Bab IV Hasil dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Generic Competitive Strategy Studi Pada Program Superintensif 14 Hari Di Professional Music Course Salatiga
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
A. Gambaran Professional Musik Course
1. Sejarah Hosana Musik menjadi PMC
Pemilik PMC sudah memulai bisnis kursus piano
dengan nama Hosana Music sejak tahun 1996, yaitu dengan
memberikan kursus musik privat dari rumah ke rumah. Di
tahun
2002,
kota/kabupaten
pemilik
membuka
(Semarang,
cabang
Temanggung,
di
berbagai
Magelang,
Kebumen, Weleri, dll) serta memiliki sambilan mengajar di
beberapa Perguruan Tinggi Musik. Saat itu memang pemilik
belum memiliki rumah sendiri. Barulah pada tahun 2010,
pemilik membeli dua unit rumah di Perumahan Prima Garden
Kembang Arum Salatiga.
Di tahun yang sama, setelah melakukan penelitian dan
observasi non formal, yaitu melalui pengalamannya mengajar
selama bertahun-tahun, pemilik mulai merancang sebuah
terobosan program yang bernama Superintensif 12 Hari.
Program ini bertujuan untuk mempersingkat proses belajar
musik yang biasanya membutuhkan waktu yang lama untuk
bisa bermain musik menjadi hanya 12 hari saja. Hal ini
dilakukan dengan cara membuat rumus-rumus musik seperti:
rumus matematika feeling dan analisa akor untuk mencari
akor lagu, rumus membuat On Bass, ringkasan pola irama,
rumus membuat melodi akor, rumus improvisasi dan masih
banyak rumus dan metode penalaran yang akan membuat
setiap siswa yang belajar secara intensif menjadi siswa yang
unggul dan cepat bisa. Selain itu, program ini juga bertujuan
38
untuk memenuhi kebutuhan setiap siswanya sehingga materi
dan pengajaran untuk tiap siswa akan berbeda menyesuaikan
kebutuhan dan permintaan mereka.
Rancangan ini direalisasikan pada bulan April 2011
dengan mengganti namanya menjadi PMC (Professional Musik
Course). Saat itu PMC hanya memiliki tiga orang pengajar
(dua staf dan pemilik). Kini, PMC telah memiliki sekitar
tigabelas orang pengajar. PMC sangat berkembang pesat,
sehingga pemilik memutuskan untuk membeli satu unit
rumah lagi didepan rumah yang sudah ada serta sebidang
tanah yang masih berada disebelah dua rumah sebelumnya.
Karena
Program
Superintensif
12
Hari
mengharuskan
siswanya untuk menginap, maka pemilik membangun asrama
bagi siswa. Seiring berjalannya waktu, Program Superintensif
12 hari terus menerus di- upgrade, dan saat ini telah
disempurnakan menjadi Superintensif 14 Hari. PMC terus
berkembang. Pada tahun 2014 ini PMC juga sudah memiliki
ijin usaha dan tercatat di Diknas. Dengan demikian, PMC
merupakan satu-satunya kursus musik di Salatiga yang
tercatat di Diknas dan berbentuk CV.
2. Visi, Misi, dan Tujuan PMC
PMC memiliki beberapa visi, misi dan tujuan yang ingin
dicapai dalam menjalankan usahanya yang juga direfleksikan
dalam setiap kegiatan pembelajarannya sebagai berikut:
Visi: Membentuk musisi yang Profesional, Mandiri, Kreatif dan
Berkarakterdalam
waktu
yang
singkat
dengan
penanganan yang tepat.
Misi: PMC mewujudkan visi dengan melakukan beberapa misi
sebagai berikut:
39
1. Mempersiapkan kurikulum dan fasilitas belajar mengajar
yang sistematis, praktis, lengkap dan sesuai standar
internasional
2. Terus-menerus melakukan survey dan penelitian untuk
menjawab kebutuhan masyarakat dalam bidang musik
3. Menjalin jejaring sosial dan kerjasama dengan berbagai
pihak seperti: kalangan akademis, tokoh agama, berbagai
instansi swasta maupun pemerintahan serta masyarakat
luas
4. Terus meningkatkan skill dan pengalaman mengajar bagi
para tutor/staf pengajar
5. Menerapkan disiplin yang tinggi, tanggungjawab dan kerja
keras baik bagi staf pengajar maupun siswa untuk
mencapai target maksimal
6. Menjadikan seminar, training, workshop, konser dan ujian
sebagai kegiatan wajib
7. Menjadikan
praktek
simulasi
ibadah
harian
untuk
membentuk dan menghasilkan “siswa yang siap pakai”.
Tujuan:
Dalam menjalankan usahanya, PMC memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keuntungan dari tahun ke tahun
2. Meningkatkan jumlah siswa dari tahun ke tahun
3. Meningkatkan kualitas trainer atau pengajar dari tahun ke
tahun
4. Meningkatkan skill/kemampuan anak dari tahun ke tahun
dengan berbagai metode pengajaran
40
3. Program Superintensif 14 Hari
Program Superintensif 14 Hari merupakan program
yang dimiliki oleh PMC, yang bertujuan untuk memberikan
pendidikan musik kepada siswa dalam waktu 14 hari.
Sebenarnya, PMC menyediakan program untuk pendidikan
vocal dan beberapa jenis alat musik (piano/keyboard, drum,
bas, gitar, dan biola). Akan tetapi, program yang paling
diminati adalah piano. Jadi, dalam penelitian ini hanya
dibatasi Program Superintensif 14 Hari untuk alat musik
piano/keyboard. Dalam program ini, siswa dijamin akan
mampu mencapai target yang ditetapkan. Misalnya, siswa
yang awalnya belum memiliki keterampilan bermain piano
sedikitpun, dalam waktu empatbelas hari akan mampu
bermain piano.
Sebelum
mengikuti
tes
pelaksanaan
program,
penempatan/pre-test
siswa
(untuk
diwajibkan
mengetahui
kemampuan awal siswa) dan wawancara oleh pemilik untuk
mendapatkan kartu garansi. Program ini dilaksanakan selama
empatbelas hari, yaitu delapan jam setiap harinya, sehingga
total pembelajaran adalah 112 jam. Untuk itu, para siswa
dikarantina selama empatbelas hari di asrama yang sudah
disediakan. Walaupun begitu, ada beberapa kasus yang tidak
memungkinkan siswa (beberapa orang yang sibuk bekerja)
untuk menginap di asrama. Hal ini diatasi dengan mengatur
ulang jadwal yang disesuaikan dengan waktu yang dimiliki
oleh siswa, namun dengan tidak mengurangi hak mereka.
Dengan kata lain, mereka tetap mendapatkan 112 jam
pelatihan. Dari sini dapat diketahui bahwa PMC sangat
fleksibel dalam menjalankan program ini.
Dari empatbelas hari tersebut, sebetulnya hanya tujuh
hari yang efektif, dimana materi inti disampaikan. Selebihnya
41
adalah pengulangan untuk yang dirasa masih kurang serta
pengembangan diri. Dalam empatbelas hari tersebut, siswa
diajar oleh beberapa orang pengajar dan memiliki beberapa
kali kesempatan untuk diajar langsung oleh pemilik. Program
Superintensif 14 Hari dibagi dalam empat level, yaitu:
a) Level 1 : Bisa (Setara Grade 5) → Grade 1 – 5
b) Level 2 : Terampil (setara Grade 8) → Grade 6 – 8
c) Level 3 : Mahir/Profesional (Setara D3/S1)
d)
Level 4 : Teacher/Pengajar (dapat membuat
kurikulum, metode pengajaran dan mengajar).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik PMC yang
diadakan pada tanggal 14 April 2014, ada beberapa hal yang
perlu
diketahui
mengenai
pengajar
dan
fasilitas
dalam
Program Superintensif 14 Hari sehingga program ini dapat
lebih dimengerti, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1 Staf Pengajar dan Fasilitas dalam Program Superintensif 14
Hari di PMC
Staf Pengajar
Tingkatan
Staf Junior
Staf senior
Staf ahli
Fasilitas
Penjelasan
Masa training/percobaan
3 bulan
Mengajar berdasarkan
catatan
Dikontrol/diawasi oleh
staf ahli dan pemilik
Masa training 9 bulan
Boleh melakukan
improvisasi dalam
mengajar
Sudah dipercaya pemilik
karena keahliannya
Boleh memiliki „secret
modul‟ sebagai andalan
42
Gratis biaya asrama
Gratis biaya
konsumsi selama
mengikuti Program
Superintensif 14
Hari
Pelayanan antar
jemput (maksimal
Jateng dan DIY
Mendapatkan free
modul standar
Gratis biaya
pemakaian alat dan
ruang latihan
PMC
Konsultasi
(akademik/non
akademik) selama
24 jam
Refreshing
sederhana (ex,
minum susu di
kedai susu, jalanjalan ke Ramayana,
dll)
Sumber: Hasil wawancara dengan pemilik PMC pada tanggal 14 April
20114 mengenai Program Superintensif 14 Hari
B. Kondisi Persaingan di Lingkungan Sekolah
Musik di Salatiga
Analisis lima kekuatan persaingan dilakukan untuk
mengetahui bagaimana kondisi persaingan yang ada di
lingkungan sekolah musik di Salatiga. Analisis lima kekuatan
persaingan memang biasa dilakukan di dunia bisnis ekonomi.
Akan tetapi, dalam penelitian ini, analisis lima kekuatan
diterapkan
dalam
bidang
pendidikan,
terutama
sekolah
musik. Analisis ini dilakukan dari sudut pandang pemilik PMC
untuk menilai bagaimana kondisi persaingan industri sekolah
musik di Salatiga. Apa saja yang merupakan lima kekuatan
persaingan dalam industri sekolah musik di Salatiga tersaji
pada Gambar 4.1 sebagai berikut:
New Entrants
Sekolah Musik Pendatang Baru
Suppliers
Tenaga Pengajar
Rivalry among existing
competitors
11 sekolah musik di Salatiga
Duta Music, PMC, Joe Music,
Astanada Music, Venny Music,
FSP UKSW, Toto Music,
Salatiga Music School, String
Kwartet Music, BIG, dan
Reinhard music
43
Substitutes
Kursus privat perorangan
Buku-buku panduan bermain
Buyers
Orangtua
Siswa
Gambar 4.1 Industri Sekolah Musik di Salatiga dilihat melalui
Analisis Lima Kekuatan Persaingan Porter
1. Rivalry among Existing Competitors
Di salatiga, terdapat sebelas sekolah musik yang
cukup dikenal. Mereka adalah Duta Music, PMC, Joe
Music, Astanada Music, Venny Music, FSP UKSW, Toto
Music, Salatiga Music School, String Kwartet Music, BIG
music dan Reinhard Music. Jumlah ini termasuk jumlah
yang lumayan banyak di sebuah kota kecil Salatiga. Dari
segi
jumlah
siswa,
sekolah-sekolah
musik
ini
bisa
dikatakan cukup seimbang. Beberapa diantara sekolah
tersebut adalah sekolah musik yang sudah cukup lama di
Salatiga. Sebagai contoh adalah Duta Music. Di Salatiga,
Duta Music bisa dikatakan sebagai pelopor sekolah musik
di Salatiga. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kini
Duta Music lebih banyak bergerak di usaha alat-alat
musik. Sekolah musik yang kedua sesudah Duta Music
yang
tidak
kalah
terkenalnya
adalah
Venny
Musik.
Letaknya berdekatan dengan Duta Music. Pengajaran di
Venny Music lebih modern. Beberapa anak-anak diajarkan
bermain piano atau keyboard mengikuti lagu kesukaan
mereka masing-masing. Walau cukup terkenal, keduanya
merupakan sekolah non formal, termasuk juga diantaranya
adalah PMC, Toto Music, Joe Music, Salatiga Music School,
Astanada Music, Reinhard Music dan yang terbaru adalah
String Kwartet Music. BIG Music merupakan studio musik
yang
juga
membuka
kelas
44
music.
Sedangkan
FSP
merupakan satu-satunya sekolah musik formal di Salatiga.
FSP merupakan salah satu fakultas yang dimiliki oleh
UKSW.
Menurut pemilik PMC, rata-rata sekolah musik ini
hampir sama. Walaupun PMC memang merupakan satusatunya sekolah musik yang berbeda karena program yang
dimiliki, metode pengajaran yang sangat fleksibel sesuai
dengan
kebutuhan
pelanggan,
serta
pelayanan
yang
berbeda dengan sekolah musik yang lain, serta adanya
garansi dalam empatbelas hari dapat bermain musik.
Dalam wawancara pada tanggal 14 April 2014 pemilik PMC
menyatakan sebagai berikut:
“Menurut saya sih ya sekolah-sekolah musik di Salatiga
ini hampir sama aja. Ya misalnya mereka menekankan
musik klasik sebagai dasar kemudian dikembangkan ke
kontemporer.”
Walaupun
mereka
memiliki
banyak
persamaan,
banyak dari sekolah musik ini melakukan persaingan di
segi harga. Mereka
menurunkan
harga
dengan
cara
memberikan potongan harga untuk menarik pelanggan
masuk ke sekolahnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa ada
“perang harga” di antara sekolah musik yang ada di
Salatiga.
berbagai
Selain
harga,
promosi.
beberapa
Ada
yang
sekolah
melakukan
membuat
brosur,
membagikannya kepada calon pelanggan, serta ada pula
yang masuk ke sekolah-sekolah untuk mempromosikan
sekolah musik mereka. Sebagian besar sekolah musik ini
melakukan promosi dengan memanfaatkan alumni sekolah
musik mereka masing-masing. Sebagai contoh adalah PMC
yang sampai sekarang tetap berhubungan dan bekerja
sama dengan para alumni untuk melakukan promosi. PMC
45
tidak segan-segan mengeluarkan biaya untuk memberi
imbalan kepada para alumni. Selain itu, persaingan juga
secara
tidak
langsung
terjadi
diantara
para
alumni
tersebut. Misalnya, di sebuah gereja atau institusi tertentu
para alumni ini akan saling „unjuk gigi‟ menunjukkan skill
masing-masing seperti yang disampaikan oleh pemilik PMC
dalam wawancara pada tanggal 14 April sebagai berikut:
“…lha yang paling sering persaingan terjadi itu malah di
gereja. Di gereja itu nanti akan dilihat oh ini dari sekolah
musik mana begitu. Mereka saling unjuk gigi skillnya. Nah,
persaingan justru disitu, di tempat prakteknyalah mereka
justru bersaing. Lebih ke skillnya.”
Dapat
dikatakan
bahwa
promosi
lebih
banyak
dilakukan oleh masing-masing alumni di tempat praktek
mereka masing-masing. Selain itu, PMC sendiri juga
seringkali menitipkan brosur kepada para alumni untuk
pada akhirnya bisa diberikan kepada calon pelanggan di
tempat
mereka
masing-masing.
