Pendidikan DAn Islam di Thailand.docx

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat, Taufiq, serta Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
metodologi penelitian dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga
tetap terlimpah curahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang
talah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Penulisan makalah berbasis reseat yang berjudul “Pendididkan Agama Islam di
Thailand” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Pendidikan
Agama Islam di Berbagai Negara.
Dalam pembuatan makalah ini kami selaku penyusun menyadari bahwa
makalah ini kurang sempurna dalam isi maupun pembuatan-nya.Untuk itu kami
mohon maklum terhadap adanya beberapa kekurangan-kekurangan tersebut. Kami
berharap semoga makalah ini bias bermanfa’at bagi penyusun khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Banjrmasin, 23 Februari 2017

Pemakalah


i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
A. Pendahuluan.............................................................................................. 1
B. Thailand da Sistem Pendidikannya.......................................................... 2
C. Islam di Thailand...................................................................................... 4
D. Sejarah Pendidikan Islam di Thailand...................................................... 6
E. Lembaga Pendidikan Islam di Thailand.....................................................8
F. Metode Pendidikan Islam di Thailand......................................................14
G. Simpulan..................................................................................................15
J. Daftar Pustaka...........................................................................................16

ii

PENDIDIKAN ISLAM DI THAILAND
A. PENDAHULUAN
Thailand (Muangthai) adalah satu negara yang terletak di Asia Tenggara

dan termasuk anggota Association South East Asian Nations (ASEAN).
Pemerintahnya berbentuk kerajaan yang terdiri 76 propinsi dengan jumlah
penduduk 67 juta jiwa1. Wilayah Thailand bagian selatan banyak dihuni oleh umat
Islam. Jumlah mereka adalah 3,952,000 juta atau sekitar 5.8% dari seluruh
penduduk Thailand2. Wilayah yang banyak dihuni umat Isalam ini meliputi
Patani, Yala, Narathiwat, dan Satun. Mereka mempunyai budaya sendiri jika
dibandingkan dengan penduduk Thailand di wilayah lain yang moyoritas
beragama Budha3
Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3, yaitu : pendidikan
formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Untuk sistem pendidikan
formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. sedangkan sistem
pendidikan non-formal terdiri dari : program sertifikat kejuruan, program short
course sekolah kejuruan dan interest group program. Seiring dengan keberadaan
umat Islam di Thailand selatan, maka muncul dan berkembang pendidikan Islam
di daerah yang banyak ditempati umat Islam. Pendidikan Islam tumbuh dan
berkembang terutama di empat propinsi, yakni Pattani, Yala, Narathiwat dan
Satun.
Di empat propinsi inilah lembaga pendidikan Islam berkembang. Namun
seperti apakah bentuk pendidikan Islam disana dan bagaimana peran pemerintah
Thailand terhadap pendidikan Islam, terlebih ketika ada perubahan status

pesantran menjadi sekolah pendidikan agama Islam yang terjadi pada tahun 1961,
setelah pemerintah pusat mengeluarkan program pembaruan dengan bahwa setiap
pondok pesantren harus meregistrasikan atau meminta izin pada kementrian

1

http://en.unesco.org/countries/thailand
https://en.wikipedia.org/wiki/Islam_by_country
3
Faculty of Law, Thailand and the Islam World (Bangkok: Chulalongkorn University, tt.).
2

hlm. 7

1

pendidikan untuk merubah statusnya menjadi sekolah Pendidikan Agama Islam
Swasta.
B. THAILAND DAN SISTEM PENDIDIKANNYA
1. Letak Geografis Thailand

Kerajaan Thai, yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa
Inggris, atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca: "meng-thai", sama
dengan versi Inggrisnya, berarti "Negeri Thai"), adalah sebuah negara di
Asia Tenggara yang beribukota di Bangkok. Bahasa resmi yang digunakan
adalah

bahasa

Thai.

