Kajian Elephant Flying Squad Pasukan gaj
Kajian Elephant Flying Squad
(Pasukan gajah Reaksi Cepat)
tahun 2012 untuk mitigasi
konflik Gajah – Manusia di
Desa Lubuk Kembang Bunga
dan sekitarnya
Didukung dan didanai oleh WWF –
US, WWF Swedia dan WWF France
Oleh Syamsuardi dan Wishnu Sukmantoro
Technical Report on 016/CM/2013
Kajian Elephant Flying Squad (Pasukan gajah Reaksi Cepat) tahun 2012 untuk
mitigasi konflik Gajah – Manusia di Desa Lubuk Kembang Bunga dan sekitarnya
Oleh Syamsuardi & Wishnu Sukmantoro
Pendahuluan
Gajah sumatera merupakan spesies penting di Pulau Sumatera. Gajah dikenal sebagai megafauna yang
terancam punah dan masuk katagori critically endangered species untuk sub spesies di Sumatera (IUCN
2012). Sejak tahun 1931 - sekarang, Gajah Sumatera dinyatakan sebagai satwa yang dilindungi
(Dierenbeschermings Verordening Staatblad, 1931, No.134) dan termasuk satwa yang tidak boleh
diperdagangkan
(Appendix 1 CITES). Sehingga, upaya perlindungan (terutama habitat dan
perburuannya) dan meminimalkan konflik dengan manusia yang mengakibatkan kematian gajah,
menjadi langkah strategis yang dapat dipilih untuk wilayah Sumatera.
Sejak tahun 2000an, WWF Indonesia mengembangkan mitigasi konflik gajah dengan manusia di
Sumatera terutama di Riau. Mitigasi konflik diarahkan dalam upaya mencegah dan mengurangi konflik
gajah dengan manusia dan salah satu aspek pengembangan konservasi gajah di Indonesia. Mitigasi
konflik tersebut melibatkan teknik melakukan mitigasi. Teknik melakukan mitigasi dibagi menjadi dua
bagian yaitu teknik mitigasi tradisional dan modern. Teknik mitigasi tradisional adalah teknik mitigasi
hasil karya lokal yang diwariskan turun temurun misalnya dalam penggunaan api unggun atau obor
dalam mengusir gajah. Teknik ini telah lama diperkenalkan masyarakat Sumatera dan Jawa (waktu masih
terdapat populasi gajah) dalam mengusir satwa terutama gajah waktu itu. Teknik lain adalah dengan
menggunakan kentongan atau bunyi-bunyian.
Teknik modern seringkali mengikuti cara-cara tradisional misalnya dalam pengembangan meriam karbit
untuk mengusir gajah, atau yang lebih modern lagi menggunakan pengeras suara dengan bunyi
dentuman atau hentakan yang fungsinya untuk pengusiran gajah. Penggunaan api sampai saat ini masih
dilakukan terutama dari masyarakat lokal sebagai bentuk kearifan tradisional, tetapi di beberapa
tempat, lampu sorot menjadi bagian dari mitigasi menggantikan api unggun atau obor. Di Taman
Nasional Way Kambas, masyarakat sekitar kawasan, menggunakan api unggun sebagai bentuk
pengusiran gajah, selain itu sebagai antisipasi kedatangan gajah, mereka membangun menara-menara
pengawas dimana dilengkapi lampu sorot dengan aki (accu) dan tempat pengintaian yang tingginya 5 – 8
meter. Teknik lain yang juga dianggap modern saat ini adalah pengembangan parit gajah, elektric
fencing (pagar listrik tegangan rendah) dan penggunaan gajah dalam pengusiran dan penggiringan gajah
liar atau yang disebut Elephant Flying Squad (EFS).
Elephant Flying Squad merupakan metode mitigasi konflik dengan mempergunakan minimal 4 ekor
gajah jinak dan memiliki tugas untuk patrol, pengusiran dan penggiringan gajah liar ke habitat asalnya
pada saat konflik dengan masyarakat atau gajah liar datang ke kebun masyarakat. WWF Indonesia telah
mengembangkan teknik ini sejak tahun 2004 di desa Lubuk Kembang Bunga. Dari tingkat efektifitas
penurunan konflik sejak tahun 2004 – 2010, konflik dan kerugian akibat konflik dapat diturunkan
mencapai 63,8 % - 78,7% (Syamsuardi et. al. 2010, Sukmantoro et. al. 2011). Dari hasil ini juga,
keterlibatan masyarakat dalam membantu teknik mitigasi ini relatif tinggi yaitu 50%. Dalam
perkembangannya, prosedur operasional standar dibangun untuk meningkatkan efektivitas flying squad
dan tim ini memulai penggunakan database MIST untuk kegiatan patrol.
Laporan tahun 2012 ini merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi dari efektivitas flying squad dan
untuk mengukur kemampuan flying squad dan kinerja dari tahun ke tahun. Selain itu, laporan tahun
2012 ini sebagai bahan masukan bagi penentu kebijakan dan WWF Indonesia untuk melakukan
perbaikan dan menyempurnakan dalam sistem tata kelola flying squad di masa datang.
Metode
Pengumpulan dan kompilasi data ini dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas flying squad untuk
mitigasi konflik gajah – manusia di desa Lubuk Kembang Bunga dan sekitarnya. Selain itu, pengumpulan
dan kompilasi data ini juga berguna untuk melihat karakteristik gajah liar yang datang ke desa tersebut
dari waktu ke waktu. Tujuan dari mengetahui pola dan karakter gajah liar adalah untuk menentukan
strategi yang tepat dalam penanganan gajah liar terutama untuk tujuan mitigasi konflik.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan metode patroli yang dilengkapi
dengan formulir data dari masing-masing individu di Flying Squad. Patroli gajah dilakukan setiap Hari
selasa dan Sabtu dan patroli bermotor. Di dalam patroli, anggota tim memasukkan informasi temuan
dan data kedatangan gajah berdasarkan formulir data yang telah dibuat. Informasi temuan dan
kedatangan gajah dicatat secara spasial oleh anggota tim menggunakan GPS. Pada saat pengusiran dan
penggiringan, tim flying squad juga dilengkapi formulir data tersendiri.
Metode pengumpulan data ini telah dilakukan sejak tahun 2005 dan dianalisa setiap tahun sekali.
Laporan ini adalah merupakan hasil pengumpulan dan kompilasi data tahun 2012 melingkupi data patrol
flyings quad sejak bulan Januari 2012 dan informasi pengusiran dan penggiringan. Tahun 2012
merupaan tahun yang sulit bagi kinerja Flying Squad karena diiringi dengan catatan kematian gajah
karena diracun yaitu 12 individu sekitar Taman Nasional Tesso Nilo (dari total 15 individu kematian gajah
di Propinsi Riau) termasuk 1 individu di dalam wilayah kerja Fying Squad Lubuk Kembang Bunga.
