Sejarah Perkembangan Civil Society di In

Nama

: Muklis Efendi

NIM

: 150801067

Prodi

: Ilmu Politik

Mata Kuliah

: Perubahan Sosial dan Dinamika Politik

Dosen Pembimbing

: Taufik Abdullah MA

Sejarah Perkembangan Civil Society di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Wacana masyarakat madani merupakan wacana yang telah mengalami proses yang

panjang. Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada saat terjadi
transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat Barat modern, yang saat itu lebih
dikenal dengan istilah civil society.
Wacana masyarakat madani yang sudah menjadi arus utama dewasa ini, baik
di lingkungan masyarakat, pemerintah, dan akademisi, telah mendorong berbagai kalangan
untuk memikirkan bagaimana perkembangan sektor-sektor kehidupan di Indonesia yang
sedang dilanda reformasi itu dapat diarahkan kepada konsep masyarakat madani sebagai
acuan baru.
Dalam makalah ini akan dikemukakan pengertian civil societybaik secara global
maupun menurut berbagai pakar di berbagai negara yang menganalisa dan mengkaji
fenomena civil society. Karakteristik yang menjadi prasyarat penegakan civil society, sejarah
dan perkembangan civil society , serta strategi–strategi dalam membangun civil society di

Indonesia.

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa Pengertian Civil Society?

2.

Apa Karakteristik Civil Society?

3.

Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Civil Society di Indonesia?

4.


Bagaimana Strategi Membangun Civil Society di Indonesia?

C.

Tujuan

1.

Untuk mengetahui pengertian civil society

2.

Untuk mengetahui karakteristik civil society

3.

Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan civil society di Indonesia

4.


Untuk mengetahui strategi membangun civil society di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Civil Society

Istilah madani secara umum dapat diartikan sebagai “ adab atau beradab “ Masyarakat
madani dapat didefinisikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun,
menjalani, dan memaknai kehidupannya, untuk dapat tata masyarakat yang beradab dalam
membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya, untuk dapat mencapai masyarakat
seperti itu, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain adalah keterlibatan dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama, kontrol masyarakat dalam
jalannya proses pemerintahan, serta keterlibatan dan kemerdekaan masyarakat dalam
memilih pimpinannya. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan
teknologi.
Menurut Zbigniew Rau, masyarakat madani merupakan suatu masyarakat yang

berkembang dari sejarah, yang mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan
tempat mereka bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka
yakini.
Han Sung-joo mendefinisikan masyarakat madani merupakan sebuah kerangka hukum
yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan sukarela yang terbebas
dari negara, suatu ruang publik yang mampu mengartikulasikan isu-isu politik, gerakan
warga negara yang mampu mengendalikan diri dan independen, yang secara bersama-sama
mengakui norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk
serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society ini.
Kim Sunhyuk mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah
suatu satuan yang terdiri dari kelompok-kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya
dan gerakan-gerakan dalam masyarakat yang secara relatif otonom dari negara, yang
merupakn satuan-satuan dari (re) produksi dan masyarakat politik yang mampu melekukan
kegiatan politik dalam suatu ruang publik, guna menyatakan kepedulian mereka dan

memejukan kepentingan-kepentingan mereka menurut prinsip-prinsip pluralisme dan
pengelolaan yang mandiri.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud masyarakat madani
adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan
penguasa dan negara, memiliki ruang publik dalam mengemukakan pendapat, adanya

lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingan publik.
Lebih masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral
yang menjamin kesimbangan antara kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat.

Di Indonesia Civil society dapat diterjemahkan sebagai berikut :
1. Civil society diterjemahkan sebagai masyarakat madani. Hal ini merujuk pada kota
Madinah yang berasal dari kata madaniah yang berarti peradaban. Jadi, masyarakat
madani artinya masyarakat yang berperadaban.
2. Civil society diterjemahkan dengan istilah masyarakat sipil. Civil berarti sipil dan
society berarti masyarakat.
3. Civil society diterjemahkan sebagai masyarakat warga atau kewarganegaraan.
4. Civil society diterjemahkan dengan istilah masyarakat yang beradab, yaitu dari
civilized (beradab) dan society (masyarakat).
Ciri-ciri masyarakat madani :
a. Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak.
b. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan. Misalnya, pembagian atau
pemisahan kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
c. Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan atau pemerintahan. Dalam negara
demokrasi ada berbagai macam organisasi civil society yang melakukan kegiatan
secara mandiri dan bebas dari kontrol pemerintahan dengan tujuan mewujudkan

kebaikan bersama (public good). Contohnya adalah usaha memberdayakan
masyarakat miskin dan memberdayakan sekolah.

B.

Karakteristik Civil Society

Ø Wilayah publik yang bebas (free public sphere)
Wilayah publik yang bebas yaitu adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana
dalam mengemukakan pendapat. Ruang public dapat diartikan sebagai wilayah bebas di
mana semua warga Negara memiliki akses penuh dalam kegiatan yang bersifat publik.
Ø Demokrasi
Demokrasi adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan dilakukan oleh,
dari, dan untuk warga negara. Masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan
interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak memperhatikan suku, ras dan agama.
Ø Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Jika toleransi menghsilkan adanya tata cara pergaulan yang menyenangkan antara berbagai
kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai hikmah atau manfaat
dari pelaksanaan ajaran yang benar.

Ø Kemajemukan (pluralisme)
Sebagai prasyarat penegakan masyarakat madani, maka pluralisme harus dipahami
secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai dan
menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Kemajemukan erat kaitannya
dengan sikap penuh pengertian (toleran) kepada orang lain, yang diperlukan dalam
masyarakat yang majemuk.
Ø Keadilan sosial (social justice)
Keadilan sosial adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap
hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
Masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang
ditetapkannya oleh pemerintah.

