MANAJEMEN HUBUNGAN MADRASAHP ESANTREN DEN

MANAJEMEN HUBUNGAN MADRASAH/PESANTREN
DENGAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN
REVISI MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
“Manajemen Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu:
Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh :
SRI WAHYUNI
14111891
PAI – SMT 7
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Januari 2018
i

KATA PENGANTAR


Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa apa yang
telah diperoleh merupakan hasil dari keterlibatan semua pihak. Oleh karena itu,
kami menyampaiakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Agama Islam Universita Muhammadiyah Ponorogo Bapak
Drs.Rido Kurnianto, M.Ag
2. Ustad Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I, selaku dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
3. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan, atas bantuan, do’a serta
dukunganya yang berhubungan penyusunan makalah ini.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan
hikmah dari tuhan yang Maha Esa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah ini masih
banyak kekurangan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang
kami miliki, untuk itu kami berharap atas pemberian kritik, saran yang sifatnya

membangun dari pembaca yang sangat diharapkan demi kesempurnaaan
penyusunan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin..

Ponorogo, 13 Januari 2018
Penyusun

(SRIWAHYUNI)

ii

DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................................... i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Manajemen Pendidikan Islam ........................................................................ 3
B. Pengertian Pesantren Atau Madrasah ............................................................. 5
C. Pengertian Masyarakat ................................................................................... 6
D. Manajemen Hubungan Madraah/Pesantren Dan Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan .......................................................................... 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
Kesimpulan ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

iii

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam islam mempunyai kedudukan yang penting. Sebab,
dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, baik itu ilmu agama maupun ilmu
pengetahuan umum dapat disebarluaskan. Bahkan dimasa kejayaan islam,
ilmu pengetahuan berkembang demikian pesatnya. Perkembangan tersebut
menyebabkan peradaban masyarakat pada masa itupun terjadi semakin pesat.
Namun, seiring dengan terjadinya benturan-benturan sepanjang
sejarah, saat ini umat islam seolah menjadi generasi yang hilang. Pendidikan
yang berlabelkan keislaman seperti pesantren dan madrasah masih dinilai
kelas dua. Kondisi ini menyebabkan banyak cendekiawan muslim
menerapkan konsep modernisasi dalam pendidikan islam. Sebuah konsep
yang menginginkan pendidikan islam dapat menghasilkan cendekiawancendekiawan muslim yang menguasai ilmu agama dan ilmu pengetahuan
umum sehingga mampu bersaing dalam kancah internasional.
Institusi pendidikan di Indonesia yang telah mengenyam sejarah
paling panjang di antaranya adalam pesantren. Institusi ini lahir, tumbuh dan
berkembang telah lama. Bahkan semenjak belum dikenalnya lembaga
pendidikan lainnya di Indonesia, pesantren telah hadir lebih awal. Hal ini
menandakan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang
mempunyai akar sejarah keindonesiaan.
Kini eksistensi madrasah sebagai institusi pendidikan islam di

Indonesia telah sejajar dengan sekolah umum. Serangkaian kebijakan
pemerintah telah menempatkan madrasah pada posisi sejajar dengan sekolah
sekolah umum, baik negeri maupun swasta. Kedudukan yang bersifat legal
formal sebagai wujud kebijakan pemerintah, satu sisi dapat mendongkrak
status madrasah di masyarakat sebagai lembaga pendidikan kelas dua
meningkat dan berdiri sejajar dengan pendidikan umum.
Manajemen merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan
dari proses berjalannya suatu organisasi profif maupun non profit secara
iv
1

2

keseluruhan. Alasannya adalah tanpa manajemen tidak mungkin tujuan
organisasi profif maupun nonprofit tersebut dapat diwujudkan secara optimal,
efektif maupun efisien. Maka disini penulis membahas bagaimana
menejemen hubungan madrasah/pesantren dengan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan islam.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka dapa diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Jelaskan manajemen pendidikan islam ?
2. Jelaskan pengertian pesantren/madrasah ?
3. Jelaskan pengertian masyarakat ?
4. Bagaimana manajemen hubungan madrasah/pesantren dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pembahasan dalam
makalah ini dadalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui manajemen pendidikan Islam
2. Untuk memahami pengertian pesantren atau madrasah
3. Untuk mengetahui pengertian masyarakat
4. Untuk

mengetahui

dan


memahami

manajemen

hubungan

madraah/pesantren dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

v

BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Pendidikan Islam
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
pendidikan islam, tetapi menurut penulis intinya ada dua, yaitu: pertama,
pendidikan islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau
didirikan oleh hasrat dan niat untuk mengejewantahkan ajaran nilai-nilai
islam.

