ANALISIS RANTAI NILAI TAHAPAN PRA PRODUK
ANALISIS RANTAI NILAI TAHAPAN PRA PRODUKSI PEMBUATAN
FILM ANIMASI 3D PADA INDUSTRI INTI KLASTER INDUSTRI
ANIMASI DI KOTA CIMAHI
Oleh :
Kristiana
Perekayasa Muda BPPT
[email protected]
Abstrak
Animasi adalah salah satu sektor industri kreatif yang memiliki potensi ekonomi
yang sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya pertumbuhan dari
sektor ini, yaitu sekitar 10% - 15% per tahun dengan market size sekitar Rp. 5
triliun. Untuk dapat terus meningkatkan pertumbuhan pada sektor animasi
dibutuhkan dukungan. Meski termasuk besar namun angka ini masih jauh
tertinggal dari industri animasi di India dengan market size sebesar Rp 14 triliun
dan pertumbuhan sebesar 30% tiap tahun. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini
harus didukung dengan peningkatan daya saing produk animasi yang dihasilkan.
Sebuah produk dapat berdaya saing jika memiliki dukungan yang kuat dari
berbagai pihak. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan dari beberapa elemen
terkait industri animasi diantaranya adalah : industri inti, industri terkait, industri
pendukung, lembaga pendukung dan pembeli. Daya saing suatu kegiatan usaha
dapat dianalisis dengan cara melihat rantai nilai yang mencakup perancangan
produk, pengadaan input atau sarana produksi, logistik, logistik eksternal,
pemasaran, penjualan, purna jual dan layanan pendukung. Tahapan yang ada pada
proses pembuatan film animasi 3D terbagi menjadi tiga tahapan yaitu praproduksi, produksi dan paska produksi. Meskipun saat ini industri animasi di
Indonesia belum secara detail memisahkan setiap tahapan tersebut, namun tetap
menjadi penting untuk mengetahui detail aktivitas dari tahapan tersebut, dengan
tujuan untuk melihat kekuatan dan kelemahan dari setiap proses yang ada pada
tahapan tersebut. Oleh sebab itu analisis rantai nilai pada setiap tahapan tersebut
sangat penting untuk dilakukan dengan harapan dapat memberikan rekomendasi
untuk melakukan agenda perkuatan terhadap industri inti animasi khususnya di
Kota Cimahi. Sehingga produktivitas dari klaster industri animasi di Kota Cimahi
dapat ditingkatkan.
Kata Kunci : Industri animasi, tahapan pra-produksi film animasi 3D, klaster
industri, rantai nilai, kerangka kebijakan inovasi
Abstract
Animation is one of the creative industries sector has good potential for growth.
This is evidenced by the increasing growth of this sector, which is about 10 % 15 % per annum with a market size of approximately Rp. 5 trillion, to be able to
continue to enhance the growth of the animation sector needs support. Although
this figure includes large but still far behind from the animation industry in India
with a market size of Rp 14 trillion and growing by 30 % each year. This
significant growth must be supported by an increase in the competitiveness of the
resulting animation. A product can be competitive if it has strong support from
various parties. Such support may be related to the support of some elements of
the animation industry are : core industry, related industries, supporting industries,
supporting agencies and buyers. The competitiveness of a business activity can be
analyzed by looking at the value chain that includes product design, procurement
of inputs, or the means of production, logistics, external logistics, marketing,
sales, after-sales and support services. There are stages in the process of making a
3D animated film is divided into three stages : pra-produksi, production and postproduction. Although the current animation industry in Indonesia is not yet in
detail separates each of these stages, but still be important to know the details of
the activities of these stages, in order to see the strengths and weaknesses of each
process that is on the stage. Therefore the analysis at each stage of the value chain
is very important to be done with the hope of recommendation to the core agenda
of strengthening the animation industry, especially in Cimahi. So that the
productivity of the animation industry cluster in Cimahi can be improved.
Keyword : Animation industry, the stage of pra-produksi of 3D animated films,
industrial clusters, value chain, innovation policy framework.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Animasi adalah salah satu sektor
industri kreatif yang memiliki potensi
ekonomi yang sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan terus meningkatnya
pertumbuhan dari sektor ini, yaitu
sekitar 10% - 15% per tahun dengan
market size sekitar Rp. 5 triliun. Untuk
dapat terus meningkatkan pertumbuhan
pada sektor animasi dibutuhkan
dukungan. Meski termasuk besar namun
angka ini masih jauh tertinggal dari
industri animasi di India dengan market
size sebesar Rp 14 triliun dan
pertumbuhan sebesar 30% tiap tahun.
Jika mengacu pada keberhasilan
negara-negara berkembang lainnya
terhadap
perkembangan industri
animasi, salah satu faktor penting yang
dapat menjadikan industri animasi lokal
dapat bersaing adalah dukungan dari
pemerintah dalam hal regulasi atau
kebijakan terkait animasi dari berbagai
elemen. Dengan adanya dukungan
tersebut diharapkan dapat menghasilkan
sebuah produk yang berdaya saing.
Sebuah produk dapat memiliki daya
saing jika memiliki dukungan yang kuat
dari berbagai pihak. Dukungan tersebut
dapat berupa dukungan dari beberapa
elemen
terkait
industri
animasi
diantaranya adalah : industri pemasok,
industri terkait, industri pendukung,
lembaga pendukung dan pembeli.
Elemen-elemen ini dapat dipetakan dan
dianalisa dengan menggunakan teori
klaster industri. Oleh karena itu
dibutuhkan sebuah klaster industri
animasi yang dapat digunakan sebagai
klaster percontohan untuk menganalisa
keterkaitan antar elemen klaster. Klaster
industri yang menjadi percontohan
dalam hal ini adalah Klaster Industri
Animasi di Kota Cimahi.
Daya saing suatu kegiatan usaha
dapat dianalisis dengan cara melihat
rantai nilai yang mencakup perancangan
produk, pengadaan input atau sarana
produksi, logistik, logistik eksternal,
pemasaran, penjualan, purna jual dan
layanan pendukung. Suatu perusahaan
dikatakan dapat mencapai keunggulan
kompetitif apabila dalam kegiatan
usahanya dapat memberi konsumen
suatu produk atau layanan yang nilainya
setara dengan produk atau layanan yang
dihasilkan oleh pesaing, namun biaya
yang dihasilkan lebih rendah atau
perusahaan
mampu
menyediakan
produk atau layanan yang meskipun
harganya lebih mahal namun masih
diminati konsumen.
Secara garis besar tahapan proses
produksi film animasi 3D terbagi
menjadi tiga tahapan, diantaranya
adalah tahapan pra-produksi, produksi
dan paska produksi. Namun kondisi
indstri animasi di Indonesia saat ini
belum melakukan spesialisasi secara
khusus terhadap tahapan tersebut.
Umumnya industri animasi melakukan
tahapan tersebut secara keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang dan
kondisi tersebut kajian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan yang terjadi
pada setiap tahapan produksi film
animasi 3D. Namun ruang lingkup yang
akan dibahas pada kajian ini hanya
mencakup analisis rantai nilai pada
tahapan pra produksi pembuatan film
animasi 3D untuk industri inti pada
klaster industri animasi di Kota Cimahi.
2. Teridentifikasinya
Metode analisis yang digunakan
pada kajian ini menggunakan teori
rantai nilai yang dikembangkan oleh
Porter. Teori rantai nilai ini digunakan
untuk melihat kelemahan dan kekuatan
pada aktivitas pendukung dan primer
yang ada pada seluruh tahapan
pembuatan produksi film animasi 3D.
3. Terpetakannya permasalahan yang
Berdasarkan analisis tersebut dapat
disimpulkan
secara
keseluruhan
bagaimana kondisi yang terjadi pada
seluruh tahapan dan diberikan solusi
atau rekomendasi kebijakan dari setiap
permasalah yang muncul.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dari kajian ini
adalah :
1. Mengidentifikasi
pelaku-pelaku
yang terlibat pada tahapan praproduksi
2. Mengidentifikasi alur produk rantai
nilai pada tahapan pra-produksi.
3. Memetakan
permasalahan
yang
muncul pada setiap aktivitas.
4. Memetakan
permasalah
solusi
yang
terhadap
muncul
pada
setiap aktivitas.
5. Mengukur margin dari tahapan praproduksi.
Sasaran yang diharapkan tercapai
pada kajian ini adalah :
1. Teridentifikasinya
pelaku-pelaku
yang terlibat pada tahapan praproduksi.
alur
produk
rantai nilai pada tahapan praproduksi.
muncul pada setiap aktivitas.
4. Terpetakannya
solusi
terhadap
permasalahan yang muncul pada
setiap aktivitas.
5. Terukurnya margin dari tahapan
pra-produksi.
2.
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Rantai Nilai Porter
Kerangka rantai nilai Porter
merupakan konsep rantai nilai yang
pertama kali diperkenalkan. Konsep ini
mulai diperkenalkan pada tahun 1985
dan dipopulerkan oleh Michael E.
Porter dalam buku “Competitive
Advantage, Creating and Sustaining
Superior
Performance”.
Porter
memberikan pemahaman rantai nilai
sebagai sebuah kombinasi dari
sembilan aktivitas operasi penambahan
nilai umum dalam suatu perusahaan.
Porter menggunakan kerangka rantai
nilai untuk mengkaji bagaimana suatu
perusahaan seharusnya memposisikan
dirinya
di
pasar
dan
dalam
hubungannya
dengan
pemasok,
pembeli dan pesaing.
Konsep
rantai
nilai
tidak
berhubungan dengan ide transformasi
fisik. Daya saing suatu perusahaan
tidak secara khusus semata-mata
berhubungan dengan proses produksi.
Daya saing suatu kegiatan usaha dapat
dianalisis dengan cara melihat rantai
nilai yang mencakup perancangan
produk, pengadaan input atau sarana
produksi, logistik, logistik eksternal,
pemasaran, penjualan, purna jual dan
layanan pendukung. Suatu perusahaan
dikatakan dapat mencapai keunggulan
kompetitif apabila dalam kegiatan
usahanya dapat memberi konsumen
suatu produk atau layanan yang
nilainya setara dengan produk atau
layanan yang dihasilkan oleh pesaing,
namun biaya yang dihasilkan lebih
rendah atau perusahaan mampu
menyediakan produk atau layanan
yang meskipun harganya lebih mahal
namun masih diminati konsumen.
Dalam kerangka Porter, rantai
nilai memberikan alat yang dapat
digunakan
perusahaan
untuk
menentukan
sumber
keunggulan
kompetitif baik sumber yang ada saat
ini maupun yang masih berupa potensi.
Porter
berargumentasi
dengan
menyatakan bahwa sumber-sumber
keunggulan kompetitif tidak dapat
terdeteksi hanya dengan melihat
perusahaan
secara
keseluruhan.
Perusahaan harus melihat perannya
dalam sub-sub kegiatan dalam
rangkaian kegiatan. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut, perusahaan akan
menemukan keunggulan bersaing
disepanjang kegiatan tersebut.
Model Porter bermanfaat untuk
mengidentifikasi beberapa kegiatan
utama dan pendukung yang umum
dijumpai pada beberapa kegiatan
bisnis. Dengan kata lain model rantai
nilai Porter lebih menekankan pada
konsep bisnis. Kegiatan utama
merupakan kegiatan yang secara
langsung berkontribusi menambahkan
nilai pada produk dan layanan yang
dihasilkan.
Sedangkan
kegiatan
pendukung merupakan kegiatan yang
membawa efek tidak langsung
terhadap nilai. Model rantai nilai Porter
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Rantai Nilai
Porter
Kegiatan utama dalam rantai nilai
meliputi aktivitas logistik kedalam,
operasional, logistik keluar, pemasaran
dan
penjualan,
dan
layanan.
Sedangkan
kegiatan
pendukung
meliputi infrastruktur perusahaan,
manajemen SDM, pengembangan
teknologi dan pengadaan (Porter,
1985).
Dalam kegiatan utama, logistik
kedalam merupakan semua kegiatan
yang diperlukan untuk menerima,
menyimpan dan mendistribusikan
masukan-masukan, dan hubungan
dengan para pemasok (suppliers).
Operasi adalah semua kegiatan yang
diperlukan untuk mengumpulkan,
menyimpan dan mendistribusikan
keluaran (produk dan/atau jasa).
Pemasaran dan penjualan meliputi
semua
kegiatan
mulai
dari
menginformasikan para calon pembeli
mengenai produk dan atau jasa,
mempengaruhi
mereka
agar
membelinya
dan
memfasilitasi
pembelian mereka. Pelayanan adalah
semua kegiatan yang diperlukan agar
produk dan/atau jasa yang telah dibeli
oleh konsumen tetap berfungsi dengan
baik setelah produk dan/atau jasa
tersebut terjual dan sampai di tangan
konsumen.
Pengadaaan
merupakan
pengadaan berbagai masukan atau
sumber
daya
suatu
perusahaan/organisasi.
Manajemen
SDM meliputi seluruh kegiatan yang
menyangkut perekrutan, pemecatan,
pemberhentian, penentuan upah dan
kompensasi, pengelolaan, pelatihan
dan
pengembangan
SDM.
Pengembangan teknologi menyangkut
masalah peralatan, perangkat keras
(hardware),
perangkat
lunak
(software), prosedur dan pengetahuan
teknis yang digunakan dalam proses
transformasi dari masukan menjadi
keluaran
dalam
suatu
perusahaan/organisasi.
Infrastruktur
diperlukan
untuk
mendukung
keperluan-keperluan suatu perusahaan
dan menyelaraskan kepentingan dari
berbagai bagian, yang terdiri dari
bagian-bagian
atau
DepartemenDepartemen seperti bagian akuntansi,
hukum, keuangan, perencanaan, bagian
umum,
quality
assurance,
dan
manajemen umum.
Tujuan dari analisis rantai nilai ini
adalah sebagai kerangka kerja untuk
memilah/memecah organisasi/industri
ke dalam aktivitas-aktivitas yang
bertujuan untuk mengidentifikasi : (1).
Besar/kecilnya pengaruh biaya suatu
aktivitas terhadap biaya total; (2).
Penentu-penentu biaya dalam setiap
aktivitas
dan
mengapa
organisasi/industri dapat efisien dan
efektif dalam aktivitasnya; (3).
Bagaimana biaya-biaya dalam suatu
aktivitas mempengaruhi biaya pada
aktivitas lainnya; (4). Aktivitas mana
saja yang diperlu dilakukan sendiri
oleh organisasi/industri dan mana yang
perlu
dilakukan
oleh
pihak
luar/outsourcing.