PMC
juga
memberi
potongan harga atau bahkan menggratiskan mereka yang
mampu membawa teman untuk belajar di PMC. Oleh
karena
itu,
disampaikan
juga
bahwa
PMC banyak mendapat siswa dari para alumninya yang
mempromosikan PMC di tempat praktek mereka.
Sekolah-sekolah musik di Salatiga juga banyak
melakukan peningkatan pelayanan. Salah satunya adalah
PMC. Dalam menarik minat pelanggan, PMC menawarkan
pelayanan yang cukup baik dan bisa dibilang lebih unggul
dibanding sekolah musik yang lain karena beberapa
diantaranya tidak dimiliki oleh sekolah musik lain di
salatiga. Diantaranya adalah pelayanan antar jemput,
pelayanan konseling, dan pelayanan untuk memberikan
46
refreshing sederhana kepada siswa. Selain meningkatkan
pelayanannya, PMC juga memberikan garansi kepada
siswanya. Jika dalam empatbelas hari siswa tidak bisa
mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya, maka
PMC menjamin bahwa uang pasti akan dikembalikan. Dari
uraian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kekuatan
persaingan antar industri sekolah musik di Salatiga ketat
mengingat
adanya
persaingan
harga,
pemasaran,
peningkatan pelayanan dan garansi.
2. New entrants
Keuntungan yang besar dan kebutuhan modal yang
kecil untuk memulai bisnis sekolah musik menimbulkan
ketertarikan untuk ikut memulai usaha yang sama di
bidang ini. Hal ini menimbulkan munculnya ancaman
pendatang baru bagi sekolah musik yang telah ada. Yang
termasuk ancaman pendatang baru dalam industri sekolah
musik di Salatiga menurut pemilik PMC adalah Sekolah
Musik pendatang baru yang berpotensial untuk menyaingi
sekolah-sekolah musik yang sudah ada. Kekuatan new
entrants ini sangat ditentukan oleh hambatan masuk yang
ada.
Semakin
kemungkinan
besar
adanya
hambatannya,
semakin
ancaman
pendatang
dari
rendah
baru
potensial ini.
Dalam industri sekolah musik, sekolah musik yang
memiliki diferensiasi, reputasi baik dan prestasi baik akan
memiliki keuntungan lebih yang mampu menghambat
masuknya pendatang baru. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa PMC memiliki keuntungan ini. PMC memiliki
47
Program yang berbeda dan unik (Program Superintensif 14
Hari), serta memiliki reputasi baik, terutama dalam hal
mendidik siswa. Yang berbeda dari program ini adalah
sistem asrama yang diterapkan serta jaminan bahwa dalam
waktu empatbelas hari siswa akan mampu mencapai target
yang diinginkan. Hal ini disampaikan oleh pemilik pada
tanggal 14 April 2014 sebagai berikut:
“Program unggulan yang kita miliki adalah Program
Superintensif 14 Hari. Ini yang membuat kita unggul dari
sekolah lain. Mungkin sekolah lain ada juga yang
menawarkan belajar musik cepat, namun belum ada yang
menjamin bahwa dalam 2 minggu siswa akan bisa
bermain. Dan hanya sekolah kita yang berani
melakukannya. Dan sudah ada sekitar 500 orang lebih
yang
membuktikannya.
Dari
segi
layanan,
kita
menggratiskan untuk layanan asrama, tempat, makan
dan minum. Ini salah satu daya penarik yang paling
penting.”
Banyak dari pelanggan yang bersedia membayar
lebih untuk program dan layanan yang ditawarkan karena
keunikan yang dimiliki oleh PMC. Sebagai contoh, ada satu
siswa yang berasal dari Bandung yang bersedia membayar
sekitar
Rp.
10.000.000,-
untuk
mengikuti
Program
Superintensif 14 Hari di PMC, walaupun harga umumnya
adalah Rp. 2.800.000,-. Akan tetapi, sekolah-sekolah
musik lain tidak memiliki diferensiasi sehingga bisa
disimpulkan bahwa hambatan masuk karena diferensiasi
tidak begitu tinggi.
Dari hasil penelitian, banyak siswa PMC yang berasal
dari luar kota. Jika mereka beralih ke sekolah musik di
kota mereka sendiri sebetulnya dapat mengurangi biaya.
Akan tetapi, melihat banyaknya siswa yang datang dari
luar kota ini, dapat disimpulkan bahwa biaya yang
disebabkan
karena
lokasi
48
tidak
menjadi
masalah.
Selanjutnya,
di
PMC
membangun
jaringan
siswa
sosial.
secara
Ini
otomatis
dikarenakan
akan
sistem
asrama yang diterapkan yang mengharuskan para siswa
untuk bersosialisasi. Hal ini sangat berharga untuk siswa.
Salah satu siswa dalam wawancara pada tanggal 6 Juli
2014 mengatakan sebagai berikut, “Kalau di PMC itu lebih
kekeluargaan. Bisa makan bareng. Pelayanannya juga
bagus”
Jaringan sosial yang sudah dibangun oleh siswa
akan meningkatkan biaya peralihan yang cukup tinggi.
Selain itu, ada transfer kredit yang bisa mempengaruhi
biaya peralihan. Akan tetapi, dalam konteks sekolah
musik,
karena
yang
diajarkan
adalah
skill
atau
kemampuan, transfer kredit tidak begitu umum. Ditambah
lagi sebagian besar sekolah musik yang ada di Salatiga
merupakan sekolah non formal, bahkan hampir semua
belum memiliki ijin dari Dinas Pendidikan, maka transfer
kredit ini tidak diberlakukan. Sebagai contoh, ketika siswa
masuk ke PMC, siswa akan dites terlebih dahulu untuk
mengetahui tingkat kemampuan mereka. Jadi, walaupun
mereka sudah pernah mengambil materi tertentu di
sekolah yang berbeda, namun kalau dari hasil tes dinilai
kemampuan mereka kurang, maka mereka akan tetap
diberi materi yang sama. Hal ini membuat hambatan biaya
peralihan ini tidak cukup tinggi karena walaupun ada
jaringan sosial yang bisa dianggap sebagai biaya peralihan,
namun pada kenyataannya, untuk beralih dari satu
sekolah ke sekolah lain cukup mudah.
Dari hasil penelitian, jika dilihat dari kebutuhan
modal yang harus dikeluarkan untuk membuka sekolah
musik sebetulnya tidak begitu besar. Hal ini disampaikan
49
oleh pemilik PMC dalam wawancara tanggal 14 April 2014
sebagai berikut:
“… kita tidak memerlukan modal yang besar. Ibaratnya
kita cuma modal bolpen aja juga bisa. Selain itu, kita juga
modal alat saja. Dan alat itu kan bisa dijual kembali. Dan
harganya bisa sama persis dengan harga belinya. Jadi soal
peralatan gak masalah. Modalnya cukup kecil. Hanya
pengalaman aja.”
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan
bahwa kebutuhan modal untuk membuka usaha ini
tidaklah besar. Selain itu, juga diperlukan biaya untuk
periklanan atau pemasaran. Biaya yang dibutuhkan juga
tidak begitu besar. Terakhir, kebijakan pemerintah yang
mengekang juga dapat menjadi hambatan bagi pendatang
baru. Dari hasil penelitian, tidak ada peraturan-peraturan
yang membatasi untuk masuk ke industri ini dan bahkan
perijinan
untuk membuka
usaha
sekolah
musik ini
tidaklah sukar walaupun sebagian besar sekolah musik
yang ada belum mendaftarkan sekolahnya ke Dinas
Pendidikan. Berikut hasil wawancara dengan pemilik
mengenai
perijinan
mendirikan
sekolah
musik
pada
tanggal 14 April 2014:
“Kalau masalah perijinan sendiri sebenarnya mudah
karena depdikbud sendiri menyarankan sebenarnya untuk
melaporkan terlebih dahulu nah setelah nanti jalan 6 bulan
sampai 1 tahun nanti bisa memperlengkapi ijin. Nah
sebetulnya kalau bisa memperoleh ijin itu ada fasilitas
pendanaan dari pemerintah yang cukup besar. Jadi
sebetulnya kalau ijin dan lapor akan lebih bagus.”
Kemudahan dalam hal perijinan ini serta tidak
adanya peraturan-peraturan yang mengikat dalam industri
sekolah musik di Salatiga menunjukkan bahwa tidak ada
hambatan masuk bagi pendatang baru. Dari uraian diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
ancaman
pendatang
baru
potensial, dalam konteks sekolah musik adalah sekolah
50
musik baru di Salatiga, termasuk dalam intensitas tinggi
karena beberapa hambatan masuk yang ada rendah.
3. Buyers
Buyers dalam industri sekolah musik di Salatiga
adalah
pelanggan
yang
menggunakan
program
atau
layanan yang diberikan oleh sekolah musik yang ada. Yang
termasuk pelanggan disini adalah orang tua atau wali
siswa dan siswa itu sendiri. Pelanggan sekolah-sekolah
musik di Salatiga cukup bervariasi dan berasal dari
berbagai golongan dan usia. Di PMC sendiri disampaikan
bahwa sebagian besar pelanggan PMC berasal dari gereja
atau kaum nasrani. Hal ini dikarenakan sebagian besar
masyarakat yang membutuhkan keterampilan bermain
musik
adalah
dari
kalangan
gereja,
yaitu
untuk
pelayanan/mengiringi ibadah. Pelanggan PMC tidak berasal
dari satu denominasi gereja saja atau satu gereja tertentu
saja. Artinya, tidak ada satu kelompok pelanggan dari
gereja tertentu yang mendominasi. Selain itu, PMC juga
membuka kesempatan bagi pelanggan non Nasrani untuk
belajar
musik
di
sana.
Sehingga
bisa
disimpulkan
mendiferensiasi
programnya,
pelanggan di PMCpun cukup bervariasi.
Walau
PMC
telah
pelanggan tetap berhak untuk menentukan sekolah musik
yang akan mereka pilih. Hanya mereka yang menginginkan
kursus musik dalam waktu singkat dan tidak keberatan
untuk diasramakan yang akan memilih PMC. Selain itu,
informasi yang dimiliki oleh pelanggan termasuk lengkap.
Di PMC, sebelum pelanggan bersekolah disana, mereka
51
diberikan penjelasan yang terperinci mengenai program
dan layanan yang akan mereka terima.
Dari
uraian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kekuatan pelanggan terhadap industri sekolah musik di
Salatiga
termasuk
dikarenakan
para
dalam
kategori
pelanggan
tinggi.
bisa
Hal
dengan
ini
bebas
menentukan sekolah musik mana yang akan mereka pilih.
Selain itu, informasi yang pelanggan miliki mengenai
beberapa sekolah musik di Salatiga cukup banyak.
4. Suppliers
Suppliers atau pemasok memiliki kekuatan yang
dapat mempengaruhi posisi industri sekolah musik. Yang
termasuk supplier disini adalah tenaga pengajar. Tenaga
pengajar musik bisa dibilang banyak. Sebagian besar
sekolah musik di Salatiga mengambil tenaga pengajar dari
FSP UKSW, yang kebanyakan masih menjadi mahasiswa.
Menjadi keuntungan bagi sekolah musik tersebut karena
selain bisa dibayar dengan lebih murah, jika mahasiswa
tersebut merupakan mahasiswa yang bagus dari segi skill
dan dapat mengajar dengan baik maka dapat memajukan
sekolah musik tersebut. Sebaliknya, jika mahasiswa yang
dipekerjakan tidak begitu bagus tidak akan memberikan
banyak keuntungan bagi sekolah musik tersebut.
PMC
sendiri
mengambil
tenaga
pengajar
dari
beberapa Sekolah Musik di beberapa kota seperti FSP
UKSW di Salatiga, STT Syallom di Jogja, STII UKRIM di
Jogja, dan STT Abdiel di Ungaran. Selain itu, PMC juga
mendidik beberapa orang dari nol untuk dijadikan tenaga
pengajar. Walaupun tenaga pengajar yang tersedia banyak
52
dan tidak sulit ditemukan, akan tetapi kehadirannya
tetapkah penting untuk kelangsungan sekolah musik yang
ada. Jika tenaga pengajar tidak ada, sekolah musik
tersebut juga akan mengalami masalah. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa kekuatan pemasok berada dalam
intensitas sedang.
5. Substitutes
Ancaman pengganti ini juga bisa menentukan posisi
industri sekolah musik di Salatiga. Pengganti disini adalah
program, produk, maupun layanan yang bisa mengancam
posisi industri sekolah musik di Salatiga. Menurut pemilik
PMC, pengganti tersebut adalah buku-buku musik yang
ada
di
beberapa
mengancam
toko,
sekolah
kecenderungan
bagi
dimana
musik
kehadirannya
yang
pelanggan
ada
untuk
karena
lebih
dapat
ada
memilih
mempelajari musik sendiri dengan bantuan buku tersebut.
Selain buku-buku musik, kehadiran kursus-kursus privat
yang bersedia untuk datang ke rumah juga merupakan
ancaman. Pelanggan yang memikirkan masalah efisiensi
waktu serta kenyamanan dapat dengan mudah beralih ke
kursus privat ini. Ancaman pengganti terakhir adalah
banyaknya tutorial di internet yang bisa dengan mudah
diakses oleh pelanggan. Tutorial ini sangat efisien dan
efektif karena akan diperagakan juga bagaimana cara
bermain musik yang benar.
Dengan mempertimbangan segi kenyamanan, waktu
dan penerapan, beberapa pengganti untuk program dan
layanan dari sekolah musik yang ada, yaitu buku-buku
musik yang diterbitkan oleh beberapa penerbit, kehadiran
kursusan privat, juga tutorial yang banyak di youtube
53
sangat
dimungkinkan
dapat
menggeser
keberadaan
sekolah musik yang ada. Pelanggan bisa memilih untuk
mempelajari sendiri bagaimana bermain musik melalui
buku-buku ataupun tutorial di youtube.
Jika dilihat dari segi harga, pengganti yang berupa
buku-buku
youtube,
dan
layanan
memiliki
internet
harga
yang
seperti
relative
tutorial
lebih
di
rendah
dibandingkan harga untuk sekolah di sekolah musik. Biaya
peralihanpun tidaklah banyak. Ditambah lagi karena
internet sudah bukan hal yang asing bagi masyarakat,
maka kecenderungan pelanggan untuk beralih kepada
pengganti ini lumayan besar. Dari uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa kekuatan ancaman substitusi dalam
industri sekolah musik di Salatiga sangat tinggi. Hal ini
dikarenakan harga yang rendah dan kinerja yang cukup
tinggi
oleh
pengganti
tersebut,
serta
kecenderungan
pelanggan untuk beralih sangatlah besar walaupun jika
dilihat dari jaringan sosial, biaya beralih lumayan tinggi.
