2015 Copyediting Sebuah Pengantar Kemahiran

  COPYEDITING SEBUAH PENGANTAR KEMAHIRAN

Bambang Trim

move on your idea

  

Copyediting: Sebuah Pengantar Kemahiran

©2015 oleh Bambang Trim

Hak cipta ada pada penulis. Hak penerbitan ada pada Trimuvi Akselerasi Media.

  

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk cetakan untuk tujuan komersial.

  

Penggunaan konten buku dibenarkan dengan menyebutkan sumbernya.

  

Buku ini kali pertama diterbitkan dalam bentuk mini eBook.

  

Januari 2015

Trimuvi Akselerasi Media

  

Jalan Cihanjuang No. 155, Cimahi 40513

Telp. 022-86617757

email: [email protected]

www.manistebu.com

  

Kredit Foto Sampul:

wisegeek.com

  Daftar Isi Prakata

  —v

  Bab 1 Editor Kini

  —9 Editor Dahulu Kala—10 Pekerjaan Mentereng—12 Apa yang Dikerjakan Copyeditor—15

  Bab 2 Copyediting

  —15 Keterbacaan dan Kejelahan—16 Ketaatasasan/Konsistensi—17 Kebenaran Tata Bahasa—18 Kejelasan Gaya Bahasa—18 Ketelitian Data dan Fakta—19 Kelegalan dan Kesopanan—19 Ketepatan Rincian Produksi—20 Mechanical Editing—21

  Bab 3 Kemahiran Copyediting

  —23 Antara Menulis dan Menyunting—24 Copyediting sebagai Seni—25 Tak Ada Naskah yang Tak Retak—27 Dicari Copyeditor Andal—27

  Daftar Pustaka—29 Tentang Penulis—31

  

Prakata

  lhamdulillah, hanya dalam tempo dua hari, saya mampu menyu- sun buku sederhana ini dalam format mini eBook. Utamanya didorong untuk berbagi secara gratis sebagai bagian program

  A

  edukasi masyarakat perbukuan di Indonesia yang dilakukan Trimuvi

  

Akselerasi Media —sebuah per usahaan jasa di bidang pendidikan-

  pelatihan dan penerbitan yang saya dirikan untuk menyasar pengem- bangan sumber daya manusia penulis di Indonesia.

  Pengalaman selama dua puluh tahun bergelut dalam dunia penu- lisan dan penerbitan buku membawa saya pada pemahaman yang kompleks tentang penulisan-penerbitan. Akhirnya, saya mengamini sebuah ungkapan asing yang terkenal: “Kenali rimbanya, bukan pepo- honannya.” Makin detail saya fokus pada satu hal, makin saya tidak bisa melihat secara luas dunia penulisan-penerbitan yang terhampar ini.

  Untuk itu, saya coba menyajikan pandangan umum tentang dunia copyediting kepada masyarakat luas. Sebelumnya, saya telah meng- hasilkan tiga buku tentang editing yang banyak dijadikan rujuk an para editor kini. Namun, “penyelaman” saya terhadap editologi memuncul- kan pemahaman-pemahaman baru tentang editing itu sendiri. Pema- haman ini kerap saya bagi di grup Forum Editor Indonesia (FEI) di Face- book yang kini memiliki anggota sebanyak 760 orang lebih atau di situs pribadi saya, www.manistebu.com.

  Saya sangat berterima kasih kepada guru-guru editing saya, se- perti Bapak Dadi Pakar (alm.), Ibu Sofia Mansoor, dan Bang Mula Harahap (alm.) yang telah membentangkan wawasan editorial hingga saya mampu memiliki insting editor. Sampai kini sudah ratusan naskah saya edit menjadi buku dan di antaranya saya antarkan sebagai karya buku laris.

  Saya berharap buku kecil ini berguna untuk mengantarkan pema- haman awal tentang copyediting sebagai keterampilan sekaligus tugas utama para editor. Editor yang tidak menguasai copyediting dengan baik tidaklah layak disebut sebagai editor.

  Akhir kata, selamat membaca dan selamat menyelami dunia copy- editing yang menantang ini.

  Cimahi, Januari 2015

  Bambang Trim

  

Kunci memahami editing

adalah mencintai

tulisan dan menghargai

penulisnya.

  “

  

Editor adalah profesi yang

kurang dikenal di negeri ini

meskipun keberadaannya

dirasakan dalam denyut nadi

industri penerbitan. apakah

Anda salah seorang di antara

para editor itu?

  

1

Editor Kini

  aya tercatat sebagai mahasiswa angkatan ke-4 di almamater saya, Prodi D3 Editing Unpad. Prodi yang digagas beberapa pakar ba- hasa dan pakar penerbitan ini memang akhirnya dimasukkan ke

S

  dalam Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Prodi D3 Editing Unpad kali pertama dibuka pada tahun 1988.

  Seperti halnya sebagian besar, bahkan mungkin seluruh teman saya, masuk jurusan Editing adalah sesuatu yang tidak pernah ter- bayangkan sebelumnya. Saat berlangsung opspek jurusan, yang ter- ngiang di telinga saya dan teman-teman adalah bahwa kami akan menjadi “makhluk langka” bernama editor.

