361838461 Latihan Kebugaran Fisik Pada Frailty
BAB 1
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 273 juta jiwa pada tahun 2025.
Hampir seperempat dari jumlah penduduk itu, atau sekitar 62,4 juta jiwa tergolong kelompok
lanjut usia (lansia). Bahkan, jika menggunakan model proyeksi penduduk PBB, jumlah usia
lanjut pada 2050 menjadi dua kali lipat atau sekitar 120 juta jiwa lebih (Atmaji, 2007). Pada
proses penuaan terjadi penurunan fungsi berbagai sistem organ tubuh, antara lain penurunan
fungsi sistem muskulosekeletal, kardiovaskuler dan pulmoner (Pearls, 2008). Perubahan pada
sistem muskuloskeletal antara lain berkurangnya kekuatan dan massa otot yang dapat
mengakibatkan kelemahan dan menurunnya tingkat aktivitas. Tulang menjadi porotik karena
berkurangnya mineral sebagai akibat menurunnya kekuatan dan massa tulang. Sedangkan
tulang rawan menjadi lebih kaku, mengalami dehidrasi dan menjadi tipis pada daerah weightbearing. Pada sistem kardiovaskuler di samping terjadi peningkatan tekanan darah sistolik dan
peningkatan resistensi perifer juga terjadi penurunan denyut jantung maksimal yang
mengkibatkan menurunnya curah jantung
(Lewis dan Bottomley, 2008). Penurunan fungsi
sistem pulmoner atau respirasi yang terjadi pada usia lanjut meliputi menurunnya kekuatan otot
pernafasan baik otot utama pernafasan maupun otot bantu pernafasan, aktivitas silia, elastisitas
paru, dan kapasitas maksimal pernafasan, serta tulang-tulang pembentuk dinding dada yang
cenderung mengalami pengeroposan atau osteoporosis. Penurunan sistem pernafasan akan
berdampak pada penurunan tekanan oksigen (O2) arteri menjadi sekitar 75 mmHg, hal ini akan
mengganggu proses oksigenasi, O2 tidak dapat terangkut ke jaringan tubuh secara sempurna
sehingga pengambilan oksigen maksimal (VO2 max) ke dalam jaringan tubuh menurun (Gerald
et al., 2001).
1
Anoreksia, sarkopenia, imobilisasi, aterosklerosis, gangguan keseimbangan, depresi dan
gangguan kognitif merupakan kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan lansia jatuh pada
kondisi frailty. Walaupun frailty menyebabkan peningkatan morbiditas dan percepatan terjadinya
mortalitas, Latihan yang tepat dapat mengatasi sindroma dan meningkatkan kualitas hidup
(Gerald et al., 2001).
Tinjauan pustaka ini akan membahas secara khusus mengenai peran latihan dalam
meningkatkan kebugaran pada frailty, khususnya mengenai manfaat dan peresepan latihan, serta
beberapa contoh latihan yang dianjurkan ditinjau dari bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi.
BAB 2
FRAILTY SYNDROME
2
2.1 Batasan Frailty Syndrome
Frailty Syndrome (FS) adalah suatu sindroma geriatri dengan karakteristik berkurangnya
kemampuan fungsional dan gangguan fungsi adaptasi yang diakibatkan oleh merosotnya
berbagai sistem tubuh, serta meningkatnya kerentanan terhadap berbagai macam tekanan, yang
menurunkan performa fungsional seseorang. Masalah FS ini bersinggungan dengan proses
penuaan, disabilitas dan komorbiditas pada seseorang. Walaupun FS dan disabilitas saling
berhubungan dan tumpang tindih, keduanya merupakan hal yang berbeda. (Mangien. 2000)
Angka kejadian FS berkisar 7% pada usia diatas 65 tahun dan 30% pada usia diatas 80
tahun. Pada penelitian terhadap ras Kaukasia, perempuan lebih banyak menderita FS
dibandingkan laki-laki (7:5), sedangkan pada kelompok Afrika-Amerika didapatkan dua kali
lipat dibandingkan ras Kaukasia (14:7). Secara patofisiologi, FS merupakan proses penurunan
kemampuan multi-sistem akibat disregulasi oleh proses penuaan yang diawali dengan perubahan
fisiologi karena usia, penyakit, kurangnya aktivitas, dan atau buruknya asupan nutrisi.
(Cherniack EP et al, 2007)
Sampai saat ini belum terdapat konsensus yang menetapkan definisi pasti dan kriteria
diagnosis yang spesifik dari FS. Umumnya, untuk menentukan suatu FS dipergunakan kriteria
klinis dari Fried et al. yaitu bila terdapat tiga atau lebih dari kriteria FS yang terdiri dari:
1. Penurunan berat badan ≥10 lb selama 1 tahun terakhir
2. Kelelahan yang dirasakan pasien sendiri, ≥ 3 hari seminggu
3. Kelemahan otot (
PENDAHULUAN
Jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 273 juta jiwa pada tahun 2025.
