ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA REWORK PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Kabupaten Kerinci)

  ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA REWORK PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Kabupaten Kerinci) TESIS OLEH : SYAFRI ANSORI B 1110018312038

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI TEKNIK MANAJEMEN KONTRUKSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2016

  

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA REWORK

PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI

(Studi Kasus Proyek Konstruksi Kabupaten Kerinci)

  2

  1

  2 Syafri Ansori , Alizar Hasan , Erna Mizwar

  1

2 Fakultas Teknik Universitas Andalas, Magister Teknik Sipil PPs-Universitas Bung Hatta

  

Ansorry.syafri@yahoo.com

  Abstract In a construction project is very large uncertainty because it can’t predict exactly how much profit or loss to be obtained. Losses can only occur because one of them caused by reworking reworks are doing work in the field more than once or activity that moves the job has been done before as part of the project. From the definition, it was clear that rework is something which is not favorable conditions for the parties to a construction work. In The Kabupaten Kerinci, work with rework status is not something strange because almost found the repetition of jobs in recent years, especially the last five years 2010 through 2014. Some efforts have been made, one of which is to discover the dominant cause of the onset of rework through a survey conducted independently by each partner, but these efforts do not provide optimal results. This study aims to determine the exact factors that cause the occurrence of rework on any kind of jobs that have been held throughout the last five years by the Department of Public Works of Kabupaten Kerinci simultaneously know the exact size of the contribution of each factor causes of rework that will provide convenience for all parties to action anticipation of the future. The analysis showed that there are two very decisive factors in the occurrence of rework that material usage and availability Work Schedule, and improper design. The second contribution of this factor amounted to 94.9% and the remaining 5.1% is determined by other factors outside of these two factors. For a level of significance of the influence brought about by two factors together or simultaneously visible from the F test results obtained. F test results obtained at 40 659. As for the standard F at α = 5% (n-k-1) where n is the number of samples (70), k is the number of variables (2 variables) obtained value of 3:07. Of the two F values obtained can be concluded that the F1 and F2 have a significant effect because F count > F table. Furthermore, to see the significance of each factor to rework determined based on the value of t obtained. For this study t table amounted to 1.65 with a value of α = 0.05 compared with the value of t the calculation results, we conclude all the factors of significant influence in the rework.

  Key Word : Rework, Performance

1.1 Pendahuluan ekonomi dan pembangunan suatu negara

  Fenomena maraknya pembangunan dengan pertumbuhan infrastruktur di negara berbagai fasilitas infrastruktur di berbagai tersebut. sektor, mulai dari sistem energi, transportasi Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang jalan raya, bangunan-bangunan perkantoran mencapai 5.30% pada tahun 2013 (Berita dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah Resmi Statistik No.16/02/Th. XVII, 5 Februari peribadatan dan jaringan layanan air bersih, 2014) tercatat sebagai salah satu yang yang kesemuanya itu memerlukan adanya tertinggi di dunia. Namun demikian, masih dukungan infrastruktur yang handal banyak tantangan yang harus dihadapi oleh (Soemardi, 2006). Adalah suatu hal yang pemerintah. Data yang dilansir oleh World menempatkan Indonesia pada posisi ke-86 dari 143 negara dalam hal kondisi infrastruktur (Wiryawan, 2009). Perlu disadari bahwa, pemenuhan kebutuhan akan infrastruktur bangunan air yang memadai dibutuhkan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, sosial dan politik sebuah daerah.

  Beranjak dari fenomena tersebut jelas pembangunan infrastruktur akan dihadapkan pada suatu risiko, risiko ini merupakan suatu Dalam suatu proyek konstruksi ketidakpastiannya sangat besar karena tidak dapat diprediksi secara pasti berapa keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh. Kerugian bisa saja terjadi karena salah satunya disebabkan oleh pekerjaan ulang (rework) pada rangkaian proses trasnformasi sebuah pekerjaan.

  Menurut Love (2002) secara umum rework adalah melakukan pekerjaan di lapangan lebih dari sekali ataupun aktivitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek. Dari definisi tersebut terlihat dengan jelas bahwa rework adalah sesuatu yang merupakan kondisi tidak menguntungkan bagi pihak-pihak terkait dengan sebuah pekerjaan konstruksi. Di Kabupaten Kerinci, pekerjaan dengan status rework bukanlah sesuatu hal yang aneh karena hampir ditemukan terjadinya pengulangan pekerjaan pada tahun- tahun terakhir, khususnya lima tahun terakhir 2010 sampai dengan 2014. Beberapa upaya sudah dilakukan, salah satunya adalah dengan menelusuri penyebab dominan timbulnya rework melalui sebuah survey yang dilaksanakan secara independent oleh masing- masing rekanan, namun upaya ini belum memberikan hasil yang optimal.

  Data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci pada akhir tahun anggaran 2014 memberikan indikasi bahwa rework yang terjadi setiap tahun menunjukkan peningkatan pada masing-masing jenis proyek irigasi. Salah satu contoh pekerjaan rework yang sering ditemukan adalah pengulangan dan pembongkaran pada bagian sisi/bahu jalan oleh karena ketidaktepatan dan kesalahan prosedur kerja. Jenis pekerjaan rework ini paling banyak ditemukan sepanjang lima tahun terakhir.

  Beberapa contoh pekerjaan rework yang ditemukan pada masing-masing bidang yaitu : pekerjaan finishing pada bangunan untuk dibetulkan dilapangan pada bidang bina marga dan Pekerjaan Ulang bendung, bangunan pengambilan, dan bangunan pengatur pada bidang irigasi.

