BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU Ditinjau dari Perspektif Fondasi Pendidikan Kristen

  

BAB III

TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab III ini akan membahas temuan hasil penelitian tentang Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU. Sebelum penulis mengemukakan temuan

  hasil penelitian tersebut, terlebih dahulu akan diuraikan gambaran umum GKJTU.

  III.1 Gambaran Umum Gereja Kristen Jawa Tengah Utara ( GKJTU )

  GKJTU merupakan salah satu gereja yang usianya cukup tua. GKJTU mengawali pelayanan pada tahun 1853 di desa Simo daerah Boyolali.

  Pelayanan GKJTU terus berkembang, meskipun menghadapi banyak tantangan. Jumlah warga Jemaatnya pun mengalami pasang surut sejak berdiri sampai sekarang.

  Pada saat penulis melakukan penelitian, GKJTU tersebar di 9 wilayah Klasis, terdiri dari 62 jemaat. Dari 62 jemaat tersebut, GKJTU hanya

  1

  mempunyai 35 Pendeta, 5 Vikaris dan 10 Guru Injil. Menurut data yang penulis peroleh, warga Jemaat GKJTU secara keseluruhan berjumlah 20.000

  2 1 orang.

  Dokumen GKJTU:data jemaat tahun 2017

III.2 Strategi Pelayanan GKJTU

  GKJTU membuat rencana strategi (Renstra) pelayanan yang disusun oleh Panitia Renstra tahun 2013 – 2018 pasca sidang Sinode XXVIII. Dalam Renstra tersebut, dimuat visi GKJTU tahun 2013

  • – 2018 : “Menjadi Gereja yang semakin Missioner, Teguh dalam Identitas Iman, Kuat dalam Persekutuan, Mandiri dalam Daya dan Dana serta peduli terhadap

  3

  persoalan Masyarakat, Bangsa dan Negara”. Untuk mencapai Visi tersebut, GKJTU menetapkan misi sebagai berikut : 1.

  Melaksanakan misi seutuhnya berdasarkan konsep Misi Integral.

  2. Memperkuat identitas GKJTU dalam hal pengajaran spiritualitas yang bercorak Calvinis, pietis dan kontekstual

  3. Memperkuat ikatan persekutuan GKJTU pada aras Jemaat, Klasis dan Sinode.

  4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan berbagai pelatihan.

  5. Meningkatkan kesadaran dan peran serta jemaat dalam mewujudkan kemandirian dana di aras Klasis dan Sinode.

  6. Meningkatkan peran serta Jemaat, Klasis dan Sinode dalam ikut mengatasi

  4 berbagai persoalan yang ada di masyarakat, bangsa dan Negara.

III.3 Lokasi Penelitian.

  Lokasi penelitian tentang Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU, dipilih tiga jemaat yang tersebar di tiga Klasis, yaitu daerah pedesaan, yang berada di antara pedesaan dan perkotaan serta daerah perkotaan. Ketiga Jemaat tersebut

3 Renstra GKJTU Sinode XXVIII,11

  adalah :1) GKJTU Jemaat Bukit Hermon Kopeng yang mewakili gereja pedesaan dan berada di area GKJTU Klasis Kopeng. 2) GKJTU Bendosari yang mewakili gereja yang berada diantara pedesaan dan perkotaan yang berada di area GKJTU Klasis Bendosari 3) GKJTU Jemaat Wonorejo yang mewakili gereja yang berada di wilayah klasis perkotaan, yakni GKJTU Klasis Salatiga.

  Penelitian dilakukan melalui pengurus seksi pelayanan kategorial remaja-pemuda di tiga jemaat, Majelis Jemaat, Majelis Pekerja Harian(MPH) Klasis dan Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode. Hal tersebut dilakukan supaya peneliti mendapatkan data dari berbagai pihak dan mendapatkan data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan.

  III.4. Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU

  Berdasarkan data hasil penelitian, penulis menemukan banyak masalah yang terjadi. Namun penulis hanya berkonsentrasi pada masalah Pendidikan Remaja-Pemuda saja. Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pendidikan remaja-pemuda Kristen harus mendapatkan perhatian serius, dilakukan dengan sistematik dan meliputi semua aspek kehidupan. Dengan demikian pertumbuhan remaja

  • – pemuda akan seimbang dan menyeluruh.

