Pengertian Monitoring Dan Evaluasi Kebij
Pengertian Monitoring Dan Evaluasi Kebijakan Pemerintah
Oleh: Humas ; Diposkan pada: 24 Jul 2015 ; 83323 ViewsKategori: Evaluasi Polhukam
Disarikan dari berbagai sumber a.l.: Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan
Aplikasi (Drs. Ag. Subarsono, M.Si., M.A.).
Monitoring
Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab
dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan.
Monitoring diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan
tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Tujuan monitoring:
Manjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan tujuan dan
sasaran.
Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring
mengharuskan untuk itu.
Data dan Informasi untuk monitoring:
Metode dokumentasi: dari berbagai laporan kegiatan seperti laporan
tahunan/semesteran/bulanan.
Metode survei: tujuannya untuk menjaring data dari para stakeholders, terutama
kelompok sasaran.
Metode observasi lapangan: untuk mengamati data empiris di lapangan dan bertujuan
untuk lebih meyakinkan dalam membuat penilaian tentang proses dari kebijakan. Dapat
digunakan untuk melengkapi metode survei.
Metode wawancara: pedoman wawancara yang menanyakan berbagai aspek yang
berhubungan dengan implementasi kebijakan perlu dipersiapkan.
Metode campuran: misalnya campuran antara metode dokumentasi dan survei, atau
metode survei dan observasi, atau dengan menggunakan ketiga atau bahkan keempat
metode di atas
Metode FGD: dengan melakukan pertemuan dan diskusi dengan para stakeholdersyang
bervariasi. Dengan cara demikian, maka berbagai informasi yang lebih valid akan dapat
diperoleh melalui cross check data dan informasi dari berbagai sumber.
Jenis-jenis Monitoring:
Kepatuhan (compliance): jenis monitoring untuk menentukan tingkat kepatuhan
implementor terhadap standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
Pemeriksaaan (auditing): jenis monitoring untuk melihat sejauh mana sumberdaya dan
pelayanan sampai pada kelompok sasaran.
Akuntansi (accounting): jenis monitoring untuk mengkalkulasi perubahan sosial dan
ekonomi yang terjadi setelah diimplementasikan suatu kebijakan.
Eksplanasi (explanation): jenis monitoring untuk menjelaskan adanya perbedaan antara
hasil dan tujuan kebijakan.
Pendekatan terhadap Monitoring:
Akuntansi sistem sosial: pendekatakan monitoring untuk mengetahui perubahan kondisi
sosial yang objektif dan subjektif dari waktu ke waktu.
Eksperimental sosial: pendekatan monitoring untuk mengetahui perubahan sosial yang
terjadi dalam sebuah kelompok eksperimen dengan cara membandingkan dengan
kelompok kontrol.
Akuntansi sosial: pendekatan monitoring yang berusaha untuk mengetahui hubungan
antara masukan, proses, keluaran/hasil, dan dampak.
Sintesis riset dan praktek: pendekatan monitoring yang menerapkan kompilasi,
perbandingan, dan pengujian secara sistematis terhadap hasil-hasil dari implementasi
kebijakan publik di masa lampau.
Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat
dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.
Tujuan Evaluasi
Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan: melalui evaluasi maka dapat diketahui
derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan: melalui evaluasi dapat diketahui berapa
biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
Mengukur tingkat keluaran: mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran
atau output dari suatu kebijakan.
Mengukur dampak suatu kebijakan: evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu
kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.
Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan: untuk mengetahui adanya
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara
tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang: untuk memberikan
masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
Alasan Evaluasi Kebijakan
Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan: seberapa jauh suatu kebijakan
mencapai tujuannya.
Untuk mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal: dengan melihat tingkat
efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.
Memenuhi akuntabilitas publik: dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan,
maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik
sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.
Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan: apabila tidak dilakukan
evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama kelompok sasaran tidak
mengetahui secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.
Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama: evaluasi kebijakan bermanfaat untuk
memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama.
Pendekatan evaluasi
Evaluasi Semu: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan, tanpa
menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu, kelompok, atau
masyarakat.
Evaluasi formal: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan
berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh pembuat
kebijakan.
Evaluasi keputusan teoritis: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan
yang secara
Indikator Evaluasi
Efektivitas: apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.
Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?
Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok
masyarakat berbeda?
Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai kelompok dan dapat
memuaskan mereka?
Ketepatan: apakah hasil yang dicapai bermanfaat?
Metode Evaluasi
Single program after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program, tidak ada
kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok sasaran.
Single program before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah
program, tidak ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari perubahan
kelompok sasaran.
Comparative after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program, ada kelompok
kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok sasaran dan kelompok kontrol.
Comparative before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah program,
ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari efek program terhadap kelompok
sasaran dan kelompok kontrol.
Kendala Evaluasi
Kendala psikologis: banyak aparat pemerintah masih alergi terhadap kegiatan evaluasi,
karena dipandang berkaitan dengan prestasi dirinya.
Kendala ekonomis: kegiatan evaluasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit, seperti
biaya untuk pengumpulan dan pengolahan data, biaya untuk para staf administrasi, dan
biaya untuk para evaluator.
Kendala teknis: evaluator sering dihadapkan pada masalah tidak tersedianya cukup data
dan informasi yang up to date.
Kendala politis: evaluasi sering terbentur dan bahkan gagal karena alasan politis.
Masing-masing kelompok bisa jadi saling menutupi kelemahan dari implementasi suatu
program dikarenakan ada deal atau bargaining politik tertentu.
Kurangnya jumlah evaluator: pada berbagai lembaga pemerintah, kurang tersedianya
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi melakukan evaluasi. Hal ini karena belum
terciptanya budaya evaluasi, sehingga peemrintah tidak memiliki program yang jelas untuk
mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi di bidang evaluasi.
Addressing Fraud Risk by Testing the Effectiveness of Internal Control
over Financial Reporting Case of Romanian Financial Investment
Companies
Abstrak
Besarnya dan kompleksitas operasi pengelolaan portofolio mewajibkan
Perusahaan Penanaman Modal Rumania untuk menerapkan dan memantau
sistem pengendalian internal yang memadai mengenai pelaporan keuangan.
Penilaian yang dilakukan oleh kantor akuntan publik sehubungan dengan
pengendalian internal atas proses pelaporan keuangan, memberikan dampak
besar pada keandalan laporan keuangan yang disiapkan oleh entitas ini dan oleh
karena itu dapat secara signifikan mempengaruhi keputusan investasi. Makalah
ini difokuskan pada hubungan antara efektivitas pengendalian internal dan
kecurangan risiko, yang melibatkan penyalahgunaan sebagian aset keuangan
atau pelaporan yang tidak benar. Kami mendasarkan penelitian kami pada
asumsi bahwa peningkatan efektivitas pengendalian internal mengakibatkan
berkurangnya kecurangan risiko yang melibatkan aset keuangan. Kami hadir
untuk mengidentifikasi titik lemah yang signifikan dalam rantai pengendalian
internal yang terkait dengan aset keuangan, yang mampu meningkatkan
kecurangan risiko dan secara implisit untuk mengubah keandalan pada proses
pelaporan keuangan. Memproyeksikan tindakan penanggulangan yang wajar
yang dirancang untuk menanggapi faktor risiko kecurangan yang dinilai juga
merupakan keasyikan utama di bawah karya seni penulis.
