IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (SMK3) PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI WILAYAH SUMATERA BARAT ARTIKEL

  

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA (SMK3) PADA PERUSAHAAN JASA

KONSTRUKSI DI WILAYAH SUMATERA BARAT

ARTIKEL

FATMA IRA WAHYUNI

  

NPM : 0910018312043

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

  

2016

  

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA (SMK3) PADA PERUSAHAAN JASA

KONSTRUKSI DI WILAYAH SUMATERA BARAT

  1

  1

  1 Fatma Ira Wahyuni , Nasfryzal Carlo , Wardi

1 Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  

ABSTRAK

  Pelaksanaan pembangunan konstruksi merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya dan resiko sehingga berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Semakin komplek suatu pekerjaan konstruksi semakin tinggi resiko terjadi kecelakaan kerja. Padahal pelaksanaan konstruksi dituntut untuk tidak terjadi kecelakaan kerja dengan cara menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Ketentuan tersebut dituangkan dalam Peraturan pemerintah nomor 50 tahun 2012 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2014. Namun kecelakaan konstruksi masih terjadi. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk : (i) Mengetahui penerapan SMK3 oleh perusahaan jasa konstruksi di Sumatera Barat.(ii) Mengetahui masalah- masalah yang dihadapi perusahaan jasa kontruksi dalam penerapan SMK3, (iii) Mengetahui solusi yang dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi dalam menghadapai masalah-masalah pada penerapan SMK3. Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif dengan menyebarkan kuisioner SMK3 yang dijawab oleh perusahaan jasa konstruksi dengan jumlah responden 26 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,60% perusahaan jasa konstruksi telah melaksanakan SMK3, 30,64% belum melaksanakan dan 8,76% menyatakan tergantung kebutuhan lapangan. Menurut PP RI No. 50 tahun 2012, implementasi SMK3 ini termasuk dalam tingkat penilaian baik. Permasalahan yang menyebabkan tidak bisa diterapkannya SMK3 pada beberapa perusahaan adalah sebagai berikut : (i) Perusahaan tidak mempunyai dana khusus untuk K3 di proyek, tetapi untuk pekerjaan tertentu yang bersifat khusus dan sangat beresiko tinggi perusahaan berusaha memenuhi standar K3. (ii)Tenaga kerja yang tidak disiplin cenderung mengabaikan pemakaian APD dalam pekerjaan, walaupun sarana dan prasarana K3 sudah disediakan di proyek, (iii) Tidak adanya tenaga ahli K3 di perusahaan, sehingga penerapan kebijakan, sosialisasi K3 dan pengontrolan pelaksanaan K3 tidak bisa berjalan sesuai aturan PP RI No. 50 Th. 2012.

  Kata Kunci : SMK3, Perusahaan Jasa Konstruksi, Alat Pelindung Diri

  PENDAHULUAN

  Kegiatan jasa kontruksi telah memberikan kontribusi dalam proses pembangunan di Indonesia baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta (Kadin, 2002). Menurut Christina dkk, 2012, perusahaan- perusahaan jasa konstruksi sebagai penyedia jasa harus selalu meningkatkan kinerja dan budaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan pekerjaan jasa kontruksi. Pekerjaan konstruksi semakin hari semakin komplek dan semakin memerlukan keselamatan dan kesehatan kerja karena pekerjaan konstruksi tersebut merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Kurangnya terampilnya tenaga kerja akan memperengaruhi kelancaran pekerjaan dan dapat merugikan semua pihak yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi tersebut. Oleh sebab itu dalam melaksanakan kegiatan konstruksi perlu diterapkan tiga prinsip yaitu (i) kepastian mutu (quality assurance) produk konstruksi termasuk volume, (ii) kepastian Implementasi ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan keamanan konstruksi dengan target zero incident, (iii) kepastian perlindungan dan pelestarian ligkungan (Carlo, 2012).

  Pencapaian tingkat pelaksanaan sistem manajemen K3 yang baik, disiplin dan konsisten, diperlukan komitmen Top Management yang kuat, pendanaan yang cukup, serta sistem dan prosedur yang standar. Komitmen ini kemudian dibuktikan dengan penandatanganan bersama seluruh pembuat komitmen untuk melaksanakannya dengan sungguh- sungguh. Komitmen manajemen tersebut diharapkan dapat menciptakan zero accident. Untuk itu menurut Anon. (2006) diperlukan 6 (enam) elemen kunci sukses SMK3 pada proyek konstruksi yaitu (i) Kebijakan K3, (ii) Perencanaan, (iii) Implementasi dan Operasi, (iv) Tindakan Pemeriksaan dan Perbaikan, (v) Kajian Manajemen, dan (vi) Peningkatan Berkesinambungan.

