LAPORAN AKHIR PRAKTI KUM IBP

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN

OLEH :
Nama

: Galih Crysna Afrizal

Nim

: D1A016104

Kelompok

: 21

Asisten

: Nuroniyah Maulani

LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017

1

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN

Oleh:
Galih Crysna Afrizal
D1A016104

Disusun untuk Memenuhi Syarat Salah Satu Kurikuler Praktikum
Mata Kuliah Ilmu Bahan Pakan Falkultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman

LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK
FALKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017

2

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN

Oleh:
Galih Crysna Afrizal
D1A016104

Diterima dan disetujui
Pada tanggal :...................................................................

Koordinator Asisten

Asisten Pendamping


Muh. Mahardika
D1E014077

Nuroniyah Maulani
D1A015082

3

Kata Pengantar
Assalamualaikum wr,wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan akhir Ilmu Bahan
Pakan.
Laporan akhir ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan akhir ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Penyusunan laporan akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat penilaian

praktikum. Laporan akhir ini berisi materi dan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan akhir Ilmu Bahan Pakan ini menjadi
lebih baik lagi.
Wasalamualaikum wr,wb.

Purwokerto, November 2017

Penyusun

4

Daftar Isi
Cover ..............................................................................................................................

(1)

Lembar Pengesahan........................................................................................................


.(2)

Kata Pengantar ...............................................................................................................

(4)

Daftar Isi ........................................................................................................................

(5)

Daftar Tabel ........................................................................................................................... (6)
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
I.2 Waktu Dan Tempat
II. Tujuan Dan Manfaat
II.1Tujuan
II.2Manfaat
III. Tinjauan Pustaka
III.1 Nomenklatur Hijauan Dan Konsentrat
III.2


Pengenalan Alat Dan Uji Fisik

III.3
III.4

Analisis Proksimat
Penetapan FFA

III.5 Gross Enegy
IV. Materi Dan Cara Kerja
IV.1 Materi
4.1.1 Nomenklatur Hijauan Dan Konsentrat
4.1.2 Pengenalan Alat Dan Uji Fisik
4.1.3 Analisis Proksimat
4.1.4 Penetapan FFA
4.1.5 Gross Energy
4.2 Cara Kerja
4.2.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsentrat..........
4.2.2 Pengenalan Alat Dan Uji Fisik

4.2.3 Analisis Proksimat
4.1.4 Penetapan FFA
4.1.5 Gross Energy

V. Hasil Dan Pembahasan
V.1

Hasil
5

V.2
Pembahasan
VI. Kesimpulan Dan Saran
VI.1

Kesimpulan

VI.2 Saran
Daftar Pustaka


I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Berbagai jenis tumbuhan mulai dari hijauan segar seperti rerumputan (graminae) atau bisa
juga kacang-kacangan (leguminosa) dapat hidup di daerah tropis seperti Indonesia. Belum
lagi limbah pertanian yang jika dimanfaatkan dengan baik, dapat membantu proses
pemberian pakan begi ternak dalam menanggulangi musim kemarau yang datang setahun
sekali di Indonesia. Bahan pakan ternak merupakan bahan yang sudah dapat dimakan, dicerna
dan digunakan oleh ternak itu sendiri. Ada berbagai macam jenis bahan pakan, seperti bahan
pakan yang berasal dari tumbuhan atau sering disebut dengan hijauan dan ada juga yang
berasal dari hewan atau campuran berbagai macam jenis bahan pakan atau yang lebih dikenal
dengan konsentrat. Pemberian nama atau nomenklatur bahan pakan dianggap perlu dilakukan
karena adanya keanekaragaman jenis pakan sehingga dengan pemberian nama atau
nomenklatur ini akan terhindar dari kesamaan jenis bahan pakan antara yang satu dan yang
lainnya.
Penganalisaan bahan pakan perlu adanya pengetahuan tentang alat-alat yang akan digunakan.
Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum sangat beragam.Alat-alat tersebut harus
diketahui cara pemakaiannya dan fungsi-fungsinya, karena sangat menunjang ketepatan

dalam menganalisis bahan pakan yang akan diuji.
Bahan pakan mempunyai kondisi fisik yang berbeda sehingga dalam penanganan,
pengolahan maupun penyimpanan memerlukan perlakuan yang berbeda. Metode yang
digunakan adalah uji fisik, kimia maupun makroskopis. Terdiri dari sudut tumpukan, daya
ambang, luas permukaan spesifik (LPS) dan BJ (density). Sudut tumpukan merupakan sudut
yang dibentuk oleh pakan yang diarahkan pada dinding datar, tujuannya untuk mengetahui
sudut yang dibentuk oleh pakan. Daya ambang digunakan untuk mengetahui kecepatan
bahan pakan dalam menempuh jarak tertentu. Luas permukaan spesifik (LPS) digunakan
untuk mengetahui luas permukaan tertentu pula. Sedangkan berat jenis merupakan
perbandingan antara berat bahan dengan ruang yang ditempati oleh bahan tersebut.
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan zat
makanan dari suatu bahan (pakan/ pangan). Satu item hasil analisis merupakan kumpulan dari
beberapa zat makanan yang mempunyai sifat yang sama (fraksi). Analisis proksimat
merupakan salah satu dari tingkatan cara penilaian suatu bahan pakan secara kimia.
6

Asam lemak bebas atau disebut FFA ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang
terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Sifat daripada lemak ditentukan oleh susunan
asam lemak. Fungsinya sebagai sumber energi dan pelarut vitamin yang larut dalam lemak
seperti vitamin A, D, E, dan K.

Pakan yang dikonsumsi oleh ternak akan menghasilkan energi. Energi merupakan sumber
utama bagi proses metabolisme dalam tubuh ternak. Energi digunakan baik untuk hidup
pokok ataupun produksi. Energi dari hasil pakan yang dikonsumsi dapat digunakan dengan
tiga cara yaitu, menyediakan energi untuk aktivitas, dapat dikonversi menjadi panas,
disimpan sebagai jaringan tubuh. Kelebihan energi akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk
lemak. Besarnya energi dapat diketaui dengan energi total, maka perlu adanya penghitungan
energy total atau gross energy.
Bahan pakan memang menjadi hal yang paling utama dalam sebuah usaha peternakan. Selain
faktor bahan pakan mempengaruhi hasil produktifitas dari faktor ini banyak sekali memakan
biaya hampir separuh dari pembiayaan sutau peternakan. Maka banyak dilakukan upaya –
upaya agar dapat menekan biaya pemrosesan tetapi tetap dapat meningkatkann
produktifitasnya. Hal inilah yang melatarbelakangi diadakannya serangkaian praktikum ini.
Diharapkan setelah diadakannya praktikum ini praktikan dapat mengembangkan
pengetahuannya.
I.2 Waktu Dan Tempat
Praktikum Nomenklatur Bahan Pakan Hijauan Dan Bahan Pakan Konsentrat dilaksanakan
pada hari Jum’at , 15 september 2017 Praktikum Pengenalan Alat Dan Uji Fisik Bahan Pakan
dilaksanakan pada hari Jum’at , 22 september 2017. Praktikum Analisis Proksimat
dilaksanakan pada hari Kamis sampai Sabtu , 5-7 oktober 2017. Pukul 15.00 WIB sampai
dengan selesai. Praktikum Ilmu Bahan Pakan Ternak dilaksanakan di Laboratorium Ilmu

Bahan Makanan Ternak (IBMT). Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.

