Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi

20
Vol. 58, No. 2, Mei 2009, hal. 20-24 | ISSN 0024-9548

Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga
rahang bawah impaksi
(Complication post-odontectomy of lower third molar impacted)

Adisti Dwipayanti*, Winny Adriatmoko**, dan Abdul Rochim**
*
**

Mahasiswa PPDGS Orthodonsia FKG Universitas Airlangga Surabaya
Dosen Ilmu Bedah Mulut Universitas Negeri Jember

Correspondence: Adisti Dwipayanti, Bagian Orthodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jln. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo no. 47
Surabaya 60132, Indonesia. Email: adisti.dwipayanti@gmail.com

Abstract
Background: Lower third molar teeth had interference in eruption frequently like impaction. Odontectomy often
causes pain, trismus and swelling. Purpose: The aim of this study is to compare percentage of complication after
odontectomy lower third molar based on sex, age and a level of difficulty, also the most common complication.

Methods: Study design used analytic observational, data gathered from subjective and objective examination after
odontectomy in oral surgery department FKG Jember University. Result: From 63 patients, the complication after
odontectomy lower third molar impacted more fragile in woman than man, age group 20-21 years old and moderate
difficulty level. Conclusion:The most common complication after odontectomy is swelling with trismus.
Keywords: complication, odontectomy, lower third molar impacted

Pendahuluan
Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi
seringkali mengalami gangguan erupsi, baik pada
gigi anterior maupun posterior. Frekuensi gangguan
erupsi terbanyak pada gigi molar ketiga baik di
rahang atas maupun di rahang bawah diikuti gigi
kaninus rahang atas. Gigi dengan gangguan letak
salah benih akan menyebabkan kelainan pada
erupsinya, baik berupa erupsi di luar lengkung yang
benar atau bahkan terkadi impaksi.1 Gigi dinyatakan
impaksi apabila setelah mengalami pembentukan
akar sempurna, gigi mengalami kegagalan erupsi
ke bidang oklusal.2
Berdasar teori filogenik, gigi impaksi terjadi

karena proses evolusi mengecilnya ukuran rahang
sebagai akibat dari perubahan perilaku dan pola
makan pada manusia. Beberapa faktor yang diduga
juga menyebabkan impaksi antara lain perubahan
patologis gigi, kista, hiperplasi jaringan atau infeksi
lokal.2

Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat
mengganggu fungsi pengunyah dan sering
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi
yang terjadi dapat berupa resorbsi patologis gigi
yang berdekatan, terbentuknya kista folikular, rasa
sakit neuralgik, perikoronitis, bahaya fraktur rahang
akibat lemahnya rahang dan berdesakan gigi
anterior akibat tekanan gigi impaksi ke anterior.3
Dapat pula terjadi periostitis, neoplasma dan
komplikasi lainnya.4
Adanya komplikasi yang diakibatkan gigi
impaksi maka perlu dilakukan tindakan
pencabutan. Pencabutan dianjurkan jika ditemukan

akibat yang merusak atau kemungkinan terjadinya
kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi
benar-benar tidak berfungsi. Upaya mengeluarkan
gigi impaksi terutama pada molar ketiga rahang
bawah dilakukan dengan tindakan pembedahan
yang disebut sebagai odontektomi. Odontektomi
sebaikya dilakukan pada saat pasien masih muda

Adisti Dwipayanti et al : Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi

21

Jurnal PDGI 58 (2) hal 20-24 © 2009

jangka sorong. Bahan yang digunakan adalah
alcohol handscoone, masker dan blangko
pengambilan data.
Penderita mengisi lembar persetujuan
(informed consent) dan dilanjutkan pengisian
blangko pengambilan data yang dibedakan

berdasar usia, jenis kelamin dan derajat kesulitan.
Pengambilan data post operatif dilakukan saat
kontrol hari ke-1 dan hari ke-4.
Data yang didapat di tabulasi dan kemudian
dianalisa secara statistik menggunakan uji chisquare.

