Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak Kaw (3)

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan makhluk hidup

lainnya. Keberadaan air merupakan bagian dari alam (nature) sehingga eksistensi air
terkait erat dengan semua yang ada di alam ini. Secara lebih spesifik dapat dinyatakan
bahwa kualitas dan kuantitas air bergantung kepada aspek teknis, ekonomi,
kelembagaan, sosial dan lingkungan. Sejalan dengan kelima aspek diatas
mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif dan
meningkatnya daya rusak air. Dengan demikian, hal tersebut menuntut Pengelolaan
Sumber Daya Air terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar di dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Pola pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan wilayah sungai dengan prinsip
keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Berdasarkan Keputusan Presiden

Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, wilayah sungai Siak
merupakan wilayah sungai strategis nasional yang terletak di Provinsi Riau.
Sungai Siak merupakan sungai terdalam di Indonesia yang memiliki
karakteristik unik. Sungai ini panjangnya mencapai ± 14.239

km 2

dengan debit

aliran berkisar 47-250 m3/detik pada musim kemarau dan 325-760 m3/detik pada
musim penghujan. Rasio debit musim kemarau terhadap debit musim hujan dari
waktu ke waktu menunjukkan peningkatan, karena semakin rusaknya daerah
tangkapan air yang disebabkan oleh tingginya alih guna lahan.
Sungai Siak memiliki fungsi penting untuk memenuhi berbagai keperluan,
diantaranya sebagai sarana transportasi air, sumber air bersih dan pusat kegiatan
bisnis. Selain itu Sungai Siak juga menjadi habitat bagi berbagai biota air yang
tinggal di dalamnya, yang merupakan sumber keanekaragaman hayati.

1 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas


Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

Saat ini, pemanfaatan sungai secara berlebihan mengakibatkan penurunan
kualitas dan kuantitas air sungai. Rusaknya ekosistem menyebabkan menurunnya
jumlah debit air secara fluktuatif pada musim hujan dan kemarau, penurunan
cadangan air serta penurunan jasa lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik dengan kehidupan yang ada
disekitar bantaran Sungai Siak yang sering berinteraksi dengan sungai serta
mengetahui pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan yang sudah
diterapkan di DAS Siak 1.
1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana rasa kepedulian masyarakat dibantaran Sungai Siak tehadap
kebersihan lingkungan dan aliran sungai?
2. Bagaimana sistem pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan
yang sudah diterapkan di Sungai Siak?

1.3


Tujuan
Tujuan dari Pengelolaan Sumber Daya Air di Sungai Siak adalah untuk:
1. Mengidentifikasi lingkungan dan aliran Sungai Siak dengan bertanya
langsung pada masyarakat yang bermukim disekitar sungai.
2. Mengetahui sistem pengelolaan sumber daya air terpadu dan berkelanjutan
yang sudah diterapkan di Sungai Siak.
3. Meninjau sumber air bersih yang digunakan masyarakat di sekitar Sungai
Siak.

2 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

BAB II
DASAR TEORI
2.1

Pengertian Sumber Daya Air
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial


bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah
tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh
manusia membutuhkan air tawar. 97% air di bumiadalah air asin,dan hanya 3%berupa
air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya beradadalambentuk es di glasierdan es
kutub.Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukanterutama di dalam tanah
berupaair tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di
udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersihterus
berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di duniadan
populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatanpermintaanterhadap
air bersih.Perhatian terhadap kepentingan global dalam mempertahankan air untuk
pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama sejak dunia telah kehilangan lebih
dari setengah lahan basah bersama dengan nilai pelayanan ekosistemnya.Ekosistem
air tawar yang tinggi biodiversitasnya saatiniterus berkurang lebih cepat
dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun darat.
2.2

Kondisi Sumber Daya Air
Seperti di banyak negara lain, kondisi sumber daya air di Indonesia telah


sampai pada tahap di mana tindakan terpadu diperlukan untuk membalikkan tren
yang terjadi saat ini yatiu penggunaan air yang berlebihan, polusi, dan meningkatnya
ancaman kekeringan dan banjir.
Mengingat tantangan yang dihadapi oleh sektor sumber daya air dan sektor
irigasi di abad ke-21 dan reformasi sektor publik yang lebih memperhatikan aspirasi
rakyat, Pemerintah Indonesia telah memulai program reformasi bidang sumber daya
air yang meliputi aspek kebijakan, aspek kelembagaan, aspek legislatif dan peraturan,

3 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

dan kebijakan konservasi sumber daya air telah mendapat bagian yang substansial
dalam agenda reformasi.
Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang
Sumber Daya Air dijelaskan; Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha
Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini menyatakan bahwa
sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat secara adil.Atas penguasaan sumber daya air oleh negara
dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan
kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air.
Undang-undang dengan tegas mengataka bahwa negara memiliki peran utama
dalam

pengaturan,

pendayagunaan

dll,

dengan

melibatkan

stakeholder

lainnya.Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati

kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak
ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu,
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal 1 dijelaskan bahwa pengaturan
hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak untuk memperoleh
dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan. Hak guna air dengan
pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air, tetapi hanya terbatas
pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan sejumlah (kuota) air
sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada pengguna air, baik
untuk yang wajib memperoleh izin maupun yang tidak wajib izin.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa dan gampang dilihat, air sudah
menjadi permasalahan.Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat
mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi
sosialnya.Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar sektor,
antar wilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain,

4 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015


pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan
cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi
sosial.
2.3

