42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  4.1 Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit umum daerah Kota Ambon di ruangan hemodialisa. Rumah sakit Dr.M.Haulusi dan di bawah ini adalah gambar Rumah sakit umum Kota Ambon dan gambar pulau atau peta Kota Ambon.

  Hasil penelitian ini menjabarkan tentang karakteristik responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet di ruang hemodialisa RSUD Kota Ambon.

Tabel 4.2 karakteristik responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. No Karakteristik Frekuensi Persentase %

  1 Jenis Kelamin Laki-laki 23 53% Perempuan 20 46%

  2 Umur 25-29 5 11% 30-43 8 18% >43 30 69%

  3 Pekerjaan Swasta 7 16% PNS 20 46% Pedagang 5 11%

  Petani 4 9% Tidak bekerja 7 16%

  4 Lama menjalani 43 100% Hemodialisa

  5 Frekuensi 43 100%

  Hemodialisa 2-3

  dalam seminggu Responden dalam penelitian ini adalah pasien hemodialisa

  RSUD Kota Ambon sebanyak 43 responden terpilih berdasarkan populasinya. Karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama menjalani hemodialisa, dan frekuensi hemodialisa dalam 1 minggu. Pada penelitian ini di dapatkan karakteristik sebagai berikut: Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden pria sebanyak 23 responden (53%), responden wanita sebanyak 20 responden (46%). Berdasarkan umur responden yang berumur 25-29 tahun sebanyak 5 responden (11%), 30-43 tahun sebanyak 8 responden (18%), >43 tahun sebanyak 30 responden (69%).

  Berdasarkan pekerjaan responden yang berprofesi sebagai PNS sebanyak 20 responden (46%), swasta sebanyak

  7 responden(16%), pedagang sebanyak 5 responden (11%), petani 4 responden (9%), dan yang tidak bekerja sebanyak 7 responden (16%). Seluruh responden yang menjalani hemodialisa selama 4-5 jam sebanyak 43 responden (100%), dan yang menjalankan frekuensi hemodialisa 2-3 kali seminggu seluruhnya berjumlah 43 responden (100%).

Tabel 4.3 Frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola

  diet.

No Variabel Frekuensi Persentase

dependen

  1 Pendidikan

  Tinggi 25 58% Rendah 18 41%

  2 Pengetahuan

  Tinggi 25 58% Rendah 18 41%

  3 Sikap

  Positif 22 51% Negatif 21 48%

  4 Perilaku

  Baik 26 60% Buruk 17 39%

  5 Motivasi

  Baik 20 46% Kurang 23 53%

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data yang menunjukan bahwa dari 43 responden lebih dari setengah mempunyai pendidikan tinggi sebanyak 25 responden (58%), selebihnya mempunyai pendidikan rendah sebanyak 18 responden (41%). Pengetahuan tinggi sebanyak 25 reponden (58%), rendah 18 responden (41%). Ada dua kategori sikap yang di miliki responden yaitu sikap positif sebanyak 22 responden (51%), dan sikap negatif sebanyak 21 responden (48%). Selanjutnya perilaku yang di miliki responden yaitu perilaku baik sebanyak 26 responden (60%) dan perilaku buruk sebanyak 17 responden (39%). Motivasi yang di miliki responden yaitu baik sebanyak 20 responden (46%) dan kurang sebanyak 23 responden (53%).

  

4.4 Pembahasan dan Gambaran Faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam

menjalani pola diet.

4.4.1 Faktor internal

A. Pendidikan

  Pengertian pendidikan adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu atau lebih tepatnya membantu mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2010). Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan, berupa interaksi, individu dengan lingkungan, baik secara formal maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan perilaku.

  Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan, berupa interaksi indidvidu dengan lingkungan, baik secara formal maupun informal.proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok, seperti individu yang berpendidikan S1, perilakunya akan berbeda dengan yang SMA,SLTP, maupun SD. Data yang di dapat di RSUD Kota Ambon lebih dari setengah responden berpendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi/akademik. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan tinggi mempengaruhi perilaku seseorang. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik analisa seseorang terhadap sesuatu, Contohnya kepatuhan dalam menjalani pola diet. Setiap pasien harus mampu mentaati setiap prosedur yang di berikan. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pola diet, dan dengan pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan.

