Makalah Pelatihan Penulisan Karya Tulis
PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
Ringkasan Metodologi Penyusunan Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa
Oleh : Dedi Merisa, SHI
As language distinguishes man from animal,
So writing distinguishes civilized man from barbarian
1.
Prolog
Kutipan redaksi di atas adalah pemeo dalam dunia antropologi, penulis ingin
menegaskan bahwa menulis itu penting karena terkait erat dengan peradaban. Carlyle,
Kant, Mirabeau dan Renan bahkan percaya dan meyakini bahwa penemuan tulisan
benar-benar telah membentuk awal peradaban (Haris Sumadiria, 2009: v). Melalui
tulisan, kita mengenal sejarah dan peradaban masa lalu, dan masa kini akan tetap
dikenang oleh masa depan jika terekam dalam tulisan.
Salah satu ragam tulisan adalah karya ilmiah. Di perguruan tinggi, menulis karya
ilmiah menjadi kewajiban bagi setiap civitas academika. Hal ini karena karya ilmiah
adalah manifestasi dari penelitian yang merupakan bagian integral dari Tridharma
Perguruan Tinggi. Dengan demikian maka, lemahnya budaya menulis karya ilmiah di
perguruan tinggi adalah indikasi telah terjadi kepincangan dalam internalisasi
Tridharma Perguruan Tinggi, atau dalam terminologi lain dapat disebut belum menjadi
perguruan tinggi yang kafah.
Merefleksi realitas tersebut, maka menjadi penting untuk terus menggelorakan
semangat meneliti dan menulis bagi seluruh civitas acedemika. Dalam terminologi fiqih,
menulis karya ilmiah bagi mahasiswa adalah jihad dan hukumnya fadlu „ain. Bagi
mahasiswa, karya tulis ilmiah harus dijadikan masterpiece, sehingga dalam produksinya
harus memenuhi berbagai ketentuan yang agar dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Karena itulah maka pengetahuan tentang teknik penulisan karya tulis ilmiah
menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap mahasiswa.
Tulisan ringkas ini berupaya memberikan stimulus bagi mahasiswa untuk dapat
mengembangkan potensinya dalam bidang penulisan karya ilmiah dengan memberikan
gambaran singkat tentang teknik penyusunan karya tulis ilmiah. Karena keterbatasan
ruang dan waktu, maka penulis tidak mengkaji teknik penyusunan karya ilmiah secara
komprehensif, namun hanya sekilas informasi dan petunjuk teknik secara ringkas
tentang tata cara penulisan karya tulis ilmiah.
2.
Definisi Karya Ilmiah
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui
kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain
Disampaikan dalam Pelatihan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Tarbiyah
INISNU Jepara pada tanggal 10 April 2011 di Desa Jambu Barat Mlonggo Jepara.
Alumni Fakultas Syari’ah INISNU Jepara
1
sebelumnya. Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan
sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya (uang, alat,
bahan) yang digunakan dalam penelitian. Untuk memenuhi standar ilmiah, sebuah
karya harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah kriteria metodologis,
dalam hal ini karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan metodologi ilmiah.
Brotowidjojo (1985:8-9) mengemukakan bahwa “karya ilmiah adalah karya ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar”. Dengan demikian, penggunaan metodologi yang benar menjadi salah
satu unsur terpenting dalam penyusunan karya ilmiah (Bambang Dwiloka dan Rati
Riana, 2005: 1-6).
Dalam literatur lain, disebutkan bahwa karya tulis ilmiah adalah serangkaian
kegiatan penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis
secara sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang
menyatakan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan
kriteria ilmiah. (Maizuddin M. Nur, 2010).
3.
Jenis Karya Ilmiah
Karya ilmiah mempunyai banyak jenis, tergantung pada penggunaannya. Ada
yang berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian (research report), artikel untuk
dimuat di majalah ilmiah, jurnal atau makalah untuk diseminarkan.
Dalam tulisan ini, penulis akan lebih banyak mendeskripsikan tentang karya
ilmiah jenis makalah. hal ini karena makalah adalah jenis karya ilmiah yang paling
banyak dibuat oleh mahasiswa.
Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu makalah deduktif, makalah induktif dan makalah campuran.
Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian
teoritis (pustaka) yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif adalah
makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang
relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah campuran adalah makalah yang
penulisannya didasarkan pada kajian teoretis digabungkan dengan data empiris yang
relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam pelaksanaannya, jenis makalah pertama
merupakan jenis makalah yang paling banyak digunakan (Bambang Dwiloka dan Rati
Riana, 2005: 97-98).
4.
Kriteria Ilmiah
M. Nazir, (1988) menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan menggunakan
metode ilmiah, yaitu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria metode ilmiah
adalah :
a. Berdasarkan fakta (bukan kira-kira, khayalan, legenda)
b. Bebas dari prasangka (tidak subyektif)
c. Menggunakan prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah
berdasarkan analisis yang logis)
d. Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan)
e. Menggunakan ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)
f. Menggunakan teknik kuantifikasi (nominal, rangking, rating)
2
a.
b.
c.
d.
e.
Metode ilmiah juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat
untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan
masalah.
Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang
dibuat secara rasional berdasarkan buktibukti yang tersedia
Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama
dengan kondisi yang sama pula.
Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan
konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
Nur Khoiri (2011) memaparkan bahwa suatu karya tulis disebut karya tulis
ilmiah jika: (1) mempermasalahkan pengetahuan ilmiah, (2) penulisannya dijiwai oleh
metode ilmiah, dan (3) memenuhi persyaratan tata cara penulisan keilmuan. Lebih
lanjut dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan ilmiah adalah bersifat dan berada
pada kawasan keilmuan. Ilmu bagian dari pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah. Adapun metode ilmiah adalah cara berfikir sistematis,
logis, rasional, objektif, berdasarkan fakta untuk menemukan, membuktikan, dan
mengembangkan pengetahuan tertentu.
Sebuah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, metode
ilmiah digunakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:
a. Melakukan observasi, menetapkan masalah dan tujuan
b. Menyusun hipotesis
c. Menyusun rencana penelitian
d. Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan
e. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data
f. Menganalisa dan menginterpretasikan data
g. Merumuskan kesimpulan (teori) dan saran (Nur Khoiri, 2011)
5.
Tahap Penyusunan Karya Ilmiah
Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan penyusunan karya ilmiah menurut
Zaenal Arifin (2003) sebagaimana dikutip oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana
(2005:9-24). Pada dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap, yaitu :
a. Persiapan
1) Pemilihan Topik/Masalah
Topik/Masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam memilih
topik/masalah, Arifin (2003:8) memberikan beberapa pertimbangan :
a) Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman
kita maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari
kita karena hal itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.
b) Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
c) Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan
terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan
informasi yang beraneka ragam.
d) Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik
yang bersifat subyektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
3
e)
f)
Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun
serba sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi
kita.
Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan
kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah
yang hendak ditulis. Sember kepustakaan dapat berupa buku, majalah,
jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web, atau undangundang.
2) Pembatasan Topik dan Penentuan Judul
Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjukpetunjuk, kita tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup
sempit dan terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang. Jika sudah
dilakukan pembatasan topik, judul karya ilmiah bukanlah hal yang sulit
ditentukan karena pada dasarnya langkah-langkah yang ditempuh dalam
pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul.
Perbedaannya adalah pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan
karya ilmiah, sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau
sesudah penulisan karya ilmiah. Jika sudah ada topik yang terbatas, karya ilmiah
sudah dapat mulai digarap walaupun judul belum ada.
Selain dengan pembatasan topik, penentuan judul karya ilmiah dapat
pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa,
mengapa, bagaimana, di mana dan kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu
harus dijawab pada penentuan judul. Dalam sebuah judul, adakalanya dibatasi
dengan memberi sub judul. Sub judul selain berfungsi membatasi judul juga
berfungsi sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti itu,
antara judul utama dan sub judul harus dibubuhan tanda baca titik dua (:).