  Agar enam kunci sukses tersebut dapat diwujudkan, beberapa ketentuan telah dikeluarkan oleh pemerintah melalui PP No 50 tahun 2012 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2014. Apakah elemen kunci sukses SMK3 sudah diImplementasikan oleh perusahaan jasa konstruksi di Wilayah Sumatera Barat, hal inilah yang melatar belakangi untuk dilakukan penelitian tentang Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Kontruksi pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Wilayah Sumatera Barat.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan permasalahannya adalah: 1) Bagaimana Implementasi SMK3 pada perusahaan jasa konstruksi di Wilayah Sumatera Barat menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012?

  2) Masalah apa yang dihadapi perusahaan jasa konstruksi pada Implementasi SMK3?

  3) Bagaimana solusi yang dilakukan perusahaan jasa konstruksi untuk mengatasi masalah dalam Implementasi SMK3?

  Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian adalah untuk:

  1. Mengetahui penerapan SMK3 oleh perusahaan jasa konstruksi di Sumatera Barat menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012.

  2. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi perusahaan jasa konstruksi dalam penerapan SMK3.

  3. Mengetahui solusi yang akan dilakukan oleh perusahaan jasa konstruksi dalam menghadapi masalah-masalah pada penerapan SMK3.

  Batasan Penelitian

  Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas, penelitian dapat terarah dengan baik sesuai dengan tujuan dan adanya keterbatasan waktu, maka perlu memberikan batasan terhadap penelitian yang akan dilakukan, yaitu : 1) Penelitian yang akan dilakukan hanya pada perusahaan jasa konstruksi kelas M2 dan B1 yang terdata aktif di LPJK Sumatera Barat pada tahun 2015 dan mempunyai pekerjaan beresiko tinggi pada tahun 2013- 2014

  2) Penelitian ini mengacu kepada peraturan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012

  TINJAUAN PUSTAKA Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

  PP No 50 tahun 2012 menyatakan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efesien dan produktif.

  PP nomor 50 tahun 2012 (Anon., 2012), mendefinisikan SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. SMK3 diwajibkan bagi perusahaan, mempekerjakan lebih dari 100 orang dan mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan menyusun rencana K3, dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha melibatkan ahli K3, Panitia Pembinan Keselatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), Wakil pekerja dan pihak lain yang terkait.

  Kecelakaan kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena hubungan kerja di tempat kerja (index nakertrans, 2004 dalam Ervianto, 2005).

  Untuk menghindari adanya resiko kecelakaan dalam pekerjaan konstruksi maka menurut (Ervianto, 2005), tindakan yang mungkin dilakukan untuk pencegahan kecelakaan kerja, diantaranya : (1) Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokkan sesuai tingkat resikonya; (2) Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya; (3) Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan; (4) Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek; (5) Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstrusi.

  Sanora (2012), menemukan pengawasan dan evaluasi K3. Evaluasi dapat dilakukan terhadap bentuk laporan yang berkaitan dengan aktifitas K3 secara periodik. Laporan kecelakaan kerja secara periodik dan laporan hasil sosialisasi dan pelatihan K3 sebagai bukti pihak manajemen telah melakukan pengarahan, pembinaan dalam rangka mencegah terjadinya bahaya, dan lain-lain.

  Lebih lanjut Sanora (2012) menemui bahwa Implementasi SMK3 merupakan salah satu kunci keberhasilan proyek. Hal ini bergantung kepada rasa tanggung jawab manajemen dan tenaga kerja perusahaan terhadap tugas dan kewajiban individu sehingga upaya- upaya untuk menciptakan suasana kerja yang selamat berhasil memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

  Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 (Anon. 2012) menjelaskan bahwa (i) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya. Kewajiban dimaksud berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

  Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Wilayah Sumatera Barat terhadap perusahaan jasa pelaksana konstruksi yang aktif terdaftar pada Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi (LPJKP) Sumatera Barat dengan klasifikasi menengah dan besar. Perusahaan tersebut pernah mengerjaan pekerjaan konstruksi yang mempunyai risiko dan pada tahun 2013-2014.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk dalam penelitian ini adalah: 1) Metode kuisioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer. Pelaksanaan metode ini dengan menggunakan kuisioner dan wawancara yang berisi poin-poin kriteria audit Implementasi SMK3 yang ada pada lampiran PP No. 50 Tahun 2012 kepada Direktur Perusahaan Kontraktor atau orang yang diberi kuasa untuk mengisi kuisioner. 2) Studi dokumen, data yang terkait dengan klasifikasi perusahaan jasa konstruksi diambil dari LPJKP Sumatera Barat. 3) Survei pada perusahaan jasa pelaksana konstruksi yang sudah diklasifikasi dari LPJKP Sumatera Barat digunakan untuk memperoleh data primer. Survei menggunakan kuesener yang akan diisi atau dijawab oleh pimpinan perusahaan jasa konstruksi atau yang diberi kuasa untuk itu sebagai responden.

  Responden

  Responden adalah pimpinan perusahaan jasa konstruksi yang aktif terdata dari lembaga berwenang dalam hal ini adalah LPJK Sumatera Barat tahun 2015 dan mempunyai pekerjaan beresiko tinggi pada tahun 2013/2014 dengan Jumlah Responden 26 perusahaan jasa konstruksi.

  Teknik Analisis Data

  Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisa statistik deskriptif. Analisa dilakukan setelah responden melakukan pengisian kuisioner oleh responden tentang penerapan SMK3 pada perusahaan. Tingkat penilaian Implementasi SMK3 mengacu dengan ktiteria ; (i) 0% - 59% : Tingkat Penilaian Penerapan Kurang, (ii) 60% - 84% : Tingkat Penilaian Penerapan Baik, (iii) 85% - 100% : Tingkat Penilaian Penerapan Memuaskan. Untuk mendapatkan persentase dari penerapan SMK3 dibantu program SPSS versi 15.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Kuisioner disebarkan sebanyak 36 kuisioner. Dari 36 Kuisioner yang disebarkan yang dikembalikan dan diolah sebanyak 26 kuisioner. Hal ini disebabkan beberapa kendala terjadi dilapangan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penelitian ini adalah (i) Alamat yang tercantum di LPJK tidak ada (berbeda dengan alamat kantor beroperasi), (ii) Direktur perusahaan menolak untuk mengisi kuisioner dan wawancara tentang SMK3, (iii) Perusahaan tidak mempunyai pekerjaan beresiko tinggi pada tahun 2013-2014, (iv) Perusahaan dalam kondisi tidak aktif pada tahun 2013-2014.

  12 Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan

  9 Pengelolaan Material dan Perpindahannya 100.00 - -

  10 Pengumpulan dan Penggunaan Data

  48.70

  42.33

  8.97

  11 Pemeriksaan SMK3

  26.90 73.10 -

  34.90 65.10 - Rata-rata

  8 Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan

  60.60

  30.64

  8.76

  1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen

  Dari hasil pegolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen di Perusahaan, diperoleh 69,52% responden melaksanakan SMK3 telah dilaksanakan, 0,88% responden menyatakan tergantung kebutuhan dilapangan, dan 29,59% responden menjawab belum melaksanakan SMK3 sesuai peraturan.

  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa menurut PP RI No 50 Tahun 2012 tingkat pencapaian penerapan SMK3 dalam Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen termasuk tingkat penilaian penerapan baik.

  Perusahaan jasa konstruksi dalam hal ini kontraktor yang ada diwilayah Sumatera Barat

  31.64 68.36 -

  59.29 40.71 -

  Pembahasan

  15.66

  Hasil penilaian atas Implementasi SMK3 pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Wilayah Sumatera Barat menurut kriteria Audit SMK3 pada lampiran II PP RI No. 50 Tahun 2012 sebagai berikut :

  Tabel 1 : Penerapan SMK3 berdasarkan Kriteria Audit SMK3 lampiran II PP RI No. 50 Tahun 2012

  Nilai No Kriteria Audit SMK3 Ya Tidak Kada ng- kada ng

  1 Pembangunan dan Pemeliharaan

  69.52

  29.59

  2 Pembuatan dan Pendokumentasian Rencana K3

  37.34

  46.99

  7 Standar Pemantauan

  3 Pengendalian dan Perancangan dan Peninjauan Kontrak 72.59 -

  27.41

  4 Pengendalian Dokumen

  63.17

  15.94

  20.89

  5 Pembelian dan Pengendalian Produk 100.00 - -

  6 Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 83.12 16.88 -

0.88 Komitmen

  sebagian besar sudah mempunyai Kebijakan K3 yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan karena mereka menempatkan orang yang bertanggungjawab terhadap Kebijakan K3 Perusahaan. Kebijakan K3 tersebut selalu dievaluasi kembali sesuai peraturan SMK3 yang ada di Indonesia. K3 di perusahaan tersebut selalu melibatkan tenaga kerja selaku pelaksana K3.