  Tahun 1991 saya lulus dari Editing Unpad, lalu tahun 1995 saya mulai bekerja sebagai copyeditor di Penerbit Remaja Rosdakarya. Ta- hun 1997 saya kemudian melanjutkan Program S1 Ekstensi Jurusan Sastra Indonesia Unpad yang juga mata kuliahnya menyajikan banyak ilmu pengetahuan tentang penerbitan. Saya termasuk segelintir orang yang setia dengan editing dan bertahan merintis karier sebagai edi- tor.

  Sebuah kabar miris saya dengar tentang almamater saya bahwa Prodi D3 Editing Unpad akan ditutup tahun 2014 karena sepi peminat. Bagaimana dengan pendidik an formal yang lain?

  Tercatat juga Politeknik Negeri Jakarta pernah mengadakan jurus- an penerbitan, namun sudah lama jurusan ini diubah menjadi lebih mengarah pada ilmu jurnalistik praktis. Kini, yang tinggal bertahan mengajarkan publishing science sekaligus ilmu editing adalah Jurusan Penerbitan, Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia). Saya mungkin satu-satunya orang yang pernah mengajar tentang editing dan pener- bitan di tiga perguruan tinggi itu.

  Perkembangan ilmu editing di Indonesia hingga tahun 2014 kini malah (menurut saya) tidak menunjukkan kemajuan berarti. Justru pen- didikan di bidang ini makin kurang diminati karena tampaknya kurang promosi atau minimnya informasi di bidang ini. Alhasil, sebagian besar editor yang bertebaran di Indonesia adalah editor autodidak. Hal yang lebih menyedihkan lagi banyak orang yang mengaku atau merasa su- dah bisa menjadi editor hanya berbekal pengalaman secuil di dunia penerbitan, tanpa pernah mereka menyelami editologi dan publishing science sebenarnya.

  Saya risau dengan hal ini sehingga kemudian saya membuka Aka- demi Literasi dan Penerbitan Indonesia (Alinea) di Ikapi Pusat. Program kursus singkat ini salah satunya menawarkan kursus di bidang editing. Namun, sekali lagi minat terhadap kursus ini pun rendah sekali se- hingga beberapa program akhirnya dibatalkan.

  Hal yang justru berkebalikan bahwa dunia penerbitan Indonesia terus bertumbuh dan berbagai lembaga pun akhirnya memaklumkan publikasi sebagai bagian penting dari penyebaran informasi sekaligus pencitraan lembaga. Editor menjadi tokoh yang paling dicari untuk meniscayakan publikasi yang profesional.

  Namun, siapa yang layak disebut editor itu kini di Indonesia? Adakah sertifikasi editor di Indonesia? Persatuan Editor Malaysia yang didirikan pada tahun 2011—kebetulan saya sempat diundang sebagai penyaji makalah dalam seminar editor kali pertama di sana—sudah merencanakan mengadakan sertifikasi editor sehingga editor resmi di Malaysia akan memiliki gelar Ed. di belakang namanya. Tentu hal ini dapat mencegah orang yang bisa saja mengaku-ngaku sebagai editor, padahal dari segi kompetensi, ia tidak layak menyandang predikat se- bagai editor.

Editor Dahulu Kala

  Indonesia bukanlah negara kemarin sore dalam membangun industri perbukuannya. Sejarah penjajahan dan perjuangan melawan penja- jah di negeri ini juga diwarnai aktivitas penerbitan. Dari sisi penjajah, penerbitan buku diperlukan sebagai propaganda pendidikan ala pen- jajah. Dari sisi pejuang, penerbitan buku adalah propaganda perlawa- nan.

  Dalam buku 50 Tahun Ikapi: Membangun Masyarakat Cerdas ter- dapat fakta bahwa penerbitan buku sudah ada sejak masa sebelum perang revolusi meletus. Kota-kota yang menjadi basis penerbitan buku di Indonesia di antaranya adalah Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Ende, Flores.

  Editor ternyata juga berperan dalam penerbitan-penerbitan awal di Indonesia. Puisi “Syair Jalanan Kreta Api” karya Tan Teng Kie yang ter- muat dalam buku Kesusastraan Melayu Tionghoa dan Kebudayaan Indo- nesia, Jilid I menjadi bukti (dalam Marganingsih, 2007: 37).

Syair Jalanan Kreta Api ...

  Jalanan kreta saya syairken Sekali’an personeeel saya sindirken Tuwan editor biyar fikirken Jikalaw senang minta tlahirken (= terbitkan) Tuwan editor Regensburg namanya Mengeluwarkan buku pekerja’annya Regina Orientis merek kantornya Necis aturannya di Senen adanya Beberapa buku sudah sediya Telah tersiyar di tanah Hindiya Dalam tu pekerja’an se’antero dunya Se’orang tadapat melawan diya Pelbagay buku sudah teriwayat Terisi kesah dengan hikayat Pantun seloka sya’ir nasehat Penghibur hati penuju niyat Pekerja’annya itu mereka-reka Rahisya ilmu supaya terbuka Bagi orang banyak bertambah suka Menjadi penghiburan di dalam duka Jika sudah buku terkarang Oleh editor dipereksa terang Serta ditambah apa yang kurang Supaya pantes dibaca orang Setelah sempurna sah sekaliyannya Lantas disuruh dicitakkennya Oleh tukangnya dikerjakannya Letter diatur satu-satunya

  Dari puisi tersebut diketahui bahwa editor telah ada dalam dunia penerbitan buku di Indonesia sejak 1890 meskipun bukan dikerjakan oleh orang pribumi (dikerjakan oleh orang Belanda atau peranakan Tionghoa). Bahkan, puisi tadi juga menjelaskan sekilas tentang peker- jaan “tuan editor” tersebut yaitu yang memeriksa naskah untuk diter- bitkan menjadi buku.

