BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas 4 SDN J

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan yang menekankan pada fakta
dan konsep yang digunakan dalam pembelajaran IPA/ Sains yang didasarkan pada
langkah kegiatan dalam menguji sesuatu hal seperti ilmuwan pada waktu membangun
atau membuktikan teori. Khusus untuk ketrampilan proses dasar, proses- prosesnya
meliputi

ketrampilan

mengobservasi,

mengklarifikasi,

mengukur,

mengireferensi,

memprediksi, mengenal hubungan-hubungan angka (Ulfa, 2015:1)

Wahyana dalam Trianto (2014:136) memandang IPA sebagai suatu kumpulan,
Wahyana menyatakan bahwa Ilmu pengetahuan alam adalah merupakan suatu kumpulan
pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum
sebatas pada gejala alam.
Usman Samatowa (2006:12) Piaget menyatakan bahwa pengalaman langsung
yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif
anak. Dengan menggunakan pembelajaran yang secara langsung, akan lebih memperkuat
daya ingat para peserta mengenai materi atau teori-teori dan lebih praktis karena dapat
menggunakan alat atau media belajar yang terdapat di lingkungan
Powler dalam Samalowa (2010:3) yang menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu
yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara
teratur, berlaku umum, berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Pendapat
lain mengemukakan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat diartikan IPA adalah teoritis
diperoleh dengan metode khusus untuk mendapatkan sesuatu konsep berdasarkan hasil
observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan rasa ingin
tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan
lingkungan.


7

8

Dalam Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah (2016: 137-138), menjelaskan bahwa muatan IPA SD/MI yang terdiri
dari tingkat kompetensi, kompetenssi dan ruang lingkup materi disajikan melalui tabel 2.1
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Muatan IPA SD/MI
Tingkat
Kompetensi
Kompetensi
Tingkat
- Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur,
Pendidikan logis, kritis, dan disiplin melalui IPA.
Dasar
- Mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan
(Kelas I-VI) bagaimana tentang alam sekitar.
- Melakukan pengamatan objek IPA dengan

menggunakan panca indra .
- Menceritakan hasil pengamatan IPA dengan
bahasa yang jelas.
- Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur,
logis, kritis, dan disiplin melalui IPA
- Mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan
bagaimana tentang alam sekitar.
- Melakukan pengamatan objek IPA dengan
menggunakan panca indra dan alat sederhana.
- Mencatat dan menyajikan data hasil
pengamatan alam sekitar secara sederhana.
- Melaporkan hasil pengamatan alam sekitar
secara lisan dan tulisan secara sederhana.

Ruang Lingkup Materi
- Tubuh dan panca indra.
- Tumbuhan dan hewan.
- Sifat dan wujud benda benda sekitar.
- Alam semesta dan kenampakannya.


- Bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan

- Daur hidup makhluk hidup.
- Perkembangbiakan tanaman.
- Wujud benda.
- Gaya dan gerak.
- Bentuk dan sumber energi dan energi
alternatif.
- Rupa bumi dan perubahannya.
- Lingkungan, alam semesta, dan sumber
daya alam.
- Mendeskripsikan konsep IPA berdasarkan hasil - Iklim dan cuaca.
pengamatan.
- Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin tahu, jujur, - Rangka dan organ tubuh manusia dan
logis, kritis, disiplin, dan tanggung jawab
hewan.
melalui IPA.
- Makanan, rantai makanan, dan
keseimbangan
- Mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, dan

- Perkembangbiakan makhluk hidup.
bagaimana tentang alam sekitar.
- Melakukan pengamatan objek IPA dengan
- Penyesuaian diri makhluk hidup pada
menggunakan panca indra dan alat sederhana. lingkungan.
- Menyajikan data hasil pengamatan alam sekitar - Kesehatan dan sistem pernafasan
dalam bentuk tabel atau grafik.
manusia.
- Membuat kesimpulan dan melaporkan hasil
- Perubahan dan sifat benda.
pengamatan alam sekitar secara lisan dan
- Hantaran panas, listrik dan magnet.
tulisan secara sederhana.
- Tata surya.
- Menjelaskan konsep dan prinsip IPA ekosistem. - Campuran dan larutan.
Sumber: Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
(2016: 137-138)

9


Permendikbud RI No. 24 Tahun 2016 lampiran 5 IPA (2016: 1-2) tentang KI dan KD
Pendidikan Dasar dan Menengah untuk mata pelajaran IPA kelas 4 disajikan melalui tabel 2.2
sebagai berikut.
Tabel 2.2
Kompetensi Inti Pengetahuan dan Kompetensi Inti Keterampilan
Mata Pelajaran IPA Kelas 4
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3. Memahami pengetahuan faktual dan 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam
konseptual dengan cara mengamati, menanya
bahasa yang jelas, sistematis, dan logis,
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tentang
dalam karya yang estetis, dlam gerakan yang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
mencerminkan anak sehat, dan dalam
kegiatannya, dan benda-benda yang
tindakan yang mencerminkan perilaku anak
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
beriman dan berakhlak mulia
bermain.

