DUBBING FILM ANIMASI TERJEMAHAN SEBAGAI
DUBBING FILM ANIMASI TERJEMAHAN SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN TATA BAHASA
Ani Hayrani
140210402037, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Jember
ABSTRAK
Dubbing film animasi terjemahan sebagai salah satu media pembelajaran tata
bahasa. Adapun dalam film animasi mengandalkan suara dubber untuk
menghidupkan sebuah karakter tokoh film animasi. Terdapat tujuan dan manfaat
yang diperoleh dengan menggunakan dubbing film animasi terjemahan sebagai
media pembelajaran tata bahasa di antaranya pada aspek keterampilan berbicara dan
menulis.
Kata Kunci: dubbing, film animasi, media pembelajaran, tata bahasa.
Pendahuluan
Film animasi merupakan sebuah tontonan yang mayoritas digemari oleh anak-anak.
Dalam pengertiannya, animasi merupakan suatu teknik dalam pembuatan karya audio-visual
yang berdasarkan terhadap pengaturan waktu dalam gambar. Gambar yang telah dirangkai
dari beberapa potongan gambar yang bergerak sehingga terlihat nyata (dikutip dari PDF
halaman Stikom).
Film animasi dalam proses pembuatannya melibatkan sejumlah pengisi suara atau
lebih dikenal dengan istilah dubber untuk menghidupkan sebuah karakter tokoh dalam cerita.
Dubbing atau pergantian suara percakapan asli dari suatu rekaman gambar pada film
terjemahan (dikutip dari halaman blog Chartv) menggunakan tata bahasa yang sesuai dan
jelas. Ini berbeda dengan film-film di Indonesia yang mengandung bahasa prokem atau lebih
dikenal dengan bahasa gaul.
Tata bahasa adalah suatu pemerian atau deskripsi mengenai struktur suatu bahasa
dan cara menggabungkan unit-unit linguistik seperti kata dan frasa untuk menghasilkan
kalimat-kalimat dalam bahasa tersebut. Biasanya juga turut mempertimbangkan maknamakna dan fungsi yang dikandung oleh kalimat-kalimat tersebut dalam keseluruhan sistem
bahasa itu. Pemerian itu mungkin atau mungkin tidak meliputi pemerian bunyi-bunyi suatu
bahasa (Richards dalam buku Pengajaran Tata Bahasa Kasus oleh Prof. DR. Henry Guntur
Tarigan). Maka dari itu, dubbing film animasi terjemahan dapat dijadikan sebagai media
belajar karena memiliki tata bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Selain itu, film animasi menyuguhkan suatu cerita yang menghibur, penuh dengan pesan
moral, dan peminat dari film ini bukan hanya anak-anak melainkan remaja dan dewasa.
1. Film Animasi Terjemahan dan Dubbing
Film animasi terjemahan pada umumnya adalah sebuah film animasi yang sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa yang berbeda. Animasi diambil dari bahasa latin, “anima”
yang artinya jiwa, hidup, nyawa, dan semangat. Animasi adalah gambar 2 dimensi yang
seolah-olah bergerak, karena kemampuan otak untuk selalu menyimpan atau mengingat
gambar sebelumnya (dikutip dari halaman Stikom).
Di Indonesia, tayangan film animasi mayoritas merupakan produksi luar negeri.
Contohnya seperti Doraemon, Spongebob Squarpants, Dora The Explorer, dan lain-lain. Tapi
dengan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini perfilman di Indonesia
khususnya dalam bidang animasi mendapat kemajuan. Contohnya adalah film animasi Kiko
dan Adit Sopo Jarwo yang merupakan asli produksi dalam negeri.
Film animasi dalam proses produksinya melibatkan seorang dubber untuk membuat
cerita lebih hidup. Peran dubber di sini adalah sebagai pengisi suara karakter tokoh dalam
sebuah film animasi. Umumnya, bahasa yang digunakan oleh seorang dubber adalah bahasa
yang jelas, tidak menggunakan bahasa prokem atau bahasa gaul. Hal ini bertujuan agar pesan
yang disampaikan dalam sebuah film animasi terdengar jelas mengingat sasaran film animasi
di Indonesia lebih ditujukan pada anak-anak.
