BAB II PENDIDIKAN REMAJA – PEMUDA DAN FONDASI PENDIDIKAN KRISTEN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU Ditinjau dari Perspektif Fondasi Pendidikan Kristen

BAB II PENDIDIKAN REMAJA

  • – PEMUDA

  

DAN

FONDASI PENDIDIKAN KRISTEN

  II.1. Pendidikan Remaja-Pemuda Kristen

  II.1.1. Perkembangan Psikologi Remaja Pemuda a. Perkembangan Psikologi Remaja

  Masa remaja merupakan masa yang rentan akan berbagai masalah. Masa remaja juga merupakan masa kebimbangan. Oleh karenanya, remaja harus mendapatkan pendidikan yang memadai dari berbagai pihak. Bakir dan Suryanto mendefinisikan “remaja” : usia mulai dewasa”

  1 Nuhamara berpendapat bahwa masa remaja adalah masa yang amat

  meresahkan di dalam kehidupan seseorang karena pada masa ini seseorang mengalami perubahan baik secara fisik maupun perubahan-perubahan yang lain dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan perubahan yang sedang dialami, maka banyak dari remaja yang mengalami kesulitan dan terkadang mereka menderita karena ketidakmampuan dalam mengatasi tekanan-tekanan dan tuntutan-tuntutan masa remaja

  ”.

  

2

1 R.Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Tangerang:Karisma Publishing Group,2009),480

  Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa masa remaja merupakan masa yang cukup sulit, karena tidak mudah bagi seseorang untuk menghadapi perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Memasuki perubahan berarti tersebut memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar dari diri sendiri maupun pihak lain. Dalam hal ini, gereja harus memainkan perannya dalam mendampingi remaja saat menghadapi perubahannya.

  Peter menyatakan; the period of adolescence extend from the beginning of puberty to the attainment of adulthood. Most adolescent psychologist would accept the period as beginning at twelve years of age and continuing until twenty-five. But the age range is rather wide. The twelve year-old is perhaps a seventh grader in the elementary school, while the twenty-for-year-old is doing his research for a doctor of philosophy degree. Traditionally adolescence has been divided into three groups. Early adolescence (12-14), middle adolescence (15-17), and later adolescence (18-24). In the Sunday school we have classified them as intermediates, senior and young people. More recent attempts as grouping have been made according in the public

  3 school classification: Junior, Senior and collage.

  Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa masa remaja memiliki rentangan waktu yang cukup panjang. Meskipun masa remaja di bagi menjadi tiga kelompok, namun pada prosesnya satu sama lain saling berkaitan dan 3 memerlukan perhatian khusus. Karena tiga kelompok tersebut berada pada

  Peter P.Person,an Introduction to Christian Education(United State: Photolithoprinted by rentangan tingkat pendidikan SMP,SMA dan Perguruan Tinggi, dimana remaja dituntut untuk mengikuti proses perkembangan dan pembelajaran di bangku sekolah yang kadang tidak mudah.

  Nuhamara berpendapat bahwa; masa remaja adalah masa di mana seseorang membuat kenangan dan antisipasi tentang masa depan. Suatu masa dimana seorang individu mencari identitas yang khusus. Pencarian ini terdiri dari suatu rasa kesadaran tentang keunikan pribadi, yang berusaha memiliki pengalaman yang berkesinambungan dan solidaritas dengan ideal-ideal

  4 kelompok.

  Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa masa remaja memiliki peran yang sangat besar untuk menentukan masa dewasa atau masa depan seseorang.

  Karena proses masa depan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kenangan masa lalu dan proses penemuan dirinya pada masa remaja.

  Remaja membutuhkan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Erikson menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana manusia mengalami masa krisis identitas versus kebingungan peran. Menurutnya, tugas utama remaja adalah membangun pemahaman baru mengenai identitas ego. Meskipun pembentukan identitas merupakan proses seumur hidup, namun pencarian identitas mencapai krisisnya pada masa remaja. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan dalam berbagai aspek kehidupan dan komitmen masa

  5 depan seseorang dipertaruhkan pada masa ini.

  Sehubungan dengan tugas remaja di atas, maka gereja harus berperan menyampaikan empat alasan bagi gereja untuk memberikan pelayanan serius kepada remaja : a.

  Masa Remaja adalah Masa Transisi.

  Masa transisi yang dimaksud adalah perubahan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Pada masa ini terjadi perubahan fisik maupun aspek lain dan juga terjadi gejolak dalam berbagai bentuk. Perubahan- perubahan tersebut adalah proses individu mencari identitas yang khusus.

  b.

  Masa Remaja adalah Masa Bertanya.

  Remaja mempertanyakan banyak hal yang sudah diajarkan kepada mereka, mulai meragukan mitos-mitos yang diterima di masa kanak- kanak dan berusaha menemukan cara-cara baru dalam memandang realitas kehidupan.

  c.

  Remaja adalah Masa Keterbukaan.

5 William Crain,Teori Perkembangan.Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2007), 441-

  Pada masa ini, remaja sangat terbuka, dalam rangka mencari identitas baru yang penuh dengan keinginan untuk mencoba.

  d.

  Masa Remaja adalah masa mengambil Keputusan. diingat adalah bahwa keputusan atau komitmen yang dibuat, merupakan akibat dari proses pemahaman dan pengujiannya sendiri. Mereka tidak boleh dipaksa untuk mengambil suatu keputusan sesuai dengan keinginan orang dewasa, karena keputusan yang lahir dari pemahaman

  6 dan pengujiannya sendiri akan mampu bertahan.

  Masa remaja juga merupakan masa belajar yang luas, meliputi bidang

  7 intelegensi, sosial dan lain-lain yang berhubungan dengan kepribadiannya.

  Dari berbagai alasan tersebut, dapat dipahami bahwa remaja memerlukan pendampingan untuk menghadapi perubahan yang dialami dan menjawab berbagai pertanyaan yang timbul dalam dirinya serta memberikan tempat bagi keterbukaannya guna membantu mendapatkan pemahaman yang benar atas proses hidup yang dialaminya. Hal tersebut sangat mempengaruhi mereka dalam mengambil keputusan penting untuk kehidupannya di masa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karenanya, gereja harus mampu

6 Daniel Nuhamara, Pendidikan Agama Kristen Remaja.(Bandung:Jurnal Info Media,2008),10-15

  menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi remaja untuk menjalani fase perkembangan ini.