Hasil Pemantauan dan Diskusi
1. Kedatangan Gajah
Pada tahun 2009 diperkirakan 55 individu gajah liar yang sampai ke wilayah operasional Flying Squad
(Desa Lubuk Kembang Bunga) dengan total 19 kali kedatangan. Dari 19 kali kedatangan, konsentrasi
gajah yang masuk ke dalam dan sekitar desa LKB berada pada bulan Maret, Juli, Agustus dan September,
dimana puncaknya terjadi pada bulan September yaitu 5 kali kedatangan. Pada bulan Januari, Februari,
April Mei, Oktober, November dan Desember tidak ada kedatangan gajah liar di Desa lubuk kembang
bunga, hal ini juga dipengaruhi dengan tingginya aktifitas masyarakat di daerah jelajah gajah (perambah
hutan yang masuk di areal habitat gajah). Semakin tinggi aktifitas masyarakat maka semakin lambat
pergerakan gajah untuk mengikuti jalurnya dan kondisi ini hanya berlaku untuk gajah yang berkelompok
(Sukmantoro et. al., 2011).
Pada tahun 2010 terjadi kenaikan jumlah kedatangan gajah di Desa Lubuk kembang Bunga dibandingkan
tahun 2009. Tahun 2010 tercatat 21 kali kedatangan gajah dengan perkiraan jumlah gajah yang datang
adalah 142 individu. Tahun 2010, hampir seluruh bulan di tahun tersebut, terjadi kedatangan gajah,
kecuali pada bulan Juni dan Oktober. Puncak kedatangan terjadi pada bulan Februari, April, Mei dan Juli
yaitu 3 kali kedatangan.
Pada tahun 2012, tim Flying Squad mencatat kedatangan gajah berjumlah 33 kali di Desa Lubuk
Kembang Bunga. Catatan ini meningkat dibandingkan tahun 2009 dan 2010. Catatan kedatangan gajah
tersebut diikuti dengan analisa proporsi berdasarkan umur, ukuran kelompok dan jumlah kedatangan
per satuan waktu dalam satu hari.
a. Kedatangan Gajah Sumatera per bulan
Tahun 2012, sejak januari sampai desember, tim Flying Squad mencatat kedatangan gajah. Total
kedatangan gajah tahun 2012 adalah 33 kali kedatangan dimana puncak kedatangan terjadi pada bulan
April yaitu 7 kali dan Mei yaitu 6 kali. Pada bulan Juli sampai September tidak tercatat kedatangan gajah
ke Desa Lubuk Kembang Bunga. Rata-rata kedatangan gajah per bulan dari total kedatangan gajah
adalah 3 kali.
Frekuensi kedatangan gajah tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2010, adalah berbeda
dimana pada tahun 2009, puncak kedatangan gajah yaitu bulan September (5 kali), Agustus dan Maret
(4 kali). Pada tahun 2010, frekuensi kedatangan gajah hampir merata yaitu dibulan Februari sampai Juli
dimana tidak ada kedatangan gajah di bulan Juni (Sukmantoro et. al. 2011). Berdasarkan catatan flying
squad tahun 2005 – 2006, puncak kedatangan gajah di Lubuk Kembang Bunga terjadi pada bulan Juni,
Juli dan September, pada tahun 2007, puncak kedatangan pada bulan April dan Januari dan pada tahun
2008, puncak kedatangan pada bulan Maret dan Desember. Pada tahun 2008, bulan Juni, Juli dan
Oktober adalah tida ada kedatangan gajah atau nol kedatangan gajah (Syamsuardi et. al. 2009). Catatan
kedatangan gajah per bulan di tahun 2012 dapat dilihat dalam Grafik 1. Dibawah ini.
Grafik 1. Frekuensi Kedatangan Gajah per bulan di Tahun 2012
8
7
7
6
6
5
4
4
4
3
3
3
3
2
1
2
1
0
0
0
0
b. Ukuran kelompok Gajah
Dari hasil pengumpulan data kedatangan gajah di tahun 2012, kedatangan gajah soliter atau single
adalah terbanyak yaitu 19 kali, sedangkan gajah berpasangan atau (pair) hanya 12 kali dan gajah
kelompok hanya 2 kali. Untuk gajah kelompok, diperkirakan 10 individu jumlah gajah kelompok yang
datang ke desa Lubuk Kembang Bunga. Informasi tercatat pada tanggal 6 dan 16 Oktober 2012 di Lubuk
Bali (00 10'31,9"- 101 59,08,4") dan Perbekalan (00 10'36,1” - 101 58'14,0”) .
Dari catatan – catatan sebelumnya, gajah soliter yang paling sering muncul, umumnya adalah gajah
jantan soliter (bull). Tahun 2005 -2006, frekuensi gajah soliter adlah 21 kali kedatangan dan hanya 3 kali
kedatangan rombongan gajah >10 individu. Tahun 2007, Sembilan kali kedatangan gajah soliter dan 14
kali kedatangan gajah soliter tahun 2008. Persentase kedatangan gajah soliter tahun 2005-2008 adalah
49,4 % dan untuk ukuran 2-6 ekor adalah 23,6%, ukuran jumlah kelompok 6-10 individu adalah 22,5%
sedangkan persentase untuk ukuran kedatangan gajah >10 ekor adalah 4,5%. Tahun 2006, pernah ada
catatan kedatangan gajah lebih dari 30 individu ke Lubuk Kembang Bunga (Syamsuardi et. al. 2009).
Tahun 2009, komposisi kelompok gajah yang datang ke LKB yaitu gajah tunggal sebanyak 12 kali, gajah
kelompok yaitu 6 kali dan gajah campuran sebanyak 1 kali. Tahun 2010, komposisi kelompok yang
datang ke LKB yaitu gajah tunggal sebanyak 8 kali, gajah kelompok sebanyak 5 kali dan campuran
sebanyak 2 kali. Dari pengumpulan informasi tahun 2010, kedatangan terbanyak dari gajah tunggal
terutama gajah soliter. Gajah campuran hanya sebanyak 1 kali perjumpaan oleh tim flying quad. Tahun
2010, juga dijumpai beberapa gajah soliter sedang masa berahi (Sukmantoro et. al. 2011).
Untuk melihat gambaran lebih jelas mengenai ukuran kelompok gajah tahun 2012 berdasarkan
kedatangan gajah liar ke desa Lubuk Kembang Bunga dapat dilihat dalam grafik 2. Di bawah ini;
Grafik 2. Ukuran Kelompok Gajah yang datang ke Lubuk Kembang Bunga tahun 2012
20
19
18
16
14
12
12
10
Ukuran kelompok
8
6
4
2
2
0
single
Berpasangan
Berkelompok
c. Interval Umur Gajah
Untuk internal umur gajah, catatan tahun 2012 untuk kedatangan gajah, 33 kali kedatangan, 33 kali
kedatangan gajah dewasa dan diantara kedatangan gajah dewasa, 2 kali juga kedatangan gajah anak,
terutama pada saat rombongan gajah berjumlah 10 individu. Tidak ada catatan gajah remaja pada saat
kedatangan gajah. Total gajah anak yang teridentifikasi adalah 3 individu dalam satu kelompok gajah
yang berjulah 10 individu baik pertemuan di Lubuk Bali maupun Perbekalan (lihat posisi kedatangan
gajah tersebut di ukuran kelompok gajah).
