H. Pembangunan Berkelanjutan

Dalam hal pengelolaan sumberdaya alam, telah disepakati secara global mengenai bagaimana seharusnya sumberdaya alam dikelola agar berkelanjutan sebagai dasar bagi peningkatan kesejahteraan manusia dan kegiatan ekonomi. Kesepakatan ini dimaksudkan agar pengelolaan sumberdaya alam harus mempertimbangkan ketiga aspek sekaligus yakni ekonomi, ekologi, dan sosial.

Pembangunan berkelanjutan, menurut Sumarwoto (dalam Sugandhy dan Hakim, 2007: 21), pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai: “Perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan, dan proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya”.

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya (WCED, 1987). Komisi Burtland menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah suatu kondisi yang kaku mengenai keselarasan, tetapi lebih merupakan suatu proses perubahan yang mana eksploitasi sumberdaya, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, dan perubahan institusi dibuat konsisten dengan masa depan seperti halnya kebutuhan saat ini. Untuk mengoperasionalkan paradigma pembangunan berkelanjutan, World Banktelah menjabarkan konsep pembangunan berkelanjutan


(53)

dalam bentuk kerangka segitiga pembangunan berkelanjutan (sustainable development triangle).

Menurut kerangka tersebut, suatu kegiatan pembangunan (termasuk pengelolaan sumberdaya alam dan berbagai dimensinya) dinyatakan berkelanjutan jika kegiatan tersebut secara ekonomi, ekologi, dan sosial bersifat berkelanjutan (Seralgedin, 1996). Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan sumber daya serta investasi secara efisien.

Adapun substansi dalam penelitian ini, terutama pada aspek sosial dan ekonomi akan dilihat serta dianalisis bagaimana sistem usaha tani pengolahan kelapa yang sudah dilakukan saat ini, serta bagaimana Sumber Daya Manusia, ketersediaan bahan baku dan penggunaan teknologi yang tersedia. Selain itu peneliti akan menghitung untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan arang tempurung kelapa dengan mempertimbangkan dimensi keberlanjutannya.

1. Pengertian Sistem Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan (Demokrasi Ekonomi) adalah sistem ekonomi nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, di mana produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat (rakyat) dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian (Baswir, 1993). Ekonomi kerakyatan adalah tatalaksana ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan


(54)

36

rakyat kecil dan kemajuan ekonomi rakyat, yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil.

Bila tujuan utama ekonomi kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut, maka sasaran pokok ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya meliputi lima hal berikut: (1) tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat, (2) terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar, (3) terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota masyarakat, (4) terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat dan (5) terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi.

Sejalan dengan itu, sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945, negara memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem ekonomi kerakyatan. Peranan negara tidak hanya terbatas sebagai pengatur jalannya roda perekonomian. Melalui pendirian Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu untuk menyelenggarakan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, negara dapat terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi tersebut. Tujuannya adalah untuk menjamin agar kemakmuran masyarakat senantiasa lebih diutamakan daripada kemakmuran orang seorang, dan agar tampuk produksi tidak jatuh ke tangan orang seorang, yang memungkinkan ditindasnya rakyat banyak oleh segelintir orang yang berkuasa.

Mekanisme alokasi dalam sistem ekonomi kerakyatan, kecuali untuk cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat


(55)

hidup orang banyak, tetap di dasarkan atas mekanisme pasar. Tetapi mekanisme pasar bukan satu-satunya. Selain melalui mekanisme pasar, alokasi juga didorong untuk diselenggarakan melalui mekanisme usaha bersama (koperasi). Mekanisme pasar dan koperasi dapat. diibaratkan seperti dua sisi dari sekeping mata uang yang sama dalam mekanisme alokasi sistem ekonomi kerakyatan.


(56)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada semester genap kalendar akademik tahun 2010-2011 Universtias Lampung. Lokasi penelitian dilaksanakan di dua tempat berbeda yaitu Eksperimen alat dan analisis di Laboratorium Fungsionalisasi Polimer Jurusan Kimia FMIPA Unila dan Survei Lapangan di Desa Gunung Terang dan Desa Way Emas Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi ini dipilih karena merupakan sentra industri arang tempurung kelapa yang ada di Propinsi Lampung saat ini.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini selain kuisioner survey adalah reaktor pirolisis, cawan petri, beaker gelas 1L, 500 ml, erlenmeyer 500 ml dan 250 ml, gelas ukur 100 ml, 50 ml dan 10 ml, labu ukur 200 ml, pipa alumunium 150 cm, selang 30 cm, toples 5000 ml dan timbangan ukur. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tempurung kelapa (5.6 kg), larutan NaOH, aquades (800 ml), etanol 96,7 % (8 L).