   Perkembangan Psikologi Pemuda Untuk memahami tentang pemuda, kita dapat melihat dari

beberapa segi perkembangan. Wahyu mengemukakan pendapatnya

seperti berikut :

  Bayi (0-1 tahun), Anak (1-12 tahun), Remaja (12-15 1.

  Segi Biologis :

  tahun), Pemuda (15-30 tahun) Dewasa (30 tahun ke atas)

  

2. Anak (1-12 tahun), Remaja (13-18 tahun), Dewasa (18-21

Segi budaya :

  tahun ke atas) 3.

  Segi angkatan kerja, ada istilah tenaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon-calon yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18-22 tahun.

4. Segi umur, lembaga dan ruang lingkup tempat, diperoleh 3 kategori: Siswa, usia antara 6-18 tahun, masih ada di bangku sekolah.

  Mahasiswa, usia antara 18-25 tahun, masih ada di universitas atau perguruan tinggi. Pemuda, di luar lingkungan sekolah ataupun perguruan tinggi, usia antara 15-30 tahun.

  Berdasarkan pengelompokan di atas, maka yang dimaksud dengan pemuda adalah golongan manusia berusia muda antara 15-30

8 Kategori pemuda dapat digolongkan dalam tahap dewasa awal.

  tahun.

  Menurut Erikson, masa dewasa awal berisi tentang langkah-langkah manusia memperlebar dan memperdalam kapasitas mencintai dan

  9 memperhatikan orang lain.

  Untuk dapat menyesuaikan diri dengan fase tersebut, pemuda sering mengalami persoalan yang serius. Gunarsa menyatakan bahwa persoalan yang sering dibicarakan oleh muda-mudi adalah seperti berikut : 1.

  Ketidak puasan mengenai penampilan diri.

  2. Hubungan dengan orang tua yang sedang “guncang”.

  3. Cerita mengenai pacar atau idaman mereka 4.

  Pelajaran di sekolah yang kurang menarik, karena ada hal-hal

  10

  lain yang lebih “memikat” perhatian. Dari pernyataan tersebut, kita dapat memahami berbagai kesulitan yang dihadapi pemuda. Mereka harus menyesuaikan diri dengan fase perkembangan yang harus dihadapi dan realitas hidup yang sangat beragam. Pemuda juga harus berproses dari masa remaja ke masa pemuda atau masa dewasa awal yang sangat berbeda cara pikir dan sikap hidupnya. Pada masa 8 remaja mereka lebih berfokus pada dirinya sendiri dan menuju masa 9 Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional,1986), 69-70 William Crain,Teori Perkembangan.Konsep dan Aplikasi(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2007), 445 pemuda atau dewasa awal, yang harus beralih pada tahap memikirkan pihak lain. Proses ini membutuhkan kerja keras dan konsentrasi yang cukup baik.

  Gereja harus menjadi wadah yang tepat untuk memandu seluruh proses ini. gereja memperlakukan generasi mudanya pada masa kini.

  Dalam proses perkembangannya, pemuda memiliki persoalan seperti yang telah dijelaskan diatas dan pemuda juga memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Herner menyarankan, agar pemuda memenuhi 6 kebutuhan yang sangat penting, seperti berikut : .

  1. They need to find God 2.

  They need to find themselves 3. They need to find a lifework 4. They need to find a life mate 5. They need to find society and their relation to it.

  6. They need to find the Christian society, the church and their relation to it.

  11 Dengan adanya enam kebutuhan tersebut yang harus dipenuhi oleh

  pemuda, maka gereja harus berusaha memenuhinya. Gereja harus membatu pemuda untuk menemukan Tuhan,menemukan dirinya sendiri, menemukan

11 Peter P.Person,an Introduction to Christian Education(United State: Photolithoprinted by

  pekerjaan, menemukan teman hidup, menemukan masyarakat dan komunitas Kristen atau gereja untuk sepanjang hidup mereka.

  II.1.2. Perkembangan Iman Remaja dan Pemuda Fowler berpendapat bahwa iman adalah suatu cara manusia bersandar atau berserah diri serta menemukan atau memberikan makna terhadap berbagai kondisi atau keadaan hidupnya. Iman sebagai cara mengenal dan menilai dunia, perkembangannya juga berjalan bertahap.

  12 Dengan demikian, kita memahami bahwa perkembangan iman juga

  sejalan dengan perkembangan fisik dan psikologis manusia. Semua melalui tahapan-tahapan yang berjalan secara berurutan. Fowler juga berpendapat bahwa, perkembangan iman dapat di bagi dalam tujuh tahap. Ketujuh tahap tersebut sudah disebutkan dan dijelaskan secara singkat pada bab sebelumnya.

  Dalam bab ini, akan dibahas secara khusus perkembangan iman remaja dan pemuda yang diantaranya juga akan membahas salah satu tahapan iman tersebut.

a. Perkembangan Iman Remaja.

12 Agus Cremers,Teori Perkembangan Kepercayaan,Karya-karya penting James W.Fowler

  (Yogjakarta:Kanisius,1995), 8

  Dalam teori pentahapan perkembangan iman yang dikemukakan oleh Fowler, perkembangan iman remaja, termasuk pada tahap ketiga,

  ini identitas diri

  yakni kepercayaan sintetis-konvensional. Dalam tahap remaja dibentuk berdasarkan rasa dipercaya dan diteguhkan oleh orang lain.

  Hal yang lebih penting bahwa mereka juga berusaha mendapatkan makna baru yang menyebabkan mereka tertarik pada ideologi dan agama. Remaja juga mulai membuat gambaran Allah secara personil yang dianggap mengenal dirinya lebih dari pada pengenalan mereka terhadap dirinya sendiri. Mereka juga memahami bahwa Allah akrab dengan dirinya, tetapi juga akrab dengan

  13 orang lain.