Catatan tahun 2005 – 2006 dari lebih dari 30 kali kedatangan gajah, 27 kedatangan merupakan individu
dewasa sedangkan 3 kali kedatangan diestimasi remaja. Beberapa catatan lain tidak diketahui kelompok
umurnya. Tahun 2005-2006, gajah dewasa yang umum datang adalah gajah jantan (bull) yang
diantaranya pada masa birahi. Gajah-gajah jantan soliter ini beberapa kali melakukan penyerangan di
wilayah kebun desa Lubuk Kembang Bunga. Dari hasil analisa data EFS yang dilakukan tahun 2009,
klasifikasi umur dewasa (>10 tahun) memiliki nilai tertinggi yaitu 12 kali kedatangan di tahun 2009.
Kedatangan gajah dewasa umumnya adalah gajah jantan dewasa yang soliter atau dalam kelompok kecil
mencari pasangan (bull). Nilai tertinggi kedua adalah pada klasifikasi campuran (beberapa individu gajah
yang berbeda umur (anak-anak, remaja dan dewasa atau anak-anak dan dewasa) datang ke LKB. Jumlah
kedatangan klasifikasi campuran adalah 6 kali (tahun 2009). Tahun 2010, kelompok umur campuran
lebih dominan dengan 13 kali dan 8 kali untuk kedatangan gajah dewasa. Kedatangan gajah dalam
klasifikasi campuran (umur) ini umumnya adalah dalam konteks berkelompok (herd) atau dalam satu
kelompok. Tahun 2009-2010, dai informasi mahout gajah dan masyarakat, terjadi beberapa kelahiran
anak gajah liar dalam kurun waktu tersebut. Hal ini akan menarik, apabila dalam kurun waktu di masa
datang, apabila habitat tidak terganggu, populasi gajah akan bertambah. Tahun 2010 (bulan februari)
juga diwarnai dengan 2 individu gajah mati di sebelah timur EFS Lubuk kembang Bunga. Usia gajah
tersebut diperkirakan 4-6 tahun, jadi sebenarnya dinamika populasi dari gajah liar di dalam TN Tesso
Nilo menunjukkan peningkatan jumlah anak gajah, meskipun habitat yang terus mengalami degradasi
(Syamsuardi et. al. 2010, Sukmantoro et. al. 2011). Grafik 3 dibawah ini menggambarkan interval umur
gajah berdasarkan kedatangan gajah liar tersebut ke Desa Lubuk Kembang Bunga.
Grafik 3. Interval Umur Gajah liar berdasarkan jumlah kedatangannya ke Desa Lubuk Kembang Bunga
35
33
30
25
20
Interval umur
15
10
5
2
0
0
Dewasa
Remaja
Anak
d. Kedatangan gajah berdasarkan waktu
Umumnya kedatangan gajah untuk data tahun 2012, dominannya adalah di pagi – siang hari antara
pukul 06:00 – 12:00 dengan 14 kali kedatangan, tetapi kedatangan di malam hari (18:00 – 00:00) juga
tinggi yaitu 11 kali. Antara jam 12:00 – 18:00 hanya 2 kali kedatangan. Untuk waktu 00:00 – 06:00 pagi
hari adalah nol, ini mungkin disebabkan kegiatan patroli dan informasi masyarakat tidak berada di waktu
ini atau posisi tim dan masyarakat sedang istirahat.
Sebagai perbandingan, data tahun 2005-2006, kedatangan gajah didominasi dengan kedatangan di
malam hari, sedangkan di siang hari hanya 14 kali dan 5 kali di sore hari. Gajah liar di banyak masuk ke
areal perkebunan masyarakat lebih banyak dilakukan pada malam hari. Data tahun 2009, 79 % (11 kali)
gajah datang pada malam hari dan hanya 3 kasus kedatangan di pagi dan sore hari. Pada siang hari tidak
ada gajah yang bergerak menuju lahan masyarakat. Pada tahun 2010, 8 kasus (40%) kedatangan gajah
terjadi pada malam hari. Pada siang hari, terjadi kasus kedatangan gajah sebanyak 6 kali (30%) dan 4 kali
kedatangan gajah pada sore hari. Pada tahun 2009 dan 2010, dari pola kedatangan pada malam hari
adalah dominan (terjadi penurunan kedatangan gajah pada malam hari di tahun 2010 dari data tahun
2009), tetapi tahun 2010 terjadi kenaikan persentase kedatangan gajah pada pagi-sore hari (terutama
siang hari) yaitu sebesar 39 % (Syamsuardi et. al. 2010, Sukmantoro et. al. 2011).
Grafik 4. Jumlah kedatangan gajah berdasarkan ukuran waktu perjumpaan
di Desa Lubuk Kembang Bunga
16
14
14
11
12
10
8
Jml kedatangan/waktu
6
4
2
2
0
0
00 - 06:00
06:00 12:00
12:00 18:00
18:00 - 00
2. Informasi Kedatangan Gajah
Informasi kedatangan gajah ini penting bagi tim Fying squad karena penerimaan informasi gajah liar
melibatkan masyarakat di desa Lubuk Kembang Bunga dan sekitarnya dan penerimaan informasi ini
adalah juga hasil dari inisiatif masyarakat dalam mendukung keberadaan flying squad di desa tersebut.
Catatan tahun 2005 – 2008, informasi terbanyak mengenai kedatangan gajah adalah dari patrol tim
Flying Squad. Misalnya tahun 2005-2006, patroli sepeda motor melaporkan 24 kali informasi kedatangan
gajah dan kedua adalah pemilik lahan yaitu 15 kali. Kemudian laporan juga berasal dari masyarakat desa
non pemilik yaitu 7 kali informasi. Tahun 2007 dan 2008, informasi dari patroli flying squad berturut –
turut adalah 14 kali dan 12 kali kedatangan gajah. Informasi dari masyarakat hanya 6 dan 5 kali saja.
Tahun 2009 saja, peran pemilik kebun cukup besar sebagai suplai informasi yaitu mencapai 46%. Pemilik
kebnun adalah orang yang memiliki kebun yang lahan kebunnya akan atau dimasuki oleh gajah liar.
Tahun 2009, patroli rutin dengan sepeda motor dilakukan seperti tahun-tahun lalu. informasi yang
dilakukan dengan mengunakan sepeda motor terutama pada malam hari berkontribusi terhadap suplai
informasi sebanyak 27 %, sedangkan untuk patroli gajah berkontribusi sebagai penunjang informasi
kedatangan gajah yaitu 9% dan lain-lain (dari petugas, pertemuan anggota flying squad tidak dalam
kegiatan patroli atau gajah masuk flying squad sebanyak 18%. Informasi masyarakat baik masyarakat
Lubuk Kembang Bunga maupun diluar desa tersebut (dalam konteks di luar pemilik lahan) adalah nol
atau tidak ada pengaduan di tahun 2009.