yaitu pada usia 25-26 tahun sebagai tindakan
profilaktik atau pencegahan terhadap terjadinya
patologi.5
Pencabutan molar ketiga rahang bawah secara
pembedahan sering menyebabkan rasa sakit, trismus
dan pembengkakan. Lamanya pembedahan, insisi
dan bentuk mukoperiosteal flap mempengaruhi
intensitas dan frekuensi keluhan post operasi.6
Penelitian ini bertujuan mengetahui komplikasi
yang paling sering terjadi post odontektomi molar
ketiga rahang bawah impaksi di Rumah Sakit Gigi
dan Mulut (RSGM) FKG Universitas Negeri Jember
dimana akan dibandingkan berdasar umur, jenis
kelamin dan tingkat kesulitan, yang nantinya dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam pencegahan
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan
penanganan lebih lanjut dari komplikasi yang sering
terjadi post odontektomi.

HASIL
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juni
2005 didapatkan 63 penderita gigi molar ketiga
rahang bawah impaksi yang dilakukan
odontektomi. Terdiri dari 23 penderita laki-laki dan
40 penderita perempuan.
Berdasarkan jenis kelamin, komplikasi post
odontektomi yang terjadi pada hari ke-1
didapatkan 13 penderita laki-laki (20,63%) dan 30
penderita perempuan (47,62%). Pada hari ke-4
didapatkan 2 penderita laki-laki (3,175%) dan 21
penderita perempuan (33,33%) masih mengalami
komplikasi.
Data penelitian menunjukkan, dari 63
penderita odontektomi terdapat 24 penderita usia

20-21 tahun, 14 penderita usia 22-23 tahun, 14
penderita 24-25 tahun, 8 penderita usia 26-27
tahun, 1 penderita usia 30-31 tahun dan 2 penderita
usia 32-33 tahun. Berdasarkan uji chi- square pada
hari ke-1, komplikasi post odontektomi terbanyak
pada kelompok usia 20-21 tahun (28,6%). Pada hari
ke-4 terjadi penurunan yang masih mengalami
komplikasi, paling besar terjadi pada kelompok
usia 20-21 tahun (19%).

BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel
dilakukan dengan accidental sampling pada
penderita gigi molar ketiga rahang bawah impaksi
yang menerima perawatan odontektomi di bagian
Bedah Mulut RSGM FKG Universitas Negeri Jember
selama bulan April sampai Juni 2005.
Pemeriksaan yang dilakukan berupa
pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan subyektif

dan obyektif. Pemeriksaan subyektif dilakukan untuk
memperoleh data tentang keluhan penderita post
odontektomi dan pemeriksaan obyektif dilakukan
untuk memperoleh data komplikasi post
odontektomi yang memerlukan pemeriksaan secara
fisik antara lain trismus, dry socket, dan edema.
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat
alat dasar seperti kaca mulut, sonde, pinset dan

Tabel 1. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan jenis kelamin pada hari ke-1

Komplikasi

Laki-laki
Jumlah

%

Perempuan
Jumlah

%

Total
Jumlah

%

Ada
Trismus
Edema (EO)
Trismus + EO
Paraestesi

13
2
5
6
0

20.63

4.65
11.63
13.95
0.00

30
2
6
20
2

47.62
4.62
13.95
46.51
4.65

43
4
11

26
2

68.25
9.30
25.58
60.47
4.65

Tidak ada

10

15.87

10

15.87

20


31.75

Total

23

36.507

40

63.492

63

100

Adisti Dwipayanti et al : Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi

22

Jurnal PDGI 58 (2) hal 20-24 © 2009

Tabel 2. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan jenis kelamin pada hari ke-4
Laki-laki
Jumlah