7

II.

II.1

Tujuan Dan Manfaat

Tujuan

a.
Mengetahui pengelompokan bahan pakan
b.
Mengetahui tatacara pemberian nama pada bahan pakan (nomenklatur)
c.
Mengetahui fungsi dan cara pemakaian alat-alat yang menunjang praktikum ilmu
bahan
pakan
d.
Menganalisis kandungan nutrisi suatu bahan
e.
Mengetahui sifat fisik suatu bahan pakan ternak
f.
Mengetahui kadar asam lemak bebas (FFA) pada bahan pakan
g.
Menganalisis energy bruto suatu bahan pakan.
II.2
Manfaat
a. Praktikan mampu membedakan nama dari ciri spesifik bahan pakan
b. Praktikan mampu mengetahui bentuk dan fungsi alat yang digunakan dalam
praktikum
c. Praktikan dapat mengerti sifat-sifat fisik bahan pakan, sehingga mempermudah dalam
pengangkutan, pengolahan dan menjaga homogenitas dan stabilitas saat pencampuran.
d. Praktikan dapat mengetahui zat makanan dan zat gizi pada suatu bahan makanan
ternak.
e. Praktikan dapat menjalankan prosedur analisis FFA (kadar asam lemak bebas) dan
kadarnya dalam suatu bahan pakan.
f. Praktikan mengetahui prosedur pengukuran dan besarnya gross energi suatu bahan
pakan

8

III.

III.1

TINJAUAN PUSTAKA

Nomenklatur Hijauan Dan Konsentrat

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern banyak produk sampingan dari
bahan makanan manusia dapat digunakan untuk bahan pakan ternak. Sehingga apabila
tidak diberikan pedoman dalam pemberian nama bahan pakan, maka dapat
menimbulkan keraguan. Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau
tatanama bahan pakan. Setiap ciri atau nama internasional dari suatu bahan pakan
ditentukan dengan menggunakan pedoman pencirian dari satu atau lenih dari enam
faset (Sutardi, 2012).
Penyediaan pakan yang berkualitas merupakan salah satu faktor pendukung dalam
upaya meningkatkan produktifitas ternak. Ternak yang sedang tumbuh memerlukan
kebutuhan nutrien yang cukup untuk mendukung pertumbuhannya yang sempurna .
Formulasi pakan hijauan (rumput gajah, kaliandra, dan gamal) diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrien, sehingga dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan bobot karkas ( Firdus, 2010 ).
Menurut Koddang (2008) bahwa tingkat pemberian konsentrat berpengaruh sangat
nyata terhadap daya cerna bahan kering ransum pada sapi bali jantan yang
mendapatkan rumput Raja (Pennisetum purpurephoides) secara ad libitum. Semakin
tinggi tingkat pemberian konsentrat disertai dengan meningkatnya daya cerna ( BK )
ransum. Penambahan konsentrat dalam ransum ternak merupakan suatu usaha untuk
mencukupi kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi.
Selain itu dengan penggunaan konsentrat dapat meningkatkan daya cerna bahan kering
ransum, pertambahan bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum.
III.2

Pengenalan Alat Dan Uji Fisik

Alat laboratorium kimia merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di
laboratorium kimia yang dapat dipergunakan berulang-ulang. Contoh alat laboratorium
kimia yaitu : pembakaran spritus, thermometer, tabung reaksi, gelas ukur dan lain
sebagainnya. Alat tersebut mudah terbakar apabila tidak berhati – hati dalam
penggunaannya (Widhy, 2009).

9

Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa alat gelas.
Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan tersebut dapat
berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu laboratorium dapat kita ciptakan
apabila ada kemauan dari para pekerja, pengguna, maupun kelompok pekerja
laboratorium untuk menjaga dan melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa
kecelakaan yang terjadi dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain
disekitarnya. Tujuan dari praktikum pengenalan alat ini adalah untuk mengenal
beberapa macam alat gelas yang sering digunakan dalam laboratorium dan
penggunaanya (Ginting, 2010).
Pengenalan alat- alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja dalam
melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan agar
mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum
sangat dibutuhkan dalam proses penelitian ataupun praktikum. (Hokayuruke, 2013)
Pengetahuan sifat fisik dan termal butiran penting dalam masalah panas dan
pemindahan masa bahan, termasuk penyimpanan butiran, pengeringan, aerosi,
pendinginan, dan pengolahan. Sifat fisik bahan pakan tergantung dari jenis dan ukuran
partikel bahan. Sekurang-kurangnya ada enam sifat fisik pakan yang penting yaitu :
berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan dan tumpukan, sudut tumpukan,
daya ambang dan faktor higroskopis (Jaelani dan Firahmi, 2007).
Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan atau
mempertimbangkan cara penyimpanannya. Perawatan alat secara rutin dapat
dilakukan.Sebelum alat digunakan hendaknya diperiksa dulu kelengkapannya dan harus
dibersihkan terlebih dahulu.Setelah selesai dipergunakan semua alat harus dibersihkan
kembali dan jangan sampai disimpan dalam keadaan kotor (Budimarwati, 2007).
Sudut tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan bidang miring bahan yang
dicurahkan membentuk garis dalam bidang horizontal. Sudut tumpukan berfungsi untuk
menentukan kemampuan mengalir suatu bahan efisiensi pada pengangkutan secara
mekanik. Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan bergerak suatu partikel pakan
dalam tumpukan dimana semakin tinggi tumpukan, maka kebebasan partikel untuk
bergerak semakin berkurang (Noordyansyah, 2007).
III.3
Analisis Proksimat
Pemilihan bahan tidak akan terlepas dari ketersediaan zat makanan itu sendiri yang
dibutuhkan oleh ternak. Untuk mengetahui berapa jumlah zat makanan yang
diperlukan oleh ternak serta cara penyusunan ransum, diperlukan pengetahuan
mengenai kualitas dan kuantitas zat makanan. Merupakan suatu keuntungan bahwa
zat makanan, selain mineral dan vitamin, tidak mempunyai sifat kimia secara
individual (Handaka, 2008).
Pemberian ransum dapat dilakukan dengan cara bebas maupun terbatas. Cara bebas,
ransum disediakan ditempat pakan sepanjang waktu agar saat ayam ingin makan
ransumnya selalu tersedia. Cara ini biasanya disajikan dalam bentuk kering, baik
10

tepung, butiran, maupun pelet. Penggantian ransum starter dengan ransum finisher
sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap. (Sarmono, 2007).
Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi. Hijauan yang telah dikeringkan 550C
sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara disebut juga
berat kering, kering udara atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada umumnya
berada pada kondisi kering udara dan sering disebut kondisi as fed (keadaan apa
adanya) (Utomo dan Soejono, 2009).

