View of HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

  HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR Ernawati STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat Korespondensi: ernawati@stikesnh.ac.id

  ABSTRAK

  Jumlah terbesar akseptor KB di Indonesia saat ini masih didominasi oleh pengguna suntik sebesar 48,13% peserta KB aktif. Masalah utama saat ini yang dihadapi oleh pengguna akseptor KB suntik adalah efek samping berupa amenorhea, spotting, dan kenaikan berat badan. Spotting merupakan efek samping yang paling mengkhawatirkan bagi ibu karena ditakutkan berlanjut menjadi perdarahan hebat. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan lama penggunaan KB suntik Depo Progestin dengan kejadian spotting pada akseptor KB di Puskesmas Pattingalloang Makassar. Jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik aktif di Puskesmas Pattingalloang Makassar sebanyak 83 orang dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 40 orang yang diambil dengan teknik non probability sampling-

  accidental sampling. Kriteria inklusi adalah akseptor pengguna suntik depo-progestin kunjungan ulang,

  kriteria eksklusi adalah akseptor yang baru pertama menggunakan. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 01 Juni s.d 01 Juli 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 22 akseptor (55,0%) yang menggunakan kontrasepsi suntik ≤ 1 tahun dan 13 akseptor (45,0%) yang menggunakan kontrasepsi suntik lebih dari 1 tahun. Penelitian ini menunjukkan bahwa 23 akseptor suntik (57,5%) mengalami

  spotting, dan 17 akseptor suntik (42,5%) tidak mengalami spotting. Kejadian spotting terbanyak

  ditemukan pada kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 10 akseptor (25,0%). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama penggunaan kontrasepsi suntik dengan kejadian spotting pada akseptor. Kesimpulan penelitian ini, penggunaan kontrasepsi suntik yang lama tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian spotting pada akseptor KB pengguna suntik.

  Kata kunci : kejadian spotting, akseptor KB suntik, lama penggunaan suntik PENDAHULUAN Adapun keterbatasan kontrasepsi suntikan

  Visi dan Misi BKKBN adalah keluarga depo progestin yaitu sering ditemukan berkualitas 2015 dan membangun setiap gangguan haid seperti, siklus haid yang keluarga indonesia untuk memiliki anak ideal, memendek atau memanjang, pendarahan yang sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan, banyak atau sedikit, pendarahan tidak teratur dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui atau pendarahan bercak (spotting), perkembangan kebijakan, penyediaan layanan (Sulistiawaty, 2014). Gangguan pola haid promosi, fasilitasi, perlindungan, informasi seperti spotting dikarenakan akibat pengaruh kependudukan dan keluarga, serta pengua-tan hormonal suntikan selama akseptor mengikuti kelembagaan dan jejaring KB (Sulistyawati, KB suntik (Suratun, dkk, 2013). 2014).

  Dari data Indonesia tahun 2014 dilihat Salah satu alat kontrasepsi yaitu bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak suntikan depo progestin yang saat ini beredar digunakan oleh peserta KB aktif adalah di pasaran adalah yang mengandung Depo suntikan (47,54%), sedangkan peserta KB

  medroksi progesteron acetate (DMPA), yang paling sedikit adalah Metode Operasi

  mengandung 150 mg, yang diberikan setiap Wanita (MOW) sebesar 0,69%, dan peserta KB tiga bulan dengan cara disuntik intramuskular baru, persentase metode kontrasepsi yang (di daerah bokong). Keuntungan kontrasepsi terbanyak digunakan yaitu suntikan (49,67%), suntikan depo progestin yaitu sangat efektif, pil (25,14%), implant (10,65%), IUD (7,15%), pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak kondom (5,68%), MOP (0,21%), dan MOW berpengaruh pada hubungan suami istri, dan (1,50%) (Profil Kesehatan Indonesia 2014). tidak memiliki pengaruh terhadap produksi ASI.

  123 Kriteria inklusi :

  sampling. Kriteria sampel sebagai berikut :

  persentase tertinggi alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif adalah suntikan (47,39%), pil (22,90%), kondom (13,45%), obat vagina (0,00%), dan lainnya (0.56%). Sedangkan persentase penggunaan kontrasepsi bagi peserta KB baru yang terbanyak selama tahun 2013 masing-masing suntikan (44,61%), pil (24,78%), kondom (16,85%), implant (8,84%),

  IUD (3,21%), MOW (1,04%), MOP (0,25%), obat vagina (0,00%), dan lainnya (0,28%), (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2014).