Komplikasi

Ada
Trismus
Edema (EO)
Trismus + EO
Paraestesi
Dry Socket

Perempuan
Jumlah
%

%

Total
Jumlah

%

2
0
1
1
0
0

3.1476
0.0000
4.3500
4.3500
0.0000
0.0000

21
2
4
13
2
0

33.33
8.70
17.39
56.52
8.70
0.00

23
2
5
14
2
0

35.61
8.70
21.74
60.87
8.70
0.00

Tidak ada

21

33.333

19

30.16

40

63.49

Total

23

36.507

40

63.492

63

100

Berdasar data penelitian, dari 63 penderita
odontektomi terdapat 24 penderita memiliki kasus
derajat kesulitan ringan, 38 penderita dengan
derajat kesulitan sedang dan 1 penderita dengan
derajat kesulitan berat. Hasil uji chi-squre pada hari
ke-1 berdasarkan derajat kesulitan, komplikasi
sebagian besar terjadi pada derajat kesulitan sedang
sebanyak 26 penderita (41,3%) dan pada hari ke-4
terjadi pada derajat kesulitan sedang sebanyak 15
penderita(23,8%).

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa
komplikasi post odontektomi lebih sering terjadi
pada perempuan daripada laki-laki. Uji chi squre
menunjukkan nilai p=0,328 (p>0,05) pada hari ke-1
dan p=0,746 (p>0,05) pada hari ke-4 yang berarti
terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara
laki-laki dan perempuan.

Tabel 3. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan usia pada hari ke-1
Komplikasi

Ada
Trismus
Edema (EO)
Trismus+EO
Paraestesi
Tidak Ada
Total

Usia
22-23

20-21

24-25

%

Σ

%

28.6
4.7
9.3
25.6
2.3

10
1
2
7
0

15.9
2.3
4.7
16.3
0.00

9
0
1
7
1

14.3
0.00
2.3
16.3
2.3

6

9.5

4

6.3

5

24

38.1

14

22.2

14

Σ

18
2
4
11
1

Σ

26-27

%

Σ

28-29

%

Σ

30-31

Σ

%

32-33

%

4
6.3
0 0.00
3
7.0
1
2.3
0 0.00

0
0
0
0
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0
0
0
0
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

7.9

4

6.3

0

0.0

1

22.2

8

12.7

0

0

1

Σ

Total

34-35

%

Σ

%

Σ

%

2
3.2
1
2.3
1
2.3
0 0.00
0 0.00

0
0
0
0
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

43
4
11
26
2

68.3
9.3
25.6
60.5
4.7

1.6

0

0.0

0

0.0

20

31.7

1.59

2

3.17

0

0

63

100

Tabel 4. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan usia pada hari ke-4
Komplikasi

Usia
20-21

22-23

24-25

26-27

28-29

30-31

32-33

Σ

%

Ada
Trismus
Edema (EO)
Trismus+EO
Paraestesi
Dry Socket

12
2
4
5
1
0

19.0
8.7
17.4
21.7
4.3
0

4
0
1
3
0
0

9.5
0.0
4.3
13.0
0.00
0.00

6
0
0
5
1
0

9.5
0.00
2.3
16.3
2.3
0.00

1
1.6
0 0.00
0 0.00
1
4.3
0 0.00
0 0.00

0
0
0
0
0
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0
0
0
0
0
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Tidak Ada

12

19.0

10

15.9

8

12.7

7

11.1

0

0.0

1

Total

24

38.1

14

22.2

14

22.2

8

12.7

0

0

1

Σ

%

Σ

%

Σ

%

Σ

Σ

%

%

Σ

Total

34-35

%

Σ

%

Σ

%

2
3.2
1
2.3
1
2.3
0 0.00
0 0.00
0 0.00

0
0
0
0
0
0

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

23
2
5
14
2
0

36.5
8.7
21.7
60.5
8.7
0.00

1.6

2

3.2

0

0.0

40

63.5

1.59

2

3.17

0

0

63

100

Adisti Dwipayanti et al : Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi

23

Jurnal PDGI 58 (2) hal 20-24 © 2009

Tabel 5. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan derajat kesulitan pada hari ke-1
Derajad Kesulitan