Bentuk

pemerintahannya

adalah

monarki

konstitusional, yang dipimpin oleh raja dan dikepalai oleh perdana menteri.
Negeri seluas kurang lebih 510.000 km² ini kira-kira seukuran dengan

Perancis. Di sebelah barat dan utara, Thailand berbatasan dengan Myanmar,
di timur laut dengan Laos, di timur dengan Kamboja, sedangkan di selatan
dengan Malaysia. Koordinat geografisnya adalah 5°-21° LU dan 97°-106°
BT.
2. Sejarah Thailand
Asal mula Kerajaan Thai secara tradisional dikaitkan dengan sebuah
kerajaan yang berumur pendek, Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada
tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan Ayutthaya yang
didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar
dibandingkan Sukhothai. Kebudayaan Kerajaan Thai dipengaruhi dengan
kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan dengan beberapa negara besar
Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun mengalami tekanan yang
kuat, Kerajaan Thai tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia
Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh
Barat, termasuk ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan
pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi pedagangpedagang Britania.
Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan
dimulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam,
negara ini mengganti nama internasionalnya menjadi "Thailand" pada tahun


2

1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali ke
nama lamanya pasca-Perang Dunia II. Pada perang tersebut, Kerajaan Thai
bersekutu dengan Jepang; tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Kerajaan
Thai menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahuntahun setelah berakhirnya perang, namun Kerajaan Thai mulai bergerak ke
arah demokrasi sejak tahun 1980-an.
3. Sistem Pendidikan di Thailand
Sistem pendidikan di Thailand memiliki kesamaan dengan sistem
pendidikan di Indonesia dan terdapat juga perbedaannya. Sistem pendidikan
di Thailand terbagi menjadi 3, yaitu: pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Untuk sistem pendidikan formal terdiri dari
pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. sedangkan sistem pendidikan nonformal terdiri dari: program sertifikat kejuruan, program short course
sekolah kejuruan dan interest group program.
Wajib belajar di Thailand adalah wajib belajar 9 tahun, dengan rincian
grade sebagai berikut :
a. Pendidikan Play Group dan TK usia 3-6 tahun
b. Pendidikan Sekolah Dasar (selama 6 tahun), grade 1-6
c. Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9
d. Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12
Untuk grade 7-12 dalam satu komponen sekolahan, mereka tak harus

mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu.
Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh Bureu of
Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai
Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk
grade 3, 6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan yaitu :
a. Bahasa Thai
b. Matematika
c. Science
d. Ilmu sosial
e. Agama dan Kebudayaan

3

f. Bahasa asing
g. Health and Physical Education
h. Art, Career and Technology4
Pendidikan dasar tingkat bawah atau setara dengan kelas 1,2,3 SD di
indonesia, hanya diberikan pelajaran bahasa thai dan matematika.
Sedangkan untuk pendidikan dasar tingkat atas atau setara dengan kelas
4,5,6 SD di indonesia, telah belajar tentang bahasa Thai, bahasa inggris,

IPA, pekerjaan dan karir serta kesenian.5
C. ISLAM DI THAILAND
Islam di Thailand banyak dijumpai di beberapa provinsi wilayah selatan
negeri gajah putih ini, antara lain Provinsi Pattani (80%), Yala (68,9%),
Narathiwat, Satun (67,8%) juga Songkhla, seluruh provinsi tersebut dahulunya
masuk wilayah kerajaan Pattani Raya pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotai
berdiri 6
Islam di Thailand mempunyai sejarah tersendiri yang bisa dibilang tragis
dan berliku. Mulai dari abad ke-12 dimana Agama Islam menapakkan kakinya di
kerajaan Pattani dan kemudian menjadi mayoritas di wilayah tersebut. Proses
masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakui sisi kerajaan
Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thailand sebagai Pattani
Darussalam).
Hal ini bermula pada dua orang bersaudara dari Persia, yaitu Syeikh
Ahmad dan Muhammad Syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen (suatu cabang
mazhab syiah), menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan
sekaligus menyebarkan agama Islam. Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya
sebagai pengganti kerajaan Shukhotai setelah yang terakhir ini runtih pada abad
ke-14, Islam telah memiliki kekuatan politik yang sangat besar. Perdagangan
merupakan perintis proses islamisasi dan perkembangan politik kerajaan-kerajaan

4

http://komunikasi2d-uinsuska.blogspot.co.id/2015/03/perkembangan-islam-dithailand.html
5
http://flamnotes.blogspot.co.id/2015/03/sistem-pendidikan-di-thailand.html
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Thailand

4

maritim diwilayah kepulauan di abad ke-15, 16 dan 17. Perdagangan juga pulalah
yang merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan
Ayuthaya.7
Asep Ahmad Hidayat yang dikutip Dedi Supriadi menjelaskan bahwa
sebelum tahun 1801, wilayah Thailand merupakan wilayah kesultanan Patani
Darussalam (patani raya) yang meliputi patani (Thailand selatan), Trengganu,
Kelantan (Malaysia). Pada tahun 1901, wilayah tersebut dikuasai oleh kerajaan
Thailand. Berdasarkan perjanjian 1902, wilayah kesultanan patani Darussalam
dipecah menjadi dua, yaitu patani dimasukkan kedalam wilayah Thailand,
sedangkan Trengganu dan Kelantan dimasukkan kedalam wilayah koloni inggris.