III.4

Penetapan FFA

Alkohol termasuk zat pelarut organik yang ssering digunakan untuk melarutkan
lemak, fungsi penambahan alkohol dalam uji kandungan asam lemak bebas adalah
untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar dapat bereaksi dengan basa
alkali. Fungsi pemanasan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak dapat antara
alkohol dan minyak dapat bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan
alkohol dapat larut seutuhnya. (Panagan, 2011)
fungsi penambahan indikator fenoftalein untuk mengetahui terjadinya suatu titik
ekivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan.
Pengaruh penambahan NaOH pada pada
analisa
asam
lemak
bebas
bahan padaminyak yaitu untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak. Jumlah volume yang digunakan untuk menitrasi larutan minyak dan
alkohol digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas. (Darnoko, 2003)
Asam lemak yang terdiri atas rantai karbon yang mengikat semua hidrogen yang dapat
diikatnya dinamakan asam lemak jenuh. Asam lemak yang mengandung satu atau lebih
ikatan rangkap dimana sebetulnya dapat diikat tambahan atom hidrogen dinamakan
asam lemak tidak jenuh. Lipida hewani terutama mengandung asam lemak jenuh rantai
panjang, yaitu asam palmitatdan asam stearat. (Anna poedjiadi:2005)
III.5
Gross Energy
Gross energi didefinisikan sebagai energi yang dinyatakan dalam panas bila suatu zat
dioksider menjadi karbohidrat dan air. Karbondioksida dan air ini mengandungair
namun dianggap nol karena hewan tidak dapat memecah karbohidrat dan air.
Besarnya energi bruto bahan pakan tidak sama, tergantung dari macam nutrient dan
bahan pakan. (Sutardi, 2004)
Energi total bahan makanan adalah jumlah energi kimia yang ada dalam makanan.
Dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur jumlah panasnya.
Jumlah panas ini diketahui sebagai sumber energi total dari makanan. (Tilman, 1993)
Suatu nutrient organik dibakar sempurma sehingga menghasilkan CO2 dan air. Panas
yang dihasilkan disebut energi bruto. Besarnya energi bahan pakan tidak sama
tergantung dari macam nutrient dan bahan pakan. (Soejono, 2004)
11

IV.

MATERI DAN CARA KERJA

4.1. Materi
4.1.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
4.1.1.1. Nomenklatur Hijauan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Kamera dokumentasi
Daun nangka (Arthocarpus integra)
Daun waru (Hibiscus thiliaceus)
Daun gamal (Glirisida machulata)
Daun dadap (Erytrina lithospermae)
Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Daun singkong (Manihot utillisima )
Rumput raja (Pennisetum purproides)
Kaliandra (Calliandra callothyrsus)
Rumput benggala (Panicum maximum)

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Lamtoro (Leucaena glauca)
Daun pepaya (Carica papaya)
Jerami padi (Oryza sativa)
Daun jagung (Zea mays)
Daun pisang (Musa paradiaca)
Daun murbei (Morus indica L.)
Setaria lampung (Setaria splendida)
Setaria ancep (Setaria spachelata)
Daun rami (Boehmeria nivea)

4.1.1.2. Nomenklatur Konsentrat
1.
2.

Kamera dokumentasi
Millet (Pennisetum glaucum)

15. Bungkil kedelai (Glycin max)
16. Bungkil
kelapa
(Cocos

3. Onggok (Manihot utillisima)
4. Fortevit
5. Tepung udang (Crustacea sp)

nucifera)
17. Tepung ikan (Animal)
18. Tepung jagung (Zea mays)
19. Tepung
kepala
udang

6. Cu SO4
7. Kapur Dolmit (CaCO3)
8. EM4
9. Molases (Saccharum officinarum)

(Crustacea sp)
20. Bungkil Nyamplung

12

10.
11.
12.
13.
14.

Urea
Egg Stimulant
Corn Gluten Fiber (Zea mays)
Dedak (Oryza sativa)
Jagung giling (Zea mays)

IV.1.1.3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Pengenalan Alat

Kamera dokumentasi
Tanur
Pompa vacuum
Seperangkat alat desikator
Labu kjeldahl
Destruktor
Kompor listrik
Kondensor
Waterbath
Oven
Neraca ohaus
Tabung oksigen
Bucket
Timbangan analitik
Filler roll
Gelas ukur
Corong

18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.

Cawan porselen
Pipet seukuran
Pipet volume
Pipet tetes
Spatula
Tang penjepit
Becker glass
Bom kalorimeter
Cawan crucible
Labu Soxhlet
Corong buchner
Desikator
Silica jell
Biuret dan Statis
Erlenmeyer
Push push tinju

4.1.2. Uji Fisik
4.1.2.1 Berat Jenis
Alat:
1. Timbangan analitik
2. Gelas ukur 100 ml

Bahan:
1. Tepung Ikan

4.1.2.2 Luas Permukaan Spesifik
Alat:
1. Kertas milimeter blok
2. Spidol/bolpoint
3. Timbangan analitik

Bahan:
1. Tepung Ikan

13

4.1.2.3 Daya Ambang
Alat:
1. Stopwatch
2. Nampan
3. Timbangan analitik
4.1.2.4 Sudut Tumpukan

Bahan:
1. Tepung Ikan

Alat:
1.
2.
3.
4.

Bahan:
1. Tepung Ikan

Mistar siku - siku
Corong
Timbangan analitik
Besi penyangga

4.1.3. Analisis Proksimat
4.1.4.1. Analisis Kadar Air
Alat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Cawan porselen
Kertas saring
Timbangan analik
Oven
Desikator
Tang penjepit

Bahan:
1. Bungkil Sawit

4.1.4.2. Analisis Kadar Abu
Alat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Cawan porselen
Kertas saring
Timbangan analik
Oven
Desikator
Tang penjepit
Tanur

Bahan:
1. Bungkil Sawit

4.1.4.3. Analisis Protein Kasar
Alat:
1. Labu Kjehdahl
2. Destilator
3. Erlenmeyer 125 ml
4. Buret
5. Pipet ukur 10 ml
6. Timbangan analitik

Bahan:
1. Bungkil Sawit
2. NaOH 40% 10 ml
3. 0,3g katalisator (0,5% Se,
3,5% Cu SO 4, 96% K 2 SO4 )
4. Asam borat 2%
5. Indikator methyl red
6. HCl 0,1 N
14

7. Kompor listrik
4.1.4.4. Analisis Lemak Kasar
Alat:
1. Labu penampung
2. Alat ekstraksi Soxhlet

Bahan:
1. Bungkil Sawit
2. Larutan
Petroleum
benzene

3.
4.
5.
6.

Timbangan analik
Oven
Kertas saring wathman 41
Waterbath

4.1.4.5. Analisis Serat Kasar
Alat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Labu erleneyer 250ml
Oven
Tanur
Tang penjepit
Timbangan analitik
Kompor listrik

Bahan:
1.
2.
3.
4.
5.

Bungkil Sawit
H 2 SO 4 0,3N
Na2 OH 1,5N
Aceton
Aquadest

4.1.4. Free Fatty Acid
Alat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Labu erleneyer 250ml
Oven
Tanur
Erlenmeyer
Buret dan statif
Pipet tetes
Waterbath

Bahan:
1. Bungkil Sawit
2. Aceton
3. Aquadest
4. Alkohol 96% 25ml
5. Indikator Phenolptilein

8. Corong
4.1.5. Energi Bruto
Alat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Labu erleneyer 250ml
Bomb kalorimeter
Tabung oksigen
Kawat energi
Tangki air
Gelas ukur

Bahan:
1. Bungkil Sawit
2. Akuades
3. Oksigen

15

7. Erlenmeyer
4.2. Cara Kerja
4.2.1. Nomenklatur Bahan Pakan
Hijauan / Konsentrat disiapkan

Diambil gambar /difoto

4.2.2. Pengenalan Alat

Alat-alat disiapkan
Dicatat nama,asal mula,bagian, proses,tingkat kedewasaan, defoliasi (pada
tumbuhan), grade
Diambil foto

