SMK KELAS XI SEMESTER 1

DIREKTORAT PEMBINAAN SMK
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
2016

Biologi
KesehatanANJUDUL

SMK
KELAS XI
SEMESTER 1

i

Hak cipta pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dilindungi Undang-Undang

Milik Negara
Tidak Diperdagangkan

Penulis


: Hermin Pancasakti Kusumaningrum
Muhammad Zainuri
Endang Purbajanti
Waheni Rizki Aprilia

2017
Disusun dengan huruf Times New Roman 11 pt

ii

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31
ayat (3) mengamanatkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang. Atas dasar amanat tersebut telah diterbitkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Implementasi dari undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut
yang dijabarkan melalui sejumlah peraturan pemerintan, memberikan arahan
tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan,
diantaranya adalah standar sarana dan prasarana. Guna peningkatan kualitas
lulusan SMK maka salah satu sarana yang harus dipenuhi oleh Direktorat
Pembinaan SMK adalah ketersediaan bahan ajar siswa khususnya bahan ajar
Peminatan C1 SMK sebagai sumber belajar yang memuat materi dasar kejuruan
Kurikulum yang digunakan di SMK baik kurikulum 2013 maupun
kurikulum KTSP pada dasarnya adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di
dalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan proses pembelajaran
dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang
diinginkan. Bahan ajar Siswa Peminatan C1 SMK ini dirancang dengan
menggunakan proses pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang
telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang sesuai.
Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang
lulusan SMK adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses
pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan
berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah (problem

solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Khusus untuk
SMK ditambah dengan kemampuan mencipta . Bahan ajar ini merupakan
penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum yang digunakan, peserta
didik diajak berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang
luas di sekitarnya. Bahan ajar ini merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu Bahan Ajar
ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi
berikutnya sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas
penyajian bahan ajar ini.Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima kasih. Tak lupa

iii

kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan editor
bahasa atas kerjasamanya. Mudah-mudahan, kita dapat memberikan yang terbaik
bagi kemajuan dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka
mempersiapkan Generasi Emas seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
Jakarta, Agustus 2017
Direktorat Pembinaan SMK


iv

PENDAHULUAN
Cakupan materi pembelajaran pada buku ini disajikan secara sistematis,
komunikatif, dan integratif. Di setiap awal bab dilengkapi gambar pembuka pelajaran,
bertujuan memberikan gambaran materi pembelajaran yang akan dibahas, dan
mengajarkan Kalian konsep berpikir kontekstual dan logis sekaligus merangsang cara
berpikir lebih dalam. Selain itu, buku ini juga ditata dengan format yang menarik dan
didukung dengan foto dan ilustrasi yang representatif. Bahasa digunakan sesuai dengan
tingkat kematangan emosional Kalian sehingga Kalian lebih mudah memahami konsep
materinya.
Buku untuk SMK Kesehatan Kelas XI ini terdiri atas enam bab, yaitu Sistem Gerak
pada Manusia; Sistem Peredaran Darah pada Manusia; Sistem Pencernaan Makanan;
Sistem Pernapasan; dan Sistem Ekskresi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan petunjuk untuk
pembaca berikut:
(1) Judul Bab, disesuaikan dengan tema materi dalam bab.
(2) Kata Kunci, panduan Kalian dalam mempelajari konsep materi.
(3) Tujuan Pembelajaran, tujuan umum yang harus Kalian capai pada bab yang
dipelajari.

(4) Gambar Pembuka Bab, disajikan untuk memberi gambaran tentang materi yang
akan dipelajari.
(5) Peta Konsep, menggambarkan hubungan antarkonsep sehingga memudahkan
Kalian mempelajari materi dalam bab.
(6) Materi Pembelajaran, disajikan secara sistematis, komunikatif, integratif, dan
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi sehingga Kalian dapat
tertantang untuk belajar lebih jauh.
(7) Gambar dan Ilustrasi, sesuai dengan materi dalam bab yang disajikan secara
menarik dan mudah dipahami.
(8) Rangkuman, merupakan ringkasan materi pembelajaran bab.
(9) Evaluasi Kompetensi Bab, merupakan penekanan terhadap pemahaman konsep
materi, berkaitan dengan materi dalam bab.

v

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................

i


HALAMAN HAK CIPTA ................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................

iii

PENDAHULUAN ............................................................................................

v

DAFTAR ISI .....................................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

viii


DAFTAR TABEL.............................................................................................

xi

BAB 1 SISTEM GERAK PADA MANUSIA ..................................................

1

A.Tulang dan Rangka...........................................................................

2

B.Otot ...................................................................................................

24

Rangkuman ..........................................................................................

33


Evaluasi ................................................................................................

34

BAB 2 SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA.........................

42

A.Darah ................................................................................................

43

B.Organ-Organ Peredaran Darah ...........................................................

52

C.Gangguan dan Penyakit pada Sistem Darah .....................................

58


Rangkuman ..........................................................................................

58

Evaluasi Kompetensi............................................................................

59

BAB 3 ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIA .........................

67

A.Organ ................................................................................................

68

B.Sistem Organ ....................................................................................

74


Rangkuman ..........................................................................................

96

Evaluasi Kompetensi............................................................................

96

BAB 4 SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA .....................................

102

A.Zat Makanan.....................................................................................

103

B.Sistem Pencernaan ............................................................................

110


Rangkuman ..........................................................................................

118

Evaluasi Kompetensi............................................................................

119

BAB 5 SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA .....................................

125

A.Sistem Pernapasan ............................................................................

126

vi

B.Gangguan dan Penyakit pada Sistem Pernapasan ............................

134

C.Contoh Teknologi yang Berhubungan dengan Sistem Pernapasan .

136

Rangkuman ..........................................................................................

137

Evaluasi Kompetensi............................................................................

138

BAB 6 SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA .............................................

144

A.Sistem Ekskresi ................................................................................

145

B. Gangguan dan Penyakit pada Sistem Ekskresi ................................

157

Rangkuman ..........................................................................................

160

Evaluasi Kompetensi............................................................................

161

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

167

GLOSARIUM...................................................................................................

187

INDEKS ...........................................................................................................

175

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. (a) Tulang rawan hialin, (b) tulang rawan fibrosa, dan (c) tulang
rawan elastis. .....................................................................................

3

Gambar 1.2. Tulang keras terdiri atas sel-sel hidup yang disebut osteosit. ......

3

Gambar 1.3. Tulang kompak dantulang spons. .................................................

