Pengantar Konservasi Sumber Daya Alam II (1)
Laporan Praktikum
Pengantar Konservasi Sumber Daya Alam
II. Status Konservasi Flora di Indonesia
[Nusa Tenggara Barat : Tambora Selatan (Dompu)
dan Pulau Moyo (Sumbawa) ]
Disusun oleh:
Anggun Wicaktini
( 1111016100023 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 7 A
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014/2015
A. Judul
I.
Status Konservasi Flora di Indonesia
B. Tujuan
Memahami status konservasi flora di Indonesia
C. Landasan Teori
Taman Buru Gunung Tambora Selatan ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor. 418/KptsII/1999 tanggal 15 Juni 1999,
seluas 26.130,25 Ha. Menurut administrasi Pemerintahan Taman Buru Gunung
Tambora Selatan terletak di Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima dan Kecamatan
Pekat Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Secara astronomis Taman
Buru Tambora Selatan terletak pada 08 56o 07’ – 08 o 30’ LS dan 117 50’ – 118 o
25’ BT. Kawasan ini dibatasi oleh di sebelah barat laut Suaka Margasatwa Gunung
Tambora Selatan, di sebelah barat daya Kecamatan Pekat, di sebelah tenggara hutan
lindung Gunung Tambora Selatan dan di sebelah timur laut Teluk Sanggar. ( Balai
Konservasi NTB ).
Suaka Margasatwa (SM) Tambora Selatan ditetapkan berdasarkan SK Menteri
Kehutanan dan Perkebunan No. 418/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 seluas
18.178,66 Ha. SECARA administrasi pemerintahan SM Tambora selatan terletak di
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima dan Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu
Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Kawasan Gunung Tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi yaitu:
Tambora Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan Tambora Hunting Park
seluas 30.000 hektar. Kawasan Gunung Tambora berwarna coklat diselimuti hutan
lindung lebat. Perhatikan bagaimana perbedaan kontras kawasan gunung ini dengan
alam sekitarnya.
Pulau Moyo terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa. Secara astronomis,
Pulau Moyo berada pada 117º27’43” - 117º35’42” Bujur Timur dan 8º9’36” 8º23’19” Lintang Selatan.
Pulau Moyo ditunjuk sebagai kawasan Konservasi Taman Buru dan Taman
Wisata Alam Laut melalui SK Menteri Kehutanan No.308/Kpts-II/1986 tanggal 29
September 1986 dengan luas 22.250 Ha Taman Buru dan 6000 Ha Taman Wisata
Alam Laut. pengelolaan Kawasan Konservasi ini dilakukan oleh Kementerian
Kehutanan Republik Indonesia c.q Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa
Tenggara Barat.
Pulau Sumbawa tahun 1975 dikelompokkan dari jenis Mediteran dengan
bahan induk vulkan. Tipe hutan yang ada di Taman Buru Tambora Selatan terdiri
dari tipe hutan tropis dan tipe hutan musim. Jenis tumbuhan diantaranya didominasi
oleh Duabanga (Duabanga moluccana), jenis Cemara Gunung (Casuarina
junghuniana) serta beberapa pohon liar sebagai habitat tempat bersarangnya lebah
madu. Sedangkan untuk jenis fauna antara lain Punai Flores (Treron floris), Cekakak
Punggung Putih (Caridonax fulgidus), Pergam Punggung Hitam (Ducula lacemulata),
Celepuk Wallacea (Otus silvicola), Anis Nusa Tenggara (Zoothera Doherty), Burung
Madu Mentari (Nectarina solaris), Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua
sulphurea), Babi Hutan (Sus scrova), Rusa (Cervus timorensis), Musang serta Kera
Abu-abu (Macaca fascicularis). Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan
hutan hampir sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, hanya sebagian
kecil masyarakat yang bekerja di bidang perdagangan.
Iklim di Pulau Moyo umumnya beriklim tropis, Curah hujan antara 1250
mm/th di daerah rendah dan 1500-2000 mm/th di daerah dataran tinggi. Jenis tanah
Regosol kelabu dan Litosol bahan induk abu vulkanis intermediate. Keadaan perairan
di Taman Wisata Alam Laut Pulau Moyo mempunyai dasar perairan yang landai.
Wilayah dasar perairan yang dangkal umumnya ditumbuhi berbagai jenis koloni
karang dengan pola penyebaran yang bervariasi antara mengelompok dan patchy
coral serta merupakan habitat berbagai biota karang. Selain itu dibagian antara koloni
karang yang kosong merupakan substrat berpasir sedikit berbatu. Kondisi airnya
secara umum jernih dan khususnya dibagian yang dangkal penetrasi sinar matahari
dapat mencapai dasar perairan, hal tersebut memungkinkan pertumbuhan berbagai
biota dasar perairan menjadi subur. Adapun pola arus nampaknya cenderung
dipengaruhi oleh keadaan laut sekitarnya seperti cuaca, tinggi gelombang dan pasang
surut. Selain itu di bagian selatan Pulau moyo arus laut umumnya relatif deras
mengingat daerah tersebut merupakan selat antara Pulau Moyo dan daratan Pulau
Sumbawa.
D. Data yang Dikumpulkan
III
FLORA (11 izin)
1.
Gaharu (Gyrinops versteghii)
433 batang bibit, 50 kg
kayu, 8.000 kg
kemedangan, 4 Gubal
Sampel dan
penanaman
2.
Klicung (Diospyros malabica)
226 batang
Penanaman
3.
Anggrek (Polydota sp., Cologyne
speciosa, Aerides sp., Vanda
tricolor var. Lombok)
4.
8 batang (4 jenis,
masing-masing 2
batang)
Contoh
penelitian
Paku ekor monyet
1 batang
5.
Contoh
penelitian
Sengon (Albizia chinensis)
1 batang
Penanaman
6.
Jabon (Anthocepalus chinensis)
1 batang
Penanaman
7.
Salam (Artocarpus
1 batang
Penanaman
8.
sericicarpus) Engal
1 batang
Penanaman
9.
(Cryptocarya tomentosa)
224 batang
Penanaman
Dao (Dracontomelon dao)
Nama Jenis
(Ilmiah, Indonesia)
No.
Jumlah
Keterangan
10.
Ipil (Intsia bijuga)
221 batang
Penanaman
11.