Air Permukaan
Salah satu jenis dari sumber daya air ialah air permukaan yaitu air yang

terdapat di sungai, danau, atau rawa air tawar.Air permukaan secara alami dapat
tergantikan dengan presipitasi dan secara alami menghilang akibat aliran menuju
lautan, penguapan, dan penyerapan menuju ke bawah permukaan.Meski satu-satunya
sumber alami bagi perairan permukaan hanya presipitasi dalam area tangkapan air,
total kuantitas air dalam sistem dalam suatu waktu bergantung pada banyak
faktor.Faktor-faktor tersebut termasuk kapasitas danau, rawa, dan reservoir buatan,
permeabilitas tanah di bawah reservoir, karakteristik aliran pada area tangkapan air,
ketepatanwaktu presipitasi dan rata-rata evaporasi setempat.Semua faktor tersebut
jugamemengaruhi besarnya air yang menghilang dari aliran permukaan.
Aktivitas

manusia


kadangmenghancurkan

memiliki

dampak

faktor-faktor

yang

tersebut.

besar
Manusia

dan

kadangseringkali


meningkatkankapasitas reservoir total dengan melakukan pembangunan reservoir
buatan, danmenguranginya dengan mengeringkan lahan basah. Manusia juga sering
meningkakan kuantitas dan kecepatan aliran permukaan dengan pembuatan saluransaluran

untuk

berbagai

keperluan,

misalnya

irigasi.Manusia

dapat

menyebabkanhilangnya sumber air permukaan dengan menjadikannya tidak lagi
berguna,misalnya dengan cara polusi.
2.3.1


Pencemaran Sungai
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua bergantung

pada air.Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.Tapi pada akhir-akhir ini, persoalan penyediaan air yang memenuhi syarat
menjadi masalah seluruh umat manusia. Dari segi kualitas dan kuantitas air telah
berkurang yang disebabkan oleh pencemaran.

5 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

Pencemaran air sungai terjadi apabila dalam air sungai terdapat berbagai
macam zat atau kondisi yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah
ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber
air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan
tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, sebagai contoh
suatu sungai yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih
dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik,
akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah
ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen
lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air sungai, pencemaran air
laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi
pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU
tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup
yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang
terdapat di sungai yang dapat tercemar karena masuknya atau dimasukannya mahluk
hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan.Air sungai dikatakan tercemar
apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak
bisa digunakan sesuai peruntukannya.
2.3.2

Penanggulangan Pencemaran Air Sungai
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik
oleh instansi ataupun non-instansi.Salah satu upaya serius yang telah dilakukan

6 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih
(PROKASIH).Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair
khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta
dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumbersumber lainnya.Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran
sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara nonteknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak
terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya
meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku
disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri
terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola
limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. Sebenarnya
penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri. Dalam
keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi produksi
sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula mendaur
ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut.Kitapun perlu
memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita.Karena saat ini kita
telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia dalam
keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk
tanaman, dan sebagainya.Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai sampah
seperti makanan dalam kemasan kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang
memuat unsur pewarna pada kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada
tempat pembuangan akhir.Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki,
turut menyumbangkan emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya
berdampak pada siklus air alam.

7 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang
bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya
akan menjadi sumber bencana yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun
atau degradable (dapat didegradasi alam)? Apakah barang yang kita konsumsi
nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan aman bagi makhluk hidup
dan lingkungan ?Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran
air.Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan
dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang
tercemar.Dari segi kebijakan atau peraturanpun mengenai pencemaran air ini telah
ada.Bila kita ingin benar-benar hal tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan
hukumnya harus dilaksanakan pula. Pada akhirnya, banyak pilihan baik secara
pribadi ataupun social (kolektif) yang harus ditetapkan, secara sadar maupun tidak,
yang akan mempengaruhi tingkat pencemaran dimanapun kita berada. Walaupun
demikian, langkah pencegahan lebih efektif dan bijaksana.
Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan
berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat
sumber air yang aman, bersih dan sehat.
2.4

Pengelolaan Sumber Daya Air
Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran

masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis,
masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan sumber
daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan sumber
daya air (Dadang Sudardja, 2007).
Menurut Mathis Wackernagel (1996) dalam Supadmo, Arif Sigit (2001),
dalam bukunya “Ecologycal Footprint” menyatakan bahwa peningkatan penduduk
serta peningkatan konsumsi materi dan energimenjadi lambang kemakmurandi satu
pihak, namun di pihak lain terjadi keterbatasan sumber daya. Di seluruh dunia telah

8 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

terjadi proses desertifikasi sebesar 6.000.000 ha/tahun. Proses deforestasi 17.000.000
ha/tahun. Proses erosi dan oksidasi tanah 26.000.000.000 ton/tahun serta proses
hilangnya spesies-spesies tertentu sebesar 17.000 jenis/tanam.
Dari data di atas dapat kita lihat bahawa pembangunan tidak saja
menghasilkan manfaat tetapi juga resiko.Pencemaran dan pengrusakan adalah dua
resiko yang tidak dapat dihindari dalam rangka menjalankan pembangunan. Akibat
pembangunan manusia sebagai penghuni Bumi ini paling tidak saat ini telah
berhutang sekitar antara 16 trilyun dollar AS hingga 54 trilyun dollar AS pertahun,
atau rata-rata 33 trilyun dollar AS atau kurang lebih Rp.66.000 trilyun setahun untuk
segala materi “gratis” seperti udara, air dan pangan, demikian hasil perhitungan yang
dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Robert Constanza dan disponsori oleh
National Centre for Ecological Analysis and Synthesis di Santa Barbara, California
(Kompas, 16 Mei 1997). Perkiraan inipun lanjut mereka adalah perkiraan minimum.
Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya yang mempunyai sifat
yang sangat berbeda dengan sumber daya alam lainnya.Air adalah sumber daya yang
terbarui, bersifat dinamis mengikuti siklus hydrologi yang secara alamiah berpindahpindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat.Tergantung dari waktu dan
lokasinya, air dapat berupa zat padat sebagai es dan salju, dapat berupa air yang
mengalir serta air permukaan.Berada dalam tanah sebagai air tanah, berada di udara
sebagai air hujan, berada di laut sebagai air laut, dan bahkan berupa uap air yang
didefinisikan sebagai air udara.
Dewasa ini permasalahan yang cenderung dihadapi oleh pemerintah maupun
masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya air meliputi:
1. Adanya kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan.
2. Persaingan dan perebutan air antara daerah hulu dan hilir atau konflik antara
berbagai sektor.
3. Penggunaan air yang berlebihan dan kurang efisien.penyempitan dan
pendangkalan sungai, danau karena desakan lahan untuk pemukiman dan
industri.
4. Pencemaran air permukaan dan air tanah.

