DATA ENVELOPMENT ANALYSIS UNTUK MENGUKUR

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS UNTUK MENGUKUR TINGKAT

EFISIENSI ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT1

Aam Slamet Rusydiana2, Hasna Maliha3 & Salman Al-Farisi4

Abstract

Although social based, but in its management Zakah Institutions (OPZ) need to
uphold professionalism, transparency and accountability. Most recently, in the
measurement of the effectiveness of the management of zakat fund, known Zakah
Core Principles concept.
This study will try to measure the efficiency of 3 (three) Zakah Institutions with Data
Envelopment Analysis (DEA) method. Banxia Frontier Analyst 3.1 used in data
calculation. The calculation of the level of OPZ efficiency in this study are relative,
not absolute.
The results show that there is 12 fully efficient Decision Making Unit (DMU) Zakah
Institution (100% efficient). Only 6 DMU inefficient. The main factor inefficiency
Zakat Management Organization from 2007 to 2014 due to the distribution of zakat
funds to ashnaf. It is still less than optimal. So it has not been able to resolve the
problem of poverty.

Keywords: Zakah Institution, Efficiency Measurement, Data Envelopment
Analysis

1. LATAR BELAKANG
Zakat merupakan stimulus dalam perekonomian sehingga memunculkan
kekuatan baru dalam penghimpunan investasi yang signifikan sehingga akan
mendorong peningkatan produksi dalam siklus perekonomian suatu daerah.
Bahkan secara makro zakat akan dapat meningkatkan agregat demand karena
meningkatnya purchasing power (daya beli) masyarakat atas barang-barang dan

1

Paper ini telah diterima pada 4th Southeast Asia International Islamic Philanthropy
Conference 2016, Bandung Indonesia 25-27 Februari 2016
2
Konsultan dan peneliti pada Sharia Economic Applied Research & Training (SMART)
Consulting, Indonesia. Email: aamsmart@gmail.com
3
Peneliti SMART Consulting.
4

Peneliti SMART Consulting. Penulis juga aktif di IZZat (Institute of Zakah and Zero
Riba Studies).
1

jasa. Ketika zakat diimplementasikan secara sistem pengelolaan yang baik, dalam
artian bahwa zakat adalah peraturan yang mengikat dalam diri setiap muslim
dengan peran pemerintah sebagai regulator sekaligus badan amil zakatnya, maka
secara pasti akan menyebabkan munculnya lapangan kerja yang sangat luas
sehingga setiap warga negara mempunyai lahan pekerjaan dan otomatis akan
terjadi migrasi pengangguran menjadi karyawan dalam jumlah yang sangat besar.
Zakat juga berperan penting dalam mewujudkan terciptanya keadilan
dalam bidang ekonomi di mana seluruh anggota warga negara mempunyai sumber
pendapatan dan income untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rangka
menjalankan roda kehidupan dimuka bumi ini.
Berbicara pengelolaan penggunaan dana zakat, yang terpenting dan tidak
boleh dilupakan adalah peran amil zakat (baca: Organisasi Pengelola Zakat)
selaku pengemban amanah pengelolaan dana-dana zakat itu. Jika para amil
zakatnya baik dalam pengelolaannya, maka delapan ashnaf mustahik lainnya
insya Allah akan menjadi baik pula. Tapi jika para amil zakat tidak baik dalam
pengelolaannya, maka jangan diharap delapan ashnaf mustahik yang lain akan

menjadi baik juga, itulah nilai esensi strategisnya amil zakat. Dengan kata lain, hal
terpenting dari zakat adalah bagaimana mengelola dalam menggunakan dana
zakat (manajemennya).
Amil Organisasi Pengelola Zakat adalah organisasi intermediasi yang
bersifat sosial. Seluruh beban operasional diambil dari dana zakat dan infaq yang
terhimpun. Hal ini pun dibenarkan oleh Syariah, karena pengurus OPZ adalah
Amilin zakat yang juga termasuk delapan ashnaf yang berhak mendapatkan harta
zakat.