Kesimpulan
Bagi Perusahaan Penanaman Modal, pelaporan keuangan yang tidak benar
dapat dilakukan dengan beberapa tindakan ilegal, seperti: manipulasi catatan
akuntansi atau dokumentasi pendukung, keliru dalam kejadian, transaksi atau
informasi penting lainnya dan kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang
disengaja. Praktik semacam itu dapat mempengaruhi secara signifikan
keputusan investor berdasarkan laporan keuangan, oleh karena itu auditor harus
mempertimbangkan dengan tepat penilaian faktor risiko kecurangan. Hasil
penelitian kami mendukung kesimpulan bahwa pengendalian internal yang lebih
efektif atas keuangan adalah, semakin rendahnya pelaporan keuangan yang
curang dapat diselesaikan. Sebagai hasilnya, kami berjanji untuk menerapkan
persyaratan SOX untuk pengelolaan Perusahaan Penanaman Modal untuk
menilai dan melaporkan pengendalian internal atas efektivitas pelaporan
keuangan, serta untuk pelaporan audit khusus yang membuktikan pernyataan
tersebut.
Drivers Behind the Monitoring Effectiveness of Global Institutional Investors: Evidence
from Earnings Management
abstraksi
Makalah ini mempelajari driver di balik efektivitas pemantauan investor
institusi dalam mengendalikan manajemen laba dalam lingkungan internasional.
Kami mengidentifikasi tiga pembalap yang berbeda dan mengusulkan dua
hipotesis yang bersaing: hipotesis keuntungan di kota memprediksi bahwa
karena kedekatan dengan informasi pemantauan, institusi domestik memiliki
keunggulan komparatif mengenai institusi asing dalam menghalangi manajemen
laba, sementara hipotesis investor global memprediksi bahwa institusi asing
memiliki komparatif keuntungan karena kecenderungan mereka terhadap
aktivisme dan kemampuan untuk menerapkan teknologi pemantauan yang
superior. Konsisten dengan hipotesis keuntungan di kampung halaman, secara
keseluruhan, dalam negeri, namun tidak asing, kepemilikan institusional
dikaitkan dengan sedikit manajemen laba; efektivitas pemantauan institusi luar
negeri meningkat karena mereka mendapatkan kedekatan dengan informasi
pemantauan. Sejalan dengan hipotesis investor global, efektivitas pemantauan
institusi asing meningkat di lingkungan konflik agensi yang lebih besar atau
kontrol tata kelola yang lebih lemah atau ketika kesenjangan dalam teknologi
pemantauan antara institusi asing dan domestik melebar.
Kesimpulan
Salah satu tren utama di pasar modal global adalah pertumbuhan aset keuangan
di bawah pengelolaan investor institusi. Tidak mengherankan, para periset telah
menaruh minat dalam beberapa tahun terakhir dalam menganalisis peran
pemerintahan yang dimainkan investor institusi di perusahaan investee mereka
di seluruh dunia. Makalah ini memberikan kontribusi terhadap literatur yang
berkembang ini dengan mempelajari driver ekonomi di balik efektivitas
pemantauan investor institusi global. Dari beberapa aliran literatur, kami
mengidentifikasi tiga pembalap yang berbeda dan mengusulkan dua hipotesis
yang saling bersaing untuk menguji kepentingan relatif mereka. Secara khusus,
hipotesis keuntungan di tempat asal memprediksi bahwa karena kedekatannya
dengan informasi pemantauan, investor institusional dalam negeri memiliki
keunggulan komparatif atas rekan-rekan asing mereka dalam mengendalikan
manajemen laba, sementara hipotesis investor global memprediksi
karena kecenderungan mereka terhadap aktivisme dan kemampuan
menerapkan keunggulan Teknologi pemantauan, investor institusi
memiliki komparatif keuntungan dari rekan-rekan domestik mereka
menghambat manajemen laba
bahwa
untuk
asing
dalam
Untuk menggunakan analogi pacuan kuda, makalah ini melampaui melakukan
pacuan kuda yang jenis investor institusional, baik domestik maupun asing,
lebih efektif dalam menghambat pengelolaan laba. Kami menganalisis
karakteristik masing-masing kuda dan merancang balapan yang berbeda untuk
menunjukkan kekuatan relatif masing-masing kuda. Oleh karena itu, makalah
kami memberikan wawasan tentang efektivitas pemantauan investor institusi
global dan mendamaikan bukti yang tampaknya bertentangan dalam literatur
yang ada - yaitu perluasan internasional dari bukti berbasis AS di Ayers et al
(2011) dan Chhaochharia, Kumar, dan Niessen-Ruenzi (2012) tampaknya
berada dalam konflik langsung dengan bukti internasional di Ferreira dan Matos
(2008) dan Aggarwal et al. (2011).