KOMPETENSI DASAR 3 (PENGETAHUAN)
KOMPETENSI DASAR 4 (KETERAMPILAN)
3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan 4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan
fungsi bagian tubuh pada hewan dan
tentang bentuk dan fungsi bagian tubuh
tumbuhan.
hewan dan tumbuhan.
3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa 4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa
jenis makhluk hidup serta mengaitkan
jenis makhluk hidup yang ada di lingkungan
dengan upaya pelestarian.
sekitarnya dan slogan upaya pelestarianya.
3.3 Mengidentifikasi macam- macam gaya, 4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam
antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya
kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot,
magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan.
gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi,
dan gaya gesekan.
3.4 Menghubungkan gaya dengan gerak pada 4.4 Menyajikan hasil percobaan tentang
peristiwa di lingkungan sekitar.

hubungan antara gaya dan gerak.
3.5 Mengidentifikasi berbagai sumber energi, 4.5 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan
perubahan bentuk energi, dan sumber
penelusuran informasi tentang berbagai
energi alternatif ( angin, air, matahari, panas
perubahan bentuk energi.
bumi, bahan bakar organik, dan nuklir)
dalam kehidupan sehari- hari.
3.6 Menerapkan sifat-sifat bunyi dan 4.6 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang
keterkaitanya dengan indra pendengaran.
sifat- sifat bunyi.
3.7 Menerapkan sifat-sifat cahaya dan 4.7 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang
keterkaitanya dengan indra penglihatan.
sifat- sifat cahaya.
3.8
Menjelaskan
pentingnya
upaya 4.8 Melakukan kegiatan upaya pelestarian
keseimbangan dan pelestarian sumber daya
sumber daya alam bersama orang- orang di

alam di lingkunganya.
lingkunganya.
Sumber: Permendikbud RI No. 24 Tahun 2016 lampiran 5 IPA tentang KI dan KD Pendidikan
Dasar dan Menengah (2016: 1-2)

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

10

Pelaksanaan pembelajaran secara formal diatur melalui Permendikbud RI No. 22
Tahun 2016 pasal 1 tentang Standar Proses. Permendikbud RI No. 22 Tahun 2016 pasal 1
(2016: 2) menjelaskan bahwa standar proses merupakan kriteria mengenai pelaksanan
pembelajaran pada stuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk
mencapai kompetensi kelulusan.
Perencanaan

pembelajaran


meliputi

penyusunan

rencana

pelaksanaan

pembelajaran dan penyiapkan media dan sumber belajar, perangkat penilaian
pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran dikembangkan melalui standar proses yang mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Karakteristik pembelajaran mengacu pada sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap
satuan pendidikan.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis)
yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik
terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw yang menghasilkan karya pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Karakteristik pembelajaran mengacu pada Prinsip Penyusunan RPP
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat,
potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Partisipasi aktif peserta didik.

11

3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk
tulisan.
5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan
balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar.
7. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek
belajar, dan keragaman budaya.
8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi (Permendikbud RI No. 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses, Lampiran, 2016: 7- 8)

2. 1. 2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kreatif dan inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktif
yang bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang
kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan
bermediasi dengan teman sebaya (peer mediated instrucion).
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot
Aronson di Universitas Texas dan setelah itu diadopsi oleh Slavin.
Menurut Miftahul Huda (2014: 204) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan dengan ketrampilan membaca,
menulis, mendengarkan atau berbicara. Dalam jigsaw guru harus memahami kemampuan
dan pengalaman siswa mengaktifkan skema ini agar materi pembelajaran lebih bermakna.
Guru juga memberi banyak kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan
meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Sudrajat (2008:1) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
sebuah tipe pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari
beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk menguasai bagian dari materi ajar dan
selanjutnya harus mengajarkan materi yang telah dikuasai tersebut pada teman satu
kelompoknya.
Isjoni (2010: 78) merujuk pendapat Yuzar yang menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri 4
sampai 6 orang, heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan

12

bertanggung jawab secara mandiri. Pembelajaran ini dimulai dengan pembelajaran bab,
sehingga setiap anggota kelompok memegang materi dengan topik yang berbeda-beda.
Tiap siswa dari masing-masing kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya
berkumpul dalam satu kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing
kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah bab atau pokok bahasan. Setelah
kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi keahliannya, masing-masing siswa
kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan materi keahliannya kepada temanteman dalam satu kelompok dalam bentuk diskusi.
Berdasarkan tiga pendapat ahli tentang model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw, maka definisi model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa yang bekerja
sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab untuk menguasai bagian
dari materi ajar dan selanjutnya mengajarkan materi yang telah dikuasai kepada teman
satu kelompoknya.

