Klasifikasi dan Morfologis Ikan Baung

  Klasifikasi dan Morfologis Ikan Baung

  Klasifikasi ikan Baung menurut Kottelat dkk.,(1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub ordo : Siluridae Family : Bagridae Genus : Mystus Spesies : Mystus nemurus Cuvier Vallenciennes.

  Nama Sinonim :Hemibagrus nemurus, Macrones nemurus Ikan Baung atau Mystus nemurus C.V dikenal dengan nama asing Asian

  

Redtail Catfish, Green Catfish, River Catfish. Di Indonesia dikenal dengan nama

  umum Ikan Baung atau Ikan Tagih. Di beberapa daerah di Indonesia memiliki nama lokal seperti Baung (Sumatera), Sogo (Jawa Tengah), Sengol (Jawa Barat), Tagih, Jawa Timur (Sinaga dkk, 2013) Gambar ikan baung dapat dilihat pada gambar 2.

  Gambar 2. Ikan Baung Ikan baung mempunyai bentuk badan memanjang, dengan perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan 4 : 1. Baung juga berbadan bulat dengan perbandingan tinggi badan dan leher badan 1 : 1. Keadaan itu bisa dikatakan badan baung itu bulat.Punggungnya tinggi pada awal, kemudian merendah sampai di bagian ekor (Rukmini, 2012).

  Ciri-ciri umum dari ikan baung (Mystus nemurus) adalah kepala ikan kasar, sirip lemak di punggung sama panjang dengan sirip dubur, pinggiran ruang mata bebas, bibir tidak bergerigi yang dapat digerakkan, daun-daun insang terpisah. Langit-langit bergerigi, lubang hidung berjauhan, yang dibelakang dengan satu sungut hidung.Sirip punggung berjari-jari keras tajam.Ikan ini tidak bersisik, mulutnya tidak dapat disembulkan, biasanya tulang rahang atas bergerigi, 1 – 4 pasang sungut dan umumnya berupa sirip tambahan (Sukendi,2001).

  Ikan Baung mempunyai empat pasang sungut peraba yang terletak disudut rahang atas.Sepasang dari sungut peraba sangat panjang dan dapat mencapai sirip dubur.Sirip punggung mempunyai dua buah jari-jari keras.Kepala besar dengan warna tubuh abu-abu kehitaman, dengan punggung gelap, tapi perut lebih cerah.Badan ikan baung tidak bersisik, berwarna coklat kehijauan dengan pita tipis memanjang jelas di tutup insang hingga pangkal ekor, panjang totalnya lima kali tingginya, sekitar 3 – 3,5 panjang kepala, serta mempunyai panjang maksimal 350 mm (Rukmini, 2012).

  Ikan baung aktif di malam hari atau bersifat nocturnal.Artinya aktivitas kegiatan hidup baung (seperti makan) lebih banyak dilakukan di malam hari dibandingkan siang hari.Ikan baung suka bersembunyi di dalam liang-liang sungai tempat habitat hidupnya. Selain itu ikan baung juga banyak ditemui di daerah banjir seperti rawa banjiran atau Lebak Lebung di Sumatera Selatan (Amri, 2008).

  Distribusi Habitat Ikan Baung

  Menurut Ediwarman (2006) ikan Baung (Mystus nemurus) merupakan ikan perairan umum yang mempunyai nilai ekonomis penting, yang banyak dijumpai di perairan Sumatera, Jawa dan Kalimantan.Menurut Sukendi (2001), secara umum ikan baung terdistribusi di beberapa daerah yaitu Sumatera, Java dan Borneo.

  Ikan baung tumbuh dan berkembang di perairan tropis.Daya adaptasinya tergolong rendah, kurang tahan terhadap perubahan lingkungannya dan serangan penyakit. Ketidaktahanan pada keduanya terutama pada fase benih ikan yaitu ukuran 0,5-2 cm. Ikan baung dapat hidup pada ketinggian sampai 1000 m diatas

  o

  permukaan laut, hidup baik pada suhu antara 24 -29

  C, pH antara 6,5-8, dengan kandungan oksigen minimal 4 ppm, dan air yang tidak terlalu keruh dengan kecerahan pada pengukuran alat sechi disk (Rukmini, 2012).