(1)

Lampiran 27. Analisis Sensitivitas Skenario I (Penerimaan Turun 40%) Perhitungan NPV dan Net B/C Untuk Metode Pirolisis Skenario I Tahun Penerimaan

Turun (40%) (B)

Rp

Biaya (C) Rp

Net Benefit (B-C) (2-3)

(Rp)

DF 12% (Rp)

NPV (4x5) (Rp)

Net B/C

PV (B) (2x5) (Rp)

PV (C) (3x5) (Rp)

BCR

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 0 110706000 (110706000) 1 (110706000)

2,93

- 110706000

1,11 1 1148565600 990734920 157830680 0.893 140942797.2 1025669081 884726283.6

2 1534178880 1303842720 230336160 0.797 183577919.5 1222740567 1039162648 Jumlah 2682744480 2405283640 213814716.8 2248409648 2034594931 Perhitungan IRR dan PBP Untuk Metode Pirolisis Skenario I

Tahun Arus Kas (Rp)

DF 18% (Rp)

NPV1(2x3)

(Rp)

DF 20% (Rp)

NPV2(2x5)

(Rp)

IRR %

Investasi Awal (Rp)

Keuntungan / Hari (Rp)

PBP (8) / (9)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 (110706000) 1 (110706000) 1 -110706000

55,61 110.706.000 505.868 219 1 157830680 0.85 134156078 0.83 130999464.4

2 230336160 0.72 165842035.2 0.69 158931950.4

Jumlah 189292113.2 179225414.8

IRR = i1 + {NPV1 / (NPV1 – NPV2)} (i2 – i1)

= 0,18 + {189292113.2/(189292113.2179225414.8)} (0.2 – 0.18) = 0.18 + 0.3761


(2)

Lampiran 28. Analisis Sensitivitas Skenario I (Penerimaan Turun 45%) Perhitungan NPV dan Net B/C Untuk Metode Pirolisis Skenario I Tahun Penerimaan

Turun (45%) (B)

Rp

Biaya (C) Rp

Net Benefit (B-C) (2-3)

(Rp)

DF 12% (Rp)

NPV (4x5) (Rp)

Net B/C

PV (B) (2x5) (Rp)

PV (C) (3x5) (Rp)

BCR

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 - 110706000 -110706000 1 -110706000

1,24

- 110706000

1,01 1 1052851800 990734920 62116880 0.893 55470373.84 940196657 884726283.6

2 1406330640 1303842720 102487920 0.797 81682872.24 1120845520 1039162648

Jumlah 2459182440 2405283640 26447246.08 2061042177 2034594931

Perhitungan IRR dan PBP Untuk Metode Pirolisis Skenario I Tahun Arus Kas

(Rp)

DF 18% (Rp)

NPV1(2x3)

(Rp)

DF 20% (Rp)

NPV2(2x5)

(Rp)

IRR %

Investasi Awal (Rp)

Keuntungan / Hari (Rp)

PBP (8) / (9)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 -110706000 1 -110706000 1 -110706000

25,36 110706000 199092.564 557

1 62116880 0.85 52799348 0.83 51557010.4

2 102487920 0.72 73791302.4 0.69 70716664.8

Jumlah 15884650.4 11567675.2

IRR = i1 + {NPV1 / (NPV1 – NPV2)} (i2 – i1)

= 0,18 + {15884650.4/(15884650.4)–(11567675.2))} (0.2 – 0.18) = 0.18 + 0.0736


(3)

Lampiran 29. Analisis Sensitivitas Skenario II (Biaya Operasional Naik 40%) Perhitungan NPV dan Net B/C Untuk Metode Pirolisis Skenario II

Tahun Penerimaan (B) Rp

Biaya (Naik 40%)

(C) Rp

Net Benefit (B-C) (2-3)

(Rp)

DF 12% (Rp)

NPV (4x5) (Rp)

Net B/C

PV (B) (2x5) (Rp)

PV (C) (3x5) (Rp)

BCR

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 - 110706000 -110706000 1 -110706000

9,52

- 110706000 1,33

1 1914276000 1387028888 527247112 0.893 470831671 1709448468 1238616797 2 2556964800 1825379808 731584992 0.797 583073238.6 2037900946 1454827707 Jumlah 4471240800 3323114696 943198909.6 3747349414 2804150504 Perhitungan IRR dan PBP Untuk Metode Pirolisis Skenario II

Tahun Arus Kas (Rp)

DF 18% (Rp)

NPV1(2x3)

(Rp)

DF 20% (Rp)

NPV2(2x5)

(Rp)

IRR %

Investasi Awal (Rp)

Keuntungan / Hari (Rp)

PBP (8) / (9)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 -110706000 1 -110706000 1 -110706000

71,19 110706000 1689894.59 66 1 527247112 0.85 448160045.2 0.83 437615103

2 731584992 0.72 526741194.2 0.69 504793644.5

Jumlah 864195239.4 831702747.4

IRR = i1 + {NPV1 / (NPV1 – NPV2)} (i2 – i1)

= 0,18 + {864195239.4/864195239.4–831702747.4)} (0.2 – 0.18) = 0.18 + 0.5319


(4)

Lampiran 30. Analisis Sensitivitas Skenario II (Biaya Operasional Naik 88%) Perhitungan NPV dan Net B/C Untuk Metode Pirolisis Skenario II

Tahun Penerimaan (B) Rp

Biaya (Naik 88%)