  1.2 Permasalahan

  Beranjak dari latar belakang masalah diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan masalah bahwa rework ataupun pekerjaan pengulangan yang terjadi sepanjang lima tahun terakhir pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci belum dapat diminimasi secara maksimal. Hal ini disebabkan karena upaya-upaya penanggulangan yang dilakukan belum seutuhnya memperbaiki akar permasalahan rework tetapi masih sebatas memperbaiki unsur gejala secara umum. Terdapat tiga faktor secara umum penyebab terjadinya rework diantaranya karena desain/dokumentasi, manajerial dan sumber daya. Permasalahan rework bukanlah hal yang baru ditemukan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci melainkan suatu kejadian yang hampir muncul setiap tahun dan tentunya ini membawa dampak negative bagi seluruh pihak yang terkait. Berangkat dari permasalahan ini, maka penelitian ini akan menelusuri lebih jauh tentang faktor-faktor dominan yang menjadi akan permasalahan munculnya rework ini dari tahun ketahun

  .

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui secara pasti faktor-faktor jenis pekerjaan yang telah diselenggarakan sepanjang lima tahun terakhir oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci. 2) Mengetahui secara pasti besarnya kontribusi masing-masing faktor penyebab rework sehingga akan memberikan kemudahan bagi seluruh pihak untuk melakukan tindakan antisipasi pada masa akan datang Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Faktor-faktor penyebab rework yang akan ditinjau lebih ditekankan pada tiga faktor dominan, antara lain : 1) desain dan dokumentasi, 2) Manajerial dan 3) Sumber daya.

  b. Responden pada penelitian ini adalah berasal dari pihak owner dan kontraktor.

  A. Batasan Definisi Rework

  5. Kesalahan fabrikasi on-site tapi tidak mempengaruhi aktivitas di lapangan secara langsung (diperbaiki tanpa mengganggu jalannya aktivitas konstruksi). Pada penelitian ini rework didefinisikan sebagai aktivitas di lapangan yang harus

  4. Kesalahan off-site modular fabrication yang dibetulkan off-site.

  3. Kesalahan fabrikasi off-site yang dibetulkan off-site.

  2. Perubahan desain atau kesalahan yang tidak mempengaruhi pekerjaan dilapangan.

  1. Perubahan scope pekerjaan mula-mula yang tidak berpengaruh pada pekerjaan yang sudah dilakukan.

  “Sedangkan batasan atau hal-hal yang tidak termasuk rework (Fayek, 2004)” adalah sebagai berikut:

  harus dikerjakan lebih dari sekali, ataupun aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, dimana tidak ada change order yang dikeluarkan dan change of scope yang diidentifikasi (Fayek ,2004)”

  Jumlah responden yang dikunjungi didasarkan pada lingkup populasi penelitian yaitu seluruh pihak yang terkait sebagai owner dan kontraktor pada pakerjaan konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci sepanjang lima tahun terakhir. Jumlah responden yang akan dikunjungi ditetapkan dengan menggunakan model Slovin dengan tingkat kesalahan pendugaan sebesar 5%.

  Rework adalah aktivitas di lapangan yang

  4. Rework adalah total biaya di lapangan yang dikeluarkan selain biaya dan sumber daya awal (Fayek, 2004)”.

  3. Rework adalah melakukan pekerjaan di lapangan lebih dari sekali ataupun aktivitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai

  2. Rework adalah efek yang tidak perlu dari mengerjakan ulang suatu proses atau aktivitas yang diimplementasikan secara tidak tepat pada awalnya dan dapat ditimbulkan oleh kesalahan ataupun adanya variasi (CIDA, 1995)”.

  1. Rework adalah mengerjakan sesuatu paling tidak satu kali lebih banyak, yang disebabkan oleh ketidakcocokan dengan

  Kata rework dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai mengolah lagi; mengerjakan ulang, dan akan seterusnya dipakai. “Beberapa definisi rework adalah sebagai berikut ( Winata & Hendarlin, 2005)

  c. Objek yang akan dijadikan dasar dalam pengungkapan fakta terjadinya pekerjaan ulang (rework) adalah pekerjaan konstruksi pada bidang Cipta Karya, Bina Marga dan Irigasi

1.5 Tinjauan Literatur

  yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, dimana tidak ada change order yang dikeluarkan. Pengertian ini dirasa paling tepat karena menyertakan batasan bagi terjadinya rework.

  Faktor-faktor ini dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor desain dan sumber daya (resources) (Andi, Wenata, Hendarlim, 2005). Faktor yang terkait dengan desain dan dokumentasinya biasanya lebih langsung berhubungan dengan proses desain yang melibatkan desainer (konsultan) dan pemilik proyek. Sebagai contoh, kesalahan dan permintaan perubahan pada desain yang baru diketahui setelah pekerjaan konstruksi berjalan dapat menyebabkan pihak kontraktor harus membongkar dan mengerjakan ulang pekerjaan yang sama. Penelitian ini mengidentifikasikan enam faktor yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya. Kelompok kedua berkaitan dengan faktor- faktor manajerial. Faktor-faktor ini bisa disebabkan oleh semua pihak dikonstruksi, baik itu pemilik, desainer (konsultan), dan atau kontraktor (Atkinson.1998; Alarcon, Mardones, 1998). Kelompok terakhir, faktor sumber daya, berhubungan pekerja dan peralatan proyek, sehingga kontraktor lebih banyak terkait dengan faktor-faktor tersebut. Faktor sumber daya ini biasanya muncul pada fase konstruksi dan mengakibatkan adanya kesalahan pengerjaan di lapangan. Faktor ini dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