  Di Makassar jumlah peserta KB baru sampai dengan Maret 2014 sebanyak (9.068 peserta) dengan rincian penggunaan kontrasepsi yang paling banyak yaitu suntik (59,9%), dan penggunaan kontrasepsi yang paling sedikit adalah MOP (0,01%). Sedangkan peserta KB aktif sebanyak (112.131 peserta) dengan rincian pengguna suntik (43,78%), pil (28,36%), implat (10,33%), IUD (9,92%), kondom (3,55%), MOW (3,52%), dan MOP ( 0,56%), (BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan 2014).

  • Menggunakan KB suntik depo progestin
  • Kunjungan ulang untuk suntik KB
  • Bersedia untuk diteliti Kriteria eksklusi :
  • Kunjungan baru untuk suntik KB
  • Mengalami gangguan sistem reproduksi yang sering menimbulkan perdarahan

  Berdasarkan data dari rekam medik Puskesmas Pattingalloang Makassar bulan Januari-Maret 2016, terdapat 111 akseptor yang terdiri dari berbagai jenis pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi suntikan sebanyak 83 akseptor, pil sebanyak 23 akseptor, kondom sebanyak 3 akseptor, implant sebanyak 2 akseptor, IUD 0 akesptor, dan berdasarkan hasil wawancara dari 10 akseptor kb, yang mengalami spotting sebanyak 5 akseptor (Rekam Medik Puskesmas Pattingalloang Makassar 2016).

  Berdasarkan banyaknya data Akseptor KB suntik depo progestin di Indonesia maupun di Sulawesi Selatan, Kota Makassar, dan di Puskesmas Pattingngalloang, dan adanya kejadian spotting di Puskesmas Pattingalloang Makassar, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang berhubungan dengan kejadian spotting. Salah satu faktor yang belum banyak diteliti adalah lama penggunaan KB suntik depo progestin.

  2. Koding Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban diberi kode menurut informasi dari subjek penelitian. Pengkodean ini dilakukan dengan pemberian nomor dari setiap kategori variabel untuk dapat dimasukkan ke dalam master tabel. Variabel pekerjaan diberi kode 1 untuk wirastaswa, kode 2 untuk Ibu rumah tangga. Variabel umur diberi kode 1 untuk kelompok umur <20 tahun, kode 2 untuk kelompok umur 20-29 tahun, kode 3 untuk kelompok umur 30-39 tahun, kode 4 untuk kelompok umur 40-49 tahun.

  1. Editing Kegiatan editing dilakukan setelah semua data terkumpul. Data diperiksa kelengkapannya sesuai dengan karakteristik data masing-masing, kesinambungan, dan keragaman data. Semua data dalam proses editing tidak menunjukkan adanya data yang tidak sesuai, semua data lengkap dan memenuhi syarat untuk lanjut ke tahap pengkodean.

  Pengolahan Data

  Pattingalloang Kecamatan Ujung Tanah. Puskesmas ini memiliki 2 (dua) puskesmas pembantu dan 19 posyandu. Selain menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, Puskesmas ini juga melaksanakan pelayanan rawat inap. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 01 Juni s.d 01 Juli 2016.

  Populasi penelitian ini adalah semua akseptor KB aktif yang tercatat di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar tahun 2016 yang menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 83 orang akseptor. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang diperoleh dengan tekhnik non probability sampling; accidental

BAHAN DAN METODE

  124

  Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Pendekatan ini digunakan karena lebih mudah dan memberikan hasil yang lebih cepat untuk mencapai tujuan penelitian.

  Lokasi, Populasi, dan Sampel

  Variabel pendidikan diberi kode 1 untuk SD, 2 untuk SMP, 3 untuk SMA. Variabel lama penggunaan suntik diberi kode 1 untuk akseptor yang menggunakan KB suntik lebih dari satu tahun dan diberi kode 2 untuk penggunaan ≤ 1 tahun. Variabel kejadian spotting diberi kode 1 untuk akseptor yang mengalami spotting, dan

  Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar. Puskesmas Pattingalloang merupakan salah satu Puskesmas yang ada di wilayah Kota

  125 mengalami spotting.

  Total 40 100,0 Dari Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas subjek penelitian adalah Ibu Rumah Tangga

  17 42,5 Total 40 100,0

  spotting

  23 57,5 Tidak mengalami

  spotting

  Frekuensi % Mengalami

  Spotting

  Kejadian

  5. Kejadian Spotting Tabel 5. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan Kejadian Spotting

  Total 40 100,0 Dari Tabel 4 terlihat bahwa jumlah subjek penelitian yang menggunakan KB suntik lebih dari satu tahun sebanyak 19 orang (47,5%) dan dan yang menggunakan KB suntik kurang atau sama dengan setahun sebanyak 21 akseptor (52,5%).