makalah ini menyoroti area penelitian di masa depan. Tindakan korporasi
memang beragam dan beragam. Argumentasi keunggulan pemantauan
komparatif menunjukkan bahwa investor institusional dalam negeri cenderung
lebih efektif dalam beberapa tugas tetapi tidak pada pihak lain. Dengan
menggunakan manajemen laba, kita mungkin memilih jenis perilaku perusahaan
bahwa investor institusional dalam negeri, bukan asing, memiliki keunggulan
komparatif yang lebih besar dalam mendorong hasil yang diinginkan. Penelitian
masa depan diperlukan untuk mengeksplorasi keunggulan komparatif investor
institusi dalam dan luar negeri dalam melakukan kinerja jenis tugas pemantauan
lainnya untuk mengidentifikasi pembalap baru di balik efektivitas pemantauan
investor institusi global. Pemahaman yang lebih lengkap mengenai masalah ini
diperlukan untuk menginformasikan kebijakan yang lebih baik, terutama
mengingat meningkatnya tekanan di seluruh dunia terhadap investor institusi
untuk memainkan peran pemerintahan yang lebih aktif di perusahaan investee
asing mereka.
Secara lebih luas, ada banyak mekanisme tata kelola selain investor institusional
(misalnya dewan direksi, kontrak kompensasi, dan analis saham); Masingmasing melakukan berbagai tingkat keefektifan sebagai akibat dari kondisi
kontrak yang spesifik. Sebuah studi kontemporer oleh Miletkov dkk. (2016)
melaporkan bahwa penelitian sebelumnya telah menghasilkan bukti yang
bertentangan mengenai keefektifan direktur asing karena penelitian ini
mendasarkan kesimpulan mereka pada satu atau beberapa negara. Sebaliknya,
Miletkov dkk. (2016) menggunakan penampang luas negara dan
menemukannya karakteristik tingkat negara (misalnya, kualitas kelembagaan
dan perlindungan investor) mempengaruhi hubungan antara direktur asing dan
kinerja perusahaan. Makalah kami dan Miletkov dkk. (2016) menyoroti
kebutuhan akan penelitian masa depan mengenai pembalap belakang
effectivenes
CG EFFECTIVENESS MECHANISM
Verica M. Babić1, Jelena D. Nikolić1, Milena S. Stanisavljević2
Masalah utama tata kelola perusahaan adalah bagaimana memastikan bahwa
manajer menjalankan perusahaan untuk kepentingan pemegang saham dan oleh
karena itu mencegah munculnya konflik agensi antara pemilik (pricipal) dan
manajer (agen). Di atas, perusahaan-perusahaan berkembang, negara-negara
pasar terus-menerus dikhususkan untuk memperbaiki mekanisme tata kelola
perusahaan. Peran mekanisme perusahaan terkait dengan proses harminozation
of interest antara pemilik dan manajer, serta proses pengambilan keputusan
strategis yang efektif. Oleh karena itu, pengembangan mekanisme tata kelola
perusahaan yang sesuai adalah pertanyaan yang relevan, baik untuk negara maju
maupun negara-negara transisi, yang menghadapi masalah spesifik tata kelola
perusahaan yang sesuai dengan konsekuensi kepemilikan dan transformasi
manajerial.