Dubbing dalam sebuah film animasi terjemahan sebenarnya mendapat nilai buruk
dari kalangan pemirsa dewasa. Ini dikarenakan dubbing yang dihasilkan oleh seorang dubber
tidak cocok dengan gerak dan ekspresi tutur dari sebuah karakter tokoh yang diperankan.
Dilansir dari pendapat seorang dubber dalam website kompasiana.com, Arfino Irtondo
mengungkapkan bahwa dalam proses dubbing cenderung berujuk pada teks terjemahan
sehingga sering terjadi ketidaksesuaian kosakata. Selain itu, dubber terikat dengan aturan
terjemahan yang diberikan penerjemah. Hal ini mengakibatkan seorang dubber tidak bisa
melakukan improvisasi dialog. Ia juga berpandapat bahwa dubbing berdekatan dengan
menjaga bahasa dan budaya Indonesia itu sendiri.
2. Hubungan Dubbing Film Animasi Terjemahan dengan Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin “medius” yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam perkuliahan Media Pembelajaran Bidang Studi, Ibu
Furoidhatul selaku dosen pengampu menerangkan bahwa media pembelajaran merupakan
suatu alat yang digunakan sebagai saluran untuk menyampaikan pesan atau informasi dari
suatu sumber kepada penerima informasi.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Tetapi, secara lebih khusus manfaat media pembelajaran menurut
Kemp dan Dayton (1985) yaitu:
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
h. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Secara umum, media pembelajaran mempermudah guru maupun peserta didik
dalam penyampaian ilmu pengetahuan dan mampu meningkatkan kreativitas guru maupun
peserta didik. Dubbing film animasi terjemahan sebagai contoh media pembelajaran audiovisual yang berfokus pada pembelajaran tata bahasa ini memiliki beberapa manfaat yang
dapat diaplikasikan dalam belajar tata bahasa. Misalnya dalam aspek pembelajaran berbicara
dan menulis.
Berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa yang kedua setelah menyimak.
Dalam film animasi terjemahan, dubbing berperan sebagai media untuk melatih anak atau
peserta didik dalam menirukan atau berbicara menggunakan tata bahasa yang baik dan benar.
Sebagai contoh, pembelajaran bermain drama menuntut seorang murid mampu melafalkan
ujaran vokal, intonasi, dan artikulasi yang tepat. Dubbing film animasi terjemahan sebagai
salah satu media yang dapat memberi gambaran tentang bagaimana tata bahasa itu diujarkan
dengan vokal, intonasi, dan artikulasi yang jelas. Hal itu juga termasuk persyaratan utama
seorang dubber dan dubbing yang dibawakan harus memiliki tata bahasa yang baik dan
benar.
Menulis yang juga merupakan aspek keterampilan berbahasa. Ini merupakan
keterampilan berbahasa terakhir yang harus dimiliki seseorang. Dalam pembelajaran di kelas,
kompetensi dasar untuk keterampilan menulis misalnya menulis cerpen. Film animasi selain
menyuguhkan cerita yang menarik juga dapat memberikan inspirasi bagi peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan menulis. Sedangkan, dalam menulis cerpen dituntut dapat
menuliskan cerita dengan kalimat dan tata bahasa yang tepat. Maka dari itu, film animasi
merupakan salah satu media yang tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis
peserta didik dengan memberikan inspirasi-inspirasi menulis cerita lewat plot yang disajikan
dalam sebuah cerita film animasi. Kemudian untuk dubbing film animasi sendiri dapat
membantu peserta didik untuk menyusun sebuah cerita menggunakan kosa kata yang tepat
dan jelas.