  Rework Desain dan Dokumentasi Manajerial Sumber Daya Kesalahan Desain Perubahan Desain Detail Tidak Jelas Kurangnya Constructability Pengetahuan Bahan Kurang Kondisi Dokumen Buruk Pekerja Kurang Pengalaman Pekerja Kurang Pengetahuan Banyaknya Kerja Lembur Jadwal Terlalu Padat Kontrol Kurang Teamwork Tidak Optimal Informasi Lapangan Kurang Material Salah Kirim Material Terlambat Alur Informasi Buruk Antisipasi Keadaan Alam Buruk

  Gambar 1 Faktor-Faktor Penyebab Rework Sumber : Winata dan Hendarlim, 2005

  C. Faktor desain dan dokumentasi

  Faktor yang terkait dengan desain dan dokumentasi biasanya lebih langsung berhubungan dengan proses desain yang melibatkan desainer (konsultan) dan pemilik permintaan perubahan pada desain yang baru diketahui setelah pekerjaan konstruksi berjalan dapat menyebabkan pihak kontraktor harus membongkar dan mengerjakan ulang pekerjaan yang sama. Penelitian ini mengidentifikasikan enam faktor yang berkaitan dengan desain dan dokumentasinya.

B. Faktor-Faktor Penyebab Rework

  D. Faktor Manajerial

  Faktor ini berkaitan dengan seluruh unsur- unsur pengelola proyek konstruksi, baik itu pengguna jasa (Pemilik proyek) dan penyedia jasa (kontraktor dan konsultan). Pada penelitian ini diidentifikasi adanya delapan faktor yang berkaitan dengan manajerial pada proyek konstruksi.

  E. Faktor Sumber Daya

  Faktor ini berkaitan dengan sumber daya manusia (pekerja/tukang) dan barang (peralatan kerja proyek). Faktor sumber daya biasanya muncul pada fase konstruksi yang akan mengakibatkan adanya kesalahan pengerjaan di lapangan karena kurangnya skill pekerja dan minimnya peralatan yang digunakan, sehingga pihak kontraktorlah yang lebih banyak terkait dengan faktor ini. Pada penelitian ini diidentifikasi adanya enam faktor yang berkaitan dengan sumberdaya.

  F. Proses Terjadinya Rewok (Rework Tracking Process)

  Proses terjadinya Rework yang ditunjukkan oleh gambar 2 dimulai dari mengidentifikasi kejadian, membuat dan melaporkan hasil identifikasi, memutuskan melakukan pembicaraan dengan unsur-unsur yang terlibat dan bertanggung jawab penuh terhadap jalannya proyek tersebut. Kemudian langkah selanjutnya menginstruksikan untuk mengadakan rework baik secara lisan maupun tertulis. Incidence Rework Report

  Decesion Rework no Rework Instruction Rework Yes Rework Activity Data Collection Rework Cause Classifikication Schedule Impact & ripple Effect Rework Database Indirect mark-up Factor Calculation Rework Index Unit Rates Rework Root Cause Analysis

  kegiatan pekerjaan selanjutnya setelah rework pekerjaan mula-mala yang direncanakan sebelum terjadinya rework Original Activity Continuation of Original Activity Standby Rework Gear Up Rework Duration Gambar 3 Kegiatan Rework Sumber : Fayek, 2004

  Kurangnya keahlian dalam bidang teknik khususnya konstruksi bangunan gedung dan melakukan pemeriksaan sekaligus memberikan tinjauan terhadap pekerjaan tersebut, akan menyebabkan keterlambatan dalam menindaklanjuti terhadap adanya perubahan perencanaan dan perubahan pada saat fase konstruksi. Disamping itu pengawasan terhadap dokumen-dokumen pekerjaan (administrasi) menjadi terabaikan

  Keahlian Bidang Teknik Dan Melakukan Inspeksi

  Kurangnya kemampuan sumberdaya manusia yang terlibat dalam proyek konstruksi akan menyebabkan antara lain, kurang dalam hal pengawasan dan perencanaan pekerjaan, instruksi yang disampaikanpun tidak tepat serta mutu pekerjaannya rendah sehingga akan menyebabkan terjadinya banyak kesalahan.

  Kemampuan Sumber Daya Manusia

  Klasifikasi sumber penyebab rework merupakan akar pemasalahannya ada pada beberapa sumber (Fayek et al, 2004 )”, adalah sebagai berikut :

  Klasifikasi Sumber Penyebab Rework (Rework Cause Classification)

  rework tadi. Continuation of original activity merupakan

  Gambar 2 Tahapan Terjadinya Rework Sumber : Fayek, 2004

  Tahap ini merupakan tahap ketiga dari kegiatan rework . Sesudah rework diselesaikan maka perlu persiapan dan kegiatan untuk menyesuaikan kembali dengan pekerjaan mula-mula selanjutnya yang dihentikan sementara akibat adanya

  3. Gear Up

  Tahap ini merupakan tahap kedua dari kegiatan rework. Pada tahap ini seluruh instruksi untuk melakukan rework dikerjakan dan diselesaikan.

  rework selesai dilakukan.