4

Gambar 1.4. (a)Tulang pendek, (b) tulang pipa, (c) tulang ireguler, dan (d) tulang
pipih. ..................................................................................................

4

Gambar 1.5. Tulang pendek pada pangkal telapak tangan................................

5

Gambar 1.6. Struktur tulang pipa. ....................................................................

6

Gambar 1.7. Proses pembentukan tulang ..........................................................

7

Gambar 1.8. Proses osifikasi .............................................................................

8

Gambar 1.9. Tulang-tulang penyusun tubuh manusia ......................................

8

Gambar 1.10. Tulang tengkorak (a) bagian kepala, dan (b) bagian muka .......

9

Gambar 1.11. Ruas tulang belakang .................................................................

12

Gambar 1.12. Tulang sakral tampak dari depan (a) dan belakang (b) ..............

13

Gambar 1.13. Tulang dada dan tulang rusuk ....................................................

13

Gambar 1.14. Rangka apendikular manusia .....................................................

14

Gambar 1.15. Tulang anggota gerak atas ..........................................................

15

Gambar 1.16. Tulang anggota gerak bawah .....................................................

16

Gambar 1.17. Persendian sinartrosis sinfibrosis ...............................................

16

Gambar 1.18. Hubungan antartulang belakang termasuk contoh persendian
amfiartrosis. .......................................................................................

18

Gambar 1.19. Sendi peluru memungkinkan pergerakan ke banyak arah ..........

18

Gambar 1.20. Sendi engsel memungkinkan pergerakan satu arah. ..................

19

Gambar 1.21. Sendi putar memungkinkan pergerakan berputar. ......................

19

Gambar 1.22. Sendi pelana memungkinkan pergerakan mirip pelana dengan
penunggang kuda ...............................................................................

20

Gambar 1.23. Sendi elipsoid memiliki bonggol yang ujung-ujungnya sedikit
oval. ...................................................................................................

20

Gambar 1.24. Sendi luncur memungkinkan gerakan menggeser. .....................

21

Gambar 1.25. Beberapa jenis fraktura, yaitu (a) fraktura terbuka, (b) fraktura
tertutup, (c) remuk, dan (d) retak......................................................

21
viii

Gambar 1.26. Tulang belakang (a) normal, (b) skoliosis, (c) kifosis, (d)
lordosis ..............................................................................................

22

Gambar 1.26. Otot dan tulang, adanya otot, tulang-tulang dapat digerakkan.

24

Gambar 1.27. Struktur otot rangka....................................................................

26

Gambar 1.28. Pembuluh darah arteri mempunyai otot polos yang bekerja di luar
kesadaran. ..........................................................................................

27

Gambar 1.29. Otot jantung terletak di jantung..................................................

27

Gambar 1.30 (a) Otot rangkadari tingkat otot sampai tingkat molekul yang
membangunnya. (b) Posisi

aktin dan miosin saat relaksasi dan

kontraksi. ...........................................................................................

29

Gambar 1.31. Perubahan yang terjadidi zona terang dan gelap, yaitu zona H yang
terdapat pita A dan

pita I, saat otot berkontraksi. .......................

30

Gambar 2.1 Mekanisme penghantaran gas-gas respiratori oleh oksihemoglobin dan
karbominohemoglobin .......................................................................

46

Gambar 2.2 proses pembekuan darah ...............................................................

49

Gambar 2.3. Struktur pembuluh darah ..............................................................

55

Gambar 4.1. Berbagai macam makanan ...........................................................

103

Gambar 4.2. Berbagai jenis makanan sebagai sumber karbohidrat ..................

104

Gambar 4.3. Berbagai jenis makanan sebagai sumber lemak ...........................

105

Gambar 4.4. Berbagai jenis makanan sebagai sumber protein .........................

107

Gambar 4.5. Berbagai jenis makanan sebagai sumber vitamin dan mineral.....

109

Gambar 4.6 Sistem pencernaan manusia ..........................................................

111

Gambar 4.7 Struktur rongga mulut manusia .....................................................

111

Gambar 4.8. Struktur kelenjar pada sistem pencernaan manusia......................

112

Gambar 4.9. Anatomi lambung ........................................................................

114

Gambar 4.10 Penyerapan nutrien di usus halus ................................................

116

Gambar 5.1. Tiga macam pernapasan pada manusia ........................................

126

Gambar 5.2. Saluran pernapasan manusia ........................................................

127

Gambar 5.3. Struktur laring ..............................................................................

128

Gambar 5.4. (a) Bronkus akan bercabang-cabang menjadi bronkiolus. (b) Ujungujung bronkiolus membentuk alveolus. .............................................

129

Gambar 5.5. Rongga alveolus ...........................................................................

129

ix

Gambar 5.6. Mekanisme inspirasi dan ekspirasi...............................................

130

Gambar 5.7. Grafik volume paru-paru ..............................................................

131

Gambar 5.8. Otak berperan mengatur pernapasan. ...........................................

132

Gambar 5.9. Mekanisme pertukaranoksigen dan karbondioksida ....................

134

Gambar 5.10. Virus SARS ................................................................................

135

Gambar 5.11. (a) Paru-paru yang sehat dan (b) paru-paru yang terkena kanker.

136

Gambar 5.12. Penggunaan bronkoskop ............................................................

137

Gambar 6.1 Struktur ginjal dan nefron ............................................................

146

Gambar 6.2 Proses pembentukan urin di nefron ginjal .....................................

147

Gambar 6.3 Struktur kulit dan lapisan-lapisannya ............................................

150

Gambar 6.4 Struktur lapisan epidermis.............................................................

151

Gambar 6.5 Struktur lapisan kulit dermis .........................................................

152

Gambar 6.6 Struktur hati...................................................................................

157

Gambar 6.7 Pasien gagal ginjal yang sedang menjalani proses cuci darah ......

158

Gambar 6.8 Kulit yang mengalami eksim ........................................................

159

x

DAFTAR TABEL
Tabel 1 .1 Tunang-tulang penyusun rangka aksial.............................................................. 9
Tabel 1. 2 Tulang-tulang penyusun rangka apendikular ................................................... 16
Tabel 2. 1Kemungkinan transfusi darah antar golongan darah......................................... 51
Tabel 3 .1Perbedaan sistem peredaran darah dengan sistem peredaran limpa.................. 76
Tabel 3. 2 Berbagai sistem organ manusia dan fungsinya ................................................ 84
Tabel 5. 1 Tekanan parsial O2 dan CO2 .......................................................................... 133

xi

BAB 1
SISTEM GERAK PADA MANUSIA
Peta Konsep
Sistem Gerak

Otot

Rangka

Otot polos

Aksial

Persendian

Apendikular
Sinartrosis

Tulang rusuk

Tulang
tungkai

Gelang bahu

Gelang
panggul

Otot rangka

Amfiartrosis
Tulang dada

Tungkai
bawah

Otot jantung

Diartrosis
Tungkai atas
Tulang
belakang
Tulang
tengkorak

Kata Kunci

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi yang terdapat dalam bab ini diharapkan Kalian mampu
menyelesaikan mekanisme terjadinya gerak pada manusia serta mengetahui berbagai
penyakit yang mengganggu sistem gerak pada manusia.

