ANALISIS KRIMINOLOGIS PENCABULAN YANG DI LAKUKAN OLEH WANITA TUA TERHADAP ANAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS PENCABULAN YANG DI LAKUKAN
OLEH WANITA TUA TERHADAP ANAK

(Jurnal)

Oleh:
Patimah

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018

ABSTRAK
ANALISIS KRIMINOLOGIS PENCABULAN YANG DI LAKUKAN
OLEH WANITA TUA TERHADAP ANAK
Oleh
Patimah, Nikmah Rosidah, Dona Raisa Monica
E-mail: patimah1710@gmail.com
Pencabulan merupakan tindakan yang dilakukan seseorang yang didorong oleh
keinginan seksual untuk melakukan hal-hal yang dapat membangkitkan hawa

nafsu birahi, sehingga menimbulkan kepuasan pada dirinya.Pencabulan yang
dilakukan wanita tua terhadap anak merupakan salah satu masalah sosial yang
sangat meresahkan masyarakat.Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian yang
serius dari pemerintah dan aparat penegak hukum.Permasalahan dalam penelitian
ini adalah apakah yang menjadi faktor penyebab dan bagaimana upaya
penanggulangan pencabulan yang dilakukan oleh wanita tua terhadap anak. maka
dapat disimpulkan: Faktor penyebab pelaku melakukan pencabulan terhadap anak
yaitu faktor biologis, faktor psikologis dan faktor sosiologis diantaranya karena
adanya perilaku yang menyimpang, rendahnya pendidikan dan ekonomi,
lingkungan dan tempat tinggal, kurangnya pemahaman terhadap agama,
kurangnya pengawasan dari orang tua dan faktor teknologi. Upaya
penanggulangan yaitu melalui: Tindakan preventif dan tindakan refresif. Saran
dalam penelitian ini adalah: Untuk mencegah terjadinya pencabulan pada anak
orang tua harus memberikan perhatian yang lebih dan
memperketat
pengawasanterhadap anak. Selain itu sangat diperlukan peran aparat penegak
hukum, agar jika terjadi tindakan pencabulan masyarakat harus tanggap dan
berusaha mengambil tindakan. Harus dilakukan upaya untuk menumbuhkan
kesadaran hukum positif dalam masyarakat dengan cara melakukan penyuluhan
hukum agar korban pencabulan pada anak tidak bertambah lagi.

Kata Kunci :Kriminologis, Pencabulan, Anak.

ABSTRACT
CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF REPUTATIONS THAT WOMEN BY
WOMEN ON CHILDREN
By:
Patimah, Nikmah Rosidah, DonaRaisaMonica
E-mail:patimah1710@gmail.com
Sekxual crime is actions taken someone who is encouraged by desire sexual for do
things that can awaken weather lust lust, so cause satisfaction on him.
Molestation committed woman old to child is wrong one problem social very
unsettling community. By because that need get a serious concern from
government and apparatus enforcer law. Problems in research this is what's
become factor cause and How effort countermeasures molestation committed by
woman old to children. then could concluded : Factor cause perpetrators do
fornication to child that is factor biological, factor psychological and factor
sociological among others because existence deviant behavior, low education and
economy, environment and the place stay, lack of understanding against religion,
lack supervision from parents and factor technology. Effort countermeasures that
is through : Actions preventive and action refresive. Suggestions in research this

are : For prevent occurrence fornication on children of parents must give
attention more and tighten supervision to children. Besides that very required role
apparatus enforcer law, order if happen action fornication community must
responsive and attempted take action. Must do effort for grow awareness law
positive in community with way do counseling legal order for the victim
fornication on child no increases again.
Keywords: Criminology, Obscenity, Child.