  1. Standby Tahap ini merupakan tahap yang pertama dari kegiatan rework. Pada tahap ini kegiatan proyek pada situasi menunggu instruksi untuk melakukan rework setelah proses identifikasi

  Kegiatan dan tahapan-tahapan rework pada pekerjaan proyek konstruksi secara keseluruhan digambarkan pada gambar 2.3 dibawah ini. Original Activity merupakan kegiatan pekerjaan proyek mula-mula yang dikerjakan sebelum rework diidentifikasi dan dilaksanakan. Setelah rework diidentifikasi maka tahapan berikutnya rework duration yang dibagi dalam tiga tahap kegiatan, yaitu sebagai berikut:

  Kegiatan Rework (Rework Activity)

2. Rework

  juga sehingga kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan akan mudah terjadi.

  Kemampuan Memimpin Dan Berkomunikasi

  • Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek oleh kontraktor

  Tidak adanya jiwa kepemimpinan dan kemampuan berkomunikasai dengan atasan, rekan kerja dan bawahan dari para pengambil keputusan (manager proyek, site manager, superfisor dan lain-lain) mengakibatkan team kerja yang ada pada proyek tersebut tidak kualitas pekerjaan sulit untuk diwujudkan.

  • Kesalahan pengelolaan material oleh kontraktor
  • Kekurangan tenaga kerja oleh kontraktor
  • Hujan deras/lokasi pekerjaan yang tergenang air
  • Keadaan tanah yang berbeda dari yang diharapkan
  • Pekerjaan tambahan yang diminta oleh

  Perencanaan Dan Penjadwalan Konstruksi

  Perencanaan dan penjadwalan pekerjaan konstruksi yang tidak tepat dan tidak realistis ini disebabkan dari penggunaan tenaga kerja perencana yang tidak professional, tidak memahami tentang pemasalahan konstruksi, minimnya skill sumberdaya manusia (pekerja) yang dimiliki dan rencana-rencana pekerjaan yang dibuat memang tidak realistis / tidak dikomparasikan dengan sumberdaya yang ada.

  • Perubahan dalam pekerjaan.
  • Kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasi
  • Ketidak jelasan perencanaan dan spesifikasi
  • Perubahan-perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi
  • Perubahan metode kerja oleh kontraktor
  • Kesalahan dalam mengenterprestasikan gambar atau spesifikasi
  • Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor
  • Produktifitas yang kurang optimal dari kontraktor
  • Perubahan scope pekerjaan konsultan
  • Pemogokan yang dilakukan oleh kontraktor
  • Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai
  • Memperbaiki kerusakan suatu pekerjaan akibat pemogokan
  • Terlambatnya persetujuan shop drawing oleh konsultan

  Ketersedian Bahan Dan Alat-Alat Perlengkapan

  Ketersedian material dan alat-alat perlengkapan untuk konstruksi yang tidak memenuhi disebabkan karena material yang ada tidak sesuai dengan RKS, ini terjadi karena kurangnya pemahaman tentang kualitas, jumlah dan cara pengujian kualitas material dan peralatan yang yang diperlukan. Penumpukan material akibat dari pengiriman yang terlalu cepat menyebabkan penyimpanan dan perawatan menjadi tidak baik, sehingga pada saat material tersebut dibutuhkan jumlah dan kualitasnya sudah tidak memenuhi sarat lagi. Keterlambatan dalam pengiriman material dan perlengkapan juga mengakibatkan minimnya kontrol terhadap material dan peralatan serta pelaksanaan pekerjaan akan menjadi terhambat juga. Penelitian mengenai pekerjaan ulang yang dilakukan oleh Levis dan Atherley dalam Langford (1996) pada 30 proyek konstruksi di India, yang dibangun antara tahun 1978 mengidentifikasi beberapa penyebab terjadinya pekerjaan ulang, yaitu antara lain :

  client owner

  Sedangkan menurut Assaf (1995), faktor- faktor penyebab pekerjaan ulang pada proyek konstruksi yang disebabkan oleh faktor bahan material adalah : a. Kekurangan bahan/material konstruksi

  b. Perubahan tipe dan spesifikasi material

  c. Lambatnya pengiriman material

  d. Kerusakan material akibat penyimpanan Menurut Barie (1984), pekerjaan ulang dapat disebabkan oleh pihak-pihak yang berbeda, yaitu :

  1. Pemilik atau wakilnya (Delay caused by

  Menurut Lewis dan Atherley (1996), pekerjaan ulang akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Pekerjaan ulang dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun kedua-duanya. Adapun dampak pekerjaan income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai waktu yang ditetapkan, sedangkan pada kontraktor adalah hilangnya kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatnya biaya tidak langsung (indirect

  c. Bagi konsultan, keterlambatan akan mengalami kerugian biaya karena dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang bersangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya.

  pelaksanaan, sehingga merugikan akibat kemungkinan naiknya harga karena inflasi dan naiknya upah buruh, juga akan terta hannya modal kontraktor yang kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain.

  overhead karena bertambah panjang waktu

  b. Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek beranti naiknya

  gaji karyawan, sewa peralatan serta mengurangi keuntungan. Obrein JJ (1976), menyimpulkan bahwa dampak pekerjaan ulang akan menimbulkan kerugian : a. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan.

  cost) karena bertambahnya pengeluaran untuk

  Dampak Pekerjaan Ulang dan Cara Mengatasi Pekerjaan Ulang

  owner or his agent). Bila pemilik atau

  semacam ini umumnya akan berakibat tidak diberikannya perpanjangan waktu dan tiada pemberian suatu konpensasi tambahan. Sesungguhnya pada situasi yang ektrim maka hal-hal ini akan

