Pengantar Filsafat Pengertian Ciri ciri

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Filsafat mengenai Pengantar Filsafat ini.
Adapun makalah tentang Pengantar Filsafat ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Pengantar Filsafat ini
kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.

Samata, Maret 2015
Penyusun

1


Daftar Isi
Kata Pengantar

1

Daftar isi

2

Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang

3

B. Rumusan Masalah

3

C. Tujuan Penulisan


3

Bab II : Pembahasan
A. Pengertian Filsafat

5

B. Ciri-Ciri Filsafat

11

C. Misi Filsafat

16

D. Lapangan Filsafat

19


E. Urgensi Filsafat

26

Bab III : Penutup
A. Kesimpulan

27

B. Saran

27

Daftar Pustaka

28

2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filsafat dikatakan sebagai ilmu karena filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah
yaitu : bagaimana, mengapa, kemana dan apa. Pertanyaan bagaimana mengandung sifatyang dapat ditangkap atau tampak oleh indera, jawaban yang diperoleh bersifat
deskriptif. Pertanyaan mengapa mengandung sebab (asal mula) suatu obyek, jawaban
yang diperoleh bersifat kausalitas. Pertanyaan kemana menanyakan tantang apa yang
terjadi dimasa lampau, sekarang dan yang akan datang, pengetahuan yang diperoleh
adalah: pengetahuan yang timbul dari hal yang selalu berulang dapat dijadikan sebagai
pedoman, pengetahuan yang terkandung dalam adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat dan pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum)
sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan.
Pertanyaan apakah menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal,
jawaban yang diperoleh mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum, universal
danabstrak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat ?
2. Apa sajakah ciri-ciri filsafat ?
3. Apa misi/tujuan filsafat ?
4. Apa saja yang mencakup lapangan filsafat ?

5. Apa saja yang menjadi urgensi filsafat ?

C. Maksud dan Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas diskusi mata kuliah Filsafat Pendidikan, adapun
guna mempelajari filsafat adalah Menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat
membantu menyelesaikan masalah dengan bijaksana, membuat manusia lebih hidup
lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, membantu manusia untuk
mengetahui mana yang pantas ditolak dan mana yang pantas disetujui. Mungkin tanpa

3

disadari kita pernah berfilsafat, namun kita tidak menyadarinya karena ketidaktahuan
kita tentang pengertian filsafat itu sendiri serta kita pun belum mengetahui tujuan
mempelajari filsafat dan ciri-ciri filsafat, misi filsafat, lapangan (objek kajian filsafat),
serta urgensi filsafat itu sendiri. Atas dasar tersebut pembuatan tugas ini dijadikan acuan
pembelajaran mandiri.

4

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
a. Secara Etimologi
Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu atau
hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani,
philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah
(wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang
berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan
pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof
Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadangkadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi).
Adapun pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang
berkembang pula. Pada abad modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan
yang timbul dari pemikiran. Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika
(termasuk di dalamnya etika). Filsafat adalah mencintai kebijaksanaan, konsep
Plato memberi istilah dialektika yang berarti seni berdiskusi, konsep Cicero
menyebutnya sebagai ibu dari semuai seni, konsep Al Farabi adalah menyelidiki
hakikat sebenarnya dari segala yang ada, konsep Rene Descartes menyatakan
kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok

penyelidikan. Dari keragaman pengertian filsafat tersebut. Penulis memberikan
suatu konsep bahwa filsafat mempunyai pengertian yang multi dimensi.
Diamati dari aspek historis, diketahui bahwa kata filsafat pertama kali
diperkenalkan oleh orang filosof Yunani yang bernama Phytagoras (582-496 SM).
Walaupun pada saat itu kata filsafat belum memiliki pengertian secara jelas,
namun ditangkap makna bahwa berfilsafat adalah proses berpikir kearah yang
mencari kebenaran. Kemudian pada 470-399 SM, Socrates seorang filosof dari
kaum sophist menggunakan kembali kata filsafat dengan makna yang diperjelas
sebagai suatu kebijaksanaa dalam mengarungi lautan kehidupan. Sejak saat itu,
kata filsafat menjadi sebuah telaah berkelanjutan untuk mempelajari berbagai

5

fenomena kehidupan dari kritis tersebut diperoleh yang dan pemikiran manusia
secara kritis, dan hasil pemikiran

yang kritis tersebut diperoleh dari proses

berpikir setajam tajamnya dan merasa sedalam dalamnya, dalam rangka mencapai
dan menyelesaikan permasalahan hidup dan kehidupan ini.

b. Pengertian Filsafat Secara Umum
Filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan demikian
pengetahuan tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat berpengaruh
dalam

aktifitas

pendidikan

seperti

manajemen

pendidikan,

perencanaan

pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh tersebut,
maka dalam makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan paradigma
aliran-aliran filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya manajemen

pendidikan.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.