(C) Rp

Net Benefit (B-C) (2-3)

(Rp)

DF 12% (Rp)

NPV (4x5) (Rp)

Net B/C

PV (B) (2x5) (Rp)

PV (C) (3x5) (Rp)

BCR

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 - 110706000 -110706000 1 -110706000

1.18

- 110706000

1,00 1 1914276000 1862581650 51694350.4 0.893 46163054.91 1709448468 1663285413

2 2556964800 2451224314 105740486.4 0.797 84275167.66 2037900946 1953625778 Jumlah 4471240800 4424511963 19732222.57 3747349414 3727617191 Perhitungan IRR dan PBP Untuk Metode Pirolisis Skenario II

Tahun Arus Kas (Rp)

DF 18% (Rp)

NPV1(2x3)

(Rp)

DF 20% (Rp)

NPV2(2x5)

(Rp)

IRR %

Investasi Awal (Rp)

Keuntungan / Hari (Rp)

PBP (8) / (9)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 -110706000 1 -110706000 1 -110706000

22,45 110706000 165687.021 668 1 51694350.4 0.85 43940197.84 0.83 42906310.83

2 105740486.4 0.72 76133150.21 0.69 72960935.62

Jumlah 9367348.048 5161246.448

IRR = i1 + {NPV1 / (NPV1 – NPV2)} (i2 – i1)

= 0,18 + {9367348.048/9367348.048-5161246.448)} (0.2 – 0.18) = 0.18 + (0,0445)


(5)

Lampiran 31. Analisis Sensitivitas Skenario III (Biaya Operasional Naik 40% dan Penerimaan Turun 40 %) Perhitungan NPV dan Net B/C Untuk Metode Pirolisis Skenario III

Tahun Penerimaan (Turun 40%)

(B) Rp

Biaya (Naik 40%)

(C) Rp

Net Benefit (B-C) (2-3)

(Rp)

DF 12% (Rp)

NPV (4x5) (Rp)

Net B/C

PV (B) (2x5) (Rp)

PV (C) (3x5) (Rp)

BCR

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 - 110706000 -110706000 1 -110706000

- 4,02

- 110706000

0,80

1 1148565600 1387028888 -238463288 0.893 -212947716.2 1025669081 1238616797

2 1534178880 1825379808 -291200928 0.797 -232087139.6 1222740567 1454827707

Jumlah 2682744480 3323114696 -555740855.8 2248409648 2804150504

Perhitungan IRR dan PBP Untuk Metode Pirolisis Skenario III Tahun Arus Kas

(Rp)

DF 18% (Rp)

NPV1(2x3)

(Rp)

DF 20% (Rp)

NPV2(2x5)

(Rp)

IRR %

Investasi Awal (Rp)

Keuntungan / Hari (Rp)

PBP (8) / (9)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 -110706000 1 -110706000 1 -110706000

95,46 110706000 -764305.41 Tak Hingga 1 -238463288 0.85 -202693794.8 0.83 -197924529

2 -291200928 0.72 -209664668.2 0.69 -200928640.3

Jumlah -523064463 -509559169.4

IRR = i1 + {NPV1 / (NPV1 – NPV2)} (i2 – i1)

= 0,18 + {-523064463/ -523064463--509559169.4)} (0.2 – 0.18) = 0.18 + 0.7746


(6)

Lampiran 32. Analisis Sensitivitas Skenario III (Biaya Operasional Naik 30% dan Penerimaan Turun 30 %) Perhitungan NPV dan Net B/C Untuk Metode Pirolisis Skenario III

Tahun Penerimaan (Turun 30%)

(B) Rp

Biaya (Naik 30%)

(C) Rp

Net Benefit (B-C) (2-3)

(Rp)

DF 12% (Rp)

NPV (4x5) (Rp)

Net B/C

PV (B) (2x5) (Rp)

PV (C) (3x5)

(Rp) (8) / (9)BCR

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 - 110706000 -110706000 1 -110706000

1,10

- 110706000

1,004

1 1339993200 1287955396 52037804 0.893 46469758.97 1196613928 1150144169

2 1789875360 1694995536 94879824 0.797 75619219.73 1426530662 1350911442

Jumlah 3129868560 3093656932 11382978.7 2623144590 2611761611

Perhitungan IRR dan PBP Untuk Metode Pirolisis Skenario III Tahun Arus Kas

(Rp)

DF 18% (Rp)

NPV1(2x3)

(Rp)

DF 20% (Rp)

NPV2(2x5)

(Rp)

IRR %

Investasi Awal (Rp)

Keuntungan / Hari (Rp)

PBP (8) / (9)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

0 -110706000 1 -110706000 1 -110706000

18,94 110706000 166787.833 664 1 52037804 0.85 44232133.4 0.83 43191377.32

2 94879824 0.72 68313473.28 0.69 65467078.56

Jumlah 1839606.68 -2047544.12

IRR = i1 + {NPV1 / (NPV1 – NPV2)} (i2 – i1)

= 0,18 + {1839606.68/ 1839606.68– (-2047544.12))} (0.2 – 0.18) = 0.18 + 0.0094