PERANAN PAJAK NON MIGAS DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEBAGAI AKIBAT DIBERLAKUKANNYA U N D A N G -U N D A N G PERPAJAKAN TA H U N 1983
S K R J - P ' S I
R U B Y I N D R A K U S U M A H
P ER AN AN P AJAK N ON M I GAS D ALAM AN GGAR AN
P EN D AP ATAN D AN BELAN JA N EGAR A SEBAGAI
A K I B A T D I BER LAK UK AN N YA U N D A N G -U N D A N G
P ER P AJAKAN TA H U N 1 9 8 3
M I L ! K P ER P USTAKAAN 'U N I V E R S I TA S A I R L A N G O A " S U R A B A Y A
F A K U L TA S EK O N O M I U N I V E R S I TA S AI R LA N GGA
1 9 8 7
P E R A N A N ■ P A J A K N O N M I G A S DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEBAGAI AKIBAT DIBERLAKUKANNYA UNDANG UNDANG PERPAJAKAN TAHUN 1983 c
M I L I K PERPUSTAK'VAN UNI VERSI TAS a i r l a n g g a * ____§ u
K A B A Y A ) 3*>
SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMPERLENGKAPI SYARAT-SYARAT DALAM
MEMPEROLEH GELAR SARJ'ANA EKONOMI JURUSAN STUDI PEMBANGUNAN
OLEH : RUBY INDRAKUSUMAH
No. Pokok : 048211351 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS AIRLANGGA
1987 Surabaya, ..% ...... Disetujui dan diterima baik oleh :
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T., yang telah mem- berikan petunjuk dan hidayah serta kekuatan baik fisik mau- pun mental, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa sebagai manusia biasa dengan segala keterbatasan kemampuannya, walaupun Pe nulis telah mencurahkan segala kemampuan dan usaha untuk mewujudkan skripsi ini, tentunya masih banyak kekurangan baik dari segi kemampuan pembahasan, teknis maupun materi- nya. Oleh karena-itu, Penulis sangat mengharapkan dan akan menerima segala bentuk saran maupun kritik yang berguna ba- gi perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.
Perkenankanlah Penulis untuk menyampaikan rasa te- rima-kasih dengan setulus hati dan penghargaan yang-seting- gi-tingginya kepada,:
1. Orang-tua, fMbot, adik, dan kakak-kakak-ku,yang te lah memberikan dorongan dan kekuatan baith'in . serta bantuan lain yang sulit untuk diungkapkan dengan ka- ta-kata.
2, Dosen Pembimbing, Bapak drs. ec. Achmadi, M.S.. 3* Ketua,Jurusan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Uni- versitas Airlangga dan dosen wall, Bapak drs-ee.^Soeprajitno.
4. Mantan Kepala Kantor Wilayah IV Direktorat Jendral Pajak Java Barat, Bapak drs. Roslan Wiranata.
i Mantan Kepala Inspeksi Pajak Surabaya Timur Kantor Wi- layah VI Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur, Bapak drs.
Soetidjan Harsono. Kepala Seksi Organisasi dan Tata Laksana Kantor Wila - yah VI Direktorat Jendral Jawa Timur, Ibu Noerani, S,H.
5. Drs. ec. Eko Bambang Afiatno, drs. ec. Budi Purwandaya, Bapak drs.ec. Sihhadi Poernomo, M.A., Bapak drs. ec.Soe- bagyo, Bapak drs. ec. Joko Mursinto.
6. Dekan beserta Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universi- tas Airlangga.
7. Semua Guruku.yang telah memberikan ilmunya dengan ikh- las.
8. Semua temanku yang memberi pengaruh positif dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu.
Surabaya, Awal Januari 1987 Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman
Kata Pengantar .................................. • * Daftar Isi ....................................... i:Li Daftar Tabel ........... ......... .
»i t Daftar Gambar ........ ......................* *.....
viii Daftar Lampiran.... .......... ................... .
B A B I. Pendahuluan ..............................
1 V 1 . Pandangan Umum .............. *........ .
1 2* Penjelasan Judul ......................
5 3. Alasan Pemilihan Judul .................
6 4. Tujuan Penyusunan Skripsi .............
7 5* Sistimatika Skripsi ................... ® 6. Metodologi .......................
6.1. Permasalahan .....................
^ 6.2. Hipotesa Kerja .......... .........
6.3- Scope (Lingkup) Analisa ........... ^ 6.4-* Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan
Data .............................. 1*
XI. Teori Pajak Dalam Hubungannya dengan Pereko- nomian ............. ................. '8
1. Kebijaksanaan Fiskal dan APBN .........
1.1* APBN dan Perekonomian ............
22
\
2. Pengertian Pajak dan Beberapa Teori P a jak ............. ......................
25
2.1. Definisi Pajak ................... ^
iii
2.2. Fungsi Pajak ...................... 2.3* Asas-asas Perpajakan ..............
2.4. Asas-asas Pemungutan Pajak ........ 2.5* Sistim Pemungutan Pajak ...........
2.6* Penggolongan Pajak ................
2.7. Tarif Pajak ....................... 3 . Pajak dan Perekonomian ........ .
3.1. Kurva Laffer ............. ........
III. Kebijaksanaan dan Perkembangan Perpajakan di Indonesia .... .............................
1. Pembaruan Perpajakan ....................
1.1. Sisi Penerimaan APBN Sebelum Undang - Undang Perpajakan Tahun 1983 ......
1.2. Sisi Penerimaan APBN Sejak Diberlaku- kannya Undang-Undang Perpajakan Ta - hun 1983. ..........................
2. Perkembangan Penerimaan Pajak Non Migas 3. Perkembangan Perekonomian ............ .
IV. Analisis Penerimaan Pajak .................
1. Analisis Peranan Pajak Non Migas .......
2. Analisis Kemampuan Memungut Pajak ......
3. Analisis Penerimaan Negara dalam Hubungan- nya dengan Perekonomian .................,
3.1. Pengaruh APBN Terhadap Perekonomian..
3.2. Pengaruh PDB Terhadap Pajak Non Mi - gas ......... ...................... Vt Kesimpulan dan Saran ..... ..........
80 Daftar Pustaka Iampiram
1« Kesiropulan ...................*.... . > 78
Halaman v
- 2, Saran .................................
