Bank Biogas Sebagai Solusi Kreatif Pengurangan Emisi Karbon dan krisis energi

1

Bank Biogas Sebagai Solusi Kreatif
Pengurangan Emisi Karbon dan krisis energi
Sesotya Raka Pambuka1 dan Stefany Dessy2
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

RINGKASAN
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada Konferensi
Perubahan iklim 2009 di Kopenhagen, Denmark, menyimpulkan bahwa sebagian
besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20,
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah
kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Industri peternakan
adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%). Bank biogas
merupakan sebuah teknologi sederhana dan mudah untuk diaplikasikan, dengan
pengolahan yang intensif, permasalahan diatas dapat dikurangi secara kontinyu.
Peran serta pemerintah sangat diperlukan, karena untuk satu pembuatan unit
biogas ini dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Sehingga bank biogas ini dibangun
secara terpusat agar tiap masyarakat tidak harus membuat biogas digester tetapi
hanya menyalurkan kotoran ternaknya
Tujuan utama bank biogas dalam melayani kebutuhan masyarakat

Indonesia adalah solusi krisis energi, pencemaran lingkungan dari limbah
peternakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Energi yang dihasilkan dari bank biogas sangat efektif ditinjau dari harga
dan solusi pengendalian emisi gas karbon di alam. Jika 1 kg feses sapi
menghasilkan 31 dm3 atau sama dengan 31 liter biogas, maka untuk
memproduksi 1000 liter atau 1 m3 biogas dibutuhkan 32,5 kg feses ternak. Jika
peternak hanya mempunyai seekor sapi yang menghasilkan kotoran 32 kg
perharinya, biogas yang akan dihasilkan adalah sebesar 1 m3 yang dapat
digunakan untuk memasak 4 kali dalam sehari dan dapat menyalakan 4 petromak
sekaligus. Bank biogas menggunakan prinsip-prinsip yang digunakan dalam bank
umum tetapi tidak ada pemasukan minimum, potongan, bunga dan lain-lain. Satu
keunikan dari bank biogas ini adalah dapat menjual produk biogas jika
produksinya berlebih. Biaya jasa yang diperoleh dari penjualan biogas
digunakan untuk pengembangan biogas digester lebih lanjut dan kesejahteraan
tenaga operasional bank biogas tersebut. Beberapa tahapan pembuatan digester
dan instalasi biogas : Menentukan lokasi, penyiapan bahan dan alat, membuat
lubang digester, pembuatan saluran pemasukan (inlet), Pemasangan instalasi
penyerapan gas CO2, Pemasangan pipa saluran gas.
Biaya pembuatan yang tidak sedikit, merupakan kelemahan dalam
penerapan teknologi ini. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan pemerintah

untuk pembuatan bank biogas ini yaitu dengan jalan membangun minimal 2
biogas digester di tiap desa dengan sistem perpipaan yang terkoneksi dengan
baik. Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan segera karena energi fosil makin lama
makin menipis dan tidak mungkin dapat diperbaharui dalam waktu yang cepat.
Kata kunci : Bank biogas, biogas digester, biogas

2

PENDAHULUAN
Latar belakang
Dua buah isu global yang sering diperbincangkan masyarakat Indonesia
dan dunia adalah mengenai krisis energi dan pemanasan global. Krisis energi yang
dampaknya langsung bisa dirasakan adalah tingginya harga bahan bakar. Hal ini
didorong oleh kenyataan bahwa kebutuhan (konsumsi) terhadap bahan bakar
semakin meningkat dengan pesat, sementara itu sumbernya makin berkurang.
Sebagai konsenkuensi logis, tanpa bahan baku energi kehidupan ini tidak ada.
Selain itu, penggunaan bahan bakar juga akan berdampak bagi bumi kita.
Penggunaan bahan bakar dari minyak dan batu bara disinyalir sebagai penyebab
utama terjadinya pemanasan global.
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata

atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi
telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada Konferensi Perubahan
iklim 2009 di Kopenhagen, Denmark, menyimpulkan bahwa sebagian besar
peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20, kemungkinan
besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
Menurut Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang peternakan dan
lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa “industri
peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah
ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di
seluruh dunia (13%)”. Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen karbon
dioksida, 37 persen gas metana (mempunyai efek pemanasan 72 kali lebih kuat
dari CO2 dalam jangka 20 tahun, dan 23 kali dalam jangka 100 tahun), serta 65
persen dinitrogen oksida (mempunyai efek pemanasan 296 kali lebih lebih kuat
dari CO2). Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan
karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.
Berbagai efek merugikan akibat industri peternakan di atas dapat
dipecahkan dengan sebuah teknologi yaitu bank biogas. Bank biogas merupakan
sebuah teknologi sederhana yang mudah untuk diaplikasikan, serta dapat menjadi

sebuah solusi yang baik untuk kedua permasalahan tersebut dengan pengolahan
yang intensif permasalahan diatas dapat dikurangi secara kontinyu. Bank biogas
ini bertujuan mengurangi emisi gas yang dihasilkan oleh bidang peternakan,
karena kotoran ternak yang dibuang begitu saja atau tercampur dengan air tanpa
adanya pengolahan yang intensif akan menyebabkan terjadinya reaksi kimia yang
menghasilkan gas-gas karbon (CH4 dan CO2). Prinsip kerja bank biogas
menggunakan biogas digester yang dibuat sedemikian rupa sehingga kotoran
ternak dapat tertampung secara sempurna. Sehingga keluaran yang dihasilkan
tidak membahayakan lingkungan dan secara tidak langsung efek dari global
warming dapat dikurangi secara signifikan.
Permasalahan tentang krisis energi juga dapat dicover dengan bank biogas
ini, karena energi yang dihasilkan oleh bank biogas ini dapat digunakan untuk
berbagai kepentingan, misalnya : memasak, penerangan dan lain-lain. Peran serta
pemerintah sangat diperlukan karena untuk satu pembuatan unit biogas ini

3

dibutuhkan dana yang tidak murah. Alternatifnya adalah dengan pembuatan bank
biogas pada tiap desa, tindakan ini dilakukan agar tiap masyarakat tidak harus
membuat biogas digester sendiri tetapi hanya menyalurkan kotoran ternak ke bank

biogas yang terpusat. Prinsip kerja bank ini tidak ada bedanya dengan bank pada
umumnya namun perbedaannya adalah bank ini dapat menjual biogas kepada
masyarakat yang membutuhkan, tanpa harus menyalurkan kotoran ternaknya.
Setiap kotoran ternak yang dimasukkan bank biogas akan ditukar dengan biogas
yang sudah jadi dengan harga yang lebih murah dari pembeli langsung (tanpa
menyetorkan kotoran ternak) dengan harga biogas yang telah ditentukan
kelompok petani ternak di desa tersebut.
Kegiatan ini secara tidak langsung juga dapat meningkatkan kehidupan
ekonomi masyarakat dengan menggunakan energi nonfosil serta mengurangi efek
pemanasan global melalui reduksi kadar CO2 dan CH4 dalam residu industri
peternakan.

Tujuan
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja
bank biogas dalam melayani kebutuhan masyarakat Indonesia sebagai solusi krisis
energi, pencemaran lingkungan dari limbah peternakan dan mengetahui sistem
distribusi yang ditawarkan.
Tujuan yang kedua adalah untuk mengetahui cara pembuatan bank biogas
yang memiliki sistem penyerap gas CO2 terintegrasi dan fungsional sebagai
aplikasi perkembangan teknologi yang efektif dan efisien.


Manfaat
Manfaat penulisan ini adalah sebagai sumber informasi bagi peternak dan
mahasiswa mengenai suatu konsep baru dalam pemasaran dan produksi biogas
yang efisien dan memiliki nilai jual yang tinggi.

4

GAGASAN
Prinsip Kerja Bank Biogas dan Sistem Distribusi Bank Biogas
Bank biogas merupakan teknologi sederhana yang sangat baik jika
diterapkan di daerah pedesaan karena masyarakat desa pada umumnya
mempunyai ternak dan tidak sedikit dari masyarkat desa yang menggantungkan
hidupnya pada ternak yang dipeliharanya. Namun, pengelolaan limbah ternak
terutama feses dan urine belum begitu diperhatikan sehingga banyak sekali efek
negatif dari limbah peternakan ini, seperti polusi udara, bau dan air. Parahnya
kegiatan peternakan ini merupakan masalah utama dari pemanasan global karena
emisi karbon yang dihasilkan sangat tinggi.
Menurut Sri Wahyuni (2008) kotoran ternak mempunyai rasio C/N sekitar
24, sedangkan rasio ideal C/N untuk proses dekomposisi anaerob untuk