Oleh: Humas ; Diposkan pada: 24 Jul 2015 ; 83323 ViewsKategori: Evaluasi Polhukam
Disarikan dari berbagai sumber a.l.: Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan
Aplikasi (Drs. Ag. Subarsono, M.Si., M.A.).
Monitoring
Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi tentang sebab
dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan.
Monitoring diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan dapat dilakukan
tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Tujuan monitoring:
Manjaga agar kebijakan yang sedang diimplementasikan sesuai dengan tujuan dan
sasaran.
Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko yang lebih besar.
Melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring
mengharuskan untuk itu.
Data dan Informasi untuk monitoring:
Metode dokumentasi: dari berbagai laporan kegiatan seperti laporan
tahunan/semesteran/bulanan.
Metode survei: tujuannya untuk menjaring data dari para stakeholders, terutama
kelompok sasaran.
Metode observasi lapangan: untuk mengamati data empiris di lapangan dan bertujuan
untuk lebih meyakinkan dalam membuat penilaian tentang proses dari kebijakan. Dapat
digunakan untuk melengkapi metode survei.
Metode wawancara: pedoman wawancara yang menanyakan berbagai aspek yang
berhubungan dengan implementasi kebijakan perlu dipersiapkan.
Metode campuran: misalnya campuran antara metode dokumentasi dan survei, atau
metode survei dan observasi, atau dengan menggunakan ketiga atau bahkan keempat
metode di atas
Metode FGD: dengan melakukan pertemuan dan diskusi dengan para stakeholdersyang
bervariasi. Dengan cara demikian, maka berbagai informasi yang lebih valid akan dapat
diperoleh melalui cross check data dan informasi dari berbagai sumber.
Jenis-jenis Monitoring:
Kepatuhan (compliance): jenis monitoring untuk menentukan tingkat kepatuhan
implementor terhadap standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
Pemeriksaaan (auditing): jenis monitoring untuk melihat sejauh mana sumberdaya dan
pelayanan sampai pada kelompok sasaran.
Akuntansi (accounting): jenis monitoring untuk mengkalkulasi perubahan sosial dan
ekonomi yang terjadi setelah diimplementasikan suatu kebijakan.
Eksplanasi (explanation): jenis monitoring untuk menjelaskan adanya perbedaan antara
hasil dan tujuan kebijakan.
Pendekatan terhadap Monitoring:
Akuntansi sistem sosial: pendekatakan monitoring untuk mengetahui perubahan kondisi
sosial yang objektif dan subjektif dari waktu ke waktu.
Eksperimental sosial: pendekatan monitoring untuk mengetahui perubahan sosial yang
terjadi dalam sebuah kelompok eksperimen dengan cara membandingkan dengan
kelompok kontrol.
Akuntansi sosial: pendekatan monitoring yang berusaha untuk mengetahui hubungan
antara masukan, proses, keluaran/hasil, dan dampak.
Sintesis riset dan praktek: pendekatan monitoring yang menerapkan kompilasi,
perbandingan, dan pengujian secara sistematis terhadap hasil-hasil dari implementasi
kebijakan publik di masa lampau.
Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat
dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.
Tujuan Evaluasi
Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan: melalui evaluasi maka dapat diketahui
derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan: melalui evaluasi dapat diketahui berapa
biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
Mengukur tingkat keluaran: mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran
atau output dari suatu kebijakan.
Mengukur dampak suatu kebijakan: evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu
kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.
Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan: untuk mengetahui adanya
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara
tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang: untuk memberikan
masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
Alasan Evaluasi Kebijakan
Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan: seberapa jauh suatu kebijakan
mencapai tujuannya.
Untuk mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal: dengan melihat tingkat
efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal.
Memenuhi akuntabilitas publik: dengan melakukan penilaian kinerja suatu kebijakan,
maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik
sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.
Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan: apabila tidak dilakukan
evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholders, terutama kelompok sasaran tidak
mengetahui secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.
Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama: evaluasi kebijakan bermanfaat untuk
memberikan masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama.