  Dalam tahapan tersebut, remaja-pemuda berjuang untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak lain. Mereka juga mencari sosok Allah yang dianggap mengenal dirinya. Kondisi ini membutuhkan bimbingan yang serius, supaya gambaran Allah yang seharusnya diterima, dipahami dan dihayati, akhirnya melekat dalam kehidupannya menjadi jelas. Peran gereja pada fase ini adalah menjadi pendidik iman yang sejalan dengan perkembangan remaja-pemuda, agar iman mereka semakin kuat.

  Iman seseorang menyentuh semua aspek dalam kehidupan, baik fisik,sosial, mental, emosi dan aspek yang lainnya. Iman remaja juga mengalami keraguan dan ketidakpercayaan, karena pada masa kanak-kanak, iman mereka sama dengan iman orang tuanya dan saat menginjak remaja, mereka mulai berfikir dan menentukan sendiri. Selain itu juga menghadapi berfikir serius tentang komitmen dan kegagalannya serta idealisme yang

  14 tertanam dalam dirinya. Pada masa ini, mereka juga membutuhkan model.

  Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa proses perkembangan iman remaja, merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. Proses tersebut berjalan dan saling mempengaruhi antara proses sebelum dan sesudahnya. Secara fisik, proses perkembangan iman tidak kelihatan, namun mewarnai secara tersembunyi dan menentukan proses perkembangan seseorang dalam berbagai aspek pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu, remaja bukan hanya membutuhkan teori tentang iman dan perkembangannya, mereka membutuhkan teladan atau model yang konkrit dalam kehidupannya. Pendidik di gereja harus mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

b. Perkembangan Iman Pemuda

  Pemuda merupakan generasi penerus yang pada akhirnya akan memiliki tugas melanjutkan sebuah pendidikan dalam hidup mereka bagi generasi- generasi berikutnya. Jika pemuda mendapatkan pendidikan Kristen yang memadai, maka mereka akan menjadi generasi penerus yang sehat dan kuat.

  Oleh karena itu, gereja harus mendidik pemuda demi mendapatkan generasi

15 Untuk mendapatkan generasi penerus yang andal, perlu

  memberikan pendidikan yang terus menerus fase demi fase. Fase perkembangan iman pada pemuda dimulai sejak umur sekitar 20 tahun atau pada saat memasuki masa dewasa awal. Pada masa ini lahir refleksi- refleksi kritis atas seluruh pendapat, keyakinan dan nilai (relegius) lama.

  Pemuda juga mulai dapat melihat diri sendiri dan orang lain sebagai suatu system kemasyarakatan dan menyadari tanggung jawab pribadinya. Pada masa ini pemuda mengalami yan g disebut sebagai ”diri autentik dan mandiri”, yakni masa dimana seseorang memiliki kesanggupan sendiri untuk berdialog dengan dirinya dan memiliki pribadi yang hanya dikenal

  16 oleh dirinya sendiri.

  Pemuda yang dituntut untuk dapat mengenali dirinya sendiri secara benar, memerlukan pendampingan dan pembelajaran yang serius.

  15 16 Agung Gunawan, Jurnal Theologia Aletheia (2005:Vol 7 nomor 12), 3-4 Agus Cremers.Teori Perkembangan Kepercayaan,Karya-karya penting James

  Mereka membutuhkan ketrampilan untuk berbicara pada dirinya yang akan diekspresikan dalam hubungannya dengan orang lain. Ketrampilan tidak dimiliki secara otomatis, oleh karena itu gereja bertanggung jawab untuk melatih mereka melakukan tugasnya dengan benar.

  Gunawan menyatakan bahwa; melalui pendidikan Kristen, gereja memimpin, membimbing dan menuntun pemuda kepada Kristus.

  Pendidikan ini dilakukan secara perlahan, namun pasti. Melalui pendidikan yang memadai, maka pemuda akan mampu membuka ikatan- ikatan masalah yang rumit dan menuju pada masa depan yang penuh keceriaan. Pendidik gereja harus yakin bahwa tugas ini adalah tugas dari

17 Tuhan.

  Kenyataan yang kita hadapi, banyak orang muda yang memiliki pengetahuan dangkal tentang iman dan agama mereka. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh kurangnya pembelajaran tentang iman dan agama saat mereka kanak-kanak dan mereka menghabiskan banyak

  18 tenaga untuk mencari jati diri di masa remaja.

17 Agung Gunawan, Jurnal Theologia Aletheia (2005:Vol 7 nomor 12), 5

  Berdasarkan paparan tersebut, dapat kita pahami bahwa pemuda

berada dalam kondisi yang sulit. Mereka melalui proses di masa kanak-

kanak dan masa remaja yang sarat dengan berbagai masalah. Pada masa

ini mereka harus belajar tentang kemandirian di berbagai aspek, terutama

dalam hal iman, namun di sisi lain mereka memiliki banyak keterbatasan.

Dalam kondisi tersebut, pemuda membutuhkan pendampingan yang

serius.

II.1.3. Pendidikan Kristen bagi Remaja – Pemuda.

  Dalam pembahasan ini, penulis menggabungkan pendidikan

Kristen bagi remaja – pemuda, karena dalam bab selanjutnya kedua

kategori tersebut akan dibahas secara bersamaan. Hal itu penulis lakukan

karena dalam praktik pendidikan remaja – pemuda Kristen, terutama pada

gereja yang akan penulis teliti digabungkan menjadi satu.

  Menurut Calvin, Pendidikan Agama Kristen adalah: ”Pemupukan akal orang-orang percaya dan anak-anak mereka dengan Firman Allah dibawah bimbingan Roh Kudus melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja, sehingga dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan dan diejawantahkan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya.

19 Menurut Grome, Pendidikan Agama Kristen mengandung arti:

  ”

  “kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini serta pada komunitas Iman Kristen dan Visi Kerajaan Allah yaitu benih-benih yang telah hadir di antara kita.

  ”

  20 Homrighausen menjelaskan bahwa dengan menerima pendidikan maka

  pelajar muda dan tua memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri, dan di dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan Jemaat-Nya yang mengakui dan mempermuliakan nama-Nya di segala waktu dan tempat.