Kedua,


pendidikan

islam

adalah

sistem

pendidikan

yang

dikembangakan dan disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai
islam.1
Manajemen berasal dari kata manage atau managiare, yang berarti
melatih kuda dalam melangkahkan kakinya. Mengapa kuda? sebab kuda
mempunyai daya kemampuan yang hebat.2 Dalam pengertian manajemen
terkandung dua kegiatan, yaitu pikir (mind) dan kegiatan tindak laku (action).
Kedua kegiatan tersebut tampak fungsi-fungsi manajemen seperti planning,

organizin, directing, coordinating, controling, dan lain-lain. Sedangkan
dilihat dari bahasa inggris, kata manajemen merupakan kata kerja to manage
yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola3 yang
bersinonom dengan kata to hand yang berarti mengurus, to control yang
berarti memeriksa, dan to guide yang berarti memimpin. Jadi, menurut asal
kata dan leksikal, kata manajemen memiliki arti sebagai pengurusan,
pengendalian, memimpin atau membimbing. 4
Manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu.5
Manajemen pendidikan adalah manajemen yang di tetapkan dalam

1

Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan: Aplikasi Dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 3-4
2
A. Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 20
3
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi, dan Aplikasi (Yogyakarta:

Teras, 2009), hlm. 8
4
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2012), hlm. 111
5
Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan…, hlm. 4

vi
3

4

pengembangan pendidikan. Manajemen pendidikan lebih bersifat umum
untuk semua aktifitas pendidikan pada umumnya. Sedangkan manajemen
pendidikan islam lebih khusus lagi mengarah pada manajemen yang
ditetapkan dalam pengembangan pendidikan islam. Dalam arti, bagaimana
menggunakan dan mengelola sumber daya pendidikan islam secara efektif
dan efisisen untuk mencapai tujuan pengembangan, kemajuan dan kualitas
proses dan hasil proses pendidikan itu sendiri. Sudah barang tentu manajer
dan leader yang islami atau yang sudah dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai

islam dan yang berciri khas isla, harus melekat pada manajemen pendidikan
islam.6
Pola lembaga pendidikan dalam bingkai islam memberi nilai-nilai
etik-quranik, hadis, maqolah para sahabat dan juga nilai-nilai sejarah nabi
muhammad (sirah Nabawiyyah) dan para sahabat kemudian muncul beberapa
definisi tentang manajemen pendidikan islam seperti suatu upaya sistematis
dalam merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan
lembaga pendidikan dengan segala aspeknya untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien agar seluruh komponen sistem lembaga pendidikan islam
berkembang kearah yang lebih baik, lebh besar dan lebih sempurna.
Sedangkan sulistyorini, mendefinisikan manajemen pendidikan islam
sebagai suatu proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan islam yang
melibatkan sumber daya muslim dan nonmuslim dalam menggerakkannya
untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien.7
Sedangkan Mujammil Qomar, mendefinisikan manajemen pendidikan islam
sebagai suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan islam secara islami
dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dan hal hal lain yang terkait
untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien.8

6

Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan: Aplikasi Dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 5
7
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan… hlm. 14
8
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2012), hlm. 117