Sawo Kecik (Manilkara kauki)
151 batang
Penanaman
12.
Telutuk (Ptercymbium sp.)
1 batang
Penanaman
13.
Sentul (Sandoricum koetjapi)
221 batang
Penanaman
14.
Rotan (Calamus sp.)
1 batang
Penanaman
15.
Binong (Tetrameles nudiflora)
1 batang
Penanaman
16.
Rajumas (Duabanga
246 batang
Penanaman
17.
moluccana) Kepuh (Sterculia
1 batang
Penanaman
18.
foetida)
1 batang
Penanaman
19.
Majaq (Sizygium sp.)
1 batang
Penanaman
20.
Ketimus (Protium javanicum)
1 batang
Penanaman
21.
Enau/Aren (Arenga piñata)
220 batang
Penanaman
22.
Bajur (Pterospermum
220 batang
Penanaman
23.
javanicum) Garu (Disoxylum sp.)
220 batang
Penanaman
24
Buah Odak (Palaquium
221 batang
Penanaman
25.
poetida) Jukut (Eugenia
220 batang
Penanaman
26.
polyanta)
220 batang
Penanaman
27.
Klokos Udang (Syzigium sp.)
220 batang
Penanaman
28.
Udu (Litsea accedentoides)
100 batang
Penanaman
100 batang
Penanaman
150 batang
Penanaman
150 batang
Penanaman
Terep (Arthocarpus
29.
30.
elastica)
31.
Filing/Saga Hutan
(Adenanthera pavonina)
32.
Bungur (Lagerstroemia speciosa)
150 batang
Penanaman
33.
Sawo Susu (Chrysophyllum cainoto)
150 batang
Penanaman
34.
Kepundung (Baccaurea racemosa)
150 batang
Penanaman
35.
Kelenis
150 batang
Penanaman
Kemuning
Nama Jenis
(Ilmiah, Indonesia)
No.
Jumlah
Keterangan
36.
Je (Planchonia
150 batang
Penanaman
37.
valida) Bentaeng
150 batang
Penanaman
38.
Suniran
150 batang
Penanaman
39.
Ganitri (Elaeocarpus sphaericus)
150 batang
Penanaman
40.
Langsat/Duku (Lansium domesticum)
150 batang
Penanaman
41.
Telur Ujat (Dysoxylum nutans)
150 batang
Penanaman
42.
Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
150 batang
Penanaman
43.
Ketapang (Terminalia katapa)
150 batang
Penanaman
44.
Kayu Rangkong Mayung
1 batang
Penanaman
45.
Perina
1 batang
Penanaman
46.
Tandan Geripik
1 batang
Penanaman
47.
Puyang/Bujak
1 batang
Penanaman
48.
Belunak
2 batang
Penanaman
49.
Belincang
1 batang
Penanaman
50.
Vanili Hutan
1 batang
Penanaman
51.
Tempanas
2 batang
Penanaman
52.
Empet-empet
1 batang
Penanaman
53.
Kayu Putih (Melaleuca leucadendron)
1 batang
Penanaman
54.
Kayu Delingis
1 batang
Penanaman
55.
Kayu Juwet (Eugenia cuminii)
1 batang
Penanaman
56.
Kayu Lelengis
1 batang
Penanaman
57.
Kayu Kasol
1 batang
Penanaman
58.
Kayu Pepaok
1 batang
Penanaman
59.
Api-api
2 batang
Penanaman
60.
Iluh-iluh
2 batang
Penanaman
61.
Terong KB
2 batang
Penanaman
62.
Reket
1 batang
Penanaman
Nama Jenis
(Ilmiah, Indonesia)
No.
Jumlah
Keterangan
63.
Imbe-imbe
1 batang
Penanaman
64.
Akar Gelitik
1 batang
Penanaman
65.
Sembal Katih
2 batang
Penanaman
66.
Memelong
2 batang
Penanaman
67.
Umbe
1 batang
Penanaman
68.
Cendana (Santalum album)
2 batang
Penanaman
E. Hasil dan Analisis Data yang dilakukan
1. List/daftar jenis flora berdasarkan fauna Indonesia di lindungi berdasarkan
dasar hukumnya ( SK Menteri ; PP; IUCN; dst)
Konservasi Flora
Hasil Penelitian terhadap flora kawasan hutan Pulau Moyo menunjukan bahwa
pada analisa vegetasi pohon kawasan hutan tersebut disominasi oleh Schleicera
oleosa (Kesambi).
Jenis
pohon
lain
yang
mendominasi
adalah Alstonia
spectabilis, Pterospermum diversifolium dan Schotonia ovata. Pada analisa vegetasi
perdu disominasi oleh Streblus asper. Selain jenis Streblus asper, beberapa jenis perdu
yang mendominasi adalah jenis Callophyllum inophyllum dan Protium javanicum.
Pada Analisa vegetasi tumbuhan berhabitus pohon pada kawasan ini lebih
sedikit jika dibandingkan dengan perdu. Hasil dari analisa vegetasi di Pulau Moyo
menunjukan bahwa keragaman tumbuhan tingkat pohon adalah tinggi, ditunjukan
dengan nilai indeks Shanon Wiener sebesar 4,06 sedangkan pada analisa perdu
dikawasan ini sangat tinggi, ditunjukan dengan indeks shanon wiener adalah 4,99.
Tumbuhan berhabitus pohon jumlah nya lebih sedikit jika dibandingkan perdu. Ratarata Habitus pohon digunakan sebagai habitat tumbuhan epifit. Sehingga keberadaan
pohon tersebut harus dikonservasi karena menjadi inang bagi tumbuhan lain.
seperti Schleicera oleosamerupakan habitat anggrek endemik Pterorceras javanica dan
paku pakuan.
Konservasi flora terkait dengan status konservasi di alam.
Berdasarkan hasil eksplorasi dan penelitian flora di kawasan hutan Pulau
Moyo Nusa Tenggara Barat didapatkan bahwa terdapat beberapa jenis flora yang
memiliki status langka menurut versi IUCN. Jenis dan status dari flora tersebut
tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
2. Deskripsinya status kriteria perlindungan dan sebenarnya di Indonesia
dengan perbandingan antar kawsan local, regional dan luar negri
Tabel 1. Status konservasi fora yang diketemukan di Hutan Pulau Moyo
NTB
No Nama Spesies
Famili
Status konservasi
1
Aglaia lawii (Weight) C.J. Saldanha
Meliaceae
Lower Risk/least concern
2
Canarium litoraleBlume
Burseraceae
Lower Risk/least concern
3
Aglaia argenteaBlume
Meliaceae
Lower Risk/least concern
4
Nauclea
diderrichii(De
Wild.