C.

Ø

Sejarah dan Perkembangan Civil Society di Indonesia

Fase pertama, dikembangkan oleh:
a. Aristoteles (384-322 SM)

Civil

Society dipahami

sebagai

sistem

kenegaraan

dengan

menggunakan

istilah koinonia politike, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat
langsung dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan.
Istilah koinonia politike digunakan untuk menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis
dimana warga negara di dalamnya berkedudukan sama di depan hukum.
b. Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)
Masyarakat sipil atau societies civilies ,yaitu sebuah komunitas yang mendominasi

komunitas yang lain. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota (city state), yakni
untuk menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainnya, sebagai kesatuan yang
terorganisasi.
c. Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Hobbes, masyarakat madani harus memiliki kekuasaan mutlak agar mampu
sepenuhnya mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi (perilaku politik)
setiap warga negara.

d. John Locke (1632-1704 M)
Kehadiran masyarakat madani dimaksudkan untuk melindungi kebebasan dan hak milik
setiap warga negara. Konsekuensinya adalah masyarakat madani tidak boleh absolut dan
harus membatasi perannya pada wilayah yang tidak bisa dikelola masyarakat dan
memberikan ruang yang manusiawi bagi warga negara untuk memperoleh haknya secara adil
dan proporsional.

Ø Fase kedua, dikembangkan oleh:
Adam Fergusson (1767)
Ia menekankan masyarakat madani pada sebuah visi etis dalam kehidupan
bermasyarakat. Pemahamannya ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial yang
diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme serta mencoloknya perbedaan

antara publik dan individu.

Ø Fase ketiga, dikembangkan oleh:
·

Thomas Paine (1792)
Ia menggunakan istilah masyarakat madani sebagai kelompok masyarakat yang

memiliki posisi secara diametral dengan negara, bahkan dianggapnya sebagai anti tesis dari
negara. Dengan demikian, maka negara harus dibatasi sampai sekecil-kecilnya dan ia
merupakan perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi
terciptanya kesejahteraan umum. Masyarakat madani menurut Paine adalah ruang dimana
warga dapat mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan
kepentingannya secara bebas dan tanpa paksaan.
Ø Fase keempat, dikembangkan oleh:
a.

GWF Hegel (1770-1851 M)
Struktur sosial terbagi atas 3 entitas, yakni keluarga, masyarakat madani dan negara.

Keluarga merupakan ruang sosialisasi pribadi sebagai anggota masyarakat yang bercirikan
keharmonisan. Masyarakat madani merupakan lokasi atau tempat berlangsungnya percaturan
berbagai kepentingan pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Sementara
negara merupakan representasi ide universal yang bertugas melindungi kepentingan politik
warganya dan berhak penuh untuk intervensi terhadap masyarakat madani.
b.

Karl Mark (1818-1883)

Masyarakat madani sebagai “ masyarakat borjuis” dalam konteks kehidupan produksi
kapitalis, keberadaannya merupakan kendala bagi pembebasan manusia dari penindasan.
Karenanya, maka ia harus dilenyapkan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas.

c. Antonio Gramsci(1891-1837 M)
Ia tidak memahami masyarakat madani sebagai relasi produksi, tetapi lebih pada sisi
ideologis. Gramsci memandang adanya sifat kemandirian dan politis pada masyarakat sipil,
sekalipun keberadaannya juga amat dipengaruhi oleh basis material.

Ø Fase kelima, dikembangkan oleh:
·

Alexis de Tocqueville (1805-1859)
Masyarakat madani sebagai entitas penyeimbang kekuatan negara. Bagi de’

Tocqueville, kekuatan politik dan masyarakat madani-lah yang menjadikan demokrasi di
Amerika mempunyai daya tahan. Dengan tertwujudnya pluralitas, kemandirian dan kapasitas
politik di dalam masyarakat madani, maka warga negara akan mampu mengimbangi dan
mengontrol kekuatan negara.

D.
Ø

Strategi Membangun Civil Society di Indonesia
Integrasi nasional dan politik
Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung

dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat.
Ø

Reformasi sistem politik demokrasi
Strategi ini berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak

usah

menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi.
Ø Membangun masyarakat madani sebagai basis yang kuat ke arah demokratisasi.
Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dari strategi pertama dan
kedua. Dengan begitu strategim ini lebih mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik,
terutama pada golongan menengah yang makin luas.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

1.

Masyarakat madani adalah sebuah kelompok atau tatanan masyarakat yang berdiri

secara mandiri dihadapan penguasa dan negara, memiliki ruang publik dalam
mengemukakan pendapat, adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat menyalurkan
aspirasi dan kepentingan publik.
2.

Perwujudan masyarakat madani ditandai dengan beberapa karakteristik diantaranya

wilayah publik yang bebas, demokrasi, toleransi, kemajemukan, dan keadilan sosial.
3.

Masyarakat madani berkembang melalui proses yang panjang yang dapat

dikelompokkan menjadi lima fase.
4.

Strategi membangun masyarakat madani di indonesia dapat dilakukan dengan integrasi

nasional dan politik, reformasi sistem politik demokrasi, membangun masyarakat madani
sebagai basis yang kuat ke arah demokratisasi.

B.

Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi perbaikan karya-karya berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Basyir, Kunawi (dkk.). 2011. Civic Education. Surabaya:IAIN Sunan Ampel press
Lisyarti, Retno (dkk.). 2008 Pendidikan Kewarganegaraan, Erlangga : PT. Gelora Aksara
Pratama
Rosyada,

Dede

(dkk.).

2003. Demokrasi,

Hak Asasi

Manusia

dan

Masyarakat

madani. Jakarta: Prenada Media.
Ubaedillah (dkk.). 2010. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat madani. Jakarta:
Prenada Media