Pada tahun 2010, informasi kedatangan gajah dari pemilik lahan menurun yaitu hanya 8 % dan tahun
tersebut terdapat peranan masyarakat lain di luar pemilik lahan yaitu 8 % sebagai suplai informasi
kedatangan gajah. Peran terbesar sebagai suplai informasi kedatangan gajah yaitu dari patroli gajah
sebesar 42%, lain-lain (informasi petugas atau petugas flying squad diluar kegiatan patroli) sebesar 29%
dan patroli kendaraan (sepeda motor) sebesar 13%. Tahun 2010, patroli gajah dan sepeda motor
memang lebih intensif di Taman nasional terutama tahun 2010 dimulainya patroli gabungan yang
melibatkan 4 flying squad di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo (Sukmantoro et. al. 2011).
Tahun 2012, terjadi kenaikan informasi kedatangan gajah dari masyarakat dibandingkan dengan
informasi dari katroli yaitu 15 kali informasi dari masyarakat dan 7 kali dari patrol motor dan 6 kali dari
patrol gajah. Identifikasi kedatangan gajah non patroli dan bukan dari masyarakat adalah 5 kali trutama
kedatangan gajah ke camp flying squad atau tiba-tiba anggota tim flying squad mengidentifikasi
kedatangan gajah liar saat pergi atau keluar camp.
Untuk mengetahui informasi kedatangan gajah dari msyarakat, patroli dan non patroli non masyarakat
dapat dilihat dalam grafik 5. dibawah ini.
Grafik 5. Informasi Kedatangan gajah dari kegiatan patrol dan informasi masyarakat
di Desa Lubuk Kembang Bunga
15
16
14
12
10
7
8
6
6
5
4
2
0
Tim FS non
patroli
FS patroli
motor
FS Patroli Masyarakat
gajah
Informasi kedatangan
gajah
3. Cara-cara Penanganan Konflik
a. Pengecekan lokasi dan pengusiran
Dari pengumpulan data tahun 2012, ada tiga tipe penanganan konflik yaitu pengecekan lokasi dan
pengawasan, pengusiran dan penggiringan. Untuk tipe pengecekan lokasi dan pengawasan dapat
dilakukan tanpa menggunakan gajah, sedangkan untuk pengusiran dapat dilakukan dengan gajah jinak
flyng squad atau tanpa gajah jinak yaitu dengan menggunakan meriam karbit (carbid canon) yang
dibunyikan dengan strategi tertentu.
Tahun 2012, dari 33 kali kedatangan gajah, 28 kali dilakukan pengecekan lokasi, 21 kali dilakukan
pengusiran dalam upaya pengecekan lokasi-pengusiran dan 5 kali dilakukan pengawasan atau penjagaan
oleh masyarakat di pintu masuk gajah. Puncak pengecekan-pengusiran dilakukan pada bulan April
sebanyak 7 kali, sedangkan pengecekan-pengusiran juga dilakukan di bulan januari (4 kali), februari (3
kali), maret (1 kali), mei (4 kali) dan desember (2 kali). Beberapa tindakan hanya dilakukan pengecekan
lokasi karena gajah sudah tidak masuk ke kebun atau ladang masyarakat misalnya di bulan Mei 2 kali,
Juni 3 kali dan November 2 kali. Dalam pengusiran yang diikuti penggiringan dilakukan sebanyak 6 kali
dengan mempergunakan gajah Flying Squad. Dari informasi ini yang menarik adalah beberapa kali
pengecekan lokasi di wilayah lahan masyarakat yang berada di dalam kawasan Taman Nasional
(perambah) di sekitar Desa Lubuk Kembang Bunga – Air Hitam.
Sebagai perbandingan, upaya yang dilakukan tahun 2005-2008 adalah masim minim dalam strategi
sehingga upaya pengecekan misalnya tahun 2007 hanya dilakukan 5 kali tetapi 15 kali dilakukan
pengusiran gajah dan tahun 2008, hanya 4 kali pengecekan tetapi tim pada saat gajah liar datang, tim
langsung melakukan pengusiran yaitu 9 kali. Pengusiran gajah dilakukan pada tahun 2009 dan 2010.
Total kedatangan tahun 2009 adalah 19 kali dan tahun 2010 adalah 21 kali. Upaya pengusiran yang
dilakukan adalah menggunakan gajah flying squad sebanyak 2 kali dan pengusiran tanpa gajah sebanyak
7 kali. Tahun 2009 juga terdapat 10 kasus yang dilakukan tanpa pengusiran. Jadi tahun 2009 terjadi 9 kali
pengusiran. Pada tahun 2010, terjadi pengusiran menggunakan gajah flying squad sebanyak 5 kali dan
tanpa gajah adalah 11 kali. Ada 4 kasus kedatangan gajah yang dilakukan tanpa pengusiran tahun 2010.
Jadi total pengusiran tahun 2010 adalah 15 kali. Kasus pengusiran tanpa menggunakan gajah adalah
dengan mitigasi konflik bersama-sama masyarakat melakukan pengusiran dengan meriam karbit atau
alat-alat untuk menghalau gajah misalnya kentongan. Penggunaan meriam karbit adalah salah satu
bentuk mitigasi konflik gajah manusia bersama-sama dengan penggunaan flying squad. Upaya
pengusiran dapat dilakukan dalam waktu singkat atau lama dan biasanya gajah Bull (jantan) dan berahi
adalah rata-rata terlama waktu untuk mengusirnya (Syamsuardi et. al. 2010, Sukmantoro et. al. 2011).
Grafik 6 dibawah ini menerangkan tentang tindakan melalui pengecekan lokasi dan pengusiran gajah
oleh tim flying squad dengan melibatkan masyarakat per bulan.
Grafik 6. Tindakan pengecekan lokasi dan pengusiran gajah liar per bulan
di Desa Lubuk Kembang Bunga
8
77
7
6
6
5
4
44
4
33
3
3
2
Pengecekan lokasi
2
22
Pengusiran
11
1
0
b. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengecekan lokasi dan pengusiran
Frekuensi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengecekan dan pengusiran gajah adalah merata dan
tinggi. Partisipasi masyarakat tertinggi tercatat di bulan April yaitu melibatkan 56 orang untuk 7 kali
pengecekan lokasi atau rata-rata 8 orang per tindakan dan 42 orang berpartisipasi dalam 7 kali
pengusiran atau rata-rata 6 orang per tindakan pengusiran. Pada bulan Januari, 23 orang berpatisipasi
dalam pengecekan lokasi dan 5 orang ikut dalam pengusiran gajah. Pada bulan Februari, 14 orang
berpartisipasi dalam pengecekan lokasi dan 5 orang ikut dalam pengusiran gajah. Di bulan mei, catatan
ini tinggi pula dimana 26 orang berpartisipasi melakukan pengecekan lokasi dan 16 orang ikut dalam
pengusiran gajah. Adakalanya masyarakat tidak terlibat dalam pengusiran gajah (hanya melakukan
pengecekan lokasi), karena ada dua alasan yaitu pengusiran gajah cukup dilakukan oleh anggota tim
flying squad dan posisinya adalah pengusiran-penggiringan. Pada posisi pengusiran-penggiringan, gajah
liar tidak dapat dikontrol pergerakannya sehingga dilakukan penggiringan menggunakan gajah jinak
flying squad dan kondisi ini sangat berbahaya bagi masyarakat dan dalam SOP penggiringan, masyarakat
tidak boleh ikut dalam upaya ini.