Dari uraian diatas mengenai kekuatan lima kekuatan
persaingan di industri sekolah musik di Salatiga maka
dapat disimpulkan sebagai berikut melalui Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Analisis Lima Kekuatan Persaingan di Lingkungan
Sekolah Musik di Salatiga
Lima
kekuatan
Porter
Persaingan
antar sekolah
musik
di
Salatiga
Kekuatan
pendatang
baru potensial
Tingkat
kekuatan
Keterangan
Tinggi*
-
Tinggi*
-
54
Adanya persaingan harga
Persaingan pemasaran
Persaingan
peningkatan
layanan dan garansi
Ada diferensiasi namun hanya
dilakukan oleh PMC
Kebutuhan modal memulai
usaha rendah
Hambatan
kebijakan
pemerintah rendah
Lima
kekuatan
Porter
Kekuatan
pembeli
Tingkat
kekuatan
Keterangan
Tinggi*
-
Kekuatan
pemasok
Sedang*
-
Kekuatan
pengganti
Tinggi*
-
Produk sekolah musik (skill
bermain
musik)
tidak
terdiferensiasi/banyak produk
pengganti
Informasi
yang
dimiliki
pelanggan cukup lengkap
Walaupun
keberadaannya
penting,
namun
tenaga
pengajar yang tersedia banyak
dan mudah ditemukan
Harga substitusi terjangkau
dan mudah diakses
Kinerja substitusi tinggi
Kecenderungan
pelanggan
untuk beralih cukup tinggi
Keterangan *) Penentuan tinggi rendahnya kekuatan persaingan merupakan
hasil kesimpulan yang dibuat penulis berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara yang disesuaikan dengan
faktor yang mempengaruhi tiap kekuatan dalam bidang
pendidikan
Setelah mengidentifikasi lima kekuatan persaingan,
yang merupakan kondisi eksternal, maka kondisi internal
yaitu strategi bersaing generik yang diterapkan oleh PMC pada
Program Superintensif 14 Hari dideskripsikan sebagai berikut.
C. Analisis Strategi Bersaing PMC
Setiap sekolah, tak terkecuali sekolah musik berupaya
untuk menghadapi persaingan dengan menggunakan berbagai
strategi bersaing. Strategi bersaing yang dapat digunakan
antara lain adalah strategi bersaing generik milik Porter
(1980),
yaitu
keunggulan
biaya
(low-cost),
diferensiasi
(differentiation), dan fokus (focus). Berkaitan dengan hal itu,
hasil penelitian menunjukkan bahwa PMC juga menerapkan
strategi bersaing untuk menghadapi persaingan yang ada.
Untuk
mengetahui
mengenai
ketiga
secara
rinci,
strategi
maka
bersaing
akan
generik
dijelaskan
tersebut
berdasarkan data-data yang diperoleh pada saat penelitian.
55
1. Diferensiasi
Dari hasil penelitian mengenai diferensiasi program dan
layanan, PMC memilikinya. Dinyatakan bahwa PMC sangat
berbeda dengan sekolah musik lain di Salatiga. Perbedaan itu
terletak
pada
program
yang
dimiliki,
pelayanan
yang
ditawarkan, pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pelanggan, serta hasil dari pendidikan di PMC itu sendiri yang
disertai dengan garansi.
Dari wawancara kepada tiga orangtua siswa, hanya satu
yang menyatakan tidak tahu mengenai perbedaan PMC
dengan sekolah lain karena belum pernah menyekolahkan
anaknya di tempat lain. Sedangkan sisanya menyatakan
bahwa PMC benar-benar berbeda dengan sekolah musik lain.
Dari
hasil
wawancara
dengan
sembilan
siswa,
semua
menyatakan bahwa PMC memang sangat berbeda dengan
sekolah musik lain, dari segi program, pelayanan, pengajaran
serta hasil.
Berkaitan
dengan
hal
tersebut,
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa PMC sangat berbeda dengan sekolah
musik yang lain. Perbedaan itu lebih lanjut dapat ditampilkan
pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Perbedaan PMC dengan Sekolah Musik Lain di Salatiga
Let
ak
Per
bed
aan
Pro
gra
m
yan
g
dit
aw
ark
PMC
Sekolah Musik Lain
-
rogram Superintensif 14 Hari
-
elum ada Program sejenis ini
-
aransi
elum ada
garansi
56
yang
memberi
Let
ak
Per
bed
aan
an
Pel
aya
na
n
PMC
Sekolah Musik Lain
-
ayanan antar jemput
idak ada layanan yang sama
dengan PMC
ayanan konseling
ayanan refreshing (outing)
ayanan
pendampingan
tempat praktek
Pen
didi
ka
n
di
-
engajar
sesuai
dengan
kebutuhan dan karakter siswa
-
engajar disamaratakan untuk
semua kebutuhan pelanggan
-
etode
pengajaran
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
karakter siswa
etode pengajaran cenderung
sama untuk semua pelanggan
urikulum biasanya diambil
dari yang sudah ada (luar
negeri/dalam
negeri)
dan
selalu sama untuk waktu
tertentu
urikulum sendiri yang berbeda
sesuai
dengan
kebutuhan
siswa dan berbeda untuk
setiap siswa
Wa
ktu
pen
didi
ka
n
da
n
skil
l
yan
g
did
apa
t
-
4 hari
ebih dari 14 hari
kill
yang
didapat
sesuai
dengan kebutuhan dan target
yang sudah ditetapkan
a). Program
PMC
memiliki
sebuah
program
yang
merupakan
terobosan baru dalam bidang pendidikan musik. Program ini
diberi nama Program Superintensif 12 Hari yang kemudian
57
disempurnakan menjadi Superintensif 14 Hari. Yang unik dari
program ini, selain model karantina yang diadakan adalah
adanya garansi yang menjamin bahwa dalam 14 hari siswa
akan mampu mendapatkan hasil yang sudah ditargetkan
bersama sesuai level masing-masing. Program ini benar-benar
dibuktikan, bukan hanya sekedar alat untuk promosi. Hal ini
dibuktikan dari pernyataan seorang siswa, dalam wawancara
pada tanggal 21 April:
“Tidak ada sekolah musik lain yang berani memberikan
garansi bahwa dalam 14 hari siswa akan bisa bermain piano
jika tidak uang kembali. PMC telah membuktikan bahwa
siswa yang dihasilkan oleh PMC melalui Program
Superintensif 14 Hari dapat memperoleh apa yang
ditargetkan. Hal inilah yang membuat saya tertarik belajar di
PMC.”
Seorang siswa lain menambahkan bahwa dia juga
menyaksikan temannya yang dari awal tidak bisa bermain
piano dan bahkan tidak memiliki pengetahuan apapun
tentang
piano,
hanya
dalam
14
hari
dia
sudah
bisa
memainkan beberapa lagu dengan lancar. Hal ini dikarenakan
siswa diberi kesempatan untuk praktek lapangan, sehingga
ketika mereka lulus, mereka menjadi pemusik yang siap
pakai. Sebagai contoh, mereka yang memilih program musik
gereja, diberi kesempatan untuk simulasi ibadah dan praktek
di gereja untuk bermain atau mengiringi ibadah.
Dalam program superintensif 14 hari ini, banyak hal
yang diberikan oleh PMC. Siswa tidak hanya dibekali dengan
kemampuan musikalitas saja, tetapi mereka juga dibekali
dengan pendidikan kepemimpinan dan karakter. Mereka
sudah dianggap keluarga yang dibekali dengan pendidikan
moral dan karakter.
b). Pelayanan
58
Pemilik dan semua staf terbukti memberikan pelayanan
yang sangat baik, memuaskan, yang membuatnya berbeda
dengan sekolah lain. Dari hasil wawancara, beberapa siswa
menyatakan bahwa mereka sangat puas dengan pelayanan
yang diberikan oleh PMC. Bahkan mereka menyatakan bahwa
mereka merasa sangat dihargai dan diperhatikan oleh PMC.
Lebih
lanjut,
dalam
program
14
hari
tersebut,
PMC
mengadakan sebuah sesi yang disebut sebagai “Menata Ulang
Kehidupan”. Dalam sesi ini, siswa diberi kesempatan untuk
berkonsultasi dan membereskan segala permasalahan pribadi
mereka. Dan pemilik menyatakan bahwa tidak sedikit dari
siswa yang setelah lulus dari program 14 hari tersebut
menjadi pribadi yang lebih baik.
Salah seorang siswa juga menyatakan bahwa di PMC
sangat kekeluargaan. Hal ini membuat siswa merasa nyaman.
Mereka bisa makan bersama, saling bercerita dan sebagainya.
Para guru, termasuk pemilik juga dikatakan bahwa mereka
mengajar dengan cara yang berbeda yaitu menganggap siswa
sebagai teman. Sehingga siswa merasa nyaman. Untuk tetap
memiliki pelayanan yang berbeda, PMC senantiasa berusaha
untuk
memenuhi
kebutuhan
pelanggannya
dengan
mengetahui keluh kesah dan kritik dari para pelanggan.
Disampaikan oleh pemilik bahwa PMC memiliki orang khusus
untuk mengetahui keluhan, kritik dan saran dari para siswa
yang ada. Hal ini dilakukan sehingga PMC dapat mengetahui
kekurangannya dan dapat memperbaikinya untuk senantiasa
memuaskan pelanggannya.
c). Pendidikan/pengajaran
59
Jika dilihat dari segi pengajaran, para guru di PMC
menggunakan
metode
pengajaran
yang
berbeda
yang
membuat siswa tertarik dan lebih mudah mengerti. Salah satu
siswa bahkan menyatakan bahwa para pengajar di PMC baik,
sabar,
dan
lebih
bagus.
Mereka
menyatakan
bahwa
pengajaran dan materi yang disampaikan di PMC sangat
applicable, tidak seperti sekolah musik lain. Lebih lanjut
disampaikan oleh pemilik dalam wawancara bahwa PMC
menggunakan
metode
pengajarnyapun
kepribadian
dimungkinkan
pengajaran,
disesuaikan
siswa
bahwa
dan
kebutuhan
dan
dengan
masing-masing.
satu
kurikulum,
siswa
Sehingga
akan
diajar
sangat
dengan
kurikulum, metode pengajaran serta pengajar yang berbeda.
Tujuannya adalah supaya hasilnya lebih maksimal. Pemilik
lebih lanjut menyatakan bahwa siswa yang pandai sekalipun
tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal jika diajar
dengan kurikulum, metode pengajaran serta pengajar yang
kurang
tepat.
Oleh
karena
itu
sangat
penting
untuk
memberikan kurikulum, metode pengajaran dan pengajar
yang tepat untuk tiap siswa.
Untuk senantiasa menjadi beda dalam hal pengajaran,
PMC memberikan training kepada para pengajarnya secara
rutin. Disampaikan juga oleh pemilik bahwa para pengajar
juga dites secara berkala untuk memonitor kualitas mereka.
Selanjutnya
untuk
tetap
mempertahankan
kualitas
pengajaran oleh para pengajar, PMC juga menyekolahkan
beberapa pengajarnya. Contohnya, PMC saat ini sedang
menyekolahkan beberapa pengajarnya ke FSP UKSW.
d). Waktu Pembelajaran
60
Jika dilihat dari waktu yang ditempuh untuk belajar
musik di PMC, hampir semua siswa dan wali, dalam
wawancara menyatakan bahwa mereka puas dengan hasilnya
yang dirasa sangat berbeda dari sekolah musik yang lain.
Sering disampaikan oleh semua siswa dalam wawancara,
bahwa mereka merasakan perubahan yang sangat besar
setelah belajar di PMC. Bahkan ada siswa yang berasal dari
Bandung menyatakan perubahannya dalam bermain piano
dalam wawancara pada tanggal 15 Juni 2014 sebagai berikut:
“Saya belum ada satu hari disini tapi saya sudah bisa
bermain piano lebih baik. Sebelumnya saya belajar di sebuah
sekolah musik terkenal di Bandung, namun saya belum bisa
apa-apa. Sebaliknya, disini yang hanya beberapa jam saya
sudah bisa bermain dengan baik. Pengajaran yang
disampaikan sangat mudah dan dapat diterima dengan baik.”
2. Keunggulan Biaya
Dari hasil penelitian, harga yang ditawarkan oleh PMC
tidak begitu mahal ataupun murah. Untuk program regular,
PMC menetapkan harga yang sebagai berikut:
Tabel 4.4 Daftar Harga Kursus Reguler per Bulan di PMC
Dengan staf
Jenis kursus
Biaya per bulan
1. A.regular/biasa (45 menit x 4)
Rp 150.000,1. B.regular plus (60 menit x 4)
Rp 200.000,2. A.regular intensif (45 menit x Rp 175.000,4)
3. B.reguler superintensif ( 60 Rp 225.000,menit x 4)
Dengan Master Program/Dosen Musik/Pemilik
Jenis kursus
Biaya per bulan
1. A.regular/biasa (45 menit x 4)
Rp 250.000,2. B.regular plus (60 menit x 4)
Rp 300.000,3. A.regular intensif (45 menit x Rp 300.000,4)
4. B.reguler superintensif ( 60 Rp 400.000,menit x 4)
Sumber: Brosur PMC
61
Jika dibandingkan dengan Venny Musik misalnya,
harga tersebut diatas termasuk harga yang lebih mahal. Biaya
kursus musik di Venny Musik untuk regular/biasa adalah Rp
150.000,00 per bulan sebanyak empat kali (@ 60 menit).
Walaupun begitu, untuk program Superintensif 14 Hari, jika
dilihat dari hasil dan fasilitasnya, harga yang ditawarkan
relatif murah, yaitu Rp 2. 800.000,- untuk empatbelas hari.
Jika dihitung per jam, dengan delapan jam pertemuan sehari
berarti bahwa satu jam hanya Rp 25.000,. Harga ini relative
murah jika dibandingkan dengan harga dari tempat kursus
lain yang berkisar antara Rp 30.000,- - Rp 50.000,- per jam.
Dari tiga wawancara kepada orangtua mengenai harga
yang ditawarkan oleh PMC, hanya satu yang mengatakan
bahwa harganya sedang saja. Dua sisanya menyatakan bahwa
walaupun harga yang ditawarkan cukup mahal, mereka tidak
keberatan karena hasil yang didapat sangat memuaskan.
Salah satunya adalah wawancara pada tanggal 14 April 2014
sebagai
berikut,
“Harganya
mungkin
mahal
tapi
jika
disesuaikan dengan apa yang didapat menjadi sangat murah.”
Jika dilihat dari hasil wawancara kepada sembilan
orang siswa, satu orang menyatakan bahwa harganya biasa
saja, satu orang mengatakan mahal, dan yang lainnya
mengatakan murah karena dilihat dari hasil serta fasilitas
yang didapat. Bahkan, satu orang siswa yang mengatakan
bahwa harganya mahal, pada akhirnya tidak keberatan
karena melihat hasilnya, yaitu mengatakan sebagai berikut,
“Ya menurut saya lebih mahal ya. Tapi ya itu, dapatnya lebih
baik. Karena murah tapi lebih lama ya sama saja.”