menghasilkan metana adalah 30, sehingga kotoran ternak sangat cocok untuk
dipakai sebagai bahan baku biogas.
Bank biogas mempunyai sistem yang sangat fungsional ditinjau dari nilai
manfaat dan tujuan yang dicapai. Kesejahteraan peternak dapat meningkat karena
mampu mensubstitusi energi listrik dan energi fosil (minyak bumi, batu bara dan
lain-lain). Subtitusi energi biogas ke energi lain dapat di lihat dalam tabel 4.
Tabel 1. Konversi biogas ke energi lain
Keterangan
Bahan Bakar Lain
Elpiji 0,46 kg
Minyak Tanah 0,62 liter
Minyak Solar 0,52 liter
3
1 m Biogas
Bensin 0,8 liter
Gas Kota 1,50 m3
Kayu Bakar 3,5 kg
Sumber : Sri Mulyani (2008)
Jumlah pemakaian biogas dalam kehidupan sehari-hari dapat
ditunjukkan dalam tabel 5.

Tabel 2. Jumlah biogas yang diperlukan untuk pemakaian tertentu
Pemakaian
spesifikasi
Biogas (m3/jam)
2 kali
0,33
4 kali
0,47
Memasak
6 kali
0,64
2-4 kali
0,23-0,45
Per orang/hari
0,34-0,42
1 petromak
0,07
Penerangan
2 petromak
0,14

(per lampu setara)
3 petromak
0,17
Bensin
1 liter
1,33-1,87
Bahan bakar diesel
1 liter
1,50-2,07
Pendidih air
1 liter
0,11
Sumber : NAS, 1981
Sesuai tabel konversi energi diatas, dapat disimpulkan bahwa energi
biogas yang dihasilkan sangat efektif, ditinjau dari harga dan solusi pengendalian

5

emisi gas karbon di alam. Jika 1 kg feses sapi menghasilkan 31 dm3 atau sama
dengan 31 liter biogas, maka untuk memproduksi 1000 liter atau 1 m3 biogas

dibutuhkan 32,5 kg feses ternak. jumlah kotoran ternak per hari akan ditunjukkan
pada tabel 6.
Tabel 3. Produksi dan kandungan bahan kering kotoran beberapa jenis ternak
Jenis ternak
Bobot
Produksi kotoran
% Bahan
ternak/ekor
(kg/hari)
Kering
Sapi potong
520
29
12
Sapi perah
640
50
14
Ayam petelur
2

0,1
26
Ayam pedaging
1
0,06
25
Babi dewasa
90
7
9
Domba
40
2
26
Sumber : Sri Mulyani (2008)
Pemakaian biogas sangat efektif jika dilihat dari tabel diatas, jika peternak
hanya mempunyai seekor sapi yang menghasilkan kotoran 32 kg perharinya,
biogas yang akan dihasilkan adalah sebesar 1 m3 yang dapat digunakan untuk
memasak 4 kali dalam sehari dan dapat menyalakan 4 petromak sekaligus.
Mengapa disebut bank biogas??? Karena sistem yang digunakan bank
biogas menggunakan prinsip-prinsip yang digunakan dalam bank umum tetapi
tidak ada pemasukan minimum, potongan, bunga dan lain-lain. Satu keunikan dari
bank biogas ini adalah dapat menjual produk biogas jika produksinya berlebih.
Berbeda dengan bank umum “input” bank biogas adalah kotoran ternak sesuai
potensi ternak yang ada di desa tersebut. Kotoran ternak yang paling banyak
menghasilkan biogas adalah kotoran ayam dengan produksi biogas 70 liter
biogas/kg kotoran ternak menyusul kemudian ternak sapi.
Biaya jasa konversi dari kotoran ternak menjadi biogas ditentukan oleh
kesepakatan yang dicapai di desa tersebut. Harga konversi biogas disarankan tidak
melebihi Rp. 1000/1m3, karena penjualan melalui hasil samping produksi biogas
yaitu sludge padat dan pupuk cair sangat mencukupi untuk operasional bank
biogas. Penjualan biogas dan hasil samping yang diperoleh digunakan untuk
pengembangan bank biogas lebih lanjut dan kesejahteraan tenaga operasional
bank biogas tersebut.