Dari data tahun 2009 dan 2010, tingkat partisipasi masyarakat tinggi yaitu 53% (10 kali upaya
pengecekan dan pengusiran gajah) di tahun 2009 dan 57% (12 kali upaya pengecekan dan pengusiran
gajah) di tahun 2010. Partisipasi masyarakat difokuskan pada saat pengecekan lokasi konflik (tidak saat
melaporkan kedatangan) dan pengusiran. dari tahun 2009 dan 2010, dukungan atau partisipasi
masyarakat meningkat 4 % untuk kegiatan tersebut. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya
peningkatan kedatangan gajah di tahun 2010, dalam konteks flying squad, keterlibatan masyarakat
dibatasi sampai pengusiran saja (Sukmantoro et. al. 2011).
Grafik 7. Keterlibatan masyarakat dalam pengecekan lokasi dan pengusiran gajah
di Desa Lubuk Kembang Bunga
60
56
50
42
40
30
26
23
20
10
16
14
5
Keterlibatan masyarakat dalam
pengecekan lokasi
5
6
3
0
5
0
00
00
00
00
00
Keterlibatan masyarakat dalam
pengusiran
3
0
Tingkat partisipasi masyaraat sangat tinggi dalam pengecekan-pengusiran tahun 2012. Dari kompilasi
data, tingkat partisipasi masyarakat untuk pengecekan adalah 22 kali dari 28 kali pengecekan lokasi di
tahun 2012. Dalam pengusiran gajah liar, 12 kali masyarakat ikut melakukan pegusiran gajah dari 21 kali
kegiatan pengusiran tahun 2012. Jadi apabila dikalkulasi seluruhnya dan dipersentasekan, partisipasi
masyarakat dalam pengecekan – pengusiran gajah liar yang masuk ke desa adalah 69%. Tingkat
partisipasi ini leih tinggi dari tingkat partisipasi masyarakat tahun 2009 dan 2010 yaitu 53 % (2009) dan
57% (2010). Data tahun 2005-2006 tingkat partisipasi masyarakat hampir sama dengan tingkat
partisipasi masyarakat tahun 2009-2010 antara 50 – 60%.
Grafik 8. Partisipasi masyarakat dalam pengecekan – pengusiran gajah liar dan persentase
partisipasinya di Desa Lubuk Kembang Bunga
25
22
Ada partisipasi
tidak ada partisipasi
20
15
12
9
10
6
Pengecekan
lokasi
31%
Pengusiran
5
69%
0
Ada partisipasi
tidak ada
partisipasi
4. Kerugian masyarakat akibat konflik
Dari tingkat kerugian masyarakat di tahun 2012, 45 kasus kerugian masyarakat yang tersebar selama
satu tahun. Dari 45 kasus kerugian di masyarakat (dimana 33 kasus ini teridentifikasi melalui informasi
kedatangan gajah dan 12 kasus kerugian tidak terdeteksi oleh tim flying squad (karena tidak ada
informasi untuk pendataan dan tindakan)), 437 batang sawit rusak oleh gajah liar, 18 pohon karet
hancur dan 2 pondok kerja rusak oleh gajah liar.
Jika dibandingkan dengan kasus kerusakan tahun 2005 – 2010, catatan tahun 2012 adalah yang
signifikan tertinggi. Tahun 2005 dan 2006, jumlah kasus kerugian yang tercatat adalah 23 kasus. Tahun
2007, jumlah kasus turun menjadi 17 kasus kemudian turun kembali tahun 2008 menjadi 10 kasus, 2009
naik menjadi 11 kasus kerugian dan tahun 2010 turun kembali menjadi 8 kasus. Tetapi tahun 2012, ada
45 kasus kerugian (Sukmantoro et.al 2011). Kemudian pencatatan jumlah tanaman budidaya yang
dirusak gajah liar mulai di catat di tahun 2009 dimana tahun 2009, catatan 110 pohon sawit, 1 buah
kelapa dan 8 pohon pisang dirusak. Tahun 2010, angka ini turun menjadi 48 pohon sawit, 5 pohon karet,
1 pohon bamboo dan 6 pohon pisang. Untuk lebih jelas mengenai tanaman atau material yang dirusak
gajah liar tahun 2012 di Desa Lubuk Kembang Bunga dapat dilihat dalam grafik 9.
Grafik 9. Material yang dirusak gajah liar dalam 45 kasus kerugian masyarakat
di Desa Lubuk Kembang Bunga dan sekitarnya
500
450
437
400
350
300
250
Kerusakan batang
pohon/material
200
150
100
50
18
2
0
Sawit
Karet
Pondok kerja
5. Pola kedatangan gajah liar, tingkat partisipasi masyarakat dan trend (pola kecenderungan)
kerugian masyarakat
Dari data tahun 2007-2012, pola kedatangan gajah random dimana pada bulan Juli-Agustus tahun 2012
tidak terjadi kedatangan gajah tetapi pada tahun 2009 di bulan yang sama, kedatangan gajah berjumlah
5-6 kali. Indikasi kedatangan gajah yang random dan fluktuatif dapat terlihat dari hasil analisa data
tahun 2009-2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sukmantoro et. al. 2011 menyatakan
dinamika kedatangan gajah liar terlihat acak pada tahun 2005-2010. Tidak ada pola yang jelas tentang
kedatangan gajah, karena sewaktu-waktu dalam satu bulan, kedatangan gajah dapat meningkat pesat
dibandingkan pada bulan yang sama di tahun kemudian atau sebelumnya. Pola-pola seperti ini
menunjukkan bahwa setiap bulan, tim flying squad dan masyarakat harus melakukan patroli dan
waspada terhadap kedatangan gajah liar ke Desa Lubuk Kembang Bunga. Januari, Febuari, Mei dan
Oktober merupakan bulan dimana interval kedatangan gajah antara 0-3 kali. Bulan Oktober antara 0-2
kali kedatangan. Kalau pola ini dapat dipertahankan, kemungkinan bulan Januari, Februari, Mei dan
Oktober adalah bulan-bulan dengan frekuensi kedatangan gajah yang kecil. Bulan-bulan lainnya adalah
fluktuatif.