Dibuat table dan dicatat nama beserta fungsinya
4.2.3. Uji Fisik Bahan Pakan
4.2.3.1. Sudut Tumpukan
Siapkan bahan dan alat yang digunakan dalam pengukuran

Pasang corong pada besi penyangga

Timbang bahan yang akan diukur sebanyak 200 gram

Tuangkan bahan melalu corong

Ukur diameter dan tinggi (curahan) bahan

4.2.3.2 Berat Jenis
Timbng gelas ukur 100ml untuk mengetahui berat kosong gelas ukur (A)
16

Siapkan sampel, masukkan kedalam gelas ukur sampai vol 100 ml tetpi jangan
dipadatkan cukup diketuk intuk meratakan berat

Timbang gelas ukur yang berisi sampel sebagai (B)

4.2.3.3 Luas Permukaan Spesifik
Bahan ditimbang 1g

Bahan diratakan pada kertas millimeter block hingga membentuk luasan
tertentu

Bahan pakan diukur luasnya

4.2.3.4 Daya Ambang
Bahan ditimbang ± 1 g

Stopwatch dan nampan disiapkan

Bahan dijatuhkan dan stopwatch ditekan bersamaan pada jarak tertentu

Catat waktu yang ditempuh
4.2.4. Analisis Proksimat
4.2.4.1. Penetapan Kadar Air
Cawan porselin dioven pada suhu 105℃ selama 1 jam
Kemudian, didinginkan dalam desikator selama 10 menit
17

Setelah dingin, ditimbang (Berat Cawan)
Sampel ditimbang sekitar 2 gram, kemudian dimasukkan kedalam cawan
porselin timbang dan keringkan didalam oven apda suhu 105℃ selama
minimal 8 jam

Dinginkan didalam desikator selama 15 menit dan ditimbang, lalu ditimbang
berat akhirnya
4.2.4.2 Penetapan Kadar Abu
Sampel hasil pengeringan kadar air

Ditanur 600℃ selama minimal 4-12 jam (Di pijarkan sampai contoh bahan
pakan berwarna putih seluruhnya)

Kemudian didinginkan dioven sehingga suhunya menjadi sekitar 140℃ , lalu
masukan kedalam desikator selama 15 menit

Sesudah dingin kemudian ditimbang abunya disimpan dan digunakan untuk
penetapan mineral

4.2.4.2. Penetapan Lemak Kasar
Labu penampung dan alat ekstraksi soxhlet dibersihkan dan dikeringkan
Timbang 1 gram sampel, bungkus dalam kertas saring wathman 41
Dikeringkan dalam oven pada suhu 105℃ selama kurang lebih 14 jam.
dinginkan sampel dalam desikator selama 15 menit, kemudian ditimbang (Y)

Sampel dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet. Pasang diatas penangas air
(waterbath) dan dihubungkan dengan kondensor. Masukkan petroleum melalui
ubang pendingin sampai seluruhnya turun ke labu penampung. Kemudian diisi
petroleum benzene lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi (seluruh
tempat tercelup)

18

Diekstraksi selama 4-16 jam atau petroleum benzene yang ada di dalam alat
ekstraksi sudah jernih atau tidak berwarna
4.2.4.3. Penetapan Serat Kasar
Sampel ditimbang 1 g
Kemudian sampel diambil dan diangin anginkan
Keringkan sampel dalam oven pada suhu 105℃ selama kurang lebih 14 jam.
H 215
SOmenit,
kemudian ke
dinginkan
dalam desikator
selama
ditimbang
Dimasukan
labu Erlenmeyer,
tambahkan
50 ml, itu
dididihkan
30
4 0,3Nsetelah
menit dan ditambah 25 ml NaOH (Z)
1,5N lalu didihkan selama 30 menit

Kertas wathman dioven pada suhu 105℃ selama 1jam dan didesikator selama
15 menit lalu ditimbang

Sampel dilakukan pencucian berturut turut dengan 50ml H 2 O panas, 50 ml
H 2 SO4 0,3N , 50 ml H 2 O panas, dan 25ml aceton. Dengan bantuan pompa
vacum

Kertas saring dan isinya dimasukkan cawan porselin dan diangin-anginkan
terlebih dahulu, lalu dioven pada suhu 105℃ selama 4 jam
Ditanur pada suhu 600℃ selama 3 jam

Sampel dioven sampe suruh turun

Sampel didesikator selama 15 menit, lalu ditimbang

4.2.4.4. Penetapan Kadar Protein Kasar
Sampel bahan pakan ditimbang 0,1 gram, dimasukkan dalam labu kjeldahl.

19

Ditambah katalisator 3 gram dan H2SO4 pekat 1,5 ml.

Didestruksi sampai jernih.
Hasil destruksi dimasukkan ke destilator.
Ditambahkan akuadest dan NaOH 40% 10 m
Penyulingan dilakukan sampai volume dalam Erlenmeyer mencapai 60 ml.

Disiapkan Erlenmeyer yang ditambah asam borat 10 ml dan ditetesi
indikaror metyl red untuk menampung hasil destilasi.
Hasil yang ditamung di Erlenmeyer dititrasi
4.2.4.5. Free Fatty Acids
menggunakan HCL 0,1 N.
Sampel ditimbang 7,05 dimasukan erlenmeyer

Ditambah 25 ml alkohol netral 96%

Direfluk 15 menit dalam waterbath

4.2.5. Energi Bruto
Disaring, diambil 10ml, ditambahkan PP, dititrasi 0,1 NaOH sampai berwarna
merah muda
Sampel ditimbang 0,5 g

Sampel dibungkus, ditaruh dicawan, dimasukan bomb kalorimeter

Bomb didisi oksigen 23-35atm , masukan bomb ke dalam bucket

Hubungkan dengan listrik

20

Ditekan agritator, dan segnalator seteleh bunyi ditunggu 5 menit
Temperature dicatat setiap 30detik
Tepat 5 menit ditekan combustone, lalu Dynamo dimatikan, bomb diangkat

Diambil 10ml, dihitung sisa kawat, dititrasi dan indicator metil orange

21

V.
V.1

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

V.1.1 Nomenklatur Hijauan Bahan Pakan
Tabel 1. Nomenklatur Hijauan Pakan
Asal mula

Bagian

Proses

Defoliasi

Sumber

Grade

Gambar
daunrami

Daun Singkong
(Manihot
Daun
utilicima)

Dilayukan

Dewasa

Protein

SK:
11,06%
PK:
29,93%

Padi
sativa)

Dikeringkan Dewasa

90 hari

SK: 32,5%
PK: 4,2%

Dilayukan

Dewasa

Protein

SK: 27,9%
PK:15,25
%

Energi

SK: 1416%
PK: 10%

Energi

SK: 8,5%
PK: 2,5%

(Oryza

Aerial

Indigo
Vera
Daun
(Indigo vera Sp)

Rumput benggala
(Panicum
maximum)

Aerial

Segar

40-60
hari

Jagung
(Zea mays)

Aerial

Segar

Dewasa

Rumput gajah
(Pennicetum
purpureum)

Rumput raja
(Pennicetum
purpuroides)

Aerial

Aerial

Segar

Segar

50-70
hari

45-70
hari

Energi

Energi

SK:1722%
PK:1214%

SK:1722%
PK:1214%

22

Daun waru
(Hibiscus
thileaceus)

Daun

Segar

Dewasa

Energi

PK: 12%

Daun gamal
(Glirisida
maculate)