Filsafat adalah suatu usaha untuk

memperoleh suatu pandangan keseluruhanFilsafat adalah analisis logis dari bahasa
dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah
kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan
jawabannya oleh para ahli filsafat.
Dari arti di atas, kita kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat
adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu vak biasa, yang berusaha menyelidiki
hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Bolehlah filsafat disebut
sebagai: suatu usaha untuk berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara
berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Hal yang membawa usahanya
itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari
hal yang tersederhana sampai yang terkompleks. Filsafat, “Ilmu tentang hakikat”.

Di sinilah kita memahami perbedaan mendasar antara “filsafat” dan “ilmu
(spesial)” atau “sains”. Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yang dapat
dialami, dapat diindera, atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya dengan

6

pertanyaan “bagaimana” dan “apa sebabnya”. Filsafat mencakup pertanyaanpertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ide-ide
dasar (keyakinan, asumsi dan konsep) yang tidak dapat dipecahkan dengan ilmu
empiris. Philosophy: Inquiry into the nature of things based on logical reasoning
rather than empirical methods (The Grolier Int. Dict.).
Filsafat meninjau dengan pertanyaan “apa itu”, “dari mana” dan “ke mana”.
Di sini orang tidak mencari pengetahuan sebab dan akibat dari suatu masalah,
seperti yang diselidiki ilmu, melainkan orang mencari tahu tentang apa yang
sebenarnya pada barang atau masalah itu, dari mana terjadinya dan ke mana
tujuannya. Maka, jika para filsuf ditanyai, “Mengapa A percaya akan Allah”,
mereka tidak akan menjawab, “Karena A telah dikondisikan oleh pendidikan di
sekolahnya untuk percaya kepada Allah,” atau “Karena A kebetulan sedang
gelisah, dan ide tentang suatu figur bapak membuatnya tenteram.” Dalam hal ini,
para filsuf tidak berurusan dengan sebab-sebab, melainkan dengan dasar-dasar
yang mendukung atau menyangkal pendapat tentang keberadaan Allah. Tugas

filsafat menurut Sokrates (470-399 S.M.) bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dalam kehidupan, melainkan mempersoalkan jawaban yang
diberikan.
Uraian singkat tentang pengertian filsafat tersebut diatas mempertegas bahwa
filsafat secara harfiah diartikan sebagai upaya perenungan dalam rangka
memperoleh sistem pengetahuan untuk mencapai hidup yang lebih berkualitas,
dan secara sederhana berfilsafat dapat juga dinyatakan “sebagai proses berpikir
secara benar dan secara tajam terkait segala sesuatu mulai dari kulit sampai pada
akar permasalahan inti”. Dengan demikian, melalui filsafat akan ditemukan
sesuatu yang menyenangkan, yang membahagiakan, yang mendamikan dan
sejenisnya, termasuk dampak, impact dab benefitnya,seehingga secara konsepsi
dapatdinyatakan bahwa filsafat dalah suatu kecintaan kepada kondisi yang
mengedepankan segala sesuatu dengan lebih bijaksanaa, aman, naman, sejuk, dan
tidak merugikan pihak manapun secara illegal.
Sejak dikemukakan pengertian dari kata filsafat, sampai saat ini telah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan, mengarah kepada substansi
makna filsafat itu sendiri yang dipengaruhi oleh factor factor yang cukup
kompleks, sehingga melahirkan berbagai pendapat tentang arti, criteria,

7

danindikator serta cirri cirri filsafta, yang antaralain ditandai dengan lahirnya
paham paham berikut ini.


Paham rasionalisme yang mengagungkan akal



Paham materialism yang mengagugkan materi



Paham idelais yang mengagungkan idea
Dengan

demikian

banyak

aliran

dan

paham

yang

muncul

dalam

perkembangan pemikiran filsafat, maka dari kesemua aliran tersebut dapat
disimpulkan bahwa kata filsafat merupakan :


Hasil pemikiran kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis,



Hasil pemikiran manusia yang paling dalam,



Refleksi dan pendalaman lebih lanjut daripada ilmu pengetahuan,



Hasil analisis dan abstraksi berpikir manusia,



Pandangan hidup,



Hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar dan menyeluruh.

c. Pengertian Filsafat Menurut para Ahli
 Plato (427-347 SM)
Plato mengatakan bahwa filsafat haurs berlangsung dengan mengkritik
pendapat pendapat yang berlaku. Jadi, kearifan dan pengetahuan intelektual
itu diperoleh melalui suatu proses pemeriksaan secara kritis, diskusi dan
penjelasan ide serta gagasan.

 Aristoteles (382-322 SM)
Dalam bukunya yang berjudul “metaphysics”, dia mengemukakan bahwa
filsafat sebagai ilmu mempelajari tentang suatu yang ada sebagai hal ada
yang berbeda dengan bagian bagiannya yang satu sama lainnya. Filsafat juga
dianggap sebagai ilmu yang pertama dan terakhir sebab secara logis
disyaratkan adanya ilmu lain yang juga harus dikuasai, sehingga untuk
memahaminya orang harus ilmu ilmu yang lain juga.

8

 Sir Fancis Bracon (1561-1626 m)
Menjadi titik kebangkitan filsafat modern yang menyatakan pemikiran bahwa
filsafat adalah induk agung dari ilmu ilmu. Filsafat menangani semua
pengetahuan sebagai bidangnya.