  Khususnya perusahaan yang memiliki kualifikasi B1 yang sudah mempunyai sertifikat ISO, perusahaan ini telah menerapkan SMK3 berdasarkan peraturan yang berlaku.

  Tapi masih ada yang perusahaan yang belum menerapkan SMK3 sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, masih ada beberapa perusahaan yang tidak menerapkan elemen-elemen penting dalam Kebijakan K3 perusahaan. Hal ini disebabkan tidak adanya keseriusan dari Direktur atau Top Management untuk menjalankan Kebijakan K3 yang sudah mereka buat, dan tidak adanya komunikasi dan sosialisasi kepada pihak-pihak yang terlibat pada proyek konstruksi yang mereka kerjakan. Perusahaan juga tidak menunjuk pekerja K3, ahli K3 disetiap proyek konstruksi yang mereka kerjakan, sehingga K3 mereka abaikan.

  Sanora (2012) dalam penelitiannya menyatakan belum maksimalnya penerapan proses sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada proyek konstruksi bangunan gedung milik pemerintah di kota Padang disebabkan karena lemahnya pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja, baru 26,67% pekerja yang menyadari pentingnya K3 pada saat bekerja, masih kurangnya penjelasan pengurus proyek menjelaskan peraturan perundangan K3 dan persyaratan lainnya kepada pekerja, baru dicapai 33,33%, masih kurang terkoordinasinya perencanaan K3 dengan persentase implementasi 44,44%, masih kurangnya konsultasi dengan tenaga ahli K3 pada saat perencanaan , implementasinya 48,89% dan belum sepenuhnya perusahaan konstruksi menggunakan indicator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian K3 implementasinya 48,89%.

  Grimaldi & Simons (1975) dalam Christina, dkk (2012) menyatakan bahwa sebuah kebijakan K3 harus dimulai dari

  Top Management . Diwujudkan

  dengan perhatian terhadap K3 dan perhatian terhadap tindakan- tindakan bahaya mengancam K3.

  2. Pembuatan dan Pendokumentasian Rencana K3

  Dari hasil pegolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Staretegi Pendokumentasian SMK3 di Perusahaan, diperoleh 37,34% responden menyatakan SMK3 telah melaksanakan, 46,99% responden menyatakan tergantung kebutuhan di lapangan dan 15,66% responden menyatakan belum melaksanakan strategi pendokumentasian SMK3 sesuai peraturan.

  Pembuatan dan Pendokumentasian Rencana K3 dalam pelaksanaan penerapan Strategi K3, (ii) Manual SMK3, (iii) penyebarluasan Informasi K3, dari hasil penelitian menurut tingkat penilaian penerapan SMK3 menurut PP RI No 50 Tahun 2012 termasuk tingkat penilaian penerapan kurang.

  Hal ini disebabkan masih ada perusahaan jasa konstruksi tidak mempunyai tenaga khusus K3 diperusahaan untuk ditempatkan di proyek, sehingga kebijakan K3 yang sudah dibuat tidak terdokumentasi dengan baik. Tapi perusahaan menyediakan tenaga khusus untuk pekerjaan-pekerjaan khusus yang beresiko tinggi atau menggunakan alat khusus yang beresiko membahayakan.

  Sedangkan perusahaan yang berkomitmen dalam melaksanakan SMK3, mereka mempunyai sumber daya manusia atau tenaga ahli K3 yang menjalankan SMK3 di perusahaan dan proyek konstruksinya, sehingga mereka telah menerapkan aspek-aspek tersebut, setiap dokumentasi K3 diarsipkan rapi dan dibuatkan pelaporan khususnya. Penyebarluasan informasi K3 dan pelaksanaannya berjalan lancar di perusahaan ini baik ketenaga kerja, staf maupun orang-orang yang datang ke perusahaan atau proyek konstruksi yang mereka laksanakan.

  3. Pengendalian dan Perancangan dan Peninjauan Kontrak

  Dari hasil pegolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Pengendalian dan Perancangan dan Peninjauan Kontrak, diperoleh 72.59% responden telah melaksanakan SMK3, 27.41% responden menyatakan melaksanakan SMK3 tergantung kebutuhan lapangan.