& Rubiaceae
Vulnerable
5
Tacca leontopetaloides (L) Kunze
Taccaceae
Lower Risk/least concern
6
Bauhinia purpurea L
Leguminosae
Lower Risk/least concern
7
Calophyllum soulattri Burm f
Clusiaceae
Lower Risk/least concern
8
Alstonia macrophyllaWall ex G.Don
Apocybaceae
Lower Risk/least concern
9
Aglaia spectabilis(Miq) S.S Jain & Meliaceae
T.Durand) Merrill
Lower Risk/least concern
Sbennet
10
Aglaia odoratissimaBlume
Meliaceae
Lower Risk/least concern
11
Calophyllum inophyllum L
Meliaceae
Lower Risk/least concern
Konservasi Anggrek
Populasi dan anggrek pada kawasan ini sangat kecil. Hal tersebut disebabkan
kawasan yang memiliki iklim yang kering dan curah hujan yang rendah. Konservasi
terhadap anggrek harus dilakukan agar keberadaanya tetap terjaga di hutan.
Dimungkinkan perkembangan pariwisata di Pulau Moyo kedepanya akan semakin
maju,hal tersebut berdampak terhadap bertambahnya turis domestik dan asing
dimungkinkan dapat mengganggu ekosistem hutan. Beberapa jenis anggrek yang
ditemukan di hutan dan selayaknya dilindungi terdaftar pada tabel 2. Jenis
anggrek Pteroceras javanicaditemukan pada kawasan hutan. Anggrek tersebut
merupakan jenis anggrek epifit yang endemik diwilayah tertentu. Bahkan anggrek ini
pernah dinyatan punah di alam. Anggrek ini di wilayah Moyo hanya tumbuh pada
pohon Scleichera oleosa. Jenis anggrek ini selayaknya dilindungi di habitat aslinya
karena tidak dapat beradaptasi diluar habitat aslinya.
Tabel 2. Jenis Anggrek di hutan Pulau Moyo.
Nama spesies
Famili
Jenis anggrek
Nervilia plicata
Orchidaceae
Anggrek tanah
Nervilia aragoana
Orchidaceae
Anggrek tanah
Pteroceras javanica
Orchidaceae
Anggrek epifit
Oberonia iridifolia
Orchidaceae
Anggrek epifit
Eulophia spectabilis
Orchidaceae
Anggrek epifit
Vanda limbata
Orchidaceae
Anggrek epifit
Konservasi flora di sekitar aliran mata air
Kawasan hutan di Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat memiliki aliran mata air
yang membentuk sungai besar dan oleh masyarakat disebut dengan Brang yang
berarti sungai. Beberapa sungai tersebut antara lain Brang Rea, Brang Koa, Brang
Stema, Brang Surengale, Brang Sitomang, Brang Sibotok, dan Brang Sangelo. Aliran
mata air dikawasan hutan dalam musim kemarau tetap ada dan aliran tersebut masuk
dalam kawasan masyarakat. Masyarakat memanfaatkan aliran mata air yang besar ini
sebagai kebutuhan sehari-hari. Ketersediaan air tersebut merupakan kebutuhan pokok
masyarakat karena mereka jarang memiliki sumur. Keberadaan mata air apabila
dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk sistem irigasi pertanian karena daerah
ini bercurah hujan rendah. Konservasi flora sekitar aliran mata air harus tetap
dilakukan karena disepanjang aliran air didominasi oleh pohon pohon besar yang
diduga turut berperan dalam menjaga ketersediaan air di hutan dan menjaga tepian
sungai dari pengikisan arus air. Beberapa flora yang ditemukan dan disarankan untuk
tetap dikonservasi terdaftar pada tabel 3.
Tabel 3. Jenis Pohon di sekitar aliran mata air kawasan hutan Pulau Moyo.
No Nama spesies
Famili
1
Ficus racemosa
Moraceae
2
Ficus variegata
Moraceae
3
Anthocephalus chinensis
Rubiaceae
4
Schleichera oleosa
Sapindaceae
5
Protium javanicum
Burseraceae
6
Streblus asper
Moraceae
7
Inocarpus fagiferus
Fabaceae
8
Calophyllum inophyllum
Clusiaceae
9
Peltophorum inerme
Fabaceae
10 Alstonia spectabilis
Apocynaceae
11 Artocarpus altilis
Moraceae
12 Artocarpus anisophyllus
Moraceae
13 Pandanus tectorius
Pandanaceae
14 Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
15 Sterculia foetida
Sterculiaceae
16 Moringa oleifera
Moringaceae
17 Nauclea diderrichii
Rubiaceae
18 Ficus septica
Moraceae
19 Mallotus moritzianus
Euphorbiaceae
20 Barringtonia racemosa
Lecythidaceae
berumbi
21 Ficus superba
Moraceae
memang cocok
22 Ceiba petandra
Bombacaceae
dibudidayakan
23 Gigantochloa atter
Poaceae
wilayah Pulau
24 Pterospermum diversifolium
Sterculiaceae
25 Antiaris toxicarya
Moraceae
26 Syzygium gracillis
Myrtaceae
yang
27 Phyllanthus emblica
Euphorbiaceae
kering
berpasir
28 Dysoxylum Cauliflorum
Meliaceae
yang
29 Acmena acuminatissima
Myrtaceae
mondominasai
30 Microcos paniculata
Malvaceae
31 Ficus nervosa
Moraceae
32 Aglaia spectabilis
Meliaceae
di
Moyo
tanah
kering
gembur.
Jenis tanaman
karena kondisi
nya
berpasir
yang
dan
Kedaaan tanah
dan
kawasan Pulau Moyo menyebabkan tumbuhan berumbi dapat tumbuh dengan
optomal. Jenis Tacca diketahui memiliki sumber karbohidrat yang tinggi dan
memiliki
kandungan
dikembangkan
senyawa
sebagai
flavonoid,
komoditas
saponin
makanan
dan
tannin. Tacca dapat
berkarbohidrat
tinggi.