3) Pembuatan Kerangka Karya (outline)
Pada prinsipnya, penyusunan kerangka karangan karya adalah proses
penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis
dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Penyusun karya ilmiah dapat
membuat ragaan buram, yakni ragaan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan
sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi, atau dapat juga membuat ragaan
kerja, yaitu ragaan yang sudah merupakan perluasan atau penjabaran dari ragaan
buram. Tentu saja, jenis kedua memudahkan penyusunan untu
mengembangkan karya (Moeliono, 1998:1; Arifin, 2003:15).
Penulis karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan
judul subbab sebelum menentukan kerangka karya. Judul bab dan judul subbab
itu merupakan pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang ditentukan. Jika
ragaan telah selesai dibuat, langkah berikutnya adalah pembuatan rencana
daftar isi karya ilmiah. Kita perlu membuat rencana daftar isi yang lengkap, pada
bagian awal dilengkapi dengan tajuk prakata, daftar isi, daftar table (jika ada),
daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada). Bab Pedahuluan/Bab I terdiri
atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan masalah,
4
tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir daftar isi
dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran (jika ada).
Pada dasarnya, penulis karya ilmiah mempunyai hak prerogatif untuk
menyusun daftar isinya sendiri. Akan tetapi, paling sedikit sebuah karya ilmiah
berisi tiga bab, yaitu pendahuluan, isi atau analisis, dan penutup. Jika isi atau
analisis itu agak luas, kita dapat memecah isu itu menjadi dua atau lebih bab
sehingga kaya ilmiah menjadi empat bab atau lebih.
b. Pengumpulan Data
Dalam diskursus ilmu penelitian, data dapat dikumpulkan melalui
pengamatan (observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan). Adapun langkahlangkah yang dapat ditempuh dalam pengumpulan data adalah :
1) Pencarian informasi/keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar
dan majalah yang relevan dengan topik tulisan.
2) Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan
ditulis
3) Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti
4) Percobaan dan pengujian di lapangan atau di laboratorium
c.
Pengorganisasian dan Pengonsepan
Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data
tersebut. Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk.
Penyusun menentukan data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun
harus mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang
ditentukan. Misalnya, jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis
dengan teknik statistic. Selanjutnya, penyusun dapat mulai mengonsep karya ilmiah
itu dengan urutan dalam ragaan yang ditetapkan.
d. Pemeriksaan/Penyuntingan Konsep
Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu
ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah
penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat
menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup
pemeriksaan isi karya dan cara penyajian karya, termasuk penyuntingan bahasa
yang digunakan.
e.
6.
Penyajian/Pengetikan.
Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian
dan kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya
ilmiah. Misalnya penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar,
unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur
dalam daftar pustaka.
Sistematika Karya Ilmiah
Di atas telah dijelaskan bahwa karya ilmiah memiliki banyak varian. Setiap
varian tersebut memiliki sistematika yang berbeda. Dalam kesempatan ini, penulis
5
hanya akan mendeskripsikan sistematika penulisan karya ilmiah jenis makalah.
Pertimbangannya, jenis makalah merupakan jenis karya ilmiah yang paling sering
disusun oleh mahasiswa. Sehingga diharapkan akan lebih bermanfaat secara praktis.
Deskripsi tentang sistematika penulisan makalah berikut ini dikutip dari buku
“Teknik Menulis Karya Ilmiah”karya Bambang Dwiloka dan Rati Riana.
Dari segi jumlah halaman, dapat dibedakan antara makalah panjang dan
makalah pendek. Makalah panjang adalah makalah yang jumlah halamannya lebih dari
20 halaman. Secara garis besar, makalah panjang terdiri dari atas tiga bagian; yaitu
bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.
Bagian Awal
Halaman Sampul
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian Inti
Pendahuluan
Latar Belakang Penulisan Makalah
Masalah atau Topik Bahasan
Tujuan Penulisan Makalah
Teks Utama
Penutup
Bagian Akhir
Daftar Rujukan
Lampiran (jika ada)
Setiap bagian dari sistematika di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bagian
Penjelasan
Halaman Sampul
Dicantumkan judul makalah, keperluan atau maksud
ditulisnya makalah, nama penulis makalah dan tempat serta
waktu penulisan makalah. Terkait dengan pembuatan judul
makalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
(1) Judul harus mencerminkan isi makalah atau
mencerminkan topik yang diangkat.
(2) Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau
klausa, bukan dalam bentuk kalimat. Itulah sebabnya
judul makalah tidak diakhiri dengan tanda titik (.).
(3) Judul makalah hendaknya singkat dan jelas, sebaiknya
berkisar 5-15 buah kata.
(4) Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk
mengetahui isinya. Namun, judul makalah harus tetap
mencerinkan isi makalah.
Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 20
halaman. Penulisan daftar isi dilakukan dengan ketentuan (1)
judul bagian makalah ditulis dengan menggunakan huruf kecil
(kecuali awal kata selain kata tugas), (2) penulisan judul bagian
dan judul subbagian dilengkapi dengan nomor halaman
tempat pemuatannya dalam makalah, dan (3) penulisan daftar
Daftar Isi
6
Bagian
Daftar Tabel dan
Gambar
Bagian Inti
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah atau
Topik Bahasan
Tujuan Penulisan
Makalah
Teks Utama
Penjelasan
isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan
antarbagian dua spasi.
Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama)
dituliskan secara lengap. Jika tabel dan gambar lebih dari satu
buah, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan
terpisah, tetapi jika hanya terdapat sebuah tabel atau gambar,
sebaiknya daftar tabel atau gambar disatukan dengan daftar isi
makalah.
Ada tiga macam cara penulisan yang dapat dipakai dalam
susunan bagian inti, yaitu :
(1) Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau
Arab),
(2) Penulisan
dengan
menggunakan
angka
yang
dikombinasikan dengan abjad, dan
(3) Penulisan tanpa menggunakan angka maupun abjad
Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan cara
seperti berikut :
(1) Setiap unsur bagian pendahuluan ditonjolkan dan
disajikan sebagai subbagian.
(2) Semua unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan
tidak dituliskan sebagai subbagian, sehingga tidak
dijumpai adanya subbagian dalam bagian pendahuluan.
Untuk menandai pergantian unsur, dapat dilakukan
dengan pergantian paragraf.
Butir-butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah
hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah. hal-hal
dimaksud dapat berupa paparan teoretis atau pun paparan
yang bersifat praktis, tetapi juga bukan alasan yang bersifat
pribadi. Yang pokok, bagian ini harus dapat mengantarkan
pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah
dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang
perlu dibahas.
Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang
memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakupi persoalan yang
memerlukan penjelasan, deskripsi atau penegasan lebih lanjut.
Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik adalah :
(1) Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi
praktis maupun segi teoritis dan layak untuk dibahas.
(2) Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan
minat penulis.
(3) Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak
terlalu asing atau terlalu baru bagi penulis.
(4) Bahan yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut
memungkinkan untuk diperoleh
Makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh seseorang dan yang sejenis dengan itu, tetapi
lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan penulisan
makalah tersebut.
Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik
makalah. Isi bagian teks utama sangat bervariasi, tergantung
topik yang dibahas dalam makalah. Jika dalam makalah dibahas
7
Bagian
Penutup
Daftar Rujukan
Lampiran
7.
Penjelasan
tiga topik, ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama.
Penulisan bagian teks utama dapat dikatakan sebagai inti
kegiatan penulisan makalah. kemampuan seserang dalam
menulis bagian teks utama makalah merupakan cerminan
tinggi-rendahnya kualitas makalah yang disusun. Penulisan
bagian teks utama yang baik adalah yang dapat membahas
topik secara mendalam dan tuntas, dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar. Pengertian mendalam dan tuntas
ini tidak selalu berarti panjang dan bertele-tele. Dalam
penulisan teks utama, hindarilah penggunaan kata-kata tanpa
makna dan cara penyampaian yang melingkar-lingkar.