Osteon
Kartilago
Otot
Rangka
Otot polos
Otot jantung

1

A. Tulang dan Rangka
Manusia selalu melakukan gerak. Gerak adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap
rangsangan baik dari dalam maupun dari luar tubuh. Gerak dapat berupa gerakan sebagian
anggota tubuh maupun seluruh tubuh. Gerak merupakan suatu hasil kerja dua komponen,
yaitu tulang dan otot. Tulang merupakan salah satu bagian sistem rangka yang terbuat dari
jaringan ikat tulang. Tulang disebut sebagai alat gerak pasif dan otot disebut alat gerak
aktif. Tulang merupakan alat gerak pasif karena tulang tidak bisa bergerak sendiri, hanya
dapat digerakkan oleh otot. Otot yang berkontraksi menyebabkan tulang bergerak.
Beberapa fungsi tulang antara lain: Sebagai alat gerak bersama dengan otot, tempat
melekatnya otot, pelindung organ lunak dan vital, tempat memproduksi sel-sel darah,
tempat penyimpanan cadangan mineral, berupa kalsium dan fosfat, serta cadangan lemak.

1. Jenis-Jenis Tulang
Tulang sangat banyak jenisnya, baik bentuk maupun penyusunnya.Berdasarkan
jaringan penyusunnya, tulang dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan terdiri atas sel-sel tulang rawan (kondrosit), serabut kolagen, dan matriks.
Sel-sel tulang rawan dibentuk oleh bakal sel-sel tulang rawan, yaitu kondroblas.
Berdasarkan susunan serabutnya, tulang rawan dapat digolongkan menjadi tiga jenis,
yaitu:
1) Tulang rawan hialin, mempunyai serabut tersebar dalam anyaman yang halus dan rapat.
Tulang rawan hialin terdapat di ujung-ujung tulang rusuk yang menempel ke tulang
dada.
2) Tulang rawan elastis, susunan sel dan matriksnya mirip tulang rawan hialin, tetapi tidak
sehalus dan serapat tulang rawan hialin. Tulang rawan elastis terdapat di daun telinga,
laring, dan epiglotis.
3) Tulang rawan fibrosa, matriksnya tersusun kasar dan tidak beraturan.Tulang rawan
fibrosa terdapat di cakram antartulang belakang dan simfisis pubis (pertautan tulang
kemaluan).

2

Sumber : http://cpengertian.blogspot.co.id

Gambar 1.1. (a) Tulang rawan hialin, (b) tulang rawan fibrosa, dan (c) tulang
rawan elastis.

b. Tulang Keras (Osteon)
Tulang keras bersifat keras dan berfungsi sebagai penyusun sistem rangka tubuh.
Tulang terbentuk dari tulang rawan yang mengalami penulangan (osifikasi). Ketika tulang
rawan (kartilago) terbentuk, rongga-rongga matriksnya terisi oleh sel osteoblas. Osteoblas
merupakan lapisan sel tulang muda. Osteoblas akan menyekresikan zat interseluler seperti
kolagen yang akan mengikat zat kapur. Osteoblas yang telah dikelilingi zat kapur akan
mengeras dan menjadi osteosit (sel tulang keras). Antara sel tulang yang satu dan sel tulang
yang lain dihubungkan oleh juluran-juluran sitoplasma yang disebut kanalikuli. Setiap
satuan sel osteosit akan mengelilingi suatu sistem saraf dan pembuluh darah sehingga
membentuk sistem Havers.

Sumber : http://indonetedu.blogspot.com/

Gambar 1.2. Tulang keras terdiri atas sel -sel hidup yang disebut osteosit.

3

Matriks di sekitar sel-sel tulang memiliki senyawa protein yang dapat mengikat
kapur (CaCO3) dan fosfor (CaPO4). Kapur dan fosfor tersebut membuat tulang menjadi
keras. Berdasarkan matriksnya, bagian tulang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu tulang kompak dan tulang spons.

Sumber : http://lofalofiana.blogspot.co.id/

Gambar 1.3. Tulang kompak dan tulang spons.

Tulang kompak memiliki matriks yang padat dan rapat, sedangkan tulang spons
memiliki matriks yang berongga-rongga. Sebenarnya, kedua jenis tulang tersebut terdapat
di suatu tempat yang sama. Penamaan diambil hanya dengan melihat bagian mana yang
paling dominan.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tulang dapat dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu tulang pendek, tulang pipa (panjang), tulang pipih, dan tulang ireguler.

Sumber : http://hoethealth.blogspot.co.id/

Gambar 1.4. (a)Tulang pendek, (b)tulang pipa, (c)tulang ireguler, dan (d)tulang
pipih.

4

Tulang pendek memiliki bentuk seperti kubus. Tulang pendek berukuran pendek.
Tulang ini hanya ditemukan di pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang
belakang. Tulang pendek diselubungi jaringan padat tipis. Tulang ini memiliki inti tulang
spongiosa yang dikelilingi tulang kompakta. Tulang pendek sebagian besar terbuat dari
jaringan tulang jarang karena diperlukan sifat yang ringan dan kuat. Karena kuatnya, maka
tulang pendek mampu mendukung bagian tubuh seperti terdapat pada tulang pergelangan
tangan.

Sumber : http://www .kuttabku.com/

Gambar 1.5. Tulang pendek pada pangkal telapak tangan.

Tulang pipa (panjang) memiliki bentuk seperti tabung yang berongga. Selain itu,
pada ujung-ujung tulang pipa terdapat perluasan bentuk sebagai fungsi untuk berhubungan
dengan tulang lain. Tulang pipa dapat ditemukan di tulang betis, tulang hasta, tulang kering,
dan tulang pengumpil. Tulang pipa bekerja sebagai alat ungkit dari tubuh dan
memungkinkan adanya pergerakan.
Tulang pipa terdiri atas dua bagian, yaitu diafisis dan epifisis. Diafisis adalah
bagian "badan" tulang, sedangkan epifisis adalah bagian tepi atau bagian "kepala" tulang.
Di bagian tengah terdapat rongga besar, disebut kanalis medularis, yang berisi sumsum
kuning dan banyak mengandung zat lemak. Di antara epifisis dan diafisis, dibatasi oleh
bagian yang disebut cakram epifisis. Cakram epifisis lebih lambat proses penulangannya
dibandingkan dengan daerah diafisis.
Selaput yang menyelimuti bagian luar tulang yaitu periosteum. Periosteum
mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat, dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot skeleton ke tulang dan berperan dalam
nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusuk.