Porsi tersebut digunakan untuk kegiatan operasional dan gaji amilin

(Akbar, 2009).
Meskipun OPZ berbasis sosial, namun dalam pengelolaannya tetap perlu
menjunjung tinggi professionalitas, akuntabilitas dan prinsip transparansi.
Termasuk dalam term ini adalah OPZ perlu beroperasi secara efektif dan efisien.
Yang terbaru, dalam pengukuran efektifitas pengelolaan dana zakat, Baznas
bekerjasama dengan Bank Indonesia menggagas konsep Zakah Core Principles
(Beik et al, 2014).

2


Jauh sebelum itu, dalam dunia pengukuran tingkat efisiensi dikenal metode
Data Envelopment Analysis (DEA). DEA banyak dipakai untuk mengukur tingkat
efisiensi teknis, skala dan ekonomi industri bank dan lembaga keuangan. Seperti
yang telah dilakukan oleh Kamarudin et. al (2008), Ozdemir (2013), Shahreki
(2012) serta Tsolas dan Dimitris (2012). Namun saat ini, DEA juga mulai banyak
digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi lembaga non-bank, seperti: rumah
sakit, universitas, kantor pajak, termasuk juga lembaga nonprofit (Rusydiana,
2013).
Penelitian terkait efisiensi lembaga zakat sebenarnya telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Misalnya oleh Wahab et al. (2012) dan (2013). Juga oleh Noor
(2015) dan (2012) serta Ahmad (2014). Namun semuanya dilakukan di Malaysia.
Hanya Akbar (2009) yang menjadikan OPZ di Indonesia sebagai objek
penelitiannya.
Penelitian ini akan mencoba mengukur OPZ sebagai Decision Making Unit
(DMU) dari sisi tingkat efisiensinya. Penelitian ini juga akan melihat
kemungkinan potensi-potensi pengembangan dari OPZ yang tidak efisien,
konstribusi input-output hingga reference contribution dari DMU. Maka,
berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, perumusan masalah dalam
penelitian ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Dari objek DMU yang diteliti, manakah OPZ yang efisien dan mana yang
belum efisien?
2. Secara umum, bagaimana total potential improvement (potensi pengembangan
keseluruhan) dari OPZ yang diteliti?
3. Bagaimana analisis Return to Scale (RTS), Reference Frequencies dan InputOutput Contribution dari Organisasi Pengelola Zakat?

2. FOKUS KAJIAN
Kajian dalam penelitian ini memfokuskan pada pengukuran tingkat
efisiensi dari 3 (tiga) Organisasi Pengelola Zakat nasional. Ketiga OPZ tersebut
adalah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)

3

dan Rumah Zakat Indonesia (RZI). Alasan pemilihan ketiga OPZ itu adalah
karena mereka rrelatif secara konsisten mempublikasikan laporan keuangan
tahunannya, dibanding OPZ lain.Alasan yang lain adalah ketiga OPZ tersebut
cukup berhasil menghimpun dana cukup besar dari masyarakat.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
nonparametric Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan produksi.
DEA adalah metode pengukuran efisiensi berbasis input output (Coelli (1998).

Cooper et al (1999) dan Farrell (1957)). Variabel output dari DMU terdiri dari
Total Penghimpunan Dana Zakat (Y1) dan Total Penyaluran Dana (Y2),
sementara variabel input terdiri dari Biaya Personalia (X1), Biaya Operasional
(X2), dan Biaya Sosialisasi (X3). Skor DEA akan diperoleh dari variabel-variabel
ini, yang merupakan hasil pembagian antara faktor output dengan input (Charnes,
Cooper dan Rhodes, 1978).
Penelitian ini menggunakan data sekunder selama periode 2007-2014 yang
sudah dipublikasikan sebagai data pokok, seperti laporan keuangan, neraca, dan
laporan arus kas. Data pokok tersebut dapat diperoleh dari publikasi yang
diterbitkan oleh masing-masing OPZ. Namun, karena keterbatasan data yang
tersedia, Baznas hanya ada tahun 2007-2013 dan Rumah Zakat mulai 2012-2014.
Sementara data PKPU relatif lengkap dari periode tahun 2007-2014.
Selanjutnya kajian akan mencoba fokus menjawab beberapa pertanyaan
penelitian. Diantaranya, bagaimana posisi tingkat efisiensi masing-masing OPZ
dari tahun ke tahun dan bagaimana distribusi skornya. Bagaimana pula kondisi
return to scale tiap DMU dan potensi-potensi pengembangan untuk OPZ yang