  (contractor-caused delay). Keterlambatan

  3. Keterlambatan yang sebabkan kontraktor

  disebabkan oleh kekuatan yang berbeda diluar jangkauan pengendalian pihak pemilik atau kontraktor. Contoh yang umumnya tidak dipersoalkan lagi diantaranya adalah kebakaran, banjir, gempa bumi dan hal yang lain disebut sebagai “tindakan Tuhan Yang Maha Kuasa”. Hal-hal lainnya yang sering kali menjadi masalah perselisihan meliputi pemogokan, embargo untuk pengangkutan, kecelakaan dan keterlambatan dalam menyerahkan yang bisa dimengerti. Termasuk pula yang tidak dapat dimasukkan dalam kondisi yang telah ada pada saat penawaran dilakukan dan keadaan cuaca buruk. Dalam hal ini dapat disetujui, tipe keterlambatan dari tipe-tipe ini umumnya menghasilkan perpanjangan waktu namun tidak disertai dengan konpensasi tambahan.

  delay). Sering terjadi keterlambatan yang

  2. Keterlambatan oleh pihak ketiga yang diperkenankan (Excusable triedparty

  wakilnya menyebabkan suatu keterlambatan, katakan misalnya karena terlambat pemberian gambar kerja atau keterlambatan dalam memberikan persetujuan terhadap gambar, maka untuk mendapatkan perpanjangan waktu dan juga boleh mengajukan tuntutan yang sah untuk mendapatkan kompensasi ektranya.

  Menurut Dipohusodo (1996), selama proses konstruksi selalu saja muncul gejala kelangkaan periodik atas material-material yang diperlakukan, berupa material dasar atau barang jadi baik yang lokal maupun import. Cara penanganannya sangat bervariasi tergantung pada kondisi proyek, sejak yang ditangani langsung oleh staf khusus dalam tanggung jawab diantara pemberi tugas, kontraktor dan sub-kontraktor, sehingga penawaran material suatu proyek dapat datang dari sub-kontraktor, pemasok atau agen, importer, produsen atau industri, yang kesemuanya mengacu pada dokumen perencanaan dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Cara mengendalikan proyek adalah :

  3. Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana semula mungkin diperlukan revisi jadwal, yang untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian kemajuan pekerjaan pada saat berikutnya. Menurut Ahyari (1987), untuk mengatasi bahan yang terjadi karena penyedia mengalami suatu hal, maka perlu adanya penyedia cadangan. Dalam penyusunan daftar prioritas pemasok, tidak cukup sekali disusun dan digunakan selanjutnaya. Daftar tersebut setiap periode tertentu harus diadakan evaluasi mengenai pemasok biasa dilakukan berdasarkan hubungan pada waktu yang lalu. Untuk mengetahui kualitas pemasok bisa dilihat dari karakteristik pola kebiasaan, pola pengiriman, cara penggantian atas barang yang rusak. Sedangkan menurut Baffie (1990), sekalipun sudah dipergunakan prosedur yang terbaik, namun permasalahan akan timbul juga. Kadang-kadang terjadi suatu perubahan rencana kontraktor itu sendiri yang memerlukan barang kritis harus lebih dipercepat lagi penyerahannya dari tanggal yang sudah disetujui sebelumnya. Keterlambatan lain mungkin timbul dari pihak pemasok atau kontraktor, atau pada proses pengiriman dan lain-lain. Tugas dari ekspeditur profesional yang berpengalaman adalah menentukan cara yang efektif dalam menjaga agar pengadaan barang tetap sesuai pengaruh kerugian sekecil mungkin. Bila suatu material tidak dapat diperoleh lagi atau menjadi sangat mahal, maka spesialis pengadaan harus mengetahui tempat memperoleh material pengganti (substitusi) yang akan dapat memenuhi atau melampaui persyaratan aslinya.

  1. Mengerahkan sumber daya tambahan upaya-upaya lain untuk menjamin agar pekerjaan meningkat dan membawa kembali ke garis rencana

  1.6 Metodologi

  Dari segi perspektifnya penelitian yang karena penelitian lebih menggunakan pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel- variabel yang berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor- skornya. Secara skematik, model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4 Kerangka Penelitian Sementara variabel-variabel penelitian yang akan digunakan dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

  • Variabel independen (variabel bebas)
Variabel independent didalam penelitian ini adalah variabel-variabel yang diduga menyebabkan terjadinya rework berdasarkan tiga faktor utama yang nantinya akan dijelaskan oleh sub faktor melalui penjajakan opini masing-masing pemangku kepentingan

  • Variabel dependen (variabel terikat) Disebut juga variabel output, kriteria, konsekuen. Merupakan variabel yang variabel bebas yaitu pekerjaan pengulangan (rework).

  Populasi dan Sampel Penelitian

  Populasi penelitian didefinisikan sebagai suatu himpunan sumber dan objek penelitian yang memiliki karakteristik dan variansi komplek. Didalam penelitian ini populasi adalah objek Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci selama lima tahun terakhir 2010 s.d 2014. Sementara populasi yang menjelaskan person yang memiliki kapasitas untuk dijadikan responden adalah seluruh pihak yang mewakili owner dan kontraktor. Karakteristik dan perbedaan sampel yang ada didalam populasi ini dibedakan berdasarkan Jenis Kelamin, Jabatan, Pengalaman dan Tingkat Pendidikan. Sementara sampel (n) yang akan dituju sebagai responden untuk masing- masing unsur ditetapkan dengan menggunakan persamaan Slovin. Penggunaan Slovin ini menetapkan asumsi bahwa tingkat kesalahan dalam menduga sebesar 5%, dengan formulasi sebagai berikut (n = N/(N.d

  2 + 1)).