Sekarang trengganu dan Kelantan merupakan negara bagian dari Malaysia.8
Meurut Teeuw & Wyatt Islam masuk di kerajaan Melayu-Pattani sekitar
abad ke-13. Dalam hal ini, Teeuw danWyatt berkeyakinan bahawa Islam telah
bertapak di Kuala Berang, Terengganu, yaitupada sekitar 1386- 87 M.9
Meskipun Thailand terkenal sebagai negeri Budha, akan tetapi sekarang
kerajaan cukup mensupport kehidupan Islam untuk penduduknya. Tanggungjawab
masalah berkaitan agama Islam di Thailand diemban oleh seseorang mufti yang
memperoleh gelar Syaikhul Islam (Chularajmontree). Mufti ini ada dibawah
kementerian

dalam

negeri

serta

juga

kementerian


pendidikan

serta

bertanggungjawab pada raja. Mufti bertugas buat mengatur kebijakan yg
bersangkutan dengan kehidupan muslim, seperti penentuan awal serta akhir bulan
hijriyah10. Jumlah kaum muslimin di Thailand mencapai 5.8% dengan statistik
terbaru sekitar 4 juta (3,952,000) dari total 67 juta penduduk, namun Islam
menjadi agama mayoritas kedua setelah Buddha.11
Menurut Kantor Statistik Nasional Thailand pada tahun 2007, negara ini
memiliki 3.494 masjid, dengan jumlah terbesar (636) di provinsi Pattani, 170 di
7

http://komunikasi2d-uinsuska.blogspot.co.id/2015/03/perkembangan-islam-dithailand.html
8
Dedi Supriadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hlm.
211-212
9
Thanet Aphornsuvan, History and Politics of The Muslim in Thailand (Thammasat
University: 2003), hal. 33
10
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Thailand
11
https://en.wikipedia.org/wiki/Islam_by_country

5

Bangkok.Menurut Departemen

Agama (RAD), 99% dari

masjid yang

berhubungan dengan Sunni cabang Islam dengan 1% sisanya Syiah12.
NAMUN tidak dapat dipungkiri 10 tahun terakhir terjadi perselisihan, dimana
penyebab perselisihan di Thailand Selatan tersebut disebabkan oleh:
1. Pendekatan kekerasan yang dilakukan Thaksin, yang akhirnya melahirkan
lingkaran kekerasan. Dalam menghadapi unjuk rasa damai misalnya, Thaksin
tidak segan-segan mengerahkan kekuatan militer yang mengorbankan orang
Muslim Patani. Ini segera dibalas dengan taktik gerilya maka kekerasan
berlanjut.
2. Kedua, kondisi ekonomi yang buruk di Thailand Selatan. Meski ekonomi
Thailand meningkat tetapi tidak banyak perkembangan ekonomi di Thailand
Selatan. Mereka tetap miskin dan terbelakang.
3. Ketiga, monolitisme budaya Thai (Siam) dengan mengorbankan budaya
Melayu Muslim. Sejak tahun 1970-an Pemerintah Thailand melakukan
“Siamisasi” dengan mewajibkan orang-orang Muslim Patani menggunakan
nama dan bahasa Thai (yang sama sekali tak ada ikatan budaya/tidak
serumpun).
4. Keempat, terbelakangnya pendidikan, karena kurangnya perhatian pemerintah
Thailand.13
D. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI THAILAND
Pendidikan Islam Thailand, terutama di Pattani bermula sejak Islam datang
dan menetap di Pattani yaitu pada abad ke-15, pendidikan dasar bermula di
kalangan masyarakat Islam dengan mempelajari Al-Qur’an. Bacaan Al-Qur’an
menjadi pengajian utama yang harus dilalui oleh setiap anggota masyarakat.
Pendidikan AL-Qur’an telah mengalahkan pendidikan berbentuk pondok,
kemudian pondok mulai didirikan di Pattani secara ramai-ramai.
Sistem pendidikan pondok pesantren, seperti yang banyak ditemukan di
jawa

juga

dikenal

masyarakat

Thailand.