Daun

Segar

Dewasa

Energi

SK:8-10%
PK:1213%

Daun murbei
(Morus indica L)

Daun

Segar

Dewasa

Protein

SK: 13%
PK: 9%

Daun pisang
(Musa
parasidica)

Daun

Segardilayukan

Dewasa

Protein

SK: 5%
PK: 17%

Lamtoro
(Leucaena
glauca)

Daun

Segardilayukan

Dewasa

Kaliandra
(Calliandra
calothyrsus)

Daun

Segardilayukan

Dewasa

Daun nangka
(Arthocarpus
integra)

Daun

Segardilayukan

Dewasa

Dadap
(Erytrina
lithospermae)

Daun

Segar

Dewasa

Energi

Protein

Energi

Energi

PK:24,2%
SK: 21,5%

PK:1619%

PK:9-12%

PK:27,5%,
SK:18,5%

23

Setaria lampung
(Settaria
sphacelata)

Aerial

Segar

40-60
hari

Energi

SK:12,7%
PK:3,5%

Setaria ancep
(Settaria
splendida)

Aerial

Segar

40-60
hari

Energi

SK:12,7%
PK:3,5%

Daun Pepaya
(Carica papaya)

Daun

Segar

dewasa

Energi

PK:24,1%
SK:22,1%

Rami
(Boehmeria
Nivea)

Daun

Segar

dewasa

Energi

PK:17,1%
SK:22,1%

Tabel 2. Nomenklatur Konsentrat Pakan
Konsentrat

Asal mula

Bagian

Proses

Grade

Sumber

Tepung
Udang

Crustacea
sp
(udang)

Udang utuh

DikeringkanDigiling

PK:3545 %

Protein

CuSO 4

Bahan
Phospat

Batuan

Digerusdihaluskan

Cu
18%

Mineral

Kapur
Dolmit

CaCO3

Batuan

Dihancurkan
Dihaluska

Ca
40%

Mineral

Molases

Saccharum
officinarum
(Tebu)

Endapan
tetes tebu

Limbah
pengolahan

PK:
3,1%

Feed
additives

Gambar

24

Urea

Onggok

Ca( Na2)2

Manihot
Utillisima

-

Umbi tanpa
kulit

-

N:
45%

Feed
additives

DikeringkanDigiling

PK1,9
%
SK:8,9
%

Energi

Energi

Jagung
Giling

Zea mays

Biji tanpa
kulit

DikeringkanDigiling

PK:
9,2%
SK:3,2
%

Bungkil
Kelapa

Cocos
nucifera

Daging dan
buah kelapa

Sisa ekstraksi
minyak

PK:26
%
SK:10
%

Protein

PK: 50
%
SK:
5,7%

Protein

Mineral

Tepung
Ikan

Animal

Badan tubuh

DikeringkanDigiling

Tepung
kepala
udang

Crustacea
sp

Kepala
udang

Dikeringkan - Cu: 34Dihaluskan
40%

Millet

Tepung
Jagung

Bungkil
Nyamplung

Pennisetum
glaucum

Zea mays

Biji

Dikeringkan

PK:11
%
Energi
SK: 1115%

Biji

Dikeringkan
– Digiling

PK:10,
8%
SK:
3,1%

Sisa – sisa
hasil
Daging buah
ekstraksi
minyak

Energi

SK:
PK: 21- Protein
23%

25

Corn Gluten
Fiber

Zea mays

Biji

Dikeringkan,
digiling

PK:
22%
Protein
SK: 8%

EM4

Mikrobiolog
i

-

-

-

Feed
additives

Dedak

Oryza
sativa

Biji (gabah )

Digiling

SK:
28%
PK:
12%

Energi

Egg
Stimulant

-

-

-

-

Feed
additives

Fortevit

-

-

-

-

Vitamin

Biji

Sisa – sisa
hasil
ekstraksi
minyak

PK:
52,1 %

Protein

Bungkil
Kedelai

Glycine max

V.1.2 Pengenalan Alat
No Nama
Alat
Fungsi
Tabel
3. Pengenalan
Alat
1.

Becker glass

Mengukur & Menampung larutan

2.

Gelas ukur

Mengukur larutan

Gambar

26

3.

Labu Kjeldahl

Labu untuk proses destruksi

4.

Erlenmeyer

Menampung larutan dan proses titrasi

5.

Pipet seukuran

Mengukur larutan dengan teliti

6.

Push- Push Tinju

Menampung Aquadest

7.

Pipet tetes

Mengambil dan memindahkan larutan

8.

Pipet Volume

Mengambil larutan

9.

Cawan porselin

Tempat atau wadah sampel

10.

Timbangan
analitik

Menimbang sampel

11. Tang penjepit

Menjepit cawan atau alat

27

12. Tanur

Alat pembakar dengan suhu 600o C

13. Filler roll

Meneydoot larutan pada pipet seukuran

14. Labu didih

Memanaskan larutan

15.

Bomb
kalorimeter

Pengukur gross energi

16. Spatula

Untuk mengambil sampel

17. Desikator

Menurunkan suhu

18. Statif dan Buret

Penyangga buret, alat titrasi

19. Oven

Mengeringkan bahan atau sampel pada suhu 105o
C

20. Waterbath

Pemanas air

28

21. Kondensor

Pendingin atau penstabil suhu

22. Kompor listrik

Alat untuk pemanas

23. Destruktor

Mendestruksi sampel

24. Destilator

Untuk proses destilasi

25. Labu Soxhlet

Untuk analisis lemak kasar

26. Corong butcher

Untuk filtrasi

27. Pure It

Untuk membuat akuades

28. Vacuum

Untuk menyedot larutan dalam serat kasar

29. Slica gel

Menyerap panas

29

33. Tabung Oksigen

Menambah oksigen pada uji gross energy

31. Corong

Memasukan larutan

32. Bucket

Untuk menganalisis Gross energy

V.1.3 Uji Fisik Bahan Pakan
Tabel 4. Tabel Uji Fisik Bahan Pakan
Kelompok

Bahan

BJ (g/ml)

Pakan
D. Lamtoro
D. Gamal
T. Ikan
D. Lamtoro
D. Gamal
T. Ikan

1
2
3
4
5
6
3.1.4

LPS

( ST°

DA (m/s)

2

cm / g)
32,5
45,5
17,5
54
53
15,75

0,343
0,267
0,538
0,341
0,247
0,574

36,86°
27,92°
33,02°
37,23°
35,3°
7,8°

0,386
0,21
0,269
0.373
10
0,37

Analisis Proksimat

Tabel 5. Analisis Proksimat
Kelompo

Bahan

K. Air K. Abu SK

k

Pakan
B.Kedela

(%)

(%)

(%)

10,46

11,18

4,23

42,7

5,12

8,43
-7,86

24,34
3,78

5,34
23,56

39,375
15,96

13,37
8,29

10,19

11,34

3,024

52,01

-3,046

7,83
8,53

25,3
1,96

5,374
12,35

11,23
37,74

14,344
9,425

19
20
21
22
23
24

i
T.Ikan
B.Sawit
B.Kedela
i
T.Ikan
B.Sawit

PK (%)

LK
(%)