  Dimana N adalah ukuran populasi yang menyatakan jumlah personel yang terlibat mewakili owner dan kontraktor pada masing- masing bidang di Dinas Pekerjaan Umum untuk lima tahun terakhir. Dari 85 orang jumlah owner dan kontraktor, dapat ditentukan jumlah sampel yang akan dikunjungi adalah sebesar 70.10 orang (dibulatkan 70 orang)

  Metoda Pengumpulan Data dan Analisis Data

  Guna memudahkan pengumpulan dan analisis data, berikut disajikan tabel yang akan memberikan informasi tentang jenis dan sumber data serta pendekatan analisis yang diperlukan untuk masing-masing tujuan yang telah ditetapkan. Untuk tujuan pertama data yang dikumpulkan adalah data opini/pendapat pengaruh masing-masing variabel yang berasal dari tiga faktor utama penyebab rework (desain dan dokumentasi, manajerial, sumber daya). Pertanyaan yang ada pada kuesioner akan dilengkapi dengan pilihan jawaban sesuai dengan pengalaman dan penilaian responden. Love (2002) didalam penelitiannya menggunakan 5 (lima) skala tingkat keterkaitan faktor-faktor penyebab rework dengan makna sebagai berikut: 1) Sangat Rendah (pengaruhnya < 10%) 2) Rendah (pengaruhnya berkisar 10 – 20% 3) Sedang (pengaruhnya berkisar 20 – 30%) 4) Tinggi (pengaruhnya berkisar 30 – 40%) 5) Sangat Tinggi (pengarunya > 40%) Kemudian, untuk tujuan pertama ini responden juga dimintai pendapat tentang penilain tingkat kejadian rework. Untuk tujuan kedua data yang dikumpulkan adalah data opini/pendapat dari responden tentang seberapa seringkah munculnya masing-masing variabel penyebab pada setiap pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan pengalaman responden. Selain opini tentang tingkat keseringan munculnya variabel penyebab, responden juga dimintakan untuk memberikan penilaian tentang rating dampak terjadinya rework. Skala penilaian yang disediakan untuk masing-masing pernyataan adalah sebagai berikut (Love, 2002): 1) Sangat Rendah (munculnya < 10%) 2) Rendah (munculnya berkisar 10 – 20% 3) Sedang (munculnya berkisar 20 – 30%) 4) Tinggi (munculnya berkisar 30 – 40%)

  Uji Validitas dan Reliabilitas

  Uji validitas diartikan sebagai pengujian untuk mengetahui sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument penelitian dapat dinyatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau meberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud 1997). Uji validitas atau kesahihan digunakan untuk mengetahi seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi. Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap infomasi dalam kuesioner (Trition, 2005). Pengujian validitas data dilakukan dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan angka r hasil Corrected Item Total

  Correlation melalui sub menu Scale pada pilihan Reliability Análisis.

  Uji Reliabilitas

  Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu penelitian dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang mana diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar S, 1997). Hasil ukur erat kaitannya dengan error dalam pengambilan sampel (sampling eror) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda. Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran apabila instrument tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu responden. Hasil uji reliabilitas mencerminkan dapat dipercaya atau tidaknya suatu instrumen penelitian berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam didapatkan merupakan ukuran yang benar dari suatu ukuran (Trition, 2005). Pengujian validitas data dilakukan dengan alat bantu software SPSS dengan menggunakan metode

  Alpha-Cronbach . Standar yang digunakan

  dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara r hitung dengan r tabel pada taraf tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%, dalam perhitungan ini hitung lebih besar daripada r tabel dan alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel (Trition, 2005).

  Pengolahan Data

  Pengolahan data dilakukan setelah dilaksanakan pengujian kelayakan instrument (uji validitas dan uji realibilitas). Pengolahan data akan dijelaskan berdasarkan kebutuhan analisis masing-masing tujuan yang akan didapatkan didalam penelitian, yaitu;

  Pengolahan Data Untuk Tujuan 1

  Untuk mendapatkan jawaban yang diinginkan pada tujuan pertama ini, maka pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

  • Analisa Faktor

  Analisis faktor yang dilakukan adalah analisis faktor secara parsial. Prosedur yang dilaksanakan adalah dengan memperhatikan nilai KMO-MSA (Kaiser- Meyer-Olkin and Measure of Sampling Adequacy) berkisar antara 0 sampai dengan 1 yang menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis lebih lanjut atau tidak. Apabila nilai KMO-MSA sama dan lebih besar dari setengah dan dengan nilai signifikan (sig) atau peluang (p) lebih kecil dari setengah; maka dikatakan bahwa item-item yang dianalisis dalam analisis faktor sudah layak untuk difaktorkan. Sebagai kriteria umum apabila tingkat KMO-MSA > 0,5; sehingga analisis faktor β = nilai kemiringan atau besarnya yang dilakukan menunjukkan sampel kontribusi masing-masing predictor tersebut layak untuk difaktorkan dan yang mengakibatkan terganggunya faktornya dapat dianalisis lebih lanjut. kinerja waktu penyelesaian Kemudian perhatikan nilai matriks anti pekerjaan image correlation, khususnya nilai pada Untuk rumus diatas, dapat diselesaikannya angka koefisien korelasi yang berada pada dengan empat persamaan oleh empat variabel off diagonal. Apabila nilai matriks anti yang terbentuk: image correlation lebih kecil dari setengah, maka variabel tersebut harus faktor. Apabila nilai anti image correlation lebih kecil dari setengah, maka variabel tersebut tidak layak dianalisis lebih lanjut. Analisis lebih lanjut adalah melakukan

