Membangun Otoritas Sipil atas Militer di

I

Jurnsl Ilmu Hubungan fnturnasional
Parahyangan Centre for fnternational Studies (?ACIS)
Univ ersitas Katolik Parahyangan
ISSN 1693-5s6X

Jurnal PACIS adalah jurnal ilmiah yang terbit dua kali setahun, bertujuan unhrk
meningkatkan apresiasi dan menyebarluaskan konsep-konsep serta teori-teori Ilmu
Hubungan Internasional.

Penanggungjawab

PemimpinRedaksi

Ketua Jurusan Hubungan Internasional FISIP LINPAR
Ketua Parahyangan Centre for International Studies
Aleksius Jemadu, Ph.D

Redaksi Pelaksana


Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D

Sekretaris

Aknolt Kristian Pakpahan, S. IP, MA
DR. Atom Ginting Munthe

AnggotaRedaksi

Bob Sugeng Hadiwinata, Ph.D

Aleksius Jemadu, Ph.D
P.Y. Nur Indro, Drs., M.Si
TataUsaha

V.Isgiyarsi

Dicetak&LayOut

Bangun Citra Mandiri Offset


.t

Jurnal PACIS menerima tulisan dengan syarat panjang tulisan 5000-7000 kata dan tulisan
belum pernah diterbitkan oleh media lain baik dalam maupun luar negeri. Naskah berupa
hasil pemikiran dan analisis ilmiah yang disajikan dalam bentuk esiay dan atau hasii
penelitian dalam bidang Hubungan Internasional.

Penggandaan artikel untuk keperluan pengajaran dan penelitian diijinkan dengan syarat
menyebut sumber dengan jelas. Untuk tujuan lain harus mendapat ijin dari p"n"r6it.

Penerbit dan Alamat Redaksi
Jurnal PACIS, Jurusan HI FISIP TINPAR
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Katolik Parahyangan
Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40142
Telp. (022) 20335s7
Email : [email protected]

Membangun Otoritas Stpil Atas Militer di Indonesie

Oleh:
LeoAgusttno

Introdulai
r4rcrnan dtrihs siprl ms milirer
--atau s€ring pula diistilatrkan

dengan civilian supremacy
upon militartF- merupakan dasar
perfing dalar polift demolodis. Dlm
era-Reforrrasi ini, perlu kiranya kita
metakulm kurterplasi unnrk merrydarr
sejaftrnara kemqiuan demokuisasi di
Indonesia Yang salah sahr caraqra
adalah dengan mengukrn atau melrilai
apakah militer Indonesia b€rada di

bawah otoritas sipil atau tidak?
Meskiprm Indonesia bukanlah satusatunya negara dengan militer yang
terpolitisasi, trrgkd keerlibtu militer

dalam politik di Indonesia sang* unik
l@rn4 tidak sep€rti rczim rniliEr laimr5a
di Amerika Latin atau negara Asia

lainnya, prerogatif politik militer
dibdorhr dalam kepnrsar politik yurg
disahksr oldr lvl4ielis Pennus5aurraEr

Ralryat(MPR).

Untuk mengkaji masalah

terbelatr menjadi kontnol sipil objektif
(obj utive civilim cont rll) dankontol

sipil subjektif (subj ective civilian
antrc[),rydihtodulai oldr Samrrcl
Hunington

(I


957), s€fia konsep milirer

pretorian. Dengan alat analisis ini
diryayal@r kia dryt mengflBlisis dm
menilai sejautrmana keterlibatan atau
polrisasi politik perilal$ militer dalam
dmain pernerirnatrm sipil.

Objective Civilion Control,
llrn

Sabjective Civilion Control,
MiliterPretorlen

Secua umrun, di nqara-negra
yutg telah dqndndis t€rded

huhngp
sipil dan militer yang menekanlcan


pentingnya "supremasi sipil.
(civilian supremacy)

otoritas

-atau
miliier- di nnra
militsr adalatl
s$mdhddaiperrerinhtrarsipil ng
dipilih secara demokratis melalui
parilihm rrrun yag dil (jitu). Itursep
sipil ahs

zupremasi sipil, dalam khazanatr

ilmu

supnecrasi otoritas sipil
milit€r pedu kird[rd kita m€mattmf


politik, melekat dalam pengertian

beberaa konsep dasa penting sebehrm
masuk ke dalam kasus hubrmgan sipilmiliter di Indonesia. Konse,p tersebut
ialah konsep huhrngm sipil-miliularg

maEruakd ngdemokratisharpakur

es

JURNAL PACIS NO.I TAHW

2

APML

demolfiasi itu sendiri. Di mana, sebuatl

tumbuhjika setiap komponen b-gr",

termasuk juga dan tenfiama kelompok
militer yang mernpunyai tugas formal

2OO4 ISSN

1693.556X

dalam memonopoli atas Penggunaan
kekerasan, tunduk Pada institusi
kenegaraan yang dihasilkan secara
demokratis beserta melaksanakan
kebijalon yag ditetaPkamYa

