326363253 Ruang Lingkup Dan Objek Evaluasi

RUANG LINGKUP DAN OBJEK EVALUASI
TUGAS DASAR-DASAR DAN PERANCANGAN EVALUASI
PEMBELAJARAN

KELOMPOK 2
ANGGOTA:
Anggun Purnama Sari

(1413023008)

Elok Suci Wahyuni

(1413023016)

Putu Endriyana W.R.

(1413023052)

Rizky Insirawati

(1413023058)


Tania Amalia Fitri

(1413023064)

Dosen Pengampu :
Dr. Undang Rosidin, S.Pd.,M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

1

2

KATA PENGANTAR


Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap dengan membuat
makalah ini pembaca dapat mengetahui lebih banyak tentang “Ruang Lingkup dan
Obyek Evaluasi”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak
membantu dan memberikan data informasi guna kelengkapan dalam menyusun
makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bisa membangun dan
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya penyusun berharap, semoga hasil dari makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca umumnya guna meningkatkan pengetahuan dan bagi penyususn
khususnya.

Bandar Lampung, September 2016

Penulis

3


DAFTAR ISI

1

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap
situasi tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran terdapat ruang lingkup
pembelajaran. Ruang ligkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek
evaluasi itu sendiri. Jika objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka
semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang lingkup
evaluasi pembelajaran.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran akan ditinjau dari berbagai
persepektif, yaitu domain hasil belajar, sistempembelajaran, proses dan hasil
belajar, dan kompetensi. Hal ini dimaksudkan agar guru betul-betul dapat
membedakan antara evaluasi pembelajaran dengan penilaian hasil belajar
sehingga


tidak

terjadi

kekeliruan

atau

tumpang

tindih

dalam

penggunaannya.
Selain ruang lingkup untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik,
maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak prinsip-prinsip evaluasi
pembelajaran. Selain itu juga harus mengetahui jenis-jenis alat yang
digunakan untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran. Agar mendapatkan
hasil evaluasi pembelajaran dengan baik.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebutkan ruang lingkup evaluasi pembelajaran yang ditinjau dari
2.

berbagai persepektif ?
Apa saja komponen-komponen ruang lingkup dari evaluasi dalam

3.
4.

bidang pendidikan ?
Apa pengertian dari objek evaluasi ?
Sebutkan aspek yang terkait dengan kinerja transformasi yang dijadikan
objek evaluasi ?

1.3. Tujuan

2


Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran yang ditinjau dari berbagai
2.

persepektif.
Komponen-komponen ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang

3.
4.

pendidikan.
Pengertian dari objek evaluasi.
Aspek yang terkait dengan kinerja transformasi yang dijadikan objek
evaluasi.

3

II. PEMBAHASAN

2.1.


Ruang Lingkup (Scope) Evaluasi Pendidikan Di Sekolah
Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi itu sendiri. Jika
objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua hal yang berkaitan dengan
pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Ruang lingkup
evaluasi pembelajaran akan ditinjau dari berbagai persepektif, yaitu domain hasil
belajar, sistem pembelajaran, proses dan hasil belajar, dan kompetensi.

A. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Domain Hasil
Belajar
Hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan,
mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal
yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari yang konkrit sampai
dengan hal yang abstrak.
a.

Domain kognitif (cognitive domain)
Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge), jenjang kemampuan yang menurut peserta

didik untuk dapat mengenali mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau
istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja dapat
operasional yang dapat digunakan, di antaranya mendefinisikan, memberikan,
mengidentifikasi,

memberi

nama,

menyusun

daftar,

mencocokan,

menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih,
menyatakan.
2) Pemahaman (comprehension), jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang
disampaikan


guru

dan

dapat

memanfaatkannya

tanpa

harus

menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi
menjadi tiga yaitu: menerjemahkan, menafsirkan, mengekstrapolasi. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya mengubah,

