BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA PENDIDIKAN REMAJA-PEMUDA GKJTU - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU Ditinjau dari Perspektif Fondasi Pendidikan Kristen

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA PENDIDIKAN REMAJA-PEMUDA GKJTU Dalam bab ini akan dibahas tentang hasil penelitian dan menganalisis

  tentang Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU. Analisis yang dilakukan akan disesuaikan dengan pertanyaan yang telah dirumuskan dalam bab I dan akan menggunakan kajian teori yang telah dikemukakan di bab II serta meninjau hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab III.

IV.1. Masalah Pendidikan Remaja – Pemuda Secara Umum.

  Seperti sudah dijelaskan pada bab II, menurut Nuhamara; bahwa masa remaja adalah masa yang amat meresahkan karena pada masa ini seseorang mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam masa ini banyak dari remaja yang mengalami kesulitan dan terkadang mereka menderita karena ketidakmampuan dalam mengatasi tekanan-tekanan dan tuntutan- tuntutan masa remajanya.

  Para pemuda pun mengalami masalah dalam periode perkembangannya, seperti yang diungkapkan oleh Gunarsa pada bab II, bahwa pemuda juga mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan fase perkembangannya, adanya ketidakpuasan dalam dirinya, adanya kesenjangan hubungan dengan orang tua, masalah percintaan dan pelajaran-pelajaran di sekolah yang kurang mereka minati. hal penting dalam hidup mereka, yakni Tuhan, diri sendiri, pekerjaan, teman hidup, masyarakat dan komunitas Kristen atau gereja untuk seumur hidup mereka .

  Memahami paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa remaja-pemuda menghadapi banyak pergumulan yang tidak mudah. Oleh karena itu, Pazmino mengemukakan tujuh fondasi Pendidikan Kristen untuk menjawab semua pergumulan tersebut. Dalam teorinya, Pazmino memang tidak mengkhususkan fondasi ini untuk remaja-pemuda, tetapi penulis berpendapat bahwa fondasi pendidikan Kristen yang dikemukakan oleh Pazmino sangat cocok dipakai untuk melaksanakan pendidikan remaja-pemuda. Ketujuh fondasi yang dikemukakan Pazmino adalah fondasi Alkitabiah, fondasi teologis, fondasi filosofis, fondasi historis, fondasi sosiologis, fondasi psikologis dan fondasi kurikulum. Fondasi ketujuh merupakan pengikat enam fondasi lain untuk membuat pendidikan Kristen semakin sempurna.

  Banyak gereja yang menggabungkan pendidikan remaja dan pemuda. GKJTU adalah salah satu gereja yang menggabungkan pendidikan bagi kedua kategori tersebut. Tidak ada pemisahan yang jelas antara pendidikan remaja dan pemuda, bahkan mereka disatukan dalam berbagai kegiatan gerejawi. Oleh karena itu, penulis melakukan penyatuan penelitian antara dua kategori yang sebenarnya berbeda namun berkaitan erat tersebut untuk memperoleh gambaran tentang pelayanan konkrit yang dilakukan.

IV.2. Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU

  Setelah melakukan penelitian, penulis menemukan beberapa hal yang harus

  • – mendapatkan perhatian secara serius dalam kaitannya dengan pendidikan remaja pemuda di GKJTU.

  1. Program Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU dilakukan dalam bentuk Pemahaman Alkitab dan Perayaan Hari Besar.

  2. Jadwal Pemahaman Alkitab sudah ada, tetapi materinya ditentukan oleh pemimpin Pemahaman Alkitab sendiri.

  3. Remaja-Pemuda memimpin dirinya sendiri.

  4. Tidak ada pendampingan intensif atau pembinaan khusus kepada Remaja- Pemuda oleh para pemimpin gereja di tingkat Jemaat, Klasis maupun Sinode.