Hindarilah kata-kata seperti : dan sebagainya, dan lain-lain (yang
lain itu apa), yang sebesar-besarnya (seberapa besarnya).
Penulisan teks utama makalah dapat dilakukan setelah bahan
penulisan makalah berhasil dikumpulkan. Bahan penulisan
dapat berupa bahan yang bersifat teoritis (yang diperoleh dari
buku teks, laporan penelitian, jurnal, majalah dan barang cetak
lainnya) atau dapat juga dipadukan dengan bahan yang bersifat
factual-empiris (yang terdapat dalam kehidupan nyata).
Bagian penutup berisi simpulan atau rangkuman pembahasan
dan saran (jika dipandang perlu). Bagian ini menandakan
berakhirnya makalah. Penulisan bagian penutup dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.
(1) Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang
telah dilakukan, tanpa diikuti dengan simpulan. Hal ini
dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk
memberikan simpulan terhadap masalah yang dibahas,
atau dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan
sendiri.
(2) Menarik simpulan dari apa yang telah dibahas pada teks
utama makalah.
Selain itu, pada bagian ini juga dapat disertakan saran atau
rekomendari sehubungan dengan masalah yang dibahas. Saran
harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran yang dibuat
haris eksplisit, kepada siapa saran ditujukan dan tindakan atau
hal apa yang disarankan.
Teknik penulisan daftar rujukan dibahas dalam materi teknik
notasi ilmiah dalam makalah ini.
Bagian ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang
dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. Bagian ini
hendaknya juga bernomor halaman.
Teknik Penulisan
Materi tentang teknik penulisan karya ilmiah dalam tulisan ini mengacu pada
pedoman penulisan skripsi bagi mahasiswa S.1 INISNU Jepara tahun 2007. Beberapa
hal yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :
a. Penulisan karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan;
dan jika di pandang mampu maka dapat menggunakan Bahasa Arab dan atau
Bahasa Inggris
8
b. Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung pada
persoalan yang dibicarakan;
c. Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring
(italic), seperti kata istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out), gugur
gunung (gugur gunung);
d. Untuk menghindari subyektivitas, penulisan karya ilmiah tidak diperbolehkan
menggunakan kata saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar;
e. Penulisan ayat al-Quran dan teks al-Hadist sesuai dengan aslinya, memperhatikan
tanda-tanda baca yang tertera, disertai syakalnya dengan menggunakan mushaf
Utsmâni serta menyebutkan nama surat dan nomor ayat untuk teks al-Quran dan
nama perawi untuk teks al-Hadist.
8.
Bentuk dan Format Penulisan
Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang
berdeda-beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa
atau instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk
dan format penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :
a. Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New Roman) dengan
ukuran/font 12 dan line spacing 1,5;
b. Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font Traditional Arabic dengan huruf
ukuran 18;
c. Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4) ukuran
21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;
d. Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya
ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri dan
bawah 3 cm;
e. Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak
balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab dengan
jarak 1 spasi;
f. Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah yang
berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;
g. Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf
dengan memperhatikan estetika penulisan.
h. Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis dari
tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub judul atau
sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika
penulisan;
i. Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir halaman menggunakan angka
arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.) diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor halaman
bab baru yang diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari tepi kiri,
awal kata menggunakan huruf kapital kecuali kata penghubung/sambung,
demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan
memperhatikan estetika penulisan, sedangkan pada halaman judul sampai halaman
daftar isi menggunakan huruf Romawi kecil (seperti i, ii, iii, iv, v, dst.) yang
diletakkan di tengah bagian bawah;
9
j.
k.
l.
9.
Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1.,
Tabel 2., dst.);
Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut
sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;
Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa
Indonesia.
Teknik Notasi Ilmiah
a. Kutipan
1) Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu :
a) Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang
dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan
langsung tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan langsung
dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting saja seperti definisi atau
pendapat seseorang yang khas. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat
baris, diketik biasa dalam teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh
tanda petik(“) dan diberi nomor kutipan yaitu dengan pola catatan kaki
(footnote). Ini dimaksudkan jika diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan
memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih dari empat baris, diketik dengan
masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta
ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan terjemah al-Qur’an dianggap seperti
kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun kurang dari empat baris, tidak
ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya;
b) Kutipan tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil
isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini,
penulis tidak perlu memberi tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan
menyebut sumber pengambilannya;
2) Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;
3) Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu
sumber/buku yang berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris
yang terkait dengan pokok bahasan, tidak termasuk kamus;
4) Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer).
5) Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs
dan menunjukkan print-outnya.
b. Catatan Kaki (footnote)
1) Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki halaman teks yang
menyatakan sumber sesuatu kutipan atau pendapat mengenai sesuatu hal yang
diuraikan dalam teks;
2) Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang berisi komentar atau
penjelasan yang dianggap tidak dapat dimasukkan di dalam teks;
3) Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung dari margin kiri untuk
tulisan latin dan margin kanan untuk tulisan Arab, dimulai pada ketukan
kelima di bawah garis catatan kaki;
4) Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis,
dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab baru;
10
5) Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang (tanpa gelar dan tidak
dibalik), koma, judul sumber/buku dengan huruf kapital setiap awal kata
kecuali kata tugas, koma, jilid/juz, koma, kurung buka kemudian tempat/kota
penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit kemudian kurung tutup,
koma, nomor cetakan, koma, dan nomor halaman diakhiri dengan titik;
6) Judul buku dengan huruf miring (italic), kecuali berbahasa Arab maka ditulis
dengan huruf tebal (bold) dan halaman ( )صفحةbisa disingkat dengan hlm. atau
.( صdalam bahasa Arab), contoh :
1
Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam
Abad 21, (Yogyakarta: Safiria Insania Press dan UII, 2003), Cet. 1, hlm. 15.
7) Nama pengarang yang jumlahnya terdiri dari dua orang, maka kedua nama itu
ditulis. Apabila lebih dari dua orang hanya disebutkan nama pengarang yang
pertama dan setelah tanda koma dituliskan singkatan et. al. ditulis dengan
huruf miring (italic) atau dkk., atau ( واخرونdalam bahasa Arab). Contoh:
Djaali, Pudji Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan,
Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta, 2000. Penulisan dalam footnote sebagai
berikut :
2
Djaali, et. al., Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPS
Universitas Negeri Jakarta, 2000), hlm. 10.
8) Kumpulan karangan yang dirangkum oleh editor, yang dianggap pengarangnya
atau yang dicantumkan dalam catatan kaki nama editor saja. Caranya
dibelakang nama editor itu dicantumkan “(ed.)” dengan italic (ed.). Bila
editornya lebih dari satu maka diberi tambahan “s” (eds.), sedangkan untuk
bahasa Arab ditulis dengan . تحقيقContohnya:
3
Mastuhu (ed.), Penelitian Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998), hlm. 125.
4
Harun Nasution dan Azyumadi Azra (eds.), Perkembangan Modern dalam
Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 125.
9) Apabila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang sama maka
cukup dengan “Ibid.” (dicetak miring) atau
وفس الر جع
(dicetak
tebal
dalam bahasa Arab) tanpa menyebutkan halamannya lagi. Ibid. singkatan dari
Ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Sedangkan bila dari sumber yang
sama dikutip lagi pada halaman yang berbeda, maka dalam catatan kaki ditulis:
Ibid., lalu disebutkan halamannya, contoh:
5
Sutrisno (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), hlm. 20,
6
Ibid. (bila mengutip halaman yang sama).
7
Ibid., hlm. 30. (bila mengutip pada halaman yang berbeda).
