00 Hari Kinerja Anies Sandi Apa Saja yan

100 Hari Kinerja Anies-Sandi, Apa Saja yang Sudah Dilakukan?
JAKARTA, iNews.id – Suksesi kepemimpinan di Jakarta sudah tiga bulan berlalu. Warga Ibu
Kota pun terus mengawal program-program yang menjadi janji kampanye pasangan
Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga S Uno (Anies-Sandi).
Ada sederet program yang ditawarkan keduanya di saat mengikuti Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) 2017. Beberapa di antaranya sudah diwujudkan. Berikut adalah delapan
kebijakan Anies-Sandi yang paling menarik perhatian publik selama 100 hari pertama
kepemimpinan mereka.
1) Rumah DP 0 rupiah
Pada Kamis, 18 Januari 2018, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan hunian
down payment (DP) 0 rupiah dengan melakukan ground breaking atau peletakan batu
pertama di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Hunian vertikal yang diberi nama Klapa
Village tersebut terdiri dari tipe 36 dan tipe 21 dengan total 703 unit.
Untuk tipe 36 dibanderol dengan harga Rp320 juta per unit, sedangkan tipe 21 dihargai
Rp185 juta per unit. Untuk skema pembiayaan diserahkan kepada Badan Layanan Umum
Daerah Pemprov DKI. Pembangunan hunian DP 0 rupiah tersebut ditargetkan rampung
pada pertengahan 2019 mendatang.
2) OK OCE
One Kecamatan One Center Entrepreneurship (OK OCE) adalah salah satu program unggulan
yang terus digaungkan oleh Anies-Sandi selama masa kampanye Pilkada 2017. Banyak yang
mengira peserta program ini bakal mendapat bantuan modal usaha dari Pemerintah

Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Namun, kabar itu diluruskan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Menurut dia,
Anies-Sandi hanya membantu mencarikan akses pembiayaan modal dari berbagai lembaga
keuangan seperti perbankan, lembaga keuangan mikro, maupun lembaga keuangan syariah.
“Kami sejak awal, awal sekali menyatakan bahwa Pemprov DKI tidak memberikan
permodalan. Gerakan OK OCE tidak memberikan permodalan, tetapi memfasilitasi bekerja
sama dengan lembaga pembiayaan,” kata Sandi di Balai Kota Jakarta, Jumat 15 Januari
2017.
Menurut dia, ada beberapa tahapan yang mesti dilalui untuk menjadi anggota OK OCE. Yang
pertama adalah melakukan pendaftaran ke kantor kecamatan terdekat dengan membawa
kartu identitas (KTP) warga Jakarta. Bagi yang sudah terdaftar, selanjutnya dapat mengikuti
beberapa tahapan pelatihan, sebelum akhirnya difasilitasi pemprov untuk pembiayaan
modal usaha.

“Jadi pertama mereka daftar, ikut pelatihan dulu. Terus mereka ikuti beberapa tahapan
pelatihan, setelah itu mereka diadakan pendampingan. Kemudian mereka memiliki
kemampuan mengakses pembiayaan, itu baru kita fasilitasi,” ucapnya.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Nur Afni Sajim, lantas mengkritik program tersebut.
Menurut politikus Partai Demokrat itu, pelatihan OK OCE hanya berisi “cuap-cuap” tanpa
adanya praktik nyata.

Namun, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan
Perdagangan DKI Jakarta Irwandi langsung menangkis tudingan itu. “Pelatihan itu kalau
enggak cuap-cuap mau ngapain? Jadi begini, pelatihan teknis ada di Dinas Perindustrian.
Kalau di kita (UMKM) ya cuap-cuap, memberikan motivasi, bagaimana orang bisa
berdagang, orang bisa berusaha, dan bagaimana jadi pengusaha,” kata Irwandi.
Menurut dia, selain memberikan pelatihan motivasi, dalam program OK OCE Dinas UMKM
DKI juga berperan dalam mencari bantuan permodalan. Tidak hanya Bank DKI, pemprov
juga bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dari Kementerian
Koperasi dan UKM RI. Irwandi mengatakan, pemprov akan membuat peraturan gubernur
(pergub) soal OK OCE yang lebih detail.
“Kami akan kerja sama dengan LPDB. LPDB Kementerian Koperasi itu bungannya lebih di
bawah dari bank dan prosedurnya lebih gampang,” ucap Irwandi.
3) Penataan PKL Tanah Abang
Di era Anies-Sandi, para pedangang kaki lima (PKL) difasilitasi berjualan di Jalan Jatibaru,
Tanah Abang, Jakarta Pusat, dari pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB. Arus lalu lintas pun
dialihkan selama para pedagang berjualan di sana. Bahkan, Anies-Sandi menyediakan
angkutan umum bagi warga yang hendak berbelanja di Tanah Abang.
PKL yang biasa berjualan di trotoar sekitar Stasiun Tanah Abang pun mengapresiasi
langkah Anies-Sandi menata kawasan tersebut. Mereka mengaku merasa lebih nyaman
lantaran Pemprov DKI mau menyediakan tenda untuk berjualan.