 Rene Descartes (1590-1650)
Tokoh ini berpendapat bahwa filsafat merupakan kumpulan segala
pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan
(hasbulah bakry, 1971)

 Immanuel Kant (1724-1804)
Menurut Kant, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan
pangkal dari segala ilmu pengetahuan.

 G.W.F. Hegel (1770-1831)
Hegel menggambarkan filsafat sebagai landasan maupun pemcerminan dari
peradaban. Sejarah filsafat merupakan pengungkapan sejarah peradapan dan
begitu pula sebaliknya.

 Herbet Spenser 1820-1903
Filsafat masih tepat unutk dipertahankan bahkan perlu terus dikembangkan
sebagaimana bagi pengetahuan tentang generalitas yang tingkatnya paling

9

tinggi. Ini secara diam diam dikuatkan oleh tercangkupnya Tuhan, alam dan
manusia dalam lingkungannya.

 John Dewey1859- 1952
Filsafat harus dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan
manusia dalam melakukan penyenyusain kumpulan tradisi secara terus
menerus yang membentuk budi manusia yang sesungguhnya terhadap
kecenderungan kecenderungan ilmiah dan cita cita politik baru dan yang
tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Jadi, filsafat merupakan alat
untuk membuat penyesuaian penyesuaian di antara yang lama dan yang baru
dalam suatu kebudayaan.
 Betran Russell 1872-1970
Ia memandang filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan. Filsafat
memeriksa secara kritis asas asas yang dipakai dalam ilmu dan kehidupan
sehari hari, dan mencari suatu ketidak selarasan yang dapat terkandung di
dalam asas asas itu.

 Al Farabi
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikat
yang sebenarnya.

 Langeveld
Filsafat adalah beripikir tentang masalah masalah yang akhir dan yang
menentukan, yaitu masalah masalah yang mengenai makna keadaan. Tuhan,
keabadian dan kebebasan.

 Hasbullah Bakry

10

Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang
didapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya
setelah mencapai pengetahuan itu (Abbas Hamami M., 1976h. 2-3).

 N. Driyarkara
Filsafat adalah perenungan yang sedalam dalamnya tentang sebab sebab
“ada” dan “berbuat” perenungan tentang kenyataan yang sedalam dalamnya,
sampai ke “mengapa” yang penghabisan.

 Notonagoro
Filsafat itu menelaah hal hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang
mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah yang disebut
hakikat.

11

B. Ciri-Ciri Filsafat
Filsafat memiliki beberapa ciri ciri, sebagai berikut:
a. Skematika Konsepsial
Konsepsi (rencana kerja) merupakan hasil generalisasi serta abstrak dari
pengalaman tentang hal hal serta proses proses satu demi satu. Karena itu filsafat
merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses-proses dalam hubungan yang
umum. Diantara proses proses yang dibicarakan ialah pemikiran itu sendiri. Dan
diantara hal hal yang dipikirkan ialah si pemikir itu sendiri. Filsafat merupakan
hasil menjadi –sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri sebagai pemikir, dan
menjadi – kritisnya manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam dunia
yang dipikirkannya.
Sebagai konsekuensinya, seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang
ada disekitarnya serta dunia yang ada di dalam dirinya. Ia tidak hanya ingin
mengetahui hakekat kenyataan dan ukuran ukuran untuk melakukan verifikasi
terhadap pernyataan-pernyataan mengenai segala sesuatu ,melainkan ia berusaha
menemukan kaidah kaidah berpikir itu sendiri. Bila manakah suatu pemikiran itu
membawa kita kepada kesimpulan yang sah, dan bagai manakah caranya serta
mengapa membawa kita kepada kesimpulan yang sah ?
b. Koheren
Pemikiran filsafat merupakan suatu usaha perenumgan/refleksi kritis-rasional
yang runtut dan mendalam terhadap suatu hal atau suatu obyek yang dipikirkan
oleh akal budi. Orang bukan berpikir asal-asalan atau berpikir setengah hati saja.
Dalam proses berpikir ini, orang perlu mengerahkan seluruh pikiranya secara
fokus, terarah, terorientasi,terkonsentrasi pada obyek yang dipikirkan agar
mencapai hasil akhir pemikiran yang benar secara filosofis. Pemikiran yang serius
tidak mampu menemukan ide filosofis yang mencerahkan dirinya.
c. Rasional
Istilah atau kosakata “rasional” berarti logis, masuk akal, dan dapat dimengerti
atau diterima secara akal sehat. Pemikiran yang logis berarti pemikiran yang
berhubungan satu sama lain, utuh, tidak terpisah-pisah, tidak frakmentaris, tidak
terpotong-potong. Pemikiran rasional kontra terhadap segala hal yang irasional
dalam kehidupan karena berfilsafat mengandalkan rasio sebagai alat analisinya.