I. PENDAHULUAN
Kehidupan
bermasyarakat
dan
bernegara
demokrasi
sangat
menjunjung tinggi nilai atau hak
kemerdekaan dan kebebasan.Dalam
pembukaan UUD 1945 bahkan
ditegaskan, bahwa “kemerdekaan
adalah hak segala bangsa”. Tidaklah

ada artinya hak kemerdekaan,
apabila di lain pihak tetap ada
penjajahan dalam segala bentuknya.
Penjajahan
pada
hakekatnya
merupakan bentuk-bentuk tindak
pidana
seperti
pelecehan,
pelanggaran,
perampasan,
pengekangan, atau penguasaan paksa
atau sewenang-wenang atas hak
kemerdekaan orang lain. 1
Pencabulan adalah suatu tindak
pidana yang bertentanggan dan
melanggar kesopanan dan kesusilaan
seseorang yang semuanya dalam
lingkungan nafsu birahi kelamin,

misalnya seorang laki-laki meraba
kelamin seorang perempuan ataupun
sebaliknya.2
Tindak
pidana
pencabulan di atur dalam kitab
undang-undang pidana (KUHP) pada
bab XIV Buku ke- II yakni dimulai
dari Pasal 289-296 KUHP, yang
selanjutnya dikategorikan sebagai
kejahatan
terhadap
kesusilaan.
Tindak pidana pencabulan tidak
hanya di atur dalam KUHP saja
namun di atur pula pada UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.

1

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan
Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
Penanggulangan
Kejahatan,
Jakarta:
Kencana, 2007, hlm 10.
2
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak
Pidana Tertentu di Indonesia,Jakarta. PT.
Refika Aditama, , 2002, hlm. 15.

Anak merupakan generasi penerus
cita-cita bangsa, oleh karena itu
komitmen dan perlakuan yang
memperhatikan perkembangan dan
peranan anak sebagai generasi
penerus bangsa merupakan suatu hal
yang
harus
dipegang

oleh
pemerintah.Anak
yang
belum
matang secara mental dan fisik,
kebutuhannya
harus
dicukupi,
pendapatnya
harus
dihargai,
diberikan pendidikan yang benar dan
kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan
pribadi
dan
kejiwaannya, agar dapat tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang
dapat diharapkan sebagai penerus
bangsa.Anak

bukanlah
obyek
tindakan
kesewenangan
dari
siapapun atau dari pihak manapun,
oleh karena itu komitmen dan
perlakuan yang memperhatikan
perkembangan dan peranan anak
sebagai generasi penerus bangsa
merupakan suatu hal yang harus
dipegang oleh pemerintah.
Anak yang menjadi korban kejahatan
seksual dalam kehidupan sehari-hari,
yang
menunjukkan
bagaimana
lemahnya posisi anak ketika
mengalami
kekerasan

terhadap
dirinya.Anak sangat rentan terhadap
kekerasan yang dilakukan oleh
orang-orang sekitarnya, di ruangruang publik, bahkan dirumahnya
sendiri. 3
Pencabulan
merupakan
suatu
pelanggaran hak anak dan tidak ada
suatu
alasan
yang
dapat
membenarkan tindak pidana tersebut,
baik dari segi moral, susila dan
agama.Apalagi perbuatan tersangka
3

Marpaung,
Laden.2004,

Kejahatan
Terhadap Kesusilaan, Jakarta, Sinar Grafia,
hlm. 64

tersebut dapat menimbulkan trauma
fisik dan psikis terhadap korban
terutama yang berusia anak-anak
sehingga bisa berpengaruh pada
perkembangan diri korban ketika
dewasa nanti. Sebagai anggota
masyarakat yang sadar akan hukum
kita wajib membantu aparat penegak
hukum untuk mencegah dan
mengatasi
sebuah
kejahatan,
Khususnya kejahatan seksual yang
terjadi dalam keluarga terlebih
kepada keluarga sendiri karna di
dalam keluarga terdapat anak sebagai

sasaran kejahatan yang memiliki
daya tarik tersendiri terhadap sebuah
kejahatan.
Salah satu contoh kasus sebagaimana
yang terjadi di Kelurahan Demang
Lebar Daun, Kecamatan Ilir Barat I,
Palembang, Sumatra Selatan yaitu
kasus yang dilakukan oleh nenek JW
alias Harni (80) terhadap anak lakilaki AR (13), dalam perkara ini,
dengan pelaku berjenis kelamin
Perempuan berinisial JW (80) yang
mengaku telah melakukan tindak
pidana pencabulan berjenis kelamin
perempuan terhadap korban berisial
AR (13) telah melakukan perbuatan
yang ada hubungannya sedemikian
rupa, sehingga harus dipandang
sebagai perbuatan berlanjut yaitu
dengan sengaja melakukan perbuatan
tipu muslihat atau membujuk anak
laki-laki berinisial AR melakukan
persetubuhan dengannya. Kasus itu
terungkap setelah korban didampingi
ibunya
RHN(33)
melaporkan
kelakuan binal sang nenek ke SPKT
Polresta
Palembang.
Dalam
laporannya
korban
mengaku
beberapa kali di ajak paksa oleh
terlapor
bersenggama
di
kediamannya. Agar nafsu bejatnya
tercapai, terlapor
mengancam
membunuh korban. Bahkan terlapor

kadang menjanjikan uang
15.000 kepada korban.4

Rp.

