AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR (2)

AKUNTANSI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR
A. PENDAHULUAN
Perusahaa manufaktur yang tidak begitu besar dan sederhana pross produksinya,kadang-kadang
menggunakan sistem akuntansi yang sederhana yang didaarkan pada sistem persediaan periodik.pecatatan
persedian yang digunakan dalam proses produksi,penentuan barang yag masih dalam proses,dan barang yang
terjual,didasarkan pada peritungan fisik periodik yang biasanya dilaukan pada akhir tahun.Dalam sitem seperti
ini,perhitungan fisik sangat dominan untuk meetuan persediaan akhir,dan jumlah yang digunakan atau dijual
selama periode.istem akuntansi seperti di gambarkan di atas disebut sistem akuntansi umum (general
accounting system).Sistem akuntansi untuk operasi manufaktur yang didasarkan pada persediaan perpetual
disebut system akuntansi biaya(cost accounting system).sistem akuntasi untuk operasi manufaktur yang
didasarkan pada persediaan perpetual disebut sistem akuntasi biaya (cost acconting system)
B. PERBEDAAN POKOK AKUNTASI UNTUK PERUSAHAAN DAGANG DENGAN
AKUNTASI UNTUK PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Perbedaan yang terdapat dalam akuntasi untuk perusahaan manufaktur dengan perusahaan
dagang,disebabkan oleh adanya perbedaan dalam sifat operasinya.ciri pokok operasi perusahaan dagang
adalah menjual barang dagangan tanpa mengolah lebih dahulu barang yang dibelinnya.dengan perkataan lain
perusaahaan dagang tidak melakukan proses produksi,sehingga barang yang dibeli langsung dijual.dengan
demikian penentuan harga pokok barang yang dibeli maupun dijual dalam perusahaan dagang relative
mudah.operasi perusahaan manufaktur tidak sesederhana perusahaan dagang,karena perusahaan manufaktur
membuat sendiri barang yang akan dijualnya.Dalam perusahaan manufaktur,penentuan harga pokok barang
yang diproduksi dan harga pokok penjualan harus melalui beberapa tahapan yang lebih rumit.perusahaan

manufaktur harus menggabungkan harga bahan yang dipakai,dengan biaya tenaga kerja dan biaya produksi
lain untuk dapat menentukan harga pokok barang yang siap untuk dijual.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan ini,marilah kita bandingkan harga pokok
penjualan dalam laporan rugi-laba perusahaan dagang degan laporan rugi-laba perusahaan manufaktur.
Perusahaan dagang Perusahaan manufaktur
Harga pokok penjualan :……………. Harga Pokok Penjualan :…………..
Pers Awal brg dagangan…….Rp 14.200,00 Pers. Awal Barang Jadi………Rp 11.200,00
Pembelian bers………………Rp 34.150,00 Harga Pokok Produksi (Lihat LaPoran Harga Pokok Produksi) Rp 170.500,00
Barang tersedia dijual……..Rp 48.350,00 Barang Tersedia Dijual…….Rp.181.700,00
Pers. akhir brg dagangan…..Rp 12.100.00 Pers Akhir Barang Jadi…….Rp. 10.300,00
Harga pokok penjualan…….Rp 36.250.00 Harga pokok penjualan……Rp.171.400,00
Perbedaan ini timbul karena perusahaan dagang langsung menjual barang yang dibelinya,sedangkan
peusahaan manufaktur harus membuat dulu barang yang akan dijualnya.
Laporan harga pokok produksi menujukkan biaya untuk menghasilkan produk yang dihasilkan perusahaan
manufaktur.Adanya perbedaan catatan dan teknik yang digunakan dalam akuntansi untuk biaya-biaya
ini,menyebabkan timbulnya perbedaan dalam karakteristik akuntansi perusahaan manufaktur.
ELEMEN-ELEMEN BIAYA PRODUKSI
Dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk,perusahaan manufaktur biasanya mengeluarkan
berbagai macam biaya.Biaya yang beraneka ragam tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 golongan
besar,yakni :bahan langsung,tenaga kerja langsung,dan overhead pabrik.