Salah satu produk yang menjadi
unggulan di Kota Cimahi adalah di
bidang telematika, khususnya animasi.
Selanjutnya pada bab ini akan dibahas
mengenai rantai nilai dari produk
unggulan tersebut.
2.2 Teori Klaster Industri
Pengembangan/penguatan klaster
industri
merupakan
alternatif
pendekatan yang dinilai efektif untuk
membangun keunggulan daya saing
industri
khususnya
dan
bagi
pembangunan daerah pada umumnya.
Bagi pelaku ekonomi, khususnya
Usaha
Kecil
dan
Menengah,
pendekatan klaster industri membantu
upaya yang lebih fokus bagi terjalinnya
kemitraan yang saling menguntungkan
dan pengembangan jaringan bisnis
yang luas. Sementara itu, bagi pembuat
kebijakan
dan/atau
pihak
berkepentingan lainnya, pendekatan ini
memungkinkan potensi skala pengaruh
dari kebijakan dan program, dan
cakupan dampak yang signifikan.
Pendekatan
klaster
industri
berkembang pesat tidak sekedar
sebagai konsep tetapi juga sebagai
platform nasional, baik dalam konteks
pembangunan ekonomi (nasional,
daerah dan lokal), khususnya Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
serta
peningkatan
daya
saing.
Peningkatan daya saing daerah saat ini
membutuhkan usaha yang sangat
memakan waktu sehingga akan
menghambat pembangunan ekonomi.
Dalam rangka memperbaiki kelemahan
tersebut,
mengoptimalkan
pendayagunaan potensi setempat, dan
mewujudkan industri berkeunggulan
kompetitif di daerah, basis produksi
dan distribusi perlu ditata kembali dan
dikembangkan secara sinergis dengan
semakin bertumpu pada potensi terbaik
dan
karakteristik
lokal/setempat
masing-masing daerah.
Pengembangan klaster industri
dapat
digunakan
untuk
mengembangkan industri yang bersifat
luas (broad base) dan terfokus pada
jenis-jenis produk yang berpeluang
memiliki daya saing internasional yang
tinggi di pasar domestik dan global.
Lingkup geografis klaster industri
dapat sangat bervariasi, terentang dari
satu desa saja atau salah satu jalan di
daerah perkotaan sampai mencakup
sebuah kecamatan atau provinsi.
Sebuah klaster industri dapat juga
melampaui batas negara menjangkau
beberapa negara tetangga (misal
Batam, Singapura, Malaysia). Klaster
industri pada dasarnya bukan konsep
yang sama sekali baru. Namun sejalan
dengan perkembangan jaman, telaah
konsep/teori dan pengalaman empiris
berbagai pihak berkembang dari waktu
ke waktu.
Secara umum klaster industri
dapat didefinisikan sebagai kelompok
usaha spesifik yang dihubungkan oleh
jaringan
mata
rantai
proses
penciptaan/peningkatan nilai tambah,
baik melalui hubungan bisnis maupun
non bisnis.
Secara skema, pendekatan klaster
industry dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 2. Model Generik
Klaster Industri
Beberapa pengertian elemenelemen dalam klaster industri antara
lain adalah sebagai berikut :
A. Industri Inti
Industri yang merupakan
fokus
perhatian
atau
tematik
dan
biasanya
dijadikan titik masuk kajian
Dapat merupakan
industri.
sentra
Industri
yang
maju
(dicirikan dengan adanya
inovasi)
B. Industri Pemasok
Industri yang memasok
dengan produk khusus.
Pemasok
yang
khusus
(spesialis)
merupakan
pendukung
kemajuan
klaster industri.
Yang dipasok antara lain
adalah : bahan baku utama,
bahan
tambahan
dan
aksesoris.
(Business
Development
Services Provider/BDSP).
E. Industri Terkait
C. Pembeli
Dapat berupa distributor
atau pemakai langsung.
Pembeli
yang
sangat
“penuntut‟
merupakan
pemacu kemajuan klaster
industri.
Pembeli antara lain terdiri
dari : distributor, pengecer,
dan pemakai langsung.
Meliputi industri jasa dan
barang, termasuk layanan
pembiayaan (Bank, Modal
Ventura).
Pembiayaan (Bank, Modal
Ventura).
Jasa (Angkutan, Bisnis
Distribusi,
Konsultan
Bisnis).
Infrastruktur (Jalan Raya,
Telekomunikasi, Listrik).
Peralatan (Permesinan, Alat
Bantu).
Pengemasan.
Penyedia
Pengembangan
Jasa
Bisnis
Industri yang menggunakan
sumber daya dari sumber
yang sama (misal kelompok
tenaga ahli).
Industri terkait dapat terdiri
dari
kompetitor,
komplementer,
dan
substitusi.
F. Lembaga Pendukung
D. Industri Pendukung
Industri yang menggunakan
infrastruktur yang sama.
Lembaga pemerintah, yang
berupa penentu kebijakan
atau melaksanakan peran
publik;
Asosiasi
profesi
yang
bekerja untuk kepentingan
anggota;
Lembaga
Pengembang
Swadaya Masyarakat yang
bekerja pada bidang khusus
yang mendukung.
2.3 Tahapan Pra-Produksi
Animasi 3D
Film
Produk animasi yang dihasilkan
dapat berupa animasi 2D dan animasi
3D. Perbedaan yang siginifikan dalam
proses pembuatan animasi 2D dan 3D
adalah pada tahapan produksi, dimana
proses 2D tidak membutuhkan proses
modelling, texturing dan lighting.
Secara
garis
besar
proses
pembuatan film animasi 3D dibagi
menjadi tiga tahapan, diantaranya
adalah : pra-produksi, produksi dan
paska-produksi.
Penjelasan dari setiap proses
tersebut adalah sebagai berikut :
Tahapan pra-produksi adalah
tahapan awal dalam proses pembuatan
film animasi 3D. Tahapan ini sering
juga disebut sebagai tahapan persiapan,
karena pada tahapan ini persiapan
administratif yang terkait SDM, jadwal
dan anggaran dilakukan.
Penulisan skenario : proses ini
adalah proses pembuatan naskah
atau alur cerita animasi.
Skenario yang menarik akan
menentukan keberhasilan dari
film animasi yang dibuat.
Skenario biasanya berbentuk
teks tulisan/ketikan
Pada tahapan juga ditentukan
sukses atau tidak sebuah produk film
animasi 3D, karena penentuan ide
cerita dan konsep cerita dibuat pada
tahapan, sehingga perlu dipersiapkan
secara matang dan serius.
Gambar tahapan pra-produksi
proses pembuatan film animasi 3D
dapat dilihat pada gambar 3.
Tahapan Pra –
Produksi
Modelling &
Texturing
Penulisan
Skenario
Penyusunan Kru
Karakter &
Properti 3D
Rigging
Background/
Setting 3 D
Penyusunan
Jadwal
Penyusunan
Anggaran
Pembuatan
In
Beetween
Concept Art
Olah Suara
Pembuatan
Storyboard
Perekaman
Dialog
Voice Casting
Pembuatan
Musik
Efek Suara
Gambar 3. Tahapan Pra-Produksi
Pembuatan Film Animasi 3D
Animatic
Proses manajerial : pada proses
ini semua yang berkaitan dengan
masalah administrasi seperti
ketersediaan SDM yang sesuai
dengan kompetensi, penyusunan
kru, penyusunan jadwal, dan
penyusunan anggaran disusun
dan dipersiapkan pada proses
ini.
Concept Art : berisi konsep
untuk tiap-tiap elemen yang ada
pada cerita, seperti bentuk
karakter, bentuk tas, pakaian
karakter dan sebagainya. Hal ini
perlu digambarkan dengan detail
oleh ilustrator agar dapat dengan
mudah dipahami oleh tim yang
bertugas
mempersiapkan
elemen-elemen tersebut (jika
dalam animasi 3D, tim yang
dimaksud adalah modeler).
Storyboard : storyboard adalah
bentuk
visual/gambar
dari
skenario yang telah dibuat,
berupa kotak-kotak gambar
(seperti
komik)
yang
menggambarkan jalan cerita dan
adegan-adegan yang hendak
dibuat dalam film. Storyboard
berfungsi
sebagai
panduan
utama dari proses produksi
animasi. Oleh karena itu, segala
macam
informasi
yang
dibutuhkan harus dibuat dan
tercantum dalam storyboard,
seperti angle kamera, tata
letak/layout/staging,
durasi,
timing, dialog, ekspresi dan
informasi
lainnya.
Dengan
adanya storyboard, maka proses
pembuatan
animasi
akan
menjadi lebih mudah, jelas,
fokus, dan terarah.
Voice Casting : pada proses ini
dilakukan pemilhan suara yang
dianggap cocok untuk bisa
mengisi suara dari karakter yang
ada pada film tersebut. Setelah
ditemukan jenis suara yang
dianggap sesuai maka dilakukan
proses
perekaman
dialog,
pembuatan
musik,
dan
pembuatan efek suara. Hasil dari
voice casting akan digunakan
pada tahapan paska produksi.
Pembuatan In Between :
Melakukan kalkulasi terhadap
pemberian efek animasi pada
frame awal dan akhir dari suatu
pergerakan animasi. Informasi
yang
dihasilkan
berupa
keyframe.
Animatic
:
proses
penyederhanaan
storyboard.
Animatik adalah serangkaian
diam yang secara bersama diedit
dan
ditampilkan
secara
berurutan.
Modeling : proses ini adalah
proses pembuatan model objek
dalam bentuk 3D dikomputer.
Model bisa berupa karakter
(mahkluk
hidup),
seperti
manusia, hewan, atau tumbuhtumbuhan; atau berupa benda
mati seperti rumah, mobil,
peralatan, dan lain - lain. Model
harus dibuat dengan mendetail
dan sesuai dengan ukuran dan
skala pada sketsa desain/model
yang
telah
ditentukan
sebelumnya sehingga objek
model akan tampak ideal dan
profesional untuk dilihat
Texturing : proses ini adalah
proses
pembuatan
dan
pemberian warna dan material
(texture) pada objek yang
dimodelkan
sebelumnya
sehingga akan tampak kesan
yang nyata. Pemberian material
atau texture pada objek 3D akan
mendefinisikan rupa dan jenis
bahan dari objek 3D. Material
atau texture dapat berupa foto
atau gambar yang dibuat dengan
aplikasi software 3D, seperti
3DMax, Maya, dan lain - lain
atau dengan bantuan software
digital
imaging,
seperti
Photoshop, PhotoPaint, atau
Gimp.
Rigging : proses ini adalah
pemberian struktur tulang pada
objek 3 dimensi, agar ke
depannya objek 3D tersebut
dapat digerakkan melalui tulang
tersebut
2.4 Kerangka Kebijakan Inovasi
2)
Kelembagaan dan daya dukung
iptek/litbang serta rendahnya
kemampuan absorpsi UKM.
Berbagai fungsi yang belum
berkembang, lembaga yang ada
yang belum berfungsi sebagaimana
yang diperlukan, dan kelemahan
daya
dukung iptek/
litbang
yangrelevan bagi pengembangan
potensi terbaik daerah merupakan
faktor
belum
berkembangnya
sistem
inovasi
daerah
dan
rendahnya daya saing daerah. Di
sisi lain, pelaku mayoritas usaha,
yaitu UKM, umumnya memiliki
keterbatasan antara lain dalam
mengakses, memanfaatkan dan
mengembangkan
pengetahuan
/teknologi untuk meningkatkan
daya saing bisnisnya.
3)
Kelemahan keterkaitan, interaksi
dan kerjasama difusi inovasi
(termasuk
praktikbaik/terbaik
dan/atau
hasil
litbang).
Kesenjangan relevansi dan fungsi
komplementatif
antara
perkembangan knowledge pool
dengan tarikan kebutuhannya oleh
pengguna, khususnya swasta, masih
terbatasnya pola hubungan dan
transaksi bisnis maupun non bisnis
antar berbagai aktor, serta asimetri
informasi dan keterbatasan dalam
dukungan interaksi dalamsistem
inovasi (termasuk pembiayaan bagi
komersialisasi potensi inovasi)
merupakan isu yangmenghambat
keterkaitan, proses interaksi dan
kerjasama antarpihak dalam sistem
inovasidaerah.
Dalam membangun sebuah sistem
inovasi terdapat enam kelompok isu
umum yang sangat penting dan perlu
mendapat perhatian dan penanganan
prioritas terkait dengan pengembangan
sistem inovasi daerah.
Keenam isu itu disebut sebagai
kerangka kebijakan inovasi yang
dijadikan sebagai konsep dasar dalam
merumuskan
program
perkuatan
terhadap permasalah yang muncul dari
hasil analisis rantai nilai yang
dilakukan.
Komponen pokok dalam KKI
tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut :
1)
Kerangka Umum.
berkaitan dengan :
Hal
ini
Isu umum mendasar yang terkait
dengan sistem inovasi, seperti :
a. Regulasi yang terhambat;
b. Kelemahan
lingkungan
legal dan regulasi (yang
diperlukan);
c. Kelemahan
infra/suprastruktur
pendukung pengembangan
inovasi;
d. Administratif
birokratif
yang
Keterbatasan
pembiayaan/
pendanaan inovasi;
Isu perpajakan yang tidak
kompetitif bagi aktivitas inovasi;
Kelemahan keperdulian dan
implementasi perlindungan HKI.
4)
Persoalan
budaya
inovasi.
Beragam isu yang diungkapkan
tersebut pada dasarnya juga
menunjukkan
belum
berkembangnya
kultur
dalam
masyarakat (pelaku bisnis, pembuat
kebijakan, aktor-aktor litbang,
lingkungan
akademis
dan
masyarakat secara umum) yang
mendukung bagi kemajuan inovasi
dan kewirausahaan secara umum.
Hal ini antara lain berkaitan dengan
:
5)
Mash
rendahnya
apresiasi
masyrakat terhadap pentingnya
semangat
kreativitas/inovasi
dan profesi kewirausahaan.
Belum
berkembangnya
pengetahuan dan ketrampilan
kewirausahaan dan sistem
pendidikan
yang
belum
mendukung
perkembangan
terhadap hal ini.
Keterbatasan SDM bertalenta
di
daerah,
dan
masih
rendahnya
mobilitas
dan
interaksi dari dan antar aktor
penting bagi perkembangan
kewirausahaan
dalam
masyarakat.
Kelemahan di lingkungan
pemerintahan
(public
authorities), yang umumnya
juga
belum
menghargai
pentingnya kewirausahaan dan
inovasi, baik di lingkungannya
sendirimaupun
perkembangannya
dalam
masyarakat.