  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa menurut PP RI No 50 Tahun 2012 tingkat pencapaian penerapan SMK3 dalam pengendalian dan perancangan dan peninjauan kontrak termasuk tingkat penilaian penerapan Baik.

  Dari hasil penelitian, perusahaan sebagian besar memahami dan mempunyai prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian resiko termasuk instruksi kerja untuk penggunaan, pengoperasian sarana produksi dan proses yang aman termasuk perubahan dan modifikasi yang harus ditinjau ulang, tetapi perusahaan ini tidak mempunyai petugas khusus yang kompeten untuk melakukan verifikasi bahwa perancangan memenuhi persyaratan K3 yang ditetapkan. Perusahaan menunjuk petugas khusus untuk melakukan pendokumentasian, identifikasi bahaya, penilaian resiko apakah pemasok telah memenuhi persyaratan K3 yang dituangkan dalam dokumen kontrak.

  4. Pengendalian Dokumen Dari hasil pegolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Pengendalian Dokumen, diperoleh 63,17% reponden telah melaksanakan SMK3, 15,94% responden belum melaksanakan SMK3 dan 20,89% responden melaksanakan SMK3 tergantung kebutuhan lapangan.

  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa menurut PP RI No 50 Tahun 2012 tingkat pencapaian penerapan SMK3 dalam Pengendalian Dokumen termasuk tingkat penilaian penerapan Baik.

  Dalam pengendalian dokumen SMK3 sudah banyak perusahaan yang melakukan pengendalian dokumen K3 dengan tapi masih ada beberapa perusahaan yang tidak melakukan pengendalian dokumen, dan hanya untuk pekerjaan khusus mereka melakukan pengendalian dokumen baik persetujuan, pengeluaran dan pengendalian dokumen, juga perubahan dan modifikasi dokumen. Hal ini disebabkan kepada tidak adanya tenaga ahli K3 di perusahaan yang bertanggung jawab penuh terhadap SMK3 perusahaan.

  5. Pembelian dan Pengendalian Produk

  Dari hasil pengolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Pembelian dan Pengendalian Produk, semua perusahaan sudah melaksanan SMK3 sesuai peraturan yang berlaku.

  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa menurut PP RI No 50 Tahun 2012 tingkat pencapaian penerapan SMK3 dalam Pembelian dan Pengendalian Produk termasuk tingkat penilaian penerapan Memuaskan.

  Perusahaan jasa konstruksi dalam hal pembelian dan Pengendalian Produk untuk proyek, sudah melaksanakan SMK3 dengan baik. Pada saat akan membeli barang, alat ataupun bahan, pihak perusahaan memperhatikan prosedur yang jelas dan menjamin spesifikasi dari barang, alat atau material aman dan telah memperhatikan standar K3 yang berlaku. Pihak mengkonsultasikan kepada pihak terkait, dan apabila diperlukan pelatihan K3 untuk tenaga khusus, pihak perusahaan akan menyediakan SDM yang akan dilatih dan menyediakan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja terutama yang beriko sangat membahayakan misalnya bahan kimia. Pihak perusahaan juga melakukan tindakan verifikasi barang atau pengontrolan terhadap barang dan kesesuaian barang, alat atau material setelah sampai dilokasi, dan mengidentifikasi lagi potensi bahaya, dinilai resikonya dan catatan dipelihara atau didokumentasikan.

  6. Keamanan Bekerja berdasarkan SMK3 Dari hasil pegolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Keamanan Bekerja berdasarkan SMK3, 83,12% responden telah melaksanakan SMK3, 16.88% responden belum melaksanakan SMK3.

  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa menurut PP RI No 50 Tahun 2012 tingkat pencapaian penerapan SMK3 Keamanan Bekerja termasuk tingkat penilaian penerapan baik.

  Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 sudah diterapkan oleh kedua kualifikasi perusahaan yang diteliti, karena perusahaan tidak mau menanggung resiko yang lebih besar terhadap kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri (APD) di syaratkan bagi tenaga yang akan bekerja khususnya lokasi pekerjaan yang punya potensial berbahaya. Tetapi dalam pengawasan, masih ada perusahaan jasa konstruksi belum karena keterbatasan tenaga K3 untuk pengontrolan dilapangan, karena masih banyak tenaga yang tidak disiplin menggunakan alat pelindung diri, dan pengawas dari konsultan tidak dilibatkan dalam pengawasan K3 di proyek.