Bahan Langsung
Bahan yang digunakan dan menjadi bagian dari produk jadi disebut bahan langsung.sebagai contoh,bahan
langsung dalam sebuah pabrik sepatu terdiri dari kulit,kain,benang,paku,dan lem. Bahan langsug harus
dibedakan dari bahan tak langsung yang meliputi bahan-bahan perlengkapan pabrik seperti minyak dan oli
mesin,bahan bakar dan sebagainya.bahan tak langsung digunakan dalam proses produksi,tetapi tidak menjadi
bagian dari produk jadi.oleh karena itu,biaya bahan tak langsung menjadi sukar untuk ditelusuri ke unit barang
tertentu atau proses tertentu.

Barang-barang yag dibeli perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi disebut bahan baku (raw
material).biasanya bahan baku digunakan dalam proses produksi,seperti halnya bahan langsung.pada saat
dibeli bahan tersebut didebet ke rekening pembelian bahan baku.akan tetapi jika bahan yang dibeli tersebut
akan digunakan sebagai bahan tak langsung,maka rekening yang digunakan adalah perlengkapan pabrik.
Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses mengubah bahan menjadi produk jadi disebut tenaga kerja
langsung.tenaga kerja tak langsung digunakan dalam proses produksi tetapi tidak bias dihubungkan atau
diterapkan pada suatu produk tertentu.oleh karena itu tenaga kerja tak langsung tidak dapat dengan mudah
dihubungkan atau dibebankan pada unit atau proses tertentu. Contoh tenaga kerja tak langsung adalah tenaga
pengawas,tenaga pemeliharaan mesin,dan tenaga pembersih.
Rekening yang digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung dalam system akuntansi umum disebut
tenaa kerja langsung.Sedangkan biaya kerja tak langsung dicatat dalam satu atau beberapa rekening tenaga

kerja tak langsung.
Overhead Pabrik
Biaya-biaya produksi lain,selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung disebut overhead pabrik.Biayabiaya ini disebut juga biaya produksi tak langsung.contoh biaya overhead pabrik
Contoh overhead pabrik
Tenaga kerja tak langsung Biaya listrik pabrik
Bahan tak langsung : Biaya gas pabrik
Bahan Pembersih Depresiasi mesin dan peralatan
Bahan Pelumas (oil dll) Amortisasi hak paten
Bahan bakar (solar dll) Penghapusan alat-alat kerja kecil
Reparasi gedung dan peralatan pabrik Asuransi tenaga kerja
Asuransi peralatan pabrik Pajak penghasilan tenaga kerja
Pajak bangunan pabrik Pabrik
HARGA POKOK PRODUK DAN BIAYA PERIODE
Dalam perusahaan manufaktur terjadi baik biaya periode maupun harga pokok produk.Harga pokok produk
dikeluarkan untuk tujuan mendapatkan barang dagangan atau menghasilkan produk jadi.
C. REKENING – REKENING KHUSUS DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Rekening-rekening dalam buku besar sebuah perusahaan manufaktur, biasanya lebih banyak dibandingkan
dengan rekening buku besar sebuah perusahaan dagang. Hal ini disebabkan oleh sifat operasi perusahaan
manufaktur yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan perusahaan dagang.
Rekening yang khusus dijumpai dalam perusahaan manufaktur, antara lain: Perlengkapan Pabrik, Biaya

Pemakaian Perlengkapan Pabrik, Persediaan Bahan Baku, Persediaan Barang dalam Proses, Persediaan
Barang Jadi, dan Barang dalam Proses. Berikut ini akan dijelaskan beberapa rekening yang biasa dijumpai
dalam perusahaan manufaktur.
Rekening Pembelian Bahan Baku
Perusahaan menggunakan sistem akuntansi umum untuk kegiatan manufakturnya, maka semua biaya bahan
langsung dicatat dengan mendebet rekening Pembelian Bahan Baku. Apabila perusahaan menggunakan
sistem voucher, maka dalam voucher register bisa disediakan kolom khusus untuk pendebetan ke dalam
rekening pembelian Bahan Baku.
Rekening Ikhtisar Biaya Produksi
Dalam perusahaan manufaktur biasanya digunakan satu buah rekening untuk menampung pembebanan semua
biaya produksi, baik biaya produksi langsung maupun tidak langsung.
Rekening Persediaan Bahan Baku
Perusahan menggunakan sistem akuntansi umum, maka persediaan bahan baku yang ada dalam persediaan
(yang ada di gudang) harus ditentukan dengan cara melakukan perhitungan fisik atas persediaan. Jumlah