Contoh kasus lainya terjadi di
Bentiring,
Kecamatan
Gading
Cempaka,
Kota
Bengkulu.Pencabulan yangdilakukan
oleh ibu RT, EM (40) terhadap
remaja.EM (40) mengakui semua
tuduhan yang disangkakan kepada
dirinya, yaitu melakukan tindakan
asusila kepada 2 orang ABG yang
melaporkannya ke Polresta Kota
Bengkulu, RO (14) dan BO (15). EM
(40) juga tidak menyangkal jika ada
anak-anak
lain
yang
pernah
dimintainyauntuk bersetubuh antara
lain
RC
(14),DY(16),TF(14),AW(14), serta
ED(14). EM mengatakan jika
perbuatan tersebut dilakukan atas
keinginannya, bukan paksaan dari
anak-anak tersebut.Malah setelah dia
bersetubuh dengan para ABG
tersebut, EM tidak pernah lupa
memberikan rokok atau uang
jajan.Untuk memuaskan nafsunya
EM
biasanya
secara
sengaja
mengajak anak-anak tersebut ke
rumahnya, dengan alasan meminta
bantuan sesuatu seperti menyapu
halaman dan sebagainya. 5
Hal yang menarik dari contoh kasus
pencabulan di atas adalah terkait
dengan pelakunya.Selama ini kita
melihat dan mengetahui bahwa
pelaku pencabulan identik dengan
seorang laki-laki namun fenomena
yang ada saat ini pelaku pencabulan
tidak hanya dilakukan oleh laki-laki
4

http://m.tribunnews.com/regional/2017/07/
17/sepuluh-kali-nenek-80-tahun-paksabocah-asal-palembang-bercmbu.
Diakses
pada 5 November 2017, pukul 19.00
5
http://m.merdeka.com/peristiwa/ibu-rtcabuli-belasan-abg-sang-suami-tetasetia.html.Diakses pada 5 November 2017,
Pukul 19.00

tetapi juga di lakukan oleh
perempuan bahkan perempuan yang
sudah berusia. Hal ini lah yang
membuat
penulis
tertarik
mengangkat dan meneliti lebih lanjut
dalam
bentuk
skripsi
yang
berjudul“Analisis
Kriminologis
Terhadap
Pencabulan
Yang
Dilakukan Oleh Wanita Tua
Terhadap Anak”
Berdasarkan uraian pada latar
belakang di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah
faktor
penyebab
terjadinya
pencabulan
yang
dilakukan oleh wanita tua
terhadap anak ?
2. Bagaimanakah
upaya
penanggulangan
terhadap
pencabulan yang dilakukan oleh
wanita tua terhadap anak ?

Pendekatan masalah yang digunakan
pada skripsi ini adalah yuridis
normatif
dan
yuridis
empiris.Narasumber:
Psikoligi
Bandar Lampung, Anggota Polisi
Dir Reskrimum Polda Lampung dan
Akademisi Hukum Pidana Fakultas
Hukum
Universitas
Lampung.
Analisis data dilakukan secara
kualitatif dan disimpulkan denga
metode deduktif.

II. PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor
Terjadinya
Pencabulan Yang dillakukan
Oleh Wanita Tuan Terhadap
Anak

perkembangan
kejiwaannya.
Dampak jangka pendek yang dapat
terjadi
adalah
anak
menjadi
pemurung, sedih, suka menyendiri,
tidak mau bergaul dan menghindari
bertemu dengan orang lain. Selain itu
anak akan takut apabila bertemu
dengan orang lain, khususnya orang
yang belum dikenalnya, anak akan
takut untuk bersentuhan dengan oang
lain. Sementara itu, dampak jangka
panjang yang dapat terjadi adalah
anak akan mengalami trauma
berkepanjangan,
yang
akan
mempengaruhi
perkembangan
kejiwaannya bahkan sampai sang
anak tersebut memasuki usia remaja
dan dewasa, sebagai akibat dari
pengalaman masa lalunya yang
pernah dilecehkan secara seksual. 6
Menurut wawancara dari Wulan7
menyatakan bahwa faktor penyebab
terjadinya pencabulan yang di
lakukan terhadap anak ialah adanya
perilaku seksual yang menyimpang
yang dimiliki oleh si pelaku.
Penyimpangan
seksual
adalah
aktivitas seksual yang ditempuh
seseorang
untuk
mendapatkan
kenikmatan seksual yang tidak
sewajarnya apalagi dalam kasus ini
seorang wanita tua yang sudah tidak
produktif lagi mencabuli anak yang
masih dibawah umur.
Hasil wawancara dengan Erna Dewi8
menyatakan hal yang sama bahwa
yang menjadi faktor penyebab
terjadinya tindak pidana pencabulan
terhadap anak ini di karenakan dalam
diri si pelaku memiliki sifat seksual
6

Primautama Dyah Savitri. Op,Cit. hlm. 17.
Hasil Wawancara dengan Wulan Irodatiah
Rachman, Psikolog. 20 Februari 2018
8
Hasil Wawancara dengan Erna Dewi.
Dosen
Fakultas Hukum
Universitas
Lampung. Senin 26 februari 2018
7

Setiap anak yang menjadi korban
pencabulan
biasanya
akan
mengalami dampak buruk terhadap

yang menyimpang. Selain itu, Erna
Dewi juga menyatakan faktor
lainnya yaitu pengaruh teknologi
seperti menonton film forno yang
membuat pelaku tidak bisa menahan
diri,
faktor
ekonomi,
serta
lingkungan sosial seperti adanya
kesempatan dari pelaku untuk
melancarkan aksinya.
Menurut penjelasan Nyoman Sri
Oktarini9 pihak kepolisian Polda
Lampung, faktor yang menyebabkan
pelaku melakukan kejahatan adalah
kurangnya kesadaran beragama
pelaku. Seseorang yang kurang atau
tidak
mendapatkan
pendidikan
agama secara baik dan benar
berpotensi melakukan perbuatan
yang melanggar hukum, karena ia
tidak memiliki landasan yang kokoh
dalam membentengi perilakunya
yang
berpotensi
melakukan
perbuatan dosa dalam melanggar
agama. Kurangnya pengawasan
orangtua
dalam
mengontrol
lingkungan, pergaulan dan tempat
bermain anak juga merupakan faktor
penyebab terjadinya pencabulan.
Berdasarkan wawancara dengan para
narasumber penelitian maka penulis
dapat menganalisis beberapa faktor
penyebab pelaku melakukan tindak
pidana pencabulan terhadap anak di
bawah umur yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis yaitu pendekatan
yang digunakan dalam kriminologi
untuk menjelaskan sebab musabab
atau sumber kejahatan berdasarkan
fakta-fakta dari proses biologis.

9

Hasil wawancara dengan Nyoman Sri
Oktarini, Reskrimum Polda Lampung.
Selasa 13 februari 2018

2. Faktor Psikologis
faktor psikologis yaitu pendekatan
yang digunakan kriminologi dalam
menjelaskan sebab musabab atau
sumber
kejahatan
berdasarkan
masalah-masalah kepribadian dan
tekanan-tekanan kejiwaan yang dapat
mendorong
seseorang
berbuat
kejahatan.
a. Kejiwaan pelaku pencabulan
b. Faktor Rendahnya Pendidikan
dan Ekonomi
3. Faktor Sosiologis
Faktor sosiologis yaitu pendekatan
yang digunakan kriminologi dalam
menjelaskan faktor-faktor sebab
musabab dan sumber timbulnya
kejahatan berdasarkan interaksi
sosial, proses-proses sosial, strukturstruktur sosial dalammasyarakat
termasuk unsur-unsur kebudayaan.
a. Faktor Teknologi
b. Kurangnya Pengawasan Orang
Tua
c. Faktor lingkungan dan tempat
tinggal
d. Faktor Masyarakat
Berdasarkan keterangan tersebut
maka penulis berpendapat bahwa
adanya prilaku menyimpang dari si
pelaku,
kurangnya
pengawasan
orang tua dan masyarakat pada anakanak yang berpotensi menjadi korban
tindak pidana pencabulan menjadi
faktor penyebab terjadinya tindak
pidana
ini.
Hal
ini sangat
memberikan peluang kepada pelaku
kejahatan secara lebih leluasa untuk
berbuat kejahatan.Orang tua yang
kurang mengawasi dan memberikan
perhatian terhadap anaknya, baik
lingkungan tempat bermain maupun
waktu bermain anak.Kurangnya
perhatian dan pengawasan ini dapat