B. Pengetahuan

  Defenisi pengetahuan menurut (Notoatdmojo, 2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan desain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan mempengaruhi perilaku seseorang. Salah satu komponen dalam menentukan sikap adalah pengetahuan, baik dalam mengambil sikap yang positif maupun negatif. Untuk meningkatkan kesadaran pasien tentang hemodialisa dapat dilakukan dengan menambah pengetahuan pasien.

  Bertambahnya pengetahuan pasien akan berpengaruh terhadap sikap pasien, sehingga pasien mampu mengambil sikap positif dalam melaksanakan hemodialisa. Dengan begitu jumlah pasien yang melaksanakan hemodialisa akan bertambah dan angka kematian dapat diminimalisir. Hal ini sejalan dengan dengan hasil penelitian yang di lakukan (Wuyung, 2008) yang menyatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan pola diet yang benar.

  Dari hasil penelitian yang di dapat bahwa sebanyak 25 responden (58%) mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi. Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan yang di miliki responden di RSUD Kota Ambon cukup baik terhadap sesuatu hal dan akan sangat mudah untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut terhadap kepatuhan dalam menjalani pola diet. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar responden juga berumur lebih dari 43 tahun yang mana hal ini menunjukan bahwa pengetahuannya lebih baik karena pengalaman dan tingkat kematangan yang tinggi.

  Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat (Huclock 1998) di kutip dari (Nursalam, 2001) bahwa semakin semakin cukup usia seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

C. Sikap

  Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun, 1999). Pasien dan keluarga yang harus menjalani hemodialisa perasaan mereka pertama sedih takut dan cemas. Tetapi pasien lama-lama tidak takut lagi ikhlas menerima, dan berdoa mungkin ada mukjizat. Mau berhati-hati baik makan maupun minum, menyadari cuci darah penting pasien mau menerima dan keluarga mendukung memotivasi pasien untuk menjalani cuci darah dengan sabar mengantar dan menemani pasien sesuai pernyataan pasien saat di wawancara.

  Sikap mengandung motivasi berarti sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya. Seseorang memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap tindakan hemodialisa. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman pasien menjalani terapi hemodialisa. Sikap merupakan faktor penentu dalam tingkah laku seseorang termasuk dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani terapi hemodialisa.

  Sikap pasien terhadap ketaatan yang dijalaninya dapat dinilai dari waktu kedatangan, tingkat keparahan penyakit, dan komplikasi. Hubungan interpersonal merupakan alat yang ampuh untuk membangun hubungan perawat dengan pasien. Seperti tindakan yang dilakukan perawat dalam menghadapi sikap pasien yang berbeda-beda. Perawat memberikan informasi dan menjelaskan tentang penyakit Gagal Ginjal Kronik dan tindakan hemodialisa agar informasi yang diperoleh sama walaupun penerimaan informasi yang didapat oleh tiap pasien berbeda sesuai dengan kemampuannya. Selain itu perawat harus melaksanakan intervensi yang sama, sehingga sikap dan persepsi mereka terhadap tindakan hemodialisa sesuai dengan informasi yang diperoleh dari perawat.

  Sikap seseorang dapat mempengaruhi perilaku positif maupun negatif, seperti halnya yang terjadi pada sikap pasien hemodialisa terhadap pentingnya kepatuhan dalam menjalani pola diet. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengah responden 22 (51%) bersikap positif. Hal ini menggambarkan bahwa sikap menentukan tingkah laku seseorang dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani pola diet yang benar. Semakin positif sikap responden, semakin cenderung untuk mentaati pola diet yang telah di tetapkan dan yang harus di patuhi serta sikap positif ini harus mendapat dukungan dari keluarga agar pasien termotifasi dalam menjalani pola diet. Seperti yang kita tahu bahwa sikap positif dari pasien yang menjalankan terapi hemodialisa harus mendapat dukungan dari anggota keluarga yang lain seperti suami,istri,dan anak-anak.

  Sehingga lebih termotivasi dalam menjalani pola diet yang benar. Selanjutnya dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa ada juga responden yang memliki sikap negatif. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya dorongan dari keluarga dan kesibukan dari aktifitas sehari-hari adapun kedapatan responden yang sama sekali tidak memiliki keluarga yang mana ia harus berjuang sendiri untuk melawan sakit yang dideritanya.menyebabkan pasien hemodialisa di RSUD Kota Ambon tidak patuh dalam menjalani pola diet.