DAFTAR TABEL Nomor Halaman
1. Penerimaan* Pertumbuhan, dan Peranan Pajak Non ro Migas Tahun 1969/1970 - 1986/1987 ........
2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1970 - 1985 Atas Dasar Harga Konstan cc Tahun 1973 ...............................
3. Peranan,Pertumbuhan, dan Penerimaan Pajak Mi gas dan Pajak Non Migas dalam APBN Ta hun 1969/1970 - 1986/1987 ................ "
4. Pertumbuhan Pajak Non Migas Periode Tiga Ta hun Pertama Tiap Pelita Sejak Pelita I sam - pai dengan Pelita IV (dalam persen) .
5. Pertumbuhan Pajak Migas Periode Tiga Tahun Pertama Tiap Pelita Sejak Pelita I sampai dengan Pelita IV (dalam persen) ..........
6. Pertumbuhan APBN Periode Tiga Tahun Pertama Tiap Pelita Sejak Pelita I sampai dengan Pe lita IV (dalam persen) ...................
- *** 7. Kemampuan Memungut Pajak (Tax Effort) Ta - hun 1969/1970 - 1983/1984 (dalam persen) ....
65
^
8. Kemampuan Memungut Pajak (Tax Effort) dari Beberapa Negara Tahun 1983 (dalam persen) ...
9. Jumlah Wajib Pajak (dalam persen) ........
68
10. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Memasukkan SPT (dalam persen) ...........................
69
11. APBN, Pajak Non Migas, dan PDB Atas .Dasar Harga yang Berlaku (dalam milyar rupiah) ....
71
12. APBN, Pajak Non Migas, dan PDB Atas Dasar Harga yang Berlaku (dalam harga logaritma)..
72
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Bagan Lingkup Kebijaksanaan Fiekal .........
20 2* Tarif Pajak Proporsional .................
38 3* Tarif Pajak Degresif ..............
58 4* Tarif Pajak Progresif ....................
59 5. Kurva Laffer ..............................
45
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1• Perbandingan Ketentuan Uraum/Formal antara undang-un- dang lama dengan baru.
2. Perbandingan antara Undang-undang Pajak Penghasilan ■ yang lama dan yang baru.
3. Perbandingan antara Undang-undang Pajak Penjualan Lama dengan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai Tahun 1984.
4- Penyesuaian Tahun Takwim^Menjadi Tahun Anggaran ter hadap PDB Atas Dasar Harga yang Berlaku.
5. Langkah Perhitungan Model Regresi.
6. Hasil Perhitungan Model Regresi PDB.
7. Hasil Perhitungan Model Regresi Pajak Non Migas.
8. Tabel t test.
B A B I P E N D A H U L U A N
1• Pandangan Umum Dalam dasa-warsa terakhir perekonomian Indonesia mengalami tantangan yang sangat berat, terutama sebagai akibat pasaran minyak bumi yang kurang menguntungkan dan rese^i dunia. Walaupun demikian bukan berarti tanpa harap- an, berbagai kebijaksanaan telah dikeluarkan pemerintah untuk tetap menunjang dan mengamankan laju serta kelang— sungan pembangunan nasional. Keadaan ekonomi dunia terse but sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia pada umumnya dan penerimaan negara khususnya karena bagi- an terbesar dari Penerimaan Dalam Negeri dalam APBN bera- sal dari pajak minyak bumi dan gas alam (selanjutnya di - i sebut pajak migas).
...penerimaan dari sektor minyak bumi dan gas alam te tap merupakan sumber penerimaan anggaran belanja ter- penting dan terbesar* sangat besarnya peran minyak bumi dan gas alam dalam perekonomian Indonesia juga harus mengundang kesadar- an dan kewaspadaan kita, karena berhubung dengan aki- bat-akibat yang mungkin terjadi iterhadap penerimaan negara...bilamana terjadi penurunan harga atau jumlah produksi dan ekspor minyak bumi dan gas alam kita.1
^Presiden R.I., Keterangan Pemerintah Tentang Ran- cangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara T a h u n 19857 1986 pada Sidang Dewan Perwakilan Rakyat» Departemen Fe - nerangan R.I., 1985, halaman 13 -M* i
1
2 Menurut Widjoyo Nitisastro perkembangan harga dan
pasar minyak bumi masih sulit untuk diharapkan merabaik, ".. .sepanjang tahun 1985 keadaan pasar tetap leraah...,"2j karena ketika terjadi pelonjakan harga minyak, permintaan dunia terhadap minyak menurun secara bertahap akibat ke - berhasxlan negara-negara konsumen mengganti penggunaan minyak bumi dengan sumber energi lain dan keberhasilan mereka dalam menghemat energi. Selain itu pula, sejumlah
» negara bukan anggota OPEC_(Organization of Petroleum Ex - porting Countries) berhasil meningkatkan produksinya se - hingga penawaran minyak bumi meningkat.
Walaupun tetap ada gejala musiman kenaikan harga karena kenaikan permintaan menjelang musim dingin, tetapi karena negara-negara OPEC harus tetap memproduksi sesuai kuota yang ditetapkan, maka hanya negara-negara bukan anggota OPEC saja yang dapat menikmati kenaikan harga itu.