4

mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyatakan secara

luas, menyimpulkan, memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri, meramalkan,
menuliskan kembali, meningkatkan.
3) Penerapan (application), jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teoriteori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan,
diantaranya mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan,
mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
4) Analisis (analysis), jenjang kemampuan yang memnuntut peserta didik untuk
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu dalam unsur-unsur atau
komponen pembentukannya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang
terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya
,mengurai, membuat diagran, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan,
membuat garis besar, menghubungkan, memerinci.
5) Sintesis (synthesis), jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.
Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana, dan mekanisme. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan, diantaranya menggolongkan menggabungkan,
memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan, merekonstruksikan,
menyusun, membangkitkan, mengorganisasi, merevisi, menyimpulkan dan

menceritakan.
6) Evaluasi (evaluation), kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat
mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria
tertentu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantarannya menilai,
memandingkan,

mempertentangkan,

mengkritik,

membeda-bedakan,

mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
b.

Domain afektif (affective domain)
Yaitu internalisasi sikap yang menunuk ke arah pertumbuhan batiniah dan
terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian

5

mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai
dan menentukan tingkah lahu. Domain aktif terdiri atas beberapa jenjang
kemampuan, yaitu:
1) Kemauan menerima (receiving), jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu.
Kepekaan ini di awali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dam
memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya
menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang
teguh, menjawab, menggunakan.
2) Kemauan menanggapi/menjawab (responding), jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga
bereaksi terhadap salah satu cara. Penekannannya pada kemauan peserta didik
untuk menjawab secara sukarel, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja
operasional

yang

dapat

memperbincangkan,
mengemukakan,

digunakan,

memberi

membaca,

diantaranya

nama,

melaporkan,

menjawab,

menunjukan,
menuliskan,

membantu,

mempraktikan,
memberi

tahu,

mendiskusikan.
3) Menilai (valuing), jenjang kemampuan yang memnuntut peserta didik untuk
menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata
kerja operasional yang digunakan, di antaranya melengkapi, menerangkan,
membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, memilih dan mengikuti.
4) Organisasi (organization), jenjang kemampuan yang memnuntut peserta didik
untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah. Mebentuk
suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan, di antaranya
mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan,
menggeneralisasikan, memodifikasi.
c.

Domain psikomotor (psychomotor domain)
Tubuh kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau
bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan
yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang

6

kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan
kelompok keterampilan masing-masing , yaitu:
1) Muscular or motor skill, meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukan hasil,
melompat, menggerakkan, menampilkan.
2) Manipulations of materials or objects, meliputi: mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
3)

Neuromuscular

coordination,

meliputi:

mengamati,

menerapkan,

menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik
dan menggunakan.
Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan
tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan
kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan kreativitas.
Dilihat dari cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi
dua yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan
melakukan generalisasi dengan mrenggabungkan, mengubah ataau mengulang
kembali keberadaan ide-ide tersebut. Kemampuan berpikir krritis merupakan
kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu memberikan
penilaian terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam
berfikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam
melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat kemampuan
yang rendah saja melalui paper aand pencil test. Peserta didik tidak akan
mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan
untuk mengembangannya dan tidak diarahkan untuk itu.
B. Ruang

Lingkup

Evaluasi

Pembelajaran

dalam

Perspektif

Sistem

Pembelajaran
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran hendaknya bertitik tola dari tujuan evaluasi
pembelajaran itu sendiri. Jika tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
keefektifan sistem pembelajaran, ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah
sebagai berikut.

7

a.