Harga di PMC tidaklah tetap, artinya kadang harga
untuk satu siswa dengan yang lainnya berbeda, walaupun
kebanyakan sama. Karena ada juga siswa yang dengan rela
62
membayar lebih untuk program yang sama. Seperti misalnya
ada seorang siswa dari Jakarta yang bersedia membayar Rp
10.000.000,- untuk satu bulan pelatihan (pemadatan empat
level program). Siswa yang membayar sebesar ini merasa
bahwa harga ini cukup mahal. Namun mereka tidak keberatan
karena mereka lebih berorientasi kepada hasil. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa harga di PMC sangat fleksibel.
Beberapa siswa lain, yaitu siswa dari program regular
yang kebetulan memilih diajar oleh pemilik langsung, juga
menyatakan bahwa harga biaya kursus diPMC termasuk
mahal. Namun, lagi-lagi siswa tetap mendapatkan kepuasan
dalam hal kemampuan yang didapat. Siswa ini, dalam sebuah
wawancara pada tanggal 21 April 2012 menyatakan:
“Walau dengan harga yang mahal, namun jika melihat
pada hasil yang didapat, harganya jadi tidak seberapa. It’s
not a big deal. Bahkan jika dibandingkan dengan apa yang
didapat dari sekolah musik lain PMC mampu memberikan
lebih baik. Kebetulan suami saya juga belajar di tempat
lain. Jika dibandingkan dalam waktu yang sama,
kemampuan kami jauh berbeda.”
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa harga yang
mahal tidak dianggap mahal jika dilihat dari hasil yang
didapatkan sehingga menurut pemilik PMC, orangtua siswa
dan siswa di PMC, PMC tidak menerapkan strategi
keunggulan biaya.
3. Fokus
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa PMC tidak
fokus hanya pada kelompok tertentu saja. Walaupun pada
awalnya, semua beranggapan bahwa program di PMC hanya
diperuntukkan
bagi
kalangan
gereja
saja.
Akan
tetapi,
ternyata program di PMC diikuti oleh semua kalangan,
bahkan ada yang dari muslim. Bahkan salah satu pengajar
juga ada yang non-Nasrani. Selain itu, dalam satu wawancara
kepada pemilik pada tanggal 15 Juni 2014, menyatakan
63
bahwa
mereka
yang memiliki
kelemahan
fisik maupun
psikologis juga ditangani di sekolah ini. Hal ini dibenarkan
oleh salah seorang orangtua siswa yang diwawancarai pada
tanggal 6 Juli 2014 sebagai berikut:
…kemarin saya lihat ada salah satu anak, yang kalau
dibilang gimana ya? Autis gitu, ya kita bisa bilang agak autis
gitu. Tapi kok ya diterima dan jadi bisa ya? Jadi ya dari
semua golongan dan latar belakang ternyata diterima.
Dari
pernyataan
diatas
bisa
disimpulkan
bahwa
walaupun awalnya banyak yang beranggapan bahwa PMC
hanya diperuntukkan kepada kalangan gereja saja, ternyata
PMC terbuka untuk pelanggan dari semua golongan. Hal ini
semakin
menunjukkan
bahwa
PMC
tidak
menjalankan
strategi fokus dalam bersaing.
D. Pembahasan
1. Kondisi Persaingan di Lingkungan Industri Sekolah
Musik di Salatiga
Kondisi persaingan antar sekolah musik di Salatiga
dipengaruhi oleh lima kekuatan persaingan yaitu intensitas
persaingan antar sekolah yang
ada saat ini, ancaman
masuknya pendatang baru, kekuatan pemasok, kekuatan
pembeli dan ancaman produk pengganti. Kelima kekuatan ini
dapat diteliti pada penelitian ini walaupun ada beberapa
faktor yang mempengaruhi masing-masing kekuatan tidak
dimasukan dalam penelitian karena disesuaikan dengan
konteks dunia pendidikan.
Persaingan
antar
industri.
Menurut
Porter
(1991),
intensitas persaingan ditentukan oleh beberapa faktor berikut
ini:
jumlah
pesaing
yang
cukup
64
banyak,
pertumbuhan
industri yang lamban yang menyebabkan adanya perebutan
pasar, ketiadaan diferensiasi atau biaya peralihan, dan variasi
pesaing. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah
pesaing cukup banyak, yaitu ada sebelas sekolah musik.
Pemilik PMC menyampaikan bahwa ada persaingan yang
sangat ketat, terutama persaingan harga dan pemasaran,
sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas persaingan
cukup tinggi. Pemilik menambahkan bahwa persaingan yang
sangat tajam justru terjadi di tempat praktek para alumni.
Kelihatannya
ini
bukan
merupakan
persaingan
karena
dilakukan oleh para alumni dan bukan oleh sekolah musik itu
sendiri. Akan tetapi, secara tidak langsung, sekolah-sekolah
tersebut juga ikut bersaing karena sebagai contoh adalah
PMC, menggunakan para alumninya untuk memasarkan
sekolahnya.
Atau
dengan
kata
lain,
para
alumni
juga
merupakan agen pemasarannya.
Dari keempat faktor penentu intensitas persaingan
menurut Porter, tidak semua diteliti, yaitu biaya peralihan.
Hal ini dikarenakan penulis menyesuaikan dengan tempat
penelitian yang berupa sekolah musik. Penulis menyimpulkan
bahwa intensitas persaingan tinggi dengan melihat faktor
empiris
yaitu
adanya
persaingan
harga,
pemasaran,
peningkatan kualitas layanan dan garansi. Keempat faktor
tersebut diatas ditemukan di industri sekolah musik di
Salatiga.
Porter (1991) juga menyatakan bahwa jika gerakan
persaingan meningkat, maka seluruh institusi dalam industri
akan menderita, atau dengan kata lain posisi mereka tidak
kuat karena persaingan yang begitu tajam. Demikian juga
yang terjadi pada sekolah-sekolah musik di Salatiga. Karena
65
persaingan yang begitu ketat, sekolah musik di Salatiga
menjadi terjepit. Mereka harus menemukan strategi bersaing
yang tepat yang dapat digunakan untuk melawan kekuatan
persaingan yang ada.
Walaupun
persaingan
cukup
ketat
di
lingkungan
sekolah musik di Salatiga, namun dikatakan oleh pemilik PMC
bahwa
sebenarnya
masing-masing
sekolah
memiliki
hubungan yang sangat bagus. Jadi bisa dikatakan bahwa
persaingan yang ada di lingkungan sekolah musik di Salatiga
adalah persaingan yang sehat. Artinya, mereka bersaing
dengan cara yang benar. Dari sini juga dapat diketahui bahwa
ternyata dalam dunia pendidikan juga terjadi persaingan antar
sekolah. Sekolah-sekolah yang ada juga mencari cara untuk
mendapatkan siswa dan keuntungan mengungguli sekolah
pesaingnya.
New
Entrants.
Porter
(1980)
menyatakan
bahwa
besarnya ancaman pendatang baru sangat ditentukan oleh
besarnya hambatan masuk yang ada. Hambatan-hambatan
tersebut adalah skala ekonomi, diferensiasi produk, biaya
beralih
pemasok,
kebutuhan
modal,
akses
ke
jaringan
distribusi, keunggulan biaya absolute, kebijakan pemerintah
serta perlawanan dari institusi yang ada. Semakin besar
hambatan yang ada, semakin rendah ancaman pendatang
baru potensial. Dalam penelitian ini, tidak semua hambatan
yang sesuai dengan teori Porter dipakai. Hal ini dilakukan
untuk
menyesuaikan
kondisi
yang
ada.
Dalam
dunia
pendidikan tentu saja berbeda dengan dunia bisnis ekonomi.
Beberapa
produk,
hambatan
kebutuhan
yang
dianalisa
modal,
dan
adalah
kebijakan
diferensiasi
pemerintah.
Sedangkan skala ekonomi, biaya beralih pemasok, akses ke
66
jaringan
distribusi,
keunggulan
biaya
absolute
dan
perlawanan dari institusi yang ada tidak diteliti.
Diferensiasi dan keunggulan biaya dinyatakan oleh
Porter (1980) termasuk faktor yang dapat menjadi hambatan
atau
rintangan
masuk
bagi
pendatang
baru
potensial.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua strategi bersaing ini
cukup tepat
digunakan
untuk menanggulangi kekuatan
pendatang baru karena dua strategi ini membentuk hambatan
masuk bagi pendatang baru potensial.
Dari
hasil
penelitian,
ancaman
pendatang
baru
termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan modal yang sedikit, kurangnya diferensiasi produk
dan tidak adanya kebijakan pemerintah yang mengekang. Hal
ini sejalan dengan teori Porter (1980) yang mengatakan bahwa
ancaman pendatang baru ke dalam industri tergantung pada
rintangan masuk yang ada. Jika rintangan/hambatan ini kecil
maka ancaman pendatang baru potensial tinggi.
Suppliers. Kekuatan pemasok dapat mengancam posisi
sekolah musik yang ada di Salatiga dengan cara menaikkan
harga dan menurunkan kualitas layanan (Porter, 1991).
Keberadaan tenaga pengajar sebagai pemasok memang sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan sekolah musik. Walaupun
penting dan keberadaannya membantu kelangsungan sekolah
music, tenaga pengajar di Salatiga sangat banyak. Disamping
itu, PMC juga memperlakukan tenaga pengajar dengan sangat
baik sehingga mereka mau bertahan disana. Pemasok (tenaga
pengajar) tidak didominasi oleh organisasi atau individu
tertentu atau tidak terkonsentrasi. Tenaga pengajar yang
67
tersedia
cukup
banyak
dan
tersebar.
Bahkan
PMC
mempekerjakan pengajar dari lebih dari tiga institusi.
Bisa dikatakan dalam menangani tenaga pengajar yang
dapat dianggap sebagai pemasok cukup mudah. Jika tenaga
pengajar sebagai staf yang dipekerjakan diperlakukan dengan
baik dengan cara difasilitasi dengan berbagai hal. Diantaranya
adalah diberikan gaji yang cukup, training, dan kesempatan
untuk
mengembangkan
diri.
Mau
tidak
mau,
ketika
diperlakukan dengan baik, maka tenaga pengajar akan
bersedia bertahan di sekolah itu. Hal ini juga dilakukan oleh
PMC sehingga sebagian besar tenaga pengajarnya adalah
mereka yang sudah mengajar di PMC lama.
Buyers. Kekuatan pelanggan termasuk dalam intensitas
tinggi
karena
sebetulnya
produk
sekolah
musik
tidak
terdiferensiasi. Artinya untuk bisa bermain musik, pelanggan
bisa mendapatkannya dari sekolah musik manapun atau
dengan cara apapun. Kekuatan pelanggan yang kuat dapat
ditanggulangi dengan strategi fokus, dengan catatan bahwa
pelanggan datang dari kalangan menengah keatas yang
mengharapkan sesuatu yang istimewa dan berbeda.
Di PMC sendiri, pelanggan yang ingin mendaftar selalu
diberikan informasi yang lengkap sebelum mereka mendaftar
ke PMC. Menurut pemilik PMC, ini merupakan salah satu cara
PMC untuk mengantisipasi adanya tawar-menawar pelanggan
yaitu dengan cara memberikan informasi mengenai fasilitas
yang termasuk berbeda dan unik kepada pelanggan sehingga
membuat pelanggan berfikir bahwa biaya yang dikeluarkan
untuk membayar program tersebut tidaklah mahal.
68
Ancaman Pengganti. Porter (1985) menyampaikan ada
beberapa faktor penentu ancaman pengganti, yaitu (1) harga
dan kinerja produk substitusi, (2) biaya beralih pemasok, (3)
kecenderungan
pelanggan
terhadap
pengganti.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ancaman pengganti dari
berbagai program dan layanan yang ditawarkan industri
sekolah musik adalah buku-buku musik yang dihasilkan oleh
beberapa penerbit, kursus privat yang mau datang ke rumah
dan tutorial yang disediakan oleh internet, seperti youtube.
Harga dari pengganti tersebut tidaklah mahal serta kinerjanya
lumayan bagus. Hal ini mengakibatkan biaya peralihan tidak
begitu tinggi. Selanjutnya, karena kita berada di dunia yang
serba canggih, dimana internet ada dimana-mana dan didapat
dengan mudah, maka kecenderungan pelanggan terhadap
pengganti tersebut sangatlah tinggi.
Kekuatan
pengganti
yang
tinggi
tersebut
dapat
mengancam keberadaan atau posisi sekolah musik yang ada
di Salatiga. Pearce dan Robinson (2000) menyatakan bahwa
kecuali industri (sekolah musik) dapat mengupgrade kualitas
dari produknya atau mendiferensiasikannya (lewat marketing),
industri akan akan menderita dan mengalami penurunan
pendapatan dan mungkin pertumbuhan. Oleh karena itu,
strategi
diferensiasi
dinilai
dapat
digunakan
untuk
menanggulangi kekuatan pengganti yang tinggi tersebut.
Walaupun begitu, strategi ini belum tentu berhasil mengingat
di produk dari sekolah musik bukan merupakan yang
terdiferensiasi. Artinya, kemampuan bermain musik yang
menjadi produk sekolah musik dapat diperoleh di tempat lain.
Bagi
PMC,
ancaman
pengganti
tersebut
bukanlah
ancaman yang negatif namun lebih kepada ancaman yang
69
positif
yang
membuat
sekolahnya
memikirkan
berbagai
macam cara untuk menandingi pengganti tersebut. Salah
satunya adalah PMC juga menerbitkan buku-buku yang berisi
tentang
pembelajaran
musik
secara
efektif
dan
efisien.
Walaupun begitu, ancaman pengganti ini perlu diwaspadai
karena kecenderungan pelanggan untuk beralih ke pengganti
cukup besar mengingat akses internet dan berbagai hal
memudahkan
pelanggan
untuk
beralih.
Bahkan
bisa
dikatakan bahwa ancaman pengganti merupakan kekuatan
yang paling tinggi intensitasnya. Pelanggan bisa dengan
mudah dan mengeluarkan biaya yang tidak banyak untuk
dapat mengakses internet untuk mendapatkan tutorial dari
youtube. Buku-buku yang tersedia di berbagai toko buku dari
beberapa penerbit juga bervariasi dengan harga terjangkau.
Yang terakhir, banyak kursusan dari perorangan yang mau
datang kerumah dengan harga terjangkau yang menawarkan
kenyamanan. Untuk itu, PMC harus membuat strategi yang
tepat untuk menghadapi ancaman ini.