Fokus, rantai nilai, kompetensi
dan sumber pembaruan ekonomi
dan sosial.
Kelemahan dalam
bisnis maupun non bisnis yang
saling terkait, yang sangat penting
bagidinamika ekonomi dan sebagai
landasan
bagi
pembentukan
keunggulan daya saing yang khas :
6)
Keragaman aktivitas bisnis
yang belum mengarah pada,
dan belum berkembangnya
kompetensi
daerah
yang
penting bagi, pembentukan
potensi keunggulan yang lebih
terfokus;
Struktur dan keterkaitan dalam
bisnis beserta aktivitas nonbisnis pendukungnya yang
lemah;
Masih
rendahnya
kepemimpinan
dan
kepeloporan dalm pemajuan
inovasi dan difusinya;
Relatif
rendahnya
perkembagan/regenerasi
perusahaan-perusahaan
baru
(pemula) yang inovatif;
Ketertinggalan
mayoritas
pelaku bisnis (UKM) untuk
dapat
memanfaatkan
dan
mengembangkan peluang dari
kemajuan/perkembangan yang
terjadi.
Tantangan global. Seperti telah
didiskusikan, berbagai kelemahan
yang
dimiliki
pada
akhirnyamempengaruhi
tingkat
kesiapan Indonesia (pada tataran
nasional
maupuan
daerah)
berperandi arena global beserta
beragam kecenderungan perubahan
yang
berkembang
untuk
dapatmeminimalisasi
dampak
negatifnya dan memaksimumkan
kemanfaatan bagi masyarakat.
3.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Rantai Nilai Proses Pra Produksi
Film Animasi 3D
Tahapan
pra-produksi
adalah
tahapan awal dalam pembuatan produk
animasi. Pada tahapan ini ide/konsep
menjadi salah satu sumber utama untuk
berlanjut
ke
proses
berikutnya.
Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini
adalah penentuan ide, penulisan
skenario, pembuatan sketsa atau
character modelling, dan pembuatan
storyboard. Jika dianalogikan dengan
pengembangan
perangkat
lunak,
tahapan pra-produksi memiliki fungsi
yang sama dengan tahapan penentuan
kebutuhan desain sistem, dimana pada
tahap ini segala konsep yang akan
dibuat dalam sebuah produk animasi
harus benar-benar ditentukan secara
matang,
sehingga
tidak
banyak
perbaikan setelah masuk ke dalam
tahapan development.
Langkah awal yang dilakukan
dalam melakukan analisis rantai nilai
sebuah komoditas adalah dengan
melakukan pemetaan dari proses inti
yang akan dilakukan. Setelah itu
dilakukan identifikasi terhadap pelaku
yang terlibat pada proses tersebut.
Dalam tahapan pra-produksi pelaku
yang terlibat tidak hanya dalam bidang
animasi saja, tetapi juga dari berbagai
disiplin ilmu, seperti seni rupa, sejarah,
sastra, hukum, administrasi, SDM dan
manajemen . Hal ini disebabkan karena
pada tahapan ini semua perencanaan
terkait project dirancang, seperti
penyiaran/hak
siar,
Hak
Cipta,
penganggaran, manajemen SDM, dan
teknis produksi. Dari hasil survey yang
telah dilakukan terhadap pelaku animasi
di Kota Cimahi, didapatkan data
mengenai identifikasi pelaku yang
terlibat dalam proses pra-produksi,
seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Identifikasi Pelaku yang
terlibat dalam tahapan Pra-Produksi
No
Proses
Nama Pelaku
1
Penulisan
Skenario
Script writer,
Penulis, editor
2
Penyusunan
Kru
HRD
3
Penyusunan
Jadwal
Project Manager
4
Penyusunan
Anggaran
Finance Manager
5
Concept Art
Desainer, teknis
desainer, produser,
sutradara, seni
direktur, fotografer
6
Pembuatan
Storyboard
Desain grafis,
desainer, sutradara,
audio produser,
kameramen,
animator
7
Voice
Casting
Audio produser,
suara desainer
8
Pembuatan
In Between
Animator,
programmer
animasi
9
Modelling & Animator,
Texturing
programmer
animasi
pada setiap proses dalam tahapan praproduksi adalah seperti tabel 2.
10
Animatic
Animator,
programmer
animasi
Tabel 2. Latar belakang pendidikan
yang dibutuhkan untuk tahapan praproduksi
11
Riging
Animator,
programmer
animasi
No
Selanjutnya berdasarkan hasil
survey terhadap setiap proses yang
terjadi pada tahapan pra-produksi
dihasilkan identifikasi proses dari
aktivitas utama pada rantai nilai proses
pra-produksi. Secara detail penjelasan
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
Inbound
Logistic
Operation
Mengumpul
kan literatur
untuk
menentuka
n ide cerita.
Menyusun
jadwal, kru,
anggaran.
Ide cerita
ditentukan
oleh
investor/
konsumen
Penulisan
skenario
Membuat
konsep art
Membuat
storyboard
Melakukan
voice casting
dan olah
suara
Membuat
modelling
dan texturing
Membuat
animatic dan
rigging
Outbond
Logistic
Melakukan
pengiriman
naskah/
storyboard
melalui jalur
internet atau
bisa juga
mengirimkan
dalam
bentuk
softcopy
yang
direkam di
CD
Support
&Service
Untuk
tahapan praproduksi
belum ada
aktivitas
support and
service
karena
biasanya
revisi
dilakukan
pada
tahapan
operation
jika
storyboard
sudah jadi
maka
diharapkan
itu sudah
final dan
tidak ada
revisi lagi
Sales &
Marketing
Jika
storyboard
yang dibuat
bukan
berdasarkan
order dari
investor
maka
biasanya
studio
animasi akan
melakukan
pemasaran
hasil
stroryboard
yang sudah
dibuat
melalui
fasilitas
media social
atau melalui
pameran dan
seminar di
bidang
animasi
Gambar 4. Aktivitas Utama dari
Tahapan Pra-Produksi Pembuatan Film
Animasi 3D
Berdasarkan
hasil
analisa
identifikasi pelaku, maka didapatkan
kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan
Tahapan
Proses
Latar Belakang
Pendidikan
1
Penulisan
Skenario
Perfilman dan sastra
2
Penyusunan
Kru
Manajemen SDM
3
Penyusunan
Jadwal
Manajemen SDM
4
Penyusunan
Anggaran
Keuangan/ Akuntansi
5
Concept Art
Perfilman, Sastra dan
Animasi
6.
Pembuatan
Storyboard
Perfilman, Sastra dan
Animasi
7
Voice
Casting
Seni Musik, Perfilman
8
Pembuatan In Animasi dan
Between
Informatika
9
Modelling & Perfilman dan seni
Texturing
10
Animatic
Animasi dan
Informatika
11
Riging
Animasi dan
Informatika
Setelah melakukan identifikasi
pelaku yang terlibat, untuk dapat
melihat sumber masukan dan keluaran
yang dihasilkan pada setiap rantai
proses adalah dengan melakukan
pemetaan alur produk. Kegiatan ini
mencakup identifikasi produk di setiap
tahapan proses ketika produk tersebut
mengalami transformasi dari input
menjadi bahan baku, menjadi bahan
antara dan menjadi produk akhir.
Kegiatan ini juga menghasilkan
gambaran yang jelas mengenai bentuk
produk apa saja yang ditangani, diubah
dan diangkut di setiap tahapan proses
rantai nilai. Secara detail alur produk
yang berupa input, sarana produksi dan
output yang dihasilkan dari rantai nilai
tahapan pra-produksi dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Alur Produk dari Rantai Nilai Tahapan Pra Produksi Pembuatan Film Animasi 3D
Nama
Proses
Bentuk
Input
Development
Diskusi dengan
investor/
konsumen, atau
melakukan riset
tentang tren
dimasyarakat.
Sarana
Produksi
pustaka, novel,
internet
Bentuk
Keluaran
Ide Cerita
Penulisan
skenario
Ide cerita,
sinopsis
Penyusunan
Jadwal
Menyusun
penjadwalan
mengenai hak
akuisisi,
peijinan,
konten
produksi,
konten akuisisi,
pengujian
Penyusunan
Anggaran
Membuat
rincian
anggaran untuk
biaya produksi,
biaya
konsultasi
dengan konten
ahli dan
konsultan
lainnya, biaya
akuisisi dan
peijinan serta
biaya
pengujian
Concept
Art
Skenario
dan naskah
cerita, foto,
gambar
Pemodelan/
Sketsa
Konsep art,
skenario,
naskah,
foto,
komputer,
software
Pembuatan
Storyboard
Ide cerita,
naskah,
karakter
model
Voice
Casting
Suara
dubber.
Olah
Suara
Naskah
dialog,
karakter
model,
music,
efek suara
ATK,
komputer
Penyusunan
Kru
Jumlah tim
yang ada.
Anggota tim
terdiri dari :
designer,
produser,
teknis desainer,
seni direktur,
audio produser,
penulis dan
editor, grafis
seniman,
programmer,
komponis/
suara desainer/
musisi, konten
spesialis, teknis
asisten,
produksi
asisten, hak
dan peneliti,
pengacara
ATK,
Komputer
ATK,
Komputer
ATK,
Komputer
komputer,
foto, pen
stylus
komputer,
foto, pen
stylus
komputer,
foto, pen
stylus
Outline
atau garis
baris per
poin dari
setiap
aksi
Daftar anggota
tim (sesuai
dengan
spesialisasi
pekerjaannya)
yang terlibat
Jadwal
pelaksanaan
project
Rincian
Anggaran
Biaya
Desain
produk dan
karakter
Model
karakter
Visualisasi
dari ide
cerita,
naskah dan
karakter
microfone,
alat
perekam,
komputer
Dubber
yang
dianggap
memiliki
suara yang
pas dengan
microfone,
alat
perekam,
komputer
Suara
dubber
yang
sesuai
dengan
naskah
Rigging
Storyboa
rd, model
karakter
Model
karakter
yang
sudah
ditambah
skeleton/
Nama
Proses
Development
Penulisan
skenario
(adegan).
Scenario
lengkap
dengan
dialog
dan
screen
direction.
Penyusunan
Kru
Penyusunan
Jadwal
Penyusunan
Anggaran
Concept
Art
Pemodelan/
Sketsa
Pembuatan
Storyboard
model
Voice
Casting
karakter
yang
ditampilka
n
Olah
Suara
dialog,
musik
backgroun
d dan efek
suara
Rigging
rangka
Untuk
dapat
merumuskan
kelemahan dan kekuatan yang terjadi
disetiap mata rantai dalam sebuah
proses produksi, maka berdasarkan
pendekatan rantai nilai proses, dikenal
dua level aktivitas yaitu aktivitas primer
dan aktivitas pendukung. Dalam
aktivitas pendukung, terdapat sub
aktivitas yaitu proses penyiapan input,
proses operasi, penanganan output,
penjualan
dan
pemasaran
dan
pelayanan.
Sementara
aktivitas
pendukung
mencakup
proses
penanganan
sumberdaya
manusia,
administrasi umum serta aktivitas riset
dan pengembangan.
Sementara untuk proses operasi
peralatan yang digunakan berupa stylus
atau pen digital, komputer dan ATK.
Peralatan tersebut digunakan untuk
menggambar karakter dan pembuatan
storyboard. Penentuan
desain pada
aktivitas operasi dibuat berdasarkan
keinginan
dari
konsumen/investor
produk animasi tersebut. Sementara
untuk standar proses, saat ini belum ada
standar proses yang baku. Metode atau
standar
prosedur
yang
banyak
digunakan oleh para animator pada
setiap tahapan produksi animasi, yaitu
metode pipeline atau grup-grup proses.
Komunikasi terhadap segala bentuk
perubahan
dari
naskah,
pembuatan
karakter sampai dengan storyboard
yang
disampaikan
oleh
konseptor
kepada investor juga terjadi di proses
operasi. Total biaya yang dibutuhkan
pada tahapan ini adalah sekitar 30%
dari total project.
Setelah proses operasi selesai,
langkah
selanjutnya
adalah
proses
logistik keluar atau outbond logistic.
Output yang dihasilkan pada proses
sebelumnya
kepada
kemudian
konsumen
dikirimkan
untuk
dilakukan
persetujuan terhadap storyboard yang
dibuat. Bagian persetujuan konsumen
ini
sangat
penting,
karena
akan
berdampak terhadap proses selanjutnya.
Setelah storyboad disetujui kemudian
dilanjutkan
tahapan
untuk
dikirimkan
production,
yang
ke
dapat
berfungsi sebagai inbound logistic pada
tahapan produksi. Barang atau produk
yang dikirimkan adalah berupa naskah,
karakter dan storyboard.
Strategi
pemasaran
dan
penjualan yang dilakukan pada tahapan
pra-produksi saat ini menggunakan
fasilitas online media yaitu media
internet
dan
offline
media
seperti
mengikuti festival, seminar, workshop,
dan business meeting yang terkait
dengan bidang animasi. Media internet
yang biasa digunakan adalah social
media seperti youtube, dimana hasil
produk animasi diupload kemudian
meminta respon dari para pengunduh
untuk melakukan like jika memang
produk animasi. Namun bukan berarti
produk
dihasilkan
dalam sebuah studio animasi tidak
menarik bagi penonton. Karena strategi
terdapat SDM dibidang pra-produksi.
promosi yang dilakukan melalui media
Jumlah SDM pada tahapan ini berkisar
internet, maka dapat menguntungkan
antara 5 – 8 orang. Kisaran upah
dari sisi jangkauan wilayah pemasaran,
pegawai pada tahapan ini adalah 1,5
dimana
juta/bulan untuk tingkat pemula dan 4
animasi
wilayah
yang
pemasaran
tidak
terbatas pada lokasi. Saat ini jangkauan
juta/bulan
lokasi pemasaran mencakup wilayah
Rekruitmen
Jakarta, Batam, Bandung dan Malaysia.
dilakukan melalui jalur pertemanan,
Jumlah total penjualan untuk sebuah
media social, media massa dan pada
storyboard dan karakter sekitar 10 -15
saat mengikuti festival. Peningkatan
juta untuk satu episode project film
kompetensi SDM pada tahap ini hanya
animasi.
dilakukan oleh internal perusahaan, dan
Layanan
purna
jual
atau
pada
untuk
tingkat
mahir.
pegawai
umumnya
biasanya
perusahaan/studio
dukungan kepada konsumen terhadap
animasi tidak memiliki anggaran khusus
produk animasi yang dihasilkan saat ini
untuk melakukan pelatihan secara rutin.
belum ada, artinya jika storyboard,
Pembiayaan
terhadap
naskah dan karakter modelling telah
infrastruktur
perusahaan
seperti
disetujui dan disepakati bersama maka
pengadaan
dan
hardware
tidak ada lagi istilah service after sales.
umumnya didanai dari investor yang
Aktivitas layanan purna jual pada
memberikan
tahapan pra-produksi dilakukan pada
tahapan pra-produksi sebenarnya sudah
proses operasi.
ada share soal pendanaan dengan
software
proyek
animasi.