persediaan yang ditentukan melalui perhitungan fisik tersebut, kemudian melalui jurnal penutup dicatat ke
dalam rekening Persediaan Bahan Baku. Jumlah saldo pada akhir periode yang nampak dalam rekening ini,
akan menjadi saldo awal untuk periode berikutnya.
Rekening Persediaan Barang Dalam Proses
Setiap perusahaan manufaktur biasanya mempunyai sejumlah barang yang masih berada dalam proses

pengerjaan. Barang-barang yang masih dalam keadaan belum selesai dikerjakan yang ada pada akhir periode
disebut persediaan barang dalam proses.
Rekening Persedian Barang Jadi
Persediaan barang jadi dalam perusahaan manufaktur hamper sama dengan persediaan barang dagngan
dalam sebuah perusahan dagang, keduanya merupakan barang yang sudah siap untuk dijual. Perbedaanya
ialah bahwa persedian barang dagangan diperoleh malalui pembelian, sedangkan persediaan barang jadi
diperoleh melalui proses produksi.
LAPORAN RUGI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Laporan rugi-laba pada perushaan manufaktur mirip dengan laporan rugi laba pada perusahaan dagang.
Keduanya melaporkan pendapatan (penjualan), biaya penjualan dan biaya umum & administrasi. Namun pada
bagian harga pokok penjualan nampak perbedaan yang agak menonjol. Dalam laporan rugi-laba perusahaan
manufaktur, “Pembelian” diganti dengan “Harga Pokok Produksi” dan “Persediaan Barang Dagangan” diganti
dengan “Persediaan Barang Jadi”
Laporan harga pokok produksi
Elemen-elemen biaya produksi terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik. Laporan harga pokok produksi dirancang untuk memberikan informasi mengenai biaya-biaya
tersebut, seperti terlihat dalam gambar 10-5 (Buku Hlm.10-5). Dalam laporan tersebut nampak bahwa bagian 1
lapora harga pokok produksi menunjukkan biaya pemakaian bahan langsung. Format bagian 1 ini mirip sekali
dengan format harga pokok penjualan pada laporan rugi-laba perusuhaan dagang.
Bagian 2 menunjukkan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan bagian 3 menunjukkan biaya overhead pabrik.

Apabila biaya overhead pabrik tidak terlalu banyak jenisnya, maka biaya-biaya tresebut dapat didaftar dalam
laporan harga pokok produksi seperti nampak dalam gambar 10-5. Akan tetapi iika jenis barang overhead
cukup banyak, maka dalam laporan harga pokok produksi hanya dilaporkan total biaya overhead, sedangkan
rincian biaya overhead dapat dilaporkan dalam suatu daftar tersendiri yang merupakan lampiran dri laporan
harga pokok produksi.
Bagian 4 merupakan bagian akhir dari laporan harga pokok produksi.
D. NERACA LAJUR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Lihat halaman 418 ( Buku Al Haryono Jusuf )
Seperti terlihat dalam neraca lajur pada gambar 10-6,kolom “Neraca Saldo Setelah Disesuaikan”dapat
dihilangkan untuk menghemat ruang dan waktu penngerjaan.Neraca lajur dibuat perusahaan dengan tujuan:
1. Untuk melihat pengaruh penyesuaian atas rekening-rekening sebelum membuat penyesuaian dalam jurnal
dan membukunya ke dalam rekening yang bersangkutan.
2. Memisah-misahkan rekening-rekening (setelah disesuaikan) berdasarkan laporan yang akan menjadi tempat
pelaporan masing-masingrekening.
3. Menghitung dan menguji keteletian perhitungan laba bersih.
PERBEDAAN NERACA LAJUR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN PERUSAHAAN DAGANG
Apabila kita bandingkan antara neraca lajur pada sebuah perusahaan manufaktur deenga neraca lajur pada
perusahaan dagang (lihat Bab 7 Dasar-dasar Akuntansi jilid 1),terlihat bahwa dalam neraca lajur perusahaan
manufaktur terdapat sepasang kolom tambahan, yaitu kolom “Laporan Harga Pokok Produksi”. Seperti telah
diterangkan di atas, dalam perusahaan manufaktur diperlukan laporan tambahan yanag disebut laporan harga