Program pembelajaran, yang meliputi:
1) Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, target yang harus
dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan/topik. Kriteria yang
digunakan untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran umum atau kompetensi
dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan kurikuler atau standar
kompetensi dari setiap bidang studi/mata pelajaran dan tujuaan kelembagaan,
kejelasan rumusan kompetensi dasar, kesesuaiannya dengan tingkaat
perkembangan peserta didik, pengembangannya dalam bentuk hasil belajar
dan indikator, penggunaan kata kerja operasional dalam indikator, dan unsurunsur penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator.
2) Isi/materi pembelajaran, isi kurikulum yang berupa topik/pokok bahasan
dan subtopik/subpokok bahasan beserta perinciannya dalam setiap bidang
studi atau mata pelajaran. Isi kurikulum memiliki tiga unsur, yaitu logika
(pengetahuan benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan), etika (baikburuk), dan estetika (keindahan).
Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu fakta,
konsep/teori, prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan,
antara lain: kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, ruang
lingkup materi, urutan logis maeri, kesesuaiannya dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik, waktu yang tersedia dan
sebagainya.
3) Metode pembelajaran, cara guru menyampaikan materi pelajaran, seperti
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan sebagainya.
Kriteria yang digunakan, antara lain kesesuaiannya dengan kompetensi dasar
dan hasil belajar, kesesuaiannya dengan kondisi kelas/sekolah, kesesuainnya
dengan tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam
menggunakan metode, dan waktu yang tersedia.
4) Media pembelajaran, alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru
dalam menyampaikan isi/materi pelajaran. Media dapat di begi menjadi tiga

8

kelompok, yaitu media audio, media visual, dan media audio-visual. Kriteria yang
di gunakan sama seperti komponen metode.
5) Sumber belajar, meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber
belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sumber belajar yang di rancang
(resources by design) dan sumber belajar yang digunakan (resources by
utilization).
6) Lingkungan, Terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kriteria
yang digunakan, antara lain: hubungan antara peserta didik dan teman
sekelas/sekolah maupun diluar sekolah, guru dan orang tua; serta kondisi
keluarga.
7) Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun
nontes. Kriteria yang digunakan, antara lain: kesesuaiannya dengan kompetensi
dasar, hasil belajar, dan indikator; kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi
penilaian, unsur-unsur penting dalam penilaian, aspek-aspek yang di nilai,
kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, jenis dan alat
penilaian.
b. Proses pelaksanaan pembelajaran meliputi:
1) Kegiatan, yang meliputi jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis
kegiatan, sarana pendukung, efektivitas dan efisiensi, dan sebagainya.
2) Guru, terutama dalam hal menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru,
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan
perlengkapan yang di perlukan, membimbing peserta didik, menggunakan
teknik penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan sebagainya.
3) Peserta didik, terutama dalam hal peran serta peserta didik dalam kegiatan
belajar dan bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas,
perhatian, keaktifan, motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan
melaksanakan praktik dalam situasi yang nyata, kesulitan belajar, waktu
belajar, istirahat dan sebagainya.

9

c. Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan pencapaian
indikator), jangka menengah ( sesuai dengan terget untuk setiap bidang studi/mata
pelajaran), dan jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat).
C. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian Proses
dan Hasil Belajar
a.

Sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, bakat.

b. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran.
c.

Kecerdasan peserta didik.

d. Keterampilan.
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 terdapat empat komponen pokok,
yaitu kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajarmengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Dalam komponen
kurikulum dan hasil belajar, setiap mata pelajaran terdapat tiga komponen penting,
yaitu kompotensi dasar, hasil belajar dan indikator pencapaian hasil belajar.
Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal tentang pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai- nilai yang direfleksikandalam kebiasaan berfikir
dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu pokok bahasan atau topik
mata pelajaran tertentu. Kompetensi adalah gambaran umum tentang apa yang
dapat dilakuakan peserta didik. Hasil belajar merupakan gambaran tentang apa
yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan pesrta didik.
Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta
didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil
belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
berkomunikssi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai
ketercapaian hasil pembelajaran.
D. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian Berbasis
Kelas

10

Sesuai dengan petunjuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang di
keluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2004), maka ruang lingkup
penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut.
a. Kompetensi Dasar Mata pelajaran
Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengtahuaan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah
peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu.
b. Kompetensi rumpun pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu
yang lebih spesifik. Kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak yang seharusnya rumudicapai oleh peserta didik
setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut. Penilaian kompetensi rumpun
pelajaran dilakukan dengan mengukur hasil belajar tamatan. Hasil belajar tamatan
merupakanukuran kompetensi rumpun pelajaran.
c.

Kompetensi lintas kurikulum

Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dikuasai peserta
didik melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas
kurikulum pada hakikatnya meripakan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, baik mencakup
kecakapan belajar sepanjang hayat maupun kecakapan hidup yang harus dikuasai
oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan.
Kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah:
1.