Pada
Aktivitas
manajemen
SDM
investor asing, tapi jumlahnya masih
tahapan
pra-produksi
masih
sedikit. Hal ini disebabkan karena
belum mendapat perhatian, hal ini
biasanya untuk tahapan ini ditangani
disebabkan karena biasanya pekerjaan
langsung
yang diterima oleh studio animasi hanya
studio animasi lokal hanya mengerjakan
berupa
bagian teknis saja, seperti pembuatan
dalam
kegiatan
teknis,
sedangkan
pekerjaan konseptual dikerjakan oleh
modelling
investor/konsumen yang akan membuat
animasi.
oleh
dan
investor,
sementara
pemberian
gerak
Untuk
aktivitas
penelitian,
teknologi dan sistem pengembangan
(Research, Technology and System
yang
Development)
tahapan
terkait
dengan
pra-produksi,
belum
para script writer dan pembuat
karakter.
b. Aktivitas Operasi
Belum
tersinkronisasikannya
persepsi
antara
penulis
ide
dikembangkan upaya khusus. Riset
dengan proses implementasi ke
yang dilakukan hanya bersumber dari
bentuk fisik.
studi
literatur
perkembangan
seperti
trend
melihat
film,
rating,
Adanya campur tangan investor
dalam
membuat
ide
cerita
karakter novel yang sedang trend, buku,
bahkan
majalah dan film animasi yang berasal
pembuatan
dari luar negeri. Kemudian untuk
pembentukan karakter modeling
melakukan pengujian terhadap hasil
sampai storyboard.
riset biasanya dilakukan melalui situs
sampai
kepada
naskah,
Belum adanya pemahaman
media sosial untuk melihat respon dari
dari para investor bahwa
pengunjung.
tahapan
Anggaran
yang
pra-produksi
dialokasikan oleh perusahaan untuk
adalah
melakukan riset juga masih sangat
krusial,
terbatas, bahkan banyak perusahaan
memerlukan
animasi
dan waktu yang cukup
pemula
yang
tidak
mengalokasikan anggaran untuk riset.
Kendala-kendala yang dihadapi
dalam
tahapan
pra-produksi
pada
tahapan
yang
sehingga
banyak
konsentrasi
dalam
menyelesaikannya. Karena
saat ini pada umumnya
aktivitas utama adalah sebagai berikut :
investor
a. Aktivitas Inbound Logistic
memberikan waktu yang
Kurang tersedianya data yang
dapat
digunakan
hanya
singkat untuk mengerjakan
sebagai
tahapan ini, dan terkadang
sumber masukan dalam tahapan
banyak terjadi perubahan
pra-produksi.
yang
Perolehan ide cerita biasanya
berasal dari investor, sehingga
menghambat
kreatifitas
dari
bersifat
dadakan.
Oleh sebab itu diperlukan
komunikasi yang intensif
agar masalah-masalah ini
dibandingkan
dapat dihindari.
operasional yang dibutuhkan.
c. Aktivitas Outbond Logistic
biaya
e. Aktivitas Layanan Purna Jual
Daya beli pasar terhadap
Belum ada layanan purna jual
hasil produk pada tahapan
terhadap
produk
pra-produksi masih rendah
dihasilkan,
karena
Belum adanya kejelasan
keluhan tersebut diselesaikan
terhadap
pasar
pada proses operasi, sehingga
pangsa
yang
biasanya
yang
akan
membeli
produk yang sudah dikirimkan
produk
yang
dihasilkan
ke investor adalah produk yang
pada tahapan pra-produksi
sesuai
yang berupa naskah dan
investor.
storyboard.
dengan
Kepuasan
keinginan
investor
terhadap
Produk yang dihasilkan masih
produk yang dihasilkan dapat
belum dapat memenuhi selera
terlihat jika investor tersebut
pasar, sehingga masih kalah
melakukan
bersaing dengan produk asing.
kepada studio animasi tersebut.
Produk yang dihasilkan belum
repeat
order
Terkadang investor melakukan
memiliki ciri khas yang dapat
perubahan terhadap storyboard
menjadi daya tarik. Karena saat
dan naskah yang sudah jadi,
ini
bahkan bisa sampai terjadi
pola
pikir
masyarakat
terhadap
animasi
berkiblat
pada
masih
hasil-hasil
penambahan
sehingga
munculnya
seperti
untuk
Jepang,
Eropa
dan
karakter
baru,
mengakibatkan
animasi dari negara asing,
biaya
tambahan
memenuhi
kondisi
tersebut.
Korea.
d. Aktivitas Pemasaran dan Penjualan
dengan
Selanjutnya
Harga yang ditentukan oleh
permasalahan
investor terhadap produk yang
aktivitas pendukung pada tahapan pra-
dihasilkan pada tahapan ini
produksi adalah sebagai berikut :
masih
a. Manajemen SDM
sangat
rendah
jika
yang
permasalahanmuncul
dalam
Sulitnya mencari SDM yang
untuk melaksanakan tahapan
memiliki
pra-produksi.
kompetensi
khusus di bidang pra-produksi.
Masih kurangnya pemahaman
dari
para
konsumen
inti
investor
animasi
atau
c. Riset
Pengembangan
Teknologi
Pola pikir dari para investor
yang
terhadap
menganggap
bahwa
mahalnya biaya yang perlu
kegiatan R&D pada tahapan
dikeluarkan pada tahapan pra-
pra-produksi
produksi, sehingga berdampak
sehingga
terhadap kurangnya apresiasi
mengabaikan dan berdampak
dalam
yang
terhadap
anggaran
untuk
diberikan kepada para SDM di
kegiatan
R&D
tidak
tahapan pra-produksi.
dialokasikan.
bentuk
materi
Permasalahan juga terjadi pada
tidak
penting,
banyak
yang
Terkait masalah budget yang
saat rekruiment SDM untuk
sangat kecil sehingga membuat
tahapan pra-produksi, hal ini
mindset dari director untuk
disebabkan karena sedikitnya
memotong
jumlah SDM yang memiliki
pada
kompetensi
tetapi
dan
kualifikasi
proses
produksi
tahapan
pra-produksi,
tidak
mengurangi
yang sesuai dengan kebutuhan.
kualitas dari produk animasi
Masih
lembaga
yang dihasilkan. Hal ini sudah
dan
disepakati bersama diawal oleh
terbatasnya
pendidikan
informal
formal
yang
yang berkaitan dengan tahapan
pra-produksi,
investor dan studio animasi.
mengajarkan
atau memasukkan kurikulum
seperti
d. Pembelian
dihadapi
Kendala yang dihadapi pada
dengan
ini
adalah
terkait
pembiayaan
infrastruktur yang dibutuhkan
pembelian
pra-produksi
b. Infrastruktur Perusahaan
aktivitas
Terkait
material
yang digunakan untuk tahapan
script
writer, story telling, sejarah.
dan
kendala
adalah
yang
masalah
profesionalitas dari supplier.
Mahalnya
alat-alat
material yang dibutukan.
dan
Budaya kerja yang kurang
mendukung dari para supplier,
seperti
telat
pada
saat
pengiriman barang, sehingga
menghambat proses produksi.
Berdasarkan
hasil
analisis
identifikasi dan permasalahan yang
telah dilakukan pada tahapan praproduksi baik dari aktivitas utama
maupun aktivitas pendukung, maka
didapatkan diagram rantai nilai proses
pada tahapan pra-produksi seperti pada
gambar 5.
SDM :
Kurangnya SDM yang memiliki kompetensi dan keahlian pada
tahapan pra-produksi, seperti script writer, story telling,dan
sejarah.
Lembaga pendidikan formal dan informal belum banyak yang
mengajarkan dan memasukkan kurikulum yang berkaitan dengan
tahapan pra-produksi
Infrastruktur :
Pembiayaan infrastruktur untuk produksi dan operasional masih
berasal dari investor.
R&D :
Keterbatasan pola pikir yang menganggap bahwa kegiatan R&D
tidak penting, sehingga tidak adanya alokasi anggaran.
M
A
Pembelian Peralatan dan Material :
Pengiriman barang sering terlambat.
Mahalnya harga alat dan material
Inbound
Logistic
Kurang
tersedianya
data yang
dapat
digunakan
untuk
sumber
input
Ide cerita
berasal dari
investor
bukan
berdasarka
n hasil riset
Operasi
R
Outbound
Logistic
Support &
Service
Sales&
Marketing
Waktu yang
diberikan
sangat
singkat
Masih
rendahnya
daya beli
Belum ada
layanan
purna jual
Adanya
intervensi
dari investor
terhadap ide
cerita
Belum
adanya
kejelasan
segmen
pasar
Belum
adanya
kesamaan
presepsi
antara
investor
dengan
penulis
cerita
Kualitas
produk
yang
dihasilkan
belum
memenuhi
selera
pasar
Banyak
perubahan
yang
dilakukan
setelah
produk
jadi,
sehingga
membutuh
kan waktu
dan biaya
tambahan
Harga yang
diberikan oleh
investor lebih
rendah
dibandingkan
dengan biaya
operasional
Belum ada
ciri khas
yang bisa
dijadikan
sebagai
daya tarik
pasar
Kepuasan
investor
dilihat dari
repeat
order yang
dilakukan
Gambar 5. Diagram Rantai Nilai
Tahapan Pra Produksi
G
I
N
Inbound logistic pada proses praproduksi berasal dari studi pustaka,
media massa, internet, televisi, cerita
novel dan budaya lokal. Cara perolehan
ide biasanya berdasarkan permintaan
dari investor/konsumen yang ingin
membuat film animasi. Jadi dapat
dikatakan saat ini produksi film animasi
umumnya
dilakukan
berdasarkan
permintaan dari konsumen, tidak dibuat
berdasarkan riset pasar. Waktu yang
dibutuhkan pada tahapan ini sebesar
30% dari keseluruhan total proyek, jika
dikonversikan dalam waktu satu tahun,
waktu yang dibutuhkan pada tahapan
pra-produksi adalah sekitar tiga bulan.
Nilai margin yang dihasilkan pada
tahapan pra-prodkusi sulit untuk diukur,
hal ini disebabkan karena sebagian
studio animasi melakukan proses
pembuatan produk animasi secara
keseluruhan atau tidak dipisahkan
berdasarkan tiga tahapan proses. Namun
jika dirata-rata. Selain itu umumnya
produk yang dihasilkan pada tahapan
pre-production tidak langsung dijual
kepada konsumen atau investor, tetapi
digunakan sebagai inputan pada tahapan
berikutnya yaitu tahapan production.
Jika diambil rata-rata dari project
animasi yang pernah dilakukan oleh
responden, jumlah total penjualan untuk
sebuah storyboard dan karakter sekitar
10 -15 juta untuk satu project film
animasi, atau jika dikonversi dalam
bentuk porsentase, total biaya yang
dibutuhkan sekitar 30% dari total nilai
project animasi yang dikerjakan
3.2 Program Perkuatan Rantai Nilai
Pra-Produksi Film Animasi 3D
Berdasarkan
analisis
terhadap
setiap aktivitas (utama dan pendukung)
pada tahapan pra-produksi, maka secara
ringkas aktivitas yang terjadi dapat
dilihat pada gambar 6.
Pra – Produksi
1. Kegiatan : penentuan ide; skenario;
sketsa/modelling charachter;
pembuatan storyboard
2. Pelaku : penulis skenario, kartunis,
karikatur, pembuat sketsa gambar
3. Input : berasal dari investor, sejarah,
dogeng, novel, pustaka.
4. Operasi : Biaya produksi 30% dari
nilai total project per episode.
Desain ditentukan investor
5. Peralatan : ATK, komputer, pen
stylus.
6. Distribusi : langsung diberikan ke
investor atau diteruskan ke tahapan
produksi
7. Pemasaran : konsumen sudah jelas
karena order by request. Strategi lain
melalui internet dan media offline.
Gambar 6. Ringkasan Proses
Tahapan Pra-Produksi
Dari hasil survey dan analisis yang
telah dilakukan pada tahapan praproduksi pembuatan film animasi 3D
didapat data mengenai jumlah tenaga
kerja, struktur biaya (biaya produksi),
dan pendapatan (total penjualan). Data
tersebut digunakan untuk mengetahui
bagaimana nilai mengalami perubahan
di sepanjang proses. Nilai biaya
produksi dan penjualan yang ditulis
dalam analisis ini diasumsikan bahwa
rata-rata total produksi yang dapat
dihasilkan oleh sebuah studio animasi
adalah 13 episode dalam satu tahun
dengan durasi waktu 11 menit/episode.
Hasil pemetaan tersebut secara lengkap
dapat dilihat pada gambar 7.
Pra – Produksi
Biaya produksi : 30% dari total
nilai project
Jumlah pegawai : 5-8 orang
Total penjualan : 10 – 18
juta/episode
Gambar 7. Pemetaan Jumlah
Pelaku, Pendapatan dan Struktur Biaya
Dalam Tahapan Pra-Produksi
Pembuatan Film Animasi 3D
Selanjutnya berdasarkan
hasil
pemetaan permasalahan yang muncul
pada aktivitas utama dan aktivitas
pendukung
diharapkan
dapat
diminimalkan
dengan
melakukan
penyusunan
program
perkuatan.
Program-program
perkuatan
ini
dilakukan untuk meningkatkan interaksi
antara pelaku yang terlibat di dalam
klaster industri animasi di Kota Cimahi
khususnya untuk tahapan pra-produksi
pembuatan film animasi 3D.
Selain itu dengan disusunnya
program perkuatan ini diharapkan daya
saing dari produk animasi lokal yang
dihasilkan pada tahapan pra-produksi
dapat meningkat.
Berdasarkan
hasil
pemetaan
terhadap permasalahan-permasalahan
yang muncul dalam setiap aktivitas,
didapatkan solusi permasalahan yang
direkomendasikan. Diantaranya adalah :
1. Meningkatkan
kreatifitas
dan
kompetensi dari para penulis cerita
melalui pelatihan/benchmark ke
beberapa perusahaan animasi besar
di dalam/luar negeri.
2. Melakukan
sosialisasi
dan
pemahaman terhadap masyarakat
khususnya konsumen
animasi
mengenai proses produksi animasi.