3. Tujuan dan Mafaat Dubbing Film Animasi Terjemahan sebagai Media
Pembelajaran Tata Bahasa
Film animasi yang merupakan salah satu sebuah karya sastra banyak memberikan
manfaat tersendiri selain menghibur dan melepas letih di rumah. Dalam pembelajaran sastra,
dubbing film animasi terjemahan merupakan pembelajaran melalui sastra atau tepatnya
merupakan media pembelajaran sastra. Dalam KBK 2004 dan KTSP 2006 (dikutip dari
artikel Heri Suwignyo) jelas dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran sastra Indonesia adalah:
1) untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa,
2) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya intelektual
manusia Indonesia.
Sedangkan dalam kurikulum 2013 pembelajaran sastra Indonesia adalah:
1) untuk meningkatkan kemampuan bernalar atau berpikir,
2) menghela mata pelajaran yang lain.
Dengan demikian, pembelajaran sastra Indonesia berurusan dengan fungsi instrumental
sastra. Misalnya, mengenal lingkungan alam melalui cerita petualangan, mengenal alam
pikiran masyarakat masa lalu melalui cerita sejarah, mengenal alam flora dan fauna melalui
pantun, dan sebagainya. Pembelajaran sastra untuk kompetensi bersastra tidak dijadikan
capaian pembelajaran.
Judul artikel ini yang dapat memenuhi paparan di atas terdapat pada poin pertama
dari tujuan pembelajaran sastra di tahun penggunaan KBK dan KTSP yaitu untuk
memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. Sedangkan dalam kurikulum 2013, semua penjabaran dapat dipenuhi.
Meski judul artikel ini tidak ditujukan untuk pembelajaran sastra melainkan lebih ke arah tata
bahasanya, dubbing film animasi terjemahan sebagai media pembelajaran tata bahasa
memiliki keterkaitan dalam masalah sastra. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aspek
keterampilan berbahasa menulis dari sebuah dubbing film animasi terjemahan dapat
membantu peserta didik untuk mendapatkan inspirasi-inspirasi menulis dengan menggunakan
kosa kata yang tepat dari dubbing film animasi terjemahan sendiri.
Penutup
Pembelajaran tata bahasa melaui dubbing film animasi terjemahan menjadi salah
satu solusi untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan peserta didik dalam aspek
keterampilan berbahasa seperti berbicara dan menulis. Film animasi selain meyuguhkan
cerita yang menarik sekaligus menghibur juga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
yang menarik. Mengingat adanya kekurangan tersendiri dari dubbing yang terdapat pada film
animasi terjemahan seperti ketidaktepatan penerjemah dalam menyajikan sebuah dubbing
serta aturan larangan improvisasi untuk dubber.
Dari kekurangan itulah terdapat kelebihan, bahwa dubbing film animasi terjemahan
memiliki beberapa tujuan bagi pembelajaran tata bahasa karena dubber dituntut untuk
membawakan dubbing dengan kosa kata bahasa yang jelas. Selain itu, manfaat yang
diperoleh adalah peserta didik dapat menemumakan inspirasi-inspirasi menulis dari sebuah
tayangan film animasi.
Daftar Rujukan
Anonim .2013. Pengertian, Manfaat, Jenis dan Pemilihan Media Pembelajaran. http://www.
asikbelajar.com/2013/09/pengertian-manfaat-jenis-dan-pemilihan.html [diakses 5
Juni 2016]
Irtondo, Arfino. 2015. Mengapa Film Dubbing Terasa Buruk?. http://www.kompasiana. com/
arfinostory/mengapa-film-dubbing-terasa-buruk_54f6a909a333114b5c8b4576
[diakses 6 Juni 2016]
Makhroyani, Y. 2012. Film Animasi. sir.stikom.edu/386/5/BAB%20II.pdf [diakses 5 Juni
2016]
Suwignyo, Heri. 2016. Pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah Menengah: Apa dan
Bagaimana? (Artikel)
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Tata Bahasa Kasus. Bandung: Angkasa
Tjartasim. 2011. Dub (Dubbing). http://chartv.blogspot.co.id/ [diakses 5 Juni 2016]
PEMBELAJARAN TATA BAHASA
Ani Hayrani
140210402037, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Jember
ABSTRAK
Dubbing film animasi terjemahan sebagai salah satu media pembelajaran tata
bahasa. Adapun dalam film animasi mengandalkan suara dubber untuk
menghidupkan sebuah karakter tokoh film animasi. Terdapat tujuan dan manfaat
yang diperoleh dengan menggunakan dubbing film animasi terjemahan sebagai
media pembelajaran tata bahasa di antaranya pada aspek keterampilan berbicara dan
menulis.