Menjalankan hak dan kewajiban secara bertanggungjawab terutama dalam
menjamin perasaan aman dan menghargai sesama.

2.

Menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang
lain.

3.

Memilih, memadukan, dan menerapkan, konsep dan teknik numerik dan
spasial, mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan.

11

4.

Menemukan pemecahan masalah baru berupa prosedur maupun produk
teknologi melalui penerapan dan penilaian pengetahuan, konsep, prinsip dan
prosedur yang telah dipelajari, serta memilih, mengembangkan, memanfaatkan,
mengevaluasi, dan mengelola teknologi informasi dan komunikasi.

5.

Berpikir kritis dan bertindak sistematis dalam setiap pengambilan
keputusan berdasarkan pemahaman dan penghargaan terhadap dunia fisik,
makhluk hidup dan teknologi.

6.

Berwawasan kebangsaan dan global, terampil serta aktif berpartisipasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi dengan pemahaman
terhadap nilai-nilai dan konteks budaya, geografi dan sejarah.

7.

Beradab, berbudaya, bersikap religius, bercitarasa seni, susila, kreatif
dengan menampilkan dan menghargai karya artistik dan intelektual, serta
meningkatkan kematangan pribadi.

8.

Berpikir terarah/terfokus, berpikir lateral, memperhitungkan peluang dan
potensi, serta luwes untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

9.

Percaya diri dan komitmen dalam bekerja, baik secara mandiri maupun
bekerja sama.

d. Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuaan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah peserta didik
menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Acuan untuk merumuskan kompetensi
lulusan adalah struktur keilmuan mata pelajaran, perkembangan psikologi peserta
didik, dan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan (jenjang sekolah
selanjutnya dan atau dunia kerja).
e.

Pencapaian Keterampilan Hidup

Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi
rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan melalui beragai pengalaman belajar

12

dapat memberikan efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup
(life skills).

Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai, antara lain:
1.

Keterampilan pribadi, yang meliputi penghayatan diri sebagai makhluk
tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.

2.

Keterampilan berfikir rasional, yang meliputi berfikir kritis dan logis,
berpikir sistematis, terampil menyusun rencana secara sistematis.

3.

Keterampilan sosial, yang meliputi keterampilan berkomunikasi lisan dan
tertulis;

keterampilan

bekerja

berpartisipasi;keterampilan

sama,

mengelola

kolaborasi,
konflik;

lobi;

keterampilan

dan

keterampilan

memengaruhi orang lain.
4.

Keterampilan

akademik,

yang

meliputi

keterampilan

merancang,

melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan
membuat karya tulis ilmiah; keterampilan mentransfer dan mengaplikasikan
hasil-hasil penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa proses
maupun produk.
5.

Keterampilan vokasional, yang meliputi keterampilan menemukan
algoritma, model, prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan
melaksanakan prosedur; dan keterampilan mencipta produk dengan
menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.

Secara umum, runag lingkup dari evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah
mencakup tiga komponen utama, yaitu :
1. Evaluasi Program Pengajaran
Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup tiga hal,
yaitu : (a) evaluaasi terhadap tujuan pengajaran, (b) evaluasi terhadap isi
2.

program pengajaran, (c) evaluasi terhadap strategi belajar mengajar.
Evaluasi Proses Pelaksanaan Pengajaran

13

Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran akan mencakup: (a)
Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan garisgaris besar program pengajaran yanng telah ditentukan; (b) Kesiapan guru
dalam melaksanakan program pengajaran; (c) Kesiapan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran; (d) Minat atau perhatian siswa di dalam
mengikuti pelajaran; (e) Keaktifan atau partisipasi siswa selama proses
pembelajaran berlangsung; (f) Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap
siswa yang memerlukannya; (g) Komunikasi dua arah antara guru dan murid
selama proses pembelajaran berlangsung; (h) Pemberian dorongan atau
motivasi terhadap siswa; (i) Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam
rangka penerapan teori-teori yang diperoleh di dalam kelas; dan (j) Upaya
menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kegiatan3.

kegiatan yang dilakukan di sekolah.
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup: (a) Evaluasi
mengenai tingkat penguasaan peserta didik dalam tujuan-tujuan khusus yanng
ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas; (b)
Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan
umum pengajaran.