Langkah- Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Nanang
Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:44) adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik dikelompokan menjadi 4 anggota tim.
2. Setiap anggota tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
3. Anggota dari tim yang berbeda akan mempelajari bagian atau sub bagian yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
4. Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali kelompok asal dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan anggota lainya
mendengarkan.
5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
6. Guru memberi evaluasi.
7. Penutup.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang
dikemukakan Trianto (2010: 73) adalah sebagai berikut:
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang).
2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi sub

bab.
3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab untuk
mempelajarinya. Tiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas
mengajar teman-temannya.

13

4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam

kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.
5. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal,siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
6. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut
Komalasari (2015: 65 – 66) adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Siswa dikelompokan dalam 4 anggota tim
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
Anggota dar tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian
mangajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
Guru memberi evaluasi.
Penutup.

Berdasarkan tiga pendapat tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,
maka dapat disimpulkan bahwa langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok asal yang beranggotakan 4 orang
2. Menetapkan satu siswa dalam kelompok menjadi pemimpin
3. Tiap orang menerima materi yang berbeda dan ditugaskan
4. Membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang sama
5. Dalam kelompok ahli, diskusi materi yang sama
6. Tiap anggota kembali ke kelompok asal.
7. Menjelaskan materi hasil diskusi dari masing-masing ahli .
8. Tiap ahli mempresentasikan hasil diskusi
9. Mengerjakan tes
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan
dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Rusman, (2008:
203) dalam Shoimin (2014:90) yaitu sebagai berikut:

14

1. Memungkinkan murid dapat mengembangkan kreativitas, kemampuan, dan daya pemecahan
masalah menurut kehendak sendiri.
2. Hubungan antara guru dan murid berjalan secara seimbang dan memungkinkan suasana
belajar menjadi sangat akrab sehingga memungkingkan harmonis.
3. Memotivasi guru untuk bekerja lebih aktif dan kreatif.
4. Mampu memadukan berbagai pendapat belajar, yaitu pendekatan kelas, kelompok, individual.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe tipe jigsaw menurut Rusman,
(2008) dalam Shoimin (2014:90) yaitu sebagai berikut:
1. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan – keterampilan
kooperatif dalam kelompok masing-masing, dikhawatirkan kelompok akan macet dalam
pelaksanaan diskusi.
2. Jika anggota kelompoknya kurang akan menimbulkan masalah.
3. Membutuhkan waktu lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik
sehingga perlu banyak waktu untuk mengubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.

2. 1. 3 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan capaian belajar yang dimiliki siswa. Untuk mengetahui
hasil belajar seorang dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran (Rumini dan
Wardani Naniek Sulistya: 2016:25). Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2014:48) mengartikan
pengukuran sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka
pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda. Arti pengukuran ini mendasarkan pada
definisi penukuran yang dikemukakan oleh Allen dan Yan (1979) yang menyatakan bahwa
pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan
keadaan individu (Wardani Naniek Sulistya dkk.,2014 :49). Alat yang digunakan untuk
melakukan pengukuran disebut instrumen. Pengukuran berbeda dengan asesmen dan
penilaian.
Asesmen adalah proses pengambilan dan pengelohan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Asesmen dapat dilakukan secara terpadu dengan
kegiatan pembelajaran, baik dalam suasana formal maupun informal, melalui tes tertulis,
melalui kumpulan kerja didik (portofolio), melalui produk, melalui unjuk kerja, dan melalui
penugasan (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2014: 51)
Penilaian adalah merupakan proses untuk memberi makna atau penetapan
kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut
dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pendamping dari proses dan hasil pembelajaran
tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah

15

pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang
dipersyaratkan seperti KKM, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan ratarata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteriayang berupa batas
kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut
dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedangkan
kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dialkukan dan didasarkan pada
keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilian Acuan Morma/ Penilaian
Acuan Relatif (PAN/PAR). (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2014 :52)
Fungsi penilaian menurut Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012:6), sebagai
berikut:
1. Penilaian formatif, yaitu pengambilan penilaian yang dilakukan pada setiap akhir pokok-pokok
pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahan peserta didik.
2. Penilaian sumatif, yaitu pengambilan penilaian yang dilakukan pada saat akhir program
pembelajaran atau dalam satu semester seperti ulangan umum, ujian, dan ujian nasional.
3. Penilaian diagnostik, yaitu proses penilaian yang dilakukan untuk melihat dan mencari
kelemahan dan penyebab peserta didik kurang berhasil dalam pembelajaran tersebut.
4. Penilaian penempatan, yaitu proses penilaian yang digunakan untuk mengelompokan dan
menempatkan peserta didik sesuai degan bakat, minat, dan kemampuan.

Permendikbud No.23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan (2016:6).
Penilaian hasil belajar oleh peserta didik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan
penugasan. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran untuk
memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik. Pengamatan adalah
pengamatan (observasi) sesuai dengan karakteristik kompetensi yang tingkat
perkembangan peserta didik.
Ada berbagai teknik pengukuran hasil belajar. Ada yang berupa tes, pengamatan
(observasi), penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi yang tingkat perkembangan peserta didik. Teknik tes berupa tes
tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Teknik observasi atau pengamatan
dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/ atau diluar kegiatan pembelajaran.
Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah
dan/atau proyek.