Kata Kunci: dubbing, film animasi, media pembelajaran, tata bahasa.
Pendahuluan
Film animasi merupakan sebuah tontonan yang mayoritas digemari oleh anak-anak.
Dalam pengertiannya, animasi merupakan suatu teknik dalam pembuatan karya audio-visual
yang berdasarkan terhadap pengaturan waktu dalam gambar. Gambar yang telah dirangkai
dari beberapa potongan gambar yang bergerak sehingga terlihat nyata (dikutip dari PDF
halaman Stikom).
Film animasi dalam proses pembuatannya melibatkan sejumlah pengisi suara atau
lebih dikenal dengan istilah dubber untuk menghidupkan sebuah karakter tokoh dalam cerita.
Dubbing atau pergantian suara percakapan asli dari suatu rekaman gambar pada film
terjemahan (dikutip dari halaman blog Chartv) menggunakan tata bahasa yang sesuai dan
jelas. Ini berbeda dengan film-film di Indonesia yang mengandung bahasa prokem atau lebih
dikenal dengan bahasa gaul.
Tata bahasa adalah suatu pemerian atau deskripsi mengenai struktur suatu bahasa
dan cara menggabungkan unit-unit linguistik seperti kata dan frasa untuk menghasilkan
kalimat-kalimat dalam bahasa tersebut. Biasanya juga turut mempertimbangkan maknamakna dan fungsi yang dikandung oleh kalimat-kalimat tersebut dalam keseluruhan sistem
bahasa itu. Pemerian itu mungkin atau mungkin tidak meliputi pemerian bunyi-bunyi suatu
bahasa (Richards dalam buku Pengajaran Tata Bahasa Kasus oleh Prof. DR. Henry Guntur
Tarigan). Maka dari itu, dubbing film animasi terjemahan dapat dijadikan sebagai media
belajar karena memiliki tata bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Selain itu, film animasi menyuguhkan suatu cerita yang menghibur, penuh dengan pesan
moral, dan peminat dari film ini bukan hanya anak-anak melainkan remaja dan dewasa.
1. Film Animasi Terjemahan dan Dubbing
Film animasi terjemahan pada umumnya adalah sebuah film animasi yang sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa yang berbeda. Animasi diambil dari bahasa latin, “anima”
yang artinya jiwa, hidup, nyawa, dan semangat. Animasi adalah gambar 2 dimensi yang
seolah-olah bergerak, karena kemampuan otak untuk selalu menyimpan atau mengingat
gambar sebelumnya (dikutip dari halaman Stikom).
Di Indonesia, tayangan film animasi mayoritas merupakan produksi luar negeri.
Contohnya seperti Doraemon, Spongebob Squarpants, Dora The Explorer, dan lain-lain. Tapi
dengan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini perfilman di Indonesia
khususnya dalam bidang animasi mendapat kemajuan. Contohnya adalah film animasi Kiko
dan Adit Sopo Jarwo yang merupakan asli produksi dalam negeri.
Film animasi dalam proses produksinya melibatkan seorang dubber untuk membuat
cerita lebih hidup. Peran dubber di sini adalah sebagai pengisi suara karakter tokoh dalam
sebuah film animasi. Umumnya, bahasa yang digunakan oleh seorang dubber adalah bahasa
yang jelas, tidak menggunakan bahasa prokem atau bahasa gaul. Hal ini bertujuan agar pesan
yang disampaikan dalam sebuah film animasi terdengar jelas mengingat sasaran film animasi
di Indonesia lebih ditujukan pada anak-anak.