6

Alur distribusi produksi biogas akan dijelaskan dalam gambar 5.
Input
(kotoran ternak)

Biogas digester

Jasa konversi biogas
(biaya ditentukan sendiri
oleh desa tersebut)

Output
(disalurkan ke penduduk
melalui pipa-pipa
penghubung)

Proses
pembentukan
CH4 dan
pengurangan
kadar CO2
biaya jasa konversi kotoran
menjadi biogas dan
penjualan hasil samping
Penyetor feses ternak
mendapat biaya jasa 75%
lebih murah dari pembeli
normal

Gambar 1. Alur distribusi produksi biogas ke penduduk
Program pengembangan energi alternatif dari biogas dapat menciptakan
lapangan kerja baru bagi masyarakat karena dibutuhkan tenaga operasional untuk
pengoperasian bank biogas tersebut dan pemerataan aliran distribusi biogas ke
masyarakat. Adanya instalasi biogas dan hasil sampingnya dapat memberdayakan
sumber daya manusia yang berpendidikan menengah untuk diberdayakan secara
optimal. Keluaran dari bank biogas yang diolah menjadi pupuk organik
memberikan dua keuntungan sekaligus. Pertama, terciptanya lapangan kerja dan
yang kedua dihasilkannya benefit dari penjualan pupuk organik yang berguna bagi
pengembangan bank biogas di daerah tersebut. Dana pembuatan yang tidak
sedikit, merupakan kelemahan dalam penerapan teknologi ini. Oleh karena itu
perlu adanya campur tangan pemerintah untuk pembuatan bank biogas ini yaitu
dengan jalan membangun minimal 2 biogas digester di tiap desa dengan sistem
perpipaan yang terkoneksi dengan baik. Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan
segera karena energi fosil makin lama makin menipis dan tidak mungkin dapat
diperbaharui dalam waktu yang cepat.

Pembuatan Biogas Digester yang Memiliki Sistem Penyerap CO2
Untuk memproduksi biogas diperlukan biogas digester. Digester dapat
mengurangi emisi gas metana (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan
organik yang diproduksi dari sektor pertanian dan peternakan. Kotoran sapi akan
difermentasi menjadi gas metan (biogas). Prinsip bangunan digester adalah
menciptakan suatu ruang kedap udara (anaerob) yang menyatu dengan saluran
atau pemasukan (input) serta saluran atau bak pengeluaran (output).Bak
pemasukan berfungsi untuk melakukan homogenisasi dari bahan baku limbah cair
dan padat.Apabila limbah padat dalam kondisi menggumpal maka diperlukan