12

Filsafat menolak segala hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip rasionalitas
yang benar.
d. Menyeluruh/holistic
Holisti berarti obyek pemikiran kita harus berhubungan erat dengan seluruh
kenyataan yang ada (exist). Segala sesuatu yang dapat dipikirkan termasuk dalam
pemikiran filsafat. Jadi, obyeknya bisa berupa apa saja dan segala entitas
(substansi) apa saja sejauh itu dapat dipikirkan oleh akal budi. Segala sesuatu
yang dapat dipikirkan dapat menjadi data/hal menarik untuk direfleksikan secara
menyeluruh oleh filsafat, termasuk didalamnya refleksi tentang diri kita sendiri
sebagai manusia kini dan disini (bic et nunc).
e. Memberi visi
Filsafat juga berciri visioner. Filsafat tampil dalam paradigm pandangan/
pemikiran/ visi terhadap suatu kenyataan dunia dan diri kita sendiri. Kita tidak
mungkin memiliki pandangan terhadap sesuatu jika kita tidak dapat berefleksi
secara benar terhadapnya. Hanya orang yang merenung/berefleksi secara benar
yang akan mampu menghasilkan ide-ide cermelang tentang dunia dan manusia.
Orang yang dapat memberikan pandangan dunia dan dirinya itu sudah termasuk
dalam pemikiran filosofis (kattsoff,2004: hlm. 9-14). Seseorang filsuf biasanya
memiliki visi yang jauh ke depan. Ia mampu melakukan prediksi rasional
sekarang atas segala fenomena hidup yang terjadi di masa depan. Dengan visi ini
filsuf memberikan harapan hidup bagi manusia dan membuka horizon perspektif
makna untuk memperkaya kualitas ziarah intelektual sebagai manusia di planet
bumi ini. Filsuf ibarat obor dan terang yang menerangi jalannya dinamika
kehidupan manusia di planet bumi ini.
Ciri-Ciri Filsafat Menurut para Ahli
a.

Ciri-ciri berfikir filosfi :
1. Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2. Berfikir secara sistematis.
3. Menyusun suatu skema konsepsi,
4. Menyeluruh.

b. Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisik.

13

2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas oleh Atropologi Filsafat.
c. Ciri-ciri filsafat menurut Drs. Asmoro Asmadi (Asmoro, Asmadi;129):
1. Sangat umum
2. Tidak faktual artinya membuat dugaan-dugaan yang masuk akal dengan tidak
berdasarkan pada bukti tetapi bukan berarti tidak ilmiah.
3. Bersangkutan dengan nilai dimana penilaian yang dimaksud adalah yang baik
dan buruk yang susila dan asusila.
4. Berkaitan dengan arti.
5. Implikatif.
6. Menyeluruh.
d. Ciri-ciri filsafat menurut Drs. Suyadi MP dan Drs. Sri suprapto widodonongrat:
Artinya pemikiran yang luas
1. Mendasar Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental atau esensial obyek
2. Spekulatif Artinya, hasil pemikiran yang didapat dan dijadikan dasar bagi
pemikiran selanjutnya.
e. Ciri-ciri filsafat menurut Sunoto:
1. Deskriptip
2. Kritik atau analitik
3. Evaluatif atau normativ
4. Spekulatif dan sistematik
5. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan seara radikal. Radikal berasal dari kata
Yunani radix yang berarti akal. Berfikir secara radikal adalah berfikir sampai
ke akar-akarnya. Berfikir sampai ke hakekat, esensi atau sampai ke substansi
yang dipikirkan.
6. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum)
7. Berfikir secara universal adalah berfikir tentang hal serta proses yang bersifat
umum, dalam arti tidak memikirkan sesuatu yang parsial.
8. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual
9. Berfikir kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten
10. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik.
11. Berfikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif

14

12. Berfikir secara kefisafatan dicirikan secara bebas
13. Berfikir secara kefilsafatan adalah pemikiran yang bertanggung jawab
f. Ciri-ciri persoalan filasafat menurut Made Pramono, S.S., M.Hum :
1. Bersifat sangat umum (tak bersangkutan dengan objek-objek khusus).
2. Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (nonfaktawi).
3. Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yang ada pada suatu hal).
4. Bersifat kritis terhadap konsep dan arti-arti yg biasanya diterima begitu saja
oleh ilmu.
5. Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan.
6. Bersifat implikatif: jawaban suatu persoalan memunculkan persoalan baru
yang saling berhubungan.
7. Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.
g. Ciri-ciri pemikiran filsafat menurut Made Pramono, S.S., M.Hum L:
1. Bersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pada hakikat/esensi).
2. Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur-unsur untuk mencapai tujuan
tertentu).
3. Berpikir tentang hal/proses umum, universal, ide-ide besar, bukan tentang
peristiwa tunggal.
4. Konsisten/runtut (tak terdapat pertentangan di dalamnya) dan koheren (sesuai
dengan kaidah-kaidah berpikir, logis).
5. Secara bebas, tak cenderung prasangka, emosi.
6. Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pada prinsip-prinsip pemikiran logis
serta tanggung jawab pada hati nurani sendiri).
7. Berusaha memperolah pandangan komprehensif/menyeluruh.
8. Secara konseptual hasil generalisir (perumuman) dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual melampaui batas
pengalaman hidup sehari-hari.
h. Ciri-ciri sifat dasar filsafat
Sifat dasar filsafat (Simon, 2003):
1. Berfikir radikal
2. Berfikir rasional; tahu & paham dengan akal budi
3. Mencari asas
4. Mencari kebenaran