10) Apabila dari sumber tersebut dikutip lagi tetapi telah diselingi oleh kutipan
dari sumber lain, maka pada catatan kaki ditulis: Nama pengarang, Judul buku
/ sumber (jika ada lebih dari satu buku), op.cit., (italic) atau
المر جع
(السابقdicetak tebal dalam bahasa Arab) diikuti hlm. Adapun op.cit, singkatan
daru “opere citato” yang artinya dalam karangan yang telah disebut. Sedangkan
apabila dari halaman yang sama dikutip lagi tetapi telah diselingi kutipan dari
sumber lain, maka ditulis loc.cit atau ( وفس المكاdicetak tebal dalam bahasa
11
11)
12)
13)
14)
15)
Arab). Tanpa menyebutkan halaman. loc.cit. adalah singkatan dari “loco citato”
yang artinya pada tempat yang telah dikutip. Contoh :
8
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
hlm. 21.
9
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm.
65.
10
Mustaqim, op.cit., hlm. 30.
11
Fazlur Rahman, loc.cit.
Apabila buku itu berjilid dan yang digunakan lebih dari satu jilid, maka bila
ingin menyebutkan lagi sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama
pengarang dan nomor jilidnya. Contoh :
12
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1,
(Jakarta: UI Press, 1973), Cet. 3, hlm. 25.
13
Ibid., Jilid 2, hlm. 40.
14
Harun Nasution, op.cit., Jilid I, hlm.36
15
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm.
75.
16
Harun Nasution, Loc.cit., Jilid I.
Kutipan yang berasal dari buku yang berbentuk bunga rampai (antologi) atau
kumpulan tulisan dari beberapa penulis, cara penulisannya sebagai berikut:
nama penulis, koma, tanda petik (“), judul tulisan, tanpa petik (“), koma,
dalam, nama editor, koma, judul buku, (italic), koma, kurung buka, tempat
terbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit, kurung tutup, koma, dan
halaman. Contoh:
17
Abdurrohma Masud, “Pendidikan Islam Kontemporer: Problem
Utama, Tantangan dan Prospek”, dalam Ismail (eds.), Paradigma Pendidikan
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 278.
Kutipan yang berasal dari majalah ditulis sebagai berikut : nama penulis, koma,
judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama majalah ditulis italic, koma,
volume, koma, nomor edisi, koma, bulan, koma, tahun terbit, koma dan
nomor halaman.
Contoh:
18
Novel Ali, “Kejahatan Sebagai Akibat Lumpuhnya Pendidikan
Moral”, Panji Masyarakat, XXXV, 789, April, 1994, hlm. 66.
Kutipan yang berasal dari surat kabar cara penulisannya sebagai berikut: nama
penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama surat kabar
ditulis miring, koma, tempat terbit, koma, tanggal, bulan dan tahun terbit,
koma, diakhiri dengan nomor halaman sesuai sumbernya. Contoh:
19
Abdurrohman Said, “Pendidikan Agama setengah Hati”, Suara
Merdeka, Semarang, 4 Juli 2003, hlm. VI.
Kutipan yang berasal dari karya ilimiah yang tidak / belum diterbitkan, cara
penulisannya: nama pengarang, koma, judul karangan ilmiah dengan diapit
tanda petik (“---“), koma, disebutkan skripsi, tesis atau disertasi, koma, kurung
buka, nama kota penyimpanan, titik dua, nama tempat penyimpanan, koma,
tahun penulisan, koma, kurung tutup, koma, nomor halaman, dan keterangan
12
tidak diterbitkan yang disingkat dengan “t.d.”sedangkan untuk Bahasa Arab
ditulis dengan عخطو طcontoh:
20
Nasirudin, “Asketisisme Hasan Al-Bashri (Tinjauan Sosio-Historis)”,
Tesis Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Yogyakarta: Perpustakaan
Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000), hlm. 23, t.d.
16) Kutipan yang berasal dari buku / kitab yang asli dan terjemahnya, angka
kutipan diletakkan di belakang terjemah; sedangkan kutipan yang berasal dari
buku / kitab berbahasa asing tanpa terjemah maka angka kutipan diletakkan di
belakang kutipan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan antara
terjemahan dari penerjemah dan penulis sendiri.
17) Sumber kutipan yang tidak ada tempat terbitnya maka tempat
terbitnya
ditulis dengan singkatan tt.p. atau ( بدون مكانdalam Bahasa Arab), jika tidak ada
penerbitnya maka nama penerbit ditulis dengan singkatan t.p. ( )بدون وا شر
dan jika tidak ada tahun terbitnya maka ditulis t.t atau ( بدون تاريخdalam Bahasa
Arab). Sedang untuk singkatan الطبعةmenggunakan . ط, dan singkatan الجزء
menggunakan huruf .ج
18) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai
berikut : nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma,
nama situs koma, nomor halaman. Contoh :
21
Ahmad
Sapari,
“Kurikulum
Berbasis
Kompentensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml, hlm. 2.
c.
Daftar Kepustakaan
1) Daftar pustaka, yang merupakan keterangan mengenai bahan bacaan yang
dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi, ditempatkan diakhir skripsi
dengan jarak satu (1) spasi dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan
jarak antara dua sumber pustaka satu setengah (1,5) spasi;
2) Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama kedua), koma,
nama lengkap (tanpa gelar), koma, judul buku dicetak miring (italic), koma,
jilid atau volume, koma, tempat penerbitan, titik dua, nama penerbit, koma,
tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;
3) Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan mendahulukan
nama keluarga dan marga (kalau ada) atau nama belakang, dan diketik pada
ketukan pertama. Untuk singkatan mengikuti nama terakhir. Bila informasi
tentang buku/sumber rujukan itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan
berikutnya diketik mulai ketukan kelima. Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1973, Cet. 3.
Sapari,
Ahmad
“Kurikulum
Berbaris
Kompetensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.
4) Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka nama kedua-duanya ditulis,
dihubungkan dengan kata dan, seperti Nashiruddin dan Karnadi. Apabila
lebih dari dua orang, ditulis nama pertama dan diikuti kata dkk. (dan kawankawan) atau
( واخرونdalam bahasa Arab), seperti Nashiruddin dkk. (
)واصرالديه واخرون.
13
5) Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang yang sama, maka
nama pengarang dicantumkan satu kali, lainnya cukup diganti dengan garis
sepanjang lima ketukan dari garis margin kiri (tulisan latin) dan margin kanan
(bahasa Arab) dan diikuti oleh koma, dengan ketentuan mendahulukan
sumber pustaka yang lebih dahulu penerbitannya.
Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1973, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986.
6) Apabila berupa buku terjemahan maka ditulis pengarang yang asli, koma, judul
buku, koma, kata terj. Atau ( تر جمةdalam bahasa Arab), nama penerjemah,
koma, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit diakhiri
dengan titik. Contoh :
Benda, Harry J., Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia pada Masa
Pendudukan Jepang, terj. Daniel Dhakidae, Jakarta: Pustaka Jaya,
1980.
7) Jika penulis dan tahunnya sama, sedangkan judul bukunya berbeda maka
dibelakang keterangan tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya sesuai dengan
bulan terbit. Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1986a, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986b.
8) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai
berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma,
nama situs, titik.
Contoh :
Sapari,
Ahmad
“Kurikulum
Berbaris
Kompetensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.
10. Epilog
Sebagai catatan akhir, penulis ingin mengutip semangat mahasiswa jurnalis yang
senantiasa didengungkan untuk menggelorakan semangat berkarya :
Menulislah agar dibaca orang,
atau berbuatlah agar ditulis orang,
niscaya kau akan abadi
(LPM Bursa)
14
Daftar Pustaka
BAUAK INISNU Jepara, Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S1) INISNU
Jepara, Jepara: INISNU Press, 2007
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005, Cet. 1
Nazir, M., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Singarimbun, M., Effendi, S., Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1995
Soemanto, Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara,
2005, Cet. 8
15
Ringkasan Metodologi Penyusunan Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa
Oleh : Dedi Merisa, SHI
As language distinguishes man from animal,
So writing distinguishes civilized man from barbarian
1.