7

pengadukan supaya lebih mudah masuk ke dalam digester dan proses perombakan
lebih mudah.
Bak penampungan bertujuan menampung bahan sisa (sludge) hasil
perombakan bahan organik dari digester yang telah mengurai bahan organiknya,
tetapi akan semakin meningkat unsur haranya.
Reaksi perombakan bahan organik sebagai berikut :
Kotoran ternak -----MO----- CO2 + CH4 + ( NH3 + H2S + CO ) + sludge.
(anaerob)
(dominan)
(sedikit)
Pada dasarnya kotoran ternak yang ditumpuk atau dikumpulkan begitu
saja dalam beberapa waktu tertentu dengan sendirinya akan membentuk gas
metan. Namun, karena tidak ditampung gas itu akan hilang menguap ke udara dan
menyebabkan pemanasan global. Oleh sebab itu, untuk menampung gas yang
terbentuk dari bahan organik dapat dibuat beberapa model konstruksi alat
penghasil biogas. Berdasarkan cara pengisiannya ada (pengolah gas), yaitu batch
feeding dan continues feeding.
Model yang paling umum digunakan adalah konstruksi tetap kontinu
(continues feeding), yaitu penampung bahan organik penghasil biogas dan
penampung gas menjadi satu, sedangkan pengisian bahan organik dilakukan
secara kontinu. Model ini dapat dibuat sesuai dengan kapasitas tampung bahan
penghasil biogas dan jumlah biogas yang ingin dihasilkan. Model permanen ini
membutuhkan modal yang relatif besar, tetapi umur pakainya lebih lama,
perawatannya mudah dan pengoperasiannya sederhana.
Sudah banyak yang menggunakan digester dengan model konstruksi tetap
kontinu. Penggunanya tersebar diberbagai kabupaten di Indonesia. Bahkan saat ini
sudah ada produsen yang menyediaakan model digester biogas tersebut sehingga
bagi mereka yang ingin menerapkan biogas, tidak perlu repot membuatnya.
Namun, jika peternak ingin membuat sendiri juga bisa dilakukan.
Modal awal pembangunan instalasi biogas adalah biaya untuk membangun
konstruksi permanen. Model digester tetap kontinu memerlukan bahan bangunan
seperti pasir, semen, batu kali, besi konstruksi, cat, dan pipa paralon.
Beberapa tahapan pembuatan digester dan instalasi biogas :
1. Menentukan lokasi
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya tidak jauh dari sumber bahan
organik. Kalau memungkinkan, saluran pembuangan kotoran ternak
dihubungkan dengan saluran pemasukan (inlet) digester.Dengan demikian
,kotoran ternak dapat langsung disalurkan ke digester. Luas ideal untuk
pembangunan instalasi biogas sekitar 18 m2.
2. Bahan dan alat
Sejumlah bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pembangunan
digester biogas : Pipa paralon PVC ukuran ½ inci; Kne L ukuran ½ inci;
Kne L drat; Kran gas sebanyak; Klem paralon /selang; Klem selang; Lem
paralon; Semen beberapa sak sesuai kebutuhan; Pasir, batu kali dan batu
bata sesuai kebutuhan.
3. Membuat lubang digester
Digester biogas ditanam dalam tanah agar tidak terlalu mengambil
ruang serta lebih mudah dalam pemasukan bahan organik kedalam digester
karena bahan organik yang akan dimasukkan secara otomatis mengalir
masuk kedalam digester karena posisi digester lebih rendah dari tempat

8

atau lubang pemasukan. Mengenai bentuk digester sendiri ada yang bulat
seperti sumur atau berbentuk segi 4. Namun, sebagian besar digester
berbentuk bulat dengan diameter 3 m dan kedalaman 2-2.5 m. Lubang
digester sebaiknya dibuat dengan jarak 30 m atau lebih dari tempat
kompor atau disesuaikan dengan keadaan lokasi. Dalam pembuatan lubang
atau
sumur
digester
sebaiknya
memperhatikan
luas
dan
kedalamannya.Lubang sebaiknya dibuat sesuai ukuran digester.Sebagai
contoh adalah sebagai berikut :
a) jika kapasitas digester 7 m3,sebaiknya diameter lubang yang dibuat
adalah diameter 2,40 m dengan kedalaman 2 m.
b) jika kapasitas digester 17 m3,sebaiknya diameter lubang yang dibuat
adalah 3,00 m dengan kedalaman 2,50 m.
c) Sebagai catatan bahwa jika pada bagian dasar lubang tanahnya remah
atau gembur,sebaiknya dilakukan pengerasan atau dicor. Hal ini
dimaksudkan agar digester tahan lama dan tidak mudah jebol.
4. Pembuatan saluran pemasukan (inlet)
Inlet adalah saluran pemasukan bahan organik ke dalam digester.
Saluran ini dibuat dengan lebar antara 20-30 cm, saluran ini dihubungkan
dengan lubang pemasukan yang sudah ada pada digester biogas. Untuk
menghubungkan keduanya, saluran inlet dibuat dari pasangan batu bata
yang diplester. Kedalaman yang disesuaikan dengan kemiringan agar
bahan organik dan air dapat mengalir dengan lancar ke dalam digester.
5. Saluran pengeluaran (outlet) dan bak penampungan
Saluran pengeluran adalah saluran yang menghubungkan lubang
pengeluaran bahan organik yang sudah tidak mengandung biogas
(keluaran-sludge) dari digester dengan bak penampungan. Bak
penampungan dibuat persegi panjang dengan ukuran 1x1x1 m (bahan dari
batubata yang diplester) dan bisa dibuat lebih dari satu kotak. Jarak dari
lubang biodigester sekitar 20 cm, dengan posisi searah dengan lubang
pemasukan. Bak penampungan yang baik terdiri dari 4 kolam
penampungan yang pertama adalah 2 kolam pengendapan, 1 kolam
oksidasi dan 1 kolam penampungan sludge.
6. Pemasangan instalasi penyerapan gas CO2
Setelah dibuat saluran pemasukan dan pengeluaran serta bak
penampungan. Kemudian dibuat kubah penutup yang dilubangi bagian
atasnya. Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. 1 Keluaran biogas (PVC)
2. 4 keluaran kontrol biogas yang diberi nozel diatasnya sebagai
reduktor CO2 .
Ca(OH)2 dan air dimasukkan ke dalam bagian atas kubah setelah
produksi biogas yang pertama terbentuk yaitu sekitar 3-4 minggu. Hal ini
bertujuan agar air dan Ca(OH)2 (larutan kapur) tidak jatuh ke bawah atau
masuk ke dalam biogas digester melalui nozel. Prinsip kerja dari sistem
penyerap karbondioksida ini adalah gelembung-gelembung yang
dihasilkan oleh nozel yang mengandung CO2 akan bereaksi dengan larutan
Ca(OH)2 sehingga larutan tersebut akan menjadi keruh dan sampai
terbentuk endapan CaCO3 pada bagian bawah bak penampungan. CH4
akan lolos dan masuk ke saluran pipa yang disalurkan ke penduduk