Pendekatan evaluasi
Evaluasi Semu: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan, tanpa
menanyakan manfaat atau nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu, kelompok, atau
masyarakat.
Evaluasi formal: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan
berdasarkan sasaran program kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh pembuat
kebijakan.
Evaluasi keputusan teoritis: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan
yang secara
Indikator Evaluasi
Efektivitas: apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.
Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?
Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok
masyarakat berbeda?
Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai kelompok dan dapat
memuaskan mereka?
Ketepatan: apakah hasil yang dicapai bermanfaat?
Metode Evaluasi
Single program after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program, tidak ada
kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok sasaran.
Single program before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah
program, tidak ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari perubahan
kelompok sasaran.
Comparative after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah program, ada kelompok
kontrol, dan informasi yang diperoleh dari keadaan kelompok sasaran dan kelompok kontrol.
Comparative before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum dan sesudah program,
ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari efek program terhadap kelompok
sasaran dan kelompok kontrol.
Kendala Evaluasi
Kendala psikologis: banyak aparat pemerintah masih alergi terhadap kegiatan evaluasi,
karena dipandang berkaitan dengan prestasi dirinya.
Kendala ekonomis: kegiatan evaluasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit, seperti
biaya untuk pengumpulan dan pengolahan data, biaya untuk para staf administrasi, dan
biaya untuk para evaluator.
Kendala teknis: evaluator sering dihadapkan pada masalah tidak tersedianya cukup data
dan informasi yang up to date.
Kendala politis: evaluasi sering terbentur dan bahkan gagal karena alasan politis.
Masing-masing kelompok bisa jadi saling menutupi kelemahan dari implementasi suatu
program dikarenakan ada deal atau bargaining politik tertentu.
Kurangnya jumlah evaluator: pada berbagai lembaga pemerintah, kurang tersedianya
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi melakukan evaluasi. Hal ini karena belum
terciptanya budaya evaluasi, sehingga peemrintah tidak memiliki program yang jelas untuk
mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi di bidang evaluasi.
Addressing Fraud Risk by Testing the Effectiveness of Internal Control
over Financial Reporting Case of Romanian Financial Investment
Companies
Abstrak
Besarnya dan kompleksitas operasi pengelolaan portofolio mewajibkan
Perusahaan Penanaman Modal Rumania untuk menerapkan dan memantau
sistem pengendalian internal yang memadai mengenai pelaporan keuangan.
Penilaian yang dilakukan oleh kantor akuntan publik sehubungan dengan
pengendalian internal atas proses pelaporan keuangan, memberikan dampak
besar pada keandalan laporan keuangan yang disiapkan oleh entitas ini dan oleh
karena itu dapat secara signifikan mempengaruhi keputusan investasi. Makalah
ini difokuskan pada hubungan antara efektivitas pengendalian internal dan
kecurangan risiko, yang melibatkan penyalahgunaan sebagian aset keuangan
atau pelaporan yang tidak benar. Kami mendasarkan penelitian kami pada
asumsi bahwa peningkatan efektivitas pengendalian internal mengakibatkan
berkurangnya kecurangan risiko yang melibatkan aset keuangan. Kami hadir
untuk mengidentifikasi titik lemah yang signifikan dalam rantai pengendalian
internal yang terkait dengan aset keuangan, yang mampu meningkatkan
kecurangan risiko dan secara implisit untuk mengubah keandalan pada proses
pelaporan keuangan. Memproyeksikan tindakan penanggulangan yang wajar
yang dirancang untuk menanggapi faktor risiko kecurangan yang dinilai juga
merupakan keasyikan utama di bawah karya seni penulis.