Jenis
Amorphophallus juga telah banyak diproduksi dan diimport ke luar negri sebagai
bahan pembuatan mie dan kosmetik, terutama wilayah Jepang dan Asia
Timur. Amorphophallus spp diteliti mengandung glukomanan yang sangat bermanfaat
untuk obat-obatan. ProduksiAmorphophallus spp dapat mencapai 8-9 ton/ha 9
(Arisoesilaningsih dkk. 2009).
Melihat kondisi iklim wilayah hutan, tanaman ini seharusnya dapat tumbuh
dengan baik di Pulau Moyo. Melihat potensi wilayah yang ada di Pulau Moyo
seharusnya perekonomian masyarakat dapat diperbaiki dengan pengelolaan lahan
yang baik sehingga meningkatkan produktivitas hasil pertanian
Tabel
4.
Daftar
Jenis
Tumbuhan
lokal
yang
disarankan
untuk
dibudidayakan sebagai bahan pangan alternatif
No
Nama spesies
Famili
1
Tacca palmatifida
Taccaceae
2
Tacca leutopenthaloides
Taccaceae
3
Amorphophallus campanulatus
Araceae
4
Dioscorea hispida
Dioscoreaceae
5
Dioscorea alata
Dioscoreaceae
6
Dioscorea pentaphylla
Dioscoreaceae
Konservasi tumbuhan berkayu dan Pemanfaatanya
Beberapa tumbuhan dimanfaatkan oleh masyakat untuk bangunan rumah.
Rata-rata rumah yang dibangun adalah rumah panggung dengan memanfaatkan kayu
sebagai bahan dasar untuk bangunan. Pemanfaatan tumbuhan untuk bangunan rumah
harus memperhitungkan aspek konservasi karena bagian yang diambil adalah batang.
Pemanfaatan batang akan membuat tumbuhan tersebut mati karena penebangan. Ratarata masyarakat di Pulau Moyo mengambil kayu langsung dari hutan sehingga apabila
tumbuhan terus dimanfaatkan batangnya tanpa adanya penanaman kembali terhadap
tumbuhan tersebut maka dampaknya adalah kerusakan hutan. Tumbuhan berupa
pohon besar juga bermanfaat untuk habitat epifit seperti anggrek dan paku. Tumbuhan
lokal di hutan dapat dikembangkan dan dibudidayakan untuk mencukupi kebutuhan
kayu. Beberapa jenis kayu lokal yang dapat direkomendasikan untuk diperbanyak
disekitar area agroforestri terdaftar pada tabel 3.
Tabel 3. Daftar rekomendasi jenis tumbuhan kayu lokal Pulau Moyo
No
Nama spesies
Nama Lokal
Famili
1
Scleichera oleosa
Kasambi
Sapindaceae
2
Alstonia spectabilis
Kayu batu
Apocynaceae
3
Protium javanicum
Loa
Burseraceae
4
Dysoxylum cauliflorum
Buampu'u
Meliaceae
5
Pterocymbium diversifolium
Haju sala
Sterculiaceae
Scleichera oleosa merupakan jenis tumbuhan yang mendominasi wilayah
hutan di pulau Moyo. Persebaran kelimpahan jenis tumbuhan tersebut menunjukan
bahwa tumbuhan tersebut dapat tumbuh dengan baik di hutan Moyo. Jenis tersebut
dapat direkomendasikan untuk kayu lokal. Berdasalkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap jenis tumbuhan yang menyerap karbon dengan sekuestrasi yang
tinggi di Kebun Raya Purwodadi adalah jenis Scleichera oleosa. Jenis Scleichera
oleosa juga merupakan inang epifit dan spesifik untuk anggrek Pteroceras javanica.
Tumbuhan yang ketersediaanya melimpah tetapi belum termanfaatkan
adalah Pandanus tectorius (Pandan pantai). Populasi tumbuhan ini mendominasi
kawasan pantai. Pemerintah setempat seharusnya dapat memberikan penyuluhan
terkait pemanfaatan tanaman-tanaman lokal yang berpotensi untuk memperbaiki
perekonomian masyarakat di Pulau Moyo.
Pete pulau moyo
Peta tambora selatan (dompu)
F. Kesimpulan
Hasil Penelitian terhadap flora kawasan hutan Pulau Moyo menunjukan bahwa
pada analisa vegetasi pohon kawasan hutan tersebut disominasi oleh Schleicera
oleosa (Kesambi).
Jenis
pohon
lain
yang
mendominasi
adalah Alstonia
spectabilis, Pterospermum diversifolium dan Schotonia ovata. Pada analisa vegetasi
perdu disominasi oleh Streblus asper. Selain jenis Streblus asper, beberapa jenis perdu
yang mendominasi adalah jenis Callophyllum inophyllum dan Protium javanicum.
Tumbuhan yang ketersediaanya melimpah tetapi belum termanfaatkan
adalah Pandanus tectorius (Pandan pantai). Populasi tumbuhan ini mendominasi
kawasan pantai. Pemerintah setempat seharusnya dapat memberikan penyuluhan
terkait pemanfaatan tanaman-tanaman lokal yang berpotensi untuk memperbaiki
perekonomian masyarakat di Pulau Moyo.
G. Daftar Pustaka
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Balai Konservasi Nusa Tenggara
Barat.2012. Tambora. http://mount-tambora.net
Murian. 2013. Gunung Tambora. http://hoverart.blogspot.com/2013/03/gunungtambora.html
Prasetyo, tri. 2011. Balai Statistik Nusa Tenggara Barat. statistik balai ksda ntb
tahun 2010.
Trimentoyo, 2013. Konservasi Dan Pengelolaan Kawasan Hutan Pulau Moyo Nusa
Tenggara
Barat
.
http://trimanto.blogspot.com/2014/02/rekomendasi-
konservasi-dan-pengelolaan.html#comment-form
Wahyuni, tri endang, s.si.dan eri mildranaya, s.hut. 2010. Panduan Wisata Alam Di
Kawasan Konservasi Nusa Tenggara Barat. Balai Konservasi Sumber Daya
Alam Nusa Tenggara Barat.