pokok produksi. Penambahan kolom tersebut dalam neraca lajur dimaksudkan agar penyusunan laporan harga
pokok produksi dapat dilakukan dengan mudah,seperti halny laporan rugi-laba dan neraca.
Pembutan dan pengerjaan kolom penyesuaian pada prisipnya tidak berbeda dengan perusahaan dagang.
Begitu pula cara pengerjaan bagian lain dari neraca lajur, tremasuk penentuan rugi-laba pada perinsipnya sama
dengan pengerjaan neraca lajur dalam perusahaan dagang.
PENYUSUNAN NERACA LAJUR PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Penyusunan neraca lajur pada perushaan manufaktur dimulai dengan memasukkan saldo-saldo rekening yang
belum disesuikan ke dalam kolom “Neraca Saldo”.selanjutnya dimasukkan juga penyesuaian yang diperlukan
pada kolom “penyesuian”.
Informasi untuk Penyesuaian PT Semeru
Penyesuaiaan yang nampak pada neraca lajur (Gambar 10-6) di atas dibuat berdasarkan informasi sebagai
berikut :
(a) Kerugian piutang ditaksir 0,5% dari penjualan, atau Rp 1.550,00.
(b) Pemakaian perlengkapan kator Rp 100,00.
(c) Pemakaian perlengkapan pengangkutan Rp 250,00
(d) Pemakaian perlengkapan pabrik Rp 500,00.Disamping itu dipakai pula bahan baku seharga Rp 100,00
sebagai perlengkapan pabrik.
(e) Biaya ansuransi pabrik periode ini Rp 1.100,00, dan biaya asuransi biaya peralatan angkutan Rp 300,00.
(f) Peralatan kerja yang masih ada berjumlah Rp 1.100,00.Pemakaian peralatan kerja pada Pt Semeru

diperlukan seperti halnya pemakaian perlengkapan pabrik.
(g) Depresiasi peralatan angkutan Rp 2.100,00.
(h) Depresiasi perlengkapan kantor Rp 200,00.
(i) Depresiasi mesin pabrik Rp 3.500,00.
(j) Depresiasi gedung pabrik Rp 1.800,00.
(k) Amortisasi paten per tahun adalah 1/17 dari harga perolehan hak paten atau Rp 800,00.
(l) Pada akhir tahun,upah yang harus di bayar terdiri dari : tenaga kerja langsung Rp 400,00; tenaga kerja tak
langsung Rp 60,00; dan upah pegawai pengangkutan Rp 80,00.Karyawan lainya dibayar secara bulanan pada
tiap akhir bulan.
(m)Masih harus bayar bunga atas utang wesel Rp 2.000,00.
(n) Pajak penghasilan berjumlah Rp 32.600,00.
Memasukan Saldo setelah Disesuaikan ke dalam Kolom Laporan yang Sesuai di Nerca Saldo
Setelah penyesuaian selesai di kerjakan,tahap berikutnya adalah mengabungkan saldo dalam kolom Neraca
saldfo dalam kolom Penyersuian (kalau ada), dan memasukkan hasilnya dalam kolom laporan yang sesuai.Pospos yang dimasukkan kedalam Harga Pokok Produksi terdiri dari bahan baku,persediaan barang dalam proses,
tenaga kerja langsung,dan semua biaya yang termasuk dalam overhead pabrik.Pos-pos yang di cantumkan
dalam kolom laporan Rugi-Laba terdiri dari persediaan awal barang jadi,pendapatan,biaya penjualan,biaya
umum dan administrasi,dan biaya lainya.Pos-pos lainya dilaporkan kedalam neraca (aktiva, kewajiban, dan
modal).
Memasukkan Jumlah Persedian Akhir
Setelah pos-pos dalam neraca saldo yang telah disesuaikan dimasukkan ke dalam kolom-kolom untuk laporan