3. Menggali budaya lokal untuk dapat
dikembangkan menjadi sebuah
FILM ANIMASI 3D PADA INDUSTRI INTI KLASTER INDUSTRI
ANIMASI DI KOTA CIMAHI
Oleh :
Kristiana
Perekayasa Muda BPPT
[email protected]
Abstrak
Animasi adalah salah satu sektor industri kreatif yang memiliki potensi ekonomi
yang sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya pertumbuhan dari
sektor ini, yaitu sekitar 10% - 15% per tahun dengan market size sekitar Rp. 5
triliun. Untuk dapat terus meningkatkan pertumbuhan pada sektor animasi
dibutuhkan dukungan. Meski termasuk besar namun angka ini masih jauh
tertinggal dari industri animasi di India dengan market size sebesar Rp 14 triliun
dan pertumbuhan sebesar 30% tiap tahun. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini
harus didukung dengan peningkatan daya saing produk animasi yang dihasilkan.
Sebuah produk dapat berdaya saing jika memiliki dukungan yang kuat dari
berbagai pihak. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan dari beberapa elemen
terkait industri animasi diantaranya adalah : industri inti, industri terkait, industri
pendukung, lembaga pendukung dan pembeli. Daya saing suatu kegiatan usaha
dapat dianalisis dengan cara melihat rantai nilai yang mencakup perancangan
produk, pengadaan input atau sarana produksi, logistik, logistik eksternal,
pemasaran, penjualan, purna jual dan layanan pendukung. Tahapan yang ada pada
proses pembuatan film animasi 3D terbagi menjadi tiga tahapan yaitu praproduksi, produksi dan paska produksi. Meskipun saat ini industri animasi di
Indonesia belum secara detail memisahkan setiap tahapan tersebut, namun tetap
menjadi penting untuk mengetahui detail aktivitas dari tahapan tersebut, dengan
tujuan untuk melihat kekuatan dan kelemahan dari setiap proses yang ada pada
tahapan tersebut. Oleh sebab itu analisis rantai nilai pada setiap tahapan tersebut
sangat penting untuk dilakukan dengan harapan dapat memberikan rekomendasi
untuk melakukan agenda perkuatan terhadap industri inti animasi khususnya di
Kota Cimahi. Sehingga produktivitas dari klaster industri animasi di Kota Cimahi
dapat ditingkatkan.
Kata Kunci : Industri animasi, tahapan pra-produksi film animasi 3D, klaster
industri, rantai nilai, kerangka kebijakan inovasi
Abstract
Animation is one of the creative industries sector has good potential for growth.
This is evidenced by the increasing growth of this sector, which is about 10 % 15 % per annum with a market size of approximately Rp. 5 trillion, to be able to
continue to enhance the growth of the animation sector needs support. Although
this figure includes large but still far behind from the animation industry in India
with a market size of Rp 14 trillion and growing by 30 % each year. This
significant growth must be supported by an increase in the competitiveness of the
resulting animation. A product can be competitive if it has strong support from
various parties. Such support may be related to the support of some elements of
the animation industry are : core industry, related industries, supporting industries,
supporting agencies and buyers. The competitiveness of a business activity can be
analyzed by looking at the value chain that includes product design, procurement
of inputs, or the means of production, logistics, external logistics, marketing,
sales, after-sales and support services. There are stages in the process of making a
3D animated film is divided into three stages : pra-produksi, production and postproduction. Although the current animation industry in Indonesia is not yet in
detail separates each of these stages, but still be important to know the details of
the activities of these stages, in order to see the strengths and weaknesses of each
process that is on the stage. Therefore the analysis at each stage of the value chain
is very important to be done with the hope of recommendation to the core agenda
of strengthening the animation industry, especially in Cimahi. So that the
productivity of the animation industry cluster in Cimahi can be improved.
Keyword : Animation industry, the stage of pra-produksi of 3D animated films,
industrial clusters, value chain, innovation policy framework.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Animasi adalah salah satu sektor
industri kreatif yang memiliki potensi
ekonomi yang sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan terus meningkatnya
pertumbuhan dari sektor ini, yaitu
sekitar 10% - 15% per tahun dengan
market size sekitar Rp. 5 triliun. Untuk
dapat terus meningkatkan pertumbuhan
pada sektor animasi dibutuhkan
dukungan. Meski termasuk besar namun
angka ini masih jauh tertinggal dari
industri animasi di India dengan market
size sebesar Rp 14 triliun dan
pertumbuhan sebesar 30% tiap tahun.
Jika mengacu pada keberhasilan
negara-negara berkembang lainnya
terhadap
perkembangan industri
animasi, salah satu faktor penting yang
dapat menjadikan industri animasi lokal
dapat bersaing adalah dukungan dari
pemerintah dalam hal regulasi atau
kebijakan terkait animasi dari berbagai
elemen. Dengan adanya dukungan
tersebut diharapkan dapat menghasilkan
sebuah produk yang berdaya saing.
Sebuah produk dapat memiliki daya
saing jika memiliki dukungan yang kuat
dari berbagai pihak. Dukungan tersebut
dapat berupa dukungan dari beberapa
elemen
terkait
industri
animasi
diantaranya adalah : industri pemasok,
industri terkait, industri pendukung,
lembaga pendukung dan pembeli.
Elemen-elemen ini dapat dipetakan dan
dianalisa dengan menggunakan teori
klaster industri. Oleh karena itu
dibutuhkan sebuah klaster industri
animasi yang dapat digunakan sebagai
klaster percontohan untuk menganalisa
keterkaitan antar elemen klaster. Klaster
industri yang menjadi percontohan
dalam hal ini adalah Klaster Industri
Animasi di Kota Cimahi.
Daya saing suatu kegiatan usaha
dapat dianalisis dengan cara melihat
rantai nilai yang mencakup perancangan
produk, pengadaan input atau sarana
produksi, logistik, logistik eksternal,
pemasaran, penjualan, purna jual dan
layanan pendukung. Suatu perusahaan
dikatakan dapat mencapai keunggulan
kompetitif apabila dalam kegiatan
usahanya dapat memberi konsumen
suatu produk atau layanan yang nilainya
setara dengan produk atau layanan yang
dihasilkan oleh pesaing, namun biaya
yang dihasilkan lebih rendah atau
perusahaan
mampu
menyediakan
produk atau layanan yang meskipun
harganya lebih mahal namun masih
diminati konsumen.
Secara garis besar tahapan proses
produksi film animasi 3D terbagi
menjadi tiga tahapan, diantaranya
adalah tahapan pra-produksi, produksi
dan paska produksi. Namun kondisi
indstri animasi di Indonesia saat ini
belum melakukan spesialisasi secara
khusus terhadap tahapan tersebut.
Umumnya industri animasi melakukan
tahapan tersebut secara keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang dan
kondisi tersebut kajian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan yang terjadi
pada setiap tahapan produksi film
animasi 3D. Namun ruang lingkup yang
akan dibahas pada kajian ini hanya
mencakup analisis rantai nilai pada
tahapan pra produksi pembuatan film
animasi 3D untuk industri inti pada
klaster industri animasi di Kota Cimahi.
2. Teridentifikasinya
Metode analisis yang digunakan
pada kajian ini menggunakan teori
rantai nilai yang dikembangkan oleh
Porter. Teori rantai nilai ini digunakan
untuk melihat kelemahan dan kekuatan
pada aktivitas pendukung dan primer
yang ada pada seluruh tahapan
pembuatan produksi film animasi 3D.
3. Terpetakannya permasalahan yang
Berdasarkan analisis tersebut dapat
disimpulkan
secara
keseluruhan
bagaimana kondisi yang terjadi pada
seluruh tahapan dan diberikan solusi
atau rekomendasi kebijakan dari setiap
permasalah yang muncul.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dari kajian ini
adalah :
1. Mengidentifikasi
pelaku-pelaku
yang terlibat pada tahapan praproduksi
2. Mengidentifikasi alur produk rantai
nilai pada tahapan pra-produksi.
3. Memetakan
permasalahan
yang
muncul pada setiap aktivitas.
4. Memetakan
permasalah
solusi
yang
terhadap
muncul
pada
setiap aktivitas.
5. Mengukur margin dari tahapan praproduksi.
Sasaran yang diharapkan tercapai
pada kajian ini adalah :
1. Teridentifikasinya
pelaku-pelaku
yang terlibat pada tahapan praproduksi.
alur
produk
rantai nilai pada tahapan praproduksi.
muncul pada setiap aktivitas.
4. Terpetakannya
solusi
terhadap
permasalahan yang muncul pada
setiap aktivitas.
5. Terukurnya margin dari tahapan
pra-produksi.
2.
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Rantai Nilai Porter
Kerangka rantai nilai Porter
merupakan konsep rantai nilai yang
pertama kali diperkenalkan. Konsep ini
mulai diperkenalkan pada tahun 1985
dan dipopulerkan oleh Michael E.
Porter dalam buku “Competitive
Advantage, Creating and Sustaining
Superior
Performance”.
Porter
memberikan pemahaman rantai nilai
sebagai sebuah kombinasi dari
sembilan aktivitas operasi penambahan
nilai umum dalam suatu perusahaan.
Porter menggunakan kerangka rantai
nilai untuk mengkaji bagaimana suatu
perusahaan seharusnya memposisikan
dirinya
di
pasar
dan
dalam
hubungannya
dengan
pemasok,
pembeli dan pesaing.
Konsep
rantai
nilai
tidak
berhubungan dengan ide transformasi
fisik. Daya saing suatu perusahaan
tidak secara khusus semata-mata
berhubungan dengan proses produksi.
Daya saing suatu kegiatan usaha dapat
dianalisis dengan cara melihat rantai
nilai yang mencakup perancangan
produk, pengadaan input atau sarana
produksi, logistik, logistik eksternal,
pemasaran, penjualan, purna jual dan
layanan pendukung. Suatu perusahaan
dikatakan dapat mencapai keunggulan
kompetitif apabila dalam kegiatan
usahanya dapat memberi konsumen
suatu produk atau layanan yang
nilainya setara dengan produk atau
layanan yang dihasilkan oleh pesaing,
namun biaya yang dihasilkan lebih
rendah atau perusahaan mampu
menyediakan produk atau layanan
yang meskipun harganya lebih mahal
namun masih diminati konsumen.
Dalam kerangka Porter, rantai
nilai memberikan alat yang dapat
digunakan
perusahaan
untuk
menentukan
sumber
keunggulan
kompetitif baik sumber yang ada saat
ini maupun yang masih berupa potensi.
Porter
berargumentasi
dengan
menyatakan bahwa sumber-sumber
keunggulan kompetitif tidak dapat
terdeteksi hanya dengan melihat
perusahaan
secara
keseluruhan.
Perusahaan harus melihat perannya
dalam sub-sub kegiatan dalam
rangkaian kegiatan. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut, perusahaan akan
menemukan keunggulan bersaing
disepanjang kegiatan tersebut.
Model Porter bermanfaat untuk
mengidentifikasi beberapa kegiatan
utama dan pendukung yang umum
dijumpai pada beberapa kegiatan
bisnis. Dengan kata lain model rantai
nilai Porter lebih menekankan pada
konsep bisnis. Kegiatan utama
merupakan kegiatan yang secara
langsung berkontribusi menambahkan
nilai pada produk dan layanan yang
dihasilkan.
Sedangkan
kegiatan
pendukung merupakan kegiatan yang
membawa efek tidak langsung
terhadap nilai. Model rantai nilai Porter
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Rantai Nilai
Porter
Kegiatan utama dalam rantai nilai
meliputi aktivitas logistik kedalam,
operasional, logistik keluar, pemasaran
dan
penjualan,
dan
layanan.
Sedangkan
kegiatan
pendukung
meliputi infrastruktur perusahaan,
manajemen SDM, pengembangan
teknologi dan pengadaan (Porter,
1985).
Dalam kegiatan utama, logistik
kedalam merupakan semua kegiatan
yang diperlukan untuk menerima,
menyimpan dan mendistribusikan
masukan-masukan, dan hubungan
dengan para pemasok (suppliers).
Operasi adalah semua kegiatan yang
diperlukan untuk mengumpulkan,
menyimpan dan mendistribusikan
keluaran (produk dan/atau jasa).
Pemasaran dan penjualan meliputi
semua
kegiatan
mulai
dari
menginformasikan para calon pembeli
mengenai produk dan atau jasa,
mempengaruhi
mereka
agar
membelinya
dan
memfasilitasi
pembelian mereka. Pelayanan adalah
semua kegiatan yang diperlukan agar
produk dan/atau jasa yang telah dibeli
oleh konsumen tetap berfungsi dengan
baik setelah produk dan/atau jasa
tersebut terjual dan sampai di tangan
konsumen.
Pengadaaan
merupakan
pengadaan berbagai masukan atau
sumber
daya
suatu
perusahaan/organisasi.
Manajemen
SDM meliputi seluruh kegiatan yang
menyangkut perekrutan, pemecatan,
pemberhentian, penentuan upah dan
kompensasi, pengelolaan, pelatihan
dan
pengembangan
SDM.
Pengembangan teknologi menyangkut
masalah peralatan, perangkat keras
(hardware),
perangkat
lunak
(software), prosedur dan pengetahuan
teknis yang digunakan dalam proses
transformasi dari masukan menjadi
keluaran
dalam
suatu
perusahaan/organisasi.
Infrastruktur
diperlukan
untuk
mendukung
keperluan-keperluan suatu perusahaan
dan menyelaraskan kepentingan dari
berbagai bagian, yang terdiri dari
bagian-bagian
atau
DepartemenDepartemen seperti bagian akuntansi,
hukum, keuangan, perencanaan, bagian
umum,
quality
assurance,
dan
manajemen umum.
Tujuan dari analisis rantai nilai ini
adalah sebagai kerangka kerja untuk
memilah/memecah organisasi/industri
ke dalam aktivitas-aktivitas yang
bertujuan untuk mengidentifikasi : (1).
Besar/kecilnya pengaruh biaya suatu
aktivitas terhadap biaya total; (2).
Penentu-penentu biaya dalam setiap
aktivitas
dan
mengapa
organisasi/industri dapat efisien dan
efektif dalam aktivitasnya; (3).
Bagaimana biaya-biaya dalam suatu
aktivitas mempengaruhi biaya pada
aktivitas lainnya; (4). Aktivitas mana
saja yang diperlu dilakukan sendiri
oleh organisasi/industri dan mana yang
perlu
dilakukan
oleh
pihak
luar/outsourcing.
Salah satu produk yang menjadi
unggulan di Kota Cimahi adalah di
bidang telematika, khususnya animasi.