Pengantar Konservasi Sumber Daya Alam
II. Status Konservasi Flora di Indonesia
[Nusa Tenggara Barat : Tambora Selatan (Dompu)
dan Pulau Moyo (Sumbawa) ]
Disusun oleh:
Anggun Wicaktini
( 1111016100023 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 7 A
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014/2015
A. Judul
I.
Status Konservasi Flora di Indonesia
B. Tujuan
Memahami status konservasi flora di Indonesia
C. Landasan Teori
Taman Buru Gunung Tambora Selatan ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor. 418/KptsII/1999 tanggal 15 Juni 1999,
seluas 26.130,25 Ha. Menurut administrasi Pemerintahan Taman Buru Gunung
Tambora Selatan terletak di Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima dan Kecamatan
Pekat Kabupaten Dompu Propinsi Nusa Tenggara Barat. Secara astronomis Taman
Buru Tambora Selatan terletak pada 08 56o 07’ – 08 o 30’ LS dan 117 50’ – 118 o
25’ BT. Kawasan ini dibatasi oleh di sebelah barat laut Suaka Margasatwa Gunung
Tambora Selatan, di sebelah barat daya Kecamatan Pekat, di sebelah tenggara hutan
lindung Gunung Tambora Selatan dan di sebelah timur laut Teluk Sanggar. ( Balai
Konservasi NTB ).
Suaka Margasatwa (SM) Tambora Selatan ditetapkan berdasarkan SK Menteri
Kehutanan dan Perkebunan No. 418/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 seluas
18.178,66 Ha. SECARA administrasi pemerintahan SM Tambora selatan terletak di
Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima dan Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu
Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Kawasan Gunung Tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi yaitu:
Tambora Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan Tambora Hunting Park
seluas 30.000 hektar. Kawasan Gunung Tambora berwarna coklat diselimuti hutan
lindung lebat. Perhatikan bagaimana perbedaan kontras kawasan gunung ini dengan
alam sekitarnya.
Pulau Moyo terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa. Secara astronomis,
Pulau Moyo berada pada 117º27’43” - 117º35’42” Bujur Timur dan 8º9’36” 8º23’19” Lintang Selatan.
Pulau Moyo ditunjuk sebagai kawasan Konservasi Taman Buru dan Taman
Wisata Alam Laut melalui SK Menteri Kehutanan No.308/Kpts-II/1986 tanggal 29
September 1986 dengan luas 22.250 Ha Taman Buru dan 6000 Ha Taman Wisata
Alam Laut. pengelolaan Kawasan Konservasi ini dilakukan oleh Kementerian
Kehutanan Republik Indonesia c.q Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa
Tenggara Barat.
Pulau Sumbawa tahun 1975 dikelompokkan dari jenis Mediteran dengan
bahan induk vulkan. Tipe hutan yang ada di Taman Buru Tambora Selatan terdiri
dari tipe hutan tropis dan tipe hutan musim. Jenis tumbuhan diantaranya didominasi
oleh Duabanga (Duabanga moluccana), jenis Cemara Gunung (Casuarina
junghuniana) serta beberapa pohon liar sebagai habitat tempat bersarangnya lebah
madu. Sedangkan untuk jenis fauna antara lain Punai Flores (Treron floris), Cekakak
Punggung Putih (Caridonax fulgidus), Pergam Punggung Hitam (Ducula lacemulata),
Celepuk Wallacea (Otus silvicola), Anis Nusa Tenggara (Zoothera Doherty), Burung
Madu Mentari (Nectarina solaris), Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua
sulphurea), Babi Hutan (Sus scrova), Rusa (Cervus timorensis), Musang serta Kera
Abu-abu (Macaca fascicularis). Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan
hutan hampir sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, hanya sebagian
kecil masyarakat yang bekerja di bidang perdagangan.
Iklim di Pulau Moyo umumnya beriklim tropis, Curah hujan antara 1250
mm/th di daerah rendah dan 1500-2000 mm/th di daerah dataran tinggi. Jenis tanah
Regosol kelabu dan Litosol bahan induk abu vulkanis intermediate. Keadaan perairan
di Taman Wisata Alam Laut Pulau Moyo mempunyai dasar perairan yang landai.
Wilayah dasar perairan yang dangkal umumnya ditumbuhi berbagai jenis koloni
karang dengan pola penyebaran yang bervariasi antara mengelompok dan patchy
coral serta merupakan habitat berbagai biota karang. Selain itu dibagian antara koloni
karang yang kosong merupakan substrat berpasir sedikit berbatu. Kondisi airnya
secara umum jernih dan khususnya dibagian yang dangkal penetrasi sinar matahari
dapat mencapai dasar perairan, hal tersebut memungkinkan pertumbuhan berbagai
biota dasar perairan menjadi subur. Adapun pola arus nampaknya cenderung
dipengaruhi oleh keadaan laut sekitarnya seperti cuaca, tinggi gelombang dan pasang
surut. Selain itu di bagian selatan Pulau moyo arus laut umumnya relatif deras
mengingat daerah tersebut merupakan selat antara Pulau Moyo dan daratan Pulau
Sumbawa.
D. Data yang Dikumpulkan
III
FLORA (11 izin)
1.
Gaharu (Gyrinops versteghii)
433 batang bibit, 50 kg
kayu, 8.000 kg
kemedangan, 4 Gubal
Sampel dan
penanaman
2.
Klicung (Diospyros malabica)
226 batang
Penanaman
3.
Anggrek (Polydota sp., Cologyne
speciosa, Aerides sp., Vanda
tricolor var. Lombok)
4.
8 batang (4 jenis,
masing-masing 2
batang)
Contoh
penelitian
Paku ekor monyet
1 batang
5.
Contoh
penelitian
Sengon (Albizia chinensis)
1 batang
Penanaman
6.
Jabon (Anthocepalus chinensis)
1 batang
Penanaman
7.
Salam (Artocarpus
1 batang
Penanaman
8.
sericicarpus) Engal
1 batang
Penanaman
9.
(Cryptocarya tomentosa)
224 batang
Penanaman
Dao (Dracontomelon dao)
Nama Jenis
(Ilmiah, Indonesia)
No.
Jumlah
Keterangan
10.
Ipil (Intsia bijuga)
221 batang
Penanaman
11.
Sawo Kecik (Manilkara kauki)
151 batang
Penanaman
12.