yang sesuai di neraca lajur,maka tahap berikutnya adalah memasukkan jumlah-jumlah persediaan akhir ke
dalam neraca tersebut. Oleh karena persediaan bahan baku dan persediaan barang dalam proses dikurangkan
dalam laporan harga pokok produksi, maka jumlah persediaan akhir bahan baku dan persediaan akhir barang
dalam proses dimasukkan pada kolom kredit Laporan Harga Pokok Produksi. Di lain pihak, karena persediaan
akhir merupakan aktiva, maka kedua saldo persedian akhir tersebut harus di cantumkan juga pada sisi debet
kolom Nerca.
Dalam Gambar 10-6 di atas, persediaan akhir bahan baku dimsalkan berjumlah Rp9.000,00, dan persedian akhir
barang dalam proses dimisalkan berjumlah Rp7.500,00. Kedua jumlah persediaan akhir tersebut ditentukan
berdasarkan perhitungan fisik pada akhir periode.
Persediaan akhir barang jadi juga ditentukan berdasarkan perhitungan fisik dan akhir tahun. Dalam Gambar 106, dimisalkan bahwa Pt Semeru memiliki persediaan akhir barang jadi sebesar Rp10.300,00. Jumlah persediaan
akhir barang jadi tersebut dimasukkan kedalam kolom kredit Laporan Rugi-Laba dan selain itu juga di
cantumkan pada kolom debet Neraca, karena persediaan merupakan aktiva.
Setelah persediaan akhir dimasukkan ke dalam neraca lajur, maka tahap selanjutnya adalah menjumlahkan

kolom-kolom Laporn Pokok Produksi. Selisih kolom debet dan kolom krdit Laporan Harga Pokok Produksi
merupakan jumlah harga pokok produksi pada periode yang bersangkutan. Jumlah tersebut harus
dicantumkan pada kolom kredit Harga pokok Produksi, sehingga jumlah kolom debet sama dengtan kolom
kredit. Jumlah harga pokok produksi juga dicantumkan pada kolom debet di kolom lporan Rugi-Laba.
Langh\kah selanjutnya adalah menyelesaikan neraca lajur dengan cara yang sama seperti dalam neraca lajur
untuk perusaaan dagang.

. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Setelah neraca lajur selesai dikerjakan,maka langkah berikutnya adalah menyusun laporan keuangan yang
datanya telah tersedia dalam neraca lajur. Seperti telah diterangkan pada Bab 5 Dasar-dasar Akuntansi jilid 1
,tujuan utama pembuatan neraca lajur adalah untk mempermudah menyusun laporan keuangan. Dengan telah
selesainya pembuatan neraca lajur di atas,maka lapopran keuangan dapat disusun dengan lebih mudah.
Laporan Harga Pokok Produksi disusun dengan mengutip data yang tercan tum dalam kolom Harga Pokok
Produksi.Demikian pula laporan rugi-laba dan nerca disusun dengan mengutip data dari dua pasang kolom
terakhir di naraca lajur.
JURNAL PENYESUAIAN
Pembuatan jurnal penyesuaian pada perusahaan manufaktur pada dasarnya tidak bebeda dengan jurnal
penyesuaian pada perusahaan dagang. Untuk setiap ayat penyesuaian yang tercantum pada kolom
penyesuaian di neraca lajur, harus dibuat jurnal penyesuaian yang formal dalam jurnal umum.
Dalam contoh PT Semeru di atas (lihat “Informasi untuk penyesuain …” pada hlm. 420-421) dan penyesuain
yang telah dikrjakan dalam kolom penyesuaian yang telah dikerjakan dalam kolom penyesuaian di neraca lajur,
terlihat bahwa pembuatan jurnal penyesuaian di neraca lajur, terlihat bahwa pembuatan jurnal penyesuaian
pada perusahaan manufaktur tidak berbeda dengan penyesuaian yang di buat pada perusahaan dagang.
Namun demikian khusus untuk informasi penyesuaian butir (d), jurnal penyesuaian agak istemewa. Pada
umumnya sisi debet rekening Perlengkapan Pabrik digunakan untuk mencatat pembelian segala macam
perlengkapan pabrik yang digunkan perusahaan. Dalam kasus PT Semeru di atas, selain dari perlengkapan
pabrik tersebut digunakan pula sejumlah bahan baku yang berfungsi sebagai perlengkapan pabrik (pemakaian