belum efisien. Tidak kalah penting juga, penelitian akan menjawab input dan
output mana saja yang menjadi penyumbang tingkat efisiensi yang telah dicapai.


3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Score Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat
Pada tabel 1 di bawah ini dapat diketahui bahwa OPZ yang efisien
(Constant 100%) pada tahun 2014 adalah PKPU. Sedangkan OPZ yang efisien
pada tahun 2013 adalah Baznas. Selanjutnya dapat dilihat bahwa PKPU efisien

4

dari tahun ke tahun yaitu dari tahun 2007 hingga tahun 2014, kecuali pada tahun
2013, PKPU termasuk tidak efisien. Ini menunjukkan bahwa pada periode tahun
2007-2014, PKPU mampu mempertahankan tingkat efisiensinya secara gradual
(kecuali tahun 2013) jika dibandingkan dengan OPZ lainnya. Berdasarkan
penjelasan tersebut, OPZ yang paling rendah angka efisiensinya adalah Rumah
Zakat di tahun 2013. Hal ini tentunya dapat menjadi pertimbangan bagi OPZ yang
belum efisien untuk dapat meningkatkan efisiensi teknisnya (pure technical
efficiency).

Di samping itu, jika melihat OPZ yang belum efisien dapat diketahui dari
tabel di bawah ini bahwa DMU yang inefisien terbagi menjadi dua bagian yaitu
Increasing Return to Scale (IRS) dan Decreasing Return to Scale (DRS). Adapun


OPZ yang termasuk dalam kelompok increasing yaitu PKPU 2013, Rumah Zakat
2012, Rumah Zakat 2013, dan Rumah Zakat 2014. Untuk mencapai tingkat efisien
keempat OPZ tersebut, maka dapat dapat diusahakan dengan melihat potential
improvement- nya. Berbeda halnya dengan OPZ yang termasuk decreasing yaitu

Baznas 2010 dan Baznas 2011.
Tabel 1. Score Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14
15
16
17
18

Name
2007 Baznas
2008 Baznas
2009 Baznas
2012 Baznas
2008 PKPU
2007 PKPU
2011 PKPU
2012 PKPU
2009 PKPU
2013 Baznas
2010 PKPU

2014 PKPU
2013 PKPU
2012 Rumah Zakat
2010 Baznas
2014 Rumah Zakat
2011 Baznas
2013 Rumah Zakat

Score
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

100
98.13
76.14
58.74
57.21
55.07
54.89

Skor Distribusi Efisiensi OPZ

5

Scale
Constant
Constant
Constant
Constant
Constant
Constant
Constant
Constant
Constant
Constant
Constant
Constant
Increasing
Increasing
Decreasing
Increasing
Decreasing
Increasing

Berhubungan dengan informasi tabel sebelumnya, pada grafik di bawah ini
memberikan informasi jumlah unit bisnis yang efisien dan tidak efisien pada skala
kelompok tertentu. Berdasarkan grafik berikut dapat diketahui jumlah OPZ yang
efisien sempurna (100%) adalah sebanyak 12 OPZ. Grafik di bawah ini juga
memberikan informasi bahwa unit bisnis terbanyak berada dalam kondisi efisiensi
100% yaitu sebanyak 12 DMU, sedangkan yang paling sedikit adalah unit bisnis
dengan tingkat efisiensi 71- 80% dan 91%-99.9% yaitu masing- masing 1 DMU.