15

5. Mencari kejelasan
Ciri-Ciri Filsafat Menurut Clarence L. Lewis
Menurut Clarence L. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu
sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang
terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan
manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut
dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau
problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran
filsafat adalah sebagai berikut :
1. Sangat umun atau universal
Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat
keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan
dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep
yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang
kebebasan, dan lainnya.
2. Tidak faktual
Kata lain dari tidak faktual ialah spekulatif, yang artinya filsafat membuat
dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan
pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang melampaui tapal batas dari faktafakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang didapat dari dugaan-dugaan tersebut
sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan berarti bahwa pemikiran filsafat tidak
ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup
kewenangan ilmu khusus.
3. Bersangkutan dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari
pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan
dalam penilaian ialah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan
akhirnya filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Maka
selanjutnya, dibentuklah sistem nilai, sehingga lahirlah apa yang disebutnya
sebagai nilai sosial, nilai keagamaan, nilai budaya, dan lainnya.
4. Berkaitan dengan arti

16

Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar para filosof
dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga arti, para filosof harus dapat
menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa-bahasa yang tepat, semua
itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan/sesat pikir (fallacy).
5. Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat
logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran
baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang dinamis dari tesis ke anti
tesis kemudian sintesis, dan seterusnya sehingga tidak ada habisnya. Pola
pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menuburkan intelektual.
C. Misi Filsafat
Tujuan dan Fungsi dari Filsafat adalah:
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami
alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol,
dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan
komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan
kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita
pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan
kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun
dengan tertib, akan kebenaran.
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat
memberikan

ketenangan

pikiran

dan

kemantapan

hati,

sekalipun

menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah
letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara
kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya
dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya,
senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab
terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun
kebenaran.

17

Radhakrishnan

dalam

bukunya,

History

of

Philosophy,

menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat
masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat
adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan
menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan
kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia
yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras,
dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik
dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus
membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar
yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan
keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung
pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis.
Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan,
pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan. Berbeda
dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah
untuk mempertajamkan pikiran.
H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui,
tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan
bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang
dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia,
bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia,
bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan
bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat
adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran
berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
Adapun tujuan lain dari Filsafat Yaitu :
 Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih
mendidik dan membangun diri sendiri
 Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri

18

 Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandang an
yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu
kesatuan
 Hidup seseorang dipimpin oleh pengetahuan ya ng ia miliki. Sebab
itu

mengetahuai

pengetahuan-pengetahuan

terdasar

berarti

mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri .
 Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa
karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya
ilmu mendidik.
Tujuan aliran filsafat, bisa membentuk karakter manusia. Aliran
realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh,
bersifat dualistis. Tujuan aliran filsafat, membentuk individu yang mampu
menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab
kepada masyarakat. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika,
dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi
ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk
menemukan arti atau kegunaan.

Tujuan aliran filsafat, menggunakan

pengalaman

menyelesaikan

sebagai

alat

untuk

hal-hal

baru

dalam

kehidupan priabdi dan masyarakat. Humanisme berpandangan bahwa
pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak. Tujuannya untuk
aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral. Paham
behaviorisme

memandang

perubahan

perilaku

setelah

seseorang

memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Tujuan
lain dari filsafat untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan
kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi
dan masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh
melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks,
pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru
dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang.
Jadi, Filsafat mempunyai tujuan untuk membicarakan keberadaan yang
membahas lapisan terakhir dari segala sesuatu atau membahas masalah-masalah yang

19

paling dasar. Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek/gejala secara
mendalam.
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pokok, yaitu masalah wujud, masalah
pengetahuan, dan masalah nilai.
Immanuel Kant mengajukan empat pokok pertanyaan yang harus dijawab oleh
filsafay, yaitu:
1) Was darf ich hoffen ?

: apa yang boleh saya harapkan ?

2) Was kann ich wissen ?

: apa yang dapat saya ketahui ?

3) Was sol lich tun ?

: apa yang harus perbuat ?

4) Was ist der mench ?

: apakah manusia itu ?

Menurut Kant, pertanyaan pertama dapat dijawab oleh metafisika, pertanyaan
kedua oleh epistemology, pertanyaan ketiga dijawab oleh etika, dan pertanyaan
keempat dijawab oleh filsafat antropologi.
Sidi Gazali (1973) mengemukakan bidang permasalahan filsafat yang terdiri
atas :
1. Metafisika, dengan pokok-pokok maasalah : filsafat hakikat atau ontology, filsafat
alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.
2. Teori pengetahuan, yang mempersoalkan : hakikat pengetahuan, dari mana asal
atau sumber pengetahuan, bagaimana membentuk pengetahuan yang tepat dan
yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, mungkinkah manusia
mencapai pengetahuan yang benar dan apakah dapat diketahui manusia, serta
sampai dimana batas pengetahuan manusia.
3. Filsafat nilai, yang membicarakan : hakikat nilai, dimana letak ilai, apakah pada
bendanya, atau padaperbuatannya, atau pada manusia yang menilainya, mengapa
terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang
menentkan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan
penilaian.
Menurut Butler (1957) mengemukakan beberapa persoalan yang dibahas dlam
filsafat, yaitu:
1.