bahan baku ini tidak menjadi bagian dari produk). Dalam informasi (d) tersebut di terangkan bahwa pemakaian
perlengkapan pabrik selama periode tersebut adalah RP500,00, selain itu di gunakan pula bahan baku seharga
Rp100,00, yang berfungsi sebagai perlengkapan pabrik. Oleh karena itu jurnal pemakaian perlengkapan pabrik
adalah sebagai berikut :
Des. 31 Biaya Perlengkapan Pabrik ……………………… Rp 600,00
Perlengkapan Pabrik……………………….. Rp 500,00
Pembelian Bahan Baku …………………….. Rp 100,00
(Untuk mencatat pemakaian perlengkapan )
Setelah rekening pembelian Bahan Baku dikredit RP100,00,maka sisanya sebesar Rp85.000,00 akan merupakan
pemakain bahan baku dalam periode tersebut, dan dilporkan dalam laporan Harga Pokok Produksi .
JURNAL PENUTUP
Rekening-rekening yang digunakan menghitung harga pokok produksi pada suatu periode akuntansi. Harus
ditutup pada akhir periode. Biasanya penutupan dilakukan melalui rekening ikhtisar biya produksi dan
selanjutnya rekening ikhtisar biaya produksi ditutup ke rekening laba – rugi.
Jurnal rekening menutup rekening-rekening biatya semua PT. Semeru adalah sebagai berikut :
Des 31 Ikhtisar laba rugi………………………………….. Rp. 187.000,00
Persediaan bahan baku……………….. Rp. 8.000,00
Pers. Barang dalam proses………….. Rp. 2.500,00
Pemb. Bahan baku…………………….. Rp. 85.000,00
Pemb. Bahan baku…………………….. Rp. 1.500.00
Tenaga kerja langsung……………….. Rp. 60.000,00
Tenaga kerja tak langsung………….. Rp. 9.000,00
Pengawas…………………………………. Rp. 6.000,00