Telutuk (Ptercymbium sp.)
1 batang
Penanaman
13.
Sentul (Sandoricum koetjapi)
221 batang
Penanaman
14.
Rotan (Calamus sp.)
1 batang
Penanaman
15.
Binong (Tetrameles nudiflora)
1 batang
Penanaman
16.
Rajumas (Duabanga
246 batang
Penanaman
17.
moluccana) Kepuh (Sterculia
1 batang
Penanaman
18.
foetida)
1 batang
Penanaman
19.
Majaq (Sizygium sp.)
1 batang
Penanaman
20.
Ketimus (Protium javanicum)
1 batang
Penanaman
21.
Enau/Aren (Arenga piñata)
220 batang
Penanaman
22.
Bajur (Pterospermum
220 batang
Penanaman
23.
javanicum) Garu (Disoxylum sp.)
220 batang
Penanaman
24
Buah Odak (Palaquium
221 batang
Penanaman
25.
poetida) Jukut (Eugenia
220 batang
Penanaman
26.
polyanta)
220 batang
Penanaman
27.
Klokos Udang (Syzigium sp.)
220 batang
Penanaman
28.
Udu (Litsea accedentoides)
100 batang
Penanaman
100 batang
Penanaman
150 batang
Penanaman
150 batang
Penanaman
Terep (Arthocarpus
29.
30.
elastica)
31.
Filing/Saga Hutan
(Adenanthera pavonina)
32.
Bungur (Lagerstroemia speciosa)
150 batang
Penanaman
33.
Sawo Susu (Chrysophyllum cainoto)
150 batang
Penanaman
34.
Kepundung (Baccaurea racemosa)
150 batang
Penanaman
35.
Kelenis
150 batang
Penanaman
Kemuning
Nama Jenis
(Ilmiah, Indonesia)
No.
Jumlah
Keterangan
36.
Je (Planchonia
150 batang
Penanaman
37.
valida) Bentaeng
150 batang
Penanaman
38.
Suniran
150 batang
Penanaman
39.
Ganitri (Elaeocarpus sphaericus)
150 batang
Penanaman
40.
Langsat/Duku (Lansium domesticum)
150 batang
Penanaman
41.
Telur Ujat (Dysoxylum nutans)
150 batang
Penanaman
42.
Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
150 batang
Penanaman
43.
Ketapang (Terminalia katapa)
150 batang
Penanaman
44.
Kayu Rangkong Mayung
1 batang
Penanaman
45.
Perina
1 batang
Penanaman
46.
Tandan Geripik
1 batang
Penanaman
47.
Puyang/Bujak
1 batang
Penanaman
48.
Belunak
2 batang
Penanaman
49.
Belincang
1 batang
Penanaman
50.
Vanili Hutan
1 batang
Penanaman
51.
Tempanas
2 batang
Penanaman
52.
Empet-empet
1 batang
Penanaman
53.
Kayu Putih (Melaleuca leucadendron)
1 batang
Penanaman
54.
Kayu Delingis
1 batang
Penanaman
55.
Kayu Juwet (Eugenia cuminii)
1 batang
Penanaman
56.
Kayu Lelengis
1 batang
Penanaman
57.
Kayu Kasol
1 batang
Penanaman
58.
Kayu Pepaok
1 batang
Penanaman
59.
Api-api
2 batang
Penanaman
60.
Iluh-iluh
2 batang
Penanaman
61.
Terong KB
2 batang
Penanaman
62.
Reket
1 batang
Penanaman
Nama Jenis
(Ilmiah, Indonesia)
No.
Jumlah
Keterangan
63.
Imbe-imbe
1 batang
Penanaman
64.
Akar Gelitik
1 batang
Penanaman
65.
Sembal Katih
2 batang
Penanaman
66.
Memelong
2 batang
Penanaman
67.
Umbe
1 batang
Penanaman
68.
Cendana (Santalum album)
2 batang
Penanaman
E. Hasil dan Analisis Data yang dilakukan
1. List/daftar jenis flora berdasarkan fauna Indonesia di lindungi berdasarkan
dasar hukumnya ( SK Menteri ; PP; IUCN; dst)
Konservasi Flora
Hasil Penelitian terhadap flora kawasan hutan Pulau Moyo menunjukan bahwa
pada analisa vegetasi pohon kawasan hutan tersebut disominasi oleh Schleicera
oleosa (Kesambi).
Jenis
pohon
lain
yang
mendominasi
adalah Alstonia
spectabilis, Pterospermum diversifolium dan Schotonia ovata. Pada analisa vegetasi
perdu disominasi oleh Streblus asper. Selain jenis Streblus asper, beberapa jenis perdu
yang mendominasi adalah jenis Callophyllum inophyllum dan Protium javanicum.
Pada Analisa vegetasi tumbuhan berhabitus pohon pada kawasan ini lebih
sedikit jika dibandingkan dengan perdu. Hasil dari analisa vegetasi di Pulau Moyo
menunjukan bahwa keragaman tumbuhan tingkat pohon adalah tinggi, ditunjukan
dengan nilai indeks Shanon Wiener sebesar 4,06 sedangkan pada analisa perdu
dikawasan ini sangat tinggi, ditunjukan dengan indeks shanon wiener adalah 4,99.
Tumbuhan berhabitus pohon jumlah nya lebih sedikit jika dibandingkan perdu. Ratarata Habitus pohon digunakan sebagai habitat tumbuhan epifit. Sehingga keberadaan
pohon tersebut harus dikonservasi karena menjadi inang bagi tumbuhan lain.
seperti Schleicera oleosamerupakan habitat anggrek endemik Pterorceras javanica dan
paku pakuan.
Konservasi flora terkait dengan status konservasi di alam.
Berdasarkan hasil eksplorasi dan penelitian flora di kawasan hutan Pulau
Moyo Nusa Tenggara Barat didapatkan bahwa terdapat beberapa jenis flora yang
memiliki status langka menurut versi IUCN. Jenis dan status dari flora tersebut
tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
2. Deskripsinya status kriteria perlindungan dan sebenarnya di Indonesia
dengan perbandingan antar kawsan local, regional dan luar negri
Tabel 1. Status konservasi fora yang diketemukan di Hutan Pulau Moyo
NTB
No Nama Spesies
Famili
Status konservasi
1
Aglaia lawii (Weight) C.J. Saldanha
Meliaceae
Lower Risk/least concern
2
Canarium litoraleBlume
Burseraceae
Lower Risk/least concern
3
Aglaia argenteaBlume
Meliaceae
Lower Risk/least concern
4
Nauclea
diderrichii(De
Wild.