12

Orang

yang

pertama

kali

https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_mosques_in_Thailand
http://fatimatuzzahrofadhil.blogspot.co.id/2011/09/pendidikan-di-thailand-danfilipina.html
13

6

memperkenalkan sistem pendidikan ini adalah murid dari sunan Ampel di jawa
yakni Wan Husein. Ia adalah seorang ulama yang berpengaruh di dalam
pengembangan Islam di Pattani. Dengan diperkenalkannya sistem pondok
pesantren, pengajaran Islam tidak lagi eksklusif milik orang-orang elit istana
kerajaan, tapi juga menjadi milik orang kebanyakan dan rakyat jelata.
Pondok menjadi institusi pendidikan terpenting di Pattani. Dalam hal ini
Pattani menjadi pusat pendidikan agama Islam yang terkenal di Selatan Thailand
dan semenanjung tanah melayu pada waktu itu. Pondok menjadi institusi
pendidikan yang sangat berpengaruh dan sebagai tempat panduan masyarakat
serta dianggap sebagai benteng bagi mempertahankan budaya setempat. Para
santri sama-sama menggunakan kain sarung, berbaju Melayu, berkupiah putih,
dan menggunakan tulisan Jawi dan buku-buku jawi.
Proses Islamisasi di Pattani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan.
Pada tahap awal, pendidikan informal sangat berperan, yaitu kontak informal
antara mubaligh dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti dengan
munculnya pendidikan non formal dan terakhir pendidikan formal.
Pendidikan formal yang dilaksanakan pemerintah dimulai pada masa raja
Chalalongkarn atau Rama V pada tahun 1899. Sekolah ini kurang mendapat
sambutan masyarakat. Melihat itu pada tahun 1921 pemerintah mengeluarkan
undang-undang yang mewajibkan sekolah mulai ditingkat sekolah dasar kelas satu
sampai kelas empat. Kendatipun undang-undang tersebut dikeluarkan, namum
masyarakat Islam di kawasan Thailand Selatan (khusus di empat wilayah:
Pattani,Yala, Narathiwat dan Satun) tidak menyambut dengan baik pemberlakuan
undang-undang tersebut. Terbukti statistik tahun 1960 tamat Sekolah Dasar kelas
satu sampai kelas empat di wilayah tersebut hanya 13,67% masyarakat masih
terkait erat dengan pendidikan pondok.
Setelah tahun 1966 M, pemerintah mewajibkan secara paksa setiap
institusi pendidikan agama mendaftarkan diri kepada pihak kerajaan di bawah
Akta “Rong Rean Son Saksana Islam” (Sekolah swasta pendidikan Islam), sejak
itu pendidikan Islam mengalami perubahan, dari pondok kepada madrasah yang

7

sistematis dan terkontrol. Perubahan itu memunculkan timbulnya madrasahmadrasah yang memiliki ciri:
1.

Madrasah adalah lembaga pendidikan gabungan antara pendidikan

agama dan akademik. Guru-guru pendidikan akademik disediakan oleh
pemerintah. Pemerintah memberi bantuan terhadap sekolah-sekolah agama yang
telah melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2.

Pada akhir tahun 1970-an sekolah-sekolah agama yang telah

memiliki dua aliran ini (agama dan akademik) mendapat sambutan dari
masyarakat. Banyak pelajar-pelajar dikirim untuk menuntut ilmu pengetahuan ke
instusi tersebut. Dengan demikian peranan pondok semakin mengecil.
3.

Pada tahun 1981 ada sejumlah 199 sekolah agama, 122 diantaranya

yang melaksanakan pendidikan dan akademik (umum)
Di sekolah-sekolah pemerintah, para murid termasuk yang beragama Islam
diharuskan

mempelajari

budhisme

sebagai

mata

kuliah

wajib.

Pada

perkembangannya pemerintah mengijinkan pengajaran pengetahuan Islam di
sekolah-sekolah pemerintah, namun pada kenyataannya di mata orang Islam
praktek ini gagal, karena gurunya kurang bermutu dan bukan guru tetap.
Sementara itu dalam hal masa depan, sekolah Islam swasta tidak dapat bersaing
dengan sekolah pemerintah, oleh karenanya untuk menyeimbangkan di madrasamadrasah juga diajarkan mata kuliah sekuler agar para murid dapat berhasil dalam
ujian negara.
Para lulusan sekolah agama tidak memungkinkan bekerja di pemerintahan.
Maka tidak mengherankan jika madrasah kurang diminati bagi kaum muslim.
Bagi orang tua muslim yang menyekolahkan anaknya di sekolah pemerintah,
mereka menyuruh anaknya untuk sekolah agama dengan sistem nonformal
dimasjid.14
E. LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI THAILAND
Komunitas muslim di Thai berinteraksi dengan pemerintah Thai melalui
birokrasi keagamaan yang dipakai oleh kantor Chularajmontri, Komite Islam
14

http://nailynikmah.blogspot.co.id/2016/04/sejarah-pendidikan-di-pattani-thailand.html