21 Pendidikan Kristen bagi kaum muda sangatlah penting, karena dengan

  mendapatkan pendidikan Kristen yang memadai, kaum muda akan menjadi generasi penerus gereja yang sehat dan kuat. Banyak gereja yang kurang berkembang karena mereka kurang memberi perhatian pada pengajaran kaum mudanya.

22 Berdasarkan beberapa pandangan di atas, maka dapat kita pahami

  bahwa pendidikan bagi remaja – pemuda atau sering disebut kaum muda sangatlah berpengaruh pada perkembangan gereja di masa kini dan masa depan. 19 Robert R. Boehlke. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen.

  (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1991), 413 20 Thomas Grome. Christian Religious Education . (Jakarta:BPK Gunuing Mulia,1980), 88 21 Homrighausen E.G. Pendidikan Agama Kristen.(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1987), 39

  Dalam gejolak jiwanya menghadapi perkembangan psikologis, sosial dan spiritualnya, remaja

  • – pemuda harus mendapatkan pendampingan yang baik, dapat menjawab kebutuhan perkembangannya serta seturut dengan kehendak

  Pada masa sekarang ini, banyak kaum muda yang menghadapi masalah berkaitan dengan orang tua mereka, karena banyak orang tua yang tidak dapat

  23 melakukan tugasnya dengan baik.

  Perbedaan pendapat antara anak dan orang tua sering membuat situasi tidak nyaman, ketidaknyamanan tersebut membuat orang tua terkesan kurang dapat memenuhi kebutuhan anak. Oleh karena itu, gereja harus mampu membantu peran orang tua, setidaknya melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan orang tua. Pemimpin gereja bertugas untuk melakukan fungsinya sebagai pendidik kaum muda.

  Untuk mengembangkan pendidikan bagi kaum muda, harus dilakukan oleh pemimpin yang berada dalam penguasaan Allah. Hal ini sangat penting dan mendasar, karena pembangunan kesehatan spiritual dilakukan dalam

  24 jangka panjang.

23 Ibid, 8

  Berdasarkan pendapat tersebut, maka gereja wajib mempersiapkan pemimpin yang “mumpuni” artinya mampu melaksanakan tugas dengan baik(tanpa bantuan orang lain), menguasai keahlian (kecakapan, keterampilan)

  25 sebagai pendidik dan teladan.

  Dari perspektif Biblikal, kita mendapatkan pelajaran berharga dalam Efesus 6 : 1 – 4. Bagian ini menjelaskan hubungan antara anak dan orang tua. Anak-anak adalah milik Tuhan, karenanya orang tua harus memperlakukan anak dengan hormat dan mengajarkan tentang Tuhan kepada mereka. Selain itu, bagian ini juga menjelaskan tentang ketaatan anak

  • – anak yang menjadi

  26 jalan kebahagiaan dan umur panjang.

  Melalui penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa hubungan orang tua dan anak yang dimaksudkan bukan hanya hubungan mereka dalam arti jasmani saja,tetapi juga anak di dalam gereja, yakni remaja dan pemuda dengan orang- orang dewasa sebagai orang tua.

  Karena pendidikan orang muda di gereja bukan hanya kepada satu atau beberapa orang, tetapi kepada banyak orang, maka diperlukan panduan tentang cara mendidik kaum muda, yang disusun dengan cermat supaya dapat 25 memenuhi kebutuhan kaum muda dalam perkembangannya.

  http://kbbi.co.id/arti-kata/mumpuni.09/10/2017.

  II.2. Fondasi Pendidikan Kristen

  II.2.1. Definisi Fondasi Pendidikan Kristen

  Dalam membangun segala sesuatu, yang pertama-tama kita pikirkan dan kita rancang adalah fondasi dari apa yang akan kita bangun. Bukan hanya pembangunan secara fisik, namun juga pembangunan dalam bidang - bidang yang lain. Dalam membangun iman Kristenpun, kita memerlukan fondasi.

  Bakir&Suryanto mendefinisikan bahwa; fondasi adalah dasar bangunan yang

  27 kuat.

  Dari definisi tersebut, maka dapat dipahami dan dikaitkan dengan pendidikan Kristen dan diartikan bahwa Fondasi Pendidikan Kristen adalah dasar bangunan yang kuat bagi pendidikan kekristenan.

  II.2.2. Fondasi Pendidikan Kristen

  Pendidikan Kristen hendaknya memiliki fondasi yang kuat agar tujuannya dapat tercapai dan tepat pada sasarannya. Pendidikan Kristen

27 R.Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Tangerang:Karisma

  memiliki pengertian sebagai suatu pendidikan dan pengajaran yang diberikan di

  28 sekolah-sekolah Kristen maupun dalam suasana Kristen.

  Pendidikan yang dilakukan di gereja adalah pendidikan dan pengajaran fondasi yang harus dibangun dibawah pengajaran yang diberikan, agar pengajaran tersebut melekat erat dan menjadikan kuat bagi semua peserta didik yang ada di dalamnya. Karenanya fondasi sangatlah dibutuhkan dalam melaksanakan pendidikan Kristen. Tanpa adanya fondasi maka arah dari pendidikan Kristen, yang dilaksanakan gereja akan mengalami ketersendatan bahkan bisa gagal. Fondasi Pendidikan Kristen diibaratkan seperti sebuah dasar bangunan ataupun sebuah landasan dalam meletakkan bangunan. Jika setiap orang yaitu seluruh pendidik mampu dan mau memahami serta melakukan apa yang menjadi fondasi pendidikan Kristen, maka pendidikan akan menghasilkan buah yang nyata.