9 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

5. Erosi sebagai akibat penggundulan hutan.
Permasalahan air yang semakin komplek ini menuntut kita untuk mengelolah
sumberdaya air sehingga dapat menunjang kehidupan masyarakat dengan
baik.Berdasarkan UU No 7/2004 tentang Sumberdaya Air, Pengelolaan sumber daya
air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa dan gampang dilihat, air sudah
menjadi permasalahan.Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat
mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi
sosialnya.Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antar sektor,
antar wilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain,
pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan
cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi
sosial.
Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran
masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis,
masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan sumber
daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan sumber
daya air.
Untuk menyesuaikan perubahan paradigma dan mengantisipasi kompleksitas
perkembangan permasalahan sumber daya air; menempatkan air dalam dimensi
sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras; mewujudkan pengelolaan
sumber daya air yang terpadu; mengakomodasi tuntutan desentralisasi dan otonomi
daerah; memberikan perhatian yang lebih baik terhadap hak dasar atas air bagi
seluruh rakyat; mewujudkan mekanisme dan proses perumusan kebijakan dan
rencana pengelolaan sumber daya air yang lebih demokratis, perlu dibentuk undang-

10 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

undang baru sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan.
Salah satu cara yang harus diperhatikan dalam pengelolaan air adalah
pengelolaan yang berdasarkan pada ‘watershed’ (Daerah Aliran Sungai/DAS). Daerah
aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Dengan pengelolaan air berdasarkan DAS maka diharapkan akan tercipta
kesinambungan sumber daya air karena air tidak bisa dilihat satu bagian wilayah saja.
Pengelolaan air pada suatu daerah tidak bisa begitu saja hanya memperhatikan
variabel–variabel hidrologis pada wilayah itu saja.Bahkan, pengelolaan Waduk
Saguling untuk keperluan PLTA, misalnya, tidak bisa hanya memperhatikan variabel–
variabel disekitar waduk. Seluruh masalah pengelolaan sumber daya air harus
memperhitungkan keseluruhan DAS karena bagaimanapun juga bahkan sebuah titik
di ujung terluar DAS pun memiliki pengaruh terhadap keberadaan dan kualitas air di
sungai utama. Jadi Pengelolaan sumber daya air yang bersifat parsial harus
ditinggalkan.Selain itu, untuk mengelola sumber daya air berbasis DAS ini, kita harus
mengacu pada aspek–aspek yang ada dalam DAS tersebut.“Bukan hanya dibatasi
pada aspek fisika saja.Tapi juga sosial–budaya, kualitas air, aktivitas industri, politik,
ekonomi, demografi (kependudukan).
Indonesia telah melakukan langkah maju dalam pelaksanaan Kebijakan
Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu (Integrated Water Resources
Management – IWRM) yang menjadi perhatian dunai internasional untuk
meningkatkan pengelolaan sumber daya air dalam mencapai kesejahteraan umum dan
pelestarian lingkungan.Sejalan dengan konsep IWRM yang berkembang di forum
internasional, beberapa tindakan telah diambil di tingkat nasional dan daerah dalam
rangka reformasi kebijakan sumber daya air.

11 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

Reformasi dalam pengelolaan sumber daya air merupakan salah satu tindakan
penting untuk mengatasi pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, dan konservasi
sumber daya alam. Dalam pelaksanaannya, telah diterbitkan beberapa kebijakan
antara lain diberlakukannya Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (UU SDA) yang sejalan dengan prinsip-prinsip IWRM. Undang-undang ini
bertujuan untuk pelaksanaan pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh,
berkelanjutan, dan melalui pendekatan terbuka sehingga memberikan pilihan bagi
masyarakat bisnis dan organisasi non-pemerintah untuk berpartisipasi dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air terpadu.

12 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

BAB III
METODE
Sejarah kota merupakan seluruh perkembangan kebijakan pemerintah dan
aktivitas masyarakat kota beserta pengaruhnya pada masyarakat maupun pada tata
ruang kota termasuk unsur ekologisnya. Kuntowijoyo (2003:64) menjelaskan bahwa
ekologi merupakan interaksi antara manusia dan alam sekitarnya serta perubahan
ekologi terjadi bila salah satu dari komponen itu mengalami perubahan. Dalam
konteks ini bagaimana perkembangan pola pikir dan sikap masyarakat berpengaruh
ada pengelolaan sumber daya air di Sungai Siak menjadi fokus penelitian awal ini.
Penelitian ini memaparkan kesadaran sosial masyarakat dan pengelolaan sumber daya
air di Sungai Siak Kawasan Leighton II. Secara sederhana, peneliti memulai
penelitian dengan menentukan topik penelitian yakni Laporan Pengelolaan Sumber
Daya Air di Sungai Siak. Hal ini dipilih karena rasa keprihatinan penulis pada
terancamnya sendang yang penulis duga karena faktor sikap manusia pada
lingkungan.
Kedua, peneliti megumpulkan berbagai sumber yang terkait dengan tema atau
topik ini terutama literatur penunjang yang menjelaskan keterkaitan manusia dengan
lingkungan. Ketiga, peneliti menguji validitas data yang ada dengan mengobservasi
Sungai Siak dan mewawancarai beberapa warga terkait dengan pandangan mereka
pada aktivitas warga di sekitar Sungai Siak. Keempat, peneliti menginterpretasikan
data yang didapat dengan melakukan analisis dan analogi serta mengaitkannya
dengan rasa nasionalisme. Terakhir, peneliti menulis dengan gaya deskriptif-naratif
sehingga dapat dikemukakan perkembangan yang jelas dari pola pikir dan sikap
masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya air di Sungai Siak.