disebabkan tingkat kesibukan orang
tua pada pekerjaan dan usahanya,
sehingga
anak-anak
kurang
mendapatkan
perhatian
dan
pengawasan dari orang tuanya.

dan upaya non penal adalah sebagai
berikut:

B. Upaya
Penanggulangan
Pencabulan Yang dilakukan
Oleh Wanita Tua Terhadap
Anak

Upaya penanggulangan penal yaitu
usaha dan kebijakan untuk membuat
peraturan hukum pidana baik pada
hakikatnya tidak dapat dilepaskan
dari
tujuan
penanggulangan
kejahatan. Upaya penanggulangan
penal
adalah
penanggulangan
kejahatan dengan menggunakan
hukum pidana yang didalamnya
terdapat dua masalah sentral, yaitu
perbuatan apa yang seharusnya
dijadikan tindak pidana dan sanksi
apa yang sebaiknya digunakan atau
dikenakan pada pelaku tindak
pidana.
Upaya
penal
penanggulangan pencabulan yang
dilakukan oleh wanita tua terhadap
anak disesuaikan dengan sistem
peradilan pidana yang meliputi
tingkat kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan.Oleh karena itu, untuk
melindungi
kepentingan
anak
sebagai korban perbuatan cabul, agar
senantiasa
merasa aman dan
terlindungi serta dapat dihindarkan
dari penderitaan yang ditimbulkan,
maka yang harus dilakukan adalah
melaksanakan perlindungan terhadap
anak sebagai korban pencabulan dari
pihak kepolisian.

Upaya penanggulangan pencabulan
yang dilakukan oleh wanita tua
terhadap anak harus dilaksanakan
secara komprehensif, dengan tujuan
untuk
pencegahan
dan
penanggulangan
pencabulan
terhadaap anak. Perlindungan hukum
terhadap anak diberikan kepada anak
korban pencabulan, yaitu dengan
menyelenggarakan hak-hak korban
seperti yang telah ditentukan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 jo Undang-undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak.
Perlindungan
anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 angka 2 Undang-Undang tersebut
adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup,
tumbuh,
berkembang,
dan
berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan
harkat
dan
martabat
kemanusiaan,
serta
mendapat
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. 10
Berdasarkan
penelitian
dengan
melakukan wawancara kepada para
narasumber maka diketahui bahwa
upaya penanggulangan tindak pidana
pencabulan yang dilakukan oleh
wanita
tua
terhadap
anak
dilaksanakan dengan upaya penal

1.

Gadis Arivia. Op. Cit. hlm. 4

Penanggulangan

Menurut wawancara dari Nyoman
Sri Oktarini11 menyatakan bahwa
fungsi kepolisian merupakan bagian
dari suatu fungsi pemerintahan
negara dibidang penegakan hukum,
perlindungan hukum dan pelayanan
masyarakat
serta
pembimbing
11