Lebih lanjut, Huntington
nrafelaslor, militcrpftidm ialattmiliter
yang mendeskripsikan dirinya sebagai
prajrnit-p,rajwit ngbertanggungjawab
dm b€diwa

@idk


yarg nrcnginterv€nsi

rauh punairfrahm sipil kraata€gtng
Secara khusus, Samuel jaurabrrya pada kontihsi dm neg[a ]ang
begitubesr Nafinrndemikian"t€rd4at
P. Huntington (1957) menyebutkan
argumentasi yang cukup meyakinkan
hubungar sipil-militer di negana ind$ui
manakala militer melakukan aneksasi
ng demokatis d€ngru istilatt obi dive
dari
civilian contul di mana ciri-ciri yatg (mengambit atitr; kekuasaan
karena
terkardmg dalankorsep tersebrs' ialah: pemerintatr sipil, antara lain:
merdra rnelih* atau mengalggap balwa
(i) poftsioulisne militeryargtinggi dilt
elie
pengakuan pejabat militer atas batas- p€ntcinbbflI sipil adalah kelonpok
adalah

batas profesionalisme yang menjadi yang korup, pe,rnerintahan sipil
memikirkan
bidang mereka; (ii) subordinasi 1'attg kelompok elite Yang
efektif dari militer kepada pernimpin kelompok atau golongannYa saja,
politik png me,rnbuat kepuhsan pokok Wlnmtrm sipil adalahkelonpok elite
ternmepelbagailcbijalm tuetennruk yrrg mudatr melanggan prinsipprinsip
jWp kebijakan yang berkenaan dengan konstitusional yang telah mereka buat
regulasi militeq (iii) pengakuan dan sendiri, dan bermacam argumentasi
juga
persen1iumpilnkp€rnimpinpolitik sipil lainnya. KelomPok militer
perilaku
atas kewenangan Profesional dan menganggap bahwa sikry dan
dengan
otonomi bagi militer; dan (iv) s$agai pernerintatr sipil bertentangan
alcibmp minirnalisasi irserv€nsi militsr kepentingar nasional. Sebagai misal,
drilu lctikabehn bednrca (baca: dalrut
dalam ranah politik dan minimalisasi
intervensi politik dalam militer. masa kampanye) kelompok-kelompok
Sebalikqa, subi ective civilian contrcl sipil selalu b€rteriak akan membela
namtm,

menrjtrk @a rryap politisi sipil untuk w ong c ilik (masprakat kecil)
berkuasa'
menguilrol dengrur menrolitisasi m€rcka kenyataannya ketika telatr
medokini jusrtnr manbela wong licik.
dan memhrd mfrdra l€b,ih ffid k€Pada
Kelompok militer juga menganggaP
prapOitlsi sipll,baikpditisiFrgoposisi
maupun politisi Yang Pro dengan batrwa pemerintah sipil tidak mampu
me,nekan jumlah pengangguran )xang
perterintatt
meluas oleh lrarena terlalu disibrilrkan
dengan kePentingan-kePentingan
pctairrya senAiri; pemerintatr sipil telah
JI]RNILPACISNO,I TAHW

2

APNL 2OO4ISSN 1693-556X

gagal mengambil program-progran
modemisasi sosial-ekonomi-politik
s*ringga )ang berq/r$d adalah dralime
ekonomi-sosial yang tak berhasil
mewujudkm pertumbuhan ekonomi inr
sendiri ; pemerintatr sipil juga diarggap
*hagu trigga dari meletusryar kmflikkonfl ik lokal, dan setenrsnpPada saat yang sama, para
prajurit pretorian memiliki kepkinan
yang kuat bahwa mereka mampu
mernulihkarnegram€nrdukerah ng
lebih baik dibandingkan bila negara
dipinpin oleh pemerinuh rdirit atau elib
elite sipil. Mereka beetu 1akin al