5

Sumber: http://eriksutrada039.blogspot.co.id/

Gambar 1.6. Struktur tulang pipa.

Adapun tulang ireguler merupakan tulang yang memiliki bentuk tidak beraturan,
sehingga disebut pula tulang tidak beraturan. Tulang ireguler dapat ditemukan pada tulang
penyusun wajah dan tulang belakang.
Sesuai dengan namanya, tulang pipih memiliki bentuk pipih atau lempengan dan
lebar.Tulang pipih memiliki dua lapisan tulang kompakta yang disebut lamina eksterna dan
interna osiskrani yang dipisahkan oleh satu lapisan tulang spongiosa yang disebut diploe.Di
dalam tulang pipih berisi sumsum merah, tempat pembuatan sel darah merah dan sel darah
putih. Tulang pipih berfungsi sebagai penyusun dinding rongga atau sebagai pelindung.
Contoh tulang pipih adalah tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang tengkorak.

2. Pembentukan Tulang
Manusia memiliki rangka tubuh ketika dalam tahap perkembangan embrio. Rangka
tubuh dalam masa embrio masih berupa tulang rawan (kartilago). Kartilago berwarna
transparan dan lebih lentur. Kartilago dibentuk oleh sel-sel mesenkim. Di dalam kartilago
akan diisi oleh osteoblas. Osteoblas merupakan sel-sel pembentuk tulang keras. Osteoblas
akan mengisi jaringan sekelilingnya dan membentuk osteosit (sel-sel tulang).
Sel-sel tulang dibentuk secara konsentris (dari arah dalam ke luar). Setiap sel-sel
tulang akan mengelilingi pembuluh darah dan serabut saraf, membentuk sistem Havers.
Setiap kelompok lapisan terdapat sel tulang yang berada pada tempat yang disebut lakuna.
Pada saluran Harvers terdapat pembuluh darah yang berhubungan dengan pembuluh darah
pada periosteum (selaput yang menyelimuti bagian luar tulang), yang bertugas memberikan
zat makanan ke bagian-bagian tulang. Selain itu, di sekeliling sel-sel tulang ini terbentuk

6

senyawa protein pembentuk matriks tulang. Matriks tulang akan mengeras karena adanya
garam kapur (CaCO3) dan garam fosfat (Ca3(PO4)2). Makin keras suatu tulang, makin
berkurang pula zat perekatnya. Bahkan, pada tulang pipa yang keras sel-sel tulangnya telah
mati sehingga hanya tampak lakuna saja.
Tulang yang menyusun rangka manusia berjumlah kurang lebih 206 buah. Di
dalam tulang terdapat sel-sel osteoklas. Sel-sel ini berfungsi menyerap kembali sel tulang
yang sudah rusak dan dihancurkan. Adanya aktivitassel osteoklas, tulang akan berongga.
Rongga ini kelak berisi sumsum tulang. Osteoklas membentuk rongga sedangkan osteoblas
terus membentuk osteosit baru ke arah permukaan luar. Tulang akan bertambah besar dan
berongga. Jadi, sel osteoblas dan osteoklas dapat diibaratkan bertugas untuk membongkar
pasang tulang karena setiap saat sel-sel tulang ada yang mengalami kerusakan.

,:
Sumber : http://www .gudangbiologi.com/2015/

Gambar 1.7. Proses pembentukan tulang

Pada kasus patah tulang, bagian tersebut harus secepatnya dikembalikan pada
susunan semula. Apabila kasusnya parah, kadang-kadang ditambahkan pen untuk
menyambung. Sel-sel tulang yang rusak akan dimakan oleh osteoklas dan terjadilah proses
perbaikan tulang. Lama waktu pemulihan tulang tergantung pada umur seseorang. Proses
pemulihan tulang pada anak-anak berlangsung lebih cepat dibandingkan orang tua.
Proses pembentukan tulang keras disebut osifikasi. Proses osifikasi terjadi dalam
beberapa tahap:(a) kartilago, (b) ban periosteum terbentuk, (c) perkembangan pusat
osifikasi primer, (d) masuknya pembuluh darah, (e) rongga sumsum tulang terbentuk, (f)
penipisan dan pemanjangan ban, (g) pembentukan pusat osifikasi sekunder, (h) sisa
kartilago sebagai lempeng epifisis, (i) pembentukan batas epifisis. Proses ini dibedakan

7

menjadi dua, yaitu osifikasi intramembranosa dan osifikasi intrakartilagenosa. Osifikasi
intramembranosa disebut juga penulangan langsung (osifikasi primer). Proses ini terjadi
pada tulang pipih, misalnya tulang tengkorak. Penulangan ini terjadi secara langsung dan
tidak akan terulang lagi untuk selamanya. Contoh osifikasi intrakartilagenosa adalah
pembentukan tulang pipa. Osifikasi ini menyebabkan tulang bertambah panjang.

Sumber : http://artikelpedian.blogspot.co.id/

Gambar 1.8. Proses osifikasi

3. Sistem Rangka Manusia
Tulang yang menyusun rangka manusia berjumlah kurang lebih 206 buah. Tulangtulang tersebut memiliki struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Berdasarkan letak tulangtulang terhadap sumbu tubuh, rangka dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah rangka aksial yang berada di bagian tengah sumbu tubuh.
Kelompok kedua, adalah rangka apendikular yang berada di bagian tepi dari sistem rangka
aksial.

Sumber : http://sekolahmandiri.blogspot.co.id/

Gambar 1.9. Tulang-tulang penyusun tubuh manusia

8

Rangka aksial terdiri atas tulang kepala (tengkorak), ruas-ruas tulang belakang
(vertebrae), tulang dada (sternum), dan tulang rusuk (kosta). Rangka apendikular terdiri
atas gelang bahu, anggota gerak atas (tungkai atas), gelang panggul, dan anggota gerak
bawah (tungkai bawah).
a. Rangka Aksial
Rangka aksial disebut juga rangka poros atau sumbu tubuh. Disebut demikian,
karena hampir semua tulang anggota rangka aksial berada di garis sumbu tubuh. Rangka
aksial tersusun atas tulang kepala (tengkorak), tulang belakang (vertebrae), tulang dada
(sternum), dan tulang rusuk (kosta).