10

Upaya
Penal

Hasil wawancara dengan Nyoman Sri
Oktarini, Reskrimum Polda Lampung.
Selasa 13 februari 2018

masyarakat
dalam
rangka
terjaminnya ketertiban dan tegaknya
hukum. Kepolisian sebagai integral
fungsi pemerintah negara, fungsi
tersebut memiliki takaran yang
begitu luas tidak sekedar aspek
refresif dalam kaitannya dengan
proses penegakan hukum pidana saja
tetapi juga mencakup aspek preventif
berupa tugas-tugas yang dilakukan
yang begitu melekat pada fungsi
utama hukum administratif dan
bukan
kompetensi
pengadilan.
Nyoman
Sri
Oktarini
juga
menambahkan kepolisian sebagai
aparat penegak hukum berupaya
semaksimal
mungki
dalam
memberikan
penanggulan
pencabulan, dengan melakukan
berbagai langkah strategis dalam
melaksanakan perlindungan hukum
sesuai dengan hak dan wewenangnya
dalam
rangka
mewujudkan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat, ditegakannya hukum,
terselenggaranya
perlindungan,
pengayoman
dan
terbinanya
ketentraman
masyarakat
yang
menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia.
Berikut penulis akan menguraikan
siapa saja yang bertanggung jawab
untuk menanggulangi pencabulan
yang dilakukan oleh wanita tua
terhadap anak dan apa saja upaya
yang harus dilakukan.
1.

2.

Tindakan Preventif
a. Individu
b. Masyarakkat
c. Usaha yang dilakukan oleh
pemerintah
d. Kepolisian
Upaya Refresif
Selain upaya preventif diatas,
juga diperlukan upaya represif
sebagai bentuk dari upaya
penanggulangan

pencabulanterhadap
anak.Penanggulangan
yang
dilakukan secara represif adalah
upaya yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum, berupa
penjatuhan atau pemberian
sanksi pidana kepada pelaku
kejahatan,
dalam hal ini
dilakukan
oleh
kepolisian,
kejaksaan,
pengadilan
dan
Lembaga pemasyarakatan.
2.

Upaya Penanggulangan Non
Penal

Upaya non penal penanggulangan
pencabulan yang dilakukan oleh
wanita
tua
terhadap
anak
dilaksanakan melalui penyuluhan
hukum
terhadap
masyarakat
mengenai
pentingnya
upaya
mencegah anak menjadi korban
pencabulan dan upaya memperoleh
kepastian hukum jika anak menjadi
korban.
Beberapa
hal
yang
disampaikan adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman tentang anak
b. Masalah kepentingan dan
kewajiban
c. Kerjasama dan koordinasi
d. Jamian hukum
Erna Dewi 12menjelaskan Upaya
penanggulangan dengan jalur non
penal lebih mengarahkan kepada
individu dan masyarakat, untuk
mengarahkan agar tidak menjadi
korban dari suatu tindak kejahatan
terutama kejahatan asusila, serta
menciptakan suasana yang tidak
menyimpang dengan tata nilai yang
dianut oleh masyarakat, sehingga
tidak ada ruang untuk terjadinya
tindak pidana khususnya tindak
12

Hasil Wawancara dengan Erna Dewi.
Dosen
Fakultas Hukum
Universitas
Lampung, 26 febuari 2018

pidana pencabulan tidak hanya
dilakukan upaya yang bersifat
refresif tetapi juga dilakukan upaya
yang bersifat preventif.
Berdasarkan hasil wawancara penulis
diatas, penulis dapat menganalisis
bahwa pencabulan yang dilakukan
oleh wanita tua terhadap anak karena
kurangnya
perhatian
dan
pengawasan dari orangtua, Hal ini
sangat memberikan peluang kepada
pelaku kejahatan secara lebih leluasa
untuk berbuat kejahatan. Orang tua
yang kurang mengawasi dan
memberikan perhatian terhadap
anaknya, baik lingkungan tempat
bermain maupun waktu bermain
anak. Selain itu, faktor lain yang
membuat pelaku melakukan tindakan
asusila terhadap anak tersebut yaitu
rendahnya
tingkat
pendidikan,
pemahaman
agama,
penerapan
aqidah serta norma agama yang
dimiliki oleh pelaku. Faktor tersebut
membuat pelaku tidak berfikir secara
logis serta tidak memikirkan dampak
yang akan terjadi kedepannya.
Pelaku tidak memikirkan dampak
yang akan terjadi karena yang
dipikirkan pelaku hanya kepuasan
seksual pribadi semata. Pelaku
mampu
melakukan
perbuatan
terlarang tersebut karena tingkat
keimanan dan kepercayaa pelaku
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
guna membentengi dirinya terhadap
perbuatan dosa sangatlah kurang.