Analisa pola kedatangan gajah mengeliminir data tahun 2005-2006 karena data 2005 dimulai pada bulan
Juni dan kurang konsistenan dalam penghitungan kedatangan gajah. Data yang konsisten dimulai pada
tahun 2007. Di lihat dari pola yang random ini, bulan Februari – Mei terlihat masih ada pola dimana
kedatangan gajah cukup intensif di bulan-bulan ini. Pola kedatangan gajah yang tidak intensif terlihat di
bulan Juni – Agustus meskipun di Agustus tahun 2012, terjadi 4 kali kedatangan gajah. Di bulan
Desember, kedatangan gajah cukup signifikan dimana puncaknya pada tahun 2008 yaitu 6 kali
kedatangan gajah.
Grafik 10. Pola kedatangan gajah ke Desa Lubuk Kembang Bunga tahun 2007 - 2012
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2007
2008
2009
2010
2012
Dari tingkat partisipasi masyarakat, sejak tahun 2005-2012 terjadi peningkatan partisipasi masyarakat
yaitu 60,6% di tahun 2005-2006 kemudian turun dan meningkat di tahun 2012. Partisipasi masyarakat
meningkat karena sejalan dengan jumlah konflik atau kasus konflik dan kedatangan gajah tahun 2012.
Keterlibatan masyarakat dalam hal pengecekan dan pengusiran yang tinggi dan cukup massal di
beberapa kasus konflik. Rata-rata dalam setiap tindakan (28 kali pengecekan) melibatkan 5 orang dan
dalam pengusiran (21 kali pengusiran) melibatkan 3-4 orang. Di beberapa kasus konflik yang disertai
tindakan tim flying squad, ada beberapa catatan tidak melibatkan masyarakat karena pertama, gajah
berpindah sendirinya tanpa perlu pengusiran, konflik dapat ditangani langsung oleh tim flying squad dan
resiko bagi masyarakat dan posisi pengusiran-penggiringan yang sangat beresiko pula bagi masyarakat
dan tidak diperbolehkan keterlibatan masyarakat dalam pengusiran-penggiringan sesuai SOP flying
squad (misalnya penggiringan gajah berahi).
Grafik 11. Persentase partisipasi masyarakat dalam mitigasi konflik gajah – manusia bersama tim
flying squad Lubuk Kembang Bunga
75
70
69
65
60
60,6
Persentase
keterlibatan
masyarakat
57
55
53
50
45
2005-2006
2009
2010
2012
Dari hasil catatan, jumlah kasus konflik tahun 2012 meningkat pesat dari 8 kasus di tahun 2010 menjadi
45 kasus konflik. Tigapuluh tiga kedatangan gajah adalah 100% menimbulkan konflik dan dicatat dalam
kasus konflik. Lima belas kasus konflik lain tidak teridentifikasi sehingga tidak ada tindakan. Tidak
teridentifikasi kasus konflik karena dalam patrol tidak dijumpai gajah konflik dengan kebun masyarakat,
masyarakat tidak melaporkan konflik di lahannya sehingga upaya preventif dapat dilakukan atau
masyarakat terlambat melaporkan. Catatan menarik, mengapa terjadi peningkatan yang signifikan dari
tahun 2010? Ada beberapa kemungkinan yaitu; 1. Perambahan di dalam Taman Nasional Tesso Nilo
yang semakin luas sehingga meniadakan habitat untuk gajah sumatera dan mengyulitkan tim flying
squad untuk menentukan arah penggiringan gajah liar, 2. Pengusiran dan mitigasi konflik yang dlakukan
oleh masyarakat di luar Lubuk Kembang Bunga yang tidak terkontrol menyebabkan gajah justru masuk
ke desa, pengusiran ini diketahui dari catatan tim termasuk pemberian racun kepada satwa tersebut. 3.
Patroli motor yang intensif, jadi sebelum tahun 2012, patrol motor kurang intensif dibandingkan patrol
motor tahun 2012. Selain itu, tahun 2012, komunikasi di masyarakat lebih intensif sehingga
meningkatkan pola komunikasi dan pelaporan konflik dari masyarakat Lubuk Kembang Bunga ke tim
flying squad.
Grafik 12. Jumlah Kasus konflik gajah – manusia tahun 2005 – 2012 di Desa Lubuk Kembang Bunga
50
45
45
40
35
30
25
23
23
Jumlah kasus
20
17
15
10
10
11
8
5
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2012
Kesimpulan
Sampai saat ini, flying squad merupakan salah satu teknik mitigasi konflik yang berhasil menurunkan
tingkat kasus konflik mencapai 65,2% dari tahun 2005 sampai tahun 2010, meskipun demikian di tahun
2012 terjadi peningkatan yang signifikan kasus konflik karena pengurangan lahan dan kerusakan habitat
di wilayah taman nasional yan semakin luas dan semakin mendesak habitat gajah. Pola kedatangan
gajah berkarakter random setiap bulan sehingga menyulitkan untuk menentukan waktu mitigasi yang
tepat Tetapi, dari pola kedatangan gajah, setiap saat flying squad harus intensif melakukan patrol
sepanjang tahun dan masyarakat tetap perlu waspada dan siap untuk melakukan mitigasi konflik setiap
saat. Keterlibatan masyarakat aktif ikut serta dalam pengecekan dan pengusiran gajah relative tinggi dan
tertinggi sejak flying squad berdiri di Lubuk Kembang Bunga. Tingginya keterlibatan masyarakat karena
konflik terjadi sangat intensif dibandingkan sebelumnya dan hasil dari komunikasi masyarakat dengan
tim flying squad. Di tahun 2012, sosialisasi dan pelatihan mitigasi cukup intensif di Lubuk Kembang
Bunga dan desa-desa sekitarnya menyebabkan masyarakat memiliki akses melapor dan memberikan
informasi ke flying squad.
Sebagai bahan evaluasi flying squad ke depan adalah upaya pengembangan database untuk patrol
misalnya MIST perlu diintensifkan karena akan enghasilkan informasi spasial yang jauh lebih akurat dan
detail dan upaya-upaya patrol terutama sebelum kedatangan gajah mejadi konflik. Beberapa catatan
tahun 2010, ada beberapa kasus kedatangan gajah dan tidak menimbulkan konfik apalagi kerugian
konflik. Upaya ini perlu diintensifkan dalam skala patroli.
Prioritas bagi pengelolaan kawasan taman nasioanl adalah pengamanan dan penanganan perambahan
yang merusak habitat gajah liar. Tim Flying squad kesulitan melakukan mitigasi karena tujuan pengusiran
dan penggiringan di beberapa lokasi yang dulunya hutan Tesso Nilo menjadi kebun di dalam taman
nasional. Pengusiran dan penggiringan gajah liar apabila tidak dilakukan dengan cermat akan
menyebabkan konfik gajah – manusia di wilayah lain. Dari catatan 2012, 7 kasus konflik yang ditangani
flying squad berada di dalam taman nasional.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih diucapkan kepada Bapak Dr. Anwar Purwoto, Prof. Dr. Hadi Alikodra, Bapak Nazir Fuad,
Bapak Ir. Suhandri, Bapak Sarozi (Kepala BBKSDA Riau) dan Bapak Kuppin Simbolon MSc. (Kepala BTNTN)
yang mendukung dan memberikan masukan dalam pembuatan dokumen ini. Terima kasih juga kepada
rekan-rekan mahout yang telah mendukung dalam penyusunan database mitigasi konflik gajah –
manusia yang sampai saat ini tetap diperbaharui oleh tim EFS. Terima kasih pula kepada Michael
Stuewe, Long Barney, WWF US, WWF Swedia, WWF Jerman, WWF Jepang, masyarakat Lubuk Kembang
Bunga dan yang telah membantu dan mendukung dalam hal teknis dan pendanaan dalam
pengembangan flying squad di Propinsi Riau.