Prolog
Kutipan redaksi di atas adalah pemeo dalam dunia antropologi, penulis ingin
menegaskan bahwa menulis itu penting karena terkait erat dengan peradaban. Carlyle,
Kant, Mirabeau dan Renan bahkan percaya dan meyakini bahwa penemuan tulisan
benar-benar telah membentuk awal peradaban (Haris Sumadiria, 2009: v). Melalui
tulisan, kita mengenal sejarah dan peradaban masa lalu, dan masa kini akan tetap
dikenang oleh masa depan jika terekam dalam tulisan.
Salah satu ragam tulisan adalah karya ilmiah. Di perguruan tinggi, menulis karya
ilmiah menjadi kewajiban bagi setiap civitas academika. Hal ini karena karya ilmiah
adalah manifestasi dari penelitian yang merupakan bagian integral dari Tridharma
Perguruan Tinggi. Dengan demikian maka, lemahnya budaya menulis karya ilmiah di
perguruan tinggi adalah indikasi telah terjadi kepincangan dalam internalisasi
Tridharma Perguruan Tinggi, atau dalam terminologi lain dapat disebut belum menjadi
perguruan tinggi yang kafah.
Merefleksi realitas tersebut, maka menjadi penting untuk terus menggelorakan
semangat meneliti dan menulis bagi seluruh civitas acedemika. Dalam terminologi fiqih,
menulis karya ilmiah bagi mahasiswa adalah jihad dan hukumnya fadlu „ain. Bagi
mahasiswa, karya tulis ilmiah harus dijadikan masterpiece, sehingga dalam produksinya
harus memenuhi berbagai ketentuan yang agar dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Karena itulah maka pengetahuan tentang teknik penulisan karya tulis ilmiah
menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap mahasiswa.
Tulisan ringkas ini berupaya memberikan stimulus bagi mahasiswa untuk dapat
mengembangkan potensinya dalam bidang penulisan karya ilmiah dengan memberikan
gambaran singkat tentang teknik penyusunan karya tulis ilmiah. Karena keterbatasan
ruang dan waktu, maka penulis tidak mengkaji teknik penyusunan karya ilmiah secara
komprehensif, namun hanya sekilas informasi dan petunjuk teknik secara ringkas
tentang tata cara penulisan karya tulis ilmiah.
2.
Definisi Karya Ilmiah
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui
kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain
Disampaikan dalam Pelatihan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Tarbiyah
INISNU Jepara pada tanggal 10 April 2011 di Desa Jambu Barat Mlonggo Jepara.
Alumni Fakultas Syari’ah INISNU Jepara
1
sebelumnya. Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan
sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya (uang, alat,
bahan) yang digunakan dalam penelitian. Untuk memenuhi standar ilmiah, sebuah
karya harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah kriteria metodologis,
dalam hal ini karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan metodologi ilmiah.
Brotowidjojo (1985:8-9) mengemukakan bahwa “karya ilmiah adalah karya ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar”. Dengan demikian, penggunaan metodologi yang benar menjadi salah
satu unsur terpenting dalam penyusunan karya ilmiah (Bambang Dwiloka dan Rati
Riana, 2005: 1-6).
Dalam literatur lain, disebutkan bahwa karya tulis ilmiah adalah serangkaian
kegiatan penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis
secara sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang
menyatakan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan
kriteria ilmiah. (Maizuddin M. Nur, 2010).
3.
Jenis Karya Ilmiah
Karya ilmiah mempunyai banyak jenis, tergantung pada penggunaannya. Ada
yang berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian (research report), artikel untuk
dimuat di majalah ilmiah, jurnal atau makalah untuk diseminarkan.
Dalam tulisan ini, penulis akan lebih banyak mendeskripsikan tentang karya
ilmiah jenis makalah. hal ini karena makalah adalah jenis karya ilmiah yang paling
banyak dibuat oleh mahasiswa.
Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu makalah deduktif, makalah induktif dan makalah campuran.
Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian
teoritis (pustaka) yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif adalah
makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang
relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah campuran adalah makalah yang
penulisannya didasarkan pada kajian teoretis digabungkan dengan data empiris yang
relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam pelaksanaannya, jenis makalah pertama
merupakan jenis makalah yang paling banyak digunakan (Bambang Dwiloka dan Rati
Riana, 2005: 97-98).
4.
Kriteria Ilmiah
M. Nazir, (1988) menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan menggunakan
metode ilmiah, yaitu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria metode ilmiah
adalah :
a. Berdasarkan fakta (bukan kira-kira, khayalan, legenda)
b. Bebas dari prasangka (tidak subyektif)
c. Menggunakan prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah
berdasarkan analisis yang logis)
d. Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan)
e. Menggunakan ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)
f. Menggunakan teknik kuantifikasi (nominal, rangking, rating)
2
a.
b.
c.
d.
e.
Metode ilmiah juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat
untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan
masalah.
Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang
dibuat secara rasional berdasarkan buktibukti yang tersedia
Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama
dengan kondisi yang sama pula.
Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan
konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
Nur Khoiri (2011) memaparkan bahwa suatu karya tulis disebut karya tulis
ilmiah jika: (1) mempermasalahkan pengetahuan ilmiah, (2) penulisannya dijiwai oleh
metode ilmiah, dan (3) memenuhi persyaratan tata cara penulisan keilmuan. Lebih
lanjut dijelaskan pula bahwa yang dimaksud dengan ilmiah adalah bersifat dan berada
pada kawasan keilmuan. Ilmu bagian dari pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah. Adapun metode ilmiah adalah cara berfikir sistematis,
logis, rasional, objektif, berdasarkan fakta untuk menemukan, membuktikan, dan
mengembangkan pengetahuan tertentu.
Sebuah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, metode
ilmiah digunakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:
a. Melakukan observasi, menetapkan masalah dan tujuan
b. Menyusun hipotesis
c. Menyusun rencana penelitian
d. Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan
e. Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data
f. Menganalisa dan menginterpretasikan data
g. Merumuskan kesimpulan (teori) dan saran (Nur Khoiri, 2011)
5.
Tahap Penyusunan Karya Ilmiah
Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan penyusunan karya ilmiah menurut
Zaenal Arifin (2003) sebagaimana dikutip oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana
(2005:9-24). Pada dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap, yaitu :
a. Persiapan
1) Pemilihan Topik/Masalah
Topik/Masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam memilih
topik/masalah, Arifin (2003:8) memberikan beberapa pertimbangan :
a) Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman
kita maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari
kita karena hal itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.
b) Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
c) Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan
terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan
informasi yang beraneka ragam.
d) Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik
yang bersifat subyektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
3
e)
f)
Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun
serba sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi
kita.
Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan
kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah
yang hendak ditulis. Sember kepustakaan dapat berupa buku, majalah,
jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web, atau undangundang.
2) Pembatasan Topik dan Penentuan Judul
Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjukpetunjuk, kita tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup
sempit dan terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang. Jika sudah
dilakukan pembatasan topik, judul karya ilmiah bukanlah hal yang sulit
ditentukan karena pada dasarnya langkah-langkah yang ditempuh dalam
pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul.
Perbedaannya adalah pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan
karya ilmiah, sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau
sesudah penulisan karya ilmiah. Jika sudah ada topik yang terbatas, karya ilmiah
sudah dapat mulai digarap walaupun judul belum ada.
Selain dengan pembatasan topik, penentuan judul karya ilmiah dapat
pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa,
mengapa, bagaimana, di mana dan kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu
harus dijawab pada penentuan judul. Dalam sebuah judul, adakalanya dibatasi
dengan memberi sub judul. Sub judul selain berfungsi membatasi judul juga
berfungsi sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti itu,
antara judul utama dan sub judul harus dibubuhan tanda baca titik dua (:).