  Kebiasaan Makanan

  Makanan merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan hidup ikan.Pertumbuhan optimal memerlukan jumlah dan mutu makanan dalam keadaan yang cukup serta seimbang sesuai dengan kondisi perairan.Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara tubuh dan menggantikan organ-organ tubuh yang rusak, sedangkan kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan (Effendie, 2002).

  Suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat erat dengankeberadaan makanannya. Ketersediaan makanan merupakan faktor yangmenentukan dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi, serta kondisi ikan yangada di suatu perairan. Beberapa faktor makanan yang berhubungan denganpopulasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, akses terhadapmakanan, dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut.Adanya makanan di perairan selain terpengaruh oleh kondisi biotik seperti di atasditentukan pula oleh kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luaspermukaan. Jenis‐jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan biasanyatergantung pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran dan umur ikan,musim serta habitat hidupnya (Rahmah, 2010).

  Semua jenis makanan yang tersedia di sekitar ikan tidak semua dimakan dan dapat dicerna dengan baik oleh ikan. Faktor-faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu jenis organisme makanan oleh ikan antara lain: ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna (terlihatnya) makanan, dan selera ikan terhadap makanan.Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu spesies ikan makanan, serta suhu air, juga kondisi umum dari spesies ikan tersebut (Beckman, 1962).

  Keberadaan makanan alami di alam sangat tergantung dari perubahan lingkungan, seperti kandungan bahan organik, fluktuasi suhu, intensitas cahaya matahari, ruang dan luas makanan. Ikan dengan spesies sama dan hidup di habitat yang berbeda, dapat mempunyai kebiasaan makanan yang tidak sama. Hal ini dipengaruhi oleh faktor penyebaran dari organisme makanan ikan, faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dariikan itu sendiri, dan faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan(Sukimin, 2004).

  Jenis makanan yang ada di lingkungan perairan tidak semuanya disukai olehikan. Beberapa faktor yang menentukan dimakan atau tidaknya suatu jenismakanan oleh ikan adalah ukuran, warna, tekstur, dan selera ikan terhadapmakanan. Ikan mengawali hidupnya dengan memanfaatkan makanan yang sesuaidengan ukuran mulutnya. Setelah ikan bertambah besar, makanannya akanberubah baik kuantitas maupun kualitasnya (Effendie,2002).

  Menurut jenis makanannya, ikan dikelompokkan menjadi ikan pemakandetritus, ikan herbivora, ikan karnivora, dan ikan omnivora. Berdasarkan variasi jenis makanannya, ikan dapat dikelompokkan atas: (1) euryphagic, yaitu ikan pemakan bermacam‐macam makanan; (2) stenophagic, yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit; dan (3) monophagic, yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu macam makanan saja (Nikolsky, 1963).

  Ikan baung adalah jenis karnivora. Untuk dapat mengetahui penggolongan ikan baung dapat melalui tipe-tipe lambung ikan dan panjang usus ikan. Lambung lambung ikan karnivor dan ikan baung memiliki panjang usus 300 mm dengan ukuran panjang total tubuhnya 330 mm yang merupakan ciri-ciri usus karnivor (Sinaga dkk., 2013).

  Dua faktor yang dapat merangsang ikan untuk makan. Pertama, faktor yang mempengaruhi motivasi internal atau pendorong ikan untuk makan, termasuk waktu, musim, intensitas cahaya, saat dan jenis makanan terakhir, suhu dan ritme internal lainnya. Kedua, adalah rangsangan makanan yang diterima oleh indera seperti bau, rasa, tampilan, dan sebagainya (Lagler dkk., 1977).

  Menurut Krebs (1989)secara umum keadaan fisika kimia perairan membatasi penyebaran jenis – jenis organisme, dan penyebarannya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanannya.