Pekerjaan Mentereng

  Anda yang kini tengah menapaki karier sebagai editor haruslah ber- bangga hati bahwa editor sebenarnya pekerjaan mentereng yang per- nah dilakoni sastrawan besar Indonesia. Tokoh perintis profesi editor pribumi di Indonesia adalah H.B. Jassin dan Sutan Takdir Alisjahbana. Mereka juga menjadi tokoh penggerak industri perbukuan di Nusan- tara pada masanya.

  Di belahan dunia lain pun pekerjaan ini tetaplah dianggap men- tereng sampai kini. Jika Anda berkesempatan ke Frankfurt Book Fair, selain penulis/pengarang, editor adalah tokoh yang sangat dihormati karena dianggap orang yang memiliki kapasitas kecerdasan literasi.

  Tahun 1980–1990-an tampil pula beberapa tokoh editor yang sangat mumpuni, seperti Ajip Rosidi, Pamusuk Eneste, Frans M. Parera, Slamet Djabarudi (wartawan Tempo yang kali pertama mengadakan Redaktur Bahasa), Dadi Pakar, Sofia Mansoor, dan Mula Harahap. Apa yang mereka tulis dan ajarkan menjadi rujukan para editor pemula, ter- masuk saya pada masa-masa itu. Buku-buku tentang penerbitan pun justru ramai bermunculan pada masa tersebut.

  Kini pada era yang sangat modern, buku-buku tentang editing atau penerbitan buku jarang sekali diterbitkan di Indonesia—paling banyak buku tentang penulisan. Saya mengalami sendiri makin jauh- nya pemahaman masyarakat penulisan dan perbukuan di Indonesia terhadap standar-standar yang berlaku dalam dunia penerbitan dan dunia editing.

  Lalu, mau ke mana editor Indonesia? Biarlah waktu yang men- jawabnya, termasuk upaya saya sendiri untuk mampu mengadakan sertifikasi editor di Indonesia.

  Tahun 2011, saya sempat menjadi pemakalah pada Se- minar Editor Malaysia yang diselenggarakan Persatuan Editor Malaysia di Selangor. Meski tertinggal dari sisi kre- ativitas industri perbuku an, Malaysia memiliki pendidi- kan tinggi di bidang ilmu penerbit an hingga setingkat S3. Kurikulumnya diadaptasi dari hasil kerja sama dengan Stirling University, Inggris.

  

2

Copyediting

  opyediting oleh dosen saya, Ibu Sofia Mansoor dari Penerbit ITB diperkenalkan dengan sebutan editing nas. Kata nas dalam Ka- mus Besar Bahasa Indonesia bermakna teks yang dipungut dari

C

  bahasa Arab. Jadi, copyediting disebut juga editing teks. Tentu akan terasa janggal jika disebut editing kopi.

  Copyediting adalah ilmu paling mendasar yang semestinya dikua- sai para editor. Pelakunya kerap disebut copyeditor walaupun di Indo- nesia secara umum hanya disebut editor. Berdasarkan tugasnya, editor sebenarnya terbagi dalam beberapa jenis, seperti copyeditor, right edi- tor, acquisiton editor , dan editorial assistant. Namun, secara umum di Indonesia para editor merangkap semua tugas tersebut.

  Tujuan utama copyediting adalah satu: publikasi yang terbebas

  

dari kesalahan . Karena itu, copyeditor melayani tiga konstituen, yaitu

  penulis/pengarang, penerbit, dan pembaca. Editor menjadi mata ke- tiga bagi penulis/pengarang untuk melihat naskahnya dari berbagai sisi.

Apa yang Dikerjakan Copyeditor

  Beberapa literatur tentang penerbitan dan editing di Indonesia tam- paknya banyak mengutip tugas seorang editor berdasarkan buku karya Datus C. Smith, Jr. berjudul asli A Guide to Book Publishing. Buku ini diterjemahkan Subekti Dhirdjosaputro dan diterbitkan edisi revi- sinya oleh Pusat Grafika Indonesia pada tahun 1992.

  Smith menyebutkan dalam Bab Penyuntingan Naskah bahwa ter- dapat tujuh kelompok tugas editor, yaitu 1) dapat dibaca (legibility); 2) ketetapan; 3) tata bahasa; 4) kejelasan dan gaya bahasa; 5) ketelitian fakta; 6) legalitas dan kesopanan; 7) rincian produksi.

  Jika hal ini saya sajikan kepada para editor pemula ataupun me- reka yang telah mengaku menjadi editor, sulit bagi mereka untuk men- jelaskan dengan benar apa yang dimaksud dengan ketujuh gugus tu- gas editor itu. Apakah Anda mengetahuinya?

  Dalam buku lawas yang lain berjudul Pedoman Dasar Penerbitan Buku karya Hassan Pambudi yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan tahun 1996, disebutkan bahwa tugas editor memeriksa hal berikut: 1) tatabahasa; 2) susunan kalimat; 3) kejelasan dan gaya bahasa; 4) keteli- tian fakta; 5) legalitas dan kesopanan; 6) konsistensi.