3) Pembuatan Kerangka Karya (outline)
Pada prinsipnya, penyusunan kerangka karangan karya adalah proses
penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis
dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Penyusun karya ilmiah dapat
membuat ragaan buram, yakni ragaan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan
sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi, atau dapat juga membuat ragaan
kerja, yaitu ragaan yang sudah merupakan perluasan atau penjabaran dari ragaan
buram. Tentu saja, jenis kedua memudahkan penyusunan untu
mengembangkan karya (Moeliono, 1998:1; Arifin, 2003:15).
Penulis karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan
judul subbab sebelum menentukan kerangka karya. Judul bab dan judul subbab
itu merupakan pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang ditentukan. Jika
ragaan telah selesai dibuat, langkah berikutnya adalah pembuatan rencana
daftar isi karya ilmiah. Kita perlu membuat rencana daftar isi yang lengkap, pada
bagian awal dilengkapi dengan tajuk prakata, daftar isi, daftar table (jika ada),
daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada). Bab Pedahuluan/Bab I terdiri
atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan masalah,
4
tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir daftar isi
dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran (jika ada).
Pada dasarnya, penulis karya ilmiah mempunyai hak prerogatif untuk
menyusun daftar isinya sendiri. Akan tetapi, paling sedikit sebuah karya ilmiah
berisi tiga bab, yaitu pendahuluan, isi atau analisis, dan penutup. Jika isi atau
analisis itu agak luas, kita dapat memecah isu itu menjadi dua atau lebih bab
sehingga kaya ilmiah menjadi empat bab atau lebih.
b. Pengumpulan Data
Dalam diskursus ilmu penelitian, data dapat dikumpulkan melalui
pengamatan (observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan). Adapun langkahlangkah yang dapat ditempuh dalam pengumpulan data adalah :
1) Pencarian informasi/keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar
dan majalah yang relevan dengan topik tulisan.
2) Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan
ditulis
3) Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti
4) Percobaan dan pengujian di lapangan atau di laboratorium
c.
Pengorganisasian dan Pengonsepan
Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data
tersebut. Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk.
Penyusun menentukan data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun
harus mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang
ditentukan. Misalnya, jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis
dengan teknik statistic. Selanjutnya, penyusun dapat mulai mengonsep karya ilmiah
itu dengan urutan dalam ragaan yang ditetapkan.
d. Pemeriksaan/Penyuntingan Konsep
Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu
ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah
penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat
menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup
pemeriksaan isi karya dan cara penyajian karya, termasuk penyuntingan bahasa
yang digunakan.
e.
6.
Penyajian/Pengetikan.
Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian
dan kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya
ilmiah. Misalnya penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar,
unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur
dalam daftar pustaka.
Sistematika Karya Ilmiah
Di atas telah dijelaskan bahwa karya ilmiah memiliki banyak varian. Setiap
varian tersebut memiliki sistematika yang berbeda. Dalam kesempatan ini, penulis
5
hanya akan mendeskripsikan sistematika penulisan karya ilmiah jenis makalah.
Pertimbangannya, jenis makalah merupakan jenis karya ilmiah yang paling sering
disusun oleh mahasiswa. Sehingga diharapkan akan lebih bermanfaat secara praktis.
Deskripsi tentang sistematika penulisan makalah berikut ini dikutip dari buku
“Teknik Menulis Karya Ilmiah”karya Bambang Dwiloka dan Rati Riana.
Dari segi jumlah halaman, dapat dibedakan antara makalah panjang dan
makalah pendek. Makalah panjang adalah makalah yang jumlah halamannya lebih dari
20 halaman. Secara garis besar, makalah panjang terdiri dari atas tiga bagian; yaitu
bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.
Bagian Awal
Halaman Sampul
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian Inti
Pendahuluan
Latar Belakang Penulisan Makalah
Masalah atau Topik Bahasan
Tujuan Penulisan Makalah
Teks Utama
Penutup
Bagian Akhir
Daftar Rujukan
Lampiran (jika ada)
Setiap bagian dari sistematika di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bagian
Penjelasan
Halaman Sampul
Dicantumkan judul makalah, keperluan atau maksud
ditulisnya makalah, nama penulis makalah dan tempat serta
waktu penulisan makalah. Terkait dengan pembuatan judul
makalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
(1) Judul harus mencerminkan isi makalah atau
mencerminkan topik yang diangkat.
(2) Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau
klausa, bukan dalam bentuk kalimat. Itulah sebabnya
judul makalah tidak diakhiri dengan tanda titik (.).
(3) Judul makalah hendaknya singkat dan jelas, sebaiknya
berkisar 5-15 buah kata.
(4) Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk
mengetahui isinya. Namun, judul makalah harus tetap
mencerinkan isi makalah.
Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 20
halaman. Penulisan daftar isi dilakukan dengan ketentuan (1)
judul bagian makalah ditulis dengan menggunakan huruf kecil
(kecuali awal kata selain kata tugas), (2) penulisan judul bagian
dan judul subbagian dilengkapi dengan nomor halaman
tempat pemuatannya dalam makalah, dan (3) penulisan daftar
Daftar Isi
6
Bagian
Daftar Tabel dan
Gambar
Bagian Inti
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah atau
Topik Bahasan
Tujuan Penulisan
Makalah
Teks Utama
Penjelasan
isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan
antarbagian dua spasi.
Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama)
dituliskan secara lengap. Jika tabel dan gambar lebih dari satu
buah, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar dilakukan
terpisah, tetapi jika hanya terdapat sebuah tabel atau gambar,
sebaiknya daftar tabel atau gambar disatukan dengan daftar isi
makalah.
Ada tiga macam cara penulisan yang dapat dipakai dalam
susunan bagian inti, yaitu :
(1) Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau
Arab),
(2) Penulisan
dengan
menggunakan
angka
yang
dikombinasikan dengan abjad, dan
(3) Penulisan tanpa menggunakan angka maupun abjad
Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan cara
seperti berikut :
(1) Setiap unsur bagian pendahuluan ditonjolkan dan
disajikan sebagai subbagian.
(2) Semua unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan
tidak dituliskan sebagai subbagian, sehingga tidak
dijumpai adanya subbagian dalam bagian pendahuluan.
Untuk menandai pergantian unsur, dapat dilakukan
dengan pergantian paragraf.
Butir-butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah
hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah. hal-hal
dimaksud dapat berupa paparan teoretis atau pun paparan
yang bersifat praktis, tetapi juga bukan alasan yang bersifat
pribadi. Yang pokok, bagian ini harus dapat mengantarkan
pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah
dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang
perlu dibahas.
Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang
memerlukan pemecahan, tetapi juga mencakupi persoalan yang
memerlukan penjelasan, deskripsi atau penegasan lebih lanjut.
Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik adalah :
(1) Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi
praktis maupun segi teoritis dan layak untuk dibahas.
(2) Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan
minat penulis.
(3) Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak
terlalu asing atau terlalu baru bagi penulis.
(4) Bahan yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut
memungkinkan untuk diperoleh
Makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh seseorang dan yang sejenis dengan itu, tetapi
lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan penulisan
makalah tersebut.
Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik
makalah. Isi bagian teks utama sangat bervariasi, tergantung
topik yang dibahas dalam makalah. Jika dalam makalah dibahas
7
Bagian
Penutup
Daftar Rujukan
Lampiran
7.
Penjelasan
tiga topik, ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama.
Penulisan bagian teks utama dapat dikatakan sebagai inti
kegiatan penulisan makalah. kemampuan seserang dalam
menulis bagian teks utama makalah merupakan cerminan
tinggi-rendahnya kualitas makalah yang disusun. Penulisan
bagian teks utama yang baik adalah yang dapat membahas
topik secara mendalam dan tuntas, dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar. Pengertian mendalam dan tuntas
ini tidak selalu berarti panjang dan bertele-tele. Dalam
penulisan teks utama, hindarilah penggunaan kata-kata tanpa
makna dan cara penyampaian yang melingkar-lingkar.