Keadaan tersebut menyebabkan menguatnya perasaan tidak adil di antara anggota-anggota OPEC (karena' beban mempertahankan harga hanya dipikul oleh mereka), selain itu timbul rasa saling curiga tentang pelanggaran kuota produksi dan tingkat harga. Dalam keadaan yang sulit ter sebut, Arab Saudi yang selama ini bertindak Sebagai swing
P Widjoyo Nitisastro dalam Kompast 23 Agustus 1986 halaman 1 dan 12.
3
producer (artinya kalau pasaran memungkinkan OPEC raenam - bah produksinya, Arab Saudi yang akan menambah produksi - nya dan sebaliknya bila pasaran mengecil maka Arab Saudi yang akan menurunkan produksinya), menyatakan tidak ber - sedia lagi menjadi swing producer.
Jadi memang sulit untuk mengharapkan pasar dan harga minyak bumi membaik kembali seperti masa "lceemasan1'- nya dan begitu pula dengan Indonesia tidak mungkin hanya atau tetap mengandalkan penerimaan negara dari minyak bu-
- iMtfdan gas alam saja.
Dalam rangka menyesuaikan ekonomi Indonesia dengan kenyataan-kenyataan tersebut dan untuk tetap mempertahan- kan kondisi, perkembangan serta pertumbuhan ekonomi .pada tingkat yang sebaik-baiknya serta untuk menumbuhkan kesa daran bahwa pada akhirnya pembiayaan pembangunan harus menjadi tanggung-jawab seluruh masyarakat, pemerintah ber- usaha memperluas dasar komposisi penerimaan negara mela - lui penerimaan dari luar minyak bumi dan gas alam dengan mengadakan pembaharuan sistem perpajakan. Hal ini terung- kap dalam pidato presiden R.I, dalam mengantarkan RAPBN tahun 1985/1986 yang banyak membahas masalah perpajakan, terutama mengenai Undang-Undang Perpajakan Tahun 1983 yan^ mulai berlaku tahun 1984-*
Presiden R.I* dalam uraiannya antara lain mengata- kan bahwa karena sistem perpajakan baru nenyangkut pembaha-
A
ruan yang sangat mendasar maka adalah wajar jika pelaksa- naannya membutuhkan penyesuaian diri dan semangat, baik dari kalangan aparatur perpajakan sendiri maupun dari ka- langan masyarakat* Pemerintah dan seluruh masyarakat me - mang harus meningkatkan kesadaran membayar pajak dan mem- perbesar penerimaan negara dari pajak non minyak bumi dan gas alam (selanjutnya disebut pajak non migas).
Undang-Undang Perpajakan Tahun 1983 diharapkan da pat mengerahkan sumber-sumber dalam negeri yang berasal dari sektor di luar minyak bumi dan gas alam. Selain un - tuk menggantikan sistem perpajakan warisan penjajah yang jelas tidak sesuai dengan semangat perpajakan dalam alam
Indonesia merdeka dan tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman, maka sistem perpajakan baru (U.U. Perpajakan Ta - hun 1983) bertujuan untuk mengerahkan kemampuan sendiri dalam mengatur rumah-tangga negara dan membiayai pemba - ngunan.
Ciri-ciri pokok dari U.U. Perpajakan Tahun 1983 ada lah :
- cara pandang terhadap wajib-pajak yang tidak diang- gap sebagai "obyek" pajak, tetapi dianggap sebagai "subyek" pajak.
- pemungutan pajak merupakan perwujudan pengabdian, kewajiban, dan peran serta wajib-pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban -
5 perpajakan yang diperlukan untuk biaya negara.
- wajib-pajak diberi kepercayaan untuk menghitung dan memperhitungkan sendiri pajak yang terhutang (sis - tern self-assessment).
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap beban bagaima- napun juga tentu ingin sedikit banyak dielakkan oleh me - reka yang menerima beban ini. Apalagi dalam masa pereko - nomian yang sedang sulit yang dihadapi perekonomian Indo nesia, usaha peningkatan penerimaan pajak non minyak bumi dan gas alam tentunya dianggap sebagai beban tambahan yang makin mempersulit atau meraperburuk perekonomian.
2. Pen.jelasan Judul Judul skripsi ini adalah : "PERANAN PENERIMAAN PA
JAK NON MIGAS DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGA RA SEBAGAI AKIBAT DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN TAHUN 1983!Ti Pengertian yang terkandung dalam judul terse but dapat dijelaskan sebagai berikut : a. "Penerimaan Pajak Non Migas" adalah penerimaan da lam negeri pemerintah (dalam sisi penerimaan APBN) yang bersumber dari sektor non minyak bumi dan gas alam, tidak termasuk penerimaan bukan pajak.
b. "Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara",ber arti yang ditinjau adalah masalah peranan pajak non migas dikaitkan dengan kontribusinya dalam Anggar an Pendapatan dan Belanja Negara Republik Indone-
6 sia.
c. "Undang-Undang Perpajakan Tahun 1983", raerupaJcan rangkaian peratur&n di bidang perpajakan yang di - keluarkan oleh pemerintah pada tahun 1983 dan yang dimaksudkan adalah : Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PajakPeng- hasilan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
Secara keseluruhan, pengertian yang terkandung da lam judul skripsi ini adalah untuk mempelajari. dan meng -
- analisis sampai sejauh mana peranan penerimaan pajak non
- * migas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Repu blik Indonesia sehubungan dengan diberlakukannya Undang -
Undang Perpajakan Tahun 1983* 3« Alasan Pemilihan Judul
Ketergantungan Indonesia terhadap penerimaan dari sektor minyak bumi dan gas alam sudah berjalan cukup lama dan cukup besar. Bahkan dapat dikatakan ketergantungan ter sebut dimulai sejak tahun pertama Pelita II (peranannya pada tahun 1974/1975 sebesar 48,2 %) dan berkelanjutan te- rus sampai sekarang, keadaan yang paling mengkhawatirkan terjadi pada tahun ke tiga Pelita III (sebesar 62,0 %)*
7 Kemudian disadari bahwa sektor minyak bumi dan gas
alam makin sulit untuk diharapkan menjadi penopang ut£ma penerimaan negara mengingat harga dan pasar minyak bumi dan gas alam yang makin memburuk. Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan untuk mengatasi hal tersebut, sa - lah satunya adalah kebijaksanaan di bidang perpajakan yai tu Undang-Undang Perpajakan Tahun 1983.