  5. Tidak ada buku tuntunan atau panduan untuk melakukan Pendidikan Remaja – Pemuda.

  6. Minimnya anggaran untuk pendidikan remaja-pemuda.

IV.3. Pembahasan dan Analisa hasil Penelitian

  Dari hasil penelitian yang sudah dirumuskan dalam enam masalah satu.

1. Program Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU hanya dalam bentuk Pemahaman Alkitab dan Perayaan Hari Besar.

  Dalam penelitian yang penulis lakukan, secara umum dapat dipaparkan bahwa program pelayanan remaja-pemuda GKJTU di tingkat jemaat, hanya meliputi dua bentuk kegiatan, yakni Pemahaman Alkitab dan Perayaan Hari Besar. Kedua program tersebut kadang tidak semua terlaksana dengan baik.

  Memperhatikan penjelasan pada bab II, yang menyatakan pemuda harus mendapatkan pendidikan Kristen yang memadai, supaya menjadi generasi penerus yang sehat dan kuat, maka pendidikan remaja – pemuda GKJTU pada saat ini belum bisa dikategorikan memadai. Karena pada bab sebelumnya juga dijelaskan bahwa Pemahaman Alkitab dilaksanakan dua minggu satu kali dan Perayaan hari besar Kristen hanya dilakukan dua kali dalam satu tahun, yakni Paskah dan Natal.

  Menurut penulis, kedua program tersebut belum mampu menjawab berbagai pergumulan yang dialami oleh remaja-pemuda karena mereka memiliki pergumulan yang sangat banyak sebagaimana yang telah di paparkan pada bab sebelumnya.

  Jadwal Pemahaman Alkitab sudah ada, tetapi materinya ditentukan oleh pemimpin Pemahaman Alkitab itu sendiri.

  Dari penelitian yang penulis lakukan, remaja-pemuda mempunyai jadwal kegiatan Pemahaman Alkitab, namun tidak tercantum materi yang akan dibahas. Mereka hanya memiliki jadwal tentang waktu dan tempat kegiatan di lakukan.

  Jika dikaitkan dengan fondasi pendidikan Kristen, sebagaimana telah dijelaskan pada bab II, salah satu fondasi pendidikan Kristen adalah fondasi kurikulum. Sehubungan dengan fondasi kurikulum, Groome menyatakan bahwa kurikulum di dalamnya memuat enam pertanyaan, yakni tentang topik yang akan dibahas, alasan diajarkannya topik tersebut, tempat pelaksanaan, cara untuk mengajarkan, waktu pelaksanaan dan siapa yang akan diajar dan mengajarkannya, maka pendidikan remaja-pemuda GKJTU belum memenuhi persyaratan. Karena dalam jadwal kegiatan hanya memuat waktu pelaksanaan, tempat dan pengajarnya saja.

  Tiga unsur dari enam sebenarnya sudah terpenuhi 50%, namun pertanyaan penting yang seharusnya menjadi fokus, yakni topik apa yang akan diajarkan, alasan penyampaian topik dan cara mengajarkannya belum mendapat perhatian.

  Remaja-Pemuda memimpin dirinya sendiri Pazmino menyatakan bahwa dalam fondasi Alkitabiah Alkitab merupakan sumber esensial untuk mengerti keunikan dalam pendidikan

  Kristen. Sedangkan dalam fondasi teologis dinyatakan ada empat elemen penting yang harus diperhatikan, yakni otoritas alkitab, pentingnya pertobatan, karya penebusan Yesus Kristus dan kekudusan pribadi. Untuk melakukan pendidikan Kristen yang ideal yang dapat memberikan dasar Alkitabiah dan

  

teologis, remaja-pemuda tidak dapat melakukannya sendiri. Mereka

membutuhkan bimbingan atau tuntunan dari pihak lain atau pendidik.

  Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa mereka memiliki masalah yang cukup banyak dan perlu pendampingan untuk menghadapi masalahnya.

  Jadi remaja-pemuda tidak mungkin mencapai perkembangan secara holistik secara maksimal jika mereka mendidik diri mereka sendiri. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa remaja-pemuda tidak secara penuh menjadi generasi yang sehat dan kuat.