16

Teknik pengukuran proses dan hasil belajar, secara skematis disajikan melalui
tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3
Teknik, Bentuk, Kepentingan dan
Jenis Pengukuran Pembelajaran
TEKNIK
BENTUK
KEPENTINGAN
JENIS
Tes
Tertulis
Obyektif Lebih sesuai untuk Benar-Salah, Pilihan Ganda, Isian,
indikator kognitif
Menjodohkan.
Subyektif
Pengerjaan soal, latihan (exersive),
Membaca Pemahaman, Esai Bestruktur,
Esai Bebas.
Lisan
Obyektif Lebih sesuai untuk Kuis (Quis)
Subyektif indikator kognitif.
Pemahaman: Tanya jawab singkat,
Pelafalan,
Membaca
Nyaring,
Mendengarkan,
Instruksi
Lesan,
Percakapan.
Perbuatan Kinerja Lebih sesuai untuk Permainan, Bermain Peran, Drama,
indikator psikomotor
Demontrasi, Olah Raga, Senam,
Bermain Musik, Bernyanyi, Pantonim.
Dinamika
Kelompok,
Berdo’a,
Memelihara Tanaman, Memelihara
Hewan, Membaca Puisi, Berpidato,
Diskusi, Wawancara, Debat, Bercerita,
Menari, dan sebagainya.
Produk Lebih sesuai untuk Patung, Kerajinan Tangan, Model,
indicator psikomotor
Pesawat sederhana, Alat, Ternak,
Tanaman, Simpul tali-temali, Janur,
Hiasan Buah-buahan, dan sebagainya.
Non Penilain Hasil
Lebih sesuai untuk Pengamatan, Daftar Chek/Periksa,
Tes
indicator afektif
Skala Sikap, Catan Diri, Buku Harian,
Penilaian Diri, Angket, Ungkapan,
Perasaan, Catatan Anekdot, Sosiogram.
Portofolio (Penilaian Dipakai
untuk Puisi,
Karangan
Gambar/tulisan,
Proses dan Hasil)
mengamati
Peta/Denah, Desai Makalah, Laporan
perkembangan
observasi,
Laporan
penyelidikan,
kemampuan kognitif Laporan
penelitian,
Laporan
dan psikomotor
eksperimen, Sinopsis, Naskah Pidato,
Naskah Drama, Doa, Rumus, Kartu
Ucapan, Surat, Komposisi Musik, Teks
Lagu, Resep Makanan.
Sumber : Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012: 14-15).

Briggs mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang
dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka
(Taruh, 2003: 17). Kecakapan merupakan kompetensi yang dicapai melalui tujuan belajar.

17

Taksonomi tujuan belajar menurut Benyamin S. Bloom, David Krathwohl serta
Norman E. Gronlund dan RW de Maclay ds terdiri dari domain afektif, domain kognitif,
domain psikomotor.
Tujuan belajar domain afektif dirumuskan oleh David Krathwohl disajikan melalui
tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4
Rumusan Tujuan belajar Domain Afektif dari David Krathwohl
KATEGORI DARI
TUJUAN BELAJAR
ISTILAH HASIL BELAJAR
TAXSONOMI
YANG BEHAVIORISTIS
1. Menerima kemampuan murid
melihat fenomena atau
stimulus: aktivitas, klas,
textbook, musik;usaha
menimbulkan, memeliharadan
mengarahkan perhatian murid.
Tingkat rerendah.
2. Menjawab partisipasi aktif dari
murid. Tidak sekedar melihat
fenomena, tetapi mereaksinya
termasuk disini interes mencari
dan menyenangi sesuatu.

Mendengarkan penuh perhatian.
Menunjukakan kesadaran belajar.
Menunjukan sensitifitas terhadap
kebutuhan manusia & problem
sosial; mengikuti sungguhsungguh aktifitas sekolah