13 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

BAB IV
KONDISI EKSISTING DAN GAMBARAN UMUM
4.1

Luas Wilayah
Luas WS Siak sekitar ± 14.239

km

2

yang membentang dari hulunya di

perbukitan Kubu Beringin dan Bukit Suligi-Bukit Pandan di Kabupaten Rokan Hulu
hingga hilirnya bermuara di Selat Malaka. Secara geografis WS Siak berada pada
posisi antara 100º28’ BT - 102º12’BT dan 0º20’ LU - 1º16’ LU dengan batasanbatasan sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Siak,
Kabupaten Bengkalis.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Selat Malaka.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Kabupaten Siak,
Kabupaten Pelalawan.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu.
Untuk lebih jelasnya mengenai luas WS Siak beserta kabupaten/kota yang
masuk di dalamnya disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Luas WS Siak Ditinjau dari Kabupaten/Kota di dalamnya
Luas
Persentase Luas
Km²
%
1
Kabupaten Rokan Hulu
979
6,88
2
Kabupaten Kampar
3.589
25,21
3
Kabupaten Bengkalis
2.813
19,76
4
Kabupaten Siak
6.304
44,27
5
Kota Pekanbaru
553
3,88
Total
14.239
100
Sumber: Keppres No. 12 Tahun 2012 dan Hasil Analisis, Tahun 2012
No.

Kabupaten

Berdasarkan penjabaran pembagian daerah aliran sungai pada WS Siak,
Leighton II berada di Kecamatan Palas, Kabupaten Siak. Pembagian daerah aliran
sungai pada WS Siak berikut dengan anak sungai dan wilayah yang termasuk di
dalamnya akan dideskripsikan sebagai berikut.
Tabel 4.2 Nama dan Luas DAS yang Masuk di dalam WS Siak
14 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Siak 2015

Sumber: Keppres No. 12 Tahun 2012 dan Hasil Analisis, 2012
1. DAS Siak
DAS Siak memiliki luas areal sebesar 11.527 km2.Wilayah ini didominasi
oleh penutupan lahan berupa kebun sawit, lahan pertanian, lahan terbuka,
hutan, kebun karet dan sebagian kecil merupakan lahan terbangun, semak
belukar, kebun campuran serta badan air. Sebagian dari areal lahan terbuka
merupakan kawasan pertambangan. Dengan demikian, Leighton II berada di
DAS Siak.
2. DAS Siak Kecil
DAS Siak Kecil ini meliputi areal sebesar 2.712 km2. Wilayah ini didominasi
oleh penutupan lahan berupa kebun campuran, lahan pertanian, hutan, semak
belukar, lahan terbuka, kebun sawit dan sebagian kecil merupakan lahan
terbangun dan badan air.

15 Kawasan Leighton II, Kecamatan Palas

Gambar 4.1 Peta Administrasi WS Siak

Sumber: Peta Rupa Bumi Bakosurtanal dan Keppres No. 12, 2012

Gambar 4.2 Peta Daerah Aliran Sungai di WS Siak

Sumber: Peta Rupa Bumi Bakosurtanal dan Keppres No. 12, 2012

4.2

Topografi
Kawasan WS Siak memiliki kondisi permukaan bumi bervariasi yaitu datar

sampai berbukit di segmen wilayah DAS bagian hulu dan datar sampai bergelombang
di segmen wilayah DAS bagian tengah dan hilir. Sedangkan berdasarkan topografinya
kawasan DAS Siak memiliki ketinggian bervariasi 0 m dpl di pesisir pantai hingga
525 m dpl di perbukitan di segmen wilayah DAS bagian hulu. Secara rinci pembagian
kawasan WS Siak berdasarkan kelas kelerengan dan kondisi topografi disajikan pada
Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Luas dan Persentase yang ada di WS Siak

Sumber: Peta Bakosurtanal, Tahun 2010 dan Hasil Analisis, 2011
4.3

Lahan Kritis
Lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga

lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai
media produksi maupun sebagai media tata air. Lahan tersebut dapat berupa lahan
gundul yang sudah tidak bervegetasi sama sekali, padang alang-alang atau lahan yang
ditumbuhi oleh semak belukar yang tidak produktif, areal yang berbatu-batu atau
berparit sebagai akibat erosi tanah dan tanah yang kedalaman solumnya sudah tipis
sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik.
Berdasarkan kriteria yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, dalam
menentukan kekritisannya, lahan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Kawasan Hutan Lindung.

2. Kawasan Budidaya Pertanian.
Berdasarkan data Tahun 2002, tingkat kekritisan lahan di WS Siak yang
tergolong sangat kritis terdapat dibagian hulu yaitu di DAS Tapung Kiri dan DAS
Tapung Kanan yaitu masing-masing seluas 14.721,39 Ha dan 466,25 Ha atau total
sekitar 1.35% dari total luas WS Siak.
Tabel 4.4 Luas Lahan Kritis di WS Siak

Sumber: Kemeterian Kehutanan, Tahun 2010 dan Analisis GIS, 2011
4.4

Tutupan Lahan
Tata guna lahan merupakan representasi kenampakan ruang yang dapat

menggambarkan aktivitas ekonomi suatu kawasan serta untuk mengetahui kondisi
umum suatu daerah.Oleh karena itu hampir dalam setiap kajian wilayah, informasi
tutupan lahan dan tata guna lahan merupakan aspek pertama yang harus diketahui
untuk menyusun rencana selanjutnya.
Berdasarkan data tata guna lahan pada seluruh WS Siak dapat diketahui
bahwa jenis tutupan lahan terutama didominasi oleh perkebunan yang mencapai 20
%, setelah itu adalah tutupan hutan (25 %), lahan pertanian yang masing-masing
mencapai 25 %. Dan tutupan lahan lainnya meskipun secara persentase tampak
rendah seperti semak (4 %), tambak (0,02 %), lahan terbuka (0,002 %) dan lahan
transmigrasi (0,56), namun sebenarnya dapat memiliki potensi besar terjadinya
degradasi lahan dan kualitas air.