Tabel 1 .1 Tunang-tulang penyusun rangka aksial

9

1) Tulang kepala (Tengkorak)
Tulang kepala terdiri atas tulang tempurung (kranium) dan tulang rahang. Tulang
tengkorak berbentuk pipih, saling berhubungan, dan membentuk rongga.Tulang-tulangini
mengelilingi dan melindungi otak yang adadi dalamnya. Tulang kepala tersusun dari 22
tulang yang membentuk satu kesatuan dan berfungsi sebagai pelindung otak, organ
pendengaran, dan organ penglihatan. Tulang tengkorak berhubungan dengan bagian atas
tulangbelakang (tulang leher). Di bagian bawah tempurung kepala terdapat rongga khusus
yang disebut foramen magnum yang menjadi tempat masuk dan keluarnya pembuluh saraf
serta darah yang kemudian menuju ke sumsum tulang belakang.
Tulang-tulang yang menyusun tulang tengkorak dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Tulang-tulang yang membentuk bagian kepala
Kelompok tulang-tulang ini meliputi:
(1) tulang baji (sfenoid) 2 tulang
(2) tulang tapis (etmoid) 1 tulang
(3) tulang pelipis (temporal) 2 tulang
(4) tulang dahi (frontal) 1 tulang
(5) tulang ubun-ubun (parietal) 2 tulang
(6) tulang kepala belakang (oksipital) 1 tulang
b) Tulang-tulang yang menyusun wajah
Kelompok tulang-tulang ini meliputi:
(1) tulang rahang atas (maksila) 2 tulang
(2) tulang rahang bawah (mandibula) 2 tulang
(3) tulang pipi (zigomatikus) 2 tulang
(4) tulang langit-langit (palatinum) 2 tulang
(5) tulang hidung (nasale) 2 tulang
(6) tulang mata (lakrimalis) 2 tulang
(7) tulang pangkal lidah 1 tulang

10

a.

b.

Sumber : http://cpengertian.blogspot.co.id/2013/

Gambar 1.10. Tulang tengkorak (a) bagian kepala, dan (b) bagian muka

2) Tulang Belakang (Vertebrae)
Tulang belakang merupakan penopang tubuh utama, terdiri atas jejeran tulangtulang belakang (vertebrae). Tulang belakang ini bersifat kuat tetapi lentur. Hal ini
disebabkan karena tulang belakang bertugas menopang hampir dua pertiga dari berat
badan. Di sisi lain ia harus melakukan banyak pergerakan tubuh, antara lain memutar
kepala dan sebagainya. Tulang belakang ini juga berfungsi untuk melindungi saraf-saraf
tulang belakang. Ruas tulang belakang manusia berjumlah 33 buah. Tulang-tulang tersebut
membentuk suatu kesatuan memanjang yang membentuk sumbu tubuh dan menopang
tengkorak. Di antara tulang-tulang belakang (vertebrae) terdapat discus invertebralis
merupakan tulang rawan yang membentuk sendi yang kuat dan elastis. Discus invertebralis
memungkinkan tulang belakang bergerak ke segala arah.

11

Sumber : http://guratansemangat.blogspot.co.id

Gambar 1.11. Ruas tulang belakang

Tulang belakang tersusun dari beberapa tulang, antara lain seperti berikut.
(a) Tulang Leher (Servikal)
Ruas pertama tulang leher disebut atlas, sedangkan ruas kedua disebut tulang
pemutar. Tulang leher terdiri atas 7 buah tulang yang bertugas menopang kepala, leher, dan
menggerakkan kepala untuk menunduk, serta menengadah ke samping kiri dan kanan.
(b) Tulang Punggung (Dorsalis)
Tulang punggung memiliki 12 buah tulang yang bersifat agak kaku sebab tulangtulang di bagian ini hampir semuanya dipersatukan oleh tulang rusuk.
(c) Tulang Pinggang (Lumbal)
Ada 5 buah tulang yang menyusun tulang pinggang pada daerah ini, biasanya
sering terjadi gangguan, misalnya nyeri atau pegal linu.
(d) Tulang Sakral (Sakrum)
Penyusun tulang ini adalah tulang kelangkang yang berjumlah 5 buah dan tulang
ekor yang berjumlah 4 buah. Tulang-tulang ini membentuk sebagian tulang pinggul.

12

Sumber : http://dadang -saksono.blogspot.co.id

Gambar 1.12. Tulang sakral tampak dari depan (a) dan belakang (b)

3) Tulang Dada (Sternum)
Tulang dada terdiri atas tulang-tulang yang berbentuk pipih, antara lain tulang hulu
atau tangkai (manubrium sterni), tulang badan (corpus sterni), dan tulang taju pedang
(processus xyphoideus). Bersama lekukan thorax pada tulang belakang, tulang dada dan
tulang rusuk membentuk rongga dada (thorax) yang melindungi organ-organ penting
seperti jantung, paru-paru, dan pembuluh darah.

Sumber : http://mustaqbalzahir.blogspot.co.id/2014/

Gambar 1.13. Tulang dada dan tulang rusuk

4) Tulang Rusuk (Kosta)
Penyusun tulang rusuk berjumlah 12 pasang, yaitu tulang rusuk sejati (costa vera)
sebanyak 7 pasang, tulang rusuk palsu (costa spuria) sebanyak 3 pasang, dan 2 pasang
rusuk melayang (costa fluctuantes). Bagian depan tulang rusuk sejati menempel pada
tulang dada dan bagian belakangnya menempel pada ruas-ruas tulang punggung,

13

sedangkan bagian depan tulang rusuk palsu menempel pada tulang rusuk di atasnya dan
bagian belakang menempel pada ruas-ruas tulang punggung.
b. Rangka Apendikular
Rangka apendikular disebut juga sebagai rangka tambahan. Secara umum, rangka
apendikular adalah tulang-tulang penyusun alat gerak, yaitu tangan dan kaki. Rangka
apendikular dapat dikelompokkan menjadi gelang bahu, tulang anggota gerak atas, gelang
panggul, dan tulang anggota gerak bawah.
1) Gelang bahu
Terdapat dua gelang bahu, yaitu kanan dan kiri. Masing-masing gelang bahu terdiri
atas tulang selangka (clavicula) dan tulang belikat (scapula). Tulang selangka berjumlah 2
buah. Tulang selangka berbentuk seperti huruf “S”. Ujung yang satu melekat pada tulang
dada sedangkan ujung yang lain berakhir pada ujung bahu. Tulang selangka menjadi
penghubung antara gelang bahu dan rangka tubuh.Tulang belikat berjumlah 2 buah yang
berbentuk segi bahu dan taju paruh gagak.