  Remaja-pemuda yang memimpin dirinya sendiri juga akan menghambat pencapaian visi GKJTU yang dijabarkan pada misi kedua:” Memperkuat identitas GKJTU dalam hal pengajaran spiritualitas yang bercorak Calvinis, Pietis dan K ontekstual” Bagaimana remaja-pemuda akan mendukung pencapaian misi ini, jika mereka mendidik diri mereka sendiri.

  Tidak ada pendampingan intensif atau pembinaan khusus kepada Remaja- Pemuda oleh Pendeta, Majelis Jemaat, Klasis maupun Sinode.

  Remaja-Pemuda memegang peranan penting dalam pertumbuhan gereja. Pada bab II sudah dijelaskan bahwa ada banyak gereja yang tidak berkembang karena Gereja kurang memberi perhatian pada pengajaran kaum mudanya. Penulis setuju dengan pendapat tersebut. Jika tidak ada pendampingan atau pembinaan yang dilakukan oleh para Pendeta, Majelis di tingkat jemaat dan di tingkat Klasis maupun Sinode, maka akan banyak peran yang terabaikan. Jiwa militan pada remaja-pemuda terhadap kekristenan maupun terhadap gerejanya, tidak akan terbentuk dengan baik.

  Dalam pendampingan akan menghasilkan pemahaman tentang persoalan yang dihadapi oleh pemuda dan melalui pemahaman tersebut, gereja akan mengadakan pembinaan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dampak dari pendampingan dan pembinaan bukan hanya baik untuk remaja-pemuda, tetapi juga sangat baik untuk perkembangan gereja di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa remaja-pemuda GKJTU membutuhkan pendampingan dan pembinaan yang sesuai kebutuhan untuk mendukung pencapaian pertumbuhan jemaat yang maksimal.

  Tidak adanya pendampingan dan pembinaan khusus ini akan menghambat pencapaian visi GKJTU yang dijabarkan dalam misi ke 3 : “Memperkuat ikatan persekutuan GKJTU pada aras Jemaat, Klasis dan Sinode.

  ” Kekuatan akan terbangun ketika banyak orang berkumpul dan membahas kepentingan yang sama. Jika tidak ada pertemuan, bahkan pendampinganpun sangat minim, maka kekuatan persekutuan juga tidak akan terbangun secara maksimal.

5. Tidak ada buku tuntunan atau panduan untuk melakukan Pendidikan

  Remaja –Pemuda.

  Dari penelitian di tiga jemaat, tiga klasis dan sinode, ditemukan satu masalah yang sama, yakni tidak adanya panduan yang menuntun remaja- pemuda melakukan kegiatannya. Panduan atau buku penuntun merupakan penunjuk arah perjalanan gereja. Jika panduan tersebut tidak ada, maka warga gereja, termasuk remaja-pemuda akan berjalan sendiri-sendiri tanpa arah yang jelas. Mereka juga akan berjalan menuju pada tujuan yang relatif tidak sama.

  Dalam Fondasi Pendidikan Kristen yang telah dipaparkan pada bab II, Pazmino menjelaskan bahwa kurikulum adalah konten yang disediakan untuk peserta didik, memberikan kesempatan untuk berproses mendapatkan pengalaman, berpartisipasi dalam pembelajaran dan dipandu oleh seorang pengajar dengan tujuan mengubah sikap hidup. Ada tujuan yang jelas dan sangat penting dalam kurikulum ini, yakni mengubah sikap hidup. penting dalam pendidikan remaja-pemuda gereja, karena kurikulum akan menjadi pedoman atau penentu arah bagi remaja-pemuda untuk menentukan langkahnya. Kurikulum juga akan membantu gereja menuangkan visi dan misinya, supaya visi dan misi itu dapat dijiwai oleh seluruh warganya, terutama remaja-pemuda dan dapat dicapai bersama-sama.