Dapat
disimpulkan
bahwa
persaingan
yang
ketat
diantara sekolah musik yang ada di Salatiga secara otomatis
membuat posisi sekolah musik tersebut lemah sehingga
mereka harus menemukan strategi bersaing y
Hasil dan Pembahasan
A. Gambaran Professional Musik Course
1. Sejarah Hosana Musik menjadi PMC
Pemilik PMC sudah memulai bisnis kursus piano
dengan nama Hosana Music sejak tahun 1996, yaitu dengan
memberikan kursus musik privat dari rumah ke rumah. Di
tahun
2002,
kota/kabupaten
pemilik
membuka
(Semarang,
cabang
Temanggung,
di
berbagai
Magelang,
Kebumen, Weleri, dll) serta memiliki sambilan mengajar di
beberapa Perguruan Tinggi Musik. Saat itu memang pemilik
belum memiliki rumah sendiri. Barulah pada tahun 2010,
pemilik membeli dua unit rumah di Perumahan Prima Garden
Kembang Arum Salatiga.
Di tahun yang sama, setelah melakukan penelitian dan
observasi non formal, yaitu melalui pengalamannya mengajar
selama bertahun-tahun, pemilik mulai merancang sebuah
terobosan program yang bernama Superintensif 12 Hari.
Program ini bertujuan untuk mempersingkat proses belajar
musik yang biasanya membutuhkan waktu yang lama untuk
bisa bermain musik menjadi hanya 12 hari saja. Hal ini
dilakukan dengan cara membuat rumus-rumus musik seperti:
rumus matematika feeling dan analisa akor untuk mencari
akor lagu, rumus membuat On Bass, ringkasan pola irama,
rumus membuat melodi akor, rumus improvisasi dan masih
banyak rumus dan metode penalaran yang akan membuat
setiap siswa yang belajar secara intensif menjadi siswa yang
unggul dan cepat bisa. Selain itu, program ini juga bertujuan
38
untuk memenuhi kebutuhan setiap siswanya sehingga materi
dan pengajaran untuk tiap siswa akan berbeda menyesuaikan
kebutuhan dan permintaan mereka.
Rancangan ini direalisasikan pada bulan April 2011
dengan mengganti namanya menjadi PMC (Professional Musik
Course). Saat itu PMC hanya memiliki tiga orang pengajar
(dua staf dan pemilik). Kini, PMC telah memiliki sekitar
tigabelas orang pengajar. PMC sangat berkembang pesat,
sehingga pemilik memutuskan untuk membeli satu unit
rumah lagi didepan rumah yang sudah ada serta sebidang
tanah yang masih berada disebelah dua rumah sebelumnya.
Karena
Program
Superintensif
12
Hari
mengharuskan
siswanya untuk menginap, maka pemilik membangun asrama
bagi siswa. Seiring berjalannya waktu, Program Superintensif
12 hari terus menerus di- upgrade, dan saat ini telah
disempurnakan menjadi Superintensif 14 Hari. PMC terus
berkembang. Pada tahun 2014 ini PMC juga sudah memiliki
ijin usaha dan tercatat di Diknas. Dengan demikian, PMC
merupakan satu-satunya kursus musik di Salatiga yang
tercatat di Diknas dan berbentuk CV.
2. Visi, Misi, dan Tujuan PMC
PMC memiliki beberapa visi, misi dan tujuan yang ingin
dicapai dalam menjalankan usahanya yang juga direfleksikan
dalam setiap kegiatan pembelajarannya sebagai berikut:
Visi: Membentuk musisi yang Profesional, Mandiri, Kreatif dan
Berkarakterdalam
waktu
yang
singkat
dengan
penanganan yang tepat.
Misi: PMC mewujudkan visi dengan melakukan beberapa misi
sebagai berikut:
39
1. Mempersiapkan kurikulum dan fasilitas belajar mengajar
yang sistematis, praktis, lengkap dan sesuai standar
internasional
2. Terus-menerus melakukan survey dan penelitian untuk
menjawab kebutuhan masyarakat dalam bidang musik
3. Menjalin jejaring sosial dan kerjasama dengan berbagai
pihak seperti: kalangan akademis, tokoh agama, berbagai
instansi swasta maupun pemerintahan serta masyarakat
luas
4. Terus meningkatkan skill dan pengalaman mengajar bagi
para tutor/staf pengajar
5. Menerapkan disiplin yang tinggi, tanggungjawab dan kerja
keras baik bagi staf pengajar maupun siswa untuk
mencapai target maksimal
6. Menjadikan seminar, training, workshop, konser dan ujian
sebagai kegiatan wajib
7. Menjadikan
praktek
simulasi
ibadah
harian
untuk
membentuk dan menghasilkan “siswa yang siap pakai”.
Tujuan:
Dalam menjalankan usahanya, PMC memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keuntungan dari tahun ke tahun
2. Meningkatkan jumlah siswa dari tahun ke tahun
3. Meningkatkan kualitas trainer atau pengajar dari tahun ke
tahun
4. Meningkatkan skill/kemampuan anak dari tahun ke tahun
dengan berbagai metode pengajaran
40
3. Program Superintensif 14 Hari
Program Superintensif 14 Hari merupakan program
yang dimiliki oleh PMC, yang bertujuan untuk memberikan
pendidikan musik kepada siswa dalam waktu 14 hari.
Sebenarnya, PMC menyediakan program untuk pendidikan
vocal dan beberapa jenis alat musik (piano/keyboard, drum,
bas, gitar, dan biola). Akan tetapi, program yang paling
diminati adalah piano. Jadi, dalam penelitian ini hanya
dibatasi Program Superintensif 14 Hari untuk alat musik
piano/keyboard. Dalam program ini, siswa dijamin akan
mampu mencapai target yang ditetapkan. Misalnya, siswa
yang awalnya belum memiliki keterampilan bermain piano
sedikitpun, dalam waktu empatbelas hari akan mampu
bermain piano.
Sebelum
mengikuti
tes
pelaksanaan
program,
penempatan/pre-test
siswa
(untuk
diwajibkan
mengetahui
kemampuan awal siswa) dan wawancara oleh pemilik untuk
mendapatkan kartu garansi. Program ini dilaksanakan selama
empatbelas hari, yaitu delapan jam setiap harinya, sehingga
total pembelajaran adalah 112 jam. Untuk itu, para siswa
dikarantina selama empatbelas hari di asrama yang sudah
disediakan. Walaupun begitu, ada beberapa kasus yang tidak
memungkinkan siswa (beberapa orang yang sibuk bekerja)
untuk menginap di asrama. Hal ini diatasi dengan mengatur
ulang jadwal yang disesuaikan dengan waktu yang dimiliki
oleh siswa, namun dengan tidak mengurangi hak mereka.
Dengan kata lain, mereka tetap mendapatkan 112 jam
pelatihan. Dari sini dapat diketahui bahwa PMC sangat
fleksibel dalam menjalankan program ini.
Dari empatbelas hari tersebut, sebetulnya hanya tujuh
hari yang efektif, dimana materi inti disampaikan. Selebihnya
41
adalah pengulangan untuk yang dirasa masih kurang serta
pengembangan diri. Dalam empatbelas hari tersebut, siswa
diajar oleh beberapa orang pengajar dan memiliki beberapa
kali kesempatan untuk diajar langsung oleh pemilik. Program
Superintensif 14 Hari dibagi dalam empat level, yaitu:
a) Level 1 : Bisa (Setara Grade 5) → Grade 1 – 5
b) Level 2 : Terampil (setara Grade 8) → Grade 6 – 8
c) Level 3 : Mahir/Profesional (Setara D3/S1)
d)
Level 4 : Teacher/Pengajar (dapat membuat
kurikulum, metode pengajaran dan mengajar).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik PMC yang
diadakan pada tanggal 14 April 2014, ada beberapa hal yang
perlu
diketahui
mengenai
pengajar
dan
fasilitas
dalam
Program Superintensif 14 Hari sehingga program ini dapat
lebih dimengerti, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1 Staf Pengajar dan Fasilitas dalam Program Superintensif 14
Hari di PMC
Staf Pengajar
Tingkatan
Staf Junior
Staf senior
Staf ahli
Fasilitas
Penjelasan
Masa training/percobaan
3 bulan
Mengajar berdasarkan
catatan
Dikontrol/diawasi oleh
staf ahli dan pemilik
Masa training 9 bulan
Boleh melakukan
improvisasi dalam
mengajar
Sudah dipercaya pemilik
karena keahliannya
Boleh memiliki „secret
modul‟ sebagai andalan
42
Gratis biaya asrama
Gratis biaya
konsumsi selama
mengikuti Program
Superintensif 14
Hari
Pelayanan antar
jemput (maksimal
Jateng dan DIY
Mendapatkan free
modul standar
Gratis biaya
pemakaian alat dan
ruang latihan
PMC
Konsultasi
(akademik/non
akademik) selama
24 jam
Refreshing
sederhana (ex,
minum susu di
kedai susu, jalanjalan ke Ramayana,
dll)
Sumber: Hasil wawancara dengan pemilik PMC pada tanggal 14 April
20114 mengenai Program Superintensif 14 Hari
B. Kondisi Persaingan di Lingkungan Sekolah
Musik di Salatiga
Analisis lima kekuatan persaingan dilakukan untuk
mengetahui bagaimana kondisi persaingan yang ada di
lingkungan sekolah musik di Salatiga. Analisis lima kekuatan
persaingan memang biasa dilakukan di dunia bisnis ekonomi.
Akan tetapi, dalam penelitian ini, analisis lima kekuatan
diterapkan
dalam
bidang
pendidikan,
terutama
sekolah
musik. Analisis ini dilakukan dari sudut pandang pemilik PMC
untuk menilai bagaimana kondisi persaingan industri sekolah
musik di Salatiga. Apa saja yang merupakan lima kekuatan
persaingan dalam industri sekolah musik di Salatiga tersaji
pada Gambar 4.1 sebagai berikut:
New Entrants
Sekolah Musik Pendatang Baru
Suppliers
Tenaga Pengajar
Rivalry among existing
competitors
11 sekolah musik di Salatiga
Duta Music, PMC, Joe Music,
Astanada Music, Venny Music,
FSP UKSW, Toto Music,
Salatiga Music School, String
Kwartet Music, BIG, dan
Reinhard music
43
Substitutes
Kursus privat perorangan
Buku-buku panduan bermain
Buyers
Orangtua
Siswa
Gambar 4.1 Industri Sekolah Musik di Salatiga dilihat melalui
Analisis Lima Kekuatan Persaingan Porter
1. Rivalry among Existing Competitors
Di salatiga, terdapat sebelas sekolah musik yang
cukup dikenal. Mereka adalah Duta Music, PMC, Joe
Music, Astanada Music, Venny Music, FSP UKSW, Toto
Music, Salatiga Music School, String Kwartet Music, BIG
music dan Reinhard Music. Jumlah ini termasuk jumlah
yang lumayan banyak di sebuah kota kecil Salatiga. Dari
segi
jumlah
siswa,
sekolah-sekolah
musik
ini
bisa
dikatakan cukup seimbang. Beberapa diantara sekolah
tersebut adalah sekolah musik yang sudah cukup lama di
Salatiga. Sebagai contoh adalah Duta Music. Di Salatiga,
Duta Music bisa dikatakan sebagai pelopor sekolah musik
di Salatiga. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kini
Duta Music lebih banyak bergerak di usaha alat-alat
musik. Sekolah musik yang kedua sesudah Duta Music
yang
tidak
kalah
terkenalnya
adalah
Venny
Musik.
Letaknya berdekatan dengan Duta Music. Pengajaran di
Venny Music lebih modern. Beberapa anak-anak diajarkan
bermain piano atau keyboard mengikuti lagu kesukaan
mereka masing-masing. Walau cukup terkenal, keduanya
merupakan sekolah non formal, termasuk juga diantaranya
adalah PMC, Toto Music, Joe Music, Salatiga Music School,
Astanada Music, Reinhard Music dan yang terbaru adalah
String Kwartet Music. BIG Music merupakan studio musik
yang
juga
membuka
kelas
44
music.
Sedangkan
FSP
merupakan satu-satunya sekolah musik formal di Salatiga.
FSP merupakan salah satu fakultas yang dimiliki oleh
UKSW.
Menurut pemilik PMC, rata-rata sekolah musik ini
hampir sama. Walaupun PMC memang merupakan satusatunya sekolah musik yang berbeda karena program yang
dimiliki, metode pengajaran yang sangat fleksibel sesuai
dengan
kebutuhan
pelanggan,
serta
pelayanan
yang
berbeda dengan sekolah musik yang lain, serta adanya
garansi dalam empatbelas hari dapat bermain musik.
Dalam wawancara pada tanggal 14 April 2014 pemilik PMC
menyatakan sebagai berikut:
“Menurut saya sih ya sekolah-sekolah musik di Salatiga
ini hampir sama aja. Ya misalnya mereka menekankan
musik klasik sebagai dasar kemudian dikembangkan ke
kontemporer.”
Walaupun
mereka
memiliki
banyak
persamaan,
banyak dari sekolah musik ini melakukan persaingan di
segi harga. Mereka
menurunkan
harga
dengan
cara
memberikan potongan harga untuk menarik pelanggan
masuk ke sekolahnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa ada
“perang harga” di antara sekolah musik yang ada di
Salatiga.
berbagai
Selain
harga,
promosi.
beberapa
Ada
yang
sekolah
melakukan
membuat
brosur,
membagikannya kepada calon pelanggan, serta ada pula
yang masuk ke sekolah-sekolah untuk mempromosikan
sekolah musik mereka. Sebagian besar sekolah musik ini
melakukan promosi dengan memanfaatkan alumni sekolah
musik mereka masing-masing. Sebagai contoh adalah PMC
yang sampai sekarang tetap berhubungan dan bekerja
sama dengan para alumni untuk melakukan promosi. PMC
45
tidak segan-segan mengeluarkan biaya untuk memberi
imbalan kepada para alumni. Selain itu, persaingan juga
secara
tidak
langsung
terjadi
diantara
para
alumni
tersebut. Misalnya, di sebuah gereja atau institusi tertentu
para alumni ini akan saling „unjuk gigi‟ menunjukkan skill
masing-masing seperti yang disampaikan oleh pemilik PMC
dalam wawancara pada tanggal 14 April sebagai berikut:
“…lha yang paling sering persaingan terjadi itu malah di
gereja. Di gereja itu nanti akan dilihat oh ini dari sekolah
musik mana begitu. Mereka saling unjuk gigi skillnya. Nah,
persaingan justru disitu, di tempat prakteknyalah mereka
justru bersaing. Lebih ke skillnya.”
Dapat
dikatakan
bahwa
promosi
lebih
banyak
dilakukan oleh masing-masing alumni di tempat praktek
mereka masing-masing. Selain itu, PMC sendiri juga
seringkali menitipkan brosur kepada para alumni untuk
pada akhirnya bisa diberikan kepada calon pelanggan di
tempat
mereka
masing-masing.
PMC
juga
memberi
potongan harga atau bahkan menggratiskan mereka yang
mampu membawa teman untuk belajar di PMC. Oleh
karena
itu,
disampaikan
juga
bahwa
PMC banyak mendapat siswa dari para alumninya yang
mempromosikan PMC di tempat praktek mereka.