5.1.5. Free Fatty Acids

30

Tabel 6. Analisis % FFA
Kelompok
19
20
21
22

% FFA
0,71 %
0,33 %
0,80 %
0,89 %

Kelompok
23
24

% FFA
0,09 %
0,041%

5.1.6. Energi Bruto
Kelompok

GE

19

100,1884

20

13123,88

21

13150,73

22

198,0887

23

474,094

24

12780,516

V.2 PEMBAHASAN
V.2.1 Nomenklatur Hijauan dan Konsetrat
Pada dasarnya, semua makhluk hidup memerlukan pangan untuk dapat bertahan hidup.
Sumber pangan untuk hewan biasa disebut sebagai pakan. Pakan pada konsentrat dibagi
menjadi dua yaitu hijauan dan konsentrat.
Seiring dengan pertambahan penduduk dan majunya sektor pertanian, maka akan semakin
banyak pula limbah dari pertanian yang terdapat di lingkungan. Pengolahan limbah pertanian
menjadi bahan pakan sudah cukup akrab didengar ditelinga masyarakat. Pemanfaatn limbah
pertanian seperti jerami padi atau jagung sendiri dapat dilakukan dengan memperhatikan
kandungan yang didalam bahan pakan ini termasuk serat kasar, karena jika serat kasar tinggi
maka kecernaan nya akan rendah. Dikutip dari suci (2008) bahwa tingginya serat kasar dalam
bahan pakan akan menjadi pembatas dalam pemanfaatan bahan pakan tertentu. Sukaryana
(2011) menyatakan bahwa bahan pakan yang berasal dari limbah agro industri dalam ransum
unggas biasanya sangat terbatas karena umumnya bahan tersebut mengandung serat kasar
yang tinggi.
Dalam pemberian bahan pakan hijauan, tidak semua hijauan dapat diberikan langsung kepada
ternak. Terdapat beberapa bahan pakan yang memerlukan proses pelayuan terlebih dahulu
guna menghilangkan kandungan zat anti nutrisi yang terkandung didalamnya. Tanin adalah
salah satu zat anti nutrisi yang akan mengikat protein sehingga proses penyerapan protein
akan terganggu. Menurut Mide (2013) tanin apabila didalam saluran pencernaan akan
menutupi dinding mukosa saluran pencernaan dan menyebabkan penyerapa zat zat nutrisi
31

ransum berkurang. Menurut Tandi (2013) tanin dapat mengikat protein membentuk ikatan
kompleks protein tanin sehingga protein tersebut sukar dicerna oleh enzim protease.
Dalam perkembangan jaman, ketersediaan bahan pakan hijauan akan menjadi masalah bagi
masyarakat ataui peternak mengingtaketersediaan lahan yang menipis. Oleh karena itu
diperlukan terobosan baru dalam penciptaan bahan pakan untuk ternak dengan harapan bahan
pakan tercukupi namun tetap efisiensi di biaya. Mardiyono (2007 menyatakan bahwa
penggunaan Bahan pakan alternatif ini tentunya akan mempertimbangkan harga, potensi, dan
keamanan bahan.
Dalam pemanfaatan limbah dari pengolahan minyak atau tepung, banyak bahan yang
potensial untuk dijadikan bahan pakan. CGF atau Corn Gluten Feed adalah salah satu
campuran ransum yang dibuat dari sisa pengolahan pati jagung dengan penggilingan basah.
CGF merupakan salah satu bahan tambahan pakan dengan sifat mudah dicerna. Umiyasih
(2008) menyatakan bahwa CGF mengandung serat yang mudah dicerna cukup tinggi.
EM4 adalah salah satu feed addictive yang sering digunakan dalam dunia peternakan. EM4
merupakan bakteri yang umum digunakan dalam peternakan unggas terutama untuk
penambahan nafsu makan. Menurut Surung (2008) pemberian EM4 secara optimal dapat
meningkatkan pertumbuhan berat badan secara optimal dengan keakuratan penelitian sebesar
95%.

V.2.2 Pengenalan Alat dan Uji Fisik
Dalam melaksanakan praktikum pengenalan alat, acara praktikum dibagi menjadi dua,
yaitu pengenalan alat bagian dalam dan pengenalan alat bagian luar. Pengenalan alat
bagian dalam sendiri memperkenalkan beberapa alat seperti timbangan analitik, labu
kjehdal, pipet tetes, hingga ke alat seperti tanur. Pengenalan alat bagian luar sendiri
memperkenalkan beberapa alat alat besar seperti oven, kompor listrik, hingga tanur dan
tabung oksigen.
Pengenalan alat penting dilakukan mengingat kegiatan praktikum yang akan dilakukan
oleh mahasiswa selalu membutuhkan alat dan masih banyak mahasiswa yang tidak
mengetahui fungsi dan bentuk alat yang terdapat di laboratorium. Dimana hal ini juga
disampaikan oleh Maknun (2012) menyatakan bahwa kegiatan lab merupakan bagian
yang sangat penting dalam pembelajaran biologi dan sains. Kegiatan lab berfungsi
menghubungkan teori/ konsep dan praktek, meningkatkan daya tarik atau minat siswa,
dapat memperbaiki miskonsepsi, dan mengembangkan sikap analisis dan kritis pada
siswa. Oleh karenanya untuk mendukung fungsi kegiatan lab tersebut, maka metode
penilaiannya perlu diperbaiki agar kegiatan lab berlangsung lebih efektif.
Pada praktikum pengenalan alat yang dilakukan pada hari jumat 22 september 2017,
praktikan diperkenalkan dengan alatyang disebut labu kjelhdal. Labu kjehdal sendiri
32

merupakan salah satu alat laboratorium yang berbentuk seperti labu ukur namun bagian
dasarnya berbentuk bulat sempurna sehingga labu Kjeldahl tidak dapat berdiri dengan
sendirinya. Labu kjeldahl umumnya digunakan untuk proses destruksi dengan
menggunakan metode kjeldahl. Hal ini juga dilakukan oleh Ramadhia (2012) hasil
protein kasar didapatkan dengan menggunakan metode kjeldahl dengan menggunakan
labu kjeldahl dan pemanas kjeldahl.
Alat lain yang diperkenalkan pada saat praktikum pengenalan alat bagian dalam adalah
desikator. Desikator merupakan alat yang digunakan untuk menurunkan suhu karena
terdapat silica gel didalamnya. Dalam praktiknya, banyak yang menggunakan desikator
untuk menghilangkan kadar air dalam suatu bahan tertentu. Pernyataan ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya (2010) dimana desikator digunakan untuk
mendinginkan bahan selama 30 menit untuk menghitung kadar air suatu bahan pakan.
Bomb kalorimeter adalah salah satu alat yang diperkenalkan kepada praktikan pada saat
melakukan praktikum pengenalan alat. Bomb kalorimeter merupakan alat laboratorium
yang memiliki fungsi untuk mengukur jumlah kalor (nilaikalori) yang dibebaskan pada
pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa,bahan makanan, bahan
bakar. Penggunaan bomb kalorimeter biasanya digunakan untuk mengukur besarnya
energi pembakaran. Hal ini sejalan dengan Hartaya (2016) yang mengatakan bahwa
Pengukuran besarnya energi pembakaran propelan dilakukan dengan bomb calorimeter.
Alat yang dikenalkan juga ada yang berbentuk besar, seperti oven yang berfungsi untuk
menurunkan kadar air. Oven yang digunakan merupakan oven listrik dan merupakan
alat dengan bentuk yang paling mudah untuk dikenali. Hal ini sesuai dengan pernyataan
budiman (2008) dimana Budiman mengatakan bahwa fungsi dari oven adalah untuk
sterilisasi kering, meminimalkan kuman dan mikroba serta untuk mengurangi kadar air
dalam suatu bahan pakan.
Tanur adalah salah satu alat yang digunakan ketika melakukan analisis proksimat.
Tanur merupakan alat yang digunakan untuk proses pengabuan dengan suhu sebesar
600’C . hal ini sejalan dengan pendapat Bakri (2016) yang mengatakan bahwa tanur
pada suhu 600 derajat dapat digunakan untuk mengabukan bahan atau mengarangkan
bahan.
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil berat jenis yang berbeda dari
kedua kelompok yang menguji tepung ikan. Kelompok 2 menguji tepung ikan dengan
berat jenis sebesar 0,538 sedangkan kelompok 6 menguji tepung ikan dengan berat
jenis sebesar 0,574. perbedaan perhitungan ini bisa dikarenakan beberapa hal, namun
yang bisa sangat berpengaruh adalah besar kecilnya ukuran penyaring ketika bahan
pakan dibuat tepung, hal ini sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh mujnisa
dimanaterdapat interaksi antara penyaring dan produk samping terhadap ukuran partikel
dan berat jenis.
Berat jenis dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu berat gelas berisi sampel
dikurangi berat gelas kosong dibagi volume. Menurut Jaelani dan Firahmi
33