& Rubiaceae
Vulnerable
5
Tacca leontopetaloides (L) Kunze
Taccaceae
Lower Risk/least concern
6
Bauhinia purpurea L
Leguminosae
Lower Risk/least concern
7
Calophyllum soulattri Burm f
Clusiaceae
Lower Risk/least concern
8
Alstonia macrophyllaWall ex G.Don
Apocybaceae
Lower Risk/least concern
9
Aglaia spectabilis(Miq) S.S Jain & Meliaceae
T.Durand) Merrill
Lower Risk/least concern
Sbennet
10
Aglaia odoratissimaBlume
Meliaceae
Lower Risk/least concern
11
Calophyllum inophyllum L
Meliaceae
Lower Risk/least concern
Konservasi Anggrek
Populasi dan anggrek pada kawasan ini sangat kecil. Hal tersebut disebabkan
kawasan yang memiliki iklim yang kering dan curah hujan yang rendah. Konservasi
terhadap anggrek harus dilakukan agar keberadaanya tetap terjaga di hutan.
Dimungkinkan perkembangan pariwisata di Pulau Moyo kedepanya akan semakin
maju,hal tersebut berdampak terhadap bertambahnya turis domestik dan asing
dimungkinkan dapat mengganggu ekosistem hutan. Beberapa jenis anggrek yang
ditemukan di hutan dan selayaknya dilindungi terdaftar pada tabel 2. Jenis
anggrek Pteroceras javanicaditemukan pada kawasan hutan. Anggrek tersebut
merupakan jenis anggrek epifit yang endemik diwilayah tertentu. Bahkan anggrek ini
pernah dinyatan punah di alam. Anggrek ini di wilayah Moyo hanya tumbuh pada
pohon Scleichera oleosa. Jenis anggrek ini selayaknya dilindungi di habitat aslinya
karena tidak dapat beradaptasi diluar habitat aslinya.
Tabel 2. Jenis Anggrek di hutan Pulau Moyo.
Nama spesies
Famili
Jenis anggrek
Nervilia plicata
Orchidaceae
Anggrek tanah
Nervilia aragoana
Orchidaceae
Anggrek tanah
Pteroceras javanica
Orchidaceae
Anggrek epifit
Oberonia iridifolia
Orchidaceae
Anggrek epifit
Eulophia spectabilis
Orchidaceae
Anggrek epifit
Vanda limbata
Orchidaceae
Anggrek epifit
Konservasi flora di sekitar aliran mata air
Kawasan hutan di Pulau Moyo Nusa Tenggara Barat memiliki aliran mata air
yang membentuk sungai besar dan oleh masyarakat disebut dengan Brang yang
berarti sungai. Beberapa sungai tersebut antara lain Brang Rea, Brang Koa, Brang
Stema, Brang Surengale, Brang Sitomang, Brang Sibotok, dan Brang Sangelo. Aliran
mata air dikawasan hutan dalam musim kemarau tetap ada dan aliran tersebut masuk
dalam kawasan masyarakat. Masyarakat memanfaatkan aliran mata air yang besar ini
sebagai kebutuhan sehari-hari. Ketersediaan air tersebut merupakan kebutuhan pokok
masyarakat karena mereka jarang memiliki sumur. Keberadaan mata air apabila
dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan untuk sistem irigasi pertanian karena daerah
ini bercurah hujan rendah. Konservasi flora sekitar aliran mata air harus tetap
dilakukan karena disepanjang aliran air didominasi oleh pohon pohon besar yang
diduga turut berperan dalam menjaga ketersediaan air di hutan dan menjaga tepian
sungai dari pengikisan arus air. Beberapa flora yang ditemukan dan disarankan untuk
tetap dikonservasi terdaftar pada tabel 3.
Tabel 3. Jenis Pohon di sekitar aliran mata air kawasan hutan Pulau Moyo.
No Nama spesies
Famili
1
Ficus racemosa
Moraceae
2
Ficus variegata
Moraceae
3
Anthocephalus chinensis
Rubiaceae
4
Schleichera oleosa
Sapindaceae
5
Protium javanicum
Burseraceae
6
Streblus asper
Moraceae
7
Inocarpus fagiferus
Fabaceae
8
Calophyllum inophyllum
Clusiaceae
9
Peltophorum inerme
Fabaceae
10 Alstonia spectabilis
Apocynaceae
11 Artocarpus altilis
Moraceae
12 Artocarpus anisophyllus
Moraceae
13 Pandanus tectorius
Pandanaceae
14 Kleinhovia hospita
Sterculiaceae
15 Sterculia foetida
Sterculiaceae
16 Moringa oleifera
Moringaceae
17 Nauclea diderrichii
Rubiaceae
18 Ficus septica
Moraceae
19 Mallotus moritzianus
Euphorbiaceae
20 Barringtonia racemosa
Lecythidaceae
berumbi
21 Ficus superba
Moraceae
memang cocok
22 Ceiba petandra
Bombacaceae
dibudidayakan
23 Gigantochloa atter
Poaceae
wilayah Pulau
24 Pterospermum diversifolium
Sterculiaceae
25 Antiaris toxicarya
Moraceae
26 Syzygium gracillis
Myrtaceae
yang
27 Phyllanthus emblica
Euphorbiaceae
kering
berpasir
28 Dysoxylum Cauliflorum
Meliaceae
yang
29 Acmena acuminatissima
Myrtaceae
mondominasai
30 Microcos paniculata
Malvaceae
31 Ficus nervosa
Moraceae
32 Aglaia spectabilis
Meliaceae
di
Moyo
tanah
kering
gembur.
Jenis tanaman
karena kondisi
nya
berpasir
yang
dan
Kedaaan tanah
dan
kawasan Pulau Moyo menyebabkan tumbuhan berumbi dapat tumbuh dengan
optomal. Jenis Tacca diketahui memiliki sumber karbohidrat yang tinggi dan
memiliki
kandungan
dikembangkan
senyawa
sebagai
flavonoid,
komoditas
saponin
makanan
dan
tannin. Tacca dapat
berkarbohidrat
tinggi.