Mengingat situasi dan kondisi selama ini (keter - gantungan terhadap minyak bumi dan gas alam yang berke panjangan dan besar) dan kondisi perekonomian yang sedang berada dalam keadaan sulit (peningkatan penerimaan pajak dirasakan sebagai beban tambahan yang makin memperburuk kondisi perekonomian). Maka dikeluarkannya kebijaksanaan perpajakan tersebut menjadi sangat menarik minat untuk di- bahas dan dianalisis lebih lanjut, disamping itu juga ka rena dengan kebijaksanaan yang diambil pemerintah terse - but berarti merupakan perubahan yang sangat mendasar ter hadap sistem perpajakan yang sebelumnya berlaku.
4. Tu.iuan Penyusunan Skripsi Kebijaksanaan fiskal di bidang perpajakan yang be- rupa seperangkat Undang-Undang Perpajakan Tahun 1983 me- rupakan kebijaksanaan yang sifatnya mendasar dan ternyata kurang mendapat tanggapan positip mengingat kondisi pere konomian yang sedang tidak menguntungkan dan terlebih la-
8
gi dianggap sebagai salah satu penyebab yang makin mem - perburuk kondisi perekonomian tersebut, sedangkan pening katan penerimaan pajak dari sektor non migas diharapkan untuk dapat menjadi penopang utama dari penerimaan dan sumber pembiayaan negara.
Oleh karena itu tujuan penyusunan skripsi ini ada lah untuk memberikan gambaran umum tentang keadaan dan pe ranan penerimaan'pajak non migas terhadap APBN serta pe - ngaruhnya terhadap kondisi perekonomian sebelura dan sejak diberlakukannya Undang-Undang Perpajakan Tahun 1983*
5• Sistimatika Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab, di mana pada ma- sing-masing bab saling berkaitan antara satu dengan lain- nya. Secara garis besar, penjelasan masing-masing bab da pat dikemukakan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan. Secara berurutan dalam bab ini dikemukakan : pan - dangan umum, penjelasan judul, alasan pemilihan ju dul, tujuan penyusunan skripsi, sistimatika skrip si, dan metodologi. Dalam sub-bab metodologi dibagi menjadi empat bagian yaitu permasalahan, hipotesa* kerja, lingkup (scope) analisis, dan yang terakhir adalah prosedur pengumpulan dan pengolahan data*
9 BAB II Teori Pajak dalam Hubungannya dengan Pertumbuhan Ekonomi*
Teori-teori yang dikemukakan dalam bab ini adalah teori tentang kebijaksanaan fiskal (fiscal policy), perpajakan dan kemudian teori tentang pajak dalam hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi dari Arthur
- B. Laffer. Teori-teori tersebut digunakan sebagai dasar/landasan untuk menganalisis kebijaksanaan Undang-Undang Perpajakan Tahun 1983f peranan dan pengaruhnya terhadap penerimaan negara (APBN) mau pun terhadap perekonomian Indonesia.
BAB III Perkembangan Penerimaan Pajak dan Kebijaksanaan Perpajakan Indonesia. Secara garis besar bab ini berisikan "usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkat - kan penerimaan pajak non migas untuk mendorong dan mengendalikan perekonomian. Selain itu pula dikete- ngahkan tentang perkembangan penerimaan negara da lam APBN dan perkembangan pertumbuhan ekonomi In - donesia.
BAB IV Analisis Penerimaan Pajak Non Migas. Bab ini dibagi menjadi tiga sub-bab. Sub-bab per - tama menganalisis tentang perkembangan - penerimaan pajak non migas dan migas dalam APBN. Sedangkan pa da sub-bab berikutnya, merupakan analisis tentang kemampuan lembaga perpajakan dalam menghimpun pa -
10
jak (Tax Effort), Dan dalam sub-bab terakhir di - lakukan analisis tentang pengaruh APBN terhadap perekonomian dan pengaruh perekonomian terhadap penerimaan pajak non migas, dalam hal ini diguna kan dua buah model regresi sederhana dengan dua variabel.
BAB V Kesimpulan dan Saran. Di dalam bab terakhir ini, dibuat suatu kesimpul an dari hasil analisis yang telah dilakukan sebe- lumnya dan juga diajukan beberapa saran.
6. Metodologi 6.1 Permasalahan.
Menurunnya penerimaan pajak migas akibat membu - ruknya harga dan pasaran minyak bumi dan gas alam, dan selama ini perannya dalam APBN sangat dominan, ternyata sangat berpengaruh terhadap kemampuan APBN dalam membia- yai pengeluaran-pengeluaran rutin pemerintah maupun pe - ngeluaran pembangunan.
Sejalan dengan menurunnya kemampuan APBN tersebut (dapat dilihat dari menurunnya pertumbuhan APBN) menye-
11
babkan perekonomian Indonesia yang masih lesu akibat pe ngaruh resesi dunia menjadi bertambah lesu.
Untuk mempertahankan kemampuan APBN dalam membia- yai pembangunan maka pemerintah mengupayakan peningkatan penerimaan pajak non migas (dengan dikeluarkannya Undang Undang Perpajakan tahun 1983) agar dapat menggantikan peran pajak migas dalam menopang pertumbuhan APBN dan agar APBN tidak akan hanya bergantung pada sektor minyak bumi dan gas alam saja.