vii

5

B. Pengertian Pesantren/Madrasah
Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awal pe dan
akhiran an yang berarti tempat tinggal santri. Dengan nada yang sama
Soegarda Poerbakawatja menjelaskan pesantren asal katanya adalah santri,
yaitu orang yang belajar agama islam, sehingga dengan demikian pesantren
memiliki arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama islam. Manfred
Ziemek juga menyebutkan bahwa asal etimologi dari pesantren adalah pesantri-an, berarti “tempat santri”. Santri atau murid (umumnya sangat
berbeda-beda) mendapat pelajaran dari pimpinan pesantren (kiai) dan oleh
para guru (ulama atau ustadz). Pelajaran mencakup berbagai bidang tentang
pengetahuan islam.9
Banyak sekali definisi yang dikemukakan para ahli mengenai
pesantren. Dan disebabkan perkembangan dinamika pesantren, maka agaknya
semakin sulit untuk mendefinisikannya. Hanya saja mungkin ada ciri-ciri
umum pesantren yang dimiliki oleh seluruh pesantren yang terbagi beberapa
pola. Ciri-ciri umum itu adalah pendidikan ilmu-ilmu agama islam dan
mewujudkan nilai-nilai islam dalam kehidupan keseharian.10
Perkataan madrasah berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah
tempat belajar.11 Pandangan madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah
lebih di khususkan lagi sekolah-sekolah agama islam.12 Madrasah adalah
lembaga pendidikan yang tumbuh setelah masjid. Salah satu faktor penyebab
tumbuhnya madrasah adalah karena masjid telah penuh dengan tempat belajar
dan hal ini sangat mengganggu aktivitas ibadah shalat.13
Madrasah di Indonesia baru populer setelah awal abad keduapuluh.
Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan dilatarbelakangi oleh
munculnya semangat pembaruan pendidikan islam di Indonsia. Madrasah

9

Putra Daulay Haidar, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia
(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 18
10
Putra Daulay Haidar, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2009), hlm. 19
11
Putra Daulay Haidar, Pendidikan Islam…, hlm. 45
12
Ensiklopedi Indonesia, 1983: 2078
13
Putra Daulay Haidar, Pendidikan Islam…, hlm. 47

viii

6

sebagai lembaga pendidikan yang muncul setelah pesantren dan sekolah
mengadopsi sebagian sistem pesantren dan sekolah.14
Madrasah merupakan lembaga pendidikan islam warisan masa lalu.
Telah disebutkan bahwa madrasah sepenuhnya diabdikan kepada ilmu-ilmu
keislaman. Ilmu-ilmu umum, meskipun mengalami perkembangan pesat di
dunia islam, tidak mengalami perkembangan signifikan di madrasah.15

C. Pengertian Masyarakat
Dalam ilmu sosial, masyarakat secara gampang bisa dibedakan dalam
dua jenis. Satu, dinamakan kelompok budaya, atau komunitas dalam bahasa
sosiologinya. Kedua, masyarakat madani yaitu setiap orang pertama-tama
tidak dianggap sebagai anggota civil society, tetapi di anggap sebagai
individu yang berdiri sendiri.16
Mayarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat
oleh kesatuan bangsa, negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat,
memliki cita-cita yang diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem
kekuasaan tertentu. Islam tidak membebaskan manusia dari brtanggung jawab
sebagai anggota masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga
harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Begitu
juga dengan tanggung jawab/akuntabilitasnya dalam melaksanakan tugastugas kependidikan. Kaitan antara masyarakat dengan pendidikan dapat
ditinjau dari tiga segi, yakni:
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.
2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan kelompok sosial di masyarakat
baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi
dukatif.

Putra Daulay Haidar, Dinamika Pendidikan…, hlm. 21
15
Subhan Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), hlm. 42
16
Suaedy Ahmad, Pergulatan Pesantren dan Demokratisasi (Jakarta: LKiS Gambiran,
2000), hlm. 3-4
14

ix

7
3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang
maupun yang dimanfaatkan.17

D. Manajemen Hubungan Madraah/Pesantren Dengan Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan
Hubungan madrasah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan
suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, madrasah
sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih
besar, yaitu masyarakat.madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang
sangat erat dalam mencapai tujuan madrasah atau pendidikan secara efektif
dan efisiaen. Sebaliknya madrasah juga harus menunjang pencapaian tujuan
atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan.
Oleh karena itu, sekolah berkewajiban memberi penerangan tentang tujuantujuan, progam-progam, kebutuhan, serta keadaan masyarakat. Sebaliknya
sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan
unutan masyaraka, terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain, antara
sekolah dan masyarakat harus di bina suatu hubungan yang harmonis.
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk:
1. Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak.
2. Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan
masyarakat.
3. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan denagn sekolah.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang isa dilakukan
oleh sekolah dalam menarik simpati masyarakat terhadap sekolahdan
menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah masyarakat. Hal tersebut
antara lain dapat dilakukan dengan memberi tahu masyarakat mengenai
pogam-progam sekolah, baik progam yang telah dilaksanakan, yang sedang
dilaksanankan, maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat
mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.
17

