JURNAL NON PENELITIAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP Mirwati, S. Ag Abstrak - MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP (mirwati)

  

JURNAL NON PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP

  Mirwati, S. Ag

  

Abstrak

Problem solving adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan

menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan.

  

Pada saat siswa berhadapan dengan masalah tersebut, maka ia akan menyadari

bahwa untuk menyelesaikannya ia akan menggunakan kemampuan berpikir

kritisnya, pendekatan sistematiknya dan diperlukan pengintegrasian informasi

dari berbagai disiplin ilmu. Sedangkan jika ditinjau dari variabel tugasnya, maka

masalah yang diajukan harus dapat dipahami siswa, yaitu dapat berkenaan

dengan pengalaman siswa di rumah, pengalaman di sekolah, dan pengalaman ia

sebagai anggota masyarakat. Mengenai model pembelajaran Problem Solving,

maka berikut ini karakteristiknya, adanya interaksi antar siswa dan interaksi

guru dan siswa, adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa, guru

menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa

mengklarifikasi,menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya,

guru menerima jawaban ya-tidak bukan untuk mengevaluasi, guru membimbing,

melatih dan menanyakan dengan pertanyaan pertanyaan berwawasan dan

berbagi dalam proses pemecahan masalah dan sebaiknya guru mengetahui kapan

campur tangan dan kapan mundur membiarkan siswa menggunakan caranya

sendiri.

  

Kata Kunci : Model Pembelajaran Problem Solving dan Pembelajaran

Matematika Pendahuluan

  Pembelajaran adalah usaha membelajarkan seseorang melalui akses pendidikan maupun teori belajar, sehingga kualitas pembelajaran dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu pendidikan. Pembelajaran juga merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Mengajar merupakan upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa disisi lain pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan penyediaan sumber belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah komunikasi dua arah dimana mengajar dilakukan oleh guru dan belajar dilakukan oleh siswa yang dilakukan melalui akses pendidikan dan teori belajar. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisa manusia. Peran matematika dewasa ini semakin penting, karena banyaknya informasi yang disampaikan orang dalam bahasa matematika seperti, tabel, grafik, diagram, persamaan dan lain-lain. Untuk memahami dan menguasai informasi dan teknologi yang berkembang pesat, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Berkaitan dengan hal tersebut pada dasarnya objek pembelajaran matematika adalah abstrak. Walaupun menurut teori Piaget bahwa anak sampai umur SMP dan SMA sudah berada pada tahap operasi formal, namun pembelajaran matematika masih perlu diberikan dengan menggunakan alat peraga karena sebaran umur untuk setiap tahap perkembangan mental dari Piaget masih sangat bervariasi. Mengingat pembelajaran matematika di sekolah tidak bisa terlepas dari sifat-sifat matematika yang abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa. Menyadari akan peran penting matematika dalam kehidupan, maka matematika selayaknya merupakan kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Dalam proses pembelajaran matematika bertujuan melatih siswa berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, penemuan, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan atau ide melalui tulisan, pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta atau diagram. Oleh karena itu, setiap siswa perlu memiliki penguasaan matematika yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam karirnya. Mencermati hal tersebut, maka dapat dibuat suatu inovasi atau alternatif pemecahan sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan adanya Model Pembelajaran Problem

  

Solving siswa tertarik, terangsang dan bersikap positif terhadap pembelajaran

  matematika. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat diambil suatu permasalahan yang dihadapi yakni seberapa pentingkah Model Pembelajaran Problem Solving dalam proses belajar mengajar matematika? Karena begitu pentingnya peninjauan terhadap peningkatan kualitas pendidikan sebagai aset di masa depan. Pendidikan memiliki peran penting yang menjadi tonggak dasar kemajuan suatu bangsa. Karena begitu pentingnya pendidikan maka perlu suatu terobosan dalam melakukan pembelajaran. Salah satunya adalah dengan Model Pembelajaran

  Problem Solving dalam membelajarkan materi matematika.