Dengan dikeluarkannya Undang - Undang Perpajakan tahun 1983 diharapkan kemampuan pemerintah, dalam hal ini instansi perpajakan, untuk meningkatkan penerimaan pajak non migas menjadi bertambah baik, namun ternyata sampai dengan tiga tahun pertama pelaksanaannya pening - katan penerimaan pajak non migas belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan justru mengaiami penu - runan dalam pertumbuhan penerimaannya.
12 6.2. Hipotesa Kerja.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat di'su- sun hipotesa kerja sebagai berikut : Jika penerimaan pa - jak non migas dapat meningkat dan berperan cukup besar da lam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara maka pembiaya- an pembangunan-tidak hanya akan bergantung pada penerima an dari satu sektor saja dan lebih lanjut diharapkan pem bangunan ekonomi Indonesia akan tetap dapat meningkat.
6.3. Lingkup (Scope) Analisis.
Untuk menghindari kekaburan masalah yang akan di - bahas dan dianalisis serta menghindari kekaburan dalam uraian skripsi ini, maka analisis dibatasi sebagai beri - kut :
- Analisis dalam skripsi ini berkisar pada teori tentang
APBN dalam hubungan dengan perekonomian, teori perpa - jakan, dan teori tentang pajak dalam hubungannya dengan perekonomian dari Arthur B. Laffer.
- Pengertian penerimaan negara adalah penerimaan dari pa jak migae'1, penerimaan dari pajak non migas, penerimaan bukan pajak,. dan penerimaan pembangunan (bantuan luar - negeri), kesemuanya ini berada pada sisi penerimaan APBN.
- Karena relevansinya dan juga mengingat keterbatasan da ta yang dapat diperoleh maka data yang dibahas dan dia -
I P E R P U b T A K A A N ' U N T V 1 - R S 1 T A S A l R L A N O G A
13
nalisis adalah data tahunan dari Pelita I sampai dengan tahun ketiga Pelita IV untuk menganalisis peranan pajak non migas, dan data per-semester raulai tahun kedua Pe - lita II sampai dengan tahun terakhir Pelita III untuk menganalisis APBN dan pajak non migas dalam hubungannya dengan perekonomian.
- Mengingat bahwa data penerimaan pajak yang dapat diper- oleh hanya dalam bentuk atas dasar harga yang berlaku , maka semua data yang terkait juga atas dasar +harga yang berlaku.
- Walaupun sebenarnya kebijaksanaan di bidang perpajakan merupakan. rangkaian yang bukan hanya berupa U.U.Nomor 6* 7, dan 8 tahun 1983 saja, tapi karena mengingat ■ masa berlakunya yang baru dimulai pada tahun 1984 dan tahun 1985 dan juga mengingat keterbatasan dalam kemampuan mendapatkan data, maka analisis dan pembahasan hanya berkisar pada peranan dan pengaruh dari ketiga - undang- undang tersebut saja.
6*4* Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data.
- Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari/diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik dan Direkto rat Jendral Pajak. Sedangkan informasi lain (pelengkap) yang diperlukan diperoleh melalui tanya-jawab ■ ■ dengan pejabat-pejabat yang terkait dengan masalah tersebut.
- Data yang sudah dikumpulkan kemudian ditabulasikan dan dianalisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
- Untuk membahas dan menganalisis peranan penerimaan non migas digunakan bentuk persamaan sebagai berikut :
R = Tjn + Tnm + N-t + B]_ R adalah penerimaan negara total yang terdiri dari : Tm = Pajak migas, Tnm = Pajak non migas,
= Penerimaan bukan pajak,
jl B = Bantuan luar-negeri.
- Untuk membahas dan menganalisis kemampuan untuk.memu- ngut pajak digunakan rumusan sebagai berikut :
T - Penerimaan pajak 3)
6 P D B Te adalah kemampuan untuk menghimpun pajak ( Tax - Effort) yang merupakan hasil-bagi penerimaan pajak dengan pendapatan nasional.
- Untuk menganalisis Anggaran Pendapatan-dan 'Belanja
Negara dengan perekonomian, digunakan bentuk fungsi : PDB = f(APBN)
PDB sebagai tolok ukur perekonomian, dipengaruhi oleh besarnya APBN.,Sedangkan APBN adalah pendapatan dan ^ Sri ■ Bintang Pamungkas, "Anggaran Berimbang dan
Perekonomian Indonesia-Sebuah Tinjauan", Prisma, Nomor 4, April 1986, halaman 18..
15
pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk mencapai per- kembangan dan kestabilan perekonomian yang lebih baik. Ke- mudian dibuat model regresi dua variabel (Two-Variable Re gression Model) dengan metode Ordinary Least Square : log PDB^ = log a + b log APBN^ + A , t ^
PDB = Produk Domestik Bruto atas dasar harga yang berlaku.
APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
K -
Disturbance term, a ’ = Konstanta regresi. b = Koefisien regresi. t = Time series = 1 ,
2
, ... , n.n = Jumlah pengamatan/observasi.
- untuk menganalisis penerimaan pajak dalam hubungannya de ngan perekonomian digunakan bentuk fungsi :
Tnm = f (PDB) Tnm a^a^-a^ besarnya penerimaan pajak (tax revenue)non mi- gas yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, karena penerimaan pajak diperoleh dari perkalian tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak (tax rate x tax base)
Tiarry H. Kelejian dan Wallace E. Oates, Introduction To Econometrics - Principle And Applications, second editi on, Harper & Row, New York, 1981, hal. 103.
16
dun besarnya tax base dipengaruhi oleh kondisi perekono^ mian, sedangkan PDB sebagai tolok ukur dari perekonomi ■
:m .