2.2. Obyek (Sasaran) Evaluasi Pendidikan
Dimaksud dengan obyek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu
yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titk pusat
perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh
informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut.
Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi adalah hal-hal yang menjadi
pusar perhatian untuk dievaluasi. Apa pun yang ditentukan oleh evaluator atau
penilai untuk dievaluasi, itulah yang disebut dengan onjek evaluasi. Pada waktu
evaluator ingin menilai berat badan siswa, maka yang menjadi objek evaluasi
adalah berat badan siswa, sedang angka yang menunjukkan berapa berat badan
siswa yang dimaksud, misalnya 34 kilogram, 40 kilogram, dan sebagainya adalah

14

hasil evaluasi. Jika evaluator ingin menilai keterampilan siswa dalam
menggunakan termometer, maka yang menjadi objek evaluasi adalah benar
tidaknya gerakan tangan siswa ketika memegang alat, bagaimana siswa
meletakkan termometer dibadan anak yang diukur suhunya, kemampuan siswa
untuk menentukan berapa lama termometer diletakkan dibagian badan, kemudian
juga kemampuan siswa dalam membaca skala yang ada pada termometer.
Gambaran tentang benar-salahnya siswa menggunakan termometer adalah hasil
evaluasi.
Agar diperoleh gambaran yang menyeleluruh tentang mutu dan kebenaran kinerja
transformasi, maka yang dijadikan objek evaluasi adalah semua aspek yang terkait
dengan kinerja transformasi, yaitu (1) masukan mentah, (2) masukan instrumental,
(3) masukan lingkungan, (4) proses transformasi itu sendiri, dan (5) keluaran,
yaitu hasil dari transformasi.
A. Masukan Mentah sebagai Objek Evaluasi
Dalam transformasi pembelajaran, siswa berstatus sebagai objek didik. Ahliahli pendidikan angkatan lama berpendapat bahwa siswa adalah objek
pendidikan. Kini pendapat seperti itu ditentang oleh ahli-ahli embaharu.
Dalam kegiatan pendidikan siswa adalah subjek yang aktif, bukan sekedar
objek pasif yang dapat diperlakukan dan diarahkan menurut kehendak. Dalam
berbicara tentang objek evaluasi ini mungkin ada pembaca yang terkacaukan
pengertiannya. Siswaa yang dalam proses pembelajaran berstatus sebagai
subjek, dalam evaluasi dia merupakan objek evaluasi, karena dicermati untuk
diketahui kinerjanya ketika mengikuti pembelajaran. Sekali lagi jangan
keliru.
Dalam proses pendidikan, siswa berstatus sebagai subjek didik-siswa aktif
belajar.
Dalam evaluasi, kinerja siswa berstatus sebagai objek evaluasi-kinerja siswa
dicermati dan diperhatikan oleh evaluator.