Sumber : http://www .perpusku.com/

Gambar 1.14. Rangka apendikular manusia

14

2) Tulang anggota gerak atas
Tulang anggota gerak atas terdiri atas dua tungkai, kanan dan kiri. Masing-masing
terdiri atas
(a) tulang lengan atas (humerus)
(b) tulang hasta (ulna)
(c) tulang pengumpil (radius)
(d) 8 tulang pergelangan tangan (carpal)
(e) 5 tulang telapak tangan (metacarpal)
(f) 14 tulang jari tangan (phalanges)

Sumber : http://i mandosz.blogspot.co.id/

Gambar 1.15. Tulang anggota gerak atas

3) Gelang panggul (Pelvis)
Gelang panggul terdiri atas 2 tulang pinggul (coxae) di kanan dan kiri. Gelang panggul
sangat stabil dan berfungsi menahan berat tubuh. Tulang panggul terdiri atas tiga bagian,
yaitu tulang usus (ileum) berjumlah 2 buah, tulang duduk (iskhium) berjumlah 2 buah, dan
tulang kemaluan berjumlah 2 buah.
4) Tulang anggota gerak bawah
Tulang anggota gerak bawah terdiri atas dua tungkai kaki, kanan dan kiri.
Masing-masing terdiri atas
(a) Tulang paha (femur)

15

(b) Tulang tempurung (patella)
(c) Tulang kering (tibia)
(d) Tulang betis (fibula)
(e) 7 tulang pergelangan kaki (tarsal)
(f) 5 tulang telapak kaki (metatarsal)
(g) 14 tulang jari kaki (phalanges)

Sumber : http://cpengertian.blogspot.co.id/2013/

Gambar 1.16. Tulang anggota gerak bawah
Tabel 1. 2 Tulang-tulang penyusun rangka apendikular

16

4. Hubungan Antartulang
Artikulasi adalah istilah untuk menyatakan hubungan antartulang. Namun, pada
umumnya orang lebih sering menggunakan istilah persendian daripada istilah artikulasi.
Sebuah artikulasi terdiri atas dua atau lebih tulang yang berhubungan. Hubungan antar
tulang disebut juga persendian (sendi). Persendian adalah tempat antara tulang-tulang atau
antara tulang dan tulang rawan. Untuk memungkinkan adanya pergerakan, diperlukan
adanya sendi. Sendi dibentuk pada kartilago di daerah sendi. Pada persendian terdapat
cairan pelumas yang disebut cairan sinovial. Tulang-tulang disatukan dengan jaringan ikat
yang lentur dengan adanya sendi, sehingga terbentuklah rangka dan gerakan-gerakan
tulang. Secara fungsional, persendian dibagi menjadi tiga, yaitu sinartrosis, amfiartrosis,
dan diartrosis.

a. Sinartrosis
Sinartrosis adalah hubungan antartulang yang rapat sehingga tidak memungkinkan
pergerakan sama sekali. Berdasarkan jaringan yang menghubungkannya, sinartrosis
dibedakan menjadi sinartrosis sinfibrosis dan sinartrosis sinkondrosis.
Sinartosis sinfibrosis dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa. Persendian ini
terdapat pada tulang tengkorak. Lekukan pada tulang tengkorak disebut sutura. Adapun
sinartrosis sinkondrosis dihubungkan oleh tulang rawan, misalnya hubungan tulang rusuk
dan tulang dada.

Sumber : https://meandbiology.w ordpress.com/

Gambar 1.17. Persendian sinartrosis sinfibrosis

b. Amfiartrosis
Amfiartrosis merupakan persendian dengan gerakan terbatas. Misalnya hubungan
antar tulang rusuk dengan ruas-ruas tulang belakang. Tulang-tulang tersebut dapat
menimbulkan gerakan pada saat kita bernapas. Pada persendian amfiartrosis, kedua ujung
tulang yang berhubungan dilapisi oleh tulang rawan hialin. Bantalan tulang rawan hialin
cukup tebal. Di bagian luar, kedua tulang tersebut diikat oleh jaringan ikat longgar.

17

Amfiartrosis dibagi menjadi dua, yaitu simfisis dan sindesmosis. Simfisis
merupakan persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang tipis. Contoh
simfisis adalah sendi antartulang belakang dan pada tulang kemaluan. Adapun sindesmosis
merupakan persendian yang dihubungkan oleh banyak jaringan ikat. Contoh sindesmosis
adalah sendi antara tibia dan fibula.

Gambar 1.18. Hubungan antartulang belakang termasuk contoh persendian
amfiartrosis.

c. Diartrosis
Kedua ujung tulang pada persendian diartrosis dihubungkan oleh jaringan ikat
longgar sehingga tulang-tulang dalam persendian tersebut dapat bergerak dengan leluasa.
Antara jaringan ikat longgar dan tulang-tulang yang membentuk persendian terdapat ruang
yang berisi cairan sinovial berfungsi sebagai pelumas. Berdasarkan tulang pembentuk
sendi dan gerakannya, diartrosis dikelompokkan menjadi sendi peluru, sendi engsel, sendi
putar, sendi pelana, sendi ovoid/ ellipsoid, dan sendi luncur.
1) Sendi peluru
Sendi peluru merupakan sendi yang dapat digerakkan ke atas, ke bawah, dan ke
samping. Pergerakan yang bebas ini dikarenakan bentuk ujung tulang berupa bongkol dan
mangkuk. Contoh sendi peluru adalah pada gelang bahu.

Gambar 1.19. Sendi peluru memungkinkan pergerakan ke banyak arah

2) Sendi engsel

18

Pergerakan pada sendi engsel hanya satu arah. Contoh sendi engsel adalah siku dan
lutut.

Gambar 1.20. Sendi engsel memungkinkan pergerakan satu arah.

3) Sendi putar
Gerakan pada sendi putar berupa gerakan rotasi dengan satu poros. Contoh sendi
putar adalah gerakan memutar kepala (tulang leher dan tulang tengkorak) dan antara tulang
hasta dan tulang pengumpil.

Gambar 1.21. Sendi putar memungkinkan pergerakan berputar.