Referensi
Qomar, N. 2003. Integrasi Sub Sistem Sosial Dalam Pengelolaan Hutan Tesso Nilo Untuk Pelestarian
Gajah Sumatera dan Ekosistemnya. Thesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Samsuardi & A. A. Desai. 2009. Death of four elephants outside the Tesso Nilo National Park. WWF –
Indonesia Report on May 2009. Riau.
Sukmantoro, W. & Syamsuardi. 2011. Analisa Tehnik Flying Squad Sebagai Bagian Mitigasi Konflik Gajah
– Manusia di Desa Lubuk Kembang Bunga, Propinsi Riau: Tahun 2009 – 2010. WWF Indonesia Program
Riau. Pekanbaru.
Syamsuardi & N. Fadhli. 2007. Usulan konsep mitigasi konflik manusia dan gajah. Materi presentasi
WWF Indonesia Riau Program. Propinsi Riau.
Syamsuadi, Wishnu Sukmantoro & Samsuardi. 2010. Tehnik Flying Squad Sebagai Bagian Mitigasi
Konflik Gajah – Manusia di Desa Lubuk Kembang Bunga, Propinsi Riau: Tahun 2005 – 2008. WWF
Indonesia Program Riau, Pekanbaru.
Syamsuardi, Wishnu Sukmantoro, Muslino, Nukman, Nurchalis Fadly, Adi Purwoko, Riyadin, Eko Heri &
Joko Prawoto. 2010. Standar operasional prosedur untuk elephant flying squad (Pasukan Gajah Reaksi
Cepat) dalam mitigasi konflik manusia dan gajah. Tim penulis SOP. Pekanbaru.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Lampiran 1. Kedatangan Gajah ke Desa Lubuk Kembang Bunga
No
Hari
Tanggal
Bulan
Tahun
Pukul
Asal informasi
Lokasi
Koordinat
S
E
E
1
jumat
6
1
2012
19:00
Pemilik lahan
Kp Baru
S
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
S
’
’
’
S
’
’
’ ’
E.
2
Senin
9
1
2012
19:30
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
3
Minggu
15
1
2012
6:30
Tim Fs
Pemda
S
’
’
’
E
4
jumat
20
1
2012
19:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
, "
E
6
Selasa
7
2
2012
8:30
Patroli gajah
Perbekalan
S
’
’
’
E
5
Minggu
12
2
2012
Pemilik lahan
Ladang Aripin
S
’
’
’
E
7
Rabu
22
2
2012
19:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
8
Jumat
2
3
2012
18:30
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
9
Selasa
10
4
2012
19:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
10
Rabu
12
4
2012
7:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
11
Sabtu
14
4
2012
7:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
12
Selasa
17
4
2012
6:30
Patroli sepeda motor
Kp Baru
S
’
’
’
E
13
Senin
23
4
2012
07:00
Patroli sepeda motor
Pemda
S
’
’
’
E
14
Kamis
26
4
2012
07:00
S
Patroli sepeda motor
Kp Baru
Simpang tiga
Pandi
S
’
’
’
’
Patroli sepeda motor
’
’
’
E
15
Minggu
29
4
2012
7:00
16
Selasa
1
5
2012
19.00
Patroli gajah
Pemda
S
’
’
17
Kamis
3
5
2012
19.00
Tim Fs
Kp Baru
S
’
’
18
Selasa
15
5
2012
Patroli sepeda motor
Pemda
S
’
’
’
S
’
’
’
19
Kamis
17
5
2012
19.00
Patroli sepeda motor
Pemda
S
’
’
’
S
’
’
’
20
Senin
21
5
2012
19:00
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
’
’
E
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
E
21
Rabu
23
5
2012
09:00
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
’
’
E
22
jumat
1
6
2012
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
’
’
E
23
Minggu
3
6
2012
09:00
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
’
’
E
24
Sabtu
19
6
2012
07:00
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
25
Sabtu
6
10
2012
08.00
Patroli gajah
Lubuk Bali
00 10'31,9"
101 59,08,4"
26
Selasa
9
10
2012
10.00
Patroli gajah
AM Ujung
00 12,02,5"
101 57'02,8"
27
Selasa
16
10
2012
09.00
Patroli gajah
Perbekalan
00 10'36,1
101 58'14,0
28
Jumat
19
10
2012
20.00
Tim Fs
Pemda
00 10'31,3
101 59'17,1
29
Senin
19
11
2012
Tim Fs
Sungai Tapa
30
Selasa
20
11
2012
09.00
Patroli gajah
Perbekalan
00 10'56,0
101 38'14,8
31
Rabu
21
11
2012
14.30
Tim Fs
00 11'09,0
32
Senin
10
12
2012
20:00
Pemilik lahan
Menara
Simpang tiga
Pandi
33
Jumat
21
12
2012
16:00
Patroli sepeda motor
Pemda
S.00°10,49,7"
101 28'28,2"
E.101°
39'53,4'
E.102°
00'11,2'
Tanggal
Bulan
Tahun
Waktu
Singel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Klasifikasi Gajah
Jum’at
Senin
Minggu
Jum’at
Selasa
Minggu
Rabu
Jumat
Selasa
Rabu
Sabtu
Selasa
Senin
Kamis
6
9
15
15
7
12
22
2
10
12
14
17
23
26
1
1
1
1
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
Malam
Malam
Malam
Malam
siang
Malam
Malam
Malam
Malam
Malam
Pagi
Malam
Malam
Malam
Perkiraan
Jumlah
Gajah
Group
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
’
S.00°10,50,2"
Lampiran 2. Tindakan pengecekan lokasi dan gajah liar di Desa Lubuk Kembang Bunga
Hari
’
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
1
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Minggu
Selasa
Kamis
Selasa
Kamis
Senin
Rabu
Jumat
Minggu
Sabtu
Senin
Rabu
Senin
Jumat
29
1
3
15
17
21
23
1
3
19
19
21
10
21
4
5
5
5
5
5
5
6
6
6
11
11
12
12
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
Malam
Malam
siang
siang
Malam
Malam
Malam
Malam
Pukul
siang
Malam
Malam
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
Lampiran 3. Tindakan Pengusiran gajah liar dari lokasi konflik
Menggunakan
gajah FS
Sarana yang
digunakan
Jam Kegiatan
No
Hari
1 Jum’at
2 Senin
Tanggal
6
7
Bulan
1
1
Tahun Mulai
2012 20:30
2012 19:30
3 Minggu
15
1
2012 19:30
4 Jum’at
5 Selasa
6 Minggu
20
7
12
1
2
2
2012 19:00
2012 7:30
2012 19:00
23:30
12:00
4:00
7 Rabu
8 Jumat
22
2
2
3
2012 19:30
2012 19.00
24.00
23.00
10
12
14
17
23
26
29
4
4
4
4
4
4
4
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
19:30
7:00
7:30
7:00
7:00
7:00
7:00
23.00
11:30
17.00
11.00
12.00
11:00
23:00
9
10
11
12
13
14
15
Selasa
Rabu
Sabtu
Selasa
Senin
Kamis
Minggu
Roda Roda
4
2
1
1
1
1