15

Aspek-aspek yang menjadi objek evaluasi berkenaan dengan siswa sebagai
masukan mentah, masukan instrumental, dan masukan lingkuangan dapat
dikembangkan dari apa yang sudah disampaikan di bab I. Apabila evaluator
merasa kurang tepat atau masih menginginkan hal-hal yang dievaluasi, silahkan
mendaftar lagi hal-hal lain menurut kebutuhan. Beberapa hal yang perlu
dibicarakan dalam objek evaluasi adalah :
a. Penilaian dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Sejalan dengan tuntutan kebijakan baru tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang mulai diujicobakan tahun 2001 di beberapa sekolah, dan
direncanakan oleh Depdiknas mulai diberlakukan tahun 2004, tentu saja objek
atau sasaran evaluasi menjadi lain. Dalam buku Pedoman Penilaian Berbasis
Kompetensi disebutkan bahwa kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum
yang dikembangkan berdasarkan pada kompetensi lulusan (untuk satu kali
pembelajaran, buku lulusan, tetapi produk hasil pembelajaran saat itu). Dalam
Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No. 045/U/2002 dijelaskan bahwa
kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu untuk masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Pengertian yang diseburkan dalam UU tersebut masih terlalu luas dan perlu
penjelasan yang disampaikan secara sederhana. Secara singlat dan mudah dapat
dimengerti bahwa kompetensi adalah kemampuan. Definisi operasional yang tepat
dan rinci untuk kata “kompetensi”(lulusan maupun keluaran sementara)
sebetulnya susah dirumuskan, tetapi lebih mudah dipahami. Wujud dari
kepemilikan kompetensi seseorang dapat diketahui dari kinerja orang tersebut
ketika menjawab pertanyan atau melakukan sesuatu. Bagi sesorang siswa tingkat
pemilikan kompetensi dapat diketahui dari tiga hal yang ditunjukkan oleh siswa
yang bersangkutan setelah yang bersangkutan mengikuti proses pendidikan
tertentu.
b. Penilaian Tiga Ranah Psikologis
Menurut teori yang dikemukakan oleh Bloom, ada tiga ranah dalam rekaan
psikologis manusia yang dapat diamati oleh evaluator, yaitu (1) aspek kognitif

16

yang sudah banyak dikenal dan dilakukan penilaiannya, (2) aspek afektif yang
menunjukkan pemilikan nilai dan sikap siswa, dan (3) aspek motorik atau
keterampilan. Di Australia ada satu aspek lain yang juga penting untuk
dikembangkan dan dievaluasi, yaitu (4) aspek perilaku yang di dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah action.
Penilaian Kompetensi aspek kognitif atau yang lebih banyka dikenal dengan
istilah pengetahuan, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap pengetahuan yang telah dikuasai dengan menjadikan miliknya. cara yang
digunakan dapat melalui tes tertulis maupun lisan. Perbedaan antara penilaian
kurikulum yang bukan KBK dengan yang KBK, terletak pada ketepatan objek
yang dinilai. Kecenderungan masa lalu sebelum ada kebijakan KBK.
c. Penilaian Aspek Afektif
Penilaian yang sudah banyak dilakukan oleh guru, bahkan penilaian yang
dilakukan Departemen Pendidikan Nasional dalam ujian akhir atau semester
haruslah penilaian yang tertuju pada ranah kognitif. Dalam Bab 1 sudah dijelaskan
bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam penilaian antara lain sering adanya
kekeliruan-kekeliruan. Dalam uraian bagian tersebut masih dapat ditambahkan
satu lagi yang terkait dengan sasaran atau objek penilaian. Kekeliruan dimaksud
adalah bahwa aspek yang dinilai, seperti sudah sedikit disinggung, yaitu masih
cenderung hanya aspek kognitif saja, dan melupakan aspek afektif yang
sebetulnya sangat erat dan mendukung pencapaian aspek kognitif.
Contoh :
Penilaian terhadap prestasi matematika pada siswa, bukan hanya kepandaian
siswa itu dalam menyelesaikan perhitungan, tetapi juga harsu dinilai seberapa
cermat siswa tersebut dalam menuliskan angka-angka dalam hitungan dimaksud.
Kekurangan membuat tanda koma misalnya, akan sangat berakibat fatal dalam
perhitungan. Demikian juga kerapian siswa dalam menuliskan angka sehingga
menyebabkan kejelasan penampilan, perlu juga dinilai oleh guru. Apabila guru
sudah terbiasa memperhatikan aspek-aspek afektif yang mungkin dirasakan
sebagai hal yang kecil dan sederhana, dalam KBK hal seperti ini sangat penting
untuk diperhatikan karena akan membawa dampak besar bagi kepentingan lain,

17

yaitu siswa menjadi cermat, rapi, hati-hati sehingga hasil akhir dari pekerjaannya
menjadi lebih baik.
Bagi mata pelajaran dan pokok bahasan yang lain, jika guru terlatih menilai
aspek-aspek afektif yang menyertai materi kognitif, aspek-aspek kepribadian
siswa aka dengan mudah tergarap. Pelajaran budi pekerti tidak harus dipisahkan
dan diajarkan secara khusus, karena sudah tersampaikan melalui pelajaran lain.
Yang terjadi selama ini, hal-hal seperti itu tampaknya terabaikan dan dipandang
sambil lalu saja. akibatnya dapat diamati sekarang, pada umumnya anak-anak
kurang,

bahkan

tidak

memperhatikan

sikap-sikap

negatif,

dan

hanya

memperhatikan hasil aspek kognitif saja.