  1.7 Pembahasan

  reduksi terhadap variabel yang tidak layak Berdasarkan jumlah responden yang difaktorkan atau dikenal dengan istilah ditetapkan sebanyak 70 orang, keseluruhan faktoring atau eliminasi. kuesioner yang dikembalikan layak untuk

  • Analisa Regresi

  dianalisis lebih lanjut karena sudah memenuhi Setelah didapatkan faktor baru dan syarat (seluruh pernyataan terisi dengan variabel baru melalui analisis faktor lengkap). Hasil pengolahan data secara selanjutnya dilakukan analisis regresi deskriptif memberikan informasi karakteristik dengan memasukkan dua variabel yang responden sebagai berikut: berbeda yaitu variabel rework sebagai variabel respon dan variabel yang mempengaruhi (predictor) yang berasal dari hasil analisis faktor. Analisis regresi akan memberikan gambaran tentang seberapa besarkah kontribusi masing- masing variable predictor memberikan pengaruhi pada variabel respon. Dalam regresi linier berganda variabel tak bebas (y) tergantung kepada dua atau lebih variabel bebas (x). Bentuk persamaan regresi linier berganda yang mencakup dua atau lebih variabel dapat ditulis sebagai berikut Dimana :

  Gambar 5 y = dampak yang ditimbulkan sehingga Distribusi Jenis Kelamin Responden terjadinya rework x = variabel predictor yang

  Tabel dang amber 4.1 memperlihatkan bahwa menyebabkan tingginya dampak dari 70 orang responden yang dikunjungi, terjadinya rework yang didapatkan dominan adalah berjenis kelamin laki-laki dari hasil analisis fakto sebesar 81.4% dan 18.6% responden dengan dengan lama pengalaman 10 – 15 tahun yaitu jenis kelamin perempuan. sebesar 42.86% dari 70 orang responden yang dikunjungi. Sementara kelompok pengalaman kerja responden yang paling sedikit adalah kecil dari 5 tahun yaitu sebanyak 10 orang atau 14.29%.

  Gambar 6 Gambar 8

  Distribusi Jabatan Responden Distribusi Jenjang Pendidikan Responden

  Gambar 6 memperlihatkan bahwa jabatan Gambar 8 diatas menunjukkan kelompok responden yang paling dominan adalah responden berdasarkan jenjang pendidikan sebagai supervisor sebanyak 20 orang yang paling banyak adalah responden dengan

  (25.71%) dan responden dengan jabatan PPK latar belakang jenjang pendidikan S1 adalah kelompok responden paling sedikit, sebanyak 29 orang atau sekitar 41.43% dan yaitu sebesar 8.57% dari 70 orang responden responden dengan pendidikan paling sedikit yang dikunjungi. adalah responden yang memiliki pendidikan S3 sebanyak 1 orang.

  Analisis Faktor-Faktor Penyebab Rework

  Tujuan pertama dari penelitian ini akan dijawab melalui serangkaian pengolahan data statistik dengan menggunakan analisis faktor. Analisis faktor yang dipakai adalah analisis faktor konfirmasi karena peneliti sudah menetapkan faktor secara apriori berdasarkan teori dan konsep yang sudah diketahui sebelumnya. Pembentukan faktor konfirmatori (CFA) secara sengaja berdasarkan teori dan konsep, dalam upaya untuk mendapatkan variabel baru atau faktor yang mewakili

  Gambar 7 beberapa item atau sub-variabel, yang Distribusi Pengalaman Responden merupakan variabel teramati atau observerb

  variable . Berikut tahapan dan hasil analisis

  Gambar 7 diatas menunjukkan kelompok faktor yang digunakan untuk keperluan tujuan responden berdasarkan masa pengalaman

  1. Penentuan Nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin) dan MSA (Measure of Sampling Adequacy), nilai ini diperlukan untuk melihat apakah variabel yang tersisa sebanyak 10 variabel untuk X dan 1 variabel untuk Y dengan jumlah case (responden) 70 layak dilakukan analisis faktor dengan kriteria nilai KMO > 0.5.

  Parameter nilai kedua yang diperlukan adalah nilai MSA yang ditujukan untuk digunakan mampu menjelaskan faktor yang terbentuk dengan kriteria MSA > 0.5. Berikut hasil perhitungan analisis faktor yang disajikan kedalam tabel dibawah ini. Tabel 1 Nilai KMO Variabel X (Independent Variabel) Tahap Pertama Sumber : Pengolahan Data, 2015 Tabel 2 Nilai MSA Variabel X (Independent Variabel) Tahap Pertama Sumber : Pengolahan Data, 2015 Informasi yang disajikan pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa 10 variabel yang tersisa dinyatakan layak untuk dianalisis melalui analisis faktor karena memberikan nilai KMO > 0.5 yaitu sebesar 0.748. Nilai ini maksudnya adalah bahwa 10 variabel yang dipakai mampu menjelaskan tujuan pertama dari penelitian ini sebesar 74.8% sementara sisasnya lain selain dari 10 variabel yang digunakan. Secara statistik nilai yang diperoleh sangat memadai karena batas minimal yang dipersyaratkan hanya sebesar 50% (0,5). Sementara nilai MSA masing-masing variabel kebanyakan sudah melebihi batas minimal yang disyaratkan (>0,5) meskipun terdapat 4 diantaranya dengan nilai MSA < 0,5 yaitu X

  2 , X 4 , X

  9

  dan X

  13 dengan nilai MSA secara berturut-

  (0.408). Oleh karena masih didapatkan nilai MSA kecil dari 0.5 maka analisis factor masih dilanjutnya dengan cara dan prosedur yang sama tetapi dengan tidak menyertakan X

  2 , X 4 , X 9 dan X 13 . Hasil

  yang diberikan adalah sebagai berikut: Tabel 3 Nilai KMO Variabel X (Independent Variabel) Tahap Kedua Tabel 4 Nilai MSA Variabel X (Independent Variabel) Tahap Kedua Sumber : Pengolahan Data, 2015 Hasil yang disajkan pada tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa tujuh variable penyebab terjadinya rework sudah memenuhi kaedah dan syarat untuk difaktorkan karena memiliki nilai KMO dan MSA sesuai kriteria secara statistik. Selanjutnya setelah diperoleh nilai KMO dan MSA maka pembahasan akan diteruskan untuk menentukan jumlah faktor yang akan terebentuk untuk masing- masing variabel baik variabel bebas (X) ataupun variabel terikat (Y).