4.5

Sarana dan Prasarana

4.5.1

Sistem Pelayanan Air Bersih dan Air Minum
Dahulu keberadaan Sungai Siak merupakan urat nadi perekonomian penduduk

setempat. Hal ini terlihat dari perkembangan aktivitas dan pemukiman penduduk
disepanjang kawasan Sungai Siak. Di wilayah hilir, Sungai Siak masih dapat
digunakan untuk mandi, cuci, dan kakus. Bahkan kebutuhan air bersih dipasok dari
Sungai Siak.
Kurun waktu 10 tahun terakhir, air sungai tidak lagi dapat dimanfaatkan
sebagai air minum, mandi, cuci dan kakus karena kualitas fisika, kimia dan biologi air
menurun akibat dampak-dampak yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau
kegiatan di sekitar Sungai Siak. Oleh karena itu, masyarakat tidak mengonsumsi air
sungai, sehingga mereka mendapati kesulitan dalam memperoleh air bersih.
Berdasarkan hasil survei di lapangan menunjukkan bahwa penduduk setempat
menggandalkan air tanah dangkal sebagai sumber air bersih. Akan tetapi, kami
mendapati air tanah tersebut keruh, berbau, dan berminyak. Hal tersebut diakibatkan
oleh air sungai yang tercemar merembes ke dalam tanah sehingga tidak layak untuk
dikonsumsi sehari-hari. Oleh karena itu, masyarakat setempat juga membeli air
minum dari Depot Air Minum Isi Ulang.
4.5.2

Sistem Pengolahan Air Limbah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi merupakan salah satu

penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kawasan Leighton II terlihat
aktivitas masyarakat dan pemukiman penduduk yang padat diantaranya perkebunan
kelapa sawit dan perbengkelan. Pihak terkait belum memiliki kesadaran sosial
terhadap buruknya kualitas Sungai Siak sehingga mereka langsung membuang
sampah dan limbah langsung ke sungai.
Di Kawasan Leighton II, masyarakat sudah memakai WC permanen dan
septic tank di rumah masing-masing, sehingga tidak membuang BAB dan BAK di
Sungai Siak. Pengolahan tinja masyarakat dibuang ke suatu kolam ikan, sehingga
kotoran itu menjadi konsumsi makanan ikan.

4.5.3

Sistem Drainase
Kondisi Kawasan Leighton II berada di pinggiran sungai. Saat musim

penghujan, air sungai akan meluap menyebabkan terjadinya banjir, tanah menjadi
sangat mudah tergerus oleh air. Selain itu, Kawasan Leighton II belum dibangun
sistem drainase yang berkelanjutan.
4.5.4

Prasarana Jalan dan Transportasi
Kondisi prasarana jalan dan transportasi memprihatikan. Jalan belum

permanen.
4.5.5

Sistem Pengelolaan Persampahan
Pengelolaan sampah di Kawasan Leighton II belum terintegrasi dan terpadu.

Terlihat jelas mulai wadah sampah belum tersedia untuk mengumpulkan sampah
yang masyarakat dan pelaku rencana usahan dan/atau kegiatan. Lebih lanjut,
Kawasan Leighton II belum termasuk rute pengangkutan sampah. Sampah-sampah
yang dihasilkan masyarakat dikumpulkan begitu saja didekat rumah.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 5.1 Permasalahan DAS Siak Wilayah Leighton II

Berdasarkan

hasil

survei,

wawancara

dan

pengamatan

didapatkan

permasalahan DAS Siak Kawasan Leighton II diantaranya sebagai berikut:
1. Teknis
Masyarakat di DAS Siak Kawasan Leighton II sulit untuk mengakses air
bersih. Warga setempat kebanyakan memiliki sumur bor, namun air yang
dihasilkan buruk dengan ciri-ciri air yang keruh berwarna kekuningan, air
yang berbau, dan permukaan air yang berminyak. Rata-rata warga
menganggap keadaan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan.
Tabel 5.1 Jenis permasalahan dan akar masalah di DAS Siak

Jika ditinjau dari masalah diatas, maka penanggulangan yang harus
dilakukan yaitu dengan melakukan penggalian sumur bor artesis. Untuk
penggalian sumur bor artesis memerlukan biaya yang tidak sedikit. Warga