Komplikasi

Ringan

Σ
Ada
Trismus
Edema (EO)
Trismus +
Paraestesi
Tidak ada
Total

%

Σ

16
2
5
8
1

25.4
4.7
11.6
18.6
2.3

8
24

Sedang
%

Σ

26
2
4
17
1

41.3
4.7
14.0
39.5
2.3

1
0
0
1
0

12.7

12

19.0

38.1

38

60.3

Hal ini sesuai dengan pendapat Martin bahwa
terdapat perbedaan yang tidak signifikan
berdasarkan jenis kelamin.6 Jumlah penderita gigi
impaksi yang dilakukan odontektomi lebih banyak
pada perempuan, hal ini sesuai dengan anggapan
bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap
kecepatan erupsi gigi dimana perempuan memiliki
pergerakan erupsi yang lebih cepat daripada lakilaki.7
Berdasarkan usia komplikasi post odontektomi
sebagian besar terjadi pada usia 20-21 tahun karena
sebagian besar penderita impaksi yang dilakukan
odontektomi berada pada usia muda. Hasil uji chisquare menunjukkan nilai p=0,283 (p>0,05) pada hari
ke-1 dan nilai p=0,679 (p>0,05) pada hari ke-4 yang
berarti terdapat perbedaan yang tidak signifikan
antara kelompok usia.
Pencabutan molar ketiga rahang bawah
mempunyai batasan maksimal antara usia 21-25
tahun dan dominan sampai usia 35 tahun. 2
Pencabutan dapat menimbulkan masalah di
kelompok usia yang lebih tua. Odontektomi dini akan
mengurangi morbiditas dan penyembuhan yang
terjadi akan lebih baik. Penyembuhan jaringan
periodontal juga lebih baik karena regenerasi tulang
lebih baik dan sempurna dan reattachment gingival
terhadap gigi juga lebih baik.8 Odontektomi sesudah
usia 25-26 tahun mengakibatkan pencabutan lebih
sulit dan lebih traumatic karena terjadi mineralisasi
tulang dan celah ligamen periodontium/folikular
mengecil atau tidak ada.5
Hasil uji chi-square komplikasi post
odontektomi berdasarkan derajat kesulitan,
didapatkan nilai p=0,946 (p>0,05) pada hari ke-1 dan
p=0,827 (p>0,05) pada hari ke-4 yang berarti terdapat
perbedaan tidak signifikan berdasarkan derajat
kesulitan. Hal ini dikarenakan sebagian besar
penderita berada pada derajat kesulitan ringan dan
sedang.

Total

Berat

Σ

%

1.6
0.00
0.00
1.6
0.00

43
4
11
26
2

68.3
9.3
25.6
60.5
4.7

0

0.00

20

31.7

1

1.6

60

100

%

Komplikasi yang terjadi juga bergantung pada
reaksi individual. Secara umum semakin dalam
letak gigi impaksi dan semakin banyak tulang yang
menutupinya serta makin besar penyimpangan
angulasi gigi impaksi dari kesejajaran terhadap
sumbu molar kedua, makin sulit pencabutannya.5
Komplikasi post odontektomi yang paling
sering terjadi adalah edema disertai dengan
trismus. Komplikasi lainnya berupa edema, trismus
dan paraesthesi. Edema sebagai akibat trauma
setempat seperti odontektomi terjadi sebagai tanda
proses radang dengan disertai kemerahan dan rasa
sakit. Edema dapat melibatkan jaringan di dalam
rongga mulut dan melibatkan otot-otot pipi dan
sekitarnya yang mengakibatkan pembengkakan
pipi.9 Edema merupakan reaksi normal jaringan dari
cedera pada setiap pencabutan dan pembedahan
gigi.5
Trismus dapat disebabkan oleh edema pasca
bedah.10 Hal ini didukung pendapat Osmani, edema
sekitar bekas pembedahan molar ketiga akan
meyebabkan perubahan jaringan sekitarnya dan
muskulus pengunyahan mengalami kontraksi
sehingga akan menimbulkan trismus.11 Menurut
Vriezen, trismus terjadi bukan karena meningkatnya
volume dari muskulus karena edema dan infiltrate
tetapi lebih disebabkan karena reaksi atas rasa sakit
yang disebabkan oleh gerakan rahang.9
Terdapat 2 penderita yang mengalami
paraesthesi. Paraesthesi sendiri terjadi karena
adanya kerusakan nervus. Nervus yang paling
sering cedera selama pencabutan dan pembedahan
gigi adalah n. alveolaris inferior dan n. lingualis.5
Secara umum terjadi penurunan jumlah
komplikasi pada hari ke-1 dan hari ke-4 seiring
dengan proses penyembuhan. Proses penyembuhan
dapat terhambat karena adanya komplikasi
terutama trismus. Keterbatasan membuka mulut
menyebabkan penurunan nutrisi, kesulitan menelan