Gambar 1. Distribution of Score

Total Potensi Improvement OPZ
Untuk mengetahui sumber inefisiensi OPZ dalam pengamatan ini, maka
dapat dilihat melalui informasi total potential improvement di bawah ini yang
dapat memberikan gambaran umum terkait inefisiensi OPZ. Grafik total potential
improvement menyebutkan bahwa secara industry, supaya efisien maka

hendaknya OPZ yang tidak efisien mengurangi beban SDM hingga 13.89%, selain
itu, beban sosialisasi hingga 8.16% dan biaya operasional hingga 8.02%.
Sedangkan untuk dana pendapatan perlu ditingkatkan hingga 0.93% dan dana
penyaluran hingga 69% agar tercapai tingkat efisiensi yang optimal.

6

Gambar 2. Total Potential Improvement

OPZ yang Menjadi Referensi
Pada bagian ini menunjukkan OPZ- OPZ yang menjadi rujukan atau
referensi untuk OPZ lainnya yang masih inefisien. Dari hasil perhitungan analisis
frontier menunjukkan bahwa Pada tahun 2014 Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
yang paling banyak dirujuk adalah PKPU dirujuk sebanyak 4 DMU. Sedangkan
pada tahun 2013, OPZ yang paling banyak dirujuk adalah Baznas dirujuk
sebanyak 4 DMU. Berbeda halnya pada tahun 2012, OPZ yang paling banyak
dirujuk adalah Baznas dirujuk sebanyak 2 DMU, dan PKPU sebanyak 1 DMU.
Dan pada tahun 2011, OPZ yang paling banyak dirujuk adalah PKPU dirujuk
sebanyak 3 DMU. Pada tahun 2010, PKPU dirujuk sebanyak 1 DMU. Mengenai
tahun 2009, OPZ yang paling banyak dirujuk adalah PKPU sebanyak 3 DMU, dan
Baznas dirujuk sebanyak 1 DMU. Serta pada tahun 2008, OPZ yang paling
banyak dirujuk adalah PKPU sebanyak 4 DMU dan Baznas sebanyak 1 DMU.

7

Gambar 3. Reference Frequencies

Analisis DMU yang Tidak Efisien
Bagian ini menjelaskan potential improvement OPZ yang paling rendah
tingkat efisiensinya yaitu Rumah Zakat 2013. Berdasarkan keterangan grafik unit
detail pertama di sisi kiri atas, menjelaskan bahwa untuk mencapai tingkat

efisiensi, maka Rumah Zakat 2013 dapat mengurangi beban operasional hingga
45%, beban sosialisasi hingga 45%, dan beban SDM hingga 85%. Di samping itu,
perlu meningkatkan dana penyaluran hingga 649%.
Pada grafik selanjutnya (di sisi atas kanan) mengenai referensi comparison
OPZ Rumah Zakat (2013) menunjukkan bahwa, untuk mencapai tingkat efisiensi
yang optimal, OPZ Rumah Zakat (2013) dapat merujuk ke tiga OPZ yang
dijadikan rujukan yaitu Baznas (2013), PKPU (2014), PKPU (2009). Misalnya,
jika dibandingkan Rumah Zakat (2013) dengan Baznas (2013), penggunaan
beban (biaya) operasional Baznas pada tahun 2013 adalah sebesar 19%,
penggunaan biaya sosialisasi adalah 21%, beban SDM adalah sebesar 43% dan
dana penyaluran adalah sebesar 521 dengan dana penerimaan sebesar 65%.
Kemudian, pada grafik ketiga mengenai grafik input/ output contribution
dijelaskan bahwa tingkat efisiensi Rumah Zakat pada tahun 2013 adalah sebesar
54.89%. Yang berkontribusi besar terhadap efisiensi Rumah Zakat dalam
pencapaian efisiensi sebesar 54.89% adalah biaya operasional sebesar 71%, biaya
sosialisasi sebesar 29% dan dana penerimaan sebesar 100%. Hal ini
8