  Penelitian Sanora 2012 menyatakan lemahnya tingkat kesadaran pekerja akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja, baru 26,67% pekerja menyadari pentingnya K3 pada saat bekerja, masih kurangnya penjelasan pengurus proyek menjelaskan peraturan perundanngan K3 dan persyaratan lainnya kepada pekerja, baru dicapai 33,33%, masih kurang terkoordinasi nya perencanaan K3 dengan Implementasi 44,44%, masih kurangnya konsultasi dengan tenaga ahli K3 pada saat perencanaan, implementasi hanya 48,89% dan belum sepenuhnya perusahaan konstruksi menggunakan indicator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian K3 implementasinya hanya 48,89%.

  Mintje,dkk (2013) dalam penelitiannya pada proyek Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Manado mengatakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah berjalan dengan cukup baik, adanya Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) bagi para pekerja proyek merupakan perhatian yang diberikan perusahaan kepada para pekerja yang sesuai dengan amanat UU no.3/1992. Kontraktor juga telah berusaha menyediakan APD bagi para pekerja, sosialisasi K3 juga cukup banyak yang memahaminya, namun masih ada saja pekerja yang berkesan tidak peduli dengan K3 tersebut.

  7. Standar Pemantauan Dari hasil pegolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Standar Pemantauan, diperoleh 59.29% responden telah melaksanakan SMK3, 40.71% responden belum melaksanakan SMK3 dengan baik.

  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa menurut PP RI No 50 Tahun 2012 tingkat pencapaian penerapan Standar Pemantauan SMK3 termasuk tingkat penilaian penerapan kurang.

  Standar Pemantauan berdasarkan SMK3 sudah diterapkan oleh perusahaan B1 dengan melakukan pemeriksaan bahaya/inspeksi oleh petugas K3 yang sudah ditunjuk perusahaan dan ada didalam strukstur organisasi K3. Inspeksi dilakukan dengan membawa form K3 yang sudah ada didalam dookumen K3 perusahaan dan dilakukan penceklisan dilapangan dan dilaporkan kepada Tim K3. Petugas dari Tim K3 juga melakukan pemantauan terhadap lingkungan kerja secara teratur supaya tenaga kerja dan orang- orang yang datang terhindar dari kecelakaan kerja. Petugas dari Tim K3 juga melakukan inspeksi terhadap peralatan baik pengukuran dan pengujian untuk memastikan peralatan yang digunakan sudah terkalibrasi dan tidak berbahaya digunakan. Dalam hal Pemantauan kesehatan, perusahaan selalu melakukan pengecekan kesehatan terhadap tenaga kerja dengan cara kesehatan yang memadai dan mengasuransikan tenaga kerja ke badan asuransi yang sah sesuai peraturan perundang-undangan

  Sedangkan masih ada perusahaan jasa konstruksi tidak mempunyai tenaga ahli K3 tetapi apabila terjadi kecelakaan kerja mereka akan melakukan tindakan tanggap darurat untuk pertolongan pertama dan dibawa ke rumah sakit terdekat dan pihak perusahaan sudah mengasuransikan tenaga kerjanya dalam pelaksanaan proyek yang mereka kerjakan.

  8. Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan

  Dari hasil pengolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Pelaporan dan Perbaikan, 31.64% responden telah melaksanakan SMK3, 68.36% responden menyatakan belum melaksanakan SMK3 dengan baik.

  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa menurut PP RI No 50 Tahun 2012 tingkat pencapaian penerapan Pelaporan dan Perbaikan SMK3 termasuk tingkat penilaian penerapan kurang.

  Perusahaan sebagian kecil mempunyai prosedur pelaporan bahaya yang berhubungan dengan K3, dan prosedur ini diketahui oleh semua tenaga kerja. Semua kejadian yang berhubungan dengan K3 dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan dan dilakukan pemeriksaan dan pengkajian juga penanganan masalah K3 di proyek. Dalam hal ini perusahaan juga telah mendaftarkan tenaga kerja kepada asuransi tenaga kerja.

  9. Pengelolaan Material dan Dari hasil pegolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Pengelolaan Material dan Perpindahannya, semua perusahaan sudah mengikuti sesuai peraturan SMK3.

  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa menurut PP RI No 50 Tahun 2012 tingkat pencapaian Pengelolaan material dan perpindahannya termasuk tingkat penilaian penerapan memuaskan.