Selanjutnya pada bab ini akan dibahas
mengenai rantai nilai dari produk
unggulan tersebut.
2.2 Teori Klaster Industri
Pengembangan/penguatan klaster
industri
merupakan
alternatif
pendekatan yang dinilai efektif untuk
membangun keunggulan daya saing
industri
khususnya
dan
bagi
pembangunan daerah pada umumnya.
Bagi pelaku ekonomi, khususnya
Usaha
Kecil
dan
Menengah,
pendekatan klaster industri membantu
upaya yang lebih fokus bagi terjalinnya
kemitraan yang saling menguntungkan
dan pengembangan jaringan bisnis
yang luas. Sementara itu, bagi pembuat
kebijakan
dan/atau
pihak
berkepentingan lainnya, pendekatan ini
memungkinkan potensi skala pengaruh
dari kebijakan dan program, dan
cakupan dampak yang signifikan.
Pendekatan
klaster
industri
berkembang pesat tidak sekedar
sebagai konsep tetapi juga sebagai
platform nasional, baik dalam konteks
pembangunan ekonomi (nasional,
daerah dan lokal), khususnya Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
serta
peningkatan
daya
saing.
Peningkatan daya saing daerah saat ini
membutuhkan usaha yang sangat
memakan waktu sehingga akan
menghambat pembangunan ekonomi.
Dalam rangka memperbaiki kelemahan
tersebut,
mengoptimalkan
pendayagunaan potensi setempat, dan
mewujudkan industri berkeunggulan
kompetitif di daerah, basis produksi
dan distribusi perlu ditata kembali dan
dikembangkan secara sinergis dengan
semakin bertumpu pada potensi terbaik
dan
karakteristik
lokal/setempat
masing-masing daerah.
Pengembangan klaster industri
dapat
digunakan
untuk
mengembangkan industri yang bersifat
luas (broad base) dan terfokus pada
jenis-jenis produk yang berpeluang
memiliki daya saing internasional yang
tinggi di pasar domestik dan global.
Lingkup geografis klaster industri
dapat sangat bervariasi, terentang dari
satu desa saja atau salah satu jalan di
daerah perkotaan sampai mencakup
sebuah kecamatan atau provinsi.
Sebuah klaster industri dapat juga
melampaui batas negara menjangkau
beberapa negara tetangga (misal
Batam, Singapura, Malaysia). Klaster
industri pada dasarnya bukan konsep
yang sama sekali baru. Namun sejalan
dengan perkembangan jaman, telaah
konsep/teori dan pengalaman empiris
berbagai pihak berkembang dari waktu
ke waktu.
Secara umum klaster industri
dapat didefinisikan sebagai kelompok
usaha spesifik yang dihubungkan oleh
jaringan
mata
rantai
proses
penciptaan/peningkatan nilai tambah,
baik melalui hubungan bisnis maupun
non bisnis.
Secara skema, pendekatan klaster
industry dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 2. Model Generik
Klaster Industri
Beberapa pengertian elemenelemen dalam klaster industri antara
lain adalah sebagai berikut :
A. Industri Inti
Industri yang merupakan
fokus
perhatian
atau
tematik
dan
biasanya
dijadikan titik masuk kajian
Dapat merupakan
industri.
sentra
Industri
yang
maju
(dicirikan dengan adanya
inovasi)
B. Industri Pemasok
Industri yang memasok
dengan produk khusus.
Pemasok
yang
khusus
(spesialis)
merupakan
pendukung
kemajuan
klaster industri.
Yang dipasok antara lain
adalah : bahan baku utama,
bahan
tambahan
dan
aksesoris.
(Business
Development
Services Provider/BDSP).
E. Industri Terkait
C. Pembeli
Dapat berupa distributor
atau pemakai langsung.
Pembeli
yang
sangat
“penuntut‟
merupakan
pemacu kemajuan klaster
industri.
Pembeli antara lain terdiri
dari : distributor, pengecer,
dan pemakai langsung.
Meliputi industri jasa dan
barang, termasuk layanan
pembiayaan (Bank, Modal
Ventura).
Pembiayaan (Bank, Modal
Ventura).
Jasa (Angkutan, Bisnis
Distribusi,
Konsultan
Bisnis).
Infrastruktur (Jalan Raya,
Telekomunikasi, Listrik).
Peralatan (Permesinan, Alat
Bantu).
Pengemasan.
Penyedia
Pengembangan
Jasa
Bisnis
Industri yang menggunakan
sumber daya dari sumber
yang sama (misal kelompok
tenaga ahli).
Industri terkait dapat terdiri
dari
kompetitor,
komplementer,
dan
substitusi.
F. Lembaga Pendukung
D. Industri Pendukung
Industri yang menggunakan
infrastruktur yang sama.
Lembaga pemerintah, yang
berupa penentu kebijakan
atau melaksanakan peran
publik;
Asosiasi
profesi
yang
bekerja untuk kepentingan
anggota;
Lembaga
Pengembang
Swadaya Masyarakat yang
bekerja pada bidang khusus
yang mendukung.
2.3 Tahapan Pra-Produksi
Animasi 3D
Film
Produk animasi yang dihasilkan
dapat berupa animasi 2D dan animasi
3D. Perbedaan yang siginifikan dalam
proses pembuatan animasi 2D dan 3D
adalah pada tahapan produksi, dimana
proses 2D tidak membutuhkan proses
modelling, texturing dan lighting.
Secara
garis
besar
proses
pembuatan film animasi 3D dibagi
menjadi tiga tahapan, diantaranya
adalah : pra-produksi, produksi dan
paska-produksi.
Penjelasan dari setiap proses
tersebut adalah sebagai berikut :
Tahapan pra-produksi adalah
tahapan awal dalam proses pembuatan
film animasi 3D. Tahapan ini sering
juga disebut sebagai tahapan persiapan,
karena pada tahapan ini persiapan
administratif yang terkait SDM, jadwal
dan anggaran dilakukan.
Penulisan skenario : proses ini
adalah proses pembuatan naskah
atau alur cerita animasi.
Skenario yang menarik akan
menentukan keberhasilan dari
film animasi yang dibuat.
Skenario biasanya berbentuk
teks tulisan/ketikan
Pada tahapan juga ditentukan
sukses atau tidak sebuah produk film
animasi 3D, karena penentuan ide
cerita dan konsep cerita dibuat pada
tahapan, sehingga perlu dipersiapkan
secara matang dan serius.
Gambar tahapan pra-produksi
proses pembuatan film animasi 3D
dapat dilihat pada gambar 3.
Tahapan Pra –
Produksi
Modelling &
Texturing
Penulisan
Skenario
Penyusunan Kru
Karakter &
Properti 3D
Rigging
Background/
Setting 3 D
Penyusunan
Jadwal
Penyusunan
Anggaran
Pembuatan
In
Beetween
Concept Art
Olah Suara
Pembuatan
Storyboard
Perekaman
Dialog
Voice Casting
Pembuatan
Musik
Efek Suara
Gambar 3. Tahapan Pra-Produksi
Pembuatan Film Animasi 3D
Animatic
Proses manajerial : pada proses
ini semua yang berkaitan dengan
masalah administrasi seperti
ketersediaan SDM yang sesuai
dengan kompetensi, penyusunan
kru, penyusunan jadwal, dan
penyusunan anggaran disusun
dan dipersiapkan pada proses
ini.
Concept Art : berisi konsep
untuk tiap-tiap elemen yang ada
pada cerita, seperti bentuk
karakter, bentuk tas, pakaian
karakter dan sebagainya. Hal ini
perlu digambarkan dengan detail
oleh ilustrator agar dapat dengan
mudah dipahami oleh tim yang
bertugas
mempersiapkan
elemen-elemen tersebut (jika
dalam animasi 3D, tim yang
dimaksud adalah modeler).
Storyboard : storyboard adalah
bentuk
visual/gambar
dari
skenario yang telah dibuat,
berupa kotak-kotak gambar
(seperti
komik)
yang
menggambarkan jalan cerita dan
adegan-adegan yang hendak
dibuat dalam film. Storyboard
berfungsi
sebagai
panduan
utama dari proses produksi
animasi. Oleh karena itu, segala
macam
informasi
yang
dibutuhkan harus dibuat dan
tercantum dalam storyboard,
seperti angle kamera, tata
letak/layout/staging,
durasi,
timing, dialog, ekspresi dan
informasi
lainnya.
Dengan
adanya storyboard, maka proses
pembuatan
animasi
akan
menjadi lebih mudah, jelas,
fokus, dan terarah.
Voice Casting : pada proses ini
dilakukan pemilhan suara yang
dianggap cocok untuk bisa
mengisi suara dari karakter yang
ada pada film tersebut. Setelah
ditemukan jenis suara yang
dianggap sesuai maka dilakukan
proses
perekaman
dialog,
pembuatan
musik,
dan
pembuatan efek suara. Hasil dari
voice casting akan digunakan
pada tahapan paska produksi.
Pembuatan In Between :
Melakukan kalkulasi terhadap
pemberian efek animasi pada
frame awal dan akhir dari suatu
pergerakan animasi. Informasi
yang
dihasilkan
berupa
keyframe.
Animatic
:
proses
penyederhanaan
storyboard.
Animatik adalah serangkaian
diam yang secara bersama diedit
dan
ditampilkan
secara
berurutan.
Modeling : proses ini adalah
proses pembuatan model objek
dalam bentuk 3D dikomputer.
Model bisa berupa karakter
(mahkluk
hidup),
seperti
manusia, hewan, atau tumbuhtumbuhan; atau berupa benda
mati seperti rumah, mobil,
peralatan, dan lain - lain. Model
harus dibuat dengan mendetail
dan sesuai dengan ukuran dan
skala pada sketsa desain/model
yang
telah
ditentukan
sebelumnya sehingga objek
model akan tampak ideal dan
profesional untuk dilihat
Texturing : proses ini adalah
proses
pembuatan
dan
pemberian warna dan material
(texture) pada objek yang
dimodelkan
sebelumnya
sehingga akan tampak kesan
yang nyata. Pemberian material
atau texture pada objek 3D akan
mendefinisikan rupa dan jenis
bahan dari objek 3D. Material
atau texture dapat berupa foto
atau gambar yang dibuat dengan
aplikasi software 3D, seperti
3DMax, Maya, dan lain - lain
atau dengan bantuan software
digital
imaging,
seperti
Photoshop, PhotoPaint, atau
Gimp.
Rigging : proses ini adalah
pemberian struktur tulang pada
objek 3 dimensi, agar ke
depannya objek 3D tersebut
dapat digerakkan melalui tulang
tersebut
2.4 Kerangka Kebijakan Inovasi
2)
Kelembagaan dan daya dukung
iptek/litbang serta rendahnya
kemampuan absorpsi UKM.
Berbagai fungsi yang belum
berkembang, lembaga yang ada
yang belum berfungsi sebagaimana
yang diperlukan, dan kelemahan
daya
dukung iptek/
litbang
yangrelevan bagi pengembangan
potensi terbaik daerah merupakan
faktor
belum
berkembangnya
sistem
inovasi
daerah
dan
rendahnya daya saing daerah. Di
sisi lain, pelaku mayoritas usaha,
yaitu UKM, umumnya memiliki
keterbatasan antara lain dalam
mengakses, memanfaatkan dan
mengembangkan
pengetahuan
/teknologi untuk meningkatkan
daya saing bisnisnya.
3)
Kelemahan keterkaitan, interaksi
dan kerjasama difusi inovasi
(termasuk
praktikbaik/terbaik
dan/atau
hasil
litbang).
Kesenjangan relevansi dan fungsi
komplementatif
antara
perkembangan knowledge pool
dengan tarikan kebutuhannya oleh
pengguna, khususnya swasta, masih
terbatasnya pola hubungan dan
transaksi bisnis maupun non bisnis
antar berbagai aktor, serta asimetri
informasi dan keterbatasan dalam
dukungan interaksi dalamsistem
inovasi (termasuk pembiayaan bagi
komersialisasi potensi inovasi)
merupakan isu yangmenghambat
keterkaitan, proses interaksi dan
kerjasama antarpihak dalam sistem
inovasidaerah.
Dalam membangun sebuah sistem
inovasi terdapat enam kelompok isu
umum yang sangat penting dan perlu
mendapat perhatian dan penanganan
prioritas terkait dengan pengembangan
sistem inovasi daerah.
Keenam isu itu disebut sebagai
kerangka kebijakan inovasi yang
dijadikan sebagai konsep dasar dalam
merumuskan
program
perkuatan
terhadap permasalah yang muncul dari
hasil analisis rantai nilai yang
dilakukan.
Komponen pokok dalam KKI
tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut :
1)
Kerangka Umum.
berkaitan dengan :
Hal
ini
Isu umum mendasar yang terkait
dengan sistem inovasi, seperti :
a. Regulasi yang terhambat;
b. Kelemahan
lingkungan
legal dan regulasi (yang
diperlukan);
c. Kelemahan
infra/suprastruktur
pendukung pengembangan
inovasi;
d. Administratif
birokratif
yang
Keterbatasan
pembiayaan/
pendanaan inovasi;
Isu perpajakan yang tidak
kompetitif bagi aktivitas inovasi;
Kelemahan keperdulian dan
implementasi perlindungan HKI.
4)
Persoalan
budaya
inovasi.
Beragam isu yang diungkapkan
tersebut pada dasarnya juga
menunjukkan
belum
berkembangnya
kultur
dalam
masyarakat (pelaku bisnis, pembuat
kebijakan, aktor-aktor litbang,
lingkungan
akademis
dan
masyarakat secara umum) yang
mendukung bagi kemajuan inovasi
dan kewirausahaan secara umum.
Hal ini antara lain berkaitan dengan
:
5)
Mash
rendahnya
apresiasi
masyrakat terhadap pentingnya
semangat
kreativitas/inovasi
dan profesi kewirausahaan.
Belum
berkembangnya
pengetahuan dan ketrampilan
kewirausahaan dan sistem
pendidikan
yang
belum
mendukung
perkembangan
terhadap hal ini.
Keterbatasan SDM bertalenta
di
daerah,
dan
masih
rendahnya
mobilitas
dan
interaksi dari dan antar aktor
penting bagi perkembangan
kewirausahaan
dalam
masyarakat.
Kelemahan di lingkungan
pemerintahan
(public
authorities), yang umumnya
juga
belum
menghargai
pentingnya kewirausahaan dan
inovasi, baik di lingkungannya
sendirimaupun
perkembangannya
dalam
masyarakat.
Fokus, rantai nilai, kompetensi
dan sumber pembaruan ekonomi
dan sosial.