Mengerjakan pekerjaan rumah,
menurut aturan sekolah.
Berpatisipasi dalam diskusi.
Menyelesaikan kerja laboratorium.
Melapori tugas tertentu.
Menunjukan interes dalam
pelajaran, suka menolong yang
lain.
3. Menilai: kemampuan
Kepercayaan dalam satu proses
meletakkan nilai terhadap obyek yang demokratis.Apresisai
fenomena atau tingkah laku.
terhadap literatur. Apresiasi
Penilaian dari hal sederhana
peranan science dalm hidup kita.
sampai yang kompeks.
Memperhatikan kesejhteraan
Penilaian berdasarkan
orang lain. Menunjukan sikap
internalisasi, juga sikap dan
mampu memecahkan soal.
Partisipasi dalam pekerjaan sosial
appresiasi
4. Organisasi : menyatukan nilaiMengenal batasan antara
nilai yang berbeda,
kemerdekaan diri dan tanggung
memecahkan
jawab. Mengenal peranan
pertentangan,pengbangunan,
perencanaan yang sistematis dan
sistem nilai yang konsisten.
problem solving. MempertanggungTekanan pada perbandingan
jawabkan tingkah laku. Menyadari
hubungan & sintesa nilai-nilai.
kekuatan dan kelemahan.
Meliputi juga konsep nilai filsafat Menyelaraskan hidupnya.
hidup.
5. Karakterisasi dari nilai atau
Menunjukkan kesadaran akan
kelompok nilai; individu
keselamatannya. Menunjukkan
mengontrol tingkah lakunya
kepercayaan diri. Mempraktekkan
hingga tercermin corak hidup
kerjasama. Menunjukkan disiplin
tertentu. Tingkahlakunya
diri. Membiasakan hidup yang
menjadi konsisten dan
sehat.
prediktabel. Disini meliputi pola
umum dari penyesuaian pribadi,
soaial dan emosi.
Sumber : Wardani Naniek Sulistya dan Slameto (2012: 26-28)

Bertanya, memilih,
menggambarakan, mengikuti,
memberi, memegang,
mengidentifikasi, menempatkan,
merasakan, menunjuk, menjawab,
menggunakan.
Menjawab, menyesuaikan,
mendiskusikan, menghormati,
membatu, menamai, membentuk,
melkukan, memberikan,
membaca, mencatan,
melaporkan, mengerjakan.

Menyelesaikan, menggambarkan,
mebedakan, menjelaskan,
membentuk, memakai,
mengundang, menyatakan,
mempertimbangakan,
merencanakan, mebaca, memilih,
melaporkan, membagi
mempelajari, melakukan.
Mendekatkan, mengubah,
menyusun, menyatukan, mem
bandingkan, mengidentifikasi,
mengintegrasikan, mengatur,
menyiapkan, menghubung kan,
mensistesakan.

Melakukan, membedakan,
menunjukkan, mempengaruhi,
mendengarkan, mengubah,
membentuk, mempraktekkan,
mengkualifikasikan, menyatakan,
memperbaiki, memecahkan,
menggunakan, memverifikasikan.

18

Tujuan belajar domain kognitif dirumuskan oleh Benyamin S. Bloom disajikan
melalui tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2.5
Rumusan Tujuan belajar Domain Kognitif
oleh Benyamin S. Bloom
KATEGORI DARI TAXSONOMI

TUJUAN BELAJAR

1. Menghafal (remember): menarik mengurutkan, menjelas kan,
kembali informasi yang mapan
mengidentifikasi, menamai,
dalam memori jangka panjang.
menempatkan, mengulangi ,
Mengingat merupakan proses
menemu kan kembali dan
kognitif yang paling renadah
sebagainya.
tingkatanya.
2. Memahami ( Understand ):
menafsirkan , memberikan contoh
menkonstruk makna atau
, mengklasifikasikan, meringkas,
pengertian berdasarkan
menarik inferensi,
pengetahuan awal yang dimilki/ membandingkan, dan
mengintegrasikan pengetahua
menjelaskan.
yang baru kedalam skema yang
telah ada dalam pikiran peserta
didik.
3. Mengaplikasikan (aply):
melaksanakan, menggu nakan,
mecakup penggunaan suatu
menjalankan, me lakukan,
prosedur guna menyelesaikan
mempraktik kan, memilih, menyu
masalah atau mengerjakan
sun, memulai, menyele saikan,
tugas. Kategori ini mencakup
mendeteksi dan sebagainya.
proses kognitif: menjalakan dan
menimplementasikan.
4. Menganalisis (Analyze):
menguraikan, memban dingkan,
menguraikan suatu
mengorganisir, menyusun ulang,
permasalahan/ obyek ke unsur- mengu bah struktur, menyusun
unsurnya dan menentuka saling out line, mengintegrasi kan,
keterkaitan antar unsur
membedakan, me nyamakan,
tersebut. Ada 3 proses kognitif:
memban dingkan, dsb.
menguraikan, mengorganisir,
dan menemukan pesan tersirat.
5. Mengevaluasi (Evaluate):
menyusun hipotesis, mengkritik,
membuat suatu pertimbangan
mempredik si, menilai, menguji,
berdasarkan kriteria dan
membenarkan, menyalah kan,
standar yang ada. Ada 2
dan sebagainya.
macam proese kognitif :
memeriksa dan mengkritik
6. Membuat (create):
merancang, membangun,
menggabungkan bebrapa unsur merencanakan, mempro duksi,
menjadi suatu bentuk kesatuan. menemukan, mem baharui,
Ada 3 macam proses kognitif:
menyempurna kan, memperkuat,
Membuat, merencanakan dan
menggubah dsb
memproduksi.
Sumber : Wardani Naniek Sulitya dan Slameto (2012: 54-56)