mengindikasikan bahwa biaya operasional, biaya sosialisasi dan dana penerimaan
memiliki kontribusi sesuai dengan porsi masing-masing dalam pencapaian angka
efisiensi Rumah Zakat pada tahun 2013 sebesar 54.89%.
Selanjutnya grafik terakhir mengenai grafik reference contribution
menjelaskan tentang kontribusi dari masing-masing unit bisnis yang dirujuk oleh
Rumah Zakat (2013). Berdasarkan grafik di bawah ini, unit bisnis terdekat yang
dapat dirujuk oleh Rumah Zakat untuk kelima variabel (input dan output) adalah
Baznas (2013), dan diikuti oleh PKPU 2009 kemudian terakhir adalah PKPU
2014.

Gambar 4. Unit Detail: RZ 2013

4. KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian tentang efisiensi Organisasi Pengelola Zakat ini penting untuk
dilakukan. Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang dapat diambil berikut
rekomendasi untuk penelitian ke depan:
1. Terdapat 12 DMU yang efisien sempurna (100%). Dan yang inefisien
sebanyak 6 DMU. OPZ yang paling tidak efisien adalah Rumah Zakat
(2013).

9

2. OPZ PKPU mampu mempertahankan tingkat efisiensinya secara gradual dari
tahun 2007 hingga 2014 (kecuali tahun 2013) jika dibandingkan dengan OPZ
lainnya.
3. Secara umum, faktor utama inefisiensi Organisasi Pengelola Zakat dari tahun
2007 hingga 2014 disebabkan oleh penyaluran dana zakat terhadap ashnaf
yang masih kurang optimal, sehingga belum mampu menyelesaikan
problematika kemiskinan.
4. Perhitungan tingkat efisiensi pada penelitian ini bersifat relatif, bukan
absolut. Sehingga sangat dimungkinkan ketika sampel OPZ ditambah atau
tahun observasi diperluas, akan mendapatkan hasil yang berbeda.
5. Perlunya setiap Organisasi Pengelola Zakat baik milik pemerintah maupun
swasta

untuk

mengeluarkan

laporan

keuangan

tahunannya

guna

meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana.
6. Selain itu, data laporan keuangan ini bermanfaat bagi para peneliti/akademisi
untuk dapat dijadikan sebagai sumber data riset. Dengan tujuan akhir
peningkatan dan pengembangan zakat dan OPZ di Indonesia.
7. Organisasi Pengelola Zakat, baik milik pemerintah maupun swasta perlu
melakukan penghitungan tingkat efisiensi secara rutin dan berkala agar ia
mengetahui tingkat efisiensinya, potential improvement dan kelebihankekurangannya secara umum, dalam kerangka analisis efisiensi.
8. Karena keterbatasan data yang penulis peroleh, jumlah observasi masih
relatif sedikit. Keterbatasan juga karena terdapat perbedaan tahun observasi
dari ketiga OPZ, meskipun hal ini masih ditolerir.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Nasher. 2009. “Analisis Efisiensi Organisasi Pengelola Zakat Nasional
Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis”. Tazkia Islamic Finance
and Business Review. Vol. 4 No. 2, 2009.

Ahmad, Ismail HJ and Masturah Ma’in. 2014. “The Efficiency of Zakat
Collection and Distribution: Evidence from Two Stage Analysis”. Journal of
Economic Cooperation and Development, 35, 3(2014) 133-170.

10

Banker, R.D., Charnes, A., and Cooper, W.W. 1984. “Some Models for
Estimating Technical and Scale Inefficiency in Data Envelopment
Analysis”, Management Science, 30 (9), 1078-92.
BAZNAS. Laporan Keuangan Badan Amil Zakat Nasional Tahun 2007-2013
Beik, Irfan Syauqi, et al. 2014. “Towards an Establishment of an Efficient and
Sound Zakat System: Proposed Core Principles for Effective Zakat
Supervision. Paper presented in the Working Group of Zakat Core Principles
2014.
Bougnol, M.L. J.H. Dul, D. Retzlaff-Roberts, dan N.K. Womer.