9

walaupun sebagian kecil akan masuk ke sistem penyerap CO2 karena
massa jenis CH4 lebih kecil dari massa jenis CO2. Sehingga kualitas biogas
yang dihasilkan akan lebih baik dan tidak mencemari lingkungan.
Pada gambar 5 dibawah ini akan dijelaskan pemasangan instalasi
penyerapan CO2.

Ca(OH)2 atau kapur
mati dicampur air

nozel

Pipa PVC
keluaran biogas

Gambar 2. Instalasi penyerapan CO2 pada kubah biogas digester.
Penyerapan CO2 dengan larutan kapur digambarkan dengan reaksi
sebagai berikut :
CaO + H2O
Ca(OH)2
CO2 + Ca(OH)2
CaCO3 + H2O (Gultom, 2000).
7. Pemasangan pipa saluran gas
Jika digester tertanam dengan baik maka kegiatan selanjutnya
adalah pemasangan pipa saluran gas. Pipa saluran gas yang digunakan
diusahakan terbuat dari bahan polimer (seperti pipa PVC) ataupun selang
PVC. Sementara ukuran pipa yang digunakan adalah berdiameter ½ inci.

Biaya Instalasi Bank Biogas dan Operasional
Biaya instalasi dari pembuatan biogas digester adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk membuat 2 unit bank biogas
No uraian
satuan jumlah Harga satuan
Total
1
Investasi bangunan 17 m3
2
2.360.000
80.320.000
biogas
2
Investasi tanah
34 m2
2
500.000
34.000.000
3
Sistem perpipaan
100 m2
2
2.000.000
4.000.000
Total biaya
118.320.000
Sumber : Sri Mulyani (2008)
Biaya investasi tersebut diatas meliputi biaya bahan-bahan material untuk
konstruksi, pembuatan digester dan biaya upah pengerjaan. Biaya operasional
merupakan perkiraan biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan digester, seperti

10

biaya penggantian peralatan yang umur ekonominya rendah dan gaji operator
bank biogas. Biaya perbaikan meliputi biaya perbaikan dan pemeliharaan kompor
biogas dan pengecatan bagian luar unit pengeluaran digester. Sedangkan biaya
penggantian peralatan adalah biaya untuk penggantian pipa-pipa PVC.
Berdasarkan studi kasus di beberapa lokasi pengembangan digester, biaya
operasional per tahun diperkirakan 10-15% dari biaya investasi (Kalia & Singh,
1999).
Pendapatan yang diperoleh dari bank biogas adalah penjualan produk
biogas yang meliputi biogas sendiri dan hasil samping pembuatan biogas yaitu
sludge. Jika di desa tersebut 90% dari penduduknya adalah peternak dan secara
rutin setiap hari menyetorkan kotoran ternak ke bank biogas dan ketentuannya
adalah lain adalah pembeli non peternak diberi jatah 5 % dari total biogas yang
dihasilkan per harinya.