  Dosen saya di Prodi D3 Editing Unpad yaitu Bapak Dadi Pakar dan Ibu Sofia Mansoor menyempurnakan bentuk tugas editor ini dalam tu- juh kategori, yaitu readability

  1. keterbacaan ( ) dan kejelahan (legibility); 2. ketaatasasan/konsistensi; 3. kebenaran tata bahasa; 4. kejelasan dan gaya bahasa (ketedasan); 5. ketelitian data dan fakta; 6. kelegalan dan kesopanan; 7. ketepatan rincian produksi.

  Agar Anda tidak penasaran dengan uraian gugus tugas ini, baik- nya saya jelaskan satu per satu.

Keterbacaan dan Kejelahan

  Dua hal ini sangat terkait dengan proses desain/tata letak halaman isi atau popu ler disebut layout dan juga desain kover. Ilmunya pada masa saya kuliah disebut desktop publishing (DTP), tetapi kini lebih populer disebut desain komunikasi visual (DKV). Editor yang tidak mema hami ilmu ini tentu akan sulit mengedit sisi keterbacaan (readability) dan ke- jelahan (legibility) sebuah naskah.

  Jelah bukanlah kata yang salah tulis. Di dalam KBBI, Anda dapat menemukan kata jelah yang maknanya sama dengan terang dan jernih. Faktor kejelahan dilihat dari spasi antarhuruf, spasi antarkata, jarak baris susunan huruf, dan jenis huruf yang dipilih. Kesemua faktor itu akan memunculkan susunan huruf (layout) yang harmonis sehingga sangat mudah dan nyaman untuk dibaca. Tentu hal ini terkait dengan penge- tahuan tipografi (ilmu menata huruf/fonta) yang dikuasai editor.

  Hal kedua yaitu keterbacaan menyangkut desain total sebuah publikasi dari ukuran, penggunaan warna, batas marjin, hingga susun huruf yang membuat pembaca nyaman dan mudah dalam membaca. Di sini juga editor yang tidak punya wawasan desain komunikasi visual akan kesulitan memberi pendapat terhadap suatu desain tata letak.

  Dua soal ini, keterbacaan dan kejelahan, dilihat editor dari sisi naskah mentah dan pruf (cetak coba). Umumnya editor kini bekerja dengan naskah soft file dari aplikasi Microsoft Word—jarang editor yang masih menerima naskah dari hasil mesin tik atau bahkan tulisan tangan.

Ketaatasasan/Konsistensi

  Smith (1992: 77) sangat menekankan editor menjaga hal ini yaitu kon- sistensi dalam menggunakan kata/istilah dan tanda baca. Meskipun sebuah kata memiliki beberapa sinonim, tidaklah lantas kata-kata itu dapat digunakan secara bergantian sebagai sebuah variasi. Editor har- us memperhatikan aspek ini, terutama pada penulis/pengarang yang kerap menghambur-hamburkan kata.

  Satu contoh dalam tanda baca, tanda dalam kurung (...) dan tanda petik tunggal ‘...’ dapat memiliki fungsi yang sama yaitu menjelaskan padanan kata dalam dua bahasa yang berbeda. Contoh: editing (penyuntingan) editing ‘penyuntingan’ Editor yang memahami aspek taat asas atau konsistensi tentu menghindarkan penggunaan yang berganti-ganti antara tanda da- lam kurung dan tanda petik tunggal. Editor harus dapat membedakan mana yang mesti konsisten dan mana yang mestinya disajikan secara variatif.

Kebenaran Tata Bahasa

  Hal ini merupakan gugus tugas yang paling dipahami sebagai tugas utama para editor yaitu menerapkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar di dalam publikasi. Patokan bahasa yang dapat di- jadikan sandaran para editor adalah Pedoman Umum Ejaan yang Dis- empurnakan (PUEYD) dan Tata Bahasa Indonesia Baku. Namun, dalam banyak hal terdapat pula persoalan-persoalan bahasa yang tidak dapat ditemukan dalam buku PUEYD, KBBI, atau buku Tata Bahasa Indonesia Baku .

  Persoalan bahasa kerap menjadi kebingungan tersendiri, apalagi jika editor dihadapkan pada karya buku-buku umum populer, buku anak, buku remaja, dan buku fiksi. Wawasan kebahasaan dan peng- alamanlah yang dapat membantu para editor menemukan solusi atas kasus-kasus kebahasaan yang dihadapinya.

  Sebagai contoh, apakah Anda tahu bagaimana merinci sebuah kata, frasa, dan kalimat? Kapan Anda menggunakan huruf kapital dan kapan tidak? Kapan Anda menggunakan tanda baca titik dua (:) dan kapan tidak perlu? Anda tidak akan menemukan jawaban ini di buku PUEYD .

Kejelasan Gaya Bahasa (Ketedasan) Soal ini merupakan hal paling sulit untuk dijelaskan termasuk diedit

  Kejelasan gaya bahasa terkait dengan penyajian naskah yang ditampil- kan penulis/pe ngarang. Para editor harus mampu memahami maksud penulis/pengarang. Jika maksud penulis/pengarang tidak sampai ke- pada pembaca karena gaya bahasa penulisannya yang kacau, editor pun bekerja memperbaikinya. Jadi, berbeda dengan soal tata bahasa tadi.