  Dalam hal fondasi pendidikan Kristen, Robert W. Pazmino mengupas dengan sangat mendalam tentang macam-macam fondasi dan penerapan dari fondasi pendidikan Kristen tersebut. Menurut Pazmino, ada tujuh fondasi pendidikan kristen. Ketujuh fondasi tersebut akan dijelaskan dalam bab ini. 28 II.2.2.1. Fondasi Alkitabiah

  Homrighausen.Pendidikan Agama Kristen. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1985), 36

  Dalam fondasi Alkitabiah disebutkan bahwa kitab suci adalah sumber esensial untuk bisa mengerti keunikan Kristen dalam pendidikan. Oleh karena itu, dalam seluruh praktik pendidikan, para pendidik Kristen harus dipimpin pendidik Kristen adalah memeriksa model tersebut dan meneliti kesesuaiannya serta memperoleh jawaban tentang kesesuaian model tersebut dengan fondasi Alkitabiah. Model yang sesuai dengan fondasi Alkitabiah adalah model yang

  29 mengkaji pendidikan pada masa lampau, masa kini dan masa depan.

  Fondasi Alkitabiah dijelaskan dalam dua bagian besar, yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

  1) Perjanjian Lama

  Matias Preiswerk mengidentifikasi berbagai agen pendidikan, yakni ; nabi, imam, orang Lewi, orang bijak dan ahli taurat. Agen pendidikan dalam Perjanjian Lama terdiri dari para nabi, imam dan orang Lewi, orang bijak, ahli taurat, termasuk bangsa Israel sebagai suatu bangsa. Setiap agen pendidik

  30 mempunyai tujuan, konten, metode dan ekspresi institusional yang berbeda.

  31 Konteks utama pendidikan di Perjanjian Lama adalah keluarga. Beberapa 29 bagian Alkitab Perjanjian Lama yang akan dikaji dalam fondasi alkitabiah. 30 Robert W.Pazmino,Fondasi Pendidikan Kristen( Bandung:STT Bandung,2012), 14-15 Ibid, 15 a.

  Kitab Ulangan.

  Mandat pendidikan yang disampaikan dalam Ulangan 6 : 4-9 berisi tentang kewajiban menyampaikan perintah – perintah Allah kepada generasi

  32 diekspresikan lewat kesetiaan dan ketaatan.

  Isi dari pernyataan Allah harus diajarkan secara berulang-ulang kepada peserta didik dalam berbagai kesempatan, diikat dan dililitkan pada tubuh dan ditulis pada tempat-tempat umum yang mudah di lihat. Kebenaran Allah harus terintegrasi dalam seluruh kehidupan dan mempengaruhi kehidupan umat Allah

  33

  dari waktu ke waktu. Ulangan 6 : 6-8 memperlihatkan betapa pentingnya pengajaran kepada anak-anak. Dalam konteks ini, orang Yahudi harus menghafal perkataan-perkataan Allah di depan umum dan sebagian orang Yahudi menaruh ayat-ayat itu pada kantong-kantong kulit yang kecil dan

  34 diikatkan pada lengan dan dahi mereka.

  Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan pada masa Perjanjian Lama yang disampaikan dalam kitab Ulangan, menekankan tentang isi, tujuan dan konteks pendidikan. Dari isi pendidikan dapat difahami adanya regenerasi pengajaran yang berfokus pada kasih Allah serta dimulai dari

  32 33 Ibid ,19 Ibid ,20 lingkungan terkecil, yakni rumah, meluas pada tempat-tempat umum yang mudah terjangkau oleh siapapun.

  Dengan demikian, kita tahu bahwa kewajiban mendidik generasi muda Perjanjian Lama. Seluk beluk pendidikan pun sudah terperinci dengan baik.

  Oleh karena itu, generasi sekarang memiliki tugas melanjutkan pendidikan tersebut kepada generasi selanjutnya atau generasi muda.

  a.

  Mazmur 78 Dalam Mazmur 78 : 1

  • –8, merupakan pendidikan kaum tua kepada generasi berikut, yakni generasi muda, menerima pembelajaran tentang

  35

  keberhasilan dan kegagalan orang-orang di masa lalu. Konteks pendidikan pada jaman Perjanjian Lama adalah keluarga dan diperluas di sinagoge dan sekolah. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, gereja berfungsi sebagai keluarga besar dan keluarga Allah. Tanggungjawab orang-orang yang diberi karunia dan berpengalaman adalah menyampaikan kisah-kisah kepada generasi selanjutnya

  36 tentang perbuatan, kuasa dan keajaiban Allah di masa lalu dab masa kini.

  Setelah memahami penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa Perjanjian Lama dan masa Perjanjian Baru memiliki 35 kesamaan, yakni pendidikan di masa lalu menjadi acuan bagi pendidikan di

  Ibid, 939 masa kini dan masa yang akan datang. Acuan yang dipakai bukan hanya tentang keberhasilan, tetapi juga tentang kegagalan. Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa keterbukaan pendidikan menjadi salah satu kunci sukses b.

  Nehemia 8 : 1-18 Pazmino memberikan penjelasan tentang satu pasal kitab Nehemia.

  Dalam Nehemia 8 : 1-18, Pazmino menjelaskan tentang tanggungjawab pendidik dan pendengar atau peserta didik. Pendidik bertanggung jawab untuk memberitakan, menafsirkan dan menasehati. Sedangkan peserta didik bertanggungjawab untuk mengetahui, mengerti, mentaati dan merespon firman

  37 Allah serta menyembah Allah. Pemberitaan firman Allah tidak selalu

  dilakukan di Bait Allah. Dalam Kitab Nehemia ini dijelaskan bahwa pemberitaan firman Alah dilakukan di pintu gerbang air. Pintu gerbang air ini terletak di luar area bait Allah yang cukup luas untuk menampung banyak

  38 orang.

  Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan pada jaman Perjanjian Lama dilakukan untuk semua orang, karena dalam perikop tersebut tidak dijelaskan kategori peserta didiknya. Dalam menyampaikan firman Tuhan 37 ada tanggungjawab dari kedua belah pihak, yakni pendidik dan peserta didik.

  Ibid, 33

  Dalam penyampaiannyapun, pendidik harus menggunakan tempat yang memadai, yakni di luar ruangan yang pasti lebih menarik dan lebih leluasa.