  Pembahasan

  Model pembelajaran merupakan skenario pembelajaran di kelas. Sejalan dengan hal tersebut Suherman (2001: 8) mengemukakan “Model pembelajaran sebagai pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas”. Nur (2005) mengemukakan bahwa, model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yaitu :(1) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3) sintaks (pola urutan) yang menggambarkan pola urutan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam pembelajaran, dan (4) lingkungan yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran bisa berhasil. Dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa model pembelajaran adalah skenario pembelajaran di kelas dengan memiliki sintaks (pola urutan) dalam pelaksanaannya. Problem solving adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan. Pada saat siswa berhadapan dengan masalah tersebut, maka ia akan menyadari bahwa untuk menyelesaikannya ia akan menggunakan kemampuan berpikir kritisnya, pendekatan sistematiknya dan diperlukan pengintegrasian informasi dari berbagai disiplin ilmu. Sedangkan jika ditinjau dari variabel tugasnya, maka masalah yang diajukan harus dapat dipahami siswa, yaitu dapat berkenaan dengan pengalaman siswa di rumah, pengalaman di sekolah, dan pengalaman ia sebagai anggota masyarakat. Problem solving merupakan model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik- topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. Problem solving merupakan inovasi dalam pembelajaran, karena dalam model ini kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan, Tan 2003 (dalam Rusman 2010). Sehubungan dengan pembentukan kelompok dalam problem solving, Amin (2006) memberikan penguatan bahwa untuk menjalankan problem solving dengan baik, diperlukan adanya kelompok-kelompok kecil pada pemelajaran. Alasan utamanya adalah agar para anggota kelompok dapat saling berbagi pengetahuan dan gagasan. Dengan kelompok, siswa belajar dari dan dengan orang lain sehingga kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dapat dioptimalkan. Dari beberapa pendapat tersebut menyatakan bahwa, penerapan problem solving dapat meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan berbagai aktifitas belajar siswa secara individu maupun secara kelompok. Selain itu juga, problem solving menanamkan keyakinan kepada siswa untuk menggunakan konsep-konsep matematika itu dalam kehidupan sehari-hari.

  Mengenai model pembelajaran Problem Solving, maka berikut ini karakteristiknya: a. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.

  b. Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa.

  c. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.

  d. Guru menerima jawaban ya-tidak bukan untuk mengevaluasi.

  e. Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan pertanyaan berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan masalah.

  f. Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur membiarkan siswa menggunakan caranya sendiri. Branca (dalam Suryadi, 2001:52) mengungkapkan bahwa aktivitas-aktivitas yang dapat digolongkan sebagai pemecahan masalah meliputi menyelesaikan soal-soal cerita sederhana yang ada pada buku teks standar, menyelesaikan masalah non- rutin atau puzzle, menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah nyata, membangun dan menguji conjecture. Adapun 5 (lima) langkah dasar untuk problem solving adalah sebagai berikut : a. Mendasari bahwa masalah itu ada.

  b. Identifikasi masalah.

  c. Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk meyusun hipotesis.

  d. Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin.

  e. Evaluasi terhadap solusi dan penyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang ada.

  Penutup Kesimpulan

Problem solving adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan

menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan.

  Memahami model pemecahan masalah di atas, maka kelebihannya dapat dikemukakan antara lain siswa lebih terlatih dalam Problem Solving Skills, mendorong siswa untuk berfikir alternative dan melatih keruntutan berfikir logis siswa.

  Saran

  1. Pembelajaran matematika dengan pendekatan problem solving perlu mendapatkan pertimbangan oleh guru matematika sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa..

  2. Disarankan agar dalam melakukan kegiatan pembelajaran guru hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat kemampuan peserta didik agar lebih mudah dalam menerima pembelajaran.

  Daftar Rujukan

  Amin Suyitno. 2006. Penelitian Tindakan Kelas (Petunjuk Praktis). Semarang: UNNES Nur, M. 2005. Model Pembelajaran Partisipatif. Online (http://ktiptk.blogspirit. com/file/matpartisipatif.zip. Diakses pada tanggal 2 November 2012).

  Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Suherman, Erman, 2001. Strategi Pembelajaran Matematikatika Kontemporer.

  Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Suryadi, D., Nishitani, I., Koseki,K., & Ohtake, K. (2001). Mathematical Problem

  Solving and Primary School Children: Some Essensial Issues, Gunma: Gunma. U. Ac. Jp.

  .