Jenis
Amorphophallus juga telah banyak diproduksi dan diimport ke luar negri sebagai
bahan pembuatan mie dan kosmetik, terutama wilayah Jepang dan Asia
Timur. Amorphophallus spp diteliti mengandung glukomanan yang sangat bermanfaat
untuk obat-obatan. ProduksiAmorphophallus spp dapat mencapai 8-9 ton/ha 9
(Arisoesilaningsih dkk. 2009).
Melihat kondisi iklim wilayah hutan, tanaman ini seharusnya dapat tumbuh
dengan baik di Pulau Moyo. Melihat potensi wilayah yang ada di Pulau Moyo
seharusnya perekonomian masyarakat dapat diperbaiki dengan pengelolaan lahan
yang baik sehingga meningkatkan produktivitas hasil pertanian
Tabel
4.
Daftar
Jenis
Tumbuhan
lokal
yang
disarankan
untuk
dibudidayakan sebagai bahan pangan alternatif
No
Nama spesies
Famili
1
Tacca palmatifida
Taccaceae
2
Tacca leutopenthaloides
Taccaceae
3
Amorphophallus campanulatus
Araceae
4
Dioscorea hispida
Dioscoreaceae
5
Dioscorea alata
Dioscoreaceae
6
Dioscorea pentaphylla
Dioscoreaceae
Konservasi tumbuhan berkayu dan Pemanfaatanya
Beberapa tumbuhan dimanfaatkan oleh masyakat untuk bangunan rumah.
Rata-rata rumah yang dibangun adalah rumah panggung dengan memanfaatkan kayu
sebagai bahan dasar untuk bangunan. Pemanfaatan tumbuhan untuk bangunan rumah
harus memperhitungkan aspek konservasi karena bagian yang diambil adalah batang.
Pemanfaatan batang akan membuat tumbuhan tersebut mati karena penebangan. Ratarata masyarakat di Pulau Moyo mengambil kayu langsung dari hutan sehingga apabila
tumbuhan terus dimanfaatkan batangnya tanpa adanya penanaman kembali terhadap
tumbuhan tersebut maka dampaknya adalah kerusakan hutan. Tumbuhan berupa
pohon besar juga bermanfaat untuk habitat epifit seperti anggrek dan paku. Tumbuhan
lokal di hutan dapat dikembangkan dan dibudidayakan untuk mencukupi kebutuhan
kayu. Beberapa jenis kayu lokal yang dapat direkomendasikan untuk diperbanyak
disekitar area agroforestri terdaftar pada tabel 3.
Tabel 3. Daftar rekomendasi jenis tumbuhan kayu lokal Pulau Moyo
No
Nama spesies
Nama Lokal
Famili
1
Scleichera oleosa
Kasambi
Sapindaceae
2
Alstonia spectabilis
Kayu batu
Apocynaceae
3
Protium javanicum
Loa
Burseraceae
4
Dysoxylum cauliflorum
Buampu'u
Meliaceae
5
Pterocymbium diversifolium
Haju sala
Sterculiaceae
Scleichera oleosa merupakan jenis tumbuhan yang mendominasi wilayah
hutan di pulau Moyo. Persebaran kelimpahan jenis tumbuhan tersebut menunjukan
bahwa tumbuhan tersebut dapat tumbuh dengan baik di hutan Moyo. Jenis tersebut
dapat direkomendasikan untuk kayu lokal. Berdasalkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap jenis tumbuhan yang menyerap karbon dengan sekuestrasi yang
tinggi di Kebun Raya Purwodadi adalah jenis Scleichera oleosa. Jenis Scleichera
oleosa juga merupakan inang epifit dan spesifik untuk anggrek Pteroceras javanica.
Tumbuhan yang ketersediaanya melimpah tetapi belum termanfaatkan
adalah Pandanus tectorius (Pandan pantai). Populasi tumbuhan ini mendominasi
kawasan pantai. Pemerintah setempat seharusnya dapat memberikan penyuluhan
terkait pemanfaatan tanaman-tanaman lokal yang berpotensi untuk memperbaiki
perekonomian masyarakat di Pulau Moyo.
Pete pulau moyo
Peta tambora selatan (dompu)
F. Kesimpulan
Hasil Penelitian terhadap flora kawasan hutan Pulau Moyo menunjukan bahwa
pada analisa vegetasi pohon kawasan hutan tersebut disominasi oleh Schleicera
oleosa (Kesambi).
Jenis
pohon
lain
yang
mendominasi
adalah Alstonia
spectabilis, Pterospermum diversifolium dan Schotonia ovata. Pada analisa vegetasi
perdu disominasi oleh Streblus asper. Selain jenis Streblus asper, beberapa jenis perdu
yang mendominasi adalah jenis Callophyllum inophyllum dan Protium javanicum.
Tumbuhan yang ketersediaanya melimpah tetapi belum termanfaatkan
adalah Pandanus tectorius (Pandan pantai). Populasi tumbuhan ini mendominasi
kawasan pantai. Pemerintah setempat seharusnya dapat memberikan penyuluhan
terkait pemanfaatan tanaman-tanaman lokal yang berpotensi untuk memperbaiki
perekonomian masyarakat di Pulau Moyo.
G. Daftar Pustaka
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Balai Konservasi Nusa Tenggara
Barat.2012. Tambora. http://mount-tambora.net
Murian. 2013. Gunung Tambora. http://hoverart.blogspot.com/2013/03/gunungtambora.html
Prasetyo, tri. 2011. Balai Statistik Nusa Tenggara Barat. statistik balai ksda ntb
tahun 2010.
Trimentoyo, 2013. Konservasi Dan Pengelolaan Kawasan Hutan Pulau Moyo Nusa
Tenggara
Barat
.
http://trimanto.blogspot.com/2014/02/rekomendasi-
konservasi-dan-pengelolaan.html#comment-form
Wahyuni, tri endang, s.si.dan eri mildranaya, s.hut. 2010. Panduan Wisata Alam Di
Kawasan Konservasi Nusa Tenggara Barat. Balai Konservasi Sumber Daya
Alam Nusa Tenggara Barat.