Perlengkapan pabrik………………….. Rp. 2.600,00
Reparasi & pemeliharan Mesin…… Rp. 2.500,00
Pajak bumi dan bangunan pabrik… Rp. 1.900,00 Biaya perlengkapan pabrik…………. Rp. 600,00
Asuransi pabrik………………………….. Rp. 1.100,00
Penghapusan peraatan kerja…………. Rp. 200,00
Depresiasi mesin…………………………. Rp. 3.500,00
Depresiasi gedung ……………………… Rp 1.800,00
Amortisasi paten…………………………. Rp. 800,00
(Untuk menutup rekening – rekening biaya
Produksi yang bersaldo debet)
Des 31 Pers. Barang baku………………………. Rp. 9.000,00
Pers. Barang dalam proses…………… Rp. 7.500,00
Ikhtisar biaya produksi…….. Rp. 16.500,00
( Untuk mencatat pers. Akhir bahan baku dan pers.
Akhir barang dalam proses produksi dan mengurangkan
Dari rekening ikhtisar biaya produksi)
Ayat – ayat jurnal diatas dia mbil inforamsi yang terdapat pada kolom harga pokok produksi dalam neraca
(gambar 10-6). Bandingkan ayat jurnal pertama dengan informasi yang terdapat pada sisi debet kolom harga
pokok produksi.
Perhatikan bahwa jurnal didebetkan pada rekening ikhtisar biaya produksi diambil dari total kolom tersebut
dikreditkan untuk menutupnya. Ayat jurnal yang kedua mempunyai fungsi yaitu :
untuk mencatat persedian akhir bahan baku dan pers. Akhir barang dalam proses.
untuk mengurangkan kedua jumlah yang masih berstatus sebagai pers. Dari ikhtisar biaya produksi.
Pengaruh dari kedua ayat jurnal diatas ialah bahwa rekening ikhtisar biaya produksi akhirnya akan
menunjukkan saldo debat sebesar Rp. 170.500,00. jumlah tersebut tidak lain adalah harga pokok produksi
untuk periode yang bersangkutan.
Saldo rp. 170.500,00 dalam rekening ikhtisar biaya produksi ditutup ke rekening laba rugi bersama dengan
penutupan rekening-rekening non biaya produksi. (biaya-biaya penjualan dan biayay-biaya umum &
administrasi serta biaya lainnya ). Seperti nampak pada kolom debet laba rugi dineraca lajur. Ayat jurnal
penutup. Yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Des. 31 Laba Rugi………………………………………………. Rp. 274.200
Pers. Barang Jadi………………………….. Rp. 11.200
Gaji Pegawai Penjualan…………………. Rp. 18.000
Biaya Adventensi………………………….. Rp. 5.500
Upah Peagawai Pengangkutan………… Rp. 12.000
Gaji Pegawai Kantor………………………. Rp. 15.700
Macam-Macam Biaya Umum………….. Rp. 200
Biaya Bunga………………………………….. Rp. 4000
Kerugian Piutang …………………………… Rp. 1.550
Biaya Perlengkapan Kantor……………… Rp. 100

Biaya Perlengkapan Pengangkutan……. Rp. 250
Biaya Asuransi Peralatan Angkutan…… Rp. 300
Biaya Depresiasi Peralatan Angkutan … Rp. 2.100
Biaya Depresiasi Peralatan Kantor…….. Rp. 200
Psjsk Penghasilan…………………………….. Rp. 32.600
Ikhtisar Biaya Produksi………………………. Rp. 170.500
Setelah dibuat ayat jurnal diatas, selanjutnya jurnal penutup lain yang diperlukan adalah untuk menutup
rekening – rekening yang masih tertinggal di kolom rugi laba pada gambar 10-6.
Des 31 Persediaan barang jadi….. rp. 10.300,00
Penjualan ……………………. rp. 310.000,00
Rugi laba………………………… rp. 320.300,00
(untuk menutup rekening penjualan dan
Untuk mencatat persediaan akhir brg jadi)
Des 31 Rugi Laba……………………. rp. 46.100,00
Laba ditahan…….. rp. 46.100,00
(Untuk menutup rekening Laba Rugi)
E. MASALAH PENILAIAN PERSEDIAAN PADA PERUSAHAN MANIFAKTUR
Apabila perusahan manufaktur menggunakan sistem akuntansi umum untuk kegiatan produksinya, maka
perhitungan fisik persedian memegang peranan yang sangat penting. Hasil perhitungan fisik umntuk masingmasing jenis persediaan ( bahan baku, barang dalam proses, barang jadi ).tersebut kemudian dinilai
berdasarkan dalam harga yang layak. Penilaian persediaan akhir bahan baku biasanya tdk begitu sulit karena
persediaan bentuknya masih serupa dengan keadaan ketika dibeli. Akan tetapi penilaian atas persediaan akhir
barang dalam proses dan barang jadi biasanya tidak mudah. Kedua persediaan tersebut mengadung unsur
bahan baku yang telah diberi tambahan sejumlah tenaga kerja langsung overhead pabrik. Keduanya sudah
tidak sama lagi dengan keadaan ketika dibeli. Oleh karena itu penentuan nilai kedua jenis persediaan itu menjdi
tidak sederhana. Karena perlu menetapkan nilainya perlu ditaksir jumlah bahan baku, tenaga kerja langsung,
dan overhead yang telah dimasukan kedalam masing-masing barang tersebut.
PENAKSIRAN BIAYA BAHAN LANGSUNG DALAM PERSEDIAAN AKHIR
Penaksitran biaya bahan baku lansung terdapat dalam barang dalam proses dan barang jadi biasanya tidak
begitu sulit. Setelah jumlah unit barang proses penghitungan, maka bagian produksi biasanya dapat
diperkirakan berapa banyak bahan langsung yang terkandung dalam tiap-tiap barang dalam proses, dan
selanjutnya dapat ditentukan berapa harga bahan langsung yang terkandung dalam persediaan bahan dalam
proses. Hal yang sama juga dapat dilakukan untuk menaksir harga bahan langsung yang terdapat pada
persediaan barang jadi.
PENAKSIRAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG DALA PERSEDIAAN AKHIR.
Proses penaksiran biaya tenaga kerja langsung dalam persediaan akhir barang dalam proses persediaan
barang jadi pada dasarnya sama dengan penaksiran bahan baku. Penaggung jawab dibagian produksi harus
menaksir presentase penyelesaian barang dalam proses dan menghitung biaya tenaga kerja langsung yang
dibebankan pada persediaan akhir barang dalam proses tersebut. Hal yang sama dilakukan pula untuk
menaksir biaya tenaga kerja langsung yang dapat dibebenkan pada persediaan akhir barang jadi.
F. LATIAHN DAN PEMBAHASAN
Latihan 1 (Lihat Latihan 10-1 Buku Al Haryono hlmn 432)
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Tahun 1998
Bahan baku Langsung Rp25.000.000
Tenaga kerja langsung Rp15.000.000
Biaya Overhead Rp20.000.000
Jumlah Biaya Produksi Rp60.000.000