8

Sentral, dan perwakilan komite islam provinsi yang secara kontitusional dibentuk
didalam departement dalam negeri. Lembaga-lembaga ini mengatur dan
mengelola masjid dan kegiatan pendidikan di tingkat lokal. Masjid dan sekolah
Islam (pondok) adalah lembaga-lembaga kunci dalam proses sosialisasi ditegah
masyarakat islam. Tempat-tempat ini merupakan pusat kegiatan bulan Ramadhan,
shalat id, shalat jumat, mengaji Al-Quran, dan kegiatna keagamaan lainnya 15.
Disini akan dijelaskan beberapa lembaga pendidikan islam yang ada di Negara
Thailand, antara lain:
1. Surau Atau Masjid
Keberadaan Surau dan Masjid di Pattani bukan saja berfungsi sebagai
tempat ibadah, melainkan berfungsi juga sebagai lembaga pendidikan Islam.
Surau dan Masjid sejak dari dulu telah memegang peranan penting dalam
penyebaran agama Islam di Pattani. Melalui lembaga tersebut para ulama
dapat menyampaikan ajaran agama Islam kepada masyarakat dalam bentuk
pengajian agama secara rutin.
Di siang hari pun Surau dan Masjid di Pattani tetap merupakan
lembaga agama yang masih aktif sebagai lembaga pendidikan agama
walaupun sudah ada lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya. Adapun
pengajian yang di terapkan di masjid ini diantaranya belajar membaca AlQur’an, belajar kitab-kitab Jawi, belajar berzanji, belajar menjadi imam
sholat, serta melaksanakan sholat jama’ah.
2. Pondok Tradisional
Pengalaman kaum muslim di Muangthai (Thailand) agak berbeda
dengan yang dialami kaum muslim di Indonesia dan Malaysia. Jika sistem
pendidikan agama dan sekolah sekular di Indonesia dan Muangthai hanya
bersifat dualistik, di Muangthai sifatnya adalah kontradiktif. Sekolahsekolah pondok yang menawarkan pelajaran agama cenderung lebih
disenangi ketimbang sistem sekolah pemerintah. Mereka merasa lebih athome dengan pondok, karena alfabet jawai dan bahasa melayu yang
digunakannya.
15

http://aisyiya-gawe.blogspot.co.id/2015/02/perkembangan-pendidikan-islam-di.html

9

Pondok

adalah

lembaga

pendidikan

yang

berdiri

sebagai

pengembangan dari lembaga pendidikan istana dan masjid. Pondok adalah
lembaga pendidikan tertua di Patani dan di antara pondok-pondok tertua itu
adalah Dala, Bermin, Semela, Dual, Kota, Gersih, Telok Manok, yang
mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan pendidikan islam didaerah
ini, oleh karena pondok-pondok ini banyak didatangi oleh para pelajar.
Karena

itu

pondok-pondok

ini

banyak

sekali

pengaruhnya

bagi

pengembangan bahasa melayu, pengaruhnya juga sampai ke Burma dan
Kamboja16
Di antara sekian banyak pondok yang tersebar di daerah Chana ada 4
buah yang paling terkenal sekitar tahun 1955. Pondok-pondok tersebut
adalah:
a. Pondok Tok Guru Haji Nor, dikenal dengan sebutan Ayah Nor
(Muhammad Nur). Berlokasi di bagian selatan kota.
b. Pondok Tok Guru Haji Leh (Haji Salih), terletak di Timur kota Chana.
c. Pondok Tok Guru Haji Somad (Haji Abdul al Samad), terletak di Barat
kota Chana.
d. Pondok Tok Guru Ghani dikenal sebagai pondok Padang Langa, terletak
di sebelah Selatan kota dikenal di Padang Langa.
Faktor yang membuat Pondok Padang Langa termashur adalah ketika
pondok ini mengadopsi sistem madrasah seperti yang dikemukaan di negerinegeri Arab. Pada tahun 1955 Pondok Padang Langan diberi nama baru
“Madrasah al Fatah al Balagh al Mubin”. Pondok ini masih tetap eksis
sampai sekarang.
Perbedaan pondok dengan madrasah di Thailand adalah, pondok
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Metode mengajar yang dipakai dalam lembaga pendidikan dengan cara
halaqah, yaitu guru duduk diatas tikar yang dikelilingi oleh para murid,
16