  Dalam bagian ini juga diajarkan tentang cara mentransfer salah satu firman Allah. Pada saat membacakan firman Allah, Ezra berdiri di tempat yang lebih tinggi dan semua yang hadir juga berdiri. Berdiri di sini menunjukkan

  39 sikap menghormati Kitab Suci.

  c.

  Kitab Hikmat Bakir dan Suryanto mendefinisikan seperti berikut: hikmat adalah

  40

  kebijaksanaan, kearifan dan kesaktian. Jadi Kitab Hikmat berarti kitab yang berisi tentang kebijaksanaan, kearifan dan kesaktian. Kitab-kitab yang termasuk Kitab Hikmat adalah Kitab Ayub, Kitab Mazmur, Kitab Amsal, Kitab

  

41

Pengkhotbah dan Kidung Agung. Pazmino, menyatakan bahwa implikasi

  yang dapat dipelajari dari pengertian pendidikan dalam Perjanjian Lama ada tiga hal, yakni : , Allah memberikan hikmat dan manusia bergantung pada

  Pertama

  anugerah-Nya untuk bisa memahami hikmat. Kedua, pendidikan harus 39 mempunyai dampak terhadap hidup seseorang dan memampukan mereka 40 Ibid . R.Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Tangerang:Karisma

  Publishing Group,2009), 208 untuk menangkap konsekuensi praktis dari kebenaran yang dipelajari atau diteliti dengan seksama. Ketiga, para pendidik harus memenuhi kualifikasi terutama untuk menggunakan karunia dan bertanggungjawab atas karunia yang

  42 Pernyataan di atas menuntun kita kepada sebuah pemahaman bahwa

  para pendidik harus memiliki hikmat supaya bergantung kepada Allah untuk menyampaikan pesan yang berupa kebenaran Allah serta mempertanggungjawabkan semua karunia yang diterimanya dari Allah.

  Oleh karena itu, seorang pendidik Kristen haruslah orang yang terlebih dahulu menerima pendidikan yang memadai, karena mereka akan mendidik generasi yang akan bertanggungjawab pada generasi berikutnya.

  b.

  Perjanjian Baru Beberapa bagian Alkitab yang akan dipelajari secara saksama berkenaan dengan pendidikan dalam Perjanjian Baru.

  a.

   Injil Matius,

  Injil Matius berisi tentang ajaran-ajaran Yesus yang berbicara tentang

  43

  arti menjadi umat Allah. Pazmino juga menjelaskan bahwa dalam Injil Matius ini berisi tentang membagikan visi, misi dan memori. Tujuan pelayanan

42 Robert W.Pazmino,Fondasi Pendidikan Kristen( Bandung:STT Bandung,2012), 35

  yang dapat kita pahami dalam Injil Matius adalah pemuridan, yakni

  44 memampukan orang lain untuk menjadi murid Yesus yang taat .

  Secara ringkas, pengajaran dalam Injil Matius di bagi menjadi tiga adalah membagikan memori. Visi menjadikan murid Yesus yang taat ditindaklanjuti dengan misi pengajaran, penugasan dengan bekal memori tentang sejarah dan ide-ide Kerajaan Allah akan menjadi eleman penting dalam

  45 pemuridan.

  Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Kristen yang terstruktur dengan baik sudah dimulai sejak jaman kehidupan Tuhan Yesus. Adanya visi, misi dan memori yang dibagikan merupakan arahan untuk melakukan pendidikan yang seutuhnya. Oleh karenanya, pada masa sekarang pendidikan harus lebih baik dari masa lalu, karena masa sekarang merupakan masa pengembangan dari pengajaran Tuhan Yesus dan mempersiapkan masa yang akan datang.

  b.

   Injil Lukas

  Selain dalam Injil Matius yang menyatakan tentang panduan untuk pengajaran gereja yang bertumbuh, dalam Injil Lukas terdapat komponen- 44 komponen kunci pengajaran. Pazmino memberikan penjelasan bahwa

  Robert W.Pazmino,Fondasi Pendidikan Kristen( Bandung:STT Bandung,2012), 39-40 komponen-komponen tersebut terdapat dalam Injil Lukas 24 : 13-35, yang merupakan metode yang dipakai Tuhan Yesus dalam pengajarannya. Metode- metode tersebut adalah : dengan dua orang murid yang sedang dalam perjalanan ke Emaus. Kedua, pertanyaan terbuka ( Luk. 24 : 17 ) Elemen ini menunjukkan sebuah pertanyaan terbuka, dimana Yesus bertanya dan muridnya mendapat kesempatan untuk menjawab secara bebas tentang apa yang sedang mereka percakapkan. Ketiga, koreksi dan klarifikasi ( Luk. 24 : 25-27 ).Dalam bagian ini, Tuhan Yesus mengoreksi dan mengklarifikasi, yakni menjelaskan bahwa Mesias memang harus mengalami penderitaan dan masuk ke dalam kemuliaan. Keempat, keteladanan ( Luk. 24 : 30-31). Ada keteladanan yang tidak harus diucapkan oleh Yesus. Dia mengambil roti, mengucap berkat dan memecah serta membagikan kepada yang ada di situ. Tindakan tersebut membuka mata mereka dan memperdalam pengenalan mereka pada Yesus. Kelima, respons ( Luk. 24 : 17-19; 33-35 ) Dalam teks ini diceriterakan bagaimana Yesus bertanya dan muridnya langsung menjawab. Dalam teks yang lain diceritakan tentang respon kedua orang yang bertemu Yesus di jalan. Mereka tidak hanya diam saja, tetapi

  46 mereka menceritakan apa yang dialami. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Yesus tidak mengatakan apa yang harus murid-murid lakukan, namun Yesus memberikan contoh konkrit. Itulah yang harus dilakukan oleh seorang pendidik Kristen. Dalam hal menjadi teladan bagi anak didiknya. Melalui keteladanan itulah pendidikan Kristen menjadi lebih efisien dan cepat sampai pada sasarannya.

c. Kitab Kolose dan Filipi (Hikmat Dalam Kristus).