D. Perilaku

  Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengah responden memiliki perilaku postif. Ini menggambarkan bahwa pasien hemodialisa di RSUD Kota Ambon tersebut dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya dengan baik seperti misalnya membaca buku, mengikuti penyuluhan, menjalankan program diet dengan cara memiliki catatan menu sehari-hari, jumlah makanan yang boleh di konsumsi, makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh, dan satu lagi dapat mengendalikan stres. Oleh karena itu perilaku sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. Hal ini sejalan dengan pernyataan (Notoadtmojo 2003) bahwa manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang di lakukan, antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis,

membaca, berpikir, dan sebagainya. Selain itu dari hasil penelitian di dapatkan juga sebagian responden memiliki perilaku negatif.

  Perilaku negatif yang dilakukan oleh pasien hemodialisa ini disebabkan kurang adanya kesadaran dari dalam diri pasien hemodialisa sehingga dalam usaha untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan seperti misalnya istrirahat yang cukup, menjaga menu yang seimbang dan gaya hidup yang positif. Oleh karena itu walaupun perilaku baik cukup tinggi namun jika tidak di dukung oleh kondisi dan lingkungan maka sesautu hal akan sulit juga dihasilkan.

E. Motivasi

  Motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mendorong seseorang atau kelompok orang, untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan kunci menuju keberhasilan, semakin tinggi motivasi maka akan semakin patuh seseorang. Dalam hal ini adalah kepatuhan dalam menjalani pola diet. Menurut (Uno 2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita- cita; penghargaan dan penghormatan.

  Dari hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari (50%) responden mempunyai motivasi kurang. Hal tersebut menunjukan bahwa motivasi dapat timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan seperti keluarga. Selain itu dari hasil penelitian di dapatkan juga sedikit yaitu 20 responden (46%) responden memiliki motivasi yang baik ini menggambarkan bahwa motivasi sangat mempengaruhi kepatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet yang benar. Dikarenakan motivasi tidak hanya berbentuk hadiah atau reward tapi disebabkan oleh minat, keinginan, kebutuhan untuk mendapatkan informasi atau memecahkan masalah atau keinginan untuk mengerti, terutama dalam menjalani pola diet seperti: mengetahui tujuan pola diet dengan senang hati mentaati program diet yang di berikan tanpa paksaan dari keluarga, dan senang jika program diet yang di berikan berhasil. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Handoko, 2001) bahwa motivasi yang baik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri dan bukan pengaruh lingkungan. Contohnya: pasien hemodialisa termotivasi untuk mentaati dan menjalani pola diet.

  4.5 Pembahasan (Gambaran Responden Penelitian)

  Pada wawancara singkat yang dilakukan oleh peneliti terhadap pasien yang mengalami gagal ginjal kronik dan harus melakukan terapi hemodialisa (cuci darah) seumur hidup, dengan banyaknya perubahan yang terjadi Terapi penggantian ginjal merupakan suatu penanganan yang paling tepat untuk mengatasi keparahan yang terjadi pada kasus gagal ginjal kronik. Menjadi sakit dan menjalani program pengobatan merupakan pengalaman hidup yang terkait dengan perubahan fisik, emosi dan sosial yang mereka alami. Banyaknya perubahan yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa dapat menjadi stressor munculnya gangguan psikologis, seperti kehawatiran terhadap perkawinan, ketakutan akan kematian, kegiatan sosial terganggu, spiritual, waktu untuk bekerja dan interaksi sosial menjadi berkurang sehingga, kecenderungan untuk menarik diri dan fokus pada diri sendiri lebih besar. Ketidakadekuatan pada koping individu sangatlah mempengaruhi kualitas hidup dari penderita gagal ginjal kronik (Notoadmojo 2003 dalam Salmiyah, 2009).