Mohd. Zamberi A., Malek Patani dalam Tamadun Melayu. (Selangor: Dewan Bahasa

dan Pustaka. 1994), hal. 95

10

guru memberikan materi kepada semua murid yang hadir. Karenanya
jumlah murid yang mengikuti pelajaran tergantung pada guru yang
mengajar, jika guru itu ulama besar dan mempunyai kredabilitas
intelektual, para muridnya banyak, namun jika sebaliknya ulama tidak
terkenal dan tidak mempunyai kredabilitas intelektual muridnya akan
sepi, bahkan halaqah-nya tutup.
b. Tidak memakai sistem kelas (nonklasikal)
c. Pelajaran berpedoman pada kitab-kitab yang dibaca disebuah hall terbuka
dikenal dengan balaisah, 3 kali sehari.
d. Sang murid mencatat penjelasan dan komentar yang mereka dengar dari
guru mereka.
e. Pelajar-pelajar pemula belajar bersama dengan pelajar senior tidak
klasifikasi berdasarkan latar belakang mereka.
f. Tidak ada ujian dan tugas-tugas. Tidak ada batas lamanya studi,
seseorang bisa saja bermukim 10 tahun di pondok tersebut.
Ada beberapa kitab yang digunakan di pesantren:
a. Al Muwatta’ karya Imam Malik bin Anas ( wafat tahun 795 M).
b. Sahih al Bukhari karya Abu Abd Allah ibn Ismail ibn Ibrahim ibn
Bardizbah al Jufi al Bukhari (wafat tahun 256 H).
c. Bulugh al Maram (fiqh) karya al Hafiz Ahmad ibn Ali ibn Hajar al
Asqalani (773-852 H).
d. Tafsir Jalalyn, the Qur’an Comentary, karya Jailal al Din Muhammad ibn
Ahmad al Muhall (1389-1459).
e. Al Iqna’ fi Hall Alfaz Abi shuja oleh Syaikh Muhammad Shirbini (wafat
tahun 1570 M).
f. Kitab Shadha al ‘Uzaf fi fanu al Sarf (marphology) oleh Syaikh Ahmad
al Hamlawi.
g. Matan al Bina wal al Asas (marphology) oleh Allamat Mulla Abd Allah
al Dangsi.
h. Matan al Jurumiyah (grammar) oleh Abu Abd Allah Muhammad ibn
Daud al Sinhaji dikenal dengan nama ibn Ajurrum.

11

i. Kitab jawahir al Maknun (rethoric) oleh al Syaikh Makhluf al Munjawi.
Ada 3 unsur pendidikan pondok di Patani, yaitu unsur pendidikan
ibadah yaitu menanamkan keteguhan iman. Tabligh, yaitu menyebarkan
ilmu, ketiga amal mewujudkan ajaran islam di kalangan masyarkat.17 Materi
pelajaran yang diutamakan di pondok adalah berdasarkan pada pembacaan
dan pemahaman kitab-kita klasik, baik dalam bahasa Arab maupun dalam
bahasa melayu tulisan Jawi. Ciri khas pengajarn pondok itu adalah “No
System of education no fixed syllabus, each proffesor (tok guru) is having
his own method of teaching and syllabus.”18
Pondok tradisional ciri utamanya adalah:
a. Non klasikal, peserta didik di Thailand Selatan disebut namanya tok pake
tidak dibagi atas tingkatan-tingkatan kelas. Tingkatan dan jenjang ilmu
seseorang diukur berdasarkan kitab-kitab yang dibacanya. Karena itu,
tidak ada batas tahun untuk mengakhiri belajar.
b. Kurikulum, mata pelajaranya semuanya terfokus pada pembelajarannya
ilmu-ilmu agama saja yang bersumber dari kitab-kitab klasik.
c. Metode pembelajaran, terfokus pada metode pembelajaran kitab lewat
pembacanya dengan benar dan juga pemahamannya baik dari pihak guru
(tok guru) dan tok pake.
d. Manajemen tidak mementingkan menejemen administrasi, seperti omor
induk pelajar, raport, ijazah (sertifikat) dan lain sebagainya.
3. Pondok Modern (Sekolah Swasta Pendidikan Islam)
Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan hasil proses transformasi
dari lembaga pondok pesantren tradisional ke pondok pesantren modern.
Semua kegiatan diatur oleh pemerintah Thai melalui Pusat Pendidikan
Kawasan II, di propinsi Yala.
Sistem pendidikan dilaksanakan dalam bentuk dualisme semi-sekuler,
yaitu: pendidikan agama tingkat pendidikan Ibtidaiyah, Mutawasitah dan 20
17