Leighton II mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk mengalokasikan
anggaran pembuatan sumur bor artesis untuk mendapatkan air bersih.
2. Ekonomi
Di bantaran sungai terlihat pemukiman masyarakat. Mereka memiliki
tingkat pendapatan menengah ke bawah. Tidak hanya itu, terdapat
kegiatan perbengkelan, perkebunan, dan kegiatan rumah tangga. Kedua
rencana usaha dan/atau kegiatan membuang limbah langsung ke badan air.
Limbah yang dibuang langsung ke badan air diantaranya limbah organik
yang berasal dari perkebunan kelapa sawit, limbah perbengkelan berupa
oli bekas, dan limbah rumah tangga.
a. Limbah perkebunan kelapa sawit
Beberapa warga memiliki perkebunan kelapa sawit. Meskipun luas
area perkebunan kelapa sawit terbilang tidak terlalu luas, mereka
membuang tendon kosong langsung ke sungai.
b. Limbah perbengkelan
Berdasarkan hasil survei dan data lapangan, bengkel membuang
limbah cair berupa oli langsung ke sungai.
c. Limbah pemukiman
Pemukiman warga setempat berada di bantaran Sungai Siak. Di sekitar
pemukiman belum tersedia tempat pembuangan sementara (TPS)
sehingga mereka meletakkan sampahnya di luar rumah. Apabila hujan
datang, sampah tersebut akan jatuh dan terhanyut di sungai.
3. Kelembagaan
Apabila keadaan air Sungai Siak sedang dalam kondisi pasang dan
mengakibatkan debit air naik, maka permasalahan yang sering terjadi
adalah banjir. Jika banjir sudah terjadi, maka hal yang dapat dilakukan
oleh warga adalah melindungi barang berharga miliknya dan berusaha
mengungsikan anggota keluarganya terutama anak-anak.

Berdasarkan hasil wawancara, survei dan data pengamatan yang dilakukan
kurangnya
Pemerintah

peran serta
hanya

pemerintah

bantuan-bantuan

dalam menanggulangi banjir.
seadanya

kepada

masyarakat.

Masyarakat beranggapan bahwa banjir sudah sering terjadi sehingga
menganggap hal ini merupakan hal biasa. Banjir menyebabkan kerugian
pun seperti rusaknya rumah dan harta benda mereka, timbul penyakit yang
banyak menyerang anak-anak seperti gatal-gatal dan pusing.
4. Sosial
Sarana dan prasarana yang tidak memadai dapat memicu terjadinya
pencemaran lingkungan hidup. Berdasarkan hasil survei dan data
pengamatan, kurangnya sarana pengumpulan dan pengangkutan sampah
mengakibatkan masyarakat membuang sebagian sampah mereka ke
sungai. Selain itu, Kawasan Leighton II tidak terlayani air bersih dan sulit
mendapatkan air bersih, sehingga harus melakukan aktivitas MCK dengan
keadaan air yang tidak sehat.
5. Lingkungan

Gambar 5.2 Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu dan Berkelanjutan

Seperti negara lain, kondisi sumber daya air di Indonesia telah sampai pada
tahap di mana tindakan terpadu diperlukan untuk membalikkan tren yang terjadi
saat ini yatiu penggunaan air yang berlebihan, meningkatnya ancaman kekeringan
dan banjir. Mengingat tantangan yang dihadapi oleh sektor sumber daya air dan
sektor irigasi di abad ke-21, pola pengelolaan sumber daya air didukung aspek
teknis, ekonomi, kelembagaan, sosial dan lingkungan.
Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang
Sumber Daya Air dijelaskan bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang
Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini
menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Dengan demikian, kelima aspek
tersebut perlu berintegrasi dalam mencapai pengelolaan sumber daya air yang
terpadu.
1. Teknis
Dalam penataan ruang aspek teknis atau rekayasa menjelaskan proses
mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan terutama yang berhubungan
dengan konstruksi suatu infrastruktur. Kajian mengenai aspek teknis perlu
dilakukan dalam penataan ruang. Evaluasi manusia dan interaksi lingkungan
untuk melindungi dan dapat meningkatkan kesehatan lingkungan dan kualitas
lingkungan membutuhkan pengetahuan tentang bagaimana sistem alam
bekerja dan bagaimana sistem dan teknologi dapat mengurangi dampakdampak yang merugikan dari interaksi dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Sebagai contoh, pengendali erosi tanah memerlukan pengetahuan dasar
mengenai mekanika tanah, karakteristik tanah, analisis kemampuan
pengikisan, dan penggunaan lahan sehingga dapat menurunkan potensi erosi
(Randolph, 2004).

Perencanaan pembangunan infrastruktur baik untuk keairan maupun
lainnya, perlu mempertimbangkan fungsi kawasan (UU Penataan Ruang No.
26 Tahun 2007) dan masterplan wilayah yang ada. Aspek-aspek teknis
penataan ruang yang berkaitan dengan kegiatan pengendalian terhadap
fenomena alam haruslah benar-benar tepat sasaran, agar dana yang ada tidak
terbuang sia-sia. Beberapa aspek teknis yang berkaitan dengan infrastruktur
keairan antara lain: bendungan, kolam penampungan, tanggul penahan banjir,
saluran by pass, sistem drainase, pembuatan sumur bor artesis, dll.
Tidak hanya sampai disitu, aspek teknis juga memperhatikan
komponen teknologi. Pemilihan teknologi meliputi riset dan pengembangan,
petunjuk penilaian teknologi, petunjuk pemilihan teknologi, dan pemilihan
teknologi tepat guna.
2. Ekonomi
Perekonomian masyarakat disekitar Sungai Siak masih tergolong
menengah ke bawah memaksa mereka untuk menggunakan air sumur bor
sebagai sumber air baku, dimana air sungai telah meresap ke dalam tanah
sehingga air tanah berbau dan berminyak. Oleh karena itu. penganggaran
menjadi suatu bagian terpenting dalam mewujudkan maksud dan tujuan dari
kegiatan penataan ruang. Penentuan anggaran yang terencana dan tersistem
merupakan salah satu alat manajemen dalam kegiatan penataan ruang.
Dari segi ekonomi penataan ruang tidak hanya dipengaruhi oleh biaya
tetapi juga kegiatan ekonomi dan potensi baik dari sumber daya alam maupun
buatan pada wilayah tersebut. Dari segi ekonomi penetapan kawasan industri,
perdagangan, pertanian, daerah pariwisata, pemukiman, penetapan pasar,
wilayah pasar secara spasial berlandaskan kaidah permintaan (ekonomi) hasil
dari aktivitas suatu monopoli (Nugroho dan Dahuri, 2004).