“Sekarang lebih nyaman dan aman. Juga tidak dikejar-kejar tramtib lagi,” ujar salah satu
pedagang pakaian anak di Tanah Abang, Novriyanto, Jumat 22 Desember 2017.
Kendati demikian, kebijakan—yang oleh sebagian kalangan dianggap ‘melawan arus’—ini
sempat menuai kritik dan protes dari beberapa kelompok masyarakat. Di antaranya adalah
para supir angkutan kota (angkot) yang sebelumnya biasa beroperasi di sekitar kawasan
tersebut.
Pada Senin 22 Januari 2018, ratusan supir angkot Tanah Abang melakukan aksi mogok di
depan gedung Balai Kota, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Aksi unjuk rasa itu mereka

lakukan lantaran menurunnya pendapatan para supir angkot, menyusul pemberlakuan
kebijakan penutupan Jalan Jatibaru untuk PKL di Tanah Abang.
Dalam satu kesempatan, Sandi menyatakan tetap membuka peluang kepada seluruh pihak
yang hendak memberikan masukan kepada Pemprov DKI. Menurut dia, masukan itu nanti
akan dibahas dan dilakukan evaluasi oleh jajarannya. “Kami tentunya membuka
kesempatan untuk masukan-masukan itu tanggapi dan kaji karena ini bukan kebijakan
yang permanen tapi sementara,” ujarnya, Selasa 2 Januari 2018.
4) Pencabutan larangan sepeda motor melewati jalan protokol
Pada masa pemerintahan gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sepeda motor
dilarang melewati jalan protokol, mulai dari Jalan MH Thamrin hingga Jalan Medan
Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Pelarangan itu diberlakukan sejak Desember 2014, menyusul

keluarnya Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Nomor 195 Tahun 2014 tentang Pembatasan
Lalu Lintas Sepeda Motor.
Bahkan, ketika tampuk pimpinan Ibu Kota beralih kepada Djarot Saiful Hidayat pada 2017,
sempat muncul wacana bahwa aturan pelarangan sepeda motor akan diperluas ke jalanjalan utama lainnya di Jakarta.
Namun, pada masa Anies-Sandi, aturan larangan kendaraan roda dua melintas di jalan
protokol tersebut dicabut. Kini, sepeda motor diperbolehkan kembali melewati Jalan MH
Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat. Kebijakan Anies-Sandi itu semakin diperkuat
oleh putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor 57 P/HUM/2017. Dalam putusan tersebut,
majelis hakim agung membatalkan Pergub DKI Nomor 195/2014 karena dinilai
diskriminatif.
Bagi Anies, dicabutnya Pergub DKI Nomor 195/2014 oleh MA adalah kabar baik. Menurut
dia, lembaga kehakiman itu telah bekerja berdasarkan prinsip keadilan yang selama ini
kerap terabaikan di masyarakat. “Jakarta ini bukan milik sebagian orang. Jakarta ini milik
semuanya. Karena itu, kesempatannya harus setara dan keputusan MA itu membuat apa
yang selama ini menjadi ide kita dikuatkan,” ungkap Anies, Senin 8 Januari 2018.
5) OK Otrip
Sejak 15 Januari, Pemprov DKI Jakarta mulai menerapkan uji coba program kendaraan
umum terintegrasi OK Otrip. Uji coba program tersebut akan berjalan hingga 15 April 2018.
Selama tiga bulan ke depan, program OK Otrip akan diterapkan pada sejumlah trayek di
enam kawasan.

Keenam kawasan itu adalah Jelambar (Jakarta Barat), Warakas (Jakarta Utara), Cilincing
(Jakarta Utara), Duren Sawit (Jakarta timur), Cipayung (Jakarta Timur), dan Lebak Bulus
(Jakarta Selatan). Selain itu, sosialisasi program juga telah dilakukan dengan memasang
spanduk serta penyebaran pamflet kepada masyarakat.