Kesimpulan
Alur kerja bank biogas menggunakan prinsip-prinsip yang digunakan
dalam bank umum tetapi tidak ada pemasukan minimum, potongan, bunga dan
lain-lain. Satu keunikan dari bank biogas ini adalah dapat menjual produk biogas
jika produksinya berlebih. Berbeda dengan bank umum, input bank biogas adalah
kotoran ternak sesuai potensi ternak yang ada di desa tersebut sedangkan
outputnya adalah biogas. Keluaran dari bank biogas yang diolah menjadi pupuk
organik memberikan kontribusi bagi terciptanya lapangan kerja baru yaitu tenaga
operator bank biogas dan dihasilkannya benefit dari penjualan pupuk organik
yang berguna bagi pengembangan biogas digester di daerah tersebut. Biaya
pembuatan yang tidak sedikit, merupakan kelemahan dalam penerapan teknologi
ini. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan pemerintah untuk pembuatan
bank biogas.
Penyerap gas CO2 dipasang di kubah biogas digester dengan membuat
kolam kecil diatas kubah biogas digester yang dibuat untuk menampung larutan
kapur. Sedangkan nozel dipasang untuk keluaran biogas selain keluaran dari pipa
PVC. Pemasangan nozel ini mampu mengubah gelembung-gelembung CO2 yang
sudah tidak lagi mencemari lingkungan karena CO2 yang melewati nozel akan
bereaksi dengan larutan kapur yang berada diatas nozel tersebut.

11

DAFTAR PUSTAKA
Hadi, N. 1981.Teknologi Gas Bio dan Peralatannya. Proyek Laboratorium PST
PPTMGB “LEMIGAS”.Cepu:Jawa Tengah.
J.S. Van Kessel and J.B. Russell, 2008.Rumen Microbiology.
http://www.ars.usda.gov/sp2UserFiles/Place/36553000/research_su
mmaries/RS96_pdfs/RS96-40.pdf.
Junus, Muhammad.1987. Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio.
Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.
Mohr, Noam. 2005.A New Global Warming Strategy.
http://www.earthsave.org/news/earthsave_global_warming_report.
pdf.
Wahyuni,Sri.MP.2009.Biogas.Penebar Swadaya :Jakarta.
Grant, Shanique and Alicia Marshalleck. 2008. Energy Production and Pollution
Mitigation from Broilers Houses on Poultry Farms in Jamaica and
Pennsylvania.

International

Journal

for

Service

Learning

in

Engineering Vol. 3, No. 1, pp. 41- 52, Spring 2008.ISSN 1555-9033.
Chemical Engineering University of Technology, Jamaica 237 Old
Hope Road, Kingston.
Nurhasanah, Ana. Teguh Wikan Widodo, Ahmad Asari, dan Elita Rahmarestia.
2006. Perkembangan Digester Biogas Di Indonesia (Studi Kasus di
Jawa Barat dan Jawa Tengah).
ntb.litbang.deptan.go.id/2006/NP/perkembangandigester.doc.
Diakses tanggal 22 Desember 2008.
Nurtjahya, Eddy, Sientje D. Rumetor, Jerry F. Salamena, Elvia Hernawan, Sri
Darwati Sri dan Murni Soenarno. 2003. Pemanfaatan Limbah Ternak
Ruminansia untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Makalah
Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana / S3 Institut
Pertanian Bogor.
Simamora, S., Salundik, Sri Wahyuni, dan Surajudin. 2006. Membuat Biogas
Pengganti Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. PT.
AgroMedia Pustaka. Jakarta. Halaman 26-34.