  Perusahaan melakukan penanganan secara manual dan mekanis terhadap material dilapangan, mempunyai sistem pengangkutan, penyimpanan dan pembuangan material dan prosedur pengendalian bahan kimia berbahaya

  10. Pengumpulan dan Penggunaan Data

  Dari hasil pegolahan data bagaimana penerapan SMK3 dalam Pengumpulan dan Penggunaan Data, diperoleh 48.7% responden telah melaksanakan SMK3, 42.33% responden belum melaksanakan dan 8.97% responden melaksanakan SMK3 sesuai kebutuhan lapangan.

  Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa menurut PP RI No 50 Tahun 2012 tingkat pencapaian Pengumpulan dan Penggunaan Data termasuk tingkat penilaian penerapan kurang.

  Perusahaan kualifikasi M2, tidak melakukan pengumpulan dan penggunaan data SMK3 secara lengkap, hal ini karena tidak adanya tenaga atau tim khusus yang bekerja untuk menangani K3. Hanya untuk pekerjaan khusus dan sangat mereka lakukan Dari hasil analisis data dapat pendokumentasian dokumen. diketahui bahwa menurut PP RI Berbeda dengann perusahaan No 50 Tahun 2012 tingkat

  B1, Perusahaan mempunyai tim pencapaian Pengembangan khusus K3 yang melakukan Keterampilan dan Kemampuan pencatatan K3, Data dan Laporan SMK3 termasuk tingkat penilaian K3, dan semua dilakukan rutin penerapan kurang. dan informasi disebarluaskan Hasil penelitian menunjukkan dilingkungan kerja. masih ada perusahaan jasa

  11. Pemeriksaan SMK3 konstruksi tidak melakukan Dari hasil pegolahan data pengembangan Keterampilan dan bagaimana penerapan SMK3 kemampuan SMK3 bagi tenaga dalam Pemeriksaan SMK3, kerjanya, tetapi apabila ada 26.9% responden telah pelatihan khusus SMK3 oleh melaksanakan SMK3, 73.10% asosiasi terkait, pihak perusahaan responden belum melaksanakan akan mengirimkan staf atau SMK3. karyawan untuk mengikuti

  Dari hasil analisis data dapat pelatihan. Pelatihan diketahui bahwa menurut PP RI pengoperasian peralatan khusus No 50 Tahun 2012 tingkat dilakukan pihak perusahaan untuk pencapaian Pemeriksaan SMK3 tenaga kerja yang bertanggung termasuk tingkat penilaian jawab. penerapan kurang. Sedikit perusahaan jasa

  Masih ada perusahaan jasa konstruksi yang melaksanakan SMK3 konstruksi belum melakukan yang secara berkala melakukan audit internal terhadap pengembangan keterampilan dan pelaksanaan K3 di perusahaan kemampuan untuk manajemen, atau proyek, perusahaan belum tenaga kerja dan juga mengikuti melakukan audit internal pelatihan yang diadakan asosiasi atau terjadwal dan dilakukan oleh lembaga pelatihan khusus SMK3. petugas independen, kompeten dan berwenang. Laporan hasil KESIMPULAN DAN SARAN audit tidak didistribusikan kepada semua pihak yang berkepentingan Kesimpulan dan tidak dipantau untuk

  1. Implementasi Sistem menjamin dilakukan tindakan Manajemen Kesehatan dan perbaikan. Keselamatan Kerja (SMK3) pada perusahaan jasa

  12. Pengembangan Keterampilan konstruksi di wilayah dan Kemampuan Sumatera Barat berdasarkan Dari hasil pegolahan data hasil penelitian adalah bagaimana penerapan SMK3 60,60% responden telah dalam Pengembangan melaksanakan, 30,64% belum Keterampilan dan Kemampuan, menerapkan SMK3 dan diperoleh 34.9% responden telah 8,76% menerapkan melaksanakan SMK3 dan 65.10% tergantung kebutuhan responden belum melaksanakan lapangan. Menurut PP RI No. SMK3.

  50 tahun 2012, Implementasi SMK3 ini termasuk dalam tingkat penilaian baik.