Ibid, hal. 95

18

Hasan Madmarn, The Pondok and Madrasah in Patani, Bangi, (Selangor: Universiy
Kebangsaan Malaysia, 2002), hal. 60

12

Tsanawiyah, sedangkan pendidikan umum dari tingkat Menengah Pertama
(SLTP) dan Menengah Atas (SLTA).
4. Madrasah
Sistem madrasah di Thailand adalah sebuah sistem pendidikan yang
memungkinkan para pelajarnya untuk melanjutkan pendidikan mereka
dalam tingkat yang lebih tinggi di negeri-negeri lain yang mempergunakan
bahasa pengantarnya memakai bahasa yang berbeda dengan bahasa ibu
mereka.
Sistem pendidikan dimadrasah ini memakai sistem klasikal yakni ada
tingkatan-tingkatan dan jenjang-jenjangnya baik itu berupa kelas, maupun
jenjang berdasarkan tingkatan sekolah. Institusi madrasah di Thailand dapat
dibagi tiga tingkatan yaitu ibtidaiyah, mutawassithah, dan tsanawiyah.
5. Sekolah
Sisem pendidikan di Thailand, berpedoman pada undang-undang
tentang sistem pendidikan nasional tahun 1999.
Berdasarkan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional bab
3, ada tiga bentuk pendidikan yaitu formal, nonformal dan informal.
a.

Pendidikan Formal
Terdiri dari dua tingkatan yaitu tingkatan dasar (basic education) dan

pendidikan tinggi (higher education). Basic education dilaksanakan selama
12 tahun yang terdiri dari 6 tahun pendidikan rendah, 3 tahun tingkat
menengah bawah, 3 tahun menengah atas, termasuk juga pendidikan taman
kanak-kanak, tingkat pendidikan tinggi.
b.

Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal ini adalah pendidikan anak sampai usia 6 tahun,

selanjutnya pendidikan pemberantasan buta huruf bagi orang yang telah
berusia 14 tahun keatas.
c.

Pendidikan Informal
Pendidikan ini adalah pendidikan yang mengharuskan seseorang

belajar sendiri sesuai dengan intres, potensi, kesiapan, kesempatan mereka,
seperti: pendidikan di perpustakaan dan musium. Pendidikan lewat jaringan

13

pembelajaran masyarakat misalnya, pusat pemelajaran masyarakat, pusat
bacaan desa, dan lain-lain.
6. Pendidikan Tinggi Islam
Sebagai sempel dari perguruan tinggi Islam di Thailand dikemukakan
seperti College Of Islamic Studies Princce Of Songkla University.
College Of Islamic Studies mempunyai status yang sama dengan
fakultas. Perguruan ini didirikan pada tahun 1989 untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat muslim Thailand dalam bidang pengajian tinggi
Islam. Perguruan ini satu-satunya kolej Islam negeri (yang diasuh oleh
pemerintah) di Thailand. Dan diharapkan akan menjadi pusat pengajian
tinggi Islam di Thailand.
Perguruan ini disamping melaksanakan kegiatan akademik dalam
pengkajian ilmu-ilmu Islam, juga melaksanakan riset dan pengabdian
kepada masyarakat. Perguruan tinggi ini juga sering kali mengadakan
seminar dan diskusi masalah keagamaan dan keIslaman dengan melibatkan
sarjana muslim dan mancanegara.
Tingkat pendidikan yang dikelola oleh Perguruan ini ada dua. Pertama
tingkat sarjana (S1) undergraduate program (4 tahun) yang meliputi hukum
Islam (Islamic Law), Islamic studies (Studi Islam), Islamic studies (Arabic
Language), Islamic Economic And Management, Middle East Study.
Kedua, tingkat program master yang meliputi Islamic studies sengan
spesialisasi, Islamic law (Hukum Islam), Usuludin, Sejarah dan Peradaban
Islam, dan Pendidikan Islam.
F. METODE PENDIDIKAN ISLAM DI THAILAND
Metode pengajaran di Thailand dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
metode, di mana diantara masing-masing metode mempunyai ciri khas tersendiri,
yaitu:
1. Metode Sorogan
Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘sodoran atau yang
disodorkan’. Maksudnya suatu metode belajar secara individual di mana

