Jenis Dan Informasi yang Dikecualikan

Jenis Informasi yang Dikecualikan
menurut UU No. 14 Tahun 20081
Oleh: Darmanto2

Dalam beberapa kali kesempatan wawancara dengan informan
terkait dengan pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) diperoleh informasi
bahwa

salah

satu

penyebab

belum

diterapkannya

undang-undang


tersebut adalah karena masih belum jelasnya mengenai jenis informasi
yang dikecualikan. Akibatnya, bawahan tidak berani terbuka pada
pemohon informasi publik dan pimpinan pun tidak mau tahu. Celakanya,
dalam beberapa kasus yang ditemui di lapangan, tampak bahwa
pimpinan Badan Publik (negara) tidak lebih menguasai UU KIP dibanding
bawahannya karena setiap ada kegiatan sosialisasi tidak hadir dan hanya
menugaskan staf.
Sebagaimana diketahui, UU KIP menetapkan adanya lima jenis
informasi publik, yaitu: (1) informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan

secara

berkala

(Pasal

9);

(2)


diumumkan secara serta merta (Pasal 10);

informasi

yang

wajib

(3) informasi yang wajib

tersedia setiap saat (Pasal 11), (4) informasi yang dikecualikan (Pasal
17); dan (5) informasi publik sesuai permintaan pemohon. Dari kelima
kategori tersebut, jenis informasi yang dikecualikan dianggap paling
“tidak jelas” oleh mayoritas pengelola Badan Publik sehingga menjadi
batu sandungan bagi pelaksanaan UU KIP.
Sedemikian sakralkah jenis informasi yang dikecualikan itu? Kalau
baru sebatas mendengar, mungkin begitu kesannya. Akan tetapi, kalau
Disampaikan dalam Forum Sosialisasi Tatap Muka yang diselenggarakan oleh
Dishubkominfo DIY. Kamis, 11 April 2013 di Aula Plaza Informasi Jl. Brigjen

Katamso, Kompleks THR Yogyakarta
1

Darmanto, Peneliti Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan
Informasi (BPPKI), UPT Balitbang SDM Kementerian Kominfo; mantan Panitia
Seleksi tahap I Pembentukan KI DIY periode 2011-2015. Email:
dmt_mpm@yahoo.co.id
2

Darmanto, 20013. Jenis Informasi Publik yang Dikecualikan Menurut UU KIP Page
1

sudah mencermatinya sendiri tentu akan berbeda dalam bersikap.
Apalagi kalau menyadari bahwa UU KIP itu dibangun dengan prinsip,
“semua informasi publik bersifat terbuka, kecuali yang dirahasiakan.”
Namun, untuk merahasiakan informasi publik di era KIP tidak bisa lagi
sewenang-wenang seperti di zaman era tertutup. Penetapan suatu
informasi publik menjadi bersifat “dikecualikan” harus melalui uji
konskuensi bahaya (consequential harm test) dan uji kepentingan publik
(balancing public interest test). Uji konskuensi bahaya menunjuk pada

pengertian bahwa

badan publik mempertimbangkan apakah informasi

yang akan dibuka dapat membahayakan kepentingan penegakan hukum
atau

tidak.

Jika

membahayakan

kepentingan

penegakan

hukum

sebagaimana tercantum dalam pasal ini, maka informasi tersebut wajib

untuk dirahasiakan. Adapun yang dimaksud dengan uji kepentingan
publik, yaitu badan publik dapat membuka informasi yang dikecualikan
apabila kepentingan umum yang lebih besar menghendakinya (Anotasi
UU KIP, 2009: 175). Selain dua hal itu, faktor lain yang menentukan
kerahasiaan

sebuah

informasi

publik

adalah

waktu.

Dalam

era


keterbukaan, tidak boleh informasi publik dikecualikan untuk selamnya,
tetapi harus memiliki batas waktu (masa retensi) yang jelas kapan
berakhir.
Dalam UU KIP, jenis informasi publik yang dikecualikan diatur
dalam Pasal 17 butir a s.d h dan hampir setiap butirnya diikuti dengan
rincian. Menurut Pasal 17, jenis informasi publik yang masuk kategori
dikecualikan, yaitu:
a.

Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada
Pemohon Informasi Publik dapat menghambat proses penegakan
hukum, yaitu informasi yang dapat: (1) menghambat proses
penyelidikan

dan

penyidikan

suatu


tindak

pidana;

(2)

mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi,dan/atau korban
yang mengetahui adanya tindak pidana; (3) mengungkapkan data
intelijen kriminal dan rencana-rencana yang berhubungan dengan
pencegahan

dan

penanganan

segala

bentuk

kejahatan


transnasional; (4) membahayakan keselamatan dan kehidupan
Darmanto, 20013. Jenis Informasi Publik yang Dikecualikan Menurut UU KIP Page
2

penegak hukum dan/atau keluarganya; dan/atau (5) membahayakan
keamanan peralatan, sarana,dan/atau prasarana penegak hukum.
b.