Kemudian dibuat model regresi dua variabel (Two-Va riable regression Model) dengan metode Ordinary Least Square : log Tnm = log c + d log PDBt + - M ' t ^
T = Pajak non migas. PDB = Produk Domestik Bruto atas dasar harga yang
h e r - laku.
= Disturbance term, c * Konstanta regresi. d = Koefisien regresi. t = Time series = 1 , 2 , ... , n. n = Jumlah pengamatan/observasi.
- Karena untuk data PDB tidak tersedia dalam bentuk per-se- mester sehingga untuk memperoleh data tersebut digunakan suatu cara dengan rumusan sebagai berikut :
Qi = 4 - [ Y t < y t - V i } ]
Q2 = 4 “ [ ^ < Yt - Yt-1 > ] ■
6 ) 5lbid, loc cit.
6Perumusan interpolasi linier tersebut dilakukan oleh Insukin- dro dengan cara coba-coba , lihat Insukindro, "Pengaruh Pengeluaran Pe- merintah, Cadangan Devisa dan Angka Pengganda Uang terhadap Jumlah Uane Beredar di Indonesia ", Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Desember 1984, hal. 450. Q = Data triwulanan.
= Data tahun yang berlaku. Y ^ = Data tahun sebelumnya.
Kernudian setiap dua triwulan digabungkan sesuai dengan senestornya dan karena tahun anggaran pemerintah berlang- sung dari 1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikut - nya, eedangkan ■ data PDB yang tersedia berdasarkan tahun takwim maka dilakukan penyesuaian sebagai berikut :
- Semester I APBN v/aktunya sama dengan triwulan II dan III dari PDB.
- Semester II APBN waktunya sama dengan triwulan IV dari
PDB tahun yang berlaku dan triwulan I dari PDB tahun berikutnya.}
B A B
II TEORI PAJAK DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI
1. Kebijaksanaan Fiskal dan Anggaran pendapatan dan Belan- ja Negara (APBNj Kebijaksanaan fiskal atau Fiscal Policy adalah ke bijaksanaan yang digunakan pemerintah untuk mencapai tu - juan yang ditetapkan dalam bidang penerimaan dan pengelu- aran pemerintah. Mengenai istilah tersebut, sering terja- di kesimpang-siuran pengertian seperti yang diungkapkan oleh Rochmat Soemitro :
Istilah Fiscal policy atau kebijaksanaan fiskal belum mendapatkan pengertian yang pasti karena masih belum dapat ditarik garis pemisah yang jelas antara fiskal policy di satu pihak dan keuangan negara, Kebijaksa - naan Keuangan dan Kebijaksanaan Ekonomi Pemerintah di lain pihak.1
Kernudian Rochmat Soemitro menjelaskan lebih lanjut menge nai lingkup kebijaksanaan fiskal sebagai berikut : Jika kita memberikan definisi berdasarkan unsur-unsur
,operasional, maka 'fiscal policy1 berarti penggunaan Iperbuatan dan tindakan pemerintah tertentu yang ditu- jukan kepada perkembangan dan stabilitas ekonomi. Dan yang menjadi alat untuk melaksanakan fiskal policy ialah :
A. penerimaan-penerimaan negara sebagai hasil sumber- sumber pendapatan negara, terutama pajak-pajak.
B. pengeluaran-pengeluaran.
C. kredit (debt management) Untuk melaksanakan kebijaksanaan fiskal yang baik ke- tiga-tiganya unsur ini harus dikordinasikan dan diin- 1
^Rochmat Soemitro, Pa.iak dan Pembangunan, P.T. Eres- co, Bandung-Jakarta, 1982, halaman 14-6.
18
19
tegrasikan.2 Pada akhirnya Rochmat Soemitro berpendapat bahw-a :
...kebijaksanaan fiskal sebagai suatu pengertian yang lebih luas daripada kebijaksanaan perpajakan. Walaupun demikian kami akui bahwa soal perpajakan da lam Fiscal•policy ini mengambil peranan yang sangat penting, di samping policy pengeluaran serta policy kredit yang telah kami sebut di atas, karena pajak - pajak merupakan suraber pendapatan negara yang utama.^
Sedangkan menurut John F. Due, kebijaksanaan fis - kal adalah "...penyesuaian dalam pendapatan dan pengelu - aran-pengeluaran pemerintah untuk mencapai kestabilan eko nomi yang lebih baik dan laju pembangunan ekonomi yang di- kehendaki."4
Selanjutnya pendapat dari J. Richard Aronson me ngenai kebijaksanaan fiskal sebagai berikut : "Adjusting the level of tax revenues and government expenditures to achieve full employment and stable
p r i c e s " 5
Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, dapat di-
i
katakan bahwa kebijaksanaan fiskal merupakan alat/instru- ment yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah di -
2I M A * halaman 252.
^Ibid, halaman 253* ^John F. Due, Keuangan Negara - Perekonomian dari
Sektor Pemerintah, edisi ke dua, ter.jemahan Iskandarsyah dan Arief Janin, Yayasan Penerbit U.I*, Jakarta, 1979» ha laman 34-9.
^J. Richard Aronson, Public Finance, Me Graw - Hill Co*, Singapore, 1985, halaman 594. !
%
i
20
tetapkan dalam bidang penerimaan dan pengeluaran pemerin tah. Dan kebijaksanaan perpajakan merupakan bagian dari kebijaksanaan fiskal, sementara itu kebijaksanaan fiskal itu sendiri merupakan bagian dari kebijaksanaan ekonomi , seperti tercermin dalam gambar 1.
GAMBAR 1 BAGAN LINGKUP KEBIJAKSANAAN FISKAL Kebijaksanaan Ekonomi*
Kebijaksanaan Pertanian Kebijaksanaan Moneter Kebijaksanaan Perdagangan
Kebijaksanaan Perindustrian »
Fiscal, Policy
I i ♦
' A t
1
- 1
Kebijaksanaan Penerimaan Pemerintah
1 i i .