B. Aspek Objek Evaluasi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input
atau bahan mentah yang siap untuk diolah, tidak lain adalah para calon peserta
didik, seperti : calon murid, calon siswa, calon mahasiswa, dan sebagainya.
Dititlik dari segi input ini, maka obyek dari evaluasi pendidikan meliputi tiga
aspek, yaitu :
1.
Aspek kemampuan
Jika diibaratkan bahwa seorang ibu rumah tangga ingin membuat rendang daging
sapi, sudah barang tentu ibu rumah tangga tersebut akan memilih dan membeli
daging yang cocok atau sesuai untuk dimasak menjadi rendang. Demikian pula
halnya dalam dunia pendidikan di sekolah, utnuk dapat diterima sebagai calon
peserta didik dalam rangka mengikuti program pendidikan tertentu, maka para
calon peserta didik itu harus memiliki kemampuan yang sesuai atau memadai,
sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran pada program pendidikan tertentu
itu nantinya, peserta didik tidak akan mengalami banyak hambatan atau kesulitan.
Sehubungan dengan itu, maka bekal kemampuan yang dimiliki oleh para calon
peserta didik perlu untuk dievaluasi terlebih dahulu, guna mengetahui samapi
sejauh mana kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing calon peserta didik
dalam mengikuti program pendidikan tertentu itu. Kemampuan calon peserta

18

didik yang akan mengikuti program pendidikan sebagai taruna Akademi Angkatan
Laut tentu harus dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik yang akan
mengikuti program pendidikan padas ebuah Perguruan Tinggi Agama Islam.
Kemampuan yang harus dievaluasi bagi para calon mahasiswa Fakultas Seni Rupa
pada Institut Seni tentu akan berbeda dengan kemampuan yang harus dievaluasi
terlebih dahulu bagi para calon mahasiswa yang akan mengikuti program
pendidikan pada Fakultas Sastra, dan seterusnya.
Adapun alat yang biasa dipergunakan dalam rangka mengevaluasi kemampuan
peserta didik itu adalah tes kemampuan (aptitude test).
2.
Aspek Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, dan menampakkan
bentuknya dalam tingkah laku. Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu,
para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya maisngmasing, sebab baik buruknya kepribadian merekasecara psikologis akan dapat
mempengaruhi keberhasilan mereka dalam menikuti program pendidikan tertentu.
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkap kepribadian
seseorang adalah dengan jalan menggunakan tes kepribadian (personality test).
Contoh : Teskepribadian yang dikenakan terhadap calon pilot pesawat terbang,
calon pramugara dan pramugari udara, calon tenaga pengajar, calon taruna
akademi militer, dan sebagainya.
3.
Aspek Sikap
Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai
gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini
merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan,
maka diperolehnya informasi mengenai sikap seseorang adalah penting sekali.
Karena itu maka aspek sikap tersebut perlu dinilai atau dievaluasi terlebih dahulu
bagi para calon peserta didik sebelum mengikuti program pendidikan tertentu.
Untuk menilai sikap tersebut digunakan beberapa tes sikap (attitude test), atau
sering dikenal dengan skala sikap (attitude scale), sebab tes tersebut berbentuk
skala.
Contoh mengenai sikap yang diungkap dengan menggunakan skala sikap adalah :
sikap

tenggang

rasa,

sikap

kebangsaan,

sikap

keagamaan,

dan

lain-

19

lain.Selanjutnya, apabila disoroti dari segi transformasi, maka obyek dari evaluasi
pendidikan itu meliputi: (a) kurikulum atau materi pelajaran, (b) metode mengajar
dan teknik penilaian, (c) sarana atau media pendidikan, (d) sistem administrasi, (e)
guru dan unsur-unsur perssonal lain-lainnya yang terlibat dalam proses
pendidikan.