Metafisika, membahas : teologi, kosmologi dan antropologi.

20

2.

Epistemology, membahas : hakikat pengetahuan, sumber pengetahuan dan
metode pengetahuan.

3.

Aksiologi, membahas : etika dan estetika.
Alat-alat yang digunakan dalam merumuskan dan mengklarifikasikan filsafat

pendidika, adalah berkaitan dengan lapangan filsafat yan menjadi perhatian sentral
bagi guru : metafisika, epistemology, aksiologi, etka, estetika, dan logika.
1. Metafisika
Secara etimologi, metafisika berasal dari bahasa Yunani Kuno yang terdiri
dari dua kata, yaitu “meta” yang berarti sesudah, di belakang, atau melampaui dan
“fisika” yang berarti alam nyata. Matafisika merupakan cabang filsafat yang
mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul di belakang dunia fenomena.
Metafisika melampaui pengalaman objeknya di laur hal yang dapat ditangkap
pancaindera.
Metafisika berhubungan dengan penjelasan hakekat dari realitas se-rasional
dan se-komprehensif muungkin. Meafisika juga berhubungan dengan hakekat dari
mahkluk dan mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan seperti, apakah yang dimaksud
dengan ada? Apakah tempat manusia dlam skema benda-benda? Pernyataanpertanyaan seperti ini adalah jantung dari filsafat pendidikan.
Metafisika dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.1

Ontology, mempersoalkan tentang esensi dari yang ada, hakikat dari segala
wujud yang ada.

1.2

Metafisika khusus, mempersoalkan teologi, kosmologi, dan antropologi.
Metafisika membicarakan manusia (antropologi), tetapi pembahasannya

berbeda sains, seperti sosiologi, psikologi, biologi. Metafisika mempelajari manusia
melampaui atau di luar fisiknya dan di luar gejala-gejala yang dialami manusia.
Metafisika mencoba untuk mengkaji secara mendalam : siapa manusia, dari mana
asal manusia, apa yang dituju manusia, dan untuk apa hidup di dunia ini.
2. Epistemologi
Secara etimologi, epistemology berarti teori pengetauan. Epistemology
merupakan cabang filsafat yang membahas filsafat yang membahas atau mengkaji
tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.

21

Menurut Langeveld (1961), epistemology membicarakan hakikat pengetahuan,
unsure-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahua, pangkal tumpuannya yang
fundamental, metode-metode dan batasan-batasannya.
2.1 Jenis-jenis pengetahuan
2.1.1 Pengetahuan wahyu (revealed knowledge)
Manusia memperoleh pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu
yang diberikan Tuhan kepada manusia. Wahyu adalah firman Tuhan dan
kebenarannya adalah mutlak dan abadi.

Pengetahuan wahyu bersifat

eksternal, artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia.
2.1.2 Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge)
Pengetahuan ini sebagai hasil penghayatan pribadi, sebagai hasil
ekspresi dri keunikan dan individulitas seseorang, sehingga validitas
pengetahuan ini sangat bersifat pribadi.
Pengetahuan intuitif disusun dan diterima dengan kekuatan visi
imaginative dalam pengalaman pribadi seseorang. Dalam pengertian
secara umum, intuisi merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan
tidak berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indera.
Menurut kaum intuisionis, kita dapat menangkap kenyataan yang
konkrit. Pengetahuan intuitif sulit dikembangkan karena validitasnya yang
sangat pribadi, dan subjektif sehingga sulti mengetahui seseorang
memilikinya atau tidak.
2.1.3 Pengetahuan rasional (rational knowledge)
Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan
latihan rasio/akal tanpa disertai observasi terhadap kejadian-kejadian
faktual. Prinsip logika formal dan matemaika murni merupakan paradigm
pengetahuan rasional, dimana kebenarannya dapat ditunjukkan dengan
pemikiran abstrak, dimana kebenarannya dapat ditunjukkan dengan
pemikiran abstrak. Prinsip pengetahuan rasional dapat diterapka pada

22

pengalaman indera, tetapi tidak dapat disimpulkan dengan pengalaman
indera.
Rasionalisme adalah aliran dalam filsafat yang mengutamakan rasio
untuk

memperoleh

pengetahuan

dan

kebenaran.