Kelemahan dalam
bisnis maupun non bisnis yang
saling terkait, yang sangat penting
bagidinamika ekonomi dan sebagai
landasan
bagi
pembentukan
keunggulan daya saing yang khas :
6)
Keragaman aktivitas bisnis
yang belum mengarah pada,
dan belum berkembangnya
kompetensi
daerah
yang
penting bagi, pembentukan
potensi keunggulan yang lebih
terfokus;
Struktur dan keterkaitan dalam
bisnis beserta aktivitas nonbisnis pendukungnya yang
lemah;
Masih
rendahnya
kepemimpinan
dan
kepeloporan dalm pemajuan
inovasi dan difusinya;
Relatif
rendahnya
perkembagan/regenerasi
perusahaan-perusahaan
baru
(pemula) yang inovatif;
Ketertinggalan
mayoritas
pelaku bisnis (UKM) untuk
dapat
memanfaatkan
dan
mengembangkan peluang dari
kemajuan/perkembangan yang
terjadi.
Tantangan global. Seperti telah
didiskusikan, berbagai kelemahan
yang
dimiliki
pada
akhirnyamempengaruhi
tingkat
kesiapan Indonesia (pada tataran
nasional
maupuan
daerah)
berperandi arena global beserta
beragam kecenderungan perubahan
yang
berkembang
untuk
dapatmeminimalisasi
dampak
negatifnya dan memaksimumkan
kemanfaatan bagi masyarakat.
3.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Rantai Nilai Proses Pra Produksi
Film Animasi 3D
Tahapan
pra-produksi
adalah
tahapan awal dalam pembuatan produk
animasi. Pada tahapan ini ide/konsep
menjadi salah satu sumber utama untuk
berlanjut
ke
proses
berikutnya.
Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini
adalah penentuan ide, penulisan
skenario, pembuatan sketsa atau
character modelling, dan pembuatan
storyboard. Jika dianalogikan dengan
pengembangan
perangkat
lunak,
tahapan pra-produksi memiliki fungsi
yang sama dengan tahapan penentuan
kebutuhan desain sistem, dimana pada
tahap ini segala konsep yang akan
dibuat dalam sebuah produk animasi
harus benar-benar ditentukan secara
matang,
sehingga
tidak
banyak
perbaikan setelah masuk ke dalam
tahapan development.
Langkah awal yang dilakukan
dalam melakukan analisis rantai nilai
sebuah komoditas adalah dengan
melakukan pemetaan dari proses inti
yang akan dilakukan. Setelah itu
dilakukan identifikasi terhadap pelaku
yang terlibat pada proses tersebut.
Dalam tahapan pra-produksi pelaku
yang terlibat tidak hanya dalam bidang
animasi saja, tetapi juga dari berbagai
disiplin ilmu, seperti seni rupa, sejarah,
sastra, hukum, administrasi, SDM dan
manajemen . Hal ini disebabkan karena
pada tahapan ini semua perencanaan
terkait project dirancang, seperti
penyiaran/hak
siar,
Hak
Cipta,
penganggaran, manajemen SDM, dan
teknis produksi. Dari hasil survey yang
telah dilakukan terhadap pelaku animasi
di Kota Cimahi, didapatkan data
mengenai identifikasi pelaku yang
terlibat dalam proses pra-produksi,
seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Identifikasi Pelaku yang
terlibat dalam tahapan Pra-Produksi
No
Proses
Nama Pelaku
1
Penulisan
Skenario
Script writer,
Penulis, editor
2
Penyusunan
Kru
HRD
3
Penyusunan
Jadwal
Project Manager
4
Penyusunan
Anggaran
Finance Manager
5
Concept Art
Desainer, teknis
desainer, produser,
sutradara, seni
direktur, fotografer
6
Pembuatan
Storyboard
Desain grafis,
desainer, sutradara,
audio produser,
kameramen,
animator
7
Voice
Casting
Audio produser,
suara desainer
8
Pembuatan
In Between
Animator,
programmer
animasi
9
Modelling & Animator,
Texturing
programmer
animasi
pada setiap proses dalam tahapan praproduksi adalah seperti tabel 2.
10
Animatic
Animator,
programmer
animasi
Tabel 2. Latar belakang pendidikan
yang dibutuhkan untuk tahapan praproduksi
11
Riging
Animator,
programmer
animasi
No
Selanjutnya berdasarkan hasil
survey terhadap setiap proses yang
terjadi pada tahapan pra-produksi
dihasilkan identifikasi proses dari
aktivitas utama pada rantai nilai proses
pra-produksi. Secara detail penjelasan
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
Inbound
Logistic
Operation
Mengumpul
kan literatur
untuk
menentuka
n ide cerita.
Menyusun
jadwal, kru,
anggaran.
Ide cerita
ditentukan
oleh
investor/
konsumen
Penulisan
skenario
Membuat
konsep art
Membuat
storyboard
Melakukan
voice casting
dan olah
suara
Membuat
modelling
dan texturing
Membuat
animatic dan
rigging
Outbond
Logistic
Melakukan
pengiriman
naskah/
storyboard
melalui jalur
internet atau
bisa juga
mengirimkan
dalam
bentuk
softcopy
yang
direkam di
CD
Support
&Service
Untuk
tahapan praproduksi
belum ada
aktivitas
support and
service
karena
biasanya
revisi
dilakukan
pada
tahapan
operation
jika
storyboard
sudah jadi
maka
diharapkan
itu sudah
final dan
tidak ada
revisi lagi
Sales &
Marketing
Jika
storyboard
yang dibuat
bukan
berdasarkan
order dari
investor
maka
biasanya
studio
animasi akan
melakukan
pemasaran
hasil
stroryboard
yang sudah
dibuat
melalui
fasilitas
media social
atau melalui
pameran dan
seminar di
bidang
animasi
Gambar 4. Aktivitas Utama dari
Tahapan Pra-Produksi Pembuatan Film
Animasi 3D
Berdasarkan
hasil
analisa
identifikasi pelaku, maka didapatkan
kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan
Tahapan
Proses
Latar Belakang
Pendidikan
1
Penulisan
Skenario
Perfilman dan sastra
2
Penyusunan
Kru
Manajemen SDM
3
Penyusunan
Jadwal
Manajemen SDM
4
Penyusunan
Anggaran
Keuangan/ Akuntansi
5
Concept Art
Perfilman, Sastra dan
Animasi
6.
Pembuatan
Storyboard
Perfilman, Sastra dan
Animasi
7
Voice
Casting
Seni Musik, Perfilman
8
Pembuatan In Animasi dan
Between
Informatika
9
Modelling & Perfilman dan seni
Texturing
10
Animatic
Animasi dan
Informatika
11
Riging
Animasi dan
Informatika
Setelah melakukan identifikasi
pelaku yang terlibat, untuk dapat
melihat sumber masukan dan keluaran
yang dihasilkan pada setiap rantai
proses adalah dengan melakukan
pemetaan alur produk. Kegiatan ini
mencakup identifikasi produk di setiap
tahapan proses ketika produk tersebut
mengalami transformasi dari input
menjadi bahan baku, menjadi bahan
antara dan menjadi produk akhir.
Kegiatan ini juga menghasilkan
gambaran yang jelas mengenai bentuk
produk apa saja yang ditangani, diubah
dan diangkut di setiap tahapan proses
rantai nilai. Secara detail alur produk
yang berupa input, sarana produksi dan
output yang dihasilkan dari rantai nilai
tahapan pra-produksi dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Alur Produk dari Rantai Nilai Tahapan Pra Produksi Pembuatan Film Animasi 3D
Nama
Proses
Bentuk
Input
Development
Diskusi dengan
investor/
konsumen, atau
melakukan riset
tentang tren
dimasyarakat.
Sarana
Produksi
pustaka, novel,
internet
Bentuk
Keluaran
Ide Cerita
Penulisan
skenario
Ide cerita,
sinopsis
Penyusunan
Jadwal
Menyusun
penjadwalan
mengenai hak
akuisisi,
peijinan,
konten
produksi,
konten akuisisi,
pengujian
Penyusunan
Anggaran
Membuat
rincian
anggaran untuk
biaya produksi,
biaya
konsultasi
dengan konten
ahli dan
konsultan
lainnya, biaya
akuisisi dan
peijinan serta
biaya
pengujian
Concept
Art
Skenario
dan naskah
cerita, foto,
gambar
Pemodelan/
Sketsa
Konsep art,
skenario,
naskah,
foto,
komputer,
software
Pembuatan
Storyboard
Ide cerita,
naskah,
karakter
model
Voice
Casting
Suara
dubber.
Olah
Suara
Naskah
dialog,
karakter
model,
music,
efek suara
ATK,
komputer
Penyusunan
Kru
Jumlah tim
yang ada.
Anggota tim
terdiri dari :
designer,
produser,
teknis desainer,
seni direktur,
audio produser,
penulis dan
editor, grafis
seniman,
programmer,
komponis/
suara desainer/
musisi, konten
spesialis, teknis
asisten,
produksi
asisten, hak
dan peneliti,
pengacara
ATK,
Komputer
ATK,
Komputer
ATK,
Komputer
komputer,
foto, pen
stylus
komputer,
foto, pen
stylus
komputer,
foto, pen
stylus
Outline
atau garis
baris per
poin dari
setiap
aksi
Daftar anggota
tim (sesuai
dengan
spesialisasi
pekerjaannya)
yang terlibat
Jadwal
pelaksanaan
project
Rincian
Anggaran
Biaya
Desain
produk dan
karakter
Model
karakter
Visualisasi
dari ide
cerita,
naskah dan
karakter
microfone,
alat
perekam,
komputer
Dubber
yang
dianggap
memiliki
suara yang
pas dengan
microfone,
alat
perekam,
komputer
Suara
dubber
yang
sesuai
dengan
naskah
Rigging
Storyboa
rd, model
karakter
Model
karakter
yang
sudah
ditambah
skeleton/
Nama
Proses
Development
Penulisan
skenario
(adegan).
Scenario
lengkap
dengan
dialog
dan
screen
direction.
Penyusunan
Kru
Penyusunan
Jadwal
Penyusunan
Anggaran
Concept
Art
Pemodelan/
Sketsa
Pembuatan
Storyboard
model
Voice
Casting
karakter
yang
ditampilka
n
Olah
Suara
dialog,
musik
backgroun
d dan efek
suara
Rigging
rangka
Untuk
dapat
merumuskan
kelemahan dan kekuatan yang terjadi
disetiap mata rantai dalam sebuah
proses produksi, maka berdasarkan
pendekatan rantai nilai proses, dikenal
dua level aktivitas yaitu aktivitas primer
dan aktivitas pendukung. Dalam
aktivitas pendukung, terdapat sub
aktivitas yaitu proses penyiapan input,
proses operasi, penanganan output,
penjualan
dan
pemasaran
dan
pelayanan.
Sementara
aktivitas
pendukung
mencakup
proses
penanganan
sumberdaya
manusia,
administrasi umum serta aktivitas riset
dan pengembangan.
Sementara untuk proses operasi
peralatan yang digunakan berupa stylus
atau pen digital, komputer dan ATK.
Peralatan tersebut digunakan untuk
menggambar karakter dan pembuatan
storyboard. Penentuan
desain pada
aktivitas operasi dibuat berdasarkan
keinginan
dari
konsumen/investor
produk animasi tersebut. Sementara
untuk standar proses, saat ini belum ada
standar proses yang baku. Metode atau
standar
prosedur
yang
banyak
digunakan oleh para animator pada
setiap tahapan produksi animasi, yaitu
metode pipeline atau grup-grup proses.
Komunikasi terhadap segala bentuk
perubahan
dari
naskah,
pembuatan
karakter sampai dengan storyboard
yang
disampaikan
oleh
konseptor
kepada investor juga terjadi di proses
operasi. Total biaya yang dibutuhkan
pada tahapan ini adalah sekitar 30%
dari total project.
Setelah proses operasi selesai,
langkah
selanjutnya
adalah
proses
logistik keluar atau outbond logistic.
Output yang dihasilkan pada proses
sebelumnya
kepada
kemudian
konsumen
dikirimkan
untuk
dilakukan
persetujuan terhadap storyboard yang
dibuat. Bagian persetujuan konsumen
ini
sangat
penting,
karena
akan
berdampak terhadap proses selanjutnya.
Setelah storyboad disetujui kemudian
dilanjutkan
tahapan
untuk
dikirimkan
production,
yang
ke
dapat
berfungsi sebagai inbound logistic pada
tahapan produksi. Barang atau produk
yang dikirimkan adalah berupa naskah,
karakter dan storyboard.
Strategi
pemasaran
dan
penjualan yang dilakukan pada tahapan
pra-produksi saat ini menggunakan
fasilitas online media yaitu media
internet
dan
offline
media
seperti
mengikuti festival, seminar, workshop,
dan business meeting yang terkait
dengan bidang animasi. Media internet
yang biasa digunakan adalah social
media seperti youtube, dimana hasil
produk animasi diupload kemudian
meminta respon dari para pengunduh
untuk melakukan like jika memang
produk animasi. Namun bukan berarti
produk
dihasilkan
dalam sebuah studio animasi tidak
menarik bagi penonton. Karena strategi
terdapat SDM dibidang pra-produksi.
promosi yang dilakukan melalui media
Jumlah SDM pada tahapan ini berkisar
internet, maka dapat menguntungkan
antara 5 – 8 orang. Kisaran upah
dari sisi jangkauan wilayah pemasaran,
pegawai pada tahapan ini adalah 1,5
dimana
juta/bulan untuk tingkat pemula dan 4
animasi
wilayah
yang
pemasaran
tidak
terbatas pada lokasi. Saat ini jangkauan
juta/bulan
lokasi pemasaran mencakup wilayah
Rekruitmen
Jakarta, Batam, Bandung dan Malaysia.
dilakukan melalui jalur pertemanan,
Jumlah total penjualan untuk sebuah
media social, media massa dan pada
storyboard dan karakter sekitar 10 -15
saat mengikuti festival. Peningkatan
juta untuk satu episode project film
kompetensi SDM pada tahap ini hanya
animasi.
dilakukan oleh internal perusahaan, dan
Layanan
purna
jual
atau
pada
untuk
tingkat
mahir.
pegawai
umumnya
biasanya
perusahaan/studio
dukungan kepada konsumen terhadap
animasi tidak memiliki anggaran khusus
produk animasi yang dihasilkan saat ini
untuk melakukan pelatihan secara rutin.
belum ada, artinya jika storyboard,
Pembiayaan
terhadap
naskah dan karakter modelling telah
infrastruktur
perusahaan
seperti
disetujui dan disepakati bersama maka
pengadaan
dan
hardware
tidak ada lagi istilah service after sales.
umumnya didanai dari investor yang
Aktivitas layanan purna jual pada
memberikan
tahapan pra-produksi dilakukan pada
tahapan pra-produksi sebenarnya sudah
proses operasi.
ada share soal pendanaan dengan
software
proyek
animasi.