4) Sendi pelana
Pada sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi menyerupai pelana.
Contoh sendi pelana adalah gerakan ibu jari dan hubungan tulang belakang dengan tulang
rusuk.

19

Gambar 1.22. Sendi pelana memungkinkan pergerakan mirip pelana dengan
penunggang kuda.

5) Sendi ovoid/ellipsoid
Sendi ovoid/ellipsoid memiliki kedua ujung tulang yang berbentuk oval. Mirip
dengan sendi peluru, hanya saja sendi elipsoid memiliki bonggol dan ujung-ujung
tulangnya tidak membulat, tetapi sedikit oval. Oleh karena itu, gerakan yang dihasilkan
lebih terbatas dibandingkan dengan sendi peluru. Contohnya, hubungan antara tulang
pengumpil dan tulang pergelangan tangan.

Gambar 1.23. Sendi elipsoid memi liki bonggol yang ujung -ujungnya sedikit oval.

6) Sendi luncur
Sendi luncur adalah hubungan antartulang yang kedua ujung tulangnya sedikit rata
sehingga terjadi gerakan menggeser. Sendi ini tidak berporos. Contohnya, persendian yang
dibentuk oleh tulang-tulang pergelangan tangan, pergelangan kaki, serta antartulang
selangka.

20

Gambar 1.24. Sendi luncur memungkinkan gerakan menggeser.

5. Kelainan dan Gangguan pada Tulang
Tulang dapat mengalami kelainan dan gangguan. Kelainan dan gangguan dapat
disebabkan oleh aktivitas, infeksi kuman, kekurangan vitamin, maupun kecelakaan.
a. Fraktura
Fraktura merupakan retak/patahnya tulang akibat mengalami benturan keras,
misalnya karena kecelakaan. Fraktura dibedakan menjadi empat, yaitu fraktura tertutup,
fraktura terbuka, fisura (retak), dan remuk. Pemulihan untuk kelainan ini, yaitu dengan
mengembalikan pada susunan semula secepat mungkin.

Gambar 1.25. Beberapa jenis fraktura, yaitu (a) fraktura terbuka, (b) fraktura
tertutup, (c) remuk, dan (d) retak

Pada kasus patah tulang, untuk menyambungkannya ditambahkan pen atau platina.
Setelah tulang mengalami pertumbuhan dan menyatu, pen/platina akan diambil kembali.
Tulang lengan yang patah memerlukan waktu penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan
dengan tulang paha. Waktu untuk penyembuhan tulang lengan ± 1 bulan, sedangkan pada
tulang paha berlangsung ± 6 bulan.

21

b. Gangguan pada Tulang Belakang
Tulang belakang dapat mengalami berbagai gangguan. Pada umumnya, gangguan
tersebut disebabkan oleh sikap tubuh yang salah. Gangguan tersebut adalah skoliosis,
kifosis, dan lordosis.
1) Skoliosis, merupakan kelainan berupa melengkungnya tulang belakang ke arah
samping.
2) Kifosis, adalah jika tulang belakang terlalu membungkuk. Kifosis dapat terjadi
karena kebiasaan menulis yang terlalu membungkuk.
3) Lordosis, terjadi jika lengkung lumbar melekuk ke dalam.

Gambar 1.26. Tulang belakang (a) normal, (b) skoliosis, (c) kifosis, (d) lordosis

c. Gangguan Persendian
Persendian dapat mengalami gangguan, seperti artritis, dislokasi, dan ankilosis.
1) Artritis
Artritis adalah peradangan sendi dengan ciri-ciri bengkak, dan gangguan fungsi sendi
tersebut. Artritis dibedakan menjadi artritis gout, osteoartritis, dan artritis eskudatif.
Artritis gout terjadi karena kegagalan metabolisme asam urat. Osteoartritis disebabkan
menipisnya tulang rawan pelindung sendi. Adapun artritis eskudatif disebabkan terisinya
rongga sendi oleh getah radang.
Beberapa hal penyebab penyakit ini adalah:
(a) Metabolisme asam urat yang terganggu, sehingga asam urat tertimbun pada sendi.
Keadaan ini akan menimbulkan sakit, terutama pada jari- jari tangan maupun kaki.
(b) Penumpukan bahan kapur di antara dua tulang sehingga mengakibatkan sendi sulit
digerakkan dan kaku. Biasanya sendi akan membengkak dan terasa sakit.

2) Dislokasi
Dislokasi terjadi jika sendi terlepas dari tempatnya dan disertai sobeknya ligamen.
Dislokasi dapat pula berupa pergeseran sendi.

22

3) Ankilosis
Gangguan ini menyebabkan sendi tidak dapat digerakkan, disebabkan karena tulang
rahang melebur dengan tulang tengkorak.

d. Rheumatism (Rheumatic)
Rheumatism merupakan gangguan rasa sakit pada semua alat gerak, sepeti tulang,
otot, ligamen, dan sendi.
e. Osteoporosis
Orang yang menderita kelainan ini, keadaan tulangnya akan rapuh dan keropos.
Hal ini disebabkan karena berkurangnya kadar kalsium dalam tulang. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, maka kadar kalsium akan berkurang sedikit demi sedikit.
Wanita lebih rentan terkena osteoporosis. Ketika seorang wanita mengalami
menopause, ia akan kehilangan kalsium dengan cepat. Hal ini akan mengakibatkan tulang
keropos. Untuk menghindari hal ini, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung kalsium. Susu kalsium dosis tinggi sangat dianjurkan untuk ibu-ibu
yang berumur di atas 50 tahun. Selain minum susu, sebaiknya diimbangi pula dengan
olahraga yang teratur.
f.

Rakhitis
Penyakit rakhitis menyebabkan tulang seseorang menjadi lunak karena tubuh

kekurangan vitamin D. Vitamin D berfungsi untuk mengabsorpsi fosfor dan berperan
dalam metabolisme kalsium. Penderita ini disarankan banyak mengkonsumsi telur, susu,
dan minyak hati ikan. Selain itu, pada pagi hari, penderita disarankan berjemur di bawah
sinar matahari karena sinar matahari pagi dapat membantu pembentukan vitamin D dalam
tubuh.
g. Mikrosefalus
Penderita kelainan Mikrosefalus akan mengalami keadaan dimana pertumbuhan
tulang-tulang tengkorak terlambat, sehingga bentuk kepala kecil. Kelainan ini merupakan
bawaan dari lahir. Hal ini disebabkan ketika sedang hamil, seorang ibu kurang mendapat
vitamin A dan zat kapur/kalsium. Oleh sebab itu, ibu hamil dianjurkan banyak
mengkonsumsi vitamin A yang banyak terdapat pada sayuran yang berwarna merah dan
kuning, seperti kuning telur, mentega, minyak ikan, hati, dan susu. Sedangkan zat kapur
(kalsium) dapat diperoleh dari sayuran kubis, brokoli, biji-bijian, susu, kerang, ikan, dan
keju.