  Gaya penulisan yang khas biasanya memang dimiliki para penulis/ pengarang yang sudah “jadi”. Jika ada penulis/pengarang pemula yang merasa sudah “bergaya”, editor patut mencurigainya. Kadang editor di- hadapkan dalam persoalan sulit yaitu mempertahankan gaya penulis yang nyeleneh atau mengikuti kaidah yang berlaku. Di sinilah kema- tangan mengambil keputusan editorial diperlukan karena editor tidak bisa seenaknya mengubah sebuah gaya penulisan menjadi gayanya sendiri.

  Demi sebuah perubahan yang baik untuk semuanya (penulis, penerbit, pembaca), editor harus memainkan kemampuan diplomasi ulung agar penulis dapat memahami sebuah perubahan. Jika tidak, yang terjadi adalah perang urat saraf antara penulis dan editor.

Ketelitian Data dan Fakta

  Tambahan tugas editor adalah memelototi bagian naskah yang beru- pa data dan fakta. Data bisa terkait angka, rumus, ataupun sebuah statistik. Fakta bisa terkait peristiwa, tanggal, nama orang, nama tem- pat, judul buku, judul lagu, dan lain-lain. Semuanya harus benar karena akan disajikan kepada pembaca.

  Jadi, jika menemukan sesuatu yang janggal, editor harus mengon- firmasikannya kepada penulis/pengarang. Apabila kesalahan data dan fakta langsung terdeteksi, editor dapat langsung mengubah sesuai dengan data dan fakta sebenarnya.

  Di sinilah seorang editor harus berakrab ria dengan referensi. Un- tuk masa sekarang, mesin pencari seperti Google memang dapat dian- dalkan. Namun, Anda tidak boleh sepenuhnya bergantung pada Mbah atau Om Google itu. Anda harus tetap menggunakan referensi standar berbentuk buku, seperti kamus, ensiklopedia, atau direktori.

Kelegalan dan Kesopanan

  Kasus plagiat adalah kasus terkait pelanggaran legalitas. Adapun hoax (berita bohong), pornografi, fitnah, pencemaran nama baik, konten tidak senonoh, dan penghinaan SARA adalah kasus terkait kesopanan.

  Demi keamanan penerbit, termasuk penulis, editor wajib mengonfir- masi hal-hal yang berpotensi sebagai tindakan plagiat dan tindakan meresahkan masyarakat pembaca kepada penulis.

  Banyak kasus dalam beberapa tahun ini yang dapat dijadikan con- toh lolosnya mata editor mengawasi soal kelegalan dan kesopanan ini sehingga menimbulkan masalah dalam masyarakat. Konsekuensinya juga berat karena bisa masuk pada ranah hukum pidana.

Ketepatan Rincian Produksi Soal ini merupakan hal yang paling diragukan sebagai tugas editor

  Pada kenyataannya memang jarang editor dilibatkan untuk meren- canakan produksi, se perti menentukan ukuran publikasi, menentukan jenis kertas isi, menentukan jenis kertas kover, atau menentukan warna publikasi. Walaupun demikian, hal-hal yang terkait produksi kerap juga menjadi tanggung jawab editor seperti menjaga ketebalan halaman naskah maksimum yang ditetapkan penerbit—sering berlaku pada buku-buku proyek pemerintah.

  Penerbit kecil sering mengandalkan editor dalam tugas-tugas yang terkait dengan pracetak seperti menyiapkan dummy dan juga memberi tanda-tanda khusus pada pencetakan (typecoding). Hal ini- lah kerap yang dipahami sebagai tugas menjaga ketepatan rincian produksi.

  • Itulah tugas seorang copyeditor atau editor dalam editing nas.

  Pada literatur lebih baru yang saya temukan yaitu karya Amy Einsohn berjudul The Copyeditor’s Handbook terbitan tahun 2000 dijelaskan tu- gas-tugas prinsip seorang editor sebagai berikut:

  1. mechanical editing ; orrelating parts;

  2. c 3. language editing: grammar, usage, and diction; 4. content editing; 5. permission; 6. typecoding.

  Dilihat sepintas akan tampak sama tugas copyeditor dalam versi sebelumnya dan versi Amy Einsohn. Mechanical editing

  : keterbacaan dan kejelahan, kejelasan dan gaya bahasa Correlating parts

  : ketaatasasan Language editing

  : kebenaran tata bahasa Content editing

  : ketelitian data dan fakta Permission

  : kelegalan dan kesopanan Typecoding

  : ketepatan rincian produksi

  Mechanical Editing

  Mechanical editing disebut Amy (2000: 5) sebagai jantungnya copy- editing yang meniscayakan sebuah naskah mengikut gaya selingkung penerbitan (editorial style atau house style). Setiap penerbit profesional tentu telah menetapkan suatu gaya selingkung yang diterapkan. Jika tidak, tentu hasil publikasi akan beraneka bentuknya.

  Sebagai contoh dalam penyajian daftar pustaka atau catatan kaki. Jika penerbit tidak konsisten menerapkan satu model atau sistem, para penulis/pengarang akan menggunakna model sesuai dengan selera- nya masing-masing.

  Salah satu resep yang saya gunakan sebagai editor adalah pan- dang an Amy ini bahwa tidak ada hal yang mekanik walaupun Anda melakukan mechanical editing. Apa itu?