Pada
Aktivitas
manajemen
SDM
investor asing, tapi jumlahnya masih
tahapan
pra-produksi
masih
sedikit. Hal ini disebabkan karena
belum mendapat perhatian, hal ini
biasanya untuk tahapan ini ditangani
disebabkan karena biasanya pekerjaan
langsung
yang diterima oleh studio animasi hanya
studio animasi lokal hanya mengerjakan
berupa
bagian teknis saja, seperti pembuatan
dalam
kegiatan
teknis,
sedangkan
pekerjaan konseptual dikerjakan oleh
modelling
investor/konsumen yang akan membuat
animasi.
oleh
dan
investor,
sementara
pemberian
gerak
Untuk
aktivitas
penelitian,
teknologi dan sistem pengembangan
(Research, Technology and System
yang
Development)
tahapan
terkait
dengan
pra-produksi,
belum
para script writer dan pembuat
karakter.
b. Aktivitas Operasi
Belum
tersinkronisasikannya
persepsi
antara
penulis
ide
dikembangkan upaya khusus. Riset
dengan proses implementasi ke
yang dilakukan hanya bersumber dari
bentuk fisik.
studi
literatur
perkembangan
seperti
trend
melihat
film,
rating,
Adanya campur tangan investor
dalam
membuat
ide
cerita
karakter novel yang sedang trend, buku,
bahkan
majalah dan film animasi yang berasal
pembuatan
dari luar negeri. Kemudian untuk
pembentukan karakter modeling
melakukan pengujian terhadap hasil
sampai storyboard.
riset biasanya dilakukan melalui situs
sampai
kepada
naskah,
Belum adanya pemahaman
media sosial untuk melihat respon dari
dari para investor bahwa
pengunjung.
tahapan
Anggaran
yang
pra-produksi
dialokasikan oleh perusahaan untuk
adalah
melakukan riset juga masih sangat
krusial,
terbatas, bahkan banyak perusahaan
memerlukan
animasi
dan waktu yang cukup
pemula
yang
tidak
mengalokasikan anggaran untuk riset.
Kendala-kendala yang dihadapi
dalam
tahapan
pra-produksi
pada
tahapan
yang
sehingga
banyak
konsentrasi
dalam
menyelesaikannya. Karena
saat ini pada umumnya
aktivitas utama adalah sebagai berikut :
investor
a. Aktivitas Inbound Logistic
memberikan waktu yang
Kurang tersedianya data yang
dapat
digunakan
hanya
singkat untuk mengerjakan
sebagai
tahapan ini, dan terkadang
sumber masukan dalam tahapan
banyak terjadi perubahan
pra-produksi.
yang
Perolehan ide cerita biasanya
berasal dari investor, sehingga
menghambat
kreatifitas
dari
bersifat
dadakan.
Oleh sebab itu diperlukan
komunikasi yang intensif
agar masalah-masalah ini
dibandingkan
dapat dihindari.
operasional yang dibutuhkan.
c. Aktivitas Outbond Logistic
biaya
e. Aktivitas Layanan Purna Jual
Daya beli pasar terhadap
Belum ada layanan purna jual
hasil produk pada tahapan
terhadap
produk
pra-produksi masih rendah
dihasilkan,
karena
Belum adanya kejelasan
keluhan tersebut diselesaikan
terhadap
pasar
pada proses operasi, sehingga
pangsa
yang
biasanya
yang
akan
membeli
produk yang sudah dikirimkan
produk
yang
dihasilkan
ke investor adalah produk yang
pada tahapan pra-produksi
sesuai
yang berupa naskah dan
investor.
storyboard.
dengan
Kepuasan
keinginan
investor
terhadap
Produk yang dihasilkan masih
produk yang dihasilkan dapat
belum dapat memenuhi selera
terlihat jika investor tersebut
pasar, sehingga masih kalah
melakukan
bersaing dengan produk asing.
kepada studio animasi tersebut.
Produk yang dihasilkan belum
repeat
order
Terkadang investor melakukan
memiliki ciri khas yang dapat
perubahan terhadap storyboard
menjadi daya tarik. Karena saat
dan naskah yang sudah jadi,
ini
bahkan bisa sampai terjadi
pola
pikir
masyarakat
terhadap
animasi
berkiblat
pada
masih
hasil-hasil
penambahan
sehingga
munculnya
seperti
untuk
Jepang,
Eropa
dan
karakter
baru,
mengakibatkan
animasi dari negara asing,
biaya
tambahan
memenuhi
kondisi
tersebut.
Korea.
d. Aktivitas Pemasaran dan Penjualan
dengan
Selanjutnya
Harga yang ditentukan oleh
permasalahan
investor terhadap produk yang
aktivitas pendukung pada tahapan pra-
dihasilkan pada tahapan ini
produksi adalah sebagai berikut :
masih
a. Manajemen SDM
sangat
rendah
jika
yang
permasalahanmuncul
dalam
Sulitnya mencari SDM yang
untuk melaksanakan tahapan
memiliki
pra-produksi.
kompetensi
khusus di bidang pra-produksi.
Masih kurangnya pemahaman
dari
para
konsumen
inti
investor
animasi
atau
c. Riset
Pengembangan
Teknologi
Pola pikir dari para investor
yang
terhadap
menganggap
bahwa
mahalnya biaya yang perlu
kegiatan R&D pada tahapan
dikeluarkan pada tahapan pra-
pra-produksi
produksi, sehingga berdampak
sehingga
terhadap kurangnya apresiasi
mengabaikan dan berdampak
dalam
yang
terhadap
anggaran
untuk
diberikan kepada para SDM di
kegiatan
R&D
tidak
tahapan pra-produksi.
dialokasikan.
bentuk
materi
Permasalahan juga terjadi pada
tidak
penting,
banyak
yang
Terkait masalah budget yang
saat rekruiment SDM untuk
sangat kecil sehingga membuat
tahapan pra-produksi, hal ini
mindset dari director untuk
disebabkan karena sedikitnya
memotong
jumlah SDM yang memiliki
pada
kompetensi
tetapi
dan
kualifikasi
proses
produksi
tahapan
pra-produksi,
tidak
mengurangi
yang sesuai dengan kebutuhan.
kualitas dari produk animasi
Masih
lembaga
yang dihasilkan. Hal ini sudah
dan
disepakati bersama diawal oleh
terbatasnya
pendidikan
informal
formal
yang
yang berkaitan dengan tahapan
pra-produksi,
investor dan studio animasi.
mengajarkan
atau memasukkan kurikulum
seperti
d. Pembelian
dihadapi
Kendala yang dihadapi pada
dengan
ini
adalah
terkait
pembiayaan
infrastruktur yang dibutuhkan
pembelian
pra-produksi
b. Infrastruktur Perusahaan
aktivitas
Terkait
material
yang digunakan untuk tahapan
script
writer, story telling, sejarah.
dan
kendala
adalah
yang
masalah
profesionalitas dari supplier.
Mahalnya
alat-alat
material yang dibutukan.
dan
Budaya kerja yang kurang
mendukung dari para supplier,
seperti
telat
pada
saat
pengiriman barang, sehingga
menghambat proses produksi.
Berdasarkan
hasil
analisis
identifikasi dan permasalahan yang
telah dilakukan pada tahapan praproduksi baik dari aktivitas utama
maupun aktivitas pendukung, maka
didapatkan diagram rantai nilai proses
pada tahapan pra-produksi seperti pada
gambar 5.
SDM :
Kurangnya SDM yang memiliki kompetensi dan keahlian pada
tahapan pra-produksi, seperti script writer, story telling,dan
sejarah.
Lembaga pendidikan formal dan informal belum banyak yang
mengajarkan dan memasukkan kurikulum yang berkaitan dengan
tahapan pra-produksi
Infrastruktur :
Pembiayaan infrastruktur untuk produksi dan operasional masih
berasal dari investor.
R&D :
Keterbatasan pola pikir yang menganggap bahwa kegiatan R&D
tidak penting, sehingga tidak adanya alokasi anggaran.
M
A
Pembelian Peralatan dan Material :
Pengiriman barang sering terlambat.
Mahalnya harga alat dan material
Inbound
Logistic
Kurang
tersedianya
data yang
dapat
digunakan
untuk
sumber
input
Ide cerita
berasal dari
investor
bukan
berdasarka
n hasil riset
Operasi
R
Outbound
Logistic
Support &
Service
Sales&
Marketing
Waktu yang
diberikan
sangat
singkat
Masih
rendahnya
daya beli
Belum ada
layanan
purna jual
Adanya
intervensi
dari investor
terhadap ide
cerita
Belum
adanya
kejelasan
segmen
pasar
Belum
adanya
kesamaan
presepsi
antara
investor
dengan
penulis
cerita
Kualitas
produk
yang
dihasilkan
belum
memenuhi
selera
pasar
Banyak
perubahan
yang
dilakukan
setelah
produk
jadi,
sehingga
membutuh
kan waktu
dan biaya
tambahan
Harga yang
diberikan oleh
investor lebih
rendah
dibandingkan
dengan biaya
operasional
Belum ada
ciri khas
yang bisa
dijadikan
sebagai
daya tarik
pasar
Kepuasan
investor
dilihat dari
repeat
order yang
dilakukan
Gambar 5. Diagram Rantai Nilai
Tahapan Pra Produksi
G
I
N
Inbound logistic pada proses praproduksi berasal dari studi pustaka,
media massa, internet, televisi, cerita
novel dan budaya lokal. Cara perolehan
ide biasanya berdasarkan permintaan
dari investor/konsumen yang ingin
membuat film animasi. Jadi dapat
dikatakan saat ini produksi film animasi
umumnya
dilakukan
berdasarkan
permintaan dari konsumen, tidak dibuat
berdasarkan riset pasar. Waktu yang
dibutuhkan pada tahapan ini sebesar
30% dari keseluruhan total proyek, jika
dikonversikan dalam waktu satu tahun,
waktu yang dibutuhkan pada tahapan
pra-produksi adalah sekitar tiga bulan.
Nilai margin yang dihasilkan pada
tahapan pra-prodkusi sulit untuk diukur,
hal ini disebabkan karena sebagian
studio animasi melakukan proses
pembuatan produk animasi secara
keseluruhan atau tidak dipisahkan
berdasarkan tiga tahapan proses. Namun
jika dirata-rata. Selain itu umumnya
produk yang dihasilkan pada tahapan
pre-production tidak langsung dijual
kepada konsumen atau investor, tetapi
digunakan sebagai inputan pada tahapan
berikutnya yaitu tahapan production.
Jika diambil rata-rata dari project
animasi yang pernah dilakukan oleh
responden, jumlah total penjualan untuk
sebuah storyboard dan karakter sekitar
10 -15 juta untuk satu project film
animasi, atau jika dikonversi dalam
bentuk porsentase, total biaya yang
dibutuhkan sekitar 30% dari total nilai
project animasi yang dikerjakan
3.2 Program Perkuatan Rantai Nilai
Pra-Produksi Film Animasi 3D
Berdasarkan
analisis
terhadap
setiap aktivitas (utama dan pendukung)
pada tahapan pra-produksi, maka secara
ringkas aktivitas yang terjadi dapat
dilihat pada gambar 6.
Pra – Produksi
1. Kegiatan : penentuan ide; skenario;
sketsa/modelling charachter;
pembuatan storyboard
2. Pelaku : penulis skenario, kartunis,
karikatur, pembuat sketsa gambar
3. Input : berasal dari investor, sejarah,
dogeng, novel, pustaka.
4. Operasi : Biaya produksi 30% dari
nilai total project per episode.
Desain ditentukan investor
5. Peralatan : ATK, komputer, pen
stylus.
6. Distribusi : langsung diberikan ke
investor atau diteruskan ke tahapan
produksi
7. Pemasaran : konsumen sudah jelas
karena order by request. Strategi lain
melalui internet dan media offline.
Gambar 6. Ringkasan Proses
Tahapan Pra-Produksi
Dari hasil survey dan analisis yang
telah dilakukan pada tahapan praproduksi pembuatan film animasi 3D
didapat data mengenai jumlah tenaga
kerja, struktur biaya (biaya produksi),
dan pendapatan (total penjualan). Data
tersebut digunakan untuk mengetahui
bagaimana nilai mengalami perubahan
di sepanjang proses. Nilai biaya
produksi dan penjualan yang ditulis
dalam analisis ini diasumsikan bahwa
rata-rata total produksi yang dapat
dihasilkan oleh sebuah studio animasi
adalah 13 episode dalam satu tahun
dengan durasi waktu 11 menit/episode.
Hasil pemetaan tersebut secara lengkap
dapat dilihat pada gambar 7.
Pra – Produksi
Biaya produksi : 30% dari total
nilai project
Jumlah pegawai : 5-8 orang
Total penjualan : 10 – 18
juta/episode
Gambar 7. Pemetaan Jumlah
Pelaku, Pendapatan dan Struktur Biaya
Dalam Tahapan Pra-Produksi
Pembuatan Film Animasi 3D
Selanjutnya berdasarkan
hasil
pemetaan permasalahan yang muncul
pada aktivitas utama dan aktivitas
pendukung
diharapkan
dapat
diminimalkan
dengan
melakukan
penyusunan
program
perkuatan.
Program-program
perkuatan
ini
dilakukan untuk meningkatkan interaksi
antara pelaku yang terlibat di dalam
klaster industri animasi di Kota Cimahi
khususnya untuk tahapan pra-produksi
pembuatan film animasi 3D.
Selain itu dengan disusunnya
program perkuatan ini diharapkan daya
saing dari produk animasi lokal yang
dihasilkan pada tahapan pra-produksi
dapat meningkat.
Berdasarkan
hasil
pemetaan
terhadap permasalahan-permasalahan
yang muncul dalam setiap aktivitas,
didapatkan solusi permasalahan yang
direkomendasikan. Diantaranya adalah :
1. Meningkatkan
kreatifitas
dan
kompetensi dari para penulis cerita
melalui pelatihan/benchmark ke
beberapa perusahaan animasi besar
di dalam/luar negeri.
2. Melakukan
sosialisasi
dan
pemahaman terhadap masyarakat
khususnya konsumen
animasi
mengenai proses produksi animasi.
3. Menggali budaya lokal untuk dapat
dikembangkan menjadi sebuah