  Frekuensi % > 1 tahun 19 47,5 ≤ 1 tahun 21 52,5

  Lama Pemakaian

  4. Lama pemakaian Tabel 4. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan Lama Pemakaian KB Suntik Depo Progestin

  (IRT) tanpa pekerjaan yakni 39 orang (97,5%), dan hanya ada 1 orang (2,5%) yang bekerja sebagai wiraswasta.

  Ibu Rumah Tangga (IRT) 39 97,5

  3. Tabulasi Setelah dilakukan pengkodean seluruh data selanjutnya dimasukkan ke dalam master tabel penelitian. Data dari master tabel penelitian diinput sesuai dengan kode dan selanjutnya dipersiapkan untuk tahapan analisis data.

  Pekerjaan Frekuensi % Wiraswasta 1 2,5

  3. Pekerjaan Tabel 3. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan Pekerjaan

  Dari Tabel 2 tampak bahwa subjek penelitian paling banyak memiliki tingkat pendidikan SD yakni 15 orang (37,5%), kemudian tingkat pendidikan SMP 14 orang (35,0%), dan paling sedikit memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 11 orang (27,5%).

  SD 15 37,5 SMP 14 35,0 SMA 11 27,5 Total 40 100,0

  Pendidikan Frekuensi %

  Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan Tingkat pendidikan Tingkat

  Total 40 100,0 Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 40 subjek penelitian, kelompok akseptor terbanyak berada pada kelompok umur 20- 29 tahun sebanyak 15 orang (37,5%), diikuti oleh kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 13 orang (32,5%), kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 11 orang (27,5%), dan yang paling sedikit pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 1 akseptor (2,5%).

  20-29 tahun 15 37,5 30-39 tahun 11 27,5 40-49 tahun 13 32,5

  Umur Frekuensi % < 20 tahun 1 2,5

  1. Umur Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur

  Hasil penelitian ini menggunakan data 40 subjek penelitian yang seluruh datanya lengkap dan tidak ada data yang hilang. Untuk memudahkan penjelasan, peneliti akan memaparkan hasil penelitian ini dari analisis deskriptif dan berlanjut ke analisis inferensial.

  2. Analisis inferensial Analisis inferensial dilakukan untuk menganalisis hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Analisis inferensial dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-square dengan tingkat kesalahan α : 0,05.

  1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis karakteristik subjek penelitian dan variabel penelitian satu per satu. Analisis ini menghasilkan data dalam frekuensi dan persentase yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

  Analisis Data

HASIL PENELITIAN

  126

  kejadian spotting umumnya ditemukan pada

  Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa spotting ditemukan paling banyak pada kelompok umur 40-49 tahun yang menggunakan KB suntik depo progestin. Meskipun resiko kehamilan pada wanita usia lebih dari 40 tahun rendah, namun kekhawatiran untuk hamil di usia berisiko mendorong ibu untuk menggunakan kontrasepsi.

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan hasil penelitian orang lain serta teori yang telah dikemukakan, maka peneliti berpendapat bahwa hubungan lama penggunaan kontrasepsi KB suntik depo progestin tidak bermakna secara statistik dengan kejadian spotting pada akseptor, namun demikian kejadian spotting lebih banyak ditemukan pada episode pemakaian kurang dari satu tahun.

  bulan setelah penggunaan. Tujuh puluh persen wanita yang menggunakan alat kontrol kehamilan mengalami episode perdarahan yang tidak diinginkan selama tahun pertama penggunaan.

  spotting umumnya muncul pada beberapa

  Menurut Holland (2016), Depo-Provera atau depo progestin merupakan kontrasepsi injeksi hormon yang mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Hormon progestin yang terkandung dalam suntikan ini merupakan versi sintetis dari progesteron yang merupakan hormon seks dalam tubuh. Progestin mencegah kehamilan dalam tiga cara : 1) mencegah ovarium melepaskan telur selama ovulasi; 2) meningkatkan produksi mukus pada serviks; dan 3) menghambat pertumbuhan endometrium. Hal ini menyebabkan dinding endometrium menjadi lebih tipis dan seringkali timbul perdarahan sedikit yang tidak diinginkan yang dikenal sebagai spotting. Kejadian

  Penyebab spotting belum diketahui dengan pasti, namun diduga diakibatkan oleh terjadinya pelebaran pembuluh darah vena kecil di endometrium dan vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal.