Sekolah-sekolah musik di Salatiga juga banyak
melakukan peningkatan pelayanan. Salah satunya adalah
PMC. Dalam menarik minat pelanggan, PMC menawarkan
pelayanan yang cukup baik dan bisa dibilang lebih unggul
dibanding sekolah musik yang lain karena beberapa
diantaranya tidak dimiliki oleh sekolah musik lain di
salatiga. Diantaranya adalah pelayanan antar jemput,
pelayanan konseling, dan pelayanan untuk memberikan
46
refreshing sederhana kepada siswa. Selain meningkatkan
pelayanannya, PMC juga memberikan garansi kepada
siswanya. Jika dalam empatbelas hari siswa tidak bisa
mencapai target yang telah ditentukan sebelumnya, maka
PMC menjamin bahwa uang pasti akan dikembalikan. Dari
uraian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kekuatan
persaingan antar industri sekolah musik di Salatiga ketat
mengingat
adanya
persaingan
harga,
pemasaran,
peningkatan pelayanan dan garansi.
2. New entrants
Keuntungan yang besar dan kebutuhan modal yang
kecil untuk memulai bisnis sekolah musik menimbulkan
ketertarikan untuk ikut memulai usaha yang sama di
bidang ini. Hal ini menimbulkan munculnya ancaman
pendatang baru bagi sekolah musik yang telah ada. Yang
termasuk ancaman pendatang baru dalam industri sekolah
musik di Salatiga menurut pemilik PMC adalah Sekolah
Musik pendatang baru yang berpotensial untuk menyaingi
sekolah-sekolah musik yang sudah ada. Kekuatan new
entrants ini sangat ditentukan oleh hambatan masuk yang
ada.
Semakin
kemungkinan
besar
adanya
hambatannya,
semakin
ancaman
pendatang
dari
rendah
baru
potensial ini.
Dalam industri sekolah musik, sekolah musik yang
memiliki diferensiasi, reputasi baik dan prestasi baik akan
memiliki keuntungan lebih yang mampu menghambat
masuknya pendatang baru. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa PMC memiliki keuntungan ini. PMC memiliki
47
Program yang berbeda dan unik (Program Superintensif 14
Hari), serta memiliki reputasi baik, terutama dalam hal
mendidik siswa. Yang berbeda dari program ini adalah
sistem asrama yang diterapkan serta jaminan bahwa dalam
waktu empatbelas hari siswa akan mampu mencapai target
yang diinginkan. Hal ini disampaikan oleh pemilik pada
tanggal 14 April 2014 sebagai berikut:
“Program unggulan yang kita miliki adalah Program
Superintensif 14 Hari. Ini yang membuat kita unggul dari
sekolah lain. Mungkin sekolah lain ada juga yang
menawarkan belajar musik cepat, namun belum ada yang
menjamin bahwa dalam 2 minggu siswa akan bisa
bermain. Dan hanya sekolah kita yang berani
melakukannya. Dan sudah ada sekitar 500 orang lebih
yang
membuktikannya.
Dari
segi
layanan,
kita
menggratiskan untuk layanan asrama, tempat, makan
dan minum. Ini salah satu daya penarik yang paling
penting.”
Banyak dari pelanggan yang bersedia membayar
lebih untuk program dan layanan yang ditawarkan karena
keunikan yang dimiliki oleh PMC. Sebagai contoh, ada satu
siswa yang berasal dari Bandung yang bersedia membayar
sekitar
Rp.
10.000.000,-
untuk
mengikuti
Program
Superintensif 14 Hari di PMC, walaupun harga umumnya
adalah Rp. 2.800.000,-. Akan tetapi, sekolah-sekolah
musik lain tidak memiliki diferensiasi sehingga bisa
disimpulkan bahwa hambatan masuk karena diferensiasi
tidak begitu tinggi.
Dari hasil penelitian, banyak siswa PMC yang berasal
dari luar kota. Jika mereka beralih ke sekolah musik di
kota mereka sendiri sebetulnya dapat mengurangi biaya.
Akan tetapi, melihat banyaknya siswa yang datang dari
luar kota ini, dapat disimpulkan bahwa biaya yang
disebabkan
karena
lokasi
48
tidak
menjadi
masalah.
Selanjutnya,
di
PMC
membangun
jaringan
siswa
sosial.
secara
Ini
otomatis
dikarenakan
akan
sistem
asrama yang diterapkan yang mengharuskan para siswa
untuk bersosialisasi. Hal ini sangat berharga untuk siswa.
Salah satu siswa dalam wawancara pada tanggal 6 Juli
2014 mengatakan sebagai berikut, “Kalau di PMC itu lebih
kekeluargaan. Bisa makan bareng. Pelayanannya juga
bagus”
Jaringan sosial yang sudah dibangun oleh siswa
akan meningkatkan biaya peralihan yang cukup tinggi.
Selain itu, ada transfer kredit yang bisa mempengaruhi
biaya peralihan. Akan tetapi, dalam konteks sekolah
musik,
karena
yang
diajarkan
adalah
skill
atau
kemampuan, transfer kredit tidak begitu umum. Ditambah
lagi sebagian besar sekolah musik yang ada di Salatiga
merupakan sekolah non formal, bahkan hampir semua
belum memiliki ijin dari Dinas Pendidikan, maka transfer
kredit ini tidak diberlakukan. Sebagai contoh, ketika siswa
masuk ke PMC, siswa akan dites terlebih dahulu untuk
mengetahui tingkat kemampuan mereka. Jadi, walaupun
mereka sudah pernah mengambil materi tertentu di
sekolah yang berbeda, namun kalau dari hasil tes dinilai
kemampuan mereka kurang, maka mereka akan tetap
diberi materi yang sama. Hal ini membuat hambatan biaya
peralihan ini tidak cukup tinggi karena walaupun ada
jaringan sosial yang bisa dianggap sebagai biaya peralihan,
namun pada kenyataannya, untuk beralih dari satu
sekolah ke sekolah lain cukup mudah.
Dari hasil penelitian, jika dilihat dari kebutuhan
modal yang harus dikeluarkan untuk membuka sekolah
musik sebetulnya tidak begitu besar. Hal ini disampaikan
49
oleh pemilik PMC dalam wawancara tanggal 14 April 2014
sebagai berikut:
“… kita tidak memerlukan modal yang besar. Ibaratnya
kita cuma modal bolpen aja juga bisa. Selain itu, kita juga
modal alat saja. Dan alat itu kan bisa dijual kembali. Dan
harganya bisa sama persis dengan harga belinya. Jadi soal
peralatan gak masalah. Modalnya cukup kecil. Hanya
pengalaman aja.”
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan
bahwa kebutuhan modal untuk membuka usaha ini
tidaklah besar. Selain itu, juga diperlukan biaya untuk
periklanan atau pemasaran. Biaya yang dibutuhkan juga
tidak begitu besar. Terakhir, kebijakan pemerintah yang
mengekang juga dapat menjadi hambatan bagi pendatang
baru. Dari hasil penelitian, tidak ada peraturan-peraturan
yang membatasi untuk masuk ke industri ini dan bahkan
perijinan
untuk membuka
usaha
sekolah
musik ini
tidaklah sukar walaupun sebagian besar sekolah musik
yang ada belum mendaftarkan sekolahnya ke Dinas
Pendidikan. Berikut hasil wawancara dengan pemilik
mengenai
perijinan
mendirikan
sekolah
musik
pada
tanggal 14 April 2014:
“Kalau masalah perijinan sendiri sebenarnya mudah
karena depdikbud sendiri menyarankan sebenarnya untuk
melaporkan terlebih dahulu nah setelah nanti jalan 6 bulan
sampai 1 tahun nanti bisa memperlengkapi ijin. Nah
sebetulnya kalau bisa memperoleh ijin itu ada fasilitas
pendanaan dari pemerintah yang cukup besar. Jadi
sebetulnya kalau ijin dan lapor akan lebih bagus.”
Kemudahan dalam hal perijinan ini serta tidak
adanya peraturan-peraturan yang mengikat dalam industri
sekolah musik di Salatiga menunjukkan bahwa tidak ada
hambatan masuk bagi pendatang baru. Dari uraian diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
ancaman
pendatang
baru
potensial, dalam konteks sekolah musik adalah sekolah
50
musik baru di Salatiga, termasuk dalam intensitas tinggi
karena beberapa hambatan masuk yang ada rendah.
3. Buyers
Buyers dalam industri sekolah musik di Salatiga
adalah
pelanggan
yang
menggunakan
program
atau
layanan yang diberikan oleh sekolah musik yang ada. Yang
termasuk pelanggan disini adalah orang tua atau wali
siswa dan siswa itu sendiri. Pelanggan sekolah-sekolah
musik di Salatiga cukup bervariasi dan berasal dari
berbagai golongan dan usia. Di PMC sendiri disampaikan
bahwa sebagian besar pelanggan PMC berasal dari gereja
atau kaum nasrani. Hal ini dikarenakan sebagian besar
masyarakat yang membutuhkan keterampilan bermain
musik
adalah
dari
kalangan
gereja,
yaitu
untuk
pelayanan/mengiringi ibadah. Pelanggan PMC tidak berasal
dari satu denominasi gereja saja atau satu gereja tertentu
saja. Artinya, tidak ada satu kelompok pelanggan dari
gereja tertentu yang mendominasi. Selain itu, PMC juga
membuka kesempatan bagi pelanggan non Nasrani untuk
belajar
musik
di
sana.
Sehingga
bisa
disimpulkan
mendiferensiasi
programnya,
pelanggan di PMCpun cukup bervariasi.
Walau
PMC
telah
pelanggan tetap berhak untuk menentukan sekolah musik
yang akan mereka pilih. Hanya mereka yang menginginkan
kursus musik dalam waktu singkat dan tidak keberatan
untuk diasramakan yang akan memilih PMC. Selain itu,
informasi yang dimiliki oleh pelanggan termasuk lengkap.
Di PMC, sebelum pelanggan bersekolah disana, mereka
51
diberikan penjelasan yang terperinci mengenai program
dan layanan yang akan mereka terima.
Dari
uraian
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kekuatan pelanggan terhadap industri sekolah musik di
Salatiga
termasuk
dikarenakan
para
dalam
kategori
pelanggan
tinggi.
bisa
Hal
dengan
ini
bebas
menentukan sekolah musik mana yang akan mereka pilih.
Selain itu, informasi yang pelanggan miliki mengenai
beberapa sekolah musik di Salatiga cukup banyak.
4. Suppliers
Suppliers atau pemasok memiliki kekuatan yang
dapat mempengaruhi posisi industri sekolah musik. Yang
termasuk supplier disini adalah tenaga pengajar. Tenaga
pengajar musik bisa dibilang banyak. Sebagian besar
sekolah musik di Salatiga mengambil tenaga pengajar dari
FSP UKSW, yang kebanyakan masih menjadi mahasiswa.
Menjadi keuntungan bagi sekolah musik tersebut karena
selain bisa dibayar dengan lebih murah, jika mahasiswa
tersebut merupakan mahasiswa yang bagus dari segi skill
dan dapat mengajar dengan baik maka dapat memajukan
sekolah musik tersebut. Sebaliknya, jika mahasiswa yang
dipekerjakan tidak begitu bagus tidak akan memberikan
banyak keuntungan bagi sekolah musik tersebut.
PMC
sendiri
mengambil
tenaga
pengajar
dari
beberapa Sekolah Musik di beberapa kota seperti FSP
UKSW di Salatiga, STT Syallom di Jogja, STII UKRIM di
Jogja, dan STT Abdiel di Ungaran. Selain itu, PMC juga
mendidik beberapa orang dari nol untuk dijadikan tenaga
pengajar. Walaupun tenaga pengajar yang tersedia banyak
52
dan tidak sulit ditemukan, akan tetapi kehadirannya
tetapkah penting untuk kelangsungan sekolah musik yang
ada. Jika tenaga pengajar tidak ada, sekolah musik
tersebut juga akan mengalami masalah. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa kekuatan pemasok berada dalam
intensitas sedang.
5. Substitutes
Ancaman pengganti ini juga bisa menentukan posisi
industri sekolah musik di Salatiga. Pengganti disini adalah
program, produk, maupun layanan yang bisa mengancam
posisi industri sekolah musik di Salatiga. Menurut pemilik
PMC, pengganti tersebut adalah buku-buku musik yang
ada
di
beberapa
mengancam
toko,
sekolah
kecenderungan
bagi
dimana
musik
kehadirannya
yang
pelanggan
ada
untuk
karena
lebih
dapat
ada
memilih
mempelajari musik sendiri dengan bantuan buku tersebut.
Selain buku-buku musik, kehadiran kursus-kursus privat
yang bersedia untuk datang ke rumah juga merupakan
ancaman. Pelanggan yang memikirkan masalah efisiensi
waktu serta kenyamanan dapat dengan mudah beralih ke
kursus privat ini. Ancaman pengganti terakhir adalah
banyaknya tutorial di internet yang bisa dengan mudah
diakses oleh pelanggan. Tutorial ini sangat efisien dan
efektif karena akan diperagakan juga bagaimana cara
bermain musik yang benar.
Dengan mempertimbangan segi kenyamanan, waktu
dan penerapan, beberapa pengganti untuk program dan
layanan dari sekolah musik yang ada, yaitu buku-buku
musik yang diterbitkan oleh beberapa penerbit, kehadiran
kursusan privat, juga tutorial yang banyak di youtube
53
sangat
dimungkinkan
dapat
menggeser
keberadaan
sekolah musik yang ada. Pelanggan bisa memilih untuk
mempelajari sendiri bagaimana bermain musik melalui
buku-buku ataupun tutorial di youtube.
Jika dilihat dari segi harga, pengganti yang berupa
buku-buku
youtube,
dan
layanan
memiliki
internet
harga
yang
seperti
relative
tutorial
lebih
di
rendah
dibandingkan harga untuk sekolah di sekolah musik. Biaya
peralihanpun tidaklah banyak. Ditambah lagi karena
internet sudah bukan hal yang asing bagi masyarakat,
maka kecenderungan pelanggan untuk beralih kepada
pengganti ini lumayan besar. Dari uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa kekuatan ancaman substitusi dalam
industri sekolah musik di Salatiga sangat tinggi. Hal ini
dikarenakan harga yang rendah dan kinerja yang cukup
tinggi
oleh
pengganti
tersebut,
serta
kecenderungan
pelanggan untuk beralih sangatlah besar walaupun jika
dilihat dari jaringan sosial, biaya beralih lumayan tinggi.