  III.4.1 Program Pendidikan Remaja - Pemuda GKJTU

  Dalam melakukan penelitian tentang Pendidikan Remaja-Pemuda melakukan observasi dan melakukan studi dokumentasi. Informan yang penulis gunakan sebagai sumber data adalah Pengurus Remaja - Pemuda GKJTU Jemaat Bukit Hermon Kopeng, Pengurus Remaja-Pemuda GKJTU Jemaat Bendosari dan Pengurus Remaja-Pemuda GKJTU Jemaat Wonorejo. Selain itu, penulis juga mengadakan wawancara dengan MPH GKJTU Klasis Kopeng, MPH GKJTU Klasis Bendosari dan MPH GKJTU Klasis Salatiga. Untuk mendapatkan informasi yang lebih komplit, penulis juga mengadakan wawancara dengan MPH GKJTU dan Badan Pembantu Bidang Kategorial yang didalamnya termasuk remaja dan pemuda.

  Selain wawancara, penulis juga mengamati secara langsung salah satu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh remaja-pemuda GKJTU di tiga jemaat yang tersebut di atas. Sedangkan studi dokumentasi, penulis lakukan melalui catatan-cacatan yang ada di Jemaat, Klasis dan Sinode. Dokumen yang penulis teliti khusus dokumen yang berhubungan dengan Pendidikan Remaja –Pemuda.

  Pdt.Ason sebagai Pelaksana program Kategorial di tingkat Sinode, mengatakan bahwa, dalam dua tahun selama beliau melaksanakan tugas di bidang ini, tidak ada kegiatan khusus untuk remaja-pemuda tingkat Sinodal. Buku panduan untuk remaja – pemuda juga tidak ada dan anggaran khusus untuk remaja

  • –pemuda juga tidak ada. Sampai saat ini, juga belum ada agenda

  5 terdekat untuk kegiatan remaja-pemuda.

  Penatua Sur, selaku Majelis Pekerja Harian Klasis ( MPH Klasis) pada saat diwawancarai, mengatakan bahwa pendidikan remaja-pemuda di wilayah Klasisnya tidak berjalan dengan baik. Beberapa tahun terakhir, setidaknya dua tahun sejak beliau menjadi MPH Klasis, kegiatan remaja-pemuda tidak berjalan. Mereka memiliki rancangan tetapi tidak terlaksana. Tentang panduan pendidikan remaja-pemuda di klasisnya, beliau mengatakan bahwa belum pernah ada panduan khusus untuk mendidik remaja-pemuda. Semua berjalan sendiri, dipimpin oleh pemuda yang dianggap lebih dewasa dan mereka mencari materi sendiri. Beliau juga menyatakan bahwa MPH Klasis belum berperan untuk mendidik remaja-pemuda jemaat-jemaat di wilayah Klasisnya.

  Harapannya, remaja-pemuda GKJTU memiliki panduan khusus untuk

  6 mendidik mereka, supaya arah pendidikan mereka jelas.

  Pdt.Asih, sebagai anggota Majelis Pekerja Harian Klasis bidang Remaja

  • – Pemuda menyatakan bahwa dirinya belum pernah menyusun panduan untuk mendidik remaja dan pemuda. Beliau mengatakan bahwa remaja
  • – pemuda

5 Pdt.Ason (bukan nama sebenarnya)pelaksana program kategorial tingkat sinode:wawancara:26

  6 Agustus 2016 pkl.10.00 WIB di Salatiga Penatua Sur (bukan nama sebenarnya)anggota MPH Klasis:wawancara Desember 2016:pkl.10.20 dididik oleh jemaat sesuai dengan kemampuan Pendeta dan majelis jemaat serta kreatifitas kaum remaja dan pemuda di jemaat. Menurut beliau, klasis belum pernah menerima panduan pendidikan remaja-pemuda, selain Katekismus Heidelberg yang diajarkan kepada katekisan sebelum mereka di sidi atau di babtis. Beliau juga mengatakan bahwa pemantauan terhadap remaja

  • – pemuda juga tidak pernah dilakukan oleh klasis sampai saat ini. Pdt. Asih juga menyatakan bahwa pendidikan yang dilakukan oleh jemaat terhadap remaja- pemuda hanya Pemahaman Alkitab dan merayakan hari besar Kristiani. Peran Klasis hanya membantu ketika remaja-pemuda akan mengadakan perayaan hari

  7 besar.

  Pdt. Aji, dari MPH Klasis yang berbeda, mengatakan bahwa pendidikan remaja-pemuda di serahkan kepada jemaat. Menurutnya, pendidikan remaja- pemuda di jemaat dilaksanakan oleh Majelis dan Pendeta jemaat setempat, sesuai dengan situasi dan kondisi gereja setempat. Klasis juga tidak pernah melakukan evaluasi atau monitoring tentang kegiatan-kegiatan tersebut, kecuali dalam sidang MPL Klasis atau sidang Klasis. Dinyatakan juga, bahwa Klasis belum pernah membuat panduan atau kurikulum untuk remaja