Hindarilah kata-kata seperti : dan sebagainya, dan lain-lain (yang
lain itu apa), yang sebesar-besarnya (seberapa besarnya).
Penulisan teks utama makalah dapat dilakukan setelah bahan
penulisan makalah berhasil dikumpulkan. Bahan penulisan
dapat berupa bahan yang bersifat teoritis (yang diperoleh dari
buku teks, laporan penelitian, jurnal, majalah dan barang cetak
lainnya) atau dapat juga dipadukan dengan bahan yang bersifat
factual-empiris (yang terdapat dalam kehidupan nyata).
Bagian penutup berisi simpulan atau rangkuman pembahasan
dan saran (jika dipandang perlu). Bagian ini menandakan
berakhirnya makalah. Penulisan bagian penutup dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.
(1) Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang
telah dilakukan, tanpa diikuti dengan simpulan. Hal ini
dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk
memberikan simpulan terhadap masalah yang dibahas,
atau dimaksudkan agar pembaca menarik kesimpulan
sendiri.
(2) Menarik simpulan dari apa yang telah dibahas pada teks
utama makalah.
Selain itu, pada bagian ini juga dapat disertakan saran atau
rekomendari sehubungan dengan masalah yang dibahas. Saran
harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran yang dibuat
haris eksplisit, kepada siapa saran ditujukan dan tindakan atau
hal apa yang disarankan.
Teknik penulisan daftar rujukan dibahas dalam materi teknik
notasi ilmiah dalam makalah ini.
Bagian ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang
dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah. Bagian ini
hendaknya juga bernomor halaman.
Teknik Penulisan
Materi tentang teknik penulisan karya ilmiah dalam tulisan ini mengacu pada
pedoman penulisan skripsi bagi mahasiswa S.1 INISNU Jepara tahun 2007. Beberapa
hal yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :
a. Penulisan karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
mengacu pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan;
dan jika di pandang mampu maka dapat menggunakan Bahasa Arab dan atau
Bahasa Inggris
8
b. Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung pada
persoalan yang dibicarakan;
c. Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring
(italic), seperti kata istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out), gugur
gunung (gugur gunung);
d. Untuk menghindari subyektivitas, penulisan karya ilmiah tidak diperbolehkan
menggunakan kata saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar;
e. Penulisan ayat al-Quran dan teks al-Hadist sesuai dengan aslinya, memperhatikan
tanda-tanda baca yang tertera, disertai syakalnya dengan menggunakan mushaf
Utsmâni serta menyebutkan nama surat dan nomor ayat untuk teks al-Quran dan
nama perawi untuk teks al-Hadist.
8.
Bentuk dan Format Penulisan
Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang
berdeda-beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa
atau instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk
dan format penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :
a. Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New Roman) dengan
ukuran/font 12 dan line spacing 1,5;
b. Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font Traditional Arabic dengan huruf
ukuran 18;
c. Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4) ukuran
21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;
d. Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya
ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri dan
bawah 3 cm;
e. Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak
balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab dengan
jarak 1 spasi;
f. Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah yang
berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;
g. Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf
dengan memperhatikan estetika penulisan.
h. Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis dari
tepi kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub judul atau
sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika
penulisan;
i. Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir halaman menggunakan angka
arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.) diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor halaman
bab baru yang diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari tepi kiri,
awal kata menggunakan huruf kapital kecuali kata penghubung/sambung,
demikian juga anak sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan
memperhatikan estetika penulisan, sedangkan pada halaman judul sampai halaman
daftar isi menggunakan huruf Romawi kecil (seperti i, ii, iii, iv, v, dst.) yang
diletakkan di tengah bagian bawah;
9
j.
k.
l.
9.
Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1.,
Tabel 2., dst.);
Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut
sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;
Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa
Indonesia.
Teknik Notasi Ilmiah
a. Kutipan
1) Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu :
a) Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli yang
dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya. Kutipan
langsung tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan langsung
dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting saja seperti definisi atau
pendapat seseorang yang khas. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat
baris, diketik biasa dalam teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh
tanda petik(“) dan diberi nomor kutipan yaitu dengan pola catatan kaki
(footnote). Ini dimaksudkan jika diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan
memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih dari empat baris, diketik dengan
masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak dibubuhkan tanda petik, serta
ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan terjemah al-Qur’an dianggap seperti
kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun kurang dari empat baris, tidak
ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya;
b) Kutipan tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil
isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan. Dalam kutipan semacam ini,
penulis tidak perlu memberi tanda petik, ditulis seperti teks biasa dengan
menyebut sumber pengambilannya;
2) Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;
3) Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu
sumber/buku yang berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris
yang terkait dengan pokok bahasan, tidak termasuk kamus;
4) Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer).
5) Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs
dan menunjukkan print-outnya.
b. Catatan Kaki (footnote)
1) Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki halaman teks yang
menyatakan sumber sesuatu kutipan atau pendapat mengenai sesuatu hal yang
diuraikan dalam teks;
2) Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang berisi komentar atau
penjelasan yang dianggap tidak dapat dimasukkan di dalam teks;
3) Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung dari margin kiri untuk
tulisan latin dan margin kanan untuk tulisan Arab, dimulai pada ketukan
kelima di bawah garis catatan kaki;
4) Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis,
dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab baru;
10
5) Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang (tanpa gelar dan tidak
dibalik), koma, judul sumber/buku dengan huruf kapital setiap awal kata
kecuali kata tugas, koma, jilid/juz, koma, kurung buka kemudian tempat/kota
penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit kemudian kurung tutup,
koma, nomor cetakan, koma, dan nomor halaman diakhiri dengan titik;
6) Judul buku dengan huruf miring (italic), kecuali berbahasa Arab maka ditulis
dengan huruf tebal (bold) dan halaman ( )صفحةbisa disingkat dengan hlm. atau
.( صdalam bahasa Arab), contoh :
1
Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam
Abad 21, (Yogyakarta: Safiria Insania Press dan UII, 2003), Cet. 1, hlm. 15.
7) Nama pengarang yang jumlahnya terdiri dari dua orang, maka kedua nama itu
ditulis. Apabila lebih dari dua orang hanya disebutkan nama pengarang yang
pertama dan setelah tanda koma dituliskan singkatan et. al. ditulis dengan
huruf miring (italic) atau dkk., atau ( واخرونdalam bahasa Arab). Contoh:
Djaali, Pudji Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan,
Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta, 2000. Penulisan dalam footnote sebagai
berikut :
2
Djaali, et. al., Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPS
Universitas Negeri Jakarta, 2000), hlm. 10.
8) Kumpulan karangan yang dirangkum oleh editor, yang dianggap pengarangnya
atau yang dicantumkan dalam catatan kaki nama editor saja. Caranya
dibelakang nama editor itu dicantumkan “(ed.)” dengan italic (ed.). Bila
editornya lebih dari satu maka diberi tambahan “s” (eds.), sedangkan untuk
bahasa Arab ditulis dengan . تحقيقContohnya:
3
Mastuhu (ed.), Penelitian Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998), hlm. 125.
4
Harun Nasution dan Azyumadi Azra (eds.), Perkembangan Modern dalam
Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 125.
9) Apabila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang sama maka
cukup dengan “Ibid.” (dicetak miring) atau
وفس الر جع
(dicetak
tebal
dalam bahasa Arab) tanpa menyebutkan halamannya lagi. Ibid. singkatan dari
Ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Sedangkan bila dari sumber yang
sama dikutip lagi pada halaman yang berbeda, maka dalam catatan kaki ditulis:
Ibid., lalu disebutkan halamannya, contoh:
5
Sutrisno (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), hlm. 20,
6
Ibid. (bila mengutip halaman yang sama).
7
Ibid., hlm. 30. (bila mengutip pada halaman yang berbeda).