Informasi

Publik

yang

Pemohon

Informasi

apabila


Publik

dibuka

dapat

dan

diberikankepada

mengganggu

kepentingan

perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari
persaingan usaha tidak sehat;
c.

Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada

Pemohon Informasi Publik dapat membahayakan pertahanan dan
keamanan negara, yaitu: (1) informasi tentang strategi, intelijen,
operasi, taktik dan teknik yang berkaitan dengan penyelenggaraan
sistem

pertahanan

dan

keamanan

negara,

meliputi

tahap

perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi dalam
kaitan dengan ancaman dari dalam dan luar negeri; (2) dokumen
yang memuat tentang strategi, intelijen,operasi, teknik dan taktik

yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan
keamanan negara yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan
dan pengakhiran atau evaluasi; (3) jumlah, komposisi, disposisi,
atau dislokasi kekuatan dan kemampuan dalam penyelenggaraan
sistem

pertahanan

dan

keamanan

negara

serta

rencana

pengembangannya; (4) gambar dan data tentang situasi dan
keadaan pangkalan dan/atau instalasi militer; (5) data perkiraan
kemampuan militer dan pertahanan negara lain terbatas pada
segala tindakan dan/atau indikasi negara tersebut yang dapat
membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan/atau data terkait kerjasama militer dengan negara lain yang
disepakati dalam perjanjian tersebut sebagai rahasia atau sangat
rahasia; (6) sistem persandian negara; dan/atau (7) sistem intelijen
negara.
d.

Informasi

Publik

yang

apabila

dibuka

dan

diberikankepada

Pemohon Informasi Publik dapat mengungkapkan kekayaan alam
Indonesia;

Darmanto, 20013. Jenis Informasi Publik yang Dikecualikan Menurut UU KIP Page
3

e.

Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada
Pemohon Informasi Publik, dapat merugikan ketahanan ekonomi
nasional, yaitu: (1) rencana awal pembelian dan penjualan mata
uang nasional atau asing, saham dan aset vital milik negara; (2)
rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, dan model
operasi institusi keuangan; (3) rencana awal perubahan suku bunga
bank,

pinjaman

pemerintah,

perubahan

pajak,

tarif,

atau

pendapatan negara/daerah lainnya; (4) rencana awal penjualan
atau pembelian tanah atau properti; (5) rencana awal investasi
asing; (6) proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi,atau
lembaga keuangan lainnya; dan/atau (7) hal-hal yang berkaitan
dengan proses pencetakan uang.
f.

Informasi Publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada
Pemohon

Informasi

Publik,

dapat

merugikan

kepentingan

hubungan luar negeri, yaitu: (1) posisi, daya tawar dan strategi
yang akan dan telah diambil oleh negara dalam hubungannya
dengannegosiasi
antarnegara;
dipergunakan

internasional;

(3)

sistem

dalam

(2)

korespondensi

komunikasi

menjalankan

dan

diplomatik

persandian

hubungan

yang

internasional;

dan/atau (4) perlindungan dan pengamanan infrastruktur strategis
Indonesia di luar negeri.
g.

Informasi Publik yang apabila dibuka dapat mengungkapkan isi
akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun
wasiat seseorang;

h.

Informasi

Publik

yang

apabila

dibuka

dan

diberikankepada

Pemohon Informasi Publik dapat mengungkap rahasia pribadi,
yaitu: (1) riwayat dan kondisi anggota keluarga; (2) riwayat, kondisi
dan perawatan, pengobatan kesehatan fsik, dan psikis seseorang;
(3) kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank
seseorang; (4) hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas,
intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang; dan/atau
(5) catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang berkaitan
Darmanto, 20013. Jenis Informasi Publik yang Dikecualikan Menurut UU KIP Page
4

dengan kegiatan satuan pendidikan formal dan satuan pendidikan
nonformal.
i.

Memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan
Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan
Komisi Informasi atau pengadilan;

j.

Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan UndangUndang.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Pasal 17 UU KIP, ada 10

kategori lingkup permasalahan yang memberi peluang munculnya jenis
informasi publik yang dikecualikan, yaitu: (1) terkait dengan penegakan
hukum; (2) perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual; (3)
persaingan usaha; (4); pertahanan dan ketahanan negara; (5) kekayaan
alam Indonesia; (6) ketahanan ekonomi nasional; (7) hubungan luar
negeri; (8) perlindungan terhadap privasi seseorang; (9) memorandum
antar Badan Publik atau inta Badan Publik yang menurut sifatnya
dirahasiakan; dan (10) informasi yang tidak boleh diungkap berdasarkan
Undang-undang.
Akan tetapi, tidak semua jenis informasi yang dikecualikan pada
Pasal 17 dirahasiakan untuk selamanya. Sebab, Pasal 18 ayat (2)
mengatur bahwa ketentuan pada Pasal 17 butir g dan h tidak berlaku
apabila pihak yang rahasianya diungkap memberikan persetujuan; dan
atau

pengungkapan

tersebut

dilakukan

berkaitan

dengan

posisi

seseorang dalam jabatan-jabatan publik.
Jika dicermati secara seksama isi Pasal 17 UU KIP, sebenarnya yang
masuk kategori informasi publik yang dikecualikan di badan-badan
publik pemerintahan, terutama Pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota
jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding dengan yang sifatnya terbuka.
Dengan demikian, sesungguhnya tidak ada alasan bagi Badan Publik
menunda-nunda pelaksanaan UU KIP dengan alasan masih belum jelas
mengenai jenis informasi publik yang dikecualikan. Sebab, sekiranya
Badan Publik terlebih dahulu fokus pada pelaksanaan Pasal 9 dan 11 pun
sesungguhnya

sudah

cukup

menyita

waktu,

pikiran,

dan

energi.

Darmanto, 20013. Jenis Informasi Publik yang Dikecualikan Menurut UU KIP Page
5

Kemudian sambil jalan dirumuskanlah jenis informasi publik yang
dikecualikan.
Mengapa jenis informasi publik harus dirumuskan, dibuat daftar,
dan diumumkan? Ada beberapa alasan perlunya dibuat daftar informasi
yang dikecualikan, yaitu:
1. Memberi kepastian kepada pemohon informasi publik, mana informasi
yang boleh diakses dan yang tidak boleh. Sepanjang jenis informasi
tertentu belum masuk dalam daftar yang dikecualikan, berarti sifatnya
terbuka.
2. Memperjelas ruang lingkup pengumpulan bahan informasi publik oleh
pihak PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi) dan
memperlancar proses pengumpulan dan penyusunan informasi publik
di Badan Publik bersangkutan
3. Membantu kelancaran PPID dalam memberikan layanan kepada
pemohon informasi publik
4. Memperjelas kewenangan PPID dalam memberikan layanan informasi
publik
Siapa

yang

berhak

menetapkan

jenis

informasi

publik

yang

dikecualikan di setiap badan publik? Tentu saja, yang paling berwenang
melakukan hal itu adalah pimpinan tertinggi dari Badan Publik yang
bersangkutan. Akan tetapi, proses penyusunan daftar informasi yang
dikecualikan dan pelaksanaan uji konskuensi dilakukan oleh suatu tim
yang terdiri dari orang-orang berkompeten dan mempunyai kepedulian
pada

aspek

peraturan

perundangan

yang

terkait

dengan

bidang

ketugasannya. Dalam struktur pemerintahan provinsi, kabupaten/kota,
penetapan jenis informasi publik yang dikecualikan tentu dimulai dari
masing-masing pimpinan SKPD, setelah itu dinaikkan ke Bupati/Wali
Kota, baru kemudian ke Gubernur untuk jenis informasi yang menjadi
cakupan tingkat provinsi.
Adapun untuk menetapkan jenis informasi publik yang dikecualikan
ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu: sangat selektif,
meminimalisasi jenis informasi yang dikecualikan, tidak boleh sewenangDarmanto, 20013. Jenis Informasi Publik yang Dikecualikan Menurut UU KIP Page
6