Kebijaksanaan Pengeluaran , Pemerintah
- \ f Efen J a ln -M iA * * ^
1. Kebijaksanaan Subsidi
1. Kebijaksanaan Barpajakan
2. Debt Managaoart 2 . Kebijaksanaan M e r ja s n tirun 3 . Kebijaksanaan rrcngam Ifemsaha- 3 . Kebijaksanaan ftr^eiuaian tra n s an Negara f e r yang la in
4 . Ifan la in Ia in 4 . Ebn la m M n
Sumber : Soetrisno P.H. , Dasar Dasar Ilmu Keuangan Nega ra, edisi ke duaf Bagian Penerbitan Takultas Eko- nom UGM, Yogyakarta, 1982, hal. 2/+, diolah.
21 Mengenai hubungan antara kebijaksanaan fiskal de
ngan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Boedi- ono menyatakan bahwa "Kebijaksanaan fiskal adalah kebi - jaksanaan lewat APBN11 Selanjutnya dikemukakan pula bah wa :
APBN mempunyai dua sisi, yaitu sisi yang mencatat pe- ngeluaran dan sisi yang mencatat penerimaan. Sisi pe- ngeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang me- raerlukan uang untuk pelaksanaannya.
Sisi penerimaan menunjukkan dari mana dana yang di - perlukan tersebut diperoleh.' Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa pelaksanaan dari kebijaksanaan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah dapat diamati melalui APBN. Sedangkan istilah
APBN merupakan istilah yang resmi digunakan oleh Pemerin tah Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Arifin P.
Soeria Atmadja bahwa : ...sejak Proklamasi tanggal 17 Agustus 194*5» istilah
‘Anggaran Pendapatan dan Belanja1 dipakai dalam pasal 23 ayat (1) UUD 1945, yang dalam perkembangan selan - jutnya secara resmi pula ditambahkan kata "Negara", sehingga lengkapnya sampai saat'ini dipergunakan is - tilah "Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara" di - singkat APBN.®
Boediono, Ekonomi Makro, edisi ke empat, RP;F.E.» .Yogyakarta, 1985, halaman 109. ^Ibid, halaman 110. ®Arifin P. Soeria Atmadja, Mekanisme Pertanggung - jawaban Keuangan Negara. P.T. Graraedia, Jakarta, 1986, ha- laman 10*
22 1.1. APBN dan Perekonomian.
APBN adalah pencerminan dari pelaksanaan kebijalysa- naan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah, adapun tujuan dari kebijaksanaan fiskal adalah untuk mencapai kestabilan dan laju pembangunan ekonomi yang lebih baik.
Pengeluaran dan kegiatan pemerintah makin lama akan makin meningkat, hal ini disebabkan karena tugas dan fung- si pemerintah yang juga makin meningkat untuk menunjang perkembangan kegiatan ekonomi, seperti yang terkandung da lam tujuan pokok maupun dalam tujuan pelengkap dari kebi -
« jaksanaan fiskal.
Adapun tujuan pokok dari APBN yang merupakan pen cerminan dari kebijaksanaan fiskal yang dilakukan oleh pe merintah adalah : 8)
♦ 1. Penggunaan sumber-daya ekonomi yang optimal.
2. Peningkatan distribusi pendapatan dan kekayaan. 3* Kestabilan dalam kehidupan ekonomi. Selain tujuan pokok seperti yang- telah disebutk'an di -
9) atas, APBN mempunyai tujuan pelengkap sebagai berikut :
1. Ekonomi Pembangunan, termasuk peningkatan effisien- si dan effektivitas.
2. Peningkatan Kesejahteraan.
3. Peningkatan kecerdasan kehidupan bangsa.
- g
Soetrisno P.H., Dasar Dasar Ilmu Keuangan Negara, BP FE UGM, Yogyakarta, 1982, halaman 51.
9 I b i d * l o c c i t .
23
' 4. Peningkatan demokrasi terniasulc doinokrasi ekononi dan politik.
5. Peningkatan pendidikan moralita dan nasionalita ter- raasuk kesadaran akan keadilan dan sebagai warga-ne - gara.
6. Peningkatan perdamaian, portahanan, keamanan dan ke- tertiban.
7. Kemerdekaan dan kerja sama internasional.
8. Dan lain-lain.
2. Pengertian Pa.iak dan Beberapa xeori Pa.iak 2.1. Definisi Pajak.
Definisi atau batasan pajak ada berbagai macam pen - dapat, P.J.A. Adriani mengemukakan bahwa : Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksa - kan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasikem- bali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum ber- hubung denganfttugas Negara untuk menyelenggarakan peme- rintahan. 10 -
Sedangkan N.J. Feldman mendefinisikan pajak sebagai berikut, 11 Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada Penguasa, (menurut norma- • norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra-prestasi, dan seniata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
11 umum" Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah "... iuran
10 R. Santoso Brotodihardjo, Ilmu Hukum Pa.iak, P.T.
Eresco, Jakarta-Bandung, 1981, halaman 2
11 Ibid, halaman 3 dan 4*
24
rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang ( yang dapat dipaksakan) dengan tiada raendapat jasa-timbal (kpn- tra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang di- gunakan untuk membayar pengeluaran umum"
Sementara itu Soeparman Soemahamidjaja mengartikan pajak sebagai "...iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norroa hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa
1 *3 kolektip dalam mencapai kese jahteraan umum". ■*' Dibandingkan dengan definisi-definisi pajak yang ter- dahulu, maka definisi pajak menurut Soeparman Soemahatni djaja tersebut mempunyai kesan yang lebih baik, karena ti dak ada istilah paksaan. Dengan perkataan iuran wajib saja, diharapkan bahwa^pajak dipungut dengan bantuan dari dan dengan kerja-sama wajib pajak, sehingga tidak perlu penggu- naan istilah paksaan. Oleh karefia itu, dianggap terlalu berlebihan bila khusus mengenai pajak ditekankan penting- nya paksaan sehingga seakan-akan tidak ada kesadarari masya- rakat untuk melakukan kewajibannya. Tanpa istilah paksaan- pun cukup, karena bila kewajiban tersebut berdasarkan un- dang-undang dan bila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan maka undang-undang menunjukkan cara pelaksanaan yang lain
(dan cara ini biasanya untuk memaksa), hal ini berlaku ti- ^ibid, halaman 5.