BDP Akhir Rp 5.000.000
Harga Pokok Produksi Rp55.000.000
Persediaan Produk Jadi (Akhir) Rp18.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp37.000.000
Latihan 2 (Lihat Latihan 10-5 Buku Al Haryono hlmn 434)
PT TELUK BATANG
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
Tahun 1989
Bahan Langsung :
Persediaan Bahan baku Langsung (Awal) Rp75.000.000
Pembelian Rp182.000.000
Bahan baku Tersedia Digunakan Rp257.000.000
Persediaan bahan baku (Akhir) Rp70.000.000 Bahan Baku Yang Digunakan Rp187.000.000
Tenaga kerja langsung Rp125.000.000
OverHead :
Tenaga kerja langsung Rp 40.000.000
Listik & Gas Rp 35.000.000
Asuransi Rp 6.000.000
Pemeliharaan Mesin Pabrik Rp 8.000.000
Perlengkapan Pabrik Rp 6.000.000
Depresiasi Gedung pabrik Rp 9.000.000
Depresiasi Peralatan Rp 26.600.000 +
Total Biaya Overhead Rp130.600.000 +
Total Biaya Produksi Rp442.600.000
Persediaan BDP (Awal) Rp 21.200.000
Total BDP Tahun Ini Rp463.800.000
BDP Akhir Rp -23.800.000
Harga Pokok Produksi Rp440.000.000
LAPORAN HARGA POKOK PENJUALAN
Tahun 1989
Barang Jadi Tersedia Dijual Rp440.000.000
Persediaan Barang Jadi (Awal) Rp 10.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp430.000.000
Latihan 3 (Lihat Latihan 10-8 Buku Al Haryono hlmn 436)
PT JATAYU
Harga Pokok Barang Dalam Proses
Bahan baku Rp23,000,000.00
Tenaga Kerja Rp31,000,000.00
BOP Rp11,000,000.00
Total biaya produksi : Rp65,000,000.00
Saldo Awal Rp8,000,000.00
Total BDP Rp73,000,000.00
Harga Pokok Produksi :
Pesanan B-78 Rp3,000,000.00
Pesanan G-65 Rp19,000,000.00
Pesanan Y-11 Rp39,000,000.00
Total Harga Pokok Produksi : Rp61,000,000.00
BDP : Rp12,000,000.00