  Depo Medroxy Progesterone Asetate (DMPA).

  satu tahun. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Octasari, F., dkk., (2014) yang menemukan bahwa kejadian spotting lebih banyak terjadi pada awal penggunaan

  Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Munayarokh, dkk., (2014) yang menemukan bahwa kejadian

  subjek penelitian yang mengalami spotting sebanyak 23 orang (57,5%) dan dan yang tidak mengalami spotting sebanyak 17 akseptor (52,5%). Dari 23 subjek penelitian yang mengalami spotting, subjek terbanyak berada pada kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 10 orang (43,5%), kemudian pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 7 orang (30,4%), dan pada kelompok umur sebanyak 6 orang (26,1%).

  Penelitian ini mengungkap fakta bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama pemakaian KB suntik depo progestin dengan kejadian spotting pada akseptor KB di Puskesmas Pattingalloang Makassar. Meskipun secara statistik demikian namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akseptor yang menggunakan KB suntik kurang dari satu tahun mengalami kejadian spotting (61,9%) lebih tinggi dari kejadian spotting pada akseptor yang menggunakan KB suntik lebih dari satu tahun (52,6%).

  PEMBAHASAN

  tidak ada hubungan yang bermakna antara lama penggunaan KB suntik dengan kejadian spotting pada akseptor KB di Puskesmas Pattingalloang Makassar.

  p = 0,554. Hasil ini memberikan interpretasi

  Dari Tabel 6 terlihat bahwa dari 19 subjek penelitian yang menggunakan KB suntik > 1 tahun, terdapat 10 orang (52,6%) yang mengalami kejadian spotting dan terdapat 9 orang (47,7%) yang tidak mengalami spotting. Sedangkan dari 21 subjek penelitian yang menggunakan KB suntik ≤ 1 tahun, terdapat 13 orang (61,9%) akseptor yang mengalami spotting dan 8 orang (38,1%) tidak mengalami spotting. Hasil analisis statistik dengan menggunakan Uji Chi square diperoleh nilai

  23 57,5 17 42,5 40 100,0 Chi square : p = 0,554

  Mengalami Tidak n % n % n % > 1 tahun 10 52,6 9 47,7 19 100,0 ≤ 1 tahun 13 61,9 8 38,1 21 100,0

  Lama pemakaian Kejadian spotting To tal

  6. Hubungan lama pemakaian KB suntik dengan kejadian spotting Tabel 6. Hubungan lama pemakaian KB suntik dengan kejadian spotting pada akseptor

  Menurut Allen, et all., (2013) sekitar 4-6 tahun sebelum seorang wanita berhenti menstruasi, wanita akan memasuki fase perimenopause dan mengalami perubahan dalam pola pendarahan menstruasi yang bisa berakibat pada mestruasi yang tidak teratur atau berlebihan. Penggunaan progestin dan situasi dimana seorang wanita memasuki fase salah satu penyebab meningkatnya kejadian kelompok usia 40-49 tahun.

  spotting pada usia 40 tahun ke atas, meskipun

  beberapa penelitian mengungkapkan efektifitas penggunaan DMPA dalam mengurangi SARAN perdarahan yang berlebihan pada gangguan

  1. Petugas kesehatan baik bidan maupun menstruasi. perawat perlu memberikan penjelasan kepada ibu akseptor mengenai efek

  KESIMPULAN samping penggunaan kontrasepsi KB

  1. Tidak terdapat hubungan yang bermakna suntik depo progestin serta penanganan antara lama penggunaan KB suntik depo efek samping. progestin dengan kejadian spotting pada

  2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk akseptor KB di Puskes-mas Pattingalloang melihat faktor yang mempenga-ruhi Kota Makassar. meningkatnya kejadian spotting pada 2. Kejadian spotting lebih banyak terjadi pada pengguna akseptor usia 40 tahun ke atas. kelompok yang menggunakan kontrasepsi

DAFTAR PUSTAKA

  Allen, R.H., Cwiak, C.A., & Kaunitz, A.M. 2013. Contraception in women over 40 years of age. CMAJ, Vol. 185(7), 565-573. Holland, K. 2016. How to stop bleeding caused by the Depo-Provera Shot. Healthline. Diakses tanggal 2 Pebruari 2017. Munayarokh., Triwibowo, M., Rizkilillah, Z.D.M., 2014. Hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan gangguan menstruasi di BPM Mariyah Nurlaili, Rambe Anak Mungkin Tahun 2014. Jurnal

  Kebidanan, Vol. 3, No. 6, 50-56.

  Octasari, F., Sarumpaet, S.M., Yusad, Y., Hubungan jenis dan lama penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap gangguan menstruasi pada ibu PUS di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014. Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi, Vol. 1, No. 3, 1-9. Suratun, dkk., 2013. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrsepsi. DKI Jakarta: CV. Trans Info Media. Sulistyawati A., 2014. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medis

  127