^Ibid, halaman 4.
M I L I K P E R P U S T A K A A N ' U M V t R . s i T A S A I R L A N G G A "
25
dak hanya mengenai pajak saja. Dengan demikian diharapkan bahwa kewajiban membayar pajak harus timbul dari keaadaran masyarakat untuk melaksanakan kewajibannya dan bukan kare na paksaan.
Sehubungan dengan hal itu, Soemitro Djojohadikoe soemo memberikan definisi pajak sebagai berikut, MPajakada lah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Jlegara untuk membiayai pengeluaran rutin dan 'surplus-'nya diguna'- kan untuk ^public saving1 yang merupakan sumber utama untuk membiayai *public investment1
Selanjutnya S.I. Djajadiningrat memberikan definisi yang lebih luas, di samping mencakup tujuan pemungutan pa jak juga memberikan sebab-sebab penggunaan pajak :
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian da- ripada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan ter - tentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan- peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipak- sakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.15
Dari berbagai definisi tentang pajak tersebut dapat disimak bahwa walaupun banyak ahli memberikan definisi atau batasan pajak yang berbeda, akan tetapi definisi tersebut pada dasarnya mengandung unsur-unsur sebagai berikut : a. Pajak dipungut oleh negara berdasarkan pada kekuatan un- dang-undang serta aturan pelaksanaannya.
^ S . Munawir, Pokok-Pokok Perpa.iakan, edisi ketiga. Liberty, Yogyakarta, 1985, halaman 2.
^ Ibidt halaman 3.
26
b. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra- prestasi perorangan oleh pemerintah.
c. Pajak diperuntukkan bagi pengoluaran pembayaran pemorin- tah, yang bila dari pemasukan masih terdapat surplus di gunakan untuk membiayai public investment, sehingga tu juan yang utama dari pemungutan pajak adalah sebagai sum- ber keuangan negara.
d. Pajak dipungut karena suatu keadaan, kejadian, dan per- buatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseo - rang, sehingga selain mempunyai fungsi sebagai sumber keuangan negara juga mempunyai fungsi mengatur dalam pe- ngertian yang luas, termasuk melindungi, mengarahkan , mendorong, dan sebagainya.
2.2. Fungsi Pajak.
Menurut Rochmat Soemitro, pajak mempunyai dua fung si, yaitu : a. Fungsinya sebagai suaiber keuangan. negara.-adalah
"Fungsiyang letaknya di sektor publik dan pajak - pajak di sini merupakan suatu alat atau suatu sumber untuk •mema.- sukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam leas negara, yang pada'waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluar-
16 an-pengeluaran negara11.
16 Rochmat Soemitro, op cit, halaman 10.
/
27
b. Fungsi mengatur., yakni pajak "...digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan"
Di samping itu, Rochmat Soemitro menjelaskan lebih lanjut tentang fungsi mengatur tersebut bahwa dengan adanya fungsi mengatur ini diharapkan dapat memberikan dorongan pada penanaman modal, memberikan proteksi terhadap indus - tri dalam negeri, menghambat infIasi t meratakan pendapat an, dan lain sebagainya.
2.3* Asas-Asas Perpajakan.
Dalam pembuatan undang-undang perpajakan harus me - menuhi syarat-syarat atau asas-asas tertentu, yakni asas keadilan, asas yuridis, asas ekonomis, dan asas finansial.
2,3.1. Asas Keadilan.
Tujuan dari undang-undang perpajakan adalah membuat adanya keadilan dalam pemungutan pajak, tetapi keadilan itu sendiri ternyata sangat relatif sifatnya. Dari waktu ke waktu pengertian keadilan mengalarai perubahan, yang dahulu dianggap adil mungkin sekarang dianggap tidak adil. Begitu pula yang dianggap adil dalam suatu negara belum tentu di anggap adil pula di negara lain.
^Rochmat Soemitro, loc cit.
28
Menurut P.J.A. Adriani, pengertian adil dalam undang-undang perpajakan adalah "Dalam pemungutan pajak harus diseleng - garakan sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh tekanan yang sama atas seluruh rakyat*"^®
Sebagai dasar menyatakan keadilan seperti terkandung dalam Asas Keadilan, maka teori-teori yang menjadi dasar adalah sebagai berikut :
- + 2.3*1.1. Teori Asuransi*
Teori ini menganggap pajak sebagai premi asuransi r*; yang dibdyarkan pada waktu-waktu tertentu untuk perlindung- an yang diberikan oleh negara terhadap. jiwa dan harta ben- da. Hal ini dikaitkan dengan salah satu tugas negara, se - perti yang dikemukakan oleh Santoso Brotodihardjo bahwa :
"Adalah termasuk dalam tugas Negara untuk melindungi orang dan segala kepentingannya: keselamatan dan kearaanan jiwa- pun pula hartabendanya. "** 9 2.3*1*2. Teori Kepentingan*
Teori ini menekankan pembagian beban pajak yang ha rus dipungut dari penduduk. Menurut teori ini mereka yang mendapat atau menikmati jasa dari pemerintah yang lebih be sar harus memberikan pembayaran pajak yang lebih besar pu-
1 R 1 °R. Santoso Brotodihardjo, op cit, halaman 26*