14

seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling
mengenal di antara keduanya. Seorang kiai atau guru menghadapi santri satu
persatu secara bergantian. Pelaksanaannya, santri yang banyak itu datang
bersama, kemudian mereka antri menunggu giliran masing-masing. Metode
sorogan ini menggambarkan bahwa seorang kiai di dalam memberikan
pengajarannya senantiasa berorientasi pada tujuan, selalu berusaha agar
santri yang bersangkutan dapat membaca dan mengerti serta mendalami isi
kitab.
2. Metode Bandungan
Metode

Bandungan

sering

disebut

dengan

halaqah,

di

mana

dalampengajian, kitab yang dibaca oleh kiai hanya satu, sedangkan para
santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan
menyimak bacaan kiai. Orientasi pengajaran secara bandungan ini, lebih
banyak pada keikutsertaan santri dalam pengajian. Sementara kiai berusaha
menanamkan pengertian dan kesadaran kepada santri bahwa pengajian itu
merupakan kewajiban bagi mukhalaf. Kiai dalam hal ini memandang
penyelenggaran pengajian halaqah dari segi ibadah kepada Allah SWT.
3. Metode Weton
Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang diartikan berkala atau berwaktu.
Pengajian

weton

tidak

merupakan

pengajian

rutin

harian,

tetapi

dilaksanakannya pada saat-saat tertentu, misalnya pada setiap selesai shalat
jum’at dan sebagainya. Peserta pengajian weton tidak harus membawa
kitab, karena apa yang dibicarakan kiai tidak bisa dipastikan, cara
penyampaian kiai kepada peserta pengajian bermacam-macam, ada yang
dengan diberi makna, tetapi ada juga yang hanya diartikan secara bebas.
G. SIMPULAN
Islam diperkirakan datang ke kawasan Pattani, Thailand bagian Selatan
pada abad ke-10 atau ke 11 lewat jalur perdagangan. kerajaan Pattani merupakan
salah satu negara makmur di negara Thailand, baik secara politik maupun

15

administratif. Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan kerajaan Siam dari
Bangkok.
Pendidikan Islam di Pattani bermula sejak Islam datang dan menetap di
Pattani yaitu pada abad ke-15, pendidikan dasar bermula di kalangan masyarakat
Islam dengan mempelajari Al-Qur’an.
Proses Islamisasi di Pattani tidak bisa dilepaskan dari peranan
pendidikan. Pada tahap awal, pendidikan informal sangat berperan, yaitu kontak
informal antara mubaligh dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti
dengan munculnya pendidikan non formal dan terakhir pendidikan formal.
Adapun lembaga pendidikan di Pattani Thailand diantaranya adalah
masjid atau surau, pondok tradisional, pondok modern, madrasah, sekolah dan
perguruan tinggi. Kemudian untuk metode pengajaran di Pattani Thailand dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam metode yaitu metode sorogan, metode
bandungan dan metode weton.
H. DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
Faculty of Law, Thailand and the Islam World, Bangkok: Chulalongkorn
University, tt..
Haidar Putra Dauly, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta, PT
Rineka Cipta, 2009.
Hasan Madmarn, The Pondok and Madrasah in Patani, Bangi, Selangor,
Universiy Kebangsaan Malaysia, 2002.
http://aisyiya-gawe.blogspot.co.id/2015/02/perkembangan-pendidikan-islamdi.html
http://en.unesco.org/countries/thailand
http://fatimatuzzahrofadhil.blogspot.co.id/2011/09/pendidikan-di-thailand-danfilipina.html
http://flamnotes.blogspot.co.id/2015/03/sistem-pendidikan-di-thailand.html

16

http://komunikasi2d-uinsuska.blogspot.co.id/2015/03/perkembangan-islam-dithailand.html
http://nailynikmah.blogspot.co.id/2016/04/sejarah-pendidikan-di-pattanithailand.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Islam_by_country
https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_mosques_in_Thailand
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Thailand
Mohd. Zamberi A., Malek Patani dalam Tamadun Melayu. Selangor, Dewan
Bahasa dan Pustaka. 1994.
Thanet Aphornsuvan, History and Politics of The Muslim in Thailand, Thammasat
University: 2003

17