  • –pemuda dan belum pernah menerima panduan dari Sinode. Dalam wawancara ini, beliau
  • 7 juga menyatakan bahwa panduan ini sangat penting, supaya pendidikan

      Pdt.Asih(bukan nama sebenarnya) MPH Klasis Bidang Remaja-Pemuda:wawancara 18 Agustus remaja-pemuda dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan visi dan misi

    8 GKJTU.

      Informan kunci berikutnya yang di wawancara adalah Majelis Jemaat. Ibu Tata seorang Majelis di salah satu jemaat yang diteliti, menyatakan bahwa remaja dan pemuda di gerejanya, mengadakan kegiatan sendiri. Kegiatan rutin yang mereka lakukan adalah Pemahaman Alkitab. Kegiatan lain adalah Hari Raya Paskah dan Natal. Mereka merancang sendiri dan melaksanakan sendiri.

      Dalam pelaksanaannya, Majelis datang untuk memberikan dukungan. Ketika di tanya tentang besarnya anggaran Gereja yang dipakai khusus untuk kegiatan remaja-pemuda, beliau mengatakan bahwa tidak ada anggaran khusus buat remaja-pemuda, namun pada saat remaja-pemuda membutuhkan dan Majelis mempunyai dana, mereka akan memberikan. Ibu Tata juga menyampaikan harapannya, agar GKJTU menerbitkan buku pedoman untuk pendidikan

      9 remaja-pemuda.

      Ibu Susi sebagai Majelis gereja menyatakan bahwa Remaja-Pemuda di gereja ini menjalankan programnya sendiri. Mereka menyusun program sendiri, disetujui oleh Majelis dan dilaksanakan sendiri. Program yang diajukan kepada

    8 Pdt.Aji(bukan mana sebenarnya)anggota MPH Klasis:wawancara 23 Desember 2016 :pkl.13.00IB di

      9 Getas

    Ibu Tata(bukan nama sebenarnya) seorang majelis jemaat: wawancara 24 Desember 2016 :pkl.17.00

      Majelis, biasanya hanya program Pemahaman Alkitab dan Perayaan Hari Besar Kristen. Dalam berbagai kegiatan, Majelis hanya datang untuk menghadiri kegiatan-kegiatan tersebut. Untuk Pemahaman Alkitab, Majelis hanya datang pada saat memimpin saja. Berbicara tentang biaya kegiatan remaja-pemuda, ibu Susi mengatakan bahwa remaja-pemuda membiayai sendiri kegiatan yang mereka lakukan. Ibu Susi menyampaikan harapannya, agar GKJTU memberikan pedoman unruk Pemahaman Alkitab untuk remaja-pemuda,

      10 supaya mereka tidak mengalami kesulitan mencari materi yang sesuai.

      Bapak Eri, seorang Majelis bidang pemuda di gerejanya mengatakan bahwa, sampai akhir tahun 2016, gereja ini tidak pernah memiliki panduan pendidikan untuk remaja-pemuda. Remaja-pemuda melakukan kegiatan sendiri, memilih materinya sendiri dan memimpin kegiatannya sendiri.

      Kegiatan yang dilakukan hanya Pemahaman Alkitab yang dilaksanakan setiap hari Sabtu, 2 minggu sekali. Meskipun demikian sering kosong. Beliau juga memberikan keterangan bahwa; Remaja-pemuda membiayai kegiatan mereka sendiri dan memperoleh dana dari usaha mereka sendiri. Bapak Eri, juga menyampaikan bahwa untuk mendidik remaja-pemuda dengan benar, mereka

    10 Ibu Susi (bukan nama sebenarnya) seorang majelis jemaat:wawancara 26 Nopember 2016

      membutuhkan semacam buku pegangan untuk remaja-pemuda, agar mereka

      11 memperoleh pemahaman yang benar tentang firman Tuhan.

      Selain mengadakan wawancara dengan MPH Sinode, MPH Klasis dan Majelis Jemaat, penulis juga mengadakan wawancara dengan pengurus Remaja-Pemuda di 3 gereja yang menjadi subjek penelitian. Dari hasil wawancara ini diperoleh data yang mendukung hasil penelitian.

      Ning, sebagai Ketua Remaja-Pemuda di salah satu gereja yang menjadi subjek penelitian, mengatakan bahwa pengurus remaja –pemuda sering mengalami kebingungan karena tidak memiliki buku pegangan untuk Pemahaman Alkitab. Salah satu keterangan yang diberikan, sering terjadi persekutuan remaja-pemuda hanya pujian dan doa, karena tidak ada yang siap untuk menyampaikan Firman Tuhan. Hal ini sering membuat remaja-pemuda menjadi kecewa, karena mereka sudah menyediakan waktu, tetapi tidak mendapatkan berkat rokhani. Beliau juga mengatakan bahwa kehadiran majelis dalam Pemahaman Alkitab, hanya pada saat memimpin saja. Ketika penulis meminta informasi tentang sejarah gerejanya, disampaikan bahwa remaja- pemuda belum pernah diberi informasi tentang sejarah gereja mereka. Saat ditanya tentang biaya kegiatan remaja-pemuda, dijelaskan bahwa remaja- 11 pemuda mengupayakan sendiri dana yang dibutuhkan untuk kegiatan mereka.