  Pertama , yang dibutuhkan adalah ketajaman mata. Ketajaman

  mata ini tidak serta merta dapat Anda kuasai tanpa dilatihkan. Pada masa-masa kuliah di editing, saya selalu membawa bolpoin atau spidol merah ke mana-mana. Saya melatihkan ketajaman atau kejelian mata dengan meng edit hampir semua dokumen yang saya dapatkan—bah- kan secara ekstrem saya mengedit poster-poster di jalan dengan men- coretnya menggunakan tanda-tanda koreksi.

  Kedua

  , pemahaman yang utuh terhadap berbagai konvensi (penu- lisan-penerbitan). Anda tentu harus memahami konvensi penulisan- penerbitan, termasuk gaya yang diterapkan semacam dalam American Psychological Association (APA), Chicago Manual of Style (CMS), Mod- ern Language Association (APA), Badan Bahasa, dan lain-lain. Ketika menerima naskah dari penulis/pengarang, lalu penulis/pengarang itu kukuh dengan pendapatnya, Anda bisa memberi pemahaman bahwa terdapat pene rapan gaya yang berbeda.

  Ketiga

  , keputusan yang baik. Anda bukan penulis. Karena itu, jang an menjadi penulis pendamping untuk menerapkan mechani- cal editing

  . Kesalahan para copyeditor pemula menurut Amy adalah sering menulis ulang beberapa bagian naskah—hasilnya sangat ber- gantung pada keterampilan menulis mereka. Alhasil, mereka kadang mengabaikan detail kecil kesalahan, seperti kapitalisasi, tanda baca, dan pemenggalan kata. Hal ini jelas salah karena sebagai copyeditor, Anda diharapkan untuk memperbaiki inkonsistensi mekanikal di da- lam naskah.

  Contoh kecil itu bisa Anda lihat dalam persoalan berikut. Mana penulisan yang benar? Rp.2.000 Rp2.000

  Bandung-Jakarta Bandung–Jakarta Ikapi

  IKAPI Soal yang tampak sepele, tetapi itulah inti tugas seorang copyedi- tor . Bahkan, copyeditor yang jeli dapat melihat bergesernya satu spasi dari satu kata atau tanda baca. Contoh:

  ( post power syndrome ) (post power syndrome).

  

3

Kemahiran Copyediting

  ni pertanyaan sepele buat Anda sebagai copyeditor, bagaimana Anda mengedit sebuah tampilan bab, subbab, dan sub-subbab? Saya konkretkan pertanyaan dalam bidang berikut ini.

  I

  • Bahasa | 1) Apakah judul bab harus ditulis dengan kapital semua?

  2) Apakah boleh ada tanda baca dalam judul bab, subbab, dan sub- subbab? 3) Kata-kata mana yang tidak boleh ditulis de ngan huruf kapital?

  • Tipografi | 1) Berapa poin selayaknya perbedaan ukuran fonta

  antara bab, subbab, dan sub-subbab? 2) Apakah bab, subbab, dan sub-subbab perlu dicetak tebal (bold)?

  • Sistematika | 1) Apakah penomoran bab menggunakan angka

  Arab atau angka Romawi? 2) Apakah penomoran subbab dan sub- bab menggunakan sistem desimal (angka) atau gabungan angka dan huruf?

  • Tata Letak | 1) Berapa poin perbedaan jarak antar baris setiap per-

  pindahan subbab dan sub-subbab, yaitu antara after dan before- nya? Dengan pertanyaan ini Anda tahu betapa kompleks sebenarnya pekerjaan copyediting itu. Anda tidak bisa hanya berkonsentrasi pada masalah kebahasaan, tetapi juga harus pada keseluruhan penyajian materi publikasi. Di sinilah Anda harus tahu konvensi-konvensi penu- lisan dan penerbitan ataupun standardisasi yang diberlakukan.

  Untuk mahir sebagai seorang copyeditor tentu diperlukan pendidik an dan jam terbang yang memadai. Betul bahwa Anda tidak mungkin untuk berkuliah lagi dan mengambil jurusan bidang editing atau penerbitan. Namun, setidaknya Anda harus mengikuti kursus di bidang editing yang diselenggarakan lembaga tepercaya dengan tu- tor yang juga tepercaya.

  Adalah sebuah fenomena menggelikan apabila seseorang yang baru lulus dari program studi penerbitan atau editing misalnya, lalu menyatakan diri sebagai seorang editor lepas (freelancer). Tentu hal itu tidak mungkin dilakukan karena pendidikan tidak menjadi hitungan jam terbang seorang copyeditor meskipun ia pernah magang sebagai copyeditor

  . Seseorang yang ingin menjadi editor lepas paling tidak harus be- kerja terlebih dahulu di sebuah institusi penerbitan agar ia memahami kompleksitas proses penerbitan yang melibatkan banyak orang. Ia ha- rus pula punya pengalaman berhadapan dengan berbagai tipe penulis yang akan memperkaya wawasannya tentang tulisan dan bagaimana sebuah masalah naskah dipecahkan.

  Itulah pandangan saya agar orang tidak meremehkan profesi edi- tor. Seperti halnya saya pernah membaca tentang layanan editing dari sebuah situs. Bahasa dalam layanan itu saja sudah mengandung ba- nyak kesalahan, lalu bagaimana seorang klien bisa percaya bahwa para editor jasa itu bekerja dengan benar? Hal ini menunjukkan betapa re- mehnya orang memandang soal editing.

Antara Menulis dan Menyunting

  Dengan kompleksitas pekerjaannya, editor harus memadukan kete- rampilan menulis dan meyunting (editing) sekaligus. Di sinilah letak kesulitannya untuk kita di Indonesia.