(2007), bahwa menghitung berat jenis adalah bobot bahan pakan (gram) dibagi dengan
volume. Hal ini membuktikan bahwa cara kerja yang dilakukan saat praktikum dengan
yang ditemukan di jurnal memiliki perbedaan.
Dilihat dari nilai berat jenis ternyata dari sampel menunjukan nilai di bawah 1 yang
berarti lebih kecil dari volume. Hasil praktikum diperoleh nilai berat jenis 0,574 gr/ml.
Besarnya berat jenis (density) bahan pakan penting diketahui karena apabila suatu
bahan pakan mempunyai nilai densitas yang rendah yaitu perbandingan antara berat
bahan pakan dengan volume lebih besar berarti intake untuk ternak hanya sedikit dan
sebaliknya. Pakan yang baik adalah nilai densitasnya lebih besar sehingga intake pakan
meningkat (Retnani, 2011).
Luas permukaan spesifik adalah luas permukaan spesifik bahan pakan dengan berat
tertentu. Luas pernukaan spesifik berperan untuk mengetahui tingkat kehalusan dari
bahan pakan tanpa diketahui distribusi, ukuran komposisi partikel secara keseluruhan
(Suparjo, 2010). Bahan yang digunakan saat pengukaran luas permukaan spesifik saat
praktikum adalah dedak. Sampel seberat 1,0 gram, luas permukaan spesifik yang
diperoleh cm²/gr. Luas permukaan spesifik sangat besar pengaruhnya untuk
keefisienan suatu proses penanganan seperti packaging, transportasi dan penyimpanan.
Luas permukaan spesifik dapat mempengaruhi packaging karena apabila luas
permukaan spesifiknya tinggi, maka tingkat kehalusan juga tinggi. Semakin tinggi
tingkat kehalusan, maka akan semakin muat banyak bahan pakan dalam suatu wadah
atau karung. Hal ini sesuai dengan pendapat Jaelani (2007) yang menyatakan bahwa
keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan dan penyimpanan dalam industri
pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai nutrisi
saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat kesalahan penanganan
bahan pakan dapat dihindari.
Luas permukaan spesifik sangat besar pengaruhnya untuk keefisienan suatu proses
penanganan seperti packaging, transportasi dan penyimpanan. Apabila luas permukaan
spesifik besar atau tingkat kehalusan tinggi maka dalam suatu packaging akan memuat
bahan pakan yang lebih banyak, hal ini berarti transportasi dan penyimpanan akan
menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Jaelani (2007), yang menyatakan
bahwa keefisienan suatu proses penanganan, pengolahan dan penyimpanan dalam
industri pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai.
Penentuan daya ambang suatu bahan pakan bertujuan untuk pemindahan dan
pengankutan bahan pakan. Bertujuan juga untuk perataan pakan ketika pemberian
pakan kepada ternak . Hal ini sesuai dengan pendapat Suparjo (2010), bahwa
perhitungan daya ambang bertujuan untuk efisiensi pemindahan atau pengangkutan
yang menggunakan alat penghisap dan pengisian silo yang menggunakan gaya gravitasi
dan daya ambang berbeda akan terjadi pemisahan partikel.
Daya ambang adalah jarak yang ditempuh oleh suatu partikel bahan bila dijatuhkan dari
ketinggian tertentu dalam waktu tertentu. Daya ambang yang kami dapatkan adalah
34

sebesar 0,37 m/s. Daya ambang yang terlalu lama akan menyulitkan dalam proses
pencurahan bahan karena dibutuhkan waktu yang lebih lama (Jaelani, 2007).
Daya ambang yang kami dapatkan berbeda dengan yang didapatkan oleh kelompok 2,
dimana kelompok kami mendapatkan hasil sebesar 0,37 dan kelompok 2 mendapat
hasil sebesar 0,269. Perbedaan daya ambang ini dikarenakan proses penjatuhan bahan
pakan yang tidak kompak dengan pengawas dan pencatat waktu. Daya ambang sendiri
berbanding lurus dengan berat jenis. Pernyataan ini sesuai dengan marpaung (2011)
yang menyatakan bahwa berat jenis dapat memberikan pengaruh terhadap daya
ambang, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan hasil praktikum sudut tumpukan didapatkan 7,8 derajat dengan cara
mencurahkan bahan pakan 100 gram melalui corong dan besi penyangga. Menurut
Retnani (2011), nilai sudut tumpukan pada ransum penelitian termasuk dalam ransum
yang mudah mengalir yaitu pada kisaran sudut tumpukan 30o-38o. Ransum bentuk
padat memiliki sudut tumpukan berkisar antara 20o dan 50o. hal ini tidaksesuai dengan
praktikum yang telah dilakukan karena hasilpraktikum hanya 7.8 derajat saja.
Sudut yang didapatkan sangat berbanding jauh dengan kelompoklain, hal ini
menandakan adanya human eror dalam pengukuran sudut tumpukan pada praktikum.
Selain human eror, ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar sudut tumpukan itu
sendiri seperti bentuk bahan pakan, berat jenis, dan kandungan air. Hal ini sesuai
dengan pendapat Retnani (2011),besarnya sudut tumpukan sangat dipengaruhi oleh
ukuran, bentuk dan karakteristik partikel, kandungan air, berat jenis dan kerapatan
tumpukan. Ukuran partikel mempengaruhi sudut tumpukan, yaitu semakin kecil ukuran
partikel maka semakin tinggi sudut tumpukannya.
Fungsi dari sudut tumpukan adalah salah satunya untuk pengosongan silo, hal ini dapat
terjadi jika sudut tumpukan memiliki sudut berkisar antara 30-38 derajat. Hal ini sejalan
dengan pendapat retnani (2011) yang mengatakan bahwa ransum yang mudah mengalir
yaitu pada kisaran sudut tumpukan 30o-38 derajat. Hal ini berbanding terbalik dengan
penjelasan asisten yang mengatakan bahwa semakin kecil sudut tumpukan maka
pengosongan silo akan lebih cepat.
V.2.3 Analisis proksimat
Kadar air adalah salah satu nilai yang dicari ketika melakukan analisis proksimat.
Prinsip dari kadar air adalah semua bahan pakan yang mengandung air apabila
dipanaskan pada suhu 105 derajat selama 8 jam maka airnya akan menguap. Kadar air
terjadi karena tidak semua yang menguap ketika sampel dipanaskan merupakan air,
adapula senyawa senyawa seperti C2 C3 dan C4 yang ikut menguap bersamaan dengan
air.
Perlakuan penghitungan kadar air ini dilakukan mengingat pakan yang diberikan pada
ternak harus rendah kadar airnya, agar awet disimpan lama dan pada umumnya pakan
diberikan pada ternak dalam keadaan kering. Hal ini sejalan dengan Utomo 2009 yang
35