      Bapak Eri(bukan nama sebenarnya) seorang majelis jemaat:wawancara 27 Nopember 2016

      Jika ada kekurangan mereka mengajukan permohonan bantuan kepada majelis jemaat dan akan dibantu, jika kas jemaat memungkinkan. Dalam penelitian ini, penulis juga mendapatkan informasi bahwa hubungan remaja-pemuda gereja memiliki hubungan yang sangat baik dengan masyarakat sekitar, khususnya

      12 remaja-pemuda yang beragama lain.

      Jos, ketua remaja-pemuda salah satu gereja yang penulis teliti mengatakan bahwa remaja

    • –pemuda merancang kegiatan sendiri, melakukannya sendiri dan mencari nara sumber sendiri. Keterlibatan Majelis gereja dalam proses pendidikan remaja-pemuda hanya mengesahkan program saja. Remaja –Pemuda membuat kegiatan 2 kali dalam satu bulan, dalam bentuk

      Pemahaman Alkitab. Kegiatan lain yang dilakukan adalah Perayaan Hari Besar Kristen. Pendeta / majelis akan datang dalam kegiatan Pemahaman Alkitab jika mereka memimpin saja. Remaja-Pemuda juga mengupayakan sendiri dana yang dibutuhkan dalam kegiatan mereka. Jika Remaja-Pemuda kekurangan dana, mereka akan meminta dari Majelis / Kas Jemaat dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Dalam penelitian ini, penulis juga mendapatkan informasi bahwa remaja-pemuda juga terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan,

    12 Ning (bukan nama sebenarnya)seorang ketua pemuda: wawancara: 28 Juli 2017:pkl.11.00 WIB di

      misalnya Peringatan ulang tahun desa, ulang tahun kemerdekaan Republik

      13 Indonesia dan kegiatan lain yang diadakan oleh desa.

      Yuyu, pengurus Remaja-Pemuda di gereja yang lain, menyatakan bahwa remaja-pemuda di gerejanya, sering menghadapi kesulitan saat mengadakan Pemahaman Alkitab, karena mereka tidak mempunyai pedoman untuk melakukan Pemahaman Alkitab. Kondisi ini membuat remaja-pemuda mereka kurang tertarik pada kegiatan yang mereka selenggarakan. Mereka merasa tidak mendapatkan berkat yang bermakna dalam persekutuan yang mereka ikuti. Mereka tidak hanya kesulitan dalam mendapatkan materi Pemahaman Alkitab, tetapi juga kesulitan pada saat akan mengikuti kegiatan- kegiatan klasis atau kegiatan oikumene, karena mereka tidak mempunyai dana yang cukup untuk mengikuti kegiatan semacam itu. Kondisi tersebut membuat minat anggotanya menurun dan kegiatan tidak berjalan lancar. Setiap tahun mereka menyusun Program Kerja, namun sangat sedikit yang dapat

      14 dilakukan.

    13 Jos

      (bukan nama sebenarnya) pengurus remaja-pemuda,wawancara 18 Agustus 2017:pkl.17.30 WIB di Bendosari

    III.4.2. Rangkuman.

      Dari hasil penelitian yang telah penulis paparkan di atas, ada beberapa masalah yang harus mendapat perhatian khusus dalam hal pendidikan remaja- pemuda GKJTU. Masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1.

      Program Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU hanya dalam bentuk Pemahaman Alkitab dan Perayaan Hari Besar.

      2. Jadwal Pemahaman Alkitab sudah ada, tetapi materinya ditentukan oleh pemimpin Pemahaman Alkitab sendiri.

      3. Remaja-Pemuda memimpin dirinya sendiri.

      4. Tidak ada pendampingan intensif atau pembinaan khusus kepada Remaja-Pemuda oleh Pendeta, Majelis Jemaat, Klasis maupun Sinode.

      5. Tidak ada buku tuntunan atau panduan untuk melakukan Pendidikan Remaja –Pemuda.

      6. Minimnya anggaran untuk pendidikan remaja-pemuda.

      Menurut penulis, masalah-masalah tersebut menjadi bagian serius yang harus segera diatasi oleh gereja, baik di tingkat jemaat, Klasis maupun Sinode.