  Di Barat, editing sudah menjadi bagian dari pembelajar an menulis karena mereka menerapkan sebuah proses standar yaitu prewriting- drafting-revising-editing-publishing . Jadi, anak SD di Barat sudah bela- jar menggunakan tanda-tanda koreksi yang di sini justru masih terasa asing, bahkan di perguruan tinggi sekalipun. Dengan demikian, edit- ing termasuk keterampilan hidup (life skill) yang diselaraskan dengan keterampilan menulis.

  Di Indonesia banyak copyeditor yang kedodoran dalam menu- lis karena hanya fokus sebagai copyeditor. Mereka alhasil tidak punya pengalaman menulis sehingga mudah sekali argumen editingnya di- patahkan oleh para penulis.

  Memang penting bagi copyeditor untuk mempelajari hal menu- lis, termasuk segala segi teori yang melatari penulisan, seperti konsep tema, topik, dan judul. Editor juga harus paham pembagian kategori tulisan, seperti fiksi, nonfiksi, serta faksi yang kemudian diturunkan ke dalam ranah tulisan.

  Pendeknya, editor yang mengedit surat dinas/surat bisnis tentu harus tahu dasar-dasar penulisan surat. Editor yang mengedit koran/ surat kabar harus tahu dasar-dasar penulisan jurnalistik. Editor yang mengedit karya novel atau cerpen harus tahu dasar-dasar penulisan karya sastra (fiksi) itu.

Copyediting sebagai Seni

  Pada zaman internet yang serbacepat ini, teknologi memang sangat membantu. Jika dahulu mechanical editing dilakukan dengan mem- bubuhkan tanda-tanda koreksi ke naskah mentah (manuskrip), kini prosesnya dapat dilakukan dengan aplikasi Microsoft Word ataupun dengan Adobe Acrobat untuk data berupa portable data format (PDF).

  Namun, ibarat sebuah keterampilan dasar, copyediting mengguna- kan tanda-tanda koreksi selayaknya dikuasai terlebih dahulu oleh para editor. Sama halnya para desainer grafis yang harus mampu menulis teks dengan tulisan tangan untuk fonta-fonta (huruf ) tertentu. Mereka harus merasakan seni yang melatari terciptanya fonta-fonta itu.

  Demikian pula copyediting adalah sebuah seni sehingga para copyeditor harus merasakan bagaimana ia menandai satu bagian dari naskah dengan tanda-tanda yang mengandung makna. Saya sendiri masih menggunakan teknik copyediting manual ini dan juga akrab dengan teknik on-screen editing.

  

Contoh tanda-tanda koreksi.

  Tak Ada Naskah yang Tak Retak

  Bahkan, Facebook pun kini menyediakan fasilitas editing untuk sebuah status yang sudah telanjur Anda posting. Artinya, kesalahan dalam penulisan itu sangat manusiawi dan tidak bisa dihindarkan. Walaupun demikian, banyak orang yang tidak terbiasa mengedit tulisannya se- hingga meskipun Facebook mengadakan fasilitas itu, tetap saja banyak status yang salah tik dan salah dalam berbahasa. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita tidak teredukasi soal self-editing.

  Anda bisa memperhatikan tulisan-tulisan di Kompasiana sebagai blog jurnalistik warga (citizen journalism). Hanya sebagian kecil tulisan di sana yang sudah teredit dengan baik. Sebagian besar penulis masih menerapkan tulisan tembak langsung alias sekali jadi langsung kirim. Alhasil, bolehlah tulisan-tulisan tersebut Anda jadikan materi latihan copyediting saking banyaknya yang salah. Fenomena ini jelas menempatkan fungsi copyeditor sangatlah penting mengingat kini kita memasuki era Big Data ketika terjadi lu- beran informasi, termasuk dalam bentuk tertulis. Informasi penting haruslah dapat dipahami pembaca sasaran. Dengan keterampilan menulis para penulis/pengarang Indonesia yang sebagian besar bu- ruk, peran copyeditor menjadi sangat strategis.

Dicari Copyeditor Andal

  Percayalah bahwa ke depan, copyeditor semakin dicari tidak hanya oleh institusi penerbitan, tetapi juga oleh institusi pemerintah, institusi pendidikan, ataupun institusi bisnis. Banyak informasi dan publikasi tertulis yang hendak dialirkan menuntut lembaga/institusi harus men- jaga citra dengan penerbitan yang profesional, termasuk dari sisi ke- terbacaan, kejelahan, dan kebahasaan.

  Pertengahan tahun 2014, saya membantu PT Prudential Indonesia untuk mengedit sebanyak lebih kurang 400 dokumen asuransi. Pasal- nya, ketetapan baru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mensyaratkan do- kumen asuransi, terutama untuk nasabah harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta jelas maksudnya. Nasabah tidak boleh terkelabuhi oleh bahasa dokumen yang berbelit-belit atau me- nimbulkan ambiguitas interpretasi. Pada tahun yang sama bulan November, saya pun membantu sebuah tim dari Mahkamah Agung untuk mengedit dokumen Perma. Saya direkrut oleh Australia-Indonesia Partnership for Justice untuk membantu MA. Pekerjaan ini menambah pengalaman saya untuk mengedit dokumen terkait dengan bahasa hukum.