  2. Permasalahan yang menyebabkan tidak bisa diterapkannya SMK3 pada beberapa perusahaan adalah sebagai berikut :

  a. Perusahaan tidak mempunyai dana khusus untuk K3 di proyek, tetapi untuk pekerjaan tertentu yang bersifat khusus dan sangat beresiko tinggi perusahaan berusaha memenuhi standar K3.

  b. Tenaga kerja yang tidak disiplin cenderung mengabaikan pemakaian APD dalam pekerjaan, walaupun sudah disediakan di proyek.

  c. Tidak adanya Sumber Daya Manusia (SDM) K3 di perusahaan, sehingga penerapan Kebijakan, Sosialisasi K3 dan Pengontrolan pelaksanaan K3 tidak bisa berjalan sesuai aturan PP RI No.

  50 Th. 2012.

  d. Dalam hal pekerjaan Khusus, dimana pihak perusahaan mensubkontrakkan pekerjaan, didalam kontrak kerja dituntut penerapan K3, tetapi masih banyak tenaga kerjanya yang mengabaikan perjanjian kontrak tersebut.

  3. Perusahaan dalam menjalankan penerapan SMK3 harus :

  a. Menyediakan alokasi dana untuk SMK3 disetiap pekerjaan yang mereka laksanakan.

  b. Menyediakan sumber daya manusia yang memahami tentang SMK3 dan memberikan pelatihan K3 atau mengutus mengikuti pelatihan K3 pada asosiasi terkait.

  c. Memberikan pemahaman kepada tenaga kerja/buruh pentingnya K3 sehingga dengan kesadaran sendiri selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dalam pelaksanaan pekerjaan.

  d. Meningkatkan monitoring terhadap perjanjian kontrak kontraktor/ subkontraktor yang mewajibkan pelaksanakan K3.

  1.1 Saran

  1. Perusahaan jasa konstruksi khususnya Kontraktor disarankan untuk menyediakan dana khusus untuk penerapan pelaksanaan SMK3 pada perusahaan disetiap pekerjaan konstruksi yang dikerjakan.

  2. Diharapkan perusahaan jasa kontruksi menyediakan sarana dan prasana K3 secara lengkap supaya terwujudnya ‘zero

  accident” dalam pelaksanaan proyek.

  3. Diharapkan perusahaan jasa konstruksi menyediakan tenaga ahli K3 disetiap proyek konstruksi yang dikerjakan sehingga kebijakan, prosedur dan pengontrolan K3 bisa berjalan dengan baik.

  4. Memberikan sanksi tegas kepada tenaga kerja yang melanggar kebijakan K3 yang telah ditetapkan perusahaan dan penghargaan bagi yang mematuhinya.

  Kadin (2002). Industri Jasa Konstruksi di Indonesia.

  Usman, Edi, 2011., Evaluasi Penerapan berdasarkan Konsep OHSAS 18001-2007 terhadap SMK3 pada Pelaksanaan Pembangunan

  Sanora, Well Of, 2012., Implementasi Kesehatan dan Keselamatan dan Kesehatan kerja pada Proyek Konstruksi Bangunan gedung milik Pemerintah di Kota Padang, Tesis Program Pascasarjana, Universitas Bung Hatta.

  Manado Ridley, J., (2004). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Jakarta: Penerbit Erlangga.

  H, . 2013. Penerapan Sistem Pengendalian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaa Kontruksi (Studi Kasus: Lanjutan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Manado T.A 2012. Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9. FT Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi.

  Mintje Victoria, malingkas G. Y, Walangitan, D. R. O., Tarore.

  Kompartemen Jasa Kontruksi Konsultasi. Real Estate dan Teknologi Tinggi. Jakarta: Kadin.

  Hal 83-94. Ervianto, W., (2005). Manajemen Proyek Konstruksi. Jakarta: Penerbit Andi.

  Anon., (1996). Permenaker momor 05/Men/1996 tentang tentang Sistem Manajemen K3.

  Terhadap Kinerja Proyek Konsruksi. Jurnal Rekayasa Sipil. Volume 6, No. 1-2012.

DAFTAR PUSTAKA

  Christina, W.Y., Djakfar, L., dan Thoyib, A. (2012). Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

  2014, Pengukuran Tingkat Penerapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NSPK K3) pada Proyek Konstruksi,. Jurnal Rekayasa Sipil Volume 10 No. 2, Oktober 2014

  Arifin, A.S R,, Suraji, A., Istijono, B,.

  Anon., (2014). Peraturan Menteri Pekerjaam Umum Nomor 5/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

  Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

  Jakarta. Anon., (2012). Peraturan Pemerintah

  Program Pascasarjana, Universitas Bung Hatta