tindak
pidana
pencabulan
terhadap anak yaitu:
a. Faktor Biologis
Faktor biologis yaitu hasrat
menyalurkan
kebutuhan
seksual, namun dilakukan
dengan melanggar hukum
atau bukan pada tepat yang
tepat
karena
kurangnya
ketaatan dalam menjalankan
perintah
agama,
serta
rendahnya tingkat pendidikan
dan pengetahuan dari dalam
diri pelaku.Pada realitanya
kehidupan
manusia
mempunyai berbagai macam
kebutuhhan
yang
harus
dipenuhi.Kebutuhan biologis
itu terdiri atas tiga jenis,
yakni kebutuhan makanan,
kebutuhan
seksual
dan
kebutuhan proteksi.
b.

Faktor Psikologis
Faktor
psikologis
yaitu
penyimpangan
orientasi
seksual pelaku pencabulan
dan rendahnya pendidikan
pelaku pencabulan.Kondisi
kejiwaan atau keadaan diri
yang tidak normal dari
seseorang dapat mendorong
seseorang
melakukan
kejahatan.Misalnya
nafsu
seks yang abnormal dapat
menyebabkan
pelaku
melakukan
pencabulan
terhadap anak dengan tidak
menyadari
keadaan
diri
sendiri.

c.

Faktor Sosiologis
Faktor
sosiologis
yaitu
perkembangan media yang
membawa dampak negatif
kepada
masyarakat,
kurangnya pengawasan orang
tua dan faktor masyarakat

III. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan:
1. Faktor-faktor
yang
menjadi
penyebab pelaku
melakukan

juga
menjadi
penyebab
terjadinya pencabulan.
2. Upaya penanggulangan yang
dilakukan dalam menanggulangi
tindak pidana pencabulan yaitu:
a. Melalui tindakan preventif
yang harus dilakukan oleh
setiap elemen, diantaranya
pencegahan yang dilakukan
oleh individu, masyarakat,
pemerintah, dan kepolisian.
b. Melalui tindakan represif yang
dilakukan oleh aparat penegak
hukum
yaitu
kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan
Lembaga Pemasyarakatan.
B. Saran
1. Untuk
mencegah
terjadinya
pencabulan pada anak orang tua
harus memberikan perhatian yang
lebih
dan
memperketat
pengawasan terhdap anaknya,
selain itusangat diperlukan peran
aparat penegak hukum, agar jika
terjadi suatu tindak pidana
tersebut masyarakat harus tanggap
dan berusaha mengambil tindakan
dan melaporkan kepada pihak
yang berwajib serta diperlukan
profesional dalam menangani
tindakan pidana yang terjadi
ditengah
masyarakat.
Harus
dilakukan
upaya
untuk
menumbuhkan kesadaran hukum
positif dalam masyarakat dengan
cara
melakukan
penyuluhan
hukum. Dalam hal ini juga sangat
diperlukan
peran
aktif
masyarakat, tokoh masyarakat
serta
ulama
memberikan
pemahaman mengenai dampak

kejahatan dari sudut pandang
agama, moral etika dan juga
menganai dampak yang di
timbulkan.
2. Selain upaya represif, aparat
kepolisian juga harus lebih
mengintensifkan upaya tindakan
preventif agar dapat menekan
jumlah kejahatan.
3. Aturan hukum yang telah dibuat,
harus
betul-betul
diterapkan
sebaik mungkin sesuai dengan
fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Barda Nawawi. 2007,Masalah
Penegakan
Hukum
dan
Kebijakan Hukum Pidana
dalam
Penanggulangan
Kejahatan, Jakarta: Kencana,
hlm 10.
Marpaung,
Laden.2004,Kejahatan
Terhadap
Kesusilaan,
Jakarta, Sinar Grafia, hlm. 64
Prodjodikoro, Wirjono. 2002,TindakTindak Pidana Tertentu di
Indonesia,
Jakarta.
PT.
Refika Aditama, , hlm. 15.
http://m.tribunnews.com/regional/20
17/07/17/sepuluh-kali-nenek-80tahun-paksa-bocah-asal-palembangbercmbu. Diakses pada 5 November
2017, pukul 19.00
http://m.merdeka.com/peristiwa/iburt-cabuli-belasan-abg-sang-suamiteta-setia.html.Diakses
pada
5
November 2017, Pukul 19.00