6. Minimnya anggaran untuk pendidikan remaja-pemuda.

  Minimnya dana yang tersedia untuk melakukan berbagai kegiatan, kadang menjadi hambatan dalam sebuah pelayanan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelayanan Remaja-Pemuda GKJTU, pada umumnya tidak mendapatkan dukungan dana yang memadai dari anggaran jemaat. Mereka mencari dana sendiri untuk membiayai kegiatan mereka.

  Dana atau uang menjadi alat untuk terlaksananya sebuah pelayanan,

  1

  bukan merupakan tujuan akhir. Penulis setuju dengan pernyataan ini, karena suatu kegiatan pelaksanaannya tidak dapat terlepas dari dana. Namun dana

  

11 Oktober 2017 bukan satu-satunya alat. Oleh karena itu, gereja juga harus memperhatikan ketersediaan dana untuk melaksanakan berbagai kegiatan. harus berjuang sendiri untuk mendapatkan dana. Di satu sisi, cara ini baik untuk mendidik kemandirian bagi remaja- pemuda, tetapi di sisi lain bisa menjadi hambatan terlaksananya kegiatan. Jika remaja-pemuda sudah memiliki semangat pelayanan tinggi, kemudian mereka juga harus membiayai dirinya sendiri, maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab gereja terhadap perkembangan remaja-pemuda rendah. Jika tanggungjawab jemaat melalui majelis atau Pendeta rendah, bagaimana mereka akan menuntut remaja-pemuda untuk berkembang sesuai yang diharapkan.

  Setelah memahami gambaran pendidikan remaja-pemuda GKJTU dan membandingkannya dengan fondasi pendidikan Kristen yang dikemukakan oleh Pazmino, maka penulis berpendapat bahwa pendidikan remaja-pemuda GKJTU belum sesuai dengan Fondasi Pendidikan Kristen.

  Kesimpulan tersebut penulis sampaikan dengan melihat model pendidikan yang disampaikan oleh Pazmino yang sangat runtun, menggunakan tujuh fondasi yang sangat penting dan memperhatikan berbagai aspek perkembangan manusia. Jika kita perhatikan, Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU berjalan tanpa panduan yang jelas. Bukan hanya tidak memperhatikan fondasi yang seharusnya dipakai, tetapi juga belum menggunakan alur yang membantu pertumbuhan remaja-pemuda di gerejanya.

  Jemaat, Klasis maupun Sinode juga merupakan salah satu indikasi bahwa pendidikan remaja-pemuda belum terorganisir dengan baik. Fondasi Pendidikan Kristen yang dikemukakan oleh Pazmino, menekankan pentingnya pengajar atau pendidik dalam proses pendidikan. Karena pendidik menjadi bagian penting dalam proses ini.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Teologi Orang Basudara: Rancang Bangun Teologi Lokal GPM

0 0 14

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 12

PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN TRANSPARANSI PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN2012

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Teologi Orang Basudara: Rancang Bangun Teologi Lokal GPM

0 1 13

LAPORAN SKRIPSI HALAMAN JUDUL SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN MAGANG UNTUK PELAKU USAHA IKMUKM PADA DINAS TENAGA KERJA, PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KUDUS BERBASIS WEB DAN MOBILE

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU Ditinjau dari Perspektif Fondasi Pendidikan Kristen

0 0 14

PENGARUH KOMPETENSI DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI MELALUI KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUDUS

1 2 15

LAPORAN SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS WEB RESPONSIF MELALUI 3 PENDEKATAN (PESAN BARANG, JUMLAH BARANG YANG AKAN DIJUAL, DAN LABA) DI RUMAH MAKAN THREETIME

0 1 12

BAB II PENDIDIKAN REMAJA – PEMUDA DAN FONDASI PENDIDIKAN KRISTEN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU Ditinjau dari Perspektif Fondasi Pendidikan Kristen

0 0 62

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU Ditinjau dari Perspektif Fondasi Pendidikan Kristen

0 0 13