Dari uraian diatas mengenai kekuatan lima kekuatan
persaingan di industri sekolah musik di Salatiga maka
dapat disimpulkan sebagai berikut melalui Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Analisis Lima Kekuatan Persaingan di Lingkungan
Sekolah Musik di Salatiga
Lima
kekuatan
Porter
Persaingan
antar sekolah
musik
di
Salatiga
Kekuatan
pendatang
baru potensial
Tingkat
kekuatan
Keterangan
Tinggi*
-
Tinggi*
-
54
Adanya persaingan harga
Persaingan pemasaran
Persaingan
peningkatan
layanan dan garansi
Ada diferensiasi namun hanya
dilakukan oleh PMC
Kebutuhan modal memulai
usaha rendah
Hambatan
kebijakan
pemerintah rendah
Lima
kekuatan
Porter
Kekuatan
pembeli
Tingkat
kekuatan
Keterangan
Tinggi*
-
Kekuatan
pemasok
Sedang*
-
Kekuatan
pengganti
Tinggi*
-
Produk sekolah musik (skill
bermain
musik)
tidak
terdiferensiasi/banyak produk
pengganti
Informasi
yang
dimiliki
pelanggan cukup lengkap
Walaupun
keberadaannya
penting,
namun
tenaga
pengajar yang tersedia banyak
dan mudah ditemukan
Harga substitusi terjangkau
dan mudah diakses
Kinerja substitusi tinggi
Kecenderungan
pelanggan
untuk beralih cukup tinggi
Keterangan *) Penentuan tinggi rendahnya kekuatan persaingan merupakan
hasil kesimpulan yang dibuat penulis berdasarkan hasil
pengamatan dan wawancara yang disesuaikan dengan
faktor yang mempengaruhi tiap kekuatan dalam bidang
pendidikan
Setelah mengidentifikasi lima kekuatan persaingan,
yang merupakan kondisi eksternal, maka kondisi internal
yaitu strategi bersaing generik yang diterapkan oleh PMC pada
Program Superintensif 14 Hari dideskripsikan sebagai berikut.
C. Analisis Strategi Bersaing PMC
Setiap sekolah, tak terkecuali sekolah musik berupaya
untuk menghadapi persaingan dengan menggunakan berbagai
strategi bersaing. Strategi bersaing yang dapat digunakan
antara lain adalah strategi bersaing generik milik Porter
(1980),
yaitu
keunggulan
biaya
(low-cost),
diferensiasi
(differentiation), dan fokus (focus). Berkaitan dengan hal itu,
hasil penelitian menunjukkan bahwa PMC juga menerapkan
strategi bersaing untuk menghadapi persaingan yang ada.
Untuk
mengetahui
mengenai
ketiga
secara
rinci,
strategi
maka
bersaing
akan
generik
dijelaskan
tersebut
berdasarkan data-data yang diperoleh pada saat penelitian.
55
1. Diferensiasi
Dari hasil penelitian mengenai diferensiasi program dan
layanan, PMC memilikinya. Dinyatakan bahwa PMC sangat
berbeda dengan sekolah musik lain di Salatiga. Perbedaan itu
terletak
pada
program
yang
dimiliki,
pelayanan
yang
ditawarkan, pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pelanggan, serta hasil dari pendidikan di PMC itu sendiri yang
disertai dengan garansi.
Dari wawancara kepada tiga orangtua siswa, hanya satu
yang menyatakan tidak tahu mengenai perbedaan PMC
dengan sekolah lain karena belum pernah menyekolahkan
anaknya di tempat lain. Sedangkan sisanya menyatakan
bahwa PMC benar-benar berbeda dengan sekolah musik lain.
Dari
hasil
wawancara
dengan
sembilan
siswa,
semua
menyatakan bahwa PMC memang sangat berbeda dengan
sekolah musik lain, dari segi program, pelayanan, pengajaran
serta hasil.
Berkaitan
dengan
hal
tersebut,
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa PMC sangat berbeda dengan sekolah
musik yang lain. Perbedaan itu lebih lanjut dapat ditampilkan
pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Perbedaan PMC dengan Sekolah Musik Lain di Salatiga
Let
ak
Per
bed
aan
Pro
gra
m
yan
g
dit
aw
ark
PMC
Sekolah Musik Lain
-
rogram Superintensif 14 Hari
-
elum ada Program sejenis ini
-
aransi
elum ada
garansi
56
yang
memberi
Let
ak
Per
bed
aan
an
Pel
aya
na
n
PMC
Sekolah Musik Lain
-
ayanan antar jemput
idak ada layanan yang sama
dengan PMC
ayanan konseling
ayanan refreshing (outing)
ayanan
pendampingan
tempat praktek
Pen
didi
ka
n
di
-
engajar
sesuai
dengan
kebutuhan dan karakter siswa
-
engajar disamaratakan untuk
semua kebutuhan pelanggan
-
etode
pengajaran
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
karakter siswa
etode pengajaran cenderung
sama untuk semua pelanggan
urikulum biasanya diambil
dari yang sudah ada (luar
negeri/dalam
negeri)
dan
selalu sama untuk waktu
tertentu
urikulum sendiri yang berbeda
sesuai
dengan
kebutuhan
siswa dan berbeda untuk
setiap siswa
Wa
ktu
pen
didi
ka
n
da
n
skil
l
yan
g
did
apa
t
-
4 hari
ebih dari 14 hari
kill
yang
didapat
sesuai
dengan kebutuhan dan target
yang sudah ditetapkan
a). Program
PMC
memiliki
sebuah
program
yang
merupakan
terobosan baru dalam bidang pendidikan musik. Program ini
diberi nama Program Superintensif 12 Hari yang kemudian
57
disempurnakan menjadi Superintensif 14 Hari. Yang unik dari
program ini, selain model karantina yang diadakan adalah
adanya garansi yang menjamin bahwa dalam 14 hari siswa
akan mampu mendapatkan hasil yang sudah ditargetkan
bersama sesuai level masing-masing. Program ini benar-benar
dibuktikan, bukan hanya sekedar alat untuk promosi. Hal ini
dibuktikan dari pernyataan seorang siswa, dalam wawancara
pada tanggal 21 April:
“Tidak ada sekolah musik lain yang berani memberikan
garansi bahwa dalam 14 hari siswa akan bisa bermain piano
jika tidak uang kembali. PMC telah membuktikan bahwa
siswa yang dihasilkan oleh PMC melalui Program
Superintensif 14 Hari dapat memperoleh apa yang
ditargetkan. Hal inilah yang membuat saya tertarik belajar di
PMC.”
Seorang siswa lain menambahkan bahwa dia juga
menyaksikan temannya yang dari awal tidak bisa bermain
piano dan bahkan tidak memiliki pengetahuan apapun
tentang
piano,
hanya
dalam
14
hari
dia
sudah
bisa
memainkan beberapa lagu dengan lancar. Hal ini dikarenakan
siswa diberi kesempatan untuk praktek lapangan, sehingga
ketika mereka lulus, mereka menjadi pemusik yang siap
pakai. Sebagai contoh, mereka yang memilih program musik
gereja, diberi kesempatan untuk simulasi ibadah dan praktek
di gereja untuk bermain atau mengiringi ibadah.
Dalam program superintensif 14 hari ini, banyak hal
yang diberikan oleh PMC. Siswa tidak hanya dibekali dengan
kemampuan musikalitas saja, tetapi mereka juga dibekali
dengan pendidikan kepemimpinan dan karakter. Mereka
sudah dianggap keluarga yang dibekali dengan pendidikan
moral dan karakter.
b). Pelayanan
58
Pemilik dan semua staf terbukti memberikan pelayanan
yang sangat baik, memuaskan, yang membuatnya berbeda
dengan sekolah lain. Dari hasil wawancara, beberapa siswa
menyatakan bahwa mereka sangat puas dengan pelayanan
yang diberikan oleh PMC. Bahkan mereka menyatakan bahwa
mereka merasa sangat dihargai dan diperhatikan oleh PMC.
Lebih
lanjut,
dalam
program
14
hari
tersebut,
PMC
mengadakan sebuah sesi yang disebut sebagai “Menata Ulang
Kehidupan”. Dalam sesi ini, siswa diberi kesempatan untuk
berkonsultasi dan membereskan segala permasalahan pribadi
mereka. Dan pemilik menyatakan bahwa tidak sedikit dari
siswa yang setelah lulus dari program 14 hari tersebut
menjadi pribadi yang lebih baik.
Salah seorang siswa juga menyatakan bahwa di PMC
sangat kekeluargaan. Hal ini membuat siswa merasa nyaman.
Mereka bisa makan bersama, saling bercerita dan sebagainya.
Para guru, termasuk pemilik juga dikatakan bahwa mereka
mengajar dengan cara yang berbeda yaitu menganggap siswa
sebagai teman. Sehingga siswa merasa nyaman. Untuk tetap
memiliki pelayanan yang berbeda, PMC senantiasa berusaha
untuk
memenuhi
kebutuhan
pelanggannya
dengan
mengetahui keluh kesah dan kritik dari para pelanggan.
Disampaikan oleh pemilik bahwa PMC memiliki orang khusus
untuk mengetahui keluhan, kritik dan saran dari para siswa
yang ada. Hal ini dilakukan sehingga PMC dapat mengetahui
kekurangannya dan dapat memperbaikinya untuk senantiasa
memuaskan pelanggannya.
c). Pendidikan/pengajaran
59
Jika dilihat dari segi pengajaran, para guru di PMC
menggunakan
metode
pengajaran
yang
berbeda
yang
membuat siswa tertarik dan lebih mudah mengerti. Salah satu
siswa bahkan menyatakan bahwa para pengajar di PMC baik,
sabar,
dan
lebih
bagus.
Mereka
menyatakan
bahwa
pengajaran dan materi yang disampaikan di PMC sangat
applicable, tidak seperti sekolah musik lain. Lebih lanjut
disampaikan oleh pemilik dalam wawancara bahwa PMC
menggunakan
metode
pengajarnyapun
kepribadian
dimungkinkan
pengajaran,
disesuaikan
siswa
bahwa
dan
kebutuhan
dan
dengan
masing-masing.
satu
kurikulum,
siswa
Sehingga
akan
diajar
sangat
dengan
kurikulum, metode pengajaran serta pengajar yang berbeda.
Tujuannya adalah supaya hasilnya lebih maksimal. Pemilik
lebih lanjut menyatakan bahwa siswa yang pandai sekalipun
tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal jika diajar
dengan kurikulum, metode pengajaran serta pengajar yang
kurang
tepat.
Oleh
karena
itu
sangat
penting
untuk
memberikan kurikulum, metode pengajaran dan pengajar
yang tepat untuk tiap siswa.
Untuk senantiasa menjadi beda dalam hal pengajaran,
PMC memberikan training kepada para pengajarnya secara
rutin. Disampaikan juga oleh pemilik bahwa para pengajar
juga dites secara berkala untuk memonitor kualitas mereka.
Selanjutnya
untuk
tetap
mempertahankan
kualitas
pengajaran oleh para pengajar, PMC juga menyekolahkan
beberapa pengajarnya. Contohnya, PMC saat ini sedang
menyekolahkan beberapa pengajarnya ke FSP UKSW.
d). Waktu Pembelajaran
60
Jika dilihat dari waktu yang ditempuh untuk belajar
musik di PMC, hampir semua siswa dan wali, dalam
wawancara menyatakan bahwa mereka puas dengan hasilnya
yang dirasa sangat berbeda dari sekolah musik yang lain.
Sering disampaikan oleh semua siswa dalam wawancara,
bahwa mereka merasakan perubahan yang sangat besar
setelah belajar di PMC. Bahkan ada siswa yang berasal dari
Bandung menyatakan perubahannya dalam bermain piano
dalam wawancara pada tanggal 15 Juni 2014 sebagai berikut:
“Saya belum ada satu hari disini tapi saya sudah bisa
bermain piano lebih baik. Sebelumnya saya belajar di sebuah
sekolah musik terkenal di Bandung, namun saya belum bisa
apa-apa. Sebaliknya, disini yang hanya beberapa jam saya
sudah bisa bermain dengan baik. Pengajaran yang
disampaikan sangat mudah dan dapat diterima dengan baik.”
2. Keunggulan Biaya
Dari hasil penelitian, harga yang ditawarkan oleh PMC
tidak begitu mahal ataupun murah. Untuk program regular,
PMC menetapkan harga yang sebagai berikut:
Tabel 4.4 Daftar Harga Kursus Reguler per Bulan di PMC
Dengan staf
Jenis kursus
Biaya per bulan
1. A.regular/biasa (45 menit x 4)
Rp 150.000,1. B.regular plus (60 menit x 4)
Rp 200.000,2. A.regular intensif (45 menit x Rp 175.000,4)
3. B.reguler superintensif ( 60 Rp 225.000,menit x 4)
Dengan Master Program/Dosen Musik/Pemilik
Jenis kursus
Biaya per bulan
1. A.regular/biasa (45 menit x 4)
Rp 250.000,2. B.regular plus (60 menit x 4)
Rp 300.000,3. A.regular intensif (45 menit x Rp 300.000,4)
4. B.reguler superintensif ( 60 Rp 400.000,menit x 4)
Sumber: Brosur PMC
61
Jika dibandingkan dengan Venny Musik misalnya,
harga tersebut diatas termasuk harga yang lebih mahal. Biaya
kursus musik di Venny Musik untuk regular/biasa adalah Rp
150.000,00 per bulan sebanyak empat kali (@ 60 menit).
Walaupun begitu, untuk program Superintensif 14 Hari, jika
dilihat dari hasil dan fasilitasnya, harga yang ditawarkan
relatif murah, yaitu Rp 2. 800.000,- untuk empatbelas hari.
Jika dihitung per jam, dengan delapan jam pertemuan sehari
berarti bahwa satu jam hanya Rp 25.000,. Harga ini relative
murah jika dibandingkan dengan harga dari tempat kursus
lain yang berkisar antara Rp 30.000,- - Rp 50.000,- per jam.
Dari tiga wawancara kepada orangtua mengenai harga
yang ditawarkan oleh PMC, hanya satu yang mengatakan
bahwa harganya sedang saja. Dua sisanya menyatakan bahwa
walaupun harga yang ditawarkan cukup mahal, mereka tidak
keberatan karena hasil yang didapat sangat memuaskan.
Salah satunya adalah wawancara pada tanggal 14 April 2014
sebagai
berikut,
“Harganya
mungkin
mahal
tapi
jika
disesuaikan dengan apa yang didapat menjadi sangat murah.”
Jika dilihat dari hasil wawancara kepada sembilan
orang siswa, satu orang menyatakan bahwa harganya biasa
saja, satu orang mengatakan mahal, dan yang lainnya
mengatakan murah karena dilihat dari hasil serta fasilitas
yang didapat. Bahkan, satu orang siswa yang mengatakan
bahwa harganya mahal, pada akhirnya tidak keberatan
karena melihat hasilnya, yaitu mengatakan sebagai berikut,
“Ya menurut saya lebih mahal ya. Tapi ya itu, dapatnya lebih
baik. Karena murah tapi lebih lama ya sama saja.”