Rasionalisme

berpandangan bahwa akal merupakan factor fundamental dalam
pengetahuan. Akal manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui
kebenaran alam semesta, yang tidak dapat diketahui melalui observasi.
Menurut rasionalisme, pengalaman tidak mungkin dapat menguji
kebenaran hukum “sebab-akibat”, karena peristiwa yang tidak terhingga
dalam kejadian alam ini tidak mungkin dapat diobservasi.
Rasionalisme memberi kritik terhadap empirisme, bahwa :
a. Metode empiris tidak memberi kepastian, tetapi hanya sampai pada
probabilitas yang tinggi.
b. Metode empiris, baik dalam sains maupun dalam kehidupan seharihari, biasanya bersifat sepotong-sepotong.
Menurut pengakuan kaum rasionalis, mereka mencari kepastian dalam
kesempurnaan yang sistematis. Penelitian mereka dalam matematika,
khususnya geometri, mencoba untuk tidak mempercayai pengalaman,
melainkan penalara. Menurut mereka, penalaran dibutuhkan dalam
menyusun aksioma dasar yang universal yang memungkinkan kita untuk
mengambil

kesimpulan

khusus

dari

aksioma

tersebut.

Aksioma

merupakan “self evident” dan dapat dipercaya, bebas dari pengalaman.
Karen aitu pengalaman tidak akan membuktikan bahwa aksioma itu salah.
Aksioma memberikan dasar pada semua pengetahuan dan kepercayaaan.
Kesimpulannya bersifat mandiri, yaitu suatu kesatuan yang bersistem.
2.1.4 Pengetahuan empiris (empirical knowledge)
Pengetahuan empiris diperoleh atas bukti penginderaan, yaitu dengan
pengelihatan, pendengaran, dan sentuan indera-indera lain. Sehingga kita
memiliki konsep dunia disekitar kita. Paradigm pengetahuan empiris
adalah sains, dimana hipotesis-hipotesis sains diuji dengan observasi atau
dengan eksperimen.

23

Aliran ini menjadikan pengalaman sebagai sumber pengatahuan.
Empirisme beranggapan bahwa pengetahuan dapat diperoleh lewat
pengalaman, atau observasi. Pengalaman adalah proses interaksi antara
manusia dengan lingkungannya.
Pengalaman bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan akal,
melainkan, akal dilibatkan sebagai bagian integral dari pengalaman.
Kesimpulan yang didapat dari pengalaman akan selalu bersifat sementara,
dan berawal dari hipotesis. Oleh karena itu, yang diperoleh dari
pengalaman akan selalu berubah, dan dapat diubah, sesuai dengan hasil
temuan baru yang berdasarkan pengalaman juga.
2.1.5 Pengetahuan otoritas (authorical knowledge)
Pengetahuan ni kita terima bukan karena kita telah mengeceknya dari
dunia luar, tetapi karena telah dijamin oleh pihak yang berwenang
dilapangan. Kita menerima pendapat orang lain, karena ia adalah pakar
dalam bidangnya.
2.2

Teori pengetahuan
2.2.1 Teori korespondensi (correspondence theory)
Menurut teori ini, kebenaran adalah kesesuaian antara fakta dan
kejadian nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan
dalam pikiran dengan situasi lingkungan. Sama seperti ilmuwan yang
selalu mengecek pikiran-pikirannya dengan data-data yang ada.
2.2.2 Teori koherensi (coherence theory)
Menurut teori ini, kebenaran merupakan kesesuaian harmonis antara
pikiran kita dengan pengetahuan yang telah kita miliki. Teori ini biasanya
diakui oleh golongan idealis.
Persesuaian disini dapat diartikan dengan konsistensi yang merupakan
ciri logis hubungan antara smua pikiran-pikiran yang kita miliki.
Paling sederhana dari teori ini adalah konsistensi formal dituntut untuk
ada didalam system. Suatu system dapat diakui sebagai system yang

24

benar, apabila jika dasar kebenaran dari system tersebut memiliki
konsistensi dengan hukum-hukum formal berpikir tertentu.
Golongan idealis cenderung memasukkan semua pengalaman yang
bersifat konsisten kedalam dirinya. Berdasarkan prinsip-prinsip ini,
kebenaran merupakan system dalil-dalil yang konsisten antar satu sama
lain, dan setiap dalil mendapatkan kebanarannya dalam keseluruhan
system.
Ada beberapa kritik terhadap teori ini, diantaranya, teori ini tidak dapat
membedakan kebenaran yang konsisten dengan kesalahan yang konsisten.
Juga, teori ini bersifat rasionalistis dan intelektualistis, dan hanya
mementingkan hubungan-hubungan logis antara dalil-dalil. Sehingga,
teori ini gagal melengkapi pengujian yang memadai terhadap pikiran dan
pengalaman sehari-hari.
2.2.3 Teori pragmatisme (pragmatism theory)
Menurut teori ini, kebenaran tidak bisa bersesuaian dengan kenyataan,
karena kita hanya bisa mengetahui dari pengalaman kita saja. Pragmatism
berpendirian bahwa mereka tidak mengatahui apapun (agnostik) tentang
wujud, esensi, intelektualitas, dan rasionalitas. Menurut pragmatism, tidak
ada kebenaran yang mutlak dan abadi. Kebenaran terbentuk dalam proses
penyesuaian manusia.
Menurut pragmatisme, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis atau tidak. Artinya, pernyataan dikatakan benar apabila memiliki
kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
Para pendukung pragmatisme cenderung memberikan ktekanan pada 3
pendekatan, yaitu :
a.