menyatakan bahwa Hijauan pakan segar berkadar air sangat tinggi, setelah dikeringkan
105C sampai beratnya tetap diperoleh bahan pakan dalam kondisi kering udara disebut
juga berat kering, kering udara atau dry weight. Bahan pakan konsentrat pada
umumnya berada pada kondisi kering udara dan sering disebut kondisi as fed (keadaan
apa adanya)
Hasil yang didapatkan ketika praktikum adalah -7,86 dimana hasil yang didapatkan
sangat berbeda jauh dengan kadar air dari bungkil kelapa sawit dari kelompok lain. Hal
ini dapat terjadi karena kesalahan dalam penghitungan. Menurut Miskiyah (2007)
dalam pehitungan suatu kadar bahan pakan, diperlukan ketelitian yang ekstra
dikarenakan kesalahan sedikit saja dapat menjadikan hasil menjadi tidak akurat.
Kadar abu merupakan salah satu nilai yang dapat dicari setelah mencari nilai kadar air.
Sampel yang digunakan pada saat praktikum kadar abu adalah sampel dari kadar air.
Nilai kadar abu yang didapatkan adalah sebesar 3,78%
Perhitungan kadar abu penting dilakukan untuk mengetahui kandungan fosfor dan
kalsium yang terdapat dalam bahan pakan. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan
yunus (2008) yang menyatakan bahwa Penetuan kadar abu berguna untuk menentukan
kadar ekstrak tanpa nitrogen. Disamping itu kadar abu dari pakan yang berasal dari
hewan dan ikan dapat digunakan sebagai indek untuk kadar Ca (Kalsium) dan P
(Fofsor), juga merupakan tahap awal penentuan berbagai mineral yang lain (Yunus,
2008).
Kadar abu yang didapatkan adalah sebesar 3,78%. Kadar abu yang didapatkan ini
masih tergolong normal untuk sampel kelapa sawit. Dimana hasil yang tidak jauh
berbeda juga didapatkan oleh mangunwardoyo pada tahun 2011 yang menyatakan
bahwa kadar abu pada kelapa sawit adalah sebesar 4,16.
Perhitungan lemak kasar didapatkan dengan mengurangi berat sampel setelah dioven
pertama dan kedua kemudian dibagi dengan berat sampel dan dikalikan 100%. Prinsip
dari kadar lemak adalah bahan pakan mengandung lemak akan larut dalam pelarut
lemak yang ditetukan oleh soxhlet. Pada kenyataanya, tidak hanya lemak yang akan
larut dalam pelarut lemak, melainkan terdapat juga vitamin ADEK,sterol, pigmen, dan
klorofil yang ikut larut dalam pelarut lemak.
Kadar lemak kasar yang didapatkan adalah sebesar8,29%. Kadar lemak yang didapat
masih masuk dalam kategori normal untuk sampel bungkil kelapa sawit. Hal ini sejalan
dengan penelitian dari sukaryana (2009) yang menemukan hasil lemak kasar sebesar
7,79%.
Kadar lemak kasar dalam bahan pakan yang cukup tinggi tentu akan mempengaruhi
kualitas dari bahan pakan itu sendiri. Semakin tinggi kadar lemak kasar dalam bahan
pakan, maka umur simpan dari bahan pakan akan menjadi lebih singkat serta kecernaan
dari bahan pakan akan menjadi lebih kecil. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Miskiyah (2007) lemak yang cukup tinggi merupakan kendala pada pengolahan ampas
36

kelapa yang akan diolah menjadi pakan karena akanmempengaruhi kualitas pakan yang
dihasilkanterutama dalam mempengaruhi umur simpan dan daya cerna pakan.
Protein kasar merupakan salah satu nilai yang dicari dalam analisis proksimat.
Pencarian kadar protein kasar ini didapatkan dengan menggunakan metode destruksi,
destilasi, dan titrasi. Titrant yang digunakan pada pencarian kadar protein kasar adalah
HCl 0,1 N.
Protein kasar pada bahan pakan penting dicari mengingat fungsinya yang berperan
sebagai pemenuhan kebutuhan protein untuk ternak. Kelapa sawit merupakan salah satu
bahan pakan dengan kandungan protein kasar yang cukup baik untuk ternak. Hal ini
sejalan dengan pendapat Miskiyah (2007) Ampas kelapa yang dihasilkan masih
memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi terutama protein. Hal ini
menyebabkanampas kelapa berpotensi untuk diolah menjadi pakan.
Hasil perhitungan pada saat praktikum menunjukan hasil bahwa kandungan protein
kasar adalah senilai 15,96%. Kadar protein kasar pada sampel ini masih berada di tahap
aman dan normal. Kandungan protein kasar yang didapatkan oleh Sukaryana (2009)
adalah sebesar 13,38 hal ini berarti hasil yang didapatkan pada saat praktikum tidak
berbeda jauh dan masih berada didalam kadar normal.
Serat kasar memiliki prinsip dimana bahan pakan bebas air dan lemak akan larut asam
basa kuat. Serat kasar adalah Berat sampel setelah dilakukan pemijaran. Disebut serat
kasar karena yang larut dalam asam basa kuat masih didapati lignin, hemiselulosa, dan
selulosa yang merupakan fraksi serat atau biasa disebut juga sebagai fraksi sederhana.
Menurut sutardi (2000) kadar serat kasar didapatkan dengan membagi berat sampel
setelah dioven dikurangi berat setelah ditanur dikurangi berat kertas saring dikali 100%
dan dibagi berat sampel. Pendapat dari sutardi ini sejalan dengan penjelasan pada saat
praktikum. Pada saat praktikum, kadar serat kasar yang didapatkan adalah senilai
23,56%.Hasil perhitungan kadar serat kasar pada praktikum yang sebesar 23,56%
melebihi dari kadar normal serat kasar pada bungkil kelapa sawit. Hal ini dapat
dikarenakan human eror pada saat perhitungan dan penimbangan. Menurut Miskiyah
(2007) dalam pehitungan suatu kadar bahan pakan, diperlukan ketelitian yang ekstra
dikarenakan kesalahan sedikit saja dapat menjadikan hasil menjadi tidak akurat.
V.2.4 Penetapan FFA
FFA adalah adalah kadar asam lemak bebas yang terdapat pada suatu bahan pakan.
Asam lemak bebas terjadi karena asam lemak tersebut berikatan langsung dengan
tligiserida. Hal ini sejalan dengan pendapat pahan (2006) yang menjelaskan bahwa sifat
tligiserida akan tergantung pada perbedaan asam asam lemak yang bergabung untuk
membentuk tligiserida.
Perhitungan ffa penting dilakukan dalam penyusunan ransum bahan pakan. Ffa atau
asam lemak bebas adalah salah satu indikator untuk mengetahui