Kesimpulan
Bagi Perusahaan Penanaman Modal, pelaporan keuangan yang tidak benar
dapat dilakukan dengan beberapa tindakan ilegal, seperti: manipulasi catatan
akuntansi atau dokumentasi pendukung, keliru dalam kejadian, transaksi atau
informasi penting lainnya dan kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang
disengaja. Praktik semacam itu dapat mempengaruhi secara signifikan
keputusan investor berdasarkan laporan keuangan, oleh karena itu auditor harus
mempertimbangkan dengan tepat penilaian faktor risiko kecurangan. Hasil
penelitian kami mendukung kesimpulan bahwa pengendalian internal yang lebih
efektif atas keuangan adalah, semakin rendahnya pelaporan keuangan yang
curang dapat diselesaikan. Sebagai hasilnya, kami berjanji untuk menerapkan
persyaratan SOX untuk pengelolaan Perusahaan Penanaman Modal untuk
menilai dan melaporkan pengendalian internal atas efektivitas pelaporan
keuangan, serta untuk pelaporan audit khusus yang membuktikan pernyataan
tersebut.
Drivers Behind the Monitoring Effectiveness of Global Institutional Investors: Evidence
from Earnings Management
abstraksi
Makalah ini mempelajari driver di balik efektivitas pemantauan investor
institusi dalam mengendalikan manajemen laba dalam lingkungan internasional.
Kami mengidentifikasi tiga pembalap yang berbeda dan mengusulkan dua
hipotesis yang bersaing: hipotesis keuntungan di kota memprediksi bahwa
karena kedekatan dengan informasi pemantauan, institusi domestik memiliki
keunggulan komparatif mengenai institusi asing dalam menghalangi manajemen
laba, sementara hipotesis investor global memprediksi bahwa institusi asing
memiliki komparatif keuntungan karena kecenderungan mereka terhadap
aktivisme dan kemampuan untuk menerapkan teknologi pemantauan yang
superior. Konsisten dengan hipotesis keuntungan di kampung halaman, secara
keseluruhan, dalam negeri, namun tidak asing, kepemilikan institusional
dikaitkan dengan sedikit manajemen laba; efektivitas pemantauan institusi luar
negeri meningkat karena mereka mendapatkan kedekatan dengan informasi
pemantauan. Sejalan dengan hipotesis investor global, efektivitas pemantauan
institusi asing meningkat di lingkungan konflik agensi yang lebih besar atau
kontrol tata kelola yang lebih lemah atau ketika kesenjangan dalam teknologi
pemantauan antara institusi asing dan domestik melebar.
Kesimpulan
Salah satu tren utama di pasar modal global adalah pertumbuhan aset keuangan
di bawah pengelolaan investor institusi. Tidak mengherankan, para periset telah
menaruh minat dalam beberapa tahun terakhir dalam menganalisis peran
pemerintahan yang dimainkan investor institusi di perusahaan investee mereka
di seluruh dunia. Makalah ini memberikan kontribusi terhadap literatur yang
berkembang ini dengan mempelajari driver ekonomi di balik efektivitas
pemantauan investor institusi global. Dari beberapa aliran literatur, kami
mengidentifikasi tiga pembalap yang berbeda dan mengusulkan dua hipotesis
yang saling bersaing untuk menguji kepentingan relatif mereka. Secara khusus,
hipotesis keuntungan di tempat asal memprediksi bahwa karena kedekatannya
dengan informasi pemantauan, investor institusional dalam negeri memiliki
keunggulan komparatif atas rekan-rekan asing mereka dalam mengendalikan
manajemen laba, sementara hipotesis investor global memprediksi
karena kecenderungan mereka terhadap aktivisme dan kemampuan
menerapkan keunggulan Teknologi pemantauan, investor institusi
memiliki komparatif keuntungan dari rekan-rekan domestik mereka
menghambat manajemen laba
bahwa
untuk
asing
dalam
Untuk menggunakan analogi pacuan kuda, makalah ini melampaui melakukan
pacuan kuda yang jenis investor institusional, baik domestik maupun asing,
lebih efektif dalam menghambat pengelolaan laba. Kami menganalisis
karakteristik masing-masing kuda dan merancang balapan yang berbeda untuk
menunjukkan kekuatan relatif masing-masing kuda. Oleh karena itu, makalah
kami memberikan wawasan tentang efektivitas pemantauan investor institusi
global dan mendamaikan bukti yang tampaknya bertentangan dalam literatur
yang ada - yaitu perluasan internasional dari bukti berbasis AS di Ayers et al
(2011) dan Chhaochharia, Kumar, dan Niessen-Ruenzi (2012) tampaknya
berada dalam konflik langsung dengan bukti internasional di Ferreira dan Matos
(2008) dan Aggarwal et al. (2011).