  Boleh jadi ini tidak terbayangkan oleh Anda sebelumnya bahwa Anda bisa bekerja di sektor-sektor yang bukan merupakan institusi penerbitan. Ya, tentu saja bisa karena ranah tulis-menulis ada di semua bidang kehidupan. Dalam lingkup kecil mungkin Anda dimintai bantu- an Ketua RT/RW untuk mengedit surat edaran kepada warga. Bahkan, sebuah undangan perkawinan pun memerlukan keterampilan Anda untuk mengeditnya.

  Hal pokok kini adalah bagaimana Anda bisa mengasah ketajam an editing Anda sekaligus memperluas wawasan Anda tentang penge- tahuan copyediting, termasuk ilmu penerbitan. Karena itu, tidak ada salahnya Anda belajar kembali dan mengikuti program-program kursus seperti yang diselenggarakan oleh lembaga saya di Trimuvi Akselerasi Media.

  Kesimpulannya, seorang copyeditor yang andal dan mahir akan se- makin dicari di negeri ini, terutama mereka yang energik, kreatif, seka- ligus mencintai dunia tulis-menulis. Kesempatan terbuka luas untuk Anda kini.

  Bagaimana? Tertarik menceburi lebih dalam lagi dunia ini? Silakan kontak saya. Terima kasih. []

Daftar Pustaka

  Einsohn, Amy. 2000. The Copyeditor’s Handbook: A Guide for Book Pub- lishing and Corporate Communication . California: University of Califor nia Press. Marganingsih, Tri. 2007. Dunia Penerbitan di Indonesia. Jakarta: Pusat Grafika Indonesia. Pambudi, Hassan. 1996. Pedoman Dasar Penerbitan Buku. Jakarta: Pusta- k a Sinar Harapan. Permana, Erry A., Benny A. Pribadi, dan Hanafi. 1993. Pengantar Ti- pografi: Prinsip-Prinsip Penyusunan Huruf Cetak dengan Desktop

  Publishing . Jakarta: Penerbit Dinastindo. Smith, Datus C. 1992. Penuntun Penerbitan Buku. edisi revisi. Jakarta: Pusat Grafika Indonesia.

  Trim, Bambang. 2005. Memahami Copyediting: Pengantar dan Aplikasi Praktis Editing Naskah untuk Penerbitan Buku. Jakarta: Ikapi DKI. —, Bambang. 2009. Taktis Menyunting Buku. Bandung: Maximalis.

  

Tentang Penulis

Bambang Trim

  dikenal sebagai praktisi penerbitan buku di Indonesi a dengan pengalaman lebih dari dua puluh tahun. Ia memiliki latar bela- kang pendidikan ilmu penerbitan dari Prodi D3 Editing Unpad dan S1 Sastra Indonesia Unpad. Selanjutnya, kemahiran penerbitan ditempa- nya sebagai profesional di berbagai penerbit terkemuka di Indonesia. Pada usia 31 tahun, ia telah menjadi direktur di Penerbit Manajemen Qolbu (MQ Publishing) hingga kemudian menjadi direktur utama di PT Mutiara Qolbun Saliim (MQ Corp.). Selanjutnya, ia berkiprah menjadi profesional di Penerbit Salamadani (Direktur), Penerbit Grafindo Media Pratama (Direktur), dan juga Penerbit Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (GM).

  Sebagai penulis, Bambang Trim telah menghasilkan 150+ judul buku dan ratusan artikel/esai yang tersebar di berbagai media, se perti Kompas, Koran Tempo, Republika, Pikiran Rakyat, Tribun Jogja, Galame- dia, Medan Bisnis, Tabloid Peluang, Hooplaa, Berita Buku, Matabaca, dan

  Tabloid Hikmah . Ia juga aktif sebagai pembicara dan telah berbicara di depan ribuan audiens di seluruh Indonesia.

  Kini Bambang Trim tercatat sebagai direktur di PT Trimuvi Aksel- erasi Media yang berkedudukan di Cimahi (Bandung). Ia menyebut diri sebagai writerpreneur, seorang wirausahawan yang menggantungkan hidupnya pada penulisan dan penerbitan. Kontak Bambang Trim SMS/ WA di 081519400129 atau Pin BBM di 749FE40E. Tulisannya juga da- pat dinikmati di situs www.manistebu.com. Komunikasi/Penerbitan

Informasi Penting Copyediting

  Copyediting boleh dibilang ilmu langka yang ha- nya dikuasai segelintir orang di Indonesia. Banyak orang yang mengaku bisa mengedit atau sebagai editor, tetapi belum tentu benar-benar mengu- asai ilmu copyediting yang kompleks.

  Buku ini mengantarkan pemahaman awal tentang bagaimana seseorang dapat mahir men- jadi copyeditor. Ke depan dalam prediksi penu- lis, copyeditor semakin banyak dibutuhkan tidak hanya oleh institusi penerbitan, tetapi juga insti- tusi nonpenerbitan. Karena itu, mereka yang hen- dak berkiprah secara profesional, perlu membaca buku ini.

  Bambang Trim , praktisi penerbitan yang telah berpengalaman dua puluh tahun dan juga penulis produktif yang telah menulis

  150 judul buku. Ia adalah lulusan Prodi D3 Editing Unpad dan S1 Sastra Indonesia Unpad. Sejak 1995–2011 ia berkiprah di berba- gai penerbit terkemuka di Indonesia. move on your idea Tepercaya karena prestasi dan karya.