wenang, harus memiliki dasar hukum yang kuat, tidak dimaksudkan
untuk

menutupi

mengutamakan

penyimpangan

kepentingan

yang

publik,

terjadi

harus

di

Badan

melewati

Publik,

prosedur

uji

konskuensi, dan memiliki masa retensi yang jelas. Sejumlah prinsip itu
harus ditaati agar Badan Publik tidak asal-asalan dan tidak semaunya
dalam menetapkan jenis informasi publik yang dikecualikan. Sebab kalau
terlalu banyak jenis informasi yang dikecualikan dapat menghilangkan
hakikat UU KIP itu sendiri yang ingin membuka akses seluas-luasnya
bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi publik.
Bagaimana tata cara penetapan Jenis Informasi yang dikecualikan?
Secara garis besar langkah-langkah untuk menetapkan jenis informasi
yang dikecualikan adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifkasi jenis informasi publik yang sekiranya relevan
untuk dikecualikan. Misalnya, jenis informasi bidang keuangan,
pengadaan barang dan jasa, laporan harta kekayaan penyelenggara
negara, data pengaduan masyarakat, dan sebagainya.
2. Melakukan uji konskuensi terhadap setiap jenis informasi publik
yang akan dikecualikan
3. Menetapkan masa retensi dari setiap jenis informasi publik yang
akan dikecuali
4. Menyusun jenis informasi publik yang dikecualikan berdasarkan
hasil uji konskuensi
5. Menetapkan dengan Surat Keputusan Pimpinan Badan Publik
mengenai jenis informasi publik yang dikecualikan
6. Mengumumkan kepada publik tentang jenis informasi publik yang
dikecualikan

Bagaimana cara melakukan uji konskuensi untuk menetapkan jenis
informasi publik yang dikecualikan? Untuk pelaksanaan uji konskuensi
jenis informasi publik yang dikecualikan, tahapannya adalah sebagai
berikut:

Darmanto, 20013. Jenis Informasi Publik yang Dikecualikan Menurut UU KIP Page
7

1. Membuat daftar jenis informasi publik yang dipandang perlu untuk
dikecualikan
2. Melakukan uji konskuensi setiap item jenis informasi yang
dikecualikan. Uji konskuensi itu dilakukan dengan cara:
a. Menemutunjukkan dasar hukum yang dipakai untuk
menetapkan setiap item jenis informasi yang akan dikecualikan.
Dasar hukum yang dipakai tidak hanya UU KIP, tetapi semua
peraturan perundangan yang berlaku sesuai dengan substansi
permasalahan yang dibahas
b. Membuat analisis mengenai kerugian dan keuntungan jika
sebuah informasi dibuka bagi publik. Jika suatu informasi dibuka
bagi publik ternyata lebih banyak memberikan kemanfaatan,
maka informasi itu tidak semestinya dikecualikan. Namun, jika
informasi tersebut dibuka ternyata lebih banyak menimbulkan
kerugian bagi publik, maka itu layak dikecualikan.
c. Menetapkan alasan masa retensi berdasarkan argumen yang
jelas dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Melakukan verifkasi hasil uji konskuensi
4. Menyusun daftar informasi yang dikecualikan berdasarkan hasil uji
konskuensi
5. Menetapkan daftar jenis informasi publik yang dikecualikan.
Berdasarkan tahapan pelaksanaan uji konskuensi seperti dijelaskan
di muka, selannjutnya dapat dibuat instrumen kerja untuk melakukan uji
konskuensi dalam bentuk tabel seperti berikut.

No
.

Jenis
Informasi
yang
dikecualikan

Dasar
Hukum

Dasar
Pertimbangan jika
Informasi Publik
Dibuka
Keuntung
Kerugian
an

Masa
retensi

Keteran
gan

1.
ds
t

Darmanto, 20013. Jenis Informasi Publik yang Dikecualikan Menurut UU KIP Page
8

Di dalam melakukan uji konskuensi, ada beberapa dasar
pertimbangan utama yang dipakai, yaitu:
1. Mengutamakan pemenuhan hak masyarakat atas informasi publik.
Artinya, untuk menentukan sebuah informasi perlu dikecualikan
atau tidak harus didasarkan pada pertimbangan, apakah
pengecualian itu mempersempit hak publik untuk akses informasi
atau tidak.
2. Melindungi Kepentingan internal Badan Publik. Sebebas apa pun,
eksistensi Badan Publik tetap harus dilindungi. Oleh karena itu
ketika melakukan uji konskuensi atas jenis informasi yang akan
dikecualikan, perlu memperhatikan kepentingan internal Badan
Publik. Jangan sampai terjadi, keterbukaan informasi kemudian
justru berujung pada pembubaran Badan Publik yang
bersangkutan.
3. Tersedianya rujukan hukum yang jelas baik berupa Undangundang, Peraturan Pemerintah, Inpres, Kepres, Permen, Perda, dan
lain-lain.
Demikianlah nukilan pengetahuan tentang jenis informasi publik
yang dikecualikan menurut UU KIP, dan tata cara pelaksanaan uji
konskuensi. Semoga bermanfaat dan menjadi sumbangan untuk
mempercepat proses implementasi UU KIP di Badan-badan Publik
(negara).

Darmanto, 20013. Jenis Informasi Publik yang Dikecualikan Menurut UU KIP Page
9