ISTILAH HASIL BELAJAR
YANG BEHAVIORISTIS
menyebutkan, menjelaskan,
mengidentifikasi, menunjukkan,
memberi indeks, memasangkan,
menamai,
manandai,mereproduksi.
memperkirakan, menjelaskan,
mengkategorikan, mencirikan,
memerinci, mengasosiasi,
membandingkan, menghitung,
mengkontraskan, mengubah,

menugaskan, mengurutkan,
menentukan, menerapkan,
menyesuaikan, mengkalkulasi,
memodifikasi, mengklasifikasi,
menghitung, membangun.

menganalisis, mengaudit,
memecahkan , menegaskan,
mendeteksi, mendiagnosis,
menyeleksi, merinci,
menominasikan,
mendiagramkan.

membandingkan, menyimpulkan,
menilai, mengarahkan, mengkritik,
menimbang, memutuskan, me
misahkan, memprediksi,
memperjelas.
mengabstraksi, mengatur,
menganimasi, mengumpulkan,
mengkategorikan, mengkode,
mengkombinasikan, menyusun,
mengarang, membangun.

19

Tujuan belajar domain psikomotor dirumuskan oleh Norman E. Grounlund dan
R.W. de Maclay, ds disajikan melalui tabel 2.6 berikut ini:
Tabel 2.6
Rumusan Tujuan belajar Domain psikomotor
Norman E. Grounlund dan R.W. de Maclay, ds
KATEGORI DARI
TUJUAN BELAJAR
ISTILAH HASIL BELAJAR
TAXSONOMI
YANG BEHAVIORISTIS
1. Persepsi: menunjukan kepada
proses kesadaran akan adanya
perubahan setelah keaktifan:
melihat, mendengar,menyentuh,
merasakan, membau,
sertagerak dari urat saraf kita.

2. Kesiapan : menunjuk langkah
lanjut setelah adanya persepsi;
kemampuan dalam
membedakan, memilih,
mengggunakan neoromuscolar
yang tepat dalam membuat
respon.
3. Response Terpimpin: dengan
persepsi dan kesiapan diatas,
mengembangkan kemampuan
dalam aktifitas mencatat dan
membuat laporan.

Stimulasi sensoris mende ngar
isyarat, melihat bentuk, ingat.
Menyentuh bentuk se suatu,
merasakan pahit, ma nis, membau
dan memegang sesuatu.
Diskriminasi dari tan da-tanda:
mengikuti perubah an, mencatat
pengalaman, menjawab dengan
gerak, memisahkan konsep.
Kesiapan mental: memilih dan
membuat sintesa. Kesi apan fisik:
dalam menyesuai kan kemampuan
neuromu scular. Kesiapan
emosional dalam meresponse
menurut sikap yang tepat.

Imitasi: mempertunjukkan sesuatu
Trial and error me mecahkan
problem; mengi kuti: petunjuk
sampai de ngan yang belum
dikenal. Mengadakan
eksperimenta si: membuat
singkatan, menggambar,
menyusun dsb
4. Mekanisme: Penggunaan
Memilih: bahan, alat, perleng
sejumlah skill dalam aktifitas
kapan. Merencanakan: aktifi tas
yang kopleks meliputi 1,2 dan 3 dan waktu. Melatih, skill menyusun
diatas.
& merangkaikan, melakukan tugas
dengan baik, bertanggung jawab
dan cepat memperkirakan hasil.
5. Respons yang komplek
Adapsi: terhadap sumber,
menggunakan sikap dan
perencanaan dan prosedur yang
pengalaman 1,2,3 dan 4 diatas, tepat. Penggunaan skill dan
penggunaan perencanaan tes, memilih profesi, melaporkan,
pengembangan model.
menjelaskan.
Sumber : Wardani Naniek Sulitya dan Slameto (2012: 29-31)

Melihat, mendengar,
menyentuh, mengecap,
membau, memegang.

Memilih, memisahkan,
menunjukkan, mengambil,
menggunakan, melakukan,
menimbang, mengerjakan,
menjawab, memecahkan,
memperlihatkan.
Menirukan, meragakan, me
nggerakkan, menggunakan,
memisahkan, mengubah,
menyusun, membuat, me
rangkaikan, menyingkat,
menyimpulkan.

Memilih, menentukan, memasang,
menggunakan, memperbaiki,
melakukan, mengubah, menyusun,
membentuk.

Menyesuaikan, merencanakan,
menggunakan, melakukan,
melaporkan, menjelaskan.

Dengan demikian, hasil belajar adalah seluruh capaian belajar yang meliputi
domain afektif, domain kognitif, domain psikomotor yang diperoleh melalui proses belajar
di sekolah yang dimiliki siswa dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

20

Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Prinsip penilaian hasil belajar
dalam pasal 5 (2016:5-6) adalah:
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial ekonomi dan gender.
4. Terpadu, bebrati penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapatdiketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dalam mengikuti
langkah-langkah baku.
8. Beracun kriteria, beberati penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertagungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.

Standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,
prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang
digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Penilain adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. (Permendikbud nomor
23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, bab 1:2)
Dalam Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
(2016:bab VII pasal 14) tentang Instrumen Penilaian menyatakan bahwa:
1. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes,
pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
2. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir
dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa,
serta memiliki bukti validitas empirik.
3. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi
persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta
menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.

21

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan
penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan (Permendikbud RI No. 23 tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan, 2016 :5).

Pedoman Penilaian PAN dan PAP
Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan dari pengukuran yang berupa
tes, yaitu memeriksa hasil tes dan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban
untuk tes kognitif. Terdapat dua pedoman penilaian hasil belajar yang berlaku, yaitu
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Dalam pendekatan PAN kelulusan seseorang ditentukan oleh kedudukan
seseorang dalam kelompok itu. Untuk KBK, PAN diperlukan untuk menentukan ranking
peserta didik dalam kelas. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila
nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang
termasuk dalam kelompok itu. Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah
kapasitas atau prestasi kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok adalah semua
siswa yang mengikuti tes tersebut. Selain itu dari hasil PAN tidak mencerminkan tingkat
kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pembelajaran yang diteskan, tetapi
hanya menunjukan kedudukan siswa didalam peringkat kelompoknya.
Dalam pendekatan PAP, kelulusan seseorang ditentukan oleh kriteria tertentu,
yang dalam proses pembelajaran selalu mengacu pada tujuan/KD dan indikator. PAP
selalu digunakan dalam sistem belajar tuntas, misalnya seseorang dikatakan telah
menguasai satu RPP, bila peserta didik telah mampu menjawab dengan betul 80% KKM.
Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya.
Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat
dikembangkan. Guru dan setiap siswa mendapat manfaat dari adanya PAP. Jadi hasil
belajar adalah besarnya angka yang diperoleh dari pengukuran sikap, pengetahuan dan
ketrampilan yang diukur pada proses pembelajaran dan hasil pembelajaran berdasarkan
KKM.

22

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan ini sesungguhnya telah banyak dilakukan penelitian
sebelumnya namun terdapat beberapa perbedaan terutama pada metode pembelajaran
yang digunakan dan ditinjau dari variabel-variabel yang memberikan pengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Arifah pada tahun 2014 dengan judul
“Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajarn IPA untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas 5 SDN Kutisari 2 Surabaya”. Kelebihan
dari penelitian ini adalah menggunakan salah satu teknik pengumpulan data berupa
catatan lapangan digunakan untuk merekam hasil tindakan model pembelajaran jigsaw di
luar lembar observasi. Kelemahan dari penelitian ini adalah dalam pengukuran hasil
belajar yang mengukur ulangan saja. Solusi dalam penelitian yang akan dilakukan, akan
mengukur hasil belajar yang meliputi aspek sikap, kognitif dan ketrampilan yang berupa
tes dan lembar observasi.
Penelitian yang dilakukan Fajar Ayu Ningsih (2013) dengan judul “Peningkatan
Prestasi Belajar IPS melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di kelas 4 SD Negeri
Bhakti Karya Depok Sleman tahun ajaran 2013/2014”. Kelebihan dari penelitian ini adalah
adalah menggunakan salah satu teknik pengumpulan data berupa catatan lapangan
digunakan untuk merekam hasil tindakan model pembelajaran jigsaw. Kelemahan dari
penelitian ini adalah dalam pengukuran hasil belajar yang mengukur ulangan saja. Solusi
dalam penelitian yang akan dilakukan, akan mengukur hasil belajar yang meliputi aspek
sikap, kognitif dan ketrampilan.
Penelitian yang dilakukan Ranggi Adang S, Sutijan, Hadiyah (2012) dengan judul
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Gejala Alam di Indonesia dan Negara
Tetangga Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw di Kelas IV SDN 3 Adipala Cilacap
Tahun Ajaran 2011/2012”. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw hubungan
antar siswa lebih baik serta kemampuan akademis siswa meningkat. Kelemahan dari
penelitian ini adalah dalam pengukuran hasil belajar yang mengukur ulangan saja. Solusi
dalam penelitian yang akan dilakukan, akan mengukur hasil belajar yang meliputi aspek
sikap, kognitif dan ketrampilan.

23

Secara rinci penelitian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang telah
dilakukan, disajikan melalui tabel 2.7 berikut ini:
Tabel 2.7
Rekapitulasi Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Tahun
Jenis
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1
2
Kelebihan
Kelemahan

Nama

Siti
Arifah

2014

PTK

Model
Pembelajaran
kooperatif tipe
jigsaw

Hasil
Belajar

Menggunakan
salah satu
teknik
pengumpulan
data

Pengukuran
hasil belajar
yang
mengukur
ulangan saja.

Fajar
Ayu
Ningsih

Tahun
Ajaran

PTK

Model
Pembelajaran
kooperatif tipe
jigsaw

Hasil
Belajar

Menggunakan
salah satu
teknik
pengumpulan
data

Pengukuran
hasil belajar
yang
mengukur
ulangan saja.