12

CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Perguruan Tinggi
Jurusan
Alamat
Telp./Faks.
Alamat Rumah
Telp./Faks.
Alamat e-mail

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Sesotya Raka Pambuka
0810550036
Nganjuk, 6 Desember 1989
Laki-laki
Belum Kawin
Islam
Universitas Brawijaya
Ilmu Peternakan
Jl. Kertowaluyo no 10 Malang
085649484822
RT 03 RW 05 Desa Pandantoyo Kec. Kertosono
Kab Nganjuk Prop. Jawa Timur
: 0358-553588
: rakaart06@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun
Lulus
2002
2005

2008

Jenjang

Nama Sekolah/Perguruan Tinggi

Jurusan/
Bidang Studi

SDN 1 Banaran

-

SMPN 1 Kertosono

-

SMAN 1 Kertosono

IPA

Universitas Brawijaya

Ilmu
Peternakan

Sekolah
Dasar
Sekolah
Menengah
Pertama
Sekolah
Menengah
Atas
S1

PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
PELATIHAN PROFESIONAL
Tahun
2007
2009

Pelatihan
Pelatihan Desain Koran
Implementasi Ilmu Nutrisi Ternak dalam
Industri Peternakan Sapi

2009

Magang Kerja Lapang

2009
2010

Be A Good Scientific Communicator in English
Diklat Inseminator Sapi/Kerbau Tingkat
Nasional Angkatan I tahun 2010

Penyelenggara
Radar Kediri
Produksi TernakUniversitas
Brawijaya
UPT PT & HMT
Malang
IAAS LC UB
Balai Besar
Inseminasi
Buatan Singosari

13

PENGALAMAN JABATAN
Jabatan
Pemberi Materi

Desain Grafis

Tahun
2008
2009
2009

Nama Kegiatan/Institusi
Tahun
Layout dan Pra Cetak Majalah 2008
Sekolah Menggunakan Corel Draw
dan Photoshop
Majalah Sekolah Genesis edisi III dan 2007-2008
IV

KARYA TULIS ILMIAH
Judul
Pemanfaatan Whey Keju sebagai Substrat Produksi Nata de Milko
dan Keunggulannya sebagai Pangan Fungsional (Ketua)

Peluang Usaha Pemanfaatan Limbah Produksi Keju (Whey) Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Nata de milko yang Mempunyai Sifat
Antikarsinogen dan Mempunyai Nilai Ekonomis
Budidaya Belalang Kayu (Valanga nigricornis) Sebagai Alternatif
Sumber Protein Hewani Tinggi dan Rendah Kolesterol.
PENGHARGAAN/PIAGAM

Tahun
2007
2009
2009

Bentuk Penghargaan
The Best Ten School Newspaper Design
Finalis PKM-GT tingkat Universitas
Brawijaya
Finalis Youth National Science &
Technology Award

Pemberi
Jawa Pos Group
Universitas
Brawijaya
Menpora RI

Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah
benar
dan
apabila
terdapat
kesalahan,
saya
bersedia
mempertanggungjawabkannya.

Malang, 24 Februari 2010
Yang Bersangkutan

Sesotya Raka Pambuka
NIM : 0810550036

14

CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Perguruan Tinggi
Jurusan
Alamat
Telp./Faks.
Alamat Rumah

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Stefani Dessy Susanti
0710530001
Probolinggo, 10 September 1988
Perempuan
Belum Kawin
Islam
Universitas Brawijaya
Ilmu Peternakan
Jl. Kertorahayu 68 A Malang
085649233556
Jl.Ir.H.Juanda 61 C Probolinggo

Telp./Faks.
Alamat e-mail

: : fandez_1088@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun
Lulus
2001
2004

2007

Jenjang
Sekolah
Dasar
Sekolah
Menengah
Pertama
Sekolah
Menengah
Atas
S1

Nama Sekolah/Perguruan Tinggi

Jurusan/
Bidang Studi

SDN Sukabumi 2 Probolinggo

-

SMPN 1 PROBOLINNGO

-

SMAN 2 PROBOLINGGO

IPA

Universitas Brawijaya

Ilmu
Peternakan

Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah
benar
dan
apabila
terdapat
kesalahan,
saya
bersedia
mempertanggungjawabkannya.

Malang, 24 Februari 2010
Yang Bersangkutan

Stefani Dessy Susanti
NIM : 0710530001

15

Lampiran 1. Dokumentasi bank biogas

Gambar 1.
Instalasi bank biogas

Gambar 3.
inlet

Gambar 5.
Outlet dan sludge padat

Gambar 7.
nozel

Gambar 2.
Kubah dan sistem penyerap
CO2

Gambar 4.
Reaksi kjmia CO2 dengan
larutan kapur

Gambar .
sludge cair

Gambar 8.
Lampu biogas

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24