Pengelolaan anggaran secara menyeluruh merupakan penghubung dari
proses-proses perencanaan, operasional, pemeliharaan, pemanfaatan, sampai
pada proses kontrol, evaluasi dan monitoring. Laporan anggaran yang lengkap
harus meliputi kriteria-kriteria antara lain sebagai pendukung kebijakan,
petunjuk operasional, dan sebagai alat mediator dalam berkomunikasi. Dari
penjelasan diatas, program PAMSIMAS dapat diaplikasikan dalam aksi nyata
pemerintah dan Bank Dunia untuk meningkatkan penyediaan air minum,
sanitasi dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta kebijakankebijakan denda diberlakukan kepada seluruh pemangku kepentingan
mengenai pembuangan limbah industri/sampah/limbah tinja langsung ke
sungai.
3. Kelembagaan
Dalam kegiatan penataan ruang aspek hukum dan kelembagaan
merupakan aspek yang penting untuk mengetahui sebuah proses hukum dan
legalitas dari berlakunya sebuah perundang-undangan.
Aspek hukum memberikan justifikasi dari suatu proses pembangunan.
Dengan kata lain produk pembangunan akan berdampak pada produk hukum
yang ada serta dimungkinkan dilakukan perubahan-perubahannya. Proses
hukum dapat berjalan dengan baik kalamana hukum memberikan rasa
keadilan terhadap pihak-pihak yang terkait. Lembaga-lembaga pembuat
peraturan bisa melakukan perubahan penyempurnaan atau pencabutan
terhadap peraturan yang sudah ditetapkan itu bila ternyata pelaksanaannya
tidak menunjukkan rasa keadilan bagi pihak yang terkait, atau terdapat
kekeliruan dalam penetapannya.
Aspek kelembagaan memberikan peran yang besar pada penataan
ruang. Pada prinsipnya para stakeholders dikelompokkan menjadi 6 grup,

taitu penyediaan pelayanan, pengatur, organisasi pendukung, perencana,
operator, dan pemakai (Grigg, 1996).
a. Pemerintah
Pemerintah tidak dapat melaksanakan pengelolaan sumber daya air
yang terpadu dan berkelanjutan sendirian. Pemerintah memerlukan
dukungan dan kerjasama dengan masyarakat dalam melakukan hal
tersebut. Perlu disadari bahwa masyarakat dapat beperan sebagai objek
dan menjadi pengelola. Oleh karena itu, pemerintah memberikan
sarana dan prasarana tanpa melakukan pendekatan kepada masyarakat,
maka sudah dapat dipastikan tidak ada suatu penyediaan air yang
keberlanjutan.
Penegakan hukum lingkungan terhadap pelanggaran Baku Mutu
Limbah yang telah ditetapkan, atau dengan menerapkan sistem
“polluter pay principle”. Telah banyak aturan yang diciptakan untuk
mengatur aspek-aspek yang ada di lingkungan DAS Siak, hanya saja
kendalanya adalah penerapan yang masih terbilang belum maksimal.
Pemerintah haruslah bertindak adil dalam menerapkan segala jenis
aturan untuk mengelola sumber daya air, dengan mengambil
keputusan yang tepat. Kebijakan yang dapat dilakukan adalah
menyiapkan infrastruktur kawasan pengembangan industri yang telah
ditetapkan dalam RTRW untuk mengantisipasi pengembangan industri
baru atau merelokasi industri yang sudah tidak tepat lagi lokasinya
sejalan dengan pengembangan kota dan pengembangan wilayah. Hal
ini dapat mengurangi aktivitas pembuangan limbah industri yang ada
disepanjang bantaran Sungai Siak.

Pemerintah memiliki cukup banyak ide untuk menanggulangi beragam
bencana ataupun kendala yang berkemungkinan terjadi di sekitar
bantaran Siak sehingga perlu suatu aksi lapangan berupa kegiatan
dalam bentuk aksi pencegahan, antisipasi maupun penanggulangan.
Apabila aksi-aksi diwujudnyatakan, maka akan menciptakan suatu
hubungan yang harmonis antara pemerintah dengan masyarakat. Hal
itu juga dapat menunjang dalam proses keberlanjutan dan pengelolaan
sumber daya air.
b. Instrumen Manajemen
Wadah koordinasi beranggotakan unsur pemerintah dan unsur nonpemerintah dalam jumlah yang seimbang atas dasar prinsip
keterwakilan, serta strategi pengelolaan. Instrumen manajemen
berfungsi untuk:


Analisis sumber daya air



Perancangan dan perencanaan pengelolaan sumber daya air
terpadu



Pengelolaan kebutuhan



Instrumen perubahan sosial



Resolusi konflik



Instrumen pengatur



Instrumen ekonomi



Pengalihan dan pengelolaan informasi

c. Partisipasi Masyarakat
Secara sederhana partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai upaya
terencana untuk melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan
kebijakan dan pengambilan keputusan. Partisipasi juga dapat diartikan
sebagai suatu proses dimana pihak yang akan memperoleh dampak
(positif dan/atau negatif) ikut mempengaruhi arah dan pelaksanaan
kegiatan, tidak hanya menerima hasilnya.


Bentuk Partisipasi
Bentuk partisipasi masyarakat dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu partisipasi dalam:
a. Tahap Pembuatan Keputusan
Dalam hal ini, sejak awal masyarakat telah dilibatkan
dalam proses perencanaan dan perancangan kegiatan serta
dalam pengambilan keputusan atas rencana yang akan
dilaksanakan.
b. Tahap Implementasi
Keterlibatan masyarakat juga diupayakan pada tahap
pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, masyarakat dapat
mengontrol bagaimana kegiatan dilaksanakan di lapangan.
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi secara periodik umumnya dilaksanakan pada
tahap pelaksanaan dan pada akhir pelaksanaan kegiatan.
d. Partisipasi untuk memperoleh manfaat suatu kegiatan.