23

B. Otot
Tulang adalah alat gerak pasif, sedangkan otot adalah alat gerak aktif. Otot
merupakan alat gerak aktif karena kontraksinya dapat menggerakkan tulang sehingga
muncul gerak. Otot akan memendek apabila berkontraksi dan akan memanjang apabila
berelaksasi.
Cara melekatnya di tulang, terdapat dua bagian otot, yaitu origo dan insersio. Origo
merupakan ujung otot yang menempel di tulang yang kedudukannya tetap (tumpuan) ketika
otot berkontraksi. Adapun insersio merupakan bagian otot yang menempel pada tulang
yang akan digerakkan ketika otot berkontraksi.
Dalam keseharian, otot lebih dikenal sebagai daging. Berdasarkan letaknya, dalam
tubuh manusia terdapat ± 600 jenis otot yang berbeda. Otot tidak hanya menggerakkan
rangka, tetapi juga menggerakkan organ-organ tertentu dalam tubuh, misalnya, jantung,
usus, dan lambung. Kerja otot juga mengakibatkan membesar dan mengecilnya rongga
dada, tempat paru-paru berada.
1. Sebagai alat gerak aktif, otot mempunyai tiga karakteristik, yaitu sebagai berikut.
2. Kontraktibilitas, dengan kemampuan ini otot bisa memendek dari ukuran semula.
3. Ekstensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk berelaksasi atau memanjang.
4. Elastisitas, dengan sifat elastisitas ini otot memiliki kemampuan untuk kembali lagi
pada posisi semula setelah berkontraksi atau berelaksasi.

Gambar 1.26. Otot dan tulang, adanya otot, tulang -tulang dapat digerakkan.

1. Jenis-Jenis Otot
Berdasarkan struktur dan fungsinya, otot dibedakan menjadi tiga yaitu; otot lurik,
otot polos, dan otot jantung.

24

a. Otot Lurik
Otot lurik disebut juga otot rangka karena otot ini melekat pada rangka dan menjadi
alat gerak utama. Otot lurik memiliki sel yang berbentuk silindris dan memiliki banyak inti.
Otot ini disebut otot lurik, karena pada serabut-serabut panjang otot terdapat garis terang
(isotropi) dan garis gelap (anisotropi) secara bergantian. Irisan melintang otot lurik
memperlihatkan beribu-ribu serabut otot. Serabut-serabut itu tersusun dalam berkas-berkas
yang sejajar, dan terikat sesamanya oleh jaringan penyambung yang dilalui oleh pembuluh
darah dan saraf. Ukuran diameter otot ini 50 mikron dengan panjang 2,5 cm.
Berdasarkan mioglobin, otot rangka dibedakan menjadi otot merah dan otot putih.
Otot merah mempunyai lebih banyak mioglobin dibandingkan otot putih. Mioglobin adalah
pigmen otot yang berfungsi mengikat oksigen. Oksigen yang diikat oleh mioglobin
berfungsi untuk respirasi sel-sel otot rangka yang akan menghasilkan energi untuk
melakukan aktivitas.
Kerja otot lurik dikendalikan oleh sistem saraf pusat dan disadari. Otot ini akan
bergerak jika ada perintah dari otak. Gerak tersebut disebut gerak volunter. Otot ini
berperan dalam banyak gerak tubuh yang dikehendaki.
Sekumpulan otot, misalnya otot bisep, ujung-ujungnya berupa tendon untuk
melekat pada tulang. Keseluruhan kumpulan otot dibungkus oleh seludang jaringan ikat
yang disebut fasia superfasialis. Kumpulan otot ini terdiri atas kumpulan yang lebih kecil
lagi yang diseludangi oleh fasia propia.
Kumpulan kecil terdiri atas serabut-serabut otot. Serabut otot secara fungsional
merupakan satu sel otot. Jadi, satu serabut otot sama dengan satu sel otot saja.
Satu sel otot dibungkus oleh membran sel (sarkolema). Sel otot terdiri atas
miofibril-miofibril. Setiap miofibril terdiri atas dua macam miofilamen, yaitu filamen tipis
dan filamen tebal. Filamen tipis terdiri atas 3 macam molekul protein, yaitu aktin, troponin,
dan tropomiosin. Adapun filamen tebal terdiri dari satu macam filamen protein, yaitu
miosin.
Filamen tipis dan filamen tebal membentuk satu kesatuan disebut sarkomer. Kedua
macam filamen ini bergabung secara berselang-seling dan tumpang tindih (overlap)
dengan posisi filamen tipis lebih ke pinggir dan filamen tebal di tengah-tengah. Apabila
otot dilihat dengan mikroskop berkekuatan tinggi, posisi tersebut memberi kesan gelap
terang atau berlurik-lurik.

25

Sarkomer yang satu bergabung dengan sarkomer sebelahnya pada bagian filamen
tipis. Daerah ini disebut garis Z. Garis Z dengan filamen tipis yang memberi kesan terang
disebut pita I.

Gambar 1.27. Struktur otot rangka

Sarkomer bagian tengah disebut garis M. Sebelah kiri dan kanan garis M, tepatnya
yang terdiri atas filamen tebal yang tidak tumpang- tindih olehfilamen tipis pada saat otot
kontraksi, disebut zona H. Pita A, daerah gelap, adalah sarkomer yang mengandung filamen
tebal dan ditumpang tindih oleh sebagian filamen tipis.
b. Otot Polos
Otot polos sering juga disebut otot organ dalam atau otot viseral. Otot polos
terdapat di organ-organ dalam, misalnya di saluran-saluran dalam sistem pernapasan,
sistem pencernaan, pembuluh darah, dan saluran ekskresi. Bentuk sel-sel otot polos
menyerupai gelendong dengan satu inti di tengah. Jika kita lihat di bawah mikroskop
cahaya, otot polos tidak memperlihatkan pola lurik melintang. Permukaannya polos. Selselnya mengandung filamen tipis maupun tebal aktin dan miosin, dan filamen tersebut
tersusun menjadi fibril kontraktil. Otot polos tidak dikendalikan oleh sistem saraf pusat
sehingga otot-otot polos bekerja di luar kesadaran.
Kerja otot polos jauh lebih lambat daripada otot kerangka, tetapi tahan terhadap