  2. Penentuan Jumlah Faktor Yang Terbentuk Jumlah faktor yang terbentuk didasari dari nilai Eigenvalues yang diperoleh dari pengelompokan 7 variabel yang tersisa pada tahap sebelumnya (untuk variabel X) dan 3 variabel untuk variabel Y. Kriteria yang digunakan nilai Eigenvalues > 1. dibawah ini.

  Tabel 5 Nilai Eigenvalue Pembentuk Faktor X Sumber : Pengolahan Data, 2015 Berdasarkan nilai eigenvalues pada tabel 5 diatas maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya rework bergantung pada dua faktor (jumlah komponen yang memiliki nilai total initial eigenvalue > 1). Selanjutnya 7 variabel (component) akan dikelompokkan kedalam dua faktor yang terbentuk melalui nilai loading faktor pada komponen matrik (> 0.5) seperti tabel dibawah ini.

  Tabel 6 Pengelompokan Faktor Berdasarkan Nilai Loading Komponen Matrik

  Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015 Berdasarkan nilai loading pada komponen matrik yang disajikan pada tabel 4.6 diatas, selanjutnya dilakukan pengelompokkan variabel kedalam dua faktor. Oleh karena faktor yang terbentuk menghasilkan dimensi/variabel baru maka pada tahap ini akan diberikan penamaan variabel pembentuknya. Untuk menguji apakah jumlah faktor yang terbentuk sudah memenuhi kriteria memadai untuk menampung 7 variabel yang tersisa maka perlu ditentukan nilai component

  transformation matrix dengan kriteria nilai Component Transformation Matrix > 0.5.

  Sementara hasil perhitungan untuk variabel terikat (Y) dengan tiga indikatornya disajikan sebagai berikut: Tabel 6 Nilai KMO Variabel Y Tabel 7 Nilai MSA Untuk Variabel Y Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015 Tabel 8 Nilai Eigenvalue Pembentuk Faktor Y faktor 1 dan faktor 2 sangat menentukan untuk Berdasarkan nilai eigenvalues pada tabel mendapatkan pekerjaan yang baik tanpa diatas maka disimpulkan bahwa terjadinya terjadinya rework yang terjadi adalah sebesar rework pada masing-masing bidang di 94.9% dan sisanya 5.1% ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum yang semula faktor lain diluar dari dua faktor tersebut. dijelaskan oleh tiga indikator Untuk tingkat signifikansi pengaruh yang dikelompokkan menjadi satu faktor karena ditimbulkan oleh dua faktor secara bersama- hanya terdapat satu komponen yang sama atau simultan terlihat dari hasil uji F memiliki nilai initial eigenvalue besar dari yang diperoleh. Hasil uji F yang diperoleh 1 yaitu 1.195. Selanjutnya pada penelitian sebesar 40.659. Sementara untuk standar F rework akan didefinisikan hanya dengan sampel (70), k adalah jumlah variabel (2 satu faktor yaitu “Ketepatan Pekerjaan variabel) diperoleh nilai 3.07. Dari dua nilai F

  Untuk Menghindari Rework”. yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa F1

  dan F2 memiliki pengaruh yang signifikan

  

Pengaruh Independent Variabel (X) karena F hitung > F tabel. Selanjutnya untuk

  melihat signifikansi masing-masing faktor

  Terhadap Dependent Variabel (Y)

  Tujuan kedua dari penelitian ini akan dibahas terhadap rework ditentukan berdasarkan nilai t dengan menentukan persamaan regresi antara hitung yang diperoleh. Untuk penelitian ini t variabel independent dengan variabel tabel adalah sebesar 1.65 dengan nilai α=0.05, dependent (x) melalui pengujian regresi jika dibandingkan dengan nilai t hasil berganda. Hasil yang diperoleh disajikan perhitungan maka disimpulkan seluruh faktor sebagai berikut: berpengaruh signifikan terhadap terjadinya rework. Dari dua faktor tersebut dapat

  Tabel 9 diurutkan berdasarkan level signifikan

  Nilai Koefisien Determinansi terbesar hingga terkecil yaitu :

  • F1 (Penggunaan Bahan dan Ketersediaan Jadwal Pekerjaan) memiliki signifikansi pengaruh paling tinggi dengan nilai t =

  Tabel 10 0.60.

  • Hasil Uji Variansi Persamaan Regresi F2 (design yang tidak tepat) sebesar 0.535

  Berdasarkan nilai parameter yang diperoleh maka dapat dituliskan persamaan regresi yang terbentuk untuk menjelaskan pengaruh Penyebab Terjadinya Rework dengan persamaan sebagai berikut:

  Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2015

  Y = 0267 + 0.739F + 0.104F

  1

  2 Tabel 11

  Dimana : Nilai Koefisien Regresi