Berdasarkan

penjelasan

diatas,

keterpaduan

pada

komponen

pengelolaan sistem non-alami mencakup:
1. Keterpaduan antar sektor yang terkait dalam perumusan kebijakan,
dan program di tingkat pusat dan daerah. Keterpaduan dalam aspek
ini diperlukan untuk menyelaraskan kebijakan pembangunan
ekonomi dengan kebijakan pembangunan sosial serta lingkungan
hidup.
2. Keterpaduan antar semua pihak yang terkait (stakeholder) dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Keterpaduan dalam
aspek ini merupakan elemen penting dalam menjaga keseimbangan
dan keberlanjutan pendayagunaan air. Saat ini masing-masing
pihak yang terkait masih menempatkan prioritas kepentingan yang
berbeda-beda, bahkan seringkali bertentangan satu sama lain.
Dalam kaitan ini perlu dikembangkan instrumen operasional untuk
menggalang sinergi dan penyelesaian konflik.
3. Keterpaduan antar wilayah administrasi baik secara horisontal
maupun vertikal. Dalam aspek ini tidak saja perlu ada kejelasan
tentang pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan,
tetapi perlu juga dikembangkan pola kerjasama antar daerah atas
dasar saling menggantungkan dan saling menguntungkan.
4. Sosial
Aspek sosial merupakan kajian yang perlu dilaksanakan sebelum penataan
ruang terutama dalam rangka pemenuhan infrastruktur. Aspek ini meliputi
karakteristik sosial penduduk, karakteristik adat masyarakat. Kehidupan sosial
masyarakat, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan penyebarannya
sehingga dalam pelaksanaannya tidak bertentangan, dengan kehidupan sosial
dan budaya penduduk sosial.

Dengan melihat kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kondisi Sungai
Siak saat ini dan peran masyarakat tidak hanya sebagai objek, tetapi juga
pengelola menjadi permasalahan sosial yang kompleks memerlukan solusi
tepat sasaran. Kita dapat mengenalkan sanitasi dan menumbuhkan rasa peduli
terhadap lingkungan sejak dini.
Sudaryono (2002) menyebutkan, pengelolaan DAS di DKI perlu melibatkan
peran aktif manusia, sehingga tercapai manfaat yang maksimal dan
berkesinambungan. Oleh, karena itu sasaran pembinaan aktivitas manusia
dalam pemanfaatan sumberdaya alam mencakup penyuluhan/pendidikan dan
pembinaan untuk meningkatkan persepsi dan kemampuan mengelola
lingkungan dan mengembangkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat.
Anak adalah sasaran utama dalam mensosialisasikan pentingnya air dan
sanitasi. Anak-anak memiliki dua peran penting sebagai bagian dari strategi
sosialisasi sanitasi ini. Selain menanamkan pemahaman kepada anak-anak
mengenai sanitasi sejak dini, mereka juga dapat mengingatkan orang tua
mereka akan pentingnya menjaga air bersih. Pembelajaran kesadaran
masyarakat melalui perantara anak-anak ini dapat menekan keberadaan MCK
(Mandi, Cuci, Kakus) masyarakat yang berada di sungai.
Selain sosialisasi dalam rangka upaya penanaman persepsi bahwa air dan
sanitasi itu penting. Maka perlu juga menumbuhkan sifat individu masyarakat
yang cinta lingkungan. Hal ini di tujukan agar upaya untuk menormalisasi
Sungai Siak mudah tercapai.
5. Lingkungan
Konservasi Sungai Siak merupakan faktor utama yang harus dilakukan untuk
menjadikan sungai memiliki potensi seperti sediakala. Kegiatan konservasi
yang dilakukan diwilayah bantaran Sungai Siak ini adalah:

-

Pelestarian dan perlindungan sumber daya air secara menyeluruh
sehingga kerusakan ekosistem sumber daya air dapat dicegah.

-

Pengelolaan air tanah dapat dilakukan antara lain perbaikan drainase
permukaan, drainase dalam, atau kombinasi keduanya yang akan
meningkatkan efisiensi penggunaan air oleh tanaman,

-

Pengelolaan kali bersih dengan kontrol yang ketat terhadap
pembuangan limbah domestik.

-

Pelaksanaan audit lingkungan untuk beberapa industri yang ada di
Sungai Siak.

-

Penetapan pengelolaan sempadan sungai. Keadaan masyarakat yang
tinggal digaris sempadan sungai makin mempersulit pengelolaan
sumber daya air. Sehingga perlu dilakukannya penetapan yang tegas
untuk saling menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.

BAB VI
KESIMPULAN
1. Aspek teknis berkaitan dengan pembangunan infrastruktur keairan antara lain
bendungan, kolam penampungan, tanggul penahan banjir, saluran by pass,
sistem drainase, pembuatan sumur bor artesis, dll. Tidak hanya sampai disitu,
aspek teknis juga memperhatikan komponen teknologi diantaranya riset dan
pengembangan, petunjuk penilaian teknologi, petunjuk pemilihan teknologi,
dan pemilihan teknologi tepat guna.
2. Program PAMSIMAS dapat diaplikasikan, serta kebijakan-kebijakan denda
diberlakukan kepada seluruh pemangku kepentingan mengenai pembuangan
limbah industri/sampah/limbah tinja langsung ke sungai.
3. Aspek kelembagaan dikelompokkan menjadi 6 grup, taitu penyediaan
pelayanan, pengatur, organisasi pendukung, perencana, operator, dan pemakai.
a. Pemerintah



Penegakan hukum lingkungan terhadap pelanggaran Baku Mutu
Limbah yang telah ditetapkan, atau dengan menerapkan sis