Dubbing dalam sebuah film animasi terjemahan sebenarnya mendapat nilai buruk
dari kalangan pemirsa dewasa. Ini dikarenakan dubbing yang dihasilkan oleh seorang dubber
tidak cocok dengan gerak dan ekspresi tutur dari sebuah karakter tokoh yang diperankan.
Dilansir dari pendapat seorang dubber dalam website kompasiana.com, Arfino Irtondo
mengungkapkan bahwa dalam proses dubbing cenderung berujuk pada teks terjemahan
sehingga sering terjadi ketidaksesuaian kosakata. Selain itu, dubber terikat dengan aturan
terjemahan yang diberikan penerjemah. Hal ini mengakibatkan seorang dubber tidak bisa
melakukan improvisasi dialog. Ia juga berpandapat bahwa dubbing berdekatan dengan
menjaga bahasa dan budaya Indonesia itu sendiri.
2. Hubungan Dubbing Film Animasi Terjemahan dengan Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin “medius” yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam perkuliahan Media Pembelajaran Bidang Studi, Ibu
Furoidhatul selaku dosen pengampu menerangkan bahwa media pembelajaran merupakan
suatu alat yang digunakan sebagai saluran untuk menyampaikan pesan atau informasi dari
suatu sumber kepada penerima informasi.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Tetapi, secara lebih khusus manfaat media pembelajaran menurut
Kemp dan Dayton (1985) yaitu:
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
h. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Secara umum, media pembelajaran mempermudah guru maupun peserta didik
dalam penyampaian ilmu pengetahuan dan mampu meningkatkan kreativitas guru maupun
peserta didik. Dubbing film animasi terjemahan sebagai contoh media pembelajaran audiovisual yang berfokus pada pembelajaran tata bahasa ini memiliki beberapa manfaat yang
dapat diaplikasikan dalam belajar tata bahasa. Misalnya dalam aspek pembelajaran berbicara
dan menulis.
Berbicara merupakan aspek keterampilan berbahasa yang kedua setelah menyimak.
Dalam film animasi terjemahan, dubbing berperan sebagai media untuk melatih anak atau
peserta didik dalam menirukan atau berbicara menggunakan tata bahasa yang baik dan benar.
Sebagai contoh, pembelajaran bermain drama menuntut seorang murid mampu melafalkan
ujaran vokal, intonasi, dan artikulasi yang tepat. Dubbing film animasi terjemahan sebagai
salah satu media yang dapat memberi gambaran tentang bagaimana tata bahasa itu diujarkan
dengan vokal, intonasi, dan artikulasi yang jelas. Hal itu juga termasuk persyaratan utama
seorang dubber dan dubbing yang dibawakan harus memiliki tata bahasa yang baik dan
benar.
Menulis yang juga merupakan aspek keterampilan berbahasa. Ini merupakan
keterampilan berbahasa terakhir yang harus dimiliki seseorang. Dalam pembelajaran di kelas,
kompetensi dasar untuk keterampilan menulis misalnya menulis cerpen. Film animasi selain
menyuguhkan cerita yang menarik juga dapat memberikan inspirasi bagi peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan menulis. Sedangkan, dalam menulis cerpen dituntut dapat
menuliskan cerita dengan kalimat dan tata bahasa yang tepat. Maka dari itu, film animasi
merupakan salah satu media yang tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis
peserta didik dengan memberikan inspirasi-inspirasi menulis cerita lewat plot yang disajikan
dalam sebuah cerita film animasi. Kemudian untuk dubbing film animasi sendiri dapat
membantu peserta didik untuk menyusun sebuah cerita menggunakan kosa kata yang tepat
dan jelas.