Ranggi
Adang S,
Sutijan,
Hadiyah

Tahun
Ajaran

PTK

Model
Pembelajaran
kooperatif tipe
jigsaw

Hasil
Belajar

Kemampuan
akademis
siswa
meningkat

Pengukuran
hasil belajar
yang
mengukur
ulangan saja.

2013/ 2014

2011/ 2012

Dari beberapa hasil penelitian di atas, nampak terdapat peningkatan hasil belajar
IPA siswa, setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang telah berlangsung adalah pembelajaran konvensional.
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang proses pembelajarannya dari
waktu ke waktu monoton saja, yakni pembelajaran yang menggunakan metode
pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Desain pembelajaran yang berbasis pada model
pembelajaran belum pernah dilakukan, sehingga hasil pembelajaran belum mencapai
optimal. Hasil belajar hanya mendasarkan pada hasil tes yang merupakan aspek kognitif
Pembelajaran dapat mencapai optimal apabila ada dessain pembelajaran dan
pengukuran hasil belajar yang utuh meliputi aspek sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Oleh karena itu, pembelajaran IPA didesain dengan menggunakan model pembelajaran
jigsaw.

24

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran IPA yang
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai KD 3.1 Menganalisis
hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan dan 4.1
Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi bagian tubuh hewan dan
tumbuhan. KD 3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta
mengaitkan dengan upaya pelestarian dan 4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa
jenis makhluk hidup yang ada dilingkungan sekitarnya dan slogan upaya pelestariannya,
melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok asal yang beranggotakan 4 orang.
2. Tiap orang menerima bentuk dan fungsi daun, bunga, buah dan biji.
3. Membentuk kelompok ahli berdasarkan bentuk dan fungsi daun/bunga/buah dan biji
4. Diskusi untuk menganalisis bentuk dan fungsi daun/bunga/buah dan biji
5. Kembali ke kelompok asal
6. Masing-masing anggota ahli menjelaskan bentuk dan fungsi daun/bunga/buah dan biji
di kelompok asal
7. Dalam diskusi kelas, setiap kelompok asal menyajikan laporan hasil diskusi semua
materi daun/bunga/buah dan biji)

Hasil belajar IPA dengan model pembelajaran jigsaw adalah besarnya angka
yang diperoleh dari pengukuran sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang diukur pada
proses pembelajaran dan hasil pembelajaran berdasarkan KKM.

Sesuai dengan

kompetensi yang akan dicapai meliputi kompetensi ketrampilan dan pengetahuan, maka
hasil belajar IPA adalah besarnya angka yang diperoleh dari pengukuran pengetahuan
(analisis) dan ketrampilan (menyajikan laporan) Penjelasan di atas, secara rinci dijelaskan
melalui gambar 2.1 Skema peningkatan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw berikut:

25

Pembelajaran IPA materi
struktur dan fungsi daun,
bunga, buah dan biji
Konvensional

HB tidak
mencapai
optimal

KD 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pada
hewan dan tumbuhan
KD 4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi
bagian tubuh hewan dan tumbuhan.

Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw

Hasil belajar >
KKM

Membentuk kelompok asal @ 4 siswa

Setiap anggota kel Asal menerima bentuk dan fungsi daun, bunga,

buah dan biji
Kel Asal : Mengidentifikasi bentuk dan fungsi
daun, bunga, buah dan biji
Kel Ahli: Menganalisis bentuk dan fungsi daun,
bunga, buah dan biji

Domain
Kognitif

Dari kel Ahli kembali ke kelompok asal

Kel Asal : menjelaskan hasil analisis bentuk dan
fungsi daun/bunga/buah dan biji dari hasil diskusi
kelompok ahli masing-masing

Diskusi Kelas: Menyajikan laporan hubungan
bentuk dan fungsi daun, bunga, buah dan biji

Domain
psikomotor

Gambar 2.1
Skema Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

26

2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dirumuskan adalah,
1. Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan KD 3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk
dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan diduga dapat diupayakan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas 4 semester 1 SDN Jembangan
01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati 2016/2017.
2. Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan KD 4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan
tentang bentuk dan fungsi bagian tubuh hewan dan tumbuhan diduga dapat
diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas 4 semester
1 SDN Jembangan 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun pelajaran
2016/2017.
3. Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan KD 3.2 Membandingkan siklus hidup beberapa
jenis makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestarian diduga dapat
diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas 4 semester
1 SDN Jembangan 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati tahun pelajaran
2016/2017 .
4. Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan KD 4.2 Membuat skema siklus hidup beberapa
jenis makhluk hidup yang ada dilingkungan sekitarnya dan slogan upaya
pelestariannya, diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw siswa kelas 4 semester 1 SDN Jembangan 01 Kecamatan Batangan Kabupaten
Pati tahun pelajaran 2016/2017 ”.