24

Adisti Dwipayanti et al : Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi

dan kebersihan mulut yang jelek. Nutrisi berperan
terhadap proses penyembuhan.12
Dapat disimpulkan, komplikasi post
odontektomi molar ketiga rahang bawah lebih
banyak dialami oleh perempuan, pada kelompok
usia 20-21 tahun dan pada derajat kesulitan sedang.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah edema
ekstraoral yang disertai trismus.

DAFTAR PUSTAKA
1. Istiati S. Hubungan antara molar ketiga impaksi dengan
imunilogik psikoneurotik dan psikoneuroimunologik.
Majalah Ilmiah KG, FKG USAKTI 1996; 2 (Edisi Khusus
Foril V): 630.
2. Tetsch P, Wagner W. 1982 Pencabutan gigi molar ketiga.
Agus Djaya, editor. Operative extraction of wisdom
teeth. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1992.
h. 1-130.
3. Schuurs AHB. 1988. Patologi gigi geligi: Kelainankelainan jaringan keras gigi. Sutatmi Suryo, editor.
Gebitspathologie: afwijikingen van de harde
tandweefsels. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press; 1993. h.125-28.
4. Hasyim, Raimud D. Keberhasilan tindakan bedah gigi
molar tiga bawah impaksi dengan modifikasi flap:
pengalaman klinik. Semarang: Kumpulan Makalah
Ilmiah Kongres PDGI XVIII. 1992. h.192.
5. Pedersen GO. 1988. Bedah mulut. Purwanto,
Basoeseno, editor. Oral surgery. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1996. h. 60-100.

Jurnal PDGI 58 (2) hal 20-24 © 2009

6. Villena, Mario RM. Complication after extraction of the
third molar: a series of 379 extraction. Avalaible from:
URL:http://www.seychelles.net/sdmj/orig7.htm.
Diakses tahun 1999.
7. Faiez N, Hattab, Irbid J. Positional changes and eruptin
of impacted mandibular third molar in young adult: A
radiographic 4-years follow up study. Journal Oral
Surgery Oral Medicine Oral Pathology 1997; 84(6):82.
8. Sulistyani, Lilis D. Metode praktis pengangkatan molar
tiga bawah. Jakarta: Kumpulan Makalah KPPIKG X
FKG Universitas Indonesia; 1994. h. 44-47.
9. Asmordjo, Muchlis. Hubungan antara pembengkakan
pipi dengan trismus pasca odontektomi impaksi gigi
molar ketiga. Semarang: Kumpulan Makalah ilmiah
Kongres PDGI XVIII; 1992. h. 521.
10. Soemartono. Penggunaan mouth gage sederhana untuk
perawatan trismus pasca pencabutan gigi. Majalah
Kedokteran Gigi 2003; Edisi Khusus Temu Ilmiah
Nasional III:323.
11. Osmani, Shaukat. Efek pemberian dexamethason untuk
mencegah terjadinya trismus pasca odontektomi molar
ketiga rahang bawah terpendam. Dentika Dental
Journal 2001; 6(1):260.
12. Lawler W, Ali A, William J. Buku pintar patologi untuk
kedokteran gigi. Agus Djaya, editor. Essential pathology
for dental students. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 1992. h. 9-15.