Kompri, Manajemen Pendidikan 2 ( Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 270

x

8
Hubungan yang harmonis antara madrasah dan masyarakat ini semakin
dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami
pentingnya pendidikan bangi anak-anak. Namun tidak berarti pada
masyarakat yang masih kurang menyadari pentingnya pendidikan, hubungan
kerja sama ini tidak perlu di bina. Pada masyarakat yang kurang menyadari
akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut lebih aktif dan kreatif untuk
menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis.
Jika hubungan madrasah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa
tanggungjawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga
akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan bekerja sama yang baik antara
sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan meiliki gambaran
yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Gambaran dan kondisi sekolah
ini dapat di infomasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua
murid, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house,
kunjungan kesekolah, kunjungan kerumah murid, penjelasan oleh staf
sekolah, muid, radio dan televisi, serta laporan tahunan.
Kepala sekolah yang baik merupakan salah satu kunci untuk bisa
menciptakan hubungan yang baik anatara sekolah dan masyarakat secara
efektif karena harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada perserta
didik di sekolah dan apa yang di fikirkan oleh orang tua tentang sekolah.
Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa membina dan meningkatkan kerja
sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna mewujudkan sekolah
yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk:
1. Saling pengertian anatara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lemabagalembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja.
2. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui
manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.
3. Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada di
masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya
pendidikan disekolah.
Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan
hubungan sekolah dan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di
xi

9
sekolah secara produktif, efektif, dan efisien. Sehingga menghasilkan lulusan
sekolah yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak
dari penguasaan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, keterampilan dan
sikap, yang apat dijadiakn bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang berikutnya atau hidupdi masyarakat sesuai dengan asas pendidikan
seumur hidup.18
Adapun sifat hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan:
1. Hubungan timbal balik yang menghasilkan manfaat bagi kedua belah
pihak.
2. Hubungan yang bersifat sukarela berdasarkan prinsip bahwa sekolah
merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari masyarakat.
3. Hubungan yang bersifat kontinu/berkesinambungan antara sekolah
dengan masyarakat.
4. Hubungan keluar kampus atau external public relation guna menambah
simpati masyarakat terhadap masyarakat.
5. Hubungan dalam kampus atau external public relation guna menambah
keyakinan atau mempertebal pengertian para sivitas akademik tentang
segala pemilikan material dan nonmaterial sekolah.19

18
19

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 50-52
Kompri, Manajemen Pendidikan 2 ( Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 284

xii

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen pendidikan islam sebagai suatu proses pengelolaan lembaga
pendidikan islam secara islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dan
hal hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif
dan efisien.
Madrasah merupakan lembaga pendidikan islam warisan masa lalu. Telah
disebutkan bahwa madrasah sepenuhnya diabdikan kepada ilmu-ilmu keislaman.
Ilmu-ilmu umum, meskipun mengalami perkembangan pesat di dunia islam, tidak
mengalami perkembangan signifikan di madrasah.
Mayarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh
kesatuan bangsa, negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat, memliki
cita-cita yang diwujudkan melalui peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan
tertentu. Islam tidak membebaskan manusia dari brtanggung jawab sebagai
anggota masyarakat, dia merupakan bagian yang integral sehingga harus tunduk
pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya.
Hubungan madrasah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu
sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan
pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, madrasah sebagai sistem sosial
merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu
masyarakat.madrasah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam
mencapai tujuan madrasah atau pendidikan secara efektif dan efisiaen.

xiii
10

DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin dkk, Manajemen Pendidikan: Aplikasi Dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta: Kencana, 2009
Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Surabaya:
Usaha Nasional, 1994
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi, dan Aplikasi,
Yogyakarta: Teras, 2009
Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-ruzz
Media, 2012
Putra Daulay Haidar, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014
Kompri, Manajemen Pendidikan 2, Bandung: Alfabeta, 2015
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003

xiv11