2001.

Nonparametric frontier analysis with multiple constituencies. Paper. School
of Business.University of Missisipi.
Charnes, A., Cooper, W.W., and Rhodes, E. 1978. “Measuring the Efficiency of
Decision Making Units”, European Journal of Operation Research, 2, 6,
429-44.
Coelli.T.I, Rao, D.S.P. and Battese, G.E. 1998. Introduction to Efficiency and
Productivity Analysis, Kluwer Academic Publisher, Boston.

Coelli, T.J, Rao, D.S.P., Prasada Rao, Christoper J. O’Donnel and G.E. Battese.
2005.

Introduction to Efficiency and Productivity Analysis , (Second

Edition), Kluwer Academic Publishers, Boston.
Cooper, William W., Seiford, Lawrence M., and Tone, Koru. 1999. A
Comprehensive Text with Models, Application, References and DEA-Solver
Software, Kluwer Academic Publisher, Boston USA.

Cooper, et al. 2002. Data Envelopment Analysis. Kluwer Academic Publisher,
USA.
Cooper, William W, Lawrance M. Seiford and Joe Zhu. 2010. Handbook on Data
Envelopment Analysis. London: Springer.

Farrell, M.L. 1957. “The Measurement of Productive Efficiency”, Journal of The
Royal Statistical Society, 120, p.253-281.

Kamarudin, et al. 2008. “Assessing Production Efficiency of Islamic Banks and
Conventional Bank Islamic Windows in Malaysia”. International Journal of
Business and Management Research, Vol. 1(1), No. 1, pp. 31-48. 2008.

11

Kumbhaker, S.C. and Lovell. 2000. “The Measurement of Technical Efficiency,”
Journal of The Royal Statistical Society.

Noor, Abd Halim Mohd, et al. 2012. “Assessing Performance of Nonprofit
Organization: A Framework for Zakat Institutions”. British Journal of
Economics, Finance and Management Sciences, Vol. 5(1)

Noor, Abd Halim Mohd, et al. 2015. “Efficiency of Islamic Institutions: Empirical
Evidence of Zakat Organizations Performance in Malaysia”. Journal of
Economics, Business and Management, Vol. 3 No.2.

Ozdemir, Asli. 2013. “Integrating analytic network process and data envelopment
analysis for efficiency measurement of Turkish commercial banks”. Banks
and Bank Systems Volume 8 issue 2, 2013.

PKPU. Laporan Keuangan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Tahun 2007-2014
Rumah Zakat Indonesia. Laporan Keuangan Rumah Zakat Indonesia Tahun 20122014
Rusydiana, Aam Slamet & Tim SMART Consulting. 2013. Mengukur Tingkat
Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis. Bogor: SMART Publishing.

Shahreki, Javad, Nazar Dahmardeh and Mohammad Ali Ghasemi. 2012.
“Efficiency Evaluation Bank Sepah Branches in Sistan and Baluchestan
Province Using Data Envelopment Analysis”. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business Vol. 4 No. 2, June 2012.

Tsolas, Ioannis E. and Dimitris I. Giokas. 2012. “Bank branch efficiency
evaluation by means of least absolute deviations and DEA”. Managerial
Finance Vol 38 No. 8, 2012.

Wahab, Norazlina Abd. And Abdul Rahman, Abdul Rahim. 2012. “Efficiency of
Zakat Institutions in Malaysia: An Application of Data Envelopment
Analysis”. Journal of Economic Cooperation and Development, 33, 1(2012)
95-112.
Wahab, Norazlina Abd. And Abdul Rahman, Abdul Rahim. 2013. “Determinants
of Efficiency of Zakat Institutions in Malaysia: A Non-parametric
Approach”. Asian Journal of Business and Accounting, 6(2) 2013.

12