Sesuatu dikatakan benar apabila memenuhi keinginan-keinginan
manusia. Kepercayaan akan kebanaran bukan hanya memberi
kepuasan pada seluruh sifat dasar manusia, melainkan juga memberi
kepuasan selama jangka waktu tertentu.

25

b.

Sesuatu itu benar apabila dapat dikaji kebenarannya secara
eksperimen. Ketika kebenaran atau ketidak benaran muncul, maka
hendaknya kita mencoba mengadakan pembuktiannya.

c.

Sesuatu itu benar apabila membantu dalam perjuangan hidup bagi
eksistensi manusia.
Untuk mencari kebenaran, kaum pragmatis berpaling pada metode
sains. Sebab, metode ini dianggap berfungsi dan berguna dalam
menafsirkan gejala-gejala alam.

3. Aksiologi
Aksiologi meruapakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Dagobert
Runes (1963 : 32) mengemukakan beberapa persoalan yang berkaitan dengan nilai
yang mencangkup : a) hakikat nilai, b) tipe nilai, c) criteria nilai, d) status metafisika
nilai.
Tipe nilai dapat dibedajan antara nilai intrinsic dan nilai instrumental. Nilai
intrinsic adalah nilai akhir yang menjadi tujuan, sedangkan nilai instrumental adalah
sebagai alat untuk mencapai nilai intrinsic. Nilai intrinsic adalah sesuatu yang
memiliki harkat atau harga dalam dirinya, dan merupakan tujuan sendiri.
Yang dimaksud dengan criteria nilai adalah sesuatu yang menjadi ukuran dari
nilai tersebut, bagaimana yang dikatakan nilai yang baik, dan bagaimana yang
dikatakan nilai yang tidak baik.
Yang dimaksud dengan satatus metafisik nilai adalah bagaiaman hubungan
nilai-nilai tersebut dengan realitas. Dalam hal ini Dagobert Runes (1963 : 33)
mengemukakan tiga jawaban :
1. Subjectivisme : value is entirely dependent on and relative to human experience of
it;
2. Logical objectivisme : value are logical essences or subsistences, independent of
their being known, yet not exsistensial status of action in reality;
3. Metaphysical objectivisme : values or norms or ideals are integral, objective, an
active constituents of the metaphysical real.
Menurut objektivisme, nilai itu berdiri sendir, namun bergantung dan berhubungan
dengan pengalaman manusia. Menurut objektivisme logis, nilai suatu wujud, suatu

26

kehidupan yang logis tidak terkait pada kehidupan yang dikenalnya, namun tidak
memiliki status dan gerak di dalam kenyataan. Menurut objektivisme metafisik,
nilai adalah suatu yang lengkap, objektif, dan merupakan bagian aktif dari realitas
metafisik.
E. Urgensi Filsafat
Pentingnya filsafat dapat kita pahami pada penjelasan berikut :
1. Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun
diri sendiri
2. Dari pelajaran filsafat kita diharapkan menjadi orang yang dapat berpikir sendiri
3. Memberikan dasar-dasar pengetahuan kita, memberikan padangan yang sintesis
pula sehingga seluruh pengetahuan kita merupakan kesatuan
4. Hidup kita dipimpin oleh pengetahuan kita. Sebab itu mengetahuikebenarankebenaran yang terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup kita sendiri
5. Khususnya bagi seorang pendidik, filsafat mempunyai kepentingan istimewa
karena filsafatlah memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya
yang mengenai manusia seperti misalnya : ilmu mendidik, sosiologi, ilmu jiwa
dan sebagainya.

27

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh
dengan segala hubungan. Filsafat dicirikan sebagai Berfikir radikal, Berfikir rasional;
tahu & paham dengan akal budi, Mencari asas, Mencari kebenaran dan Mencari
kejelasan.
Misi filsafat adalah memberikan kepada kita dasar-dasar pengetahuan,
yang dibutuhkan untuk hidup secara baik dan bijaksana dengan mengkaji
objek-objek material dan formal.
Dengan mempelajari filsafat adalah Menambah ilmu pengetahuan
sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah dengan bijaksana, membuat
manusia lebih hidup lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, membantu
manusia untuk mengetahui mana yang pantas ditolak dan mana yang pantas disetujui.

B. Saran
Dalam pemaham tentang Filsafat memang tidak semudah pengaplikasiannya,
seseorang dengan mudah dapat berfilsafat namun belum tentu dapat memahami
dengan baik tentang Filsafat, namun kita juga jangan terpengaruh oleh Filsafat
seseorang, untuk itu kita harus mempunyai pengangan yang kuat agar tidak mudah
terpengaruh dan goyah begitu saja. Saran secara pribadi dari penyusun, sebelum kita
ingin mengenal filsafat secara dalam maka alangkah baiknya kita kuatkan terlebih
dahulu iman kita.

28

Daftar Pustaka
A.Wiramihardi,Sutardjo. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama
Fios,Frederikus. 2012. Pengantar Filsafat ILMU DAN LOGIKA. Jakarta: Salemba Humanika
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.html

29