10) Apabila dari sumber tersebut dikutip lagi tetapi telah diselingi oleh kutipan
dari sumber lain, maka pada catatan kaki ditulis: Nama pengarang, Judul buku
/ sumber (jika ada lebih dari satu buku), op.cit., (italic) atau
المر جع
(السابقdicetak tebal dalam bahasa Arab) diikuti hlm. Adapun op.cit, singkatan
daru “opere citato” yang artinya dalam karangan yang telah disebut. Sedangkan
apabila dari halaman yang sama dikutip lagi tetapi telah diselingi kutipan dari
sumber lain, maka ditulis loc.cit atau ( وفس المكاdicetak tebal dalam bahasa
11
11)
12)
13)
14)
15)
Arab). Tanpa menyebutkan halaman. loc.cit. adalah singkatan dari “loco citato”
yang artinya pada tempat yang telah dikutip. Contoh :
8
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),
hlm. 21.
9
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm.
65.
10
Mustaqim, op.cit., hlm. 30.
11
Fazlur Rahman, loc.cit.
Apabila buku itu berjilid dan yang digunakan lebih dari satu jilid, maka bila
ingin menyebutkan lagi sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama
pengarang dan nomor jilidnya. Contoh :
12
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1,
(Jakarta: UI Press, 1973), Cet. 3, hlm. 25.
13
Ibid., Jilid 2, hlm. 40.
14
Harun Nasution, op.cit., Jilid I, hlm.36
15
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm.
75.
16
Harun Nasution, Loc.cit., Jilid I.
Kutipan yang berasal dari buku yang berbentuk bunga rampai (antologi) atau
kumpulan tulisan dari beberapa penulis, cara penulisannya sebagai berikut:
nama penulis, koma, tanda petik (“), judul tulisan, tanpa petik (“), koma,
dalam, nama editor, koma, judul buku, (italic), koma, kurung buka, tempat
terbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit, kurung tutup, koma, dan
halaman. Contoh:
17
Abdurrohma Masud, “Pendidikan Islam Kontemporer: Problem
Utama, Tantangan dan Prospek”, dalam Ismail (eds.), Paradigma Pendidikan
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 278.
Kutipan yang berasal dari majalah ditulis sebagai berikut : nama penulis, koma,
judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama majalah ditulis italic, koma,
volume, koma, nomor edisi, koma, bulan, koma, tahun terbit, koma dan
nomor halaman.
Contoh:
18
Novel Ali, “Kejahatan Sebagai Akibat Lumpuhnya Pendidikan
Moral”, Panji Masyarakat, XXXV, 789, April, 1994, hlm. 66.
Kutipan yang berasal dari surat kabar cara penulisannya sebagai berikut: nama
penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama surat kabar
ditulis miring, koma, tempat terbit, koma, tanggal, bulan dan tahun terbit,
koma, diakhiri dengan nomor halaman sesuai sumbernya. Contoh:
19
Abdurrohman Said, “Pendidikan Agama setengah Hati”, Suara
Merdeka, Semarang, 4 Juli 2003, hlm. VI.
Kutipan yang berasal dari karya ilimiah yang tidak / belum diterbitkan, cara
penulisannya: nama pengarang, koma, judul karangan ilmiah dengan diapit
tanda petik (“---“), koma, disebutkan skripsi, tesis atau disertasi, koma, kurung
buka, nama kota penyimpanan, titik dua, nama tempat penyimpanan, koma,
tahun penulisan, koma, kurung tutup, koma, nomor halaman, dan keterangan
12
tidak diterbitkan yang disingkat dengan “t.d.”sedangkan untuk Bahasa Arab
ditulis dengan عخطو طcontoh:
20
Nasirudin, “Asketisisme Hasan Al-Bashri (Tinjauan Sosio-Historis)”,
Tesis Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Yogyakarta: Perpustakaan
Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000), hlm. 23, t.d.
16) Kutipan yang berasal dari buku / kitab yang asli dan terjemahnya, angka
kutipan diletakkan di belakang terjemah; sedangkan kutipan yang berasal dari
buku / kitab berbahasa asing tanpa terjemah maka angka kutipan diletakkan di
belakang kutipan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan antara
terjemahan dari penerjemah dan penulis sendiri.
17) Sumber kutipan yang tidak ada tempat terbitnya maka tempat
terbitnya
ditulis dengan singkatan tt.p. atau ( بدون مكانdalam Bahasa Arab), jika tidak ada
penerbitnya maka nama penerbit ditulis dengan singkatan t.p. ( )بدون وا شر
dan jika tidak ada tahun terbitnya maka ditulis t.t atau ( بدون تاريخdalam Bahasa
Arab). Sedang untuk singkatan الطبعةmenggunakan . ط, dan singkatan الجزء
menggunakan huruf .ج
18) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai
berikut : nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma,
nama situs koma, nomor halaman. Contoh :
21
Ahmad
Sapari,
“Kurikulum
Berbasis
Kompentensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml, hlm. 2.
c.
Daftar Kepustakaan
1) Daftar pustaka, yang merupakan keterangan mengenai bahan bacaan yang
dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi, ditempatkan diakhir skripsi
dengan jarak satu (1) spasi dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan
jarak antara dua sumber pustaka satu setengah (1,5) spasi;
2) Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama kedua), koma,
nama lengkap (tanpa gelar), koma, judul buku dicetak miring (italic), koma,
jilid atau volume, koma, tempat penerbitan, titik dua, nama penerbit, koma,
tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;
3) Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan mendahulukan
nama keluarga dan marga (kalau ada) atau nama belakang, dan diketik pada
ketukan pertama. Untuk singkatan mengikuti nama terakhir. Bila informasi
tentang buku/sumber rujukan itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan
berikutnya diketik mulai ketukan kelima. Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1973, Cet. 3.
Sapari,
Ahmad
“Kurikulum
Berbaris
Kompetensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.
4) Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka nama kedua-duanya ditulis,
dihubungkan dengan kata dan, seperti Nashiruddin dan Karnadi. Apabila
lebih dari dua orang, ditulis nama pertama dan diikuti kata dkk. (dan kawankawan) atau
( واخرونdalam bahasa Arab), seperti Nashiruddin dkk. (
)واصرالديه واخرون.
13
5) Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang yang sama, maka
nama pengarang dicantumkan satu kali, lainnya cukup diganti dengan garis
sepanjang lima ketukan dari garis margin kiri (tulisan latin) dan margin kanan
(bahasa Arab) dan diikuti oleh koma, dengan ketentuan mendahulukan
sumber pustaka yang lebih dahulu penerbitannya.
Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1973, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986.
6) Apabila berupa buku terjemahan maka ditulis pengarang yang asli, koma, judul
buku, koma, kata terj. Atau ( تر جمةdalam bahasa Arab), nama penerjemah,
koma, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit diakhiri
dengan titik. Contoh :
Benda, Harry J., Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia pada Masa
Pendudukan Jepang, terj. Daniel Dhakidae, Jakarta: Pustaka Jaya,
1980.
7) Jika penulis dan tahunnya sama, sedangkan judul bukunya berbeda maka
dibelakang keterangan tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya sesuai dengan
bulan terbit. Contoh :
Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1986a, Cet. 3.
____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986b.
8) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai
berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma,
nama situs, titik.
Contoh :
Sapari,
Ahmad
“Kurikulum
Berbaris
Kompetensi”,
http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.
10. Epilog
Sebagai catatan akhir, penulis ingin mengutip semangat mahasiswa jurnalis yang
senantiasa didengungkan untuk menggelorakan semangat berkarya :
Menulislah agar dibaca orang,
atau berbuatlah agar ditulis orang,
niscaya kau akan abadi
(LPM Bursa)
14
Daftar Pustaka
BAUAK INISNU Jepara, Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S1) INISNU
Jepara, Jepara: INISNU Press, 2007
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005, Cet. 1
Nazir, M., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988
Singarimbun, M., Effendi, S., Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1995
Soemanto, Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara,
2005, Cet. 8
15