  Diet gagal ginjal kronik adalah diet yang memerlukan batasan untuk mengkonsumsi semua jenis makanan hal inilah yang seringkali terjadi pada pasien mereka sering tidak patuh dalam menjalankan pola diet alsan yang selalu di jawab adalah mereka bosan dengan harus mengkonsumsi makanan yang stiap harinya hanya itu-itu saja belum di tambah ketidakmampuan dalam menahan rasa haus bagi sebagian penderita gagal ginjal kronik, merupakan hal yang paling sering terjadi. Edema pada ekstermitas bawah pada pasien gagal ginjal kronik, merupakan gambaran dari ketidakpatuhan dalam menjalankan terapi diet terutama minuman, sehingga adanya gambaran kondisi seperti ini, pasien dapat dikategorikan sebagai pasien dengan kualitas hidup yang buruk (Smeltzer, 2002).

  Faktor ketidakpatuhan untuk melaksanakan diet terapi diet dipengaruhi oleh tingkat pemahaman pasien tentang instruksi diet, kualitas interaksi antara professional kesehatan dengan pasien, isolasi sosial, dukungan keluarga serta keyakinan sikap dan kepribadian pasien (Niven, 2002). Ketidakpatuhan yang terus diabaikan akan menimbulkan beberapa komplikasi kegawatan pada pasien gagal ginjal kronik seperti hiperkalemia dan edema paru. Adanya komplikasi kegawatan pada pasien gagal ginjal kronik, akanmempengaruhi kinerja aktifitas`pasien dalam kehidupan sehari-hari, dan menyebabkan penurunan fungsi fisik, nyeri pada tubuh, persepsi tentang kesehatan menurun, serta hilangnya tingkat kenyamanan pasien, hal ini digolongkan pada Sesuai dengan penelitian yang dillakukan oleh

  (Wiley dan Sons, 2014) menunjukan bahwa dukungan dari kerabat dekat seperti keluarga,teman,tenaga kesehatan di ruang hemodialisa terhadap pasien gagal ginjal kronik ,serta interaksi yang baik dapat membuat mereka menemukan dan meningkatkan pola hidup yang lebih baik lagi.

Dokumen yang terkait

BAB V KEBIJAKAN LUAR NEGERI RUSIA DI CRIMEA PADA MASA KEPEMIMPINAN VLADIMIR PUTIN TAHUN 2012 DAN FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNGNYA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Luar Negeri Rusia di Crimea pada Masa Kepemimpinan Vladim

0 0 26

LAPORAN TUGAS AKHIR AUDIT ENERGI DAN ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN KONSUMSI ENERGI PADA POMPA SENTRIFUGAL BAGIAN DISTRIBUSI DI PDAM KUDUS MOH UMAR SYAIFUDIN NIM. 201454090

1 0 16

EFIKASI CAMPURAN PESTISIDA KIMIAWI DAN PESTISIDA HAYATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT API DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT THE FIELD EFFICACY OF BIO-CHEMICAL PESTICIDE MIXTURE FOR NETTLE CATERPILAR PEST CONTROL ON OIL PALM PLANTATION Samsuri Tarmadja 1) , Boby L

0 1 6

LAPORAN SKRIPSI SISTEM INFORMASI LES PRIVAT DAN KETERAMPILAN PADA WILAYAH KABUPATEN KUDUS BEBASIS WEB SHOLIHUL UMAM NIM. 2011-53-027

0 0 18

SISTEM INFORMASI PEMBELIAN DAN PENJUALAN AQUA PADA “PRIMKOPKAR” MANUNGGAL DAMATEX-TIMATEX SALATIGA Laporan Praktek Kerja dan Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Informasi Pembelian dan Penjualan Aqua pada “Pr

0 2 49

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN, PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH, PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN, DAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH PADA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN JEPARA

1 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Periode Kritis Bebas Gulma pada Tanaman Gandum Varietas Dewata = Critical Period of Weed Free on Wheat of Dewata Variety

0 0 9

PENGARUH KEPERCAYAAN, PERSEPSI NILAI, PERSONAL SELLING, DAN WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK HERBALIFE DI KLUB BODY SIPP KUDUS

1 0 12

PENGARUH BID-ASK SPREAD, MARKET VALUE, DIVIDEND PAYOUT RATIO, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP HOLDING PERIOD SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) PERIODE 2013-2016

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ginjal 2.1.1 Pengertian Ginjal, Penurunan fungsi dan Manifestasi klinis. - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Pasien Hemodialisa dalam Menjalani Pola Di

0 0 24