Hampir seperempat dari jumlah penduduk itu, atau sekitar 62,4 juta jiwa tergolong kelompok
lanjut usia (lansia). Bahkan, jika menggunakan model proyeksi penduduk PBB, jumlah usia
lanjut pada 2050 menjadi dua kali lipat atau sekitar 120 juta jiwa lebih (Atmaji, 2007). Pada
proses penuaan terjadi penurunan fungsi berbagai sistem organ tubuh, antara lain penurunan
fungsi sistem muskulosekeletal, kardiovaskuler dan pulmoner (Pearls, 2008). Perubahan pada
sistem muskuloskeletal antara lain berkurangnya kekuatan dan massa otot yang dapat
mengakibatkan kelemahan dan menurunnya tingkat aktivitas. Tulang menjadi porotik karena
berkurangnya mineral sebagai akibat menurunnya kekuatan dan massa tulang. Sedangkan
tulang rawan menjadi lebih kaku, mengalami dehidrasi dan menjadi tipis pada daerah weightbearing. Pada sistem kardiovaskuler di samping terjadi peningkatan tekanan darah sistolik dan
peningkatan resistensi perifer juga terjadi penurunan denyut jantung maksimal yang
mengkibatkan menurunnya curah jantung
(Lewis dan Bottomley, 2008). Penurunan fungsi
sistem pulmoner atau respirasi yang terjadi pada usia lanjut meliputi menurunnya kekuatan otot
pernafasan baik otot utama pernafasan maupun otot bantu pernafasan, aktivitas silia, elastisitas
paru, dan kapasitas maksimal pernafasan, serta tulang-tulang pembentuk dinding dada yang
cenderung mengalami pengeroposan atau osteoporosis. Penurunan sistem pernafasan akan
berdampak pada penurunan tekanan oksigen (O2) arteri menjadi sekitar 75 mmHg, hal ini akan
mengganggu proses oksigenasi, O2 tidak dapat terangkut ke jaringan tubuh secara sempurna
sehingga pengambilan oksigen maksimal (VO2 max) ke dalam jaringan tubuh menurun (Gerald
et al., 2001).
1
Anoreksia, sarkopenia, imobilisasi, aterosklerosis, gangguan keseimbangan, depresi dan
gangguan kognitif merupakan kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan lansia jatuh pada
kondisi frailty. Walaupun frailty menyebabkan peningkatan morbiditas dan percepatan terjadinya
mortalitas, Latihan yang tepat dapat mengatasi sindroma dan meningkatkan kualitas hidup
(Gerald et al., 2001).
Tinjauan pustaka ini akan membahas secara khusus mengenai peran latihan dalam
meningkatkan kebugaran pada frailty, khususnya mengenai manfaat dan peresepan latihan, serta
beberapa contoh latihan yang dianjurkan ditinjau dari bidang kedokteran fisik dan rehabilitasi.
BAB 2
FRAILTY SYNDROME
2
2.1 Batasan Frailty Syndrome
Frailty Syndrome (FS) adalah suatu sindroma geriatri dengan karakteristik berkurangnya
kemampuan fungsional dan gangguan fungsi adaptasi yang diakibatkan oleh merosotnya
berbagai sistem tubuh, serta meningkatnya kerentanan terhadap berbagai macam tekanan, yang
menurunkan performa fungsional seseorang. Masalah FS ini bersinggungan dengan proses
penuaan, disabilitas dan komorbiditas pada seseorang. Walaupun FS dan disabilitas saling
berhubungan dan tumpang tindih, keduanya merupakan hal yang berbeda. (Mangien. 2000)
Angka kejadian FS berkisar 7% pada usia diatas 65 tahun dan 30% pada usia diatas 80
tahun. Pada penelitian terhadap ras Kaukasia, perempuan lebih banyak menderita FS
dibandingkan laki-laki (7:5), sedangkan pada kelompok Afrika-Amerika didapatkan dua kali
lipat dibandingkan ras Kaukasia (14:7). Secara patofisiologi, FS merupakan proses penurunan
kemampuan multi-sistem akibat disregulasi oleh proses penuaan yang diawali dengan perubahan
fisiologi karena usia, penyakit, kurangnya aktivitas, dan atau buruknya asupan nutrisi.
(Cherniack EP et al, 2007)
Sampai saat ini belum terdapat konsensus yang menetapkan definisi pasti dan kriteria
diagnosis yang spesifik dari FS. Umumnya, untuk menentukan suatu FS dipergunakan kriteria
klinis dari Fried et al. yaitu bila terdapat tiga atau lebih dari kriteria FS yang terdiri dari:
1. Penurunan berat badan ≥10 lb selama 1 tahun terakhir
2. Kelelahan yang dirasakan pasien sendiri, ≥ 3 hari seminggu
3. Kelemahan otot (