Total sebanyak 16 jenis angkutan umum dioperasikan dalam penerapan uji coba OK Otrip,
meliputi angkot hingga bus ukuran sedang. Selain itu, OK Otrip juga akan berintegrasi
dengan bus Transjakarta.
Untuk tarif kendaraan selama 3 jam perjalanan, penumpang dikenakan ongkos mulai dari
Rp3.500 hingga Rp5.000 yang dibayarkan menggunakan kartu OK Otrip. Transaksi lewat
kartu tersebut dilakukan dengan metode tap in dan tap out (ditempelkan pada mesin
pembaca).
6) Monas untuk kegiatan keagamaan
Pada masa kepemimpinan mantan gubernur Djarot Saiful Hidayat, Pemprov DKI melarang
keras kegiatan keagamaan digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.
Namun, larangan itu tidak berlaku di era Gubernur Anies Baswedan.
Setelah memberi lampu hijau penggunaan kawasan Monas untuk acara Tausiah
Kebangsaan yang dilaksanakan pada Minggu 26 November 2017, Anies juga
mempersilakan perayaan Natal dan Nyepi dilaksanakan di area tugu setinggi 132 meter itu.
Sebelum meninggalkan jabatan orang nomor 1 DKI, Djarot Saiful Hidayat sempat

mengeluarkan Pergub Nomor 160 pada 13 Oktober 2017. Pergub itu antara lain berisi
tentang pelarangan Monas sebagai tempat untuk kegiatan budaya, pendidikan, sosial dan
agama. Larangan itu lantas dicabut oleh Anies dengan menerbitkan Pergub Nomor
186/2017.
Anies mengatakan, dengan adanya Pergub Nomor 186/2017, Monas kembali bisa
digunakan untuk kegiatan masyarakat dan akhirnya mendapat kepastian hukum. “Kami
ingin masyarakat bisa memanfaatkan dengan optimal dan kembali nyaman berkegiatan di
Monas,” ujar Anies, Minggu 26 November 2017.
7) Tolak reklamasi Teluk Jakarta
Berbeda dengan pemimpin DKI sebelumnya yang cenderung gigih membela reklamasi
Teluk Jakarta, Anies-Sandi justru sejak awal konsisten menolak proyek pembangunan pulau
buatan tersebut.
Anies telah melayangkan surat yang isinya meminta agar Badan Pertanahan Nasional (BPN)
membatalkan seluruh sertifikat hak guna bangunan (HGB) terhadap reklamasi Pulau C, D,
dan G. Surat itu tertanggal 29 Desember 2017. Menurut Anies, permintaan pencabutan HGB
tersebut lantaran ditemukannya dampak buruk dan adanya cacat prosedur dalam
pelaksanaan proyek reklamasi ketiga pulau itu.

8) Menutup Hotel Alexis
Dua pekan setelah dilantik menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI, Anies-Sandi

langsung membuat publik tercengang dengan keberanian mereka menutup Hotel Alexis,
tempat hiburan malam yang selama ini kerap menjadi buah mulut banyak orang di Jakarta.
Padahal, pemimpin Ibu Kota periode sebelumnya tidak berani melakukan hal itu, meski
sudah banyak laporan masyarakat tentang praktik tak sedap di tempat itu.
Keputusan untuk menutup Alexis memang merupakan salah satu janji kampanye AniesSandi. Setelah menjabat, keduanya sepakat menolak permohonan tanda daftar usaha
pariwisata baru yang diajukan Hotel Alexis dan Griya Pijat Alexis. Penolakan tersebut
tertuang dalam secarik surat dari Pemprov DKI melalui Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang diterbitkan pada Jumat 27/10/2017).
Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP DKI Jakarta, Edy Junaedi, memastikan tidak akan
memperpanjang izin usaha tempat hiburan malam Hotel Alexis. “Kami sudah mengambil
sikap terhadap permohonan bahwa Alexis izin usahanya tidak akan diperpanjang secara
permanen,” ujar Edy, Senin 30 Oktober 2017.
Di luar kebijakan-kebijakan di atas, tentunya masih banyak pekerjaan rumah yang mesti
diselesaikan Anies-Sandi selama masa kepemimpinan mereka hingga 2022. Sebut saja
penataan Kampung Akuarium, pengentasan kemiskinan, mencari solusi atas kemacetan
lalu lintas di Ibu Kota, penuntasan masalah banjir, hingga penataan kampung-kampung
kumuh.