makalah ini menyoroti area penelitian di masa depan. Tindakan korporasi
memang beragam dan beragam. Argumentasi keunggulan pemantauan
komparatif menunjukkan bahwa investor institusional dalam negeri cenderung
lebih efektif dalam beberapa tugas tetapi tidak pada pihak lain. Dengan
menggunakan manajemen laba, kita mungkin memilih jenis perilaku perusahaan
bahwa investor institusional dalam negeri, bukan asing, memiliki keunggulan
komparatif yang lebih besar dalam mendorong hasil yang diinginkan. Penelitian
masa depan diperlukan untuk mengeksplorasi keunggulan komparatif investor
institusi dalam dan luar negeri dalam melakukan kinerja jenis tugas pemantauan
lainnya untuk mengidentifikasi pembalap baru di balik efektivitas pemantauan
investor institusi global. Pemahaman yang lebih lengkap mengenai masalah ini
diperlukan untuk menginformasikan kebijakan yang lebih baik, terutama
mengingat meningkatnya tekanan di seluruh dunia terhadap investor institusi
untuk memainkan peran pemerintahan yang lebih aktif di perusahaan investee
asing mereka.
Secara lebih luas, ada banyak mekanisme tata kelola selain investor institusional
(misalnya dewan direksi, kontrak kompensasi, dan analis saham); Masingmasing melakukan berbagai tingkat keefektifan sebagai akibat dari kondisi
kontrak yang spesifik. Sebuah studi kontemporer oleh Miletkov dkk. (2016)
melaporkan bahwa penelitian sebelumnya telah menghasilkan bukti yang
bertentangan mengenai keefektifan direktur asing karena penelitian ini
mendasarkan kesimpulan mereka pada satu atau beberapa negara. Sebaliknya,
Miletkov dkk. (2016) menggunakan penampang luas negara dan
menemukannya karakteristik tingkat negara (misalnya, kualitas kelembagaan
dan perlindungan investor) mempengaruhi hubungan antara direktur asing dan
kinerja perusahaan. Makalah kami dan Miletkov dkk. (2016) menyoroti
kebutuhan akan penelitian masa depan mengenai pembalap belakang
effectivenes
CG EFFECTIVENESS MECHANISM
Verica M. Babić1, Jelena D. Nikolić1, Milena S. Stanisavljević2
Masalah utama tata kelola perusahaan adalah bagaimana memastikan bahwa
manajer menjalankan perusahaan untuk kepentingan pemegang saham dan oleh
karena itu mencegah munculnya konflik agensi antara pemilik (pricipal) dan
manajer (agen). Di atas, perusahaan-perusahaan berkembang, negara-negara
pasar terus-menerus dikhususkan untuk memperbaiki mekanisme tata kelola
perusahaan. Peran mekanisme perusahaan terkait dengan proses harminozation
of interest antara pemilik dan manajer, serta proses pengambilan keputusan
strategis yang efektif. Oleh karena itu, pengembangan mekanisme tata kelola
perusahaan yang sesuai adalah pertanyaan yang relevan, baik untuk negara maju
maupun negara-negara transisi, yang menghadapi masalah spesifik tata kelola
perusahaan yang sesuai dengan konsekuensi kepemilikan dan transformasi
manajerial.