  Pazmino menjelaskan bahwa dalam surat Paulus kepada jemaat di Kolose ditemukan beberapa hal penting sehubungan dengan pendidikan Kristen, diantaranya adalah pusat pendidikan Kristen adalah Kristus. Dalam salah satu bagian suratnya Paulus menjelaskan tentang tujuan dalam melayani sesama orang percaya yaitu supaya hati mereka terhibur dan bersatu dalam kasih sehingga memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus. Pernyataan tersebut terdapat dalam

47 Kolose 2 : 2-3.

  Bolkestein memberikan penjelasan bahwa Paulus mengajarkan tentang cara mengasihi jemaat dengan mendoakan dan mengucap syukur. Ajaran ini dapat ditemukan dalam Kolose 1 : 3. Tiap kali Paulus berdoa, ia mengucap syukur dan tiap kali dia mengucap syukur, dia berdoa. Dalam doanya, Paulus menyampaikan segala kesulitan dan keperluan jemaat kepada Allah, karena

  48 dalam segala hal, doa syafaat adalah penolong yang paling baik.

  Jika dipahami secara sungguh-sungguh, dapat dimengerti bahwa Paulus pendidik masa kini. Paulus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap jemaat di Kolose. Meskipun Paulus di penjara, namun dia tidak pernah berhenti memikirkan Jemaatnya. Hal ini dapat di tiru oleh pendidik Kristen dalam memperlakukan peserta didiknya. Tanggung jawab pendidikan bukan hanya pada saat mereka bertemu muka, namun terus melekat dalam kehidupannya dan memiliki beban moral dan spiritual yang berdampak pada peserta didiknya.

  Sementara itu, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus memberikan pelajaran tentang banyak hal penting dalam kehidupan Kristen, terdapat dalam Filipi 4 : 8 – 9. Ajaran itu adalah tentang hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap di dengar, kebajikan dan hal yang patut dipuji yang harus terus dipikirkan. Bukan hanya dipikirkan, tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan. Paulus sendiri hadir sebagai teladan yang dapat dilihat oleh jemaat

  49 di Filipi.

  Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa keteladanan merupakan 48 unsure yang sangat penting dalam pendidikan. Contoh yang diberikan Paulus

  M.H.Bolkestein, Tafsiran Kolose(Jakart:Badan Penerbit Kristen,1966), 26 tentang mengajarkan pengetahuan, sikap dan mempraktikkannya dalam kehidupan serta dapat disaksikan oleh Jemaatnya merupakan inspirasi yang sangat baik bagi para pendidik Kristen. Pendidik Kristen harus memahami d.

   Surat Ibrani.

  Pazmino memberikan penjelasan bahwa dalam bagian kecil yang terdapat dalam Ibrani 5 : 11-6:3 dijelaskan tentang kesiapan peserta didik yang dalam hal ini diberi nama pendengar. Dalam hal kesiapan peserta didik, kitab Ibrani ini memberikan gambaran bahwa masih ada orang-orang yang membutuhkan susu, orang-orang yang belum dapat menerima makanan padat yang seharusnya diterima orang dewasa. Oleh karena itu, para pendidik Kristen dipanggil untuk membedakan materi pengajaran yang disesuaikan dengan karakteristik spiritual, sosial, kultural, ekonomi dan politik dari para pendengarnya supaya mereka dapat menyampaikan pesan yang dapat sesuai

  50 dengan tingkat pengertian dan kesiapan pendengarnya.

  Peter Wongso memberikan penafsiran terhadap surat Ibrani, sebagai suatu tingkat kepandaian seorang murid dalam menerima pengajaran, ada yang tinggi dan ada juga yang rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru yang bijaksana akan selalu mengulangi penjelasannya kepada murid yang kurang pandai melalui perumpamaan yang lebih sederhana atau dangkal menuju ke arah yang lebih mendalam. Istilah lamban dalam mendengarkan yang terdapat dalam Ibrani 5: 11 diartikan malas mendengarkan atau tidak tertarik untuk memikirkan dan mengertinya, minum susu diartikan sebagai Allah juga sering diartikan sebagai susu yang merupakan gizi bagi kelangsungan hidup manusia. Sedangkan makanan keras diartikan sebagai

  51 makanan yang keras dan padat yang dibutuhkan orang dewasa setiap hari.

  Dari kedua paparan di atas, dapat dipahami bahwa pengajaran Kristen, harus mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan. Dalam hal ini pembedaan dilakukan dari sisi usia perkembangan peserta didik. Ada orang yang usianya sudah dewasa, namun kedewasaannya masih rendah atau masih seperti anak- anak. Ada juga kelompok orang yang sengaja tidak mau mengerti atau malas. Oleh karena itu, pendidik harus mampu menyuguhkan materi pembelajaran bagi peserta didik sesuai dengan karakternya. Untuk melakukan tugas tersebut dibutuhkan kemauan dan kemampuan yang memadai.

  Terkait dengan fase perkembangan remaja-pemuda yakni fase yang memiliki tingkat kesulitan tersendiri dibanding fase-fase sebelum maupun sesudahnya, gereja harus bekerja keras menyiapkan pendidik-pendidik Kristen yang militant, trampil dan berdedikasi. Mereka bertugas untuk membantu

51 Peter Wongso, Ekspedisi Doktrin Alkitab Surat Ibrani(Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara,

  remaja

  • –pemuda menghadapi berbagai gejolak yang timbul dalam masa perkembangannya.

  Bakir dan Suryanto mendefinisikan kata teologi sebagai pengetahuan menganai sifat-sifat Allah, dasar-dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama berdasarkan pada kitab-kitab suci. Sedangkan teologis adalah segala

  52

  sesuatu yang berhubungan dengan teologi. Dengan demikian, fondasi teologis dapat diartikan sebagai dasar pengetahuan mengenai kepercayaan kepada Allah yang bersumber pada kitab-kitab. Karena kita membicarakan Fondasi Pendidikan Kristen, maka kitab dalm hal ini adalah Alkitab.

  Pazmino membahas fondasi teologis dalam empat elemen utama, yaitu:

1) Otoritas alkitab.