Harga di PMC tidaklah tetap, artinya kadang harga
untuk satu siswa dengan yang lainnya berbeda, walaupun
kebanyakan sama. Karena ada juga siswa yang dengan rela
62
membayar lebih untuk program yang sama. Seperti misalnya
ada seorang siswa dari Jakarta yang bersedia membayar Rp
10.000.000,- untuk satu bulan pelatihan (pemadatan empat
level program). Siswa yang membayar sebesar ini merasa
bahwa harga ini cukup mahal. Namun mereka tidak keberatan
karena mereka lebih berorientasi kepada hasil. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa harga di PMC sangat fleksibel.
Beberapa siswa lain, yaitu siswa dari program regular
yang kebetulan memilih diajar oleh pemilik langsung, juga
menyatakan bahwa harga biaya kursus diPMC termasuk
mahal. Namun, lagi-lagi siswa tetap mendapatkan kepuasan
dalam hal kemampuan yang didapat. Siswa ini, dalam sebuah
wawancara pada tanggal 21 April 2012 menyatakan:
“Walau dengan harga yang mahal, namun jika melihat
pada hasil yang didapat, harganya jadi tidak seberapa. It’s
not a big deal. Bahkan jika dibandingkan dengan apa yang
didapat dari sekolah musik lain PMC mampu memberikan
lebih baik. Kebetulan suami saya juga belajar di tempat
lain. Jika dibandingkan dalam waktu yang sama,
kemampuan kami jauh berbeda.”
Pernyataan diatas menunjukkan bahwa harga yang
mahal tidak dianggap mahal jika dilihat dari hasil yang
didapatkan sehingga menurut pemilik PMC, orangtua siswa
dan siswa di PMC, PMC tidak menerapkan strategi
keunggulan biaya.
3. Fokus
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa PMC tidak
fokus hanya pada kelompok tertentu saja. Walaupun pada
awalnya, semua beranggapan bahwa program di PMC hanya
diperuntukkan
bagi
kalangan
gereja
saja.
Akan
tetapi,
ternyata program di PMC diikuti oleh semua kalangan,
bahkan ada yang dari muslim. Bahkan salah satu pengajar
juga ada yang non-Nasrani. Selain itu, dalam satu wawancara
kepada pemilik pada tanggal 15 Juni 2014, menyatakan
63
bahwa
mereka
yang memiliki
kelemahan
fisik maupun
psikologis juga ditangani di sekolah ini. Hal ini dibenarkan
oleh salah seorang orangtua siswa yang diwawancarai pada
tanggal 6 Juli 2014 sebagai berikut:
…kemarin saya lihat ada salah satu anak, yang kalau
dibilang gimana ya? Autis gitu, ya kita bisa bilang agak autis
gitu. Tapi kok ya diterima dan jadi bisa ya? Jadi ya dari
semua golongan dan latar belakang ternyata diterima.
Dari
pernyataan
diatas
bisa
disimpulkan
bahwa
walaupun awalnya banyak yang beranggapan bahwa PMC
hanya diperuntukkan kepada kalangan gereja saja, ternyata
PMC terbuka untuk pelanggan dari semua golongan. Hal ini
semakin
menunjukkan
bahwa
PMC
tidak
menjalankan
strategi fokus dalam bersaing.
D. Pembahasan
1. Kondisi Persaingan di Lingkungan Industri Sekolah
Musik di Salatiga
Kondisi persaingan antar sekolah musik di Salatiga
dipengaruhi oleh lima kekuatan persaingan yaitu intensitas
persaingan antar sekolah yang
ada saat ini, ancaman
masuknya pendatang baru, kekuatan pemasok, kekuatan
pembeli dan ancaman produk pengganti. Kelima kekuatan ini
dapat diteliti pada penelitian ini walaupun ada beberapa
faktor yang mempengaruhi masing-masing kekuatan tidak
dimasukan dalam penelitian karena disesuaikan dengan
konteks dunia pendidikan.
Persaingan
antar
industri.
Menurut
Porter
(1991),
intensitas persaingan ditentukan oleh beberapa faktor berikut
ini:
jumlah
pesaing
yang
cukup
64
banyak,
pertumbuhan
industri yang lamban yang menyebabkan adanya perebutan
pasar, ketiadaan diferensiasi atau biaya peralihan, dan variasi
pesaing. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah
pesaing cukup banyak, yaitu ada sebelas sekolah musik.
Pemilik PMC menyampaikan bahwa ada persaingan yang
sangat ketat, terutama persaingan harga dan pemasaran,
sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas persaingan
cukup tinggi. Pemilik menambahkan bahwa persaingan yang
sangat tajam justru terjadi di tempat praktek para alumni.
Kelihatannya
ini
bukan
merupakan
persaingan
karena
dilakukan oleh para alumni dan bukan oleh sekolah musik itu
sendiri. Akan tetapi, secara tidak langsung, sekolah-sekolah
tersebut juga ikut bersaing karena sebagai contoh adalah
PMC, menggunakan para alumninya untuk memasarkan
sekolahnya.
Atau
dengan
kata
lain,
para
alumni
juga
merupakan agen pemasarannya.
Dari keempat faktor penentu intensitas persaingan
menurut Porter, tidak semua diteliti, yaitu biaya peralihan.
Hal ini dikarenakan penulis menyesuaikan dengan tempat
penelitian yang berupa sekolah musik. Penulis menyimpulkan
bahwa intensitas persaingan tinggi dengan melihat faktor
empiris
yaitu
adanya
persaingan
harga,
pemasaran,
peningkatan kualitas layanan dan garansi. Keempat faktor
tersebut diatas ditemukan di industri sekolah musik di
Salatiga.
Porter (1991) juga menyatakan bahwa jika gerakan
persaingan meningkat, maka seluruh institusi dalam industri
akan menderita, atau dengan kata lain posisi mereka tidak
kuat karena persaingan yang begitu tajam. Demikian juga
yang terjadi pada sekolah-sekolah musik di Salatiga. Karena
65
persaingan yang begitu ketat, sekolah musik di Salatiga
menjadi terjepit. Mereka harus menemukan strategi bersaing
yang tepat yang dapat digunakan untuk melawan kekuatan
persaingan yang ada.
Walaupun
persaingan
cukup
ketat
di
lingkungan
sekolah musik di Salatiga, namun dikatakan oleh pemilik PMC
bahwa
sebenarnya
masing-masing
sekolah
memiliki
hubungan yang sangat bagus. Jadi bisa dikatakan bahwa
persaingan yang ada di lingkungan sekolah musik di Salatiga
adalah persaingan yang sehat. Artinya, mereka bersaing
dengan cara yang benar. Dari sini juga dapat diketahui bahwa
ternyata dalam dunia pendidikan juga terjadi persaingan antar
sekolah. Sekolah-sekolah yang ada juga mencari cara untuk
mendapatkan siswa dan keuntungan mengungguli sekolah
pesaingnya.
New
Entrants.
Porter
(1980)
menyatakan
bahwa
besarnya ancaman pendatang baru sangat ditentukan oleh
besarnya hambatan masuk yang ada. Hambatan-hambatan
tersebut adalah skala ekonomi, diferensiasi produk, biaya
beralih
pemasok,
kebutuhan
modal,
akses
ke
jaringan
distribusi, keunggulan biaya absolute, kebijakan pemerintah
serta perlawanan dari institusi yang ada. Semakin besar
hambatan yang ada, semakin rendah ancaman pendatang
baru potensial. Dalam penelitian ini, tidak semua hambatan
yang sesuai dengan teori Porter dipakai. Hal ini dilakukan
untuk
menyesuaikan
kondisi
yang
ada.
Dalam
dunia
pendidikan tentu saja berbeda dengan dunia bisnis ekonomi.
Beberapa
produk,
hambatan
kebutuhan
yang
dianalisa
modal,
dan
adalah
kebijakan
diferensiasi
pemerintah.
Sedangkan skala ekonomi, biaya beralih pemasok, akses ke
66
jaringan
distribusi,
keunggulan
biaya
absolute
dan
perlawanan dari institusi yang ada tidak diteliti.
Diferensiasi dan keunggulan biaya dinyatakan oleh
Porter (1980) termasuk faktor yang dapat menjadi hambatan
atau
rintangan
masuk
bagi
pendatang
baru
potensial.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua strategi bersaing ini
cukup tepat
digunakan
untuk menanggulangi kekuatan
pendatang baru karena dua strategi ini membentuk hambatan
masuk bagi pendatang baru potensial.
Dari
hasil
penelitian,
ancaman
pendatang
baru
termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena
kebutuhan modal yang sedikit, kurangnya diferensiasi produk
dan tidak adanya kebijakan pemerintah yang mengekang. Hal
ini sejalan dengan teori Porter (1980) yang mengatakan bahwa
ancaman pendatang baru ke dalam industri tergantung pada
rintangan masuk yang ada. Jika rintangan/hambatan ini kecil
maka ancaman pendatang baru potensial tinggi.
Suppliers. Kekuatan pemasok dapat mengancam posisi
sekolah musik yang ada di Salatiga dengan cara menaikkan
harga dan menurunkan kualitas layanan (Porter, 1991).
Keberadaan tenaga pengajar sebagai pemasok memang sangat
dibutuhkan untuk kelangsungan sekolah musik. Walaupun
penting dan keberadaannya membantu kelangsungan sekolah
music, tenaga pengajar di Salatiga sangat banyak. Disamping
itu, PMC juga memperlakukan tenaga pengajar dengan sangat
baik sehingga mereka mau bertahan disana. Pemasok (tenaga
pengajar) tidak didominasi oleh organisasi atau individu
tertentu atau tidak terkonsentrasi. Tenaga pengajar yang
67
tersedia
cukup
banyak
dan
tersebar.
Bahkan
PMC
mempekerjakan pengajar dari lebih dari tiga institusi.
Bisa dikatakan dalam menangani tenaga pengajar yang
dapat dianggap sebagai pemasok cukup mudah. Jika tenaga
pengajar sebagai staf yang dipekerjakan diperlakukan dengan
baik dengan cara difasilitasi dengan berbagai hal. Diantaranya
adalah diberikan gaji yang cukup, training, dan kesempatan
untuk
mengembangkan
diri.
Mau
tidak
mau,
ketika
diperlakukan dengan baik, maka tenaga pengajar akan
bersedia bertahan di sekolah itu. Hal ini juga dilakukan oleh
PMC sehingga sebagian besar tenaga pengajarnya adalah
mereka yang sudah mengajar di PMC lama.
Buyers. Kekuatan pelanggan termasuk dalam intensitas
tinggi
karena
sebetulnya
produk
sekolah
musik
tidak
terdiferensiasi. Artinya untuk bisa bermain musik, pelanggan
bisa mendapatkannya dari sekolah musik manapun atau
dengan cara apapun. Kekuatan pelanggan yang kuat dapat
ditanggulangi dengan strategi fokus, dengan catatan bahwa
pelanggan datang dari kalangan menengah keatas yang
mengharapkan sesuatu yang istimewa dan berbeda.
Di PMC sendiri, pelanggan yang ingin mendaftar selalu
diberikan informasi yang lengkap sebelum mereka mendaftar
ke PMC. Menurut pemilik PMC, ini merupakan salah satu cara
PMC untuk mengantisipasi adanya tawar-menawar pelanggan
yaitu dengan cara memberikan informasi mengenai fasilitas
yang termasuk berbeda dan unik kepada pelanggan sehingga
membuat pelanggan berfikir bahwa biaya yang dikeluarkan
untuk membayar program tersebut tidaklah mahal.
68
Ancaman Pengganti. Porter (1985) menyampaikan ada
beberapa faktor penentu ancaman pengganti, yaitu (1) harga
dan kinerja produk substitusi, (2) biaya beralih pemasok, (3)
kecenderungan
pelanggan
terhadap
pengganti.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ancaman pengganti dari
berbagai program dan layanan yang ditawarkan industri
sekolah musik adalah buku-buku musik yang dihasilkan oleh
beberapa penerbit, kursus privat yang mau datang ke rumah
dan tutorial yang disediakan oleh internet, seperti youtube.
Harga dari pengganti tersebut tidaklah mahal serta kinerjanya
lumayan bagus. Hal ini mengakibatkan biaya peralihan tidak
begitu tinggi. Selanjutnya, karena kita berada di dunia yang
serba canggih, dimana internet ada dimana-mana dan didapat
dengan mudah, maka kecenderungan pelanggan terhadap
pengganti tersebut sangatlah tinggi.
Kekuatan
pengganti
yang
tinggi
tersebut
dapat
mengancam keberadaan atau posisi sekolah musik yang ada
di Salatiga. Pearce dan Robinson (2000) menyatakan bahwa
kecuali industri (sekolah musik) dapat mengupgrade kualitas
dari produknya atau mendiferensiasikannya (lewat marketing),
industri akan akan menderita dan mengalami penurunan
pendapatan dan mungkin pertumbuhan. Oleh karena itu,
strategi
diferensiasi
dinilai
dapat
digunakan
untuk
menanggulangi kekuatan pengganti yang tinggi tersebut.
Walaupun begitu, strategi ini belum tentu berhasil mengingat
di produk dari sekolah musik bukan merupakan yang
terdiferensiasi. Artinya, kemampuan bermain musik yang
menjadi produk sekolah musik dapat diperoleh di tempat lain.
Bagi
PMC,
ancaman
pengganti
tersebut
bukanlah
ancaman yang negatif namun lebih kepada ancaman yang
69
positif
yang
membuat
sekolahnya
memikirkan
berbagai
macam cara untuk menandingi pengganti tersebut. Salah
satunya adalah PMC juga menerbitkan buku-buku yang berisi
tentang
pembelajaran
musik
secara
efektif
dan
efisien.
Walaupun begitu, ancaman pengganti ini perlu diwaspadai
karena kecenderungan pelanggan untuk beralih ke pengganti
cukup besar mengingat akses internet dan berbagai hal
memudahkan
pelanggan
untuk
beralih.
Bahkan
bisa
dikatakan bahwa ancaman pengganti merupakan kekuatan
yang paling tinggi intensitasnya. Pelanggan bisa dengan
mudah dan mengeluarkan biaya yang tidak banyak untuk
dapat mengakses internet untuk mendapatkan tutorial dari
youtube. Buku-buku yang tersedia di berbagai toko buku dari
beberapa penerbit juga bervariasi dengan harga terjangkau.
Yang terakhir, banyak kursusan dari perorangan yang mau
datang kerumah dengan harga terjangkau yang menawarkan
kenyamanan. Untuk itu, PMC harus membuat strategi yang
tepat untuk menghadapi ancaman ini.
Dapat
disimpulkan
bahwa
persaingan
yang
ketat
diantara sekolah musik yang ada di Salatiga secara otomatis
membuat posisi sekolah musik tersebut lemah sehingga
mereka harus menemukan strategi bersaing y