C. Transformasi
Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah yang tertugas
mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi”, akan memegang peranan yang
sangat penting. Ia dapat menjadi faktor penentu yang dapat menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang
telah ditentukan; karena itu obyek-obyek yang termasuk dalam trasformsi itu prlu
dinilai atau dievaluasi secara berkesinambungan. Kurikulum yang tidak sejalan
dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, dapat menyebabkan terjadinya
kegagalan dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. penggunaan metodemetode mengajar yang kurang tepat, teknik penilaian hasil belajar yang tidak
memperhatikan prinsip-prinsip dasar evaluasi itu sendiri, sarana pendidikan yang
tidak atau kurang memadai, sistem administrasi yang bersifat acak-acakan,
pimpinan lembaga pendidikan, tenaga pengajar dan karyawan yang tidak
profesional, kesemuanya itu akan sangat mempengaruhi proses “pengolahan
bahan mentah” menjadi “bahan jadi yang siap untuk dipakai”. Karena itu kelima
sasaran yang telah dikemukakan di atas, yang dapat diandalkan sebagai “mesin
penolah” itu, harus senantiasa mendapatkan penilaian atau evaluasi.
Adapun dari segi output, yang menjadi sasaran evaluasi pendidikan adalah tingkat
pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta
didik, setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang
telah ditentukan. Untuk mengetahui seberapa jauh itngkat pencapaian atau prestasi
belajar yang diraih oleh para peserta didik itu, dipergunakan alat berupa Tes
Prestasi Belajar atau Tes Hasil Belajar, yanng biasa dikenal dengan istilah tes
pencapaian (achirvement test).

20

21

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1.

Ruang lingkup evaluasi pembelajaran akan ditinjau dari berbagai
persepektif, yaitu domain hasil belajar, sistem pembelajaran, proses dan

2.

hasil belajar, dan kompetensi.
Ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah mencakup
tiga komponen utama, yaitu : evaluasi mengenai program pengajaran,
evaluasi mengenai proses pelaksanan pengajaran, dan evaluasi mengenai

3.

hasil belajar (hasil pengajaran).
Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang berikatan
dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titk pusat perhatian
atau pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh

4.

informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut.
Aspek yang terkait dengan kinerja transformasi yang dijadikan objek
evaluasi,

yaitu

masukan

mentah,

masukan

instrumental,

masukan

lingkungan, proses transformasi itu sendiri, dan keluaran, yaitu hasil dari
transformasi.

22

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimin. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo
Persada.
http://perfect-december.blogspot.co.id/2015/01/bab-i-pendahuluan-a.html. diakses
pada tanggal 17 September 2016. Pukul 20.25 WIB.

23

LAMPIRAN

24

PERTANYAAN
1. KELOMPOK 1
ALFIATUN NIKMAH (1413023005 )
Bagaimana aplikasi dari penilaian 3 ranah psikolohis?
Jawab :
EVI NUR INDAH SARI (1413023018)
Apakah hasil dari objek evaluasi mempengaruhi ruang lingkup evaluasi?
Jawab :
2. KELOMPOK 3
I WAYAN AGUSTIKA (1413023025)
Menurut penjelasan Elok Suci Wahyuni, ada yang namanya action di
Australia. Lalu bagaimanakah action di Indonesia?
Jawab :
3. KELOMPOK 4
ADI NURRAHMAN (14130230020
Bagaimanakah cara mengukur keterampilan vocasional?
Jawab :
JEHAN SARI DEWI (1413023030)
Jelaskan yang dimaksud dengan kegiatan, guru, dan peserta didik dalam
proses pelaksaan pembelajaran.
Jawab :
4. KELOMPOK 5
MARIA ULFA (1413023035)
Bagaimakah contoh dari tes aspek sikap?
Jawab:
MONICA (1413023039)

25

Cara memperbaiki penialaian afektif di Indonesia?
Jawab:
5. KELOMPOK 6
NISA AMALIA RHAUDAH (1413023045)
Bagaimanakah maksud dari pengertian kompetensi rumpun pelajaran?
Jawab :