3. Tujuan dan Mafaat Dubbing Film Animasi Terjemahan sebagai Media
Pembelajaran Tata Bahasa
Film animasi yang merupakan salah satu sebuah karya sastra banyak memberikan
manfaat tersendiri selain menghibur dan melepas letih di rumah. Dalam pembelajaran sastra,
dubbing film animasi terjemahan merupakan pembelajaran melalui sastra atau tepatnya
merupakan media pembelajaran sastra. Dalam KBK 2004 dan KTSP 2006 (dikutip dari
artikel Heri Suwignyo) jelas dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran sastra Indonesia adalah:
1) untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa,
2) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya intelektual
manusia Indonesia.
Sedangkan dalam kurikulum 2013 pembelajaran sastra Indonesia adalah:
1) untuk meningkatkan kemampuan bernalar atau berpikir,
2) menghela mata pelajaran yang lain.
Dengan demikian, pembelajaran sastra Indonesia berurusan dengan fungsi instrumental
sastra. Misalnya, mengenal lingkungan alam melalui cerita petualangan, mengenal alam
pikiran masyarakat masa lalu melalui cerita sejarah, mengenal alam flora dan fauna melalui
pantun, dan sebagainya. Pembelajaran sastra untuk kompetensi bersastra tidak dijadikan
capaian pembelajaran.
Judul artikel ini yang dapat memenuhi paparan di atas terdapat pada poin pertama
dari tujuan pembelajaran sastra di tahun penggunaan KBK dan KTSP yaitu untuk
memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa. Sedangkan dalam kurikulum 2013, semua penjabaran dapat dipenuhi.
Meski judul artikel ini tidak ditujukan untuk pembelajaran sastra melainkan lebih ke arah tata
bahasanya, dubbing film animasi terjemahan sebagai media pembelajaran tata bahasa
memiliki keterkaitan dalam masalah sastra. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aspek
keterampilan berbahasa menulis dari sebuah dubbing film animasi terjemahan dapat
membantu peserta didik untuk mendapatkan inspirasi-inspirasi menulis dengan menggunakan
kosa kata yang tepat dari dubbing film animasi terjemahan sendiri.
Penutup
Pembelajaran tata bahasa melaui dubbing film animasi terjemahan menjadi salah
satu solusi untuk meningkatkan dan mengasah kemampuan peserta didik dalam aspek
keterampilan berbahasa seperti berbicara dan menulis. Film animasi selain meyuguhkan
cerita yang menarik sekaligus menghibur juga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
yang menarik. Mengingat adanya kekurangan tersendiri dari dubbing yang terdapat pada film
animasi terjemahan seperti ketidaktepatan penerjemah dalam menyajikan sebuah dubbing
serta aturan larangan improvisasi untuk dubber.
Dari kekurangan itulah terdapat kelebihan, bahwa dubbing film animasi terjemahan
memiliki beberapa tujuan bagi pembelajaran tata bahasa karena dubber dituntut untuk
membawakan dubbing dengan kosa kata bahasa yang jelas. Selain itu, manfaat yang
diperoleh adalah peserta didik dapat menemumakan inspirasi-inspirasi menulis dari sebuah
tayangan film animasi.
Daftar Rujukan
Anonim .2013. Pengertian, Manfaat, Jenis dan Pemilihan Media Pembelajaran. http://www.
asikbelajar.com/2013/09/pengertian-manfaat-jenis-dan-pemilihan.html [diakses 5
Juni 2016]
Irtondo, Arfino. 2015. Mengapa Film Dubbing Terasa Buruk?. http://www.kompasiana. com/
arfinostory/mengapa-film-dubbing-terasa-buruk_54f6a909a333114b5c8b4576
[diakses 6 Juni 2016]
Makhroyani, Y. 2012. Film Animasi. sir.stikom.edu/386/5/BAB%20II.pdf [diakses 5 Juni
2016]
Suwignyo, Heri. 2016. Pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah Menengah: Apa dan
Bagaimana? (Artikel)
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Tata Bahasa Kasus. Bandung: Angkasa
Tjartasim. 2011. Dub (Dubbing). http://chartv.blogspot.co.id/ [diakses 5 Juni 2016]