  Alkitab dijadikan payung besar kehidupan orang Kristen. Kitab suci dipandang sebagai inspirasi secara ilahi dan orang percaya dipanggil untuk menemukan agenda Alkitabiah dalam pendidikan Kristen. Kitab suci memiliki ototritas final dan di pakai sebagai filter yang digunakan untuk memeriksa

  52 . R.Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Tangerang:Karisma semua kebenaran dan diteliti kesesuaiannya dengan dunia dan cara pandang

  53 kekristenan.

  Dari pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa tidak ada tolok ukur lain kebenaran, maka setiap orang Kristen harus mendapatkan pendidikan secara benar tentang Alkitab. Remaja-Pemuda Kristen merupakan generasi yang harus mendapatkannya secara serius, karena mereka akan menjadi generasi pendidik bagi kaum muda berikutnya. Sehubungan dengan tugas tersebut, para pendidik Kristen harus meletakkan dasar pendidikan Kristen yang benar dalam kehidupan masa muda mereka. Remaja

  • –Pemuda Kristen harus terus diberikan pengajaran untuk terus berpegang pada kebenaran Alkitab dalam proses hidupnya.

2) Pentingnya Pertobatan.

  Menurut Pazmino, pemberitaan Injil dan pertobatan merupakan dua isu dalam pendidikan yang saling melengkapi dan berfokus pada katekisasi dan pembinaan. Katekisasi adalah instruksi dari pendidikan Kristen yang membina proses integrasi kebenaran Kristen dengan hidup dan kehidupan. Pembinaan adalah berbagai aktifitas kebersamaan yang dilakukan secara interpersonal diantara orang Kristen yang dicirikan oleh adanya kasih dan pemeliharaan spiritual yang menghasilkan kebangunan gereja Kristen. Dalam katekisasi dan pembinaan ini, diasumsikan bahwa pendidik, orang tua atau model adalah orang Kristen yang berkomitmen dan peserta didik adalah orang yang sedang dan mau mempertimbangkan untuk membuat komitmen bahwa Yesus Kristus Allah yang luar biasa yang dinyatakan dalam kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkiatn Yesus Kristus, diharapkan adanya respon personal dan kebutuhan untuk membuat komitmen bagi orang Kristen, sebagai wujud

  54 komitmennya kepada Allah yang hidup dan benar.

  Dari pernyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pertobatan adalah sebuah komitmen yang dibuat oleh seseorang berdasarkan hasil pemberitaan kebenaran Alkitab. Komitmen tersebut harus memiliki nilai yang tinggi dalam hidupnya dan mengikat kuat dalam dirinya, karena pertobatan yang dialaminya.

3) Karya Penebusan Yesus Kristus.

  Kelahiran Yesus oleh perawan Maria, kehidupan Yesus yang tanpa dosa, kematian untuk menebus dosa dan kebangkitan tubuh-Nya menjadi dasar pengampunan Tuhan bagi orang berdosa. Pembenaran hanya karena iman dan regenerasi spiritual bagi orang yang mempercayai karya Yesus Kristus. Doktrin inilah yang membekali pendidik Kristen, sehingga dapat berfungsi dengan

  55 baik.

  Remaja-Pemuda Kristen harus mendapatkan pengajaran yang benar kepercayaannya kepada Sang Penebus yang telah lahir, mati dan bangkit bagi dirinya.

4) Kekudusan Pribadi.

  Yohanes Calvin mendefinisikan kekudusan sebagai “penyatuan antara penghormatan dan kasih kepada Tuhan. Kehidupan yang dimulai dari pertobatan dan dipelihara terus menerus melalui hubungan orang percaya

  56 dengan Tuhan yang melibatkan hati, roh dan juga pikiran.

  Dalam memaknai kekudusan tersebut, orang Kristen harus waspada, tidak boleh menganggap bahwa dirinya adalah kudus, tanpa melihat kekudusan itu secara benar. Kekudusan yang dangkal dapat menghasilkan penyelesaian masalah yang memberikan solusi yang mudah terhadap masalah sosial yang kompleks dan ketidak pekaan yang memisahkan orang Kristen dari kepedulian terhadap budaya.

  Ricard Niebuhr memberikan lima kemungkinan hubungan antara 55 Kristus dan budaya, yakni : Kristus melawan budaya. Kristus adalah otoritas

  Ibid, 80 tunggal. Klaim budaya ditolak. Kristus dari budaya. Budaya terbaik harus diseleksi untuk disesuaikan dengan Kristus. Kristus di atas budaya. Penerimaan terhadap anugerah menyempurnakan dan melengkapi budaya, walaupun tidak ada “kurva yang mulus atau garis yang tidak putus ”diantara keduanya. Kristus

  dan budaya adalah paradox” Kedua otoritas harus ditaati, oleh karena itu orang percaya hidup dalam ketegangan seperti ini. Kristus mentransformasi budaya.

  Budaya mencerminkan keadaan manusia yang sudah jatuh dalam dosa, dan budaya dapat diperbaharui menjadi satu untuk memuliakan Tuhan dan

  

57

mendukung rencana/tujuan Tuhan.

Dokumen yang terkait

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 19

B. Konstruksi Teologi Lokal GPM - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Teologi Orang Basudara: Rancang Bangun Teologi Lokal GPM

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Teologi Orang Basudara: Rancang Bangun Teologi Lokal GPM

0 0 14

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 12

PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN TRANSPARANSI PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN2012

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Teologi Orang Basudara: Rancang Bangun Teologi Lokal GPM

0 1 13

LAPORAN SKRIPSI HALAMAN JUDUL SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN MAGANG UNTUK PELAKU USAHA IKMUKM PADA DINAS TENAGA KERJA, PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KUDUS BERBASIS WEB DAN MOBILE

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendidikan Remaja-Pemuda GKJTU Ditinjau dari Perspektif Fondasi Pendidikan Kristen

0 0 14

PENGARUH KOMPETENSI DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI MELALUI KOMITMEN ORGANISASIONAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUDUS

1 2 15

LAPORAN SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS WEB RESPONSIF MELALUI 3 PENDEKATAN (PESAN BARANG, JUMLAH BARANG YANG AKAN DIJUAL, DAN LABA) DI RUMAH MAKAN THREETIME

0 1 12