  Rahardjo dkk (2011) menyatakan bahwa, berdasarkan ukuran makanannya ikan dikelompokkan sebagai berikut: a)

  Mikrofagus adalah ikan yang makanannya terdiri atas organisme yangberukuran kecil, misalnya plankton dan larva serangga air.

  b)

Mesofagus adalah ikan yang makannaya terdiri atas organisme yang berukuran sedang, misalnya molluska, anellida dan udang

  Studi kebiasaan makanan ikan ialah menentukan gizi alamiah ikan itu, sehingga dapat dilihat hubungan diantara organism perairan tersebut, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan.Sehingga makanan dapat merubah faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dankondisi ikan, sedangkan macam makanan satu jenis ikan biasanya bergantung kepada umur, tempat dan waktu. Kebiasaan makanan dapat berbeda dengan waktu lainnya walaupun pengambilam dilakukan pada tempat yang sama (Taufiqurohman dkk., 2007).

  Hasil analisis komposisi makanan ikan baung yang terdapat dilambung ikan baung yaitu terdapat ikan Rasbora sp. udang kecil, kelabang (Scutigera sp.), kumbang air (Grynidae sp.), potongan ikan, serasah seperti daun atau batang tumbuhan, dan sisa hewan yang tidak bisa teridentifikasi lagi. Ikan baung yang ditemukan pada penelitian ini adalah jenis karnivora. Mengetahui penggolongan ikan baung dapat melalui tipe-tipe lambung ikan dan panjang usus ikan (Sinagadkk., 2013).

  Pengamatan dari isi lambung ikan Lais Bantut,menunjukkan bahwa ikan Lais tergolong ikan karnivor,dengan pakan utamanya insekta dewasa.Ikan Lais Junggang, LaisPutih dan Lais Tunggul termasuk golongan ikankarnivora, dengan makanan utamanya potongan hewandan serangga air.Hasil pengamatan dari tempat atau lokasi makanikan Lais Bantut adalah pemakan di permukaan.Inidapat diamati bahwa ikan Lais Bantut mengambilmakanan berupa insekta dewasa yang jatuh keperairandari pohon-pohon di sekitar danau (Minggawati, 2010).

  Jenis-jenis makanan yang berhasil dianalisis darilambung ikan tetet di perairan mangrove Pantai Mayangan Jawa Barat menunjukan bahwakomposisi jenis-jenis makanan ikan tetet harnpirsemuanya tergolong fauna bentik (spesies demersal).Hal ini dapat dirnengerti karena ikan tetet merupakankelompok ikan demersal atau benthopelagic(Simanjuntak dan Rahardjo, 2001)

  Ikan belida termasuk ikan predator yang bersifat piscivor (memakan ikan).Makanan utama ikan belida berupa ikan (87,59%), sedangkan makanansekundernya berupa udang (6,72%).Makanan ikan belida dipengaruhi oleh ukuran(ikan belida yang berukurankecil makanannya lebih beragam dan ikan berukuran besar dominan memakan ikan‐ikan kecil),jenis kelamin(ikan belida betina lebih banyak memakancrustacea dan insekta dibandingkan dengan ikan jantan) lokasi(ikan‐ikan diperairan dangkal lebih bervariasi makanannya dibandingkan dengan di perairan dalam) dan musimdimana musim kemarau makanan bervariasi danpenghujan makanan yang paling banyak berupa ikan (Rahmah, 2010).

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman dan Distribusi Plankton di Perairan Muara Desa Belawan I Kecamatan Medan Belawan

0 0 13

Pengaruh Antara Komunikasi Orangtua-Remaja dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Putri di SMPN dan MTSN Kecamatan Tambang Riau Tahun 2013

0 0 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Remaja 2.1.1. Definisi Remaja - Pengaruh Antara Komunikasi Orangtua-Remaja dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Putri di SMPN dan MTSN Kecamatan Tambang Riau Tahun 2013

0 2 49

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual remaja saat ini sudah menjadi masalah dunia. Tidak dapat - Pengaruh Antara Komunikasi Orangtua-Remaja dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Putri di SMPN dan MTSN Kecamatan Tamb

0 0 13

Pengaruh Antara Komunikasi Orangtua-Remaja dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Putri di SMPN dan MTSN Kecamatan Tambang Riau Tahun 2013

0 0 14

Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

0 0 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

0 0 6

Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

0 0 15

Biologi Ikan Maskoki (Carassius auratus)

1 2 11