Berakhir
23:30
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
17
18
19
20
21
Selasa
Kamis
Senin
Rabu
Senin
Jumat
15
17
21
23
10
21
5
5
5
5
12
12
2012
2012
2012
2012
2012
2012
20.00
20.00
21.00
19.30
20.00
20.00
24.00
23:30
23.00
22.00
22.30
24.00
1
1
1
1
1
1
(Pasukan gajah Reaksi Cepat)
tahun 2012 untuk mitigasi
konflik Gajah – Manusia di
Desa Lubuk Kembang Bunga
dan sekitarnya
Didukung dan didanai oleh WWF –
US, WWF Swedia dan WWF France
Oleh Syamsuardi dan Wishnu Sukmantoro
Technical Report on 016/CM/2013
Kajian Elephant Flying Squad (Pasukan gajah Reaksi Cepat) tahun 2012 untuk
mitigasi konflik Gajah – Manusia di Desa Lubuk Kembang Bunga dan sekitarnya
Oleh Syamsuardi & Wishnu Sukmantoro
Pendahuluan
Gajah sumatera merupakan spesies penting di Pulau Sumatera. Gajah dikenal sebagai megafauna yang
terancam punah dan masuk katagori critically endangered species untuk sub spesies di Sumatera (IUCN
2012). Sejak tahun 1931 - sekarang, Gajah Sumatera dinyatakan sebagai satwa yang dilindungi
(Dierenbeschermings Verordening Staatblad, 1931, No.134) dan termasuk satwa yang tidak boleh
diperdagangkan
(Appendix 1 CITES). Sehingga, upaya perlindungan (terutama habitat dan
perburuannya) dan meminimalkan konflik dengan manusia yang mengakibatkan kematian gajah,
menjadi langkah strategis yang dapat dipilih untuk wilayah Sumatera.
Sejak tahun 2000an, WWF Indonesia mengembangkan mitigasi konflik gajah dengan manusia di
Sumatera terutama di Riau. Mitigasi konflik diarahkan dalam upaya mencegah dan mengurangi konflik
gajah dengan manusia dan salah satu aspek pengembangan konservasi gajah di Indonesia. Mitigasi
konflik tersebut melibatkan teknik melakukan mitigasi. Teknik melakukan mitigasi dibagi menjadi dua
bagian yaitu teknik mitigasi tradisional dan modern. Teknik mitigasi tradisional adalah teknik mitigasi
hasil karya lokal yang diwariskan turun temurun misalnya dalam penggunaan api unggun atau obor
dalam mengusir gajah. Teknik ini telah lama diperkenalkan masyarakat Sumatera dan Jawa (waktu masih
terdapat populasi gajah) dalam mengusir satwa terutama gajah waktu itu. Teknik lain adalah dengan
menggunakan kentongan atau bunyi-bunyian.
Teknik modern seringkali mengikuti cara-cara tradisional misalnya dalam pengembangan meriam karbit
untuk mengusir gajah, atau yang lebih modern lagi menggunakan pengeras suara dengan bunyi
dentuman atau hentakan yang fungsinya untuk pengusiran gajah. Penggunaan api sampai saat ini masih
dilakukan terutama dari masyarakat lokal sebagai bentuk kearifan tradisional, tetapi di beberapa
tempat, lampu sorot menjadi bagian dari mitigasi menggantikan api unggun atau obor. Di Taman
Nasional Way Kambas, masyarakat sekitar kawasan, menggunakan api unggun sebagai bentuk
pengusiran gajah, selain itu sebagai antisipasi kedatangan gajah, mereka membangun menara-menara
pengawas dimana dilengkapi lampu sorot dengan aki (accu) dan tempat pengintaian yang tingginya 5 – 8
meter. Teknik lain yang juga dianggap modern saat ini adalah pengembangan parit gajah, elektric
fencing (pagar listrik tegangan rendah) dan penggunaan gajah dalam pengusiran dan penggiringan gajah
liar atau yang disebut Elephant Flying Squad (EFS).
Elephant Flying Squad merupakan metode mitigasi konflik dengan mempergunakan minimal 4 ekor
gajah jinak dan memiliki tugas untuk patrol, pengusiran dan penggiringan gajah liar ke habitat asalnya
pada saat konflik dengan masyarakat atau gajah liar datang ke kebun masyarakat. WWF Indonesia telah
mengembangkan teknik ini sejak tahun 2004 di desa Lubuk Kembang Bunga. Dari tingkat efektifitas
penurunan konflik sejak tahun 2004 – 2010, konflik dan kerugian akibat konflik dapat diturunkan
mencapai 63,8 % - 78,7% (Syamsuardi et. al. 2010, Sukmantoro et. al. 2011). Dari hasil ini juga,
keterlibatan masyarakat dalam membantu teknik mitigasi ini relatif tinggi yaitu 50%. Dalam
perkembangannya, prosedur operasional standar dibangun untuk meningkatkan efektivitas flying squad
dan tim ini memulai penggunakan database MIST untuk kegiatan patrol.
Laporan tahun 2012 ini merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi dari efektivitas flying squad dan
untuk mengukur kemampuan flying squad dan kinerja dari tahun ke tahun. Selain itu, laporan tahun
2012 ini sebagai bahan masukan bagi penentu kebijakan dan WWF Indonesia untuk melakukan
perbaikan dan menyempurnakan dalam sistem tata kelola flying squad di masa datang.
Metode
Pengumpulan dan kompilasi data ini dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas flying squad untuk
mitigasi konflik gajah – manusia di desa Lubuk Kembang Bunga dan sekitarnya. Selain itu, pengumpulan
dan kompilasi data ini juga berguna untuk melihat karakteristik gajah liar yang datang ke desa tersebut
dari waktu ke waktu. Tujuan dari mengetahui pola dan karakter gajah liar adalah untuk menentukan
strategi yang tepat dalam penanganan gajah liar terutama untuk tujuan mitigasi konflik.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan metode patroli yang dilengkapi
dengan formulir data dari masing-masing individu di Flying Squad. Patroli gajah dilakukan setiap Hari
selasa dan Sabtu dan patroli bermotor. Di dalam patroli, anggota tim memasukkan informasi temuan
dan data kedatangan gajah berdasarkan formulir data yang telah dibuat. Informasi temuan dan
kedatangan gajah dicatat secara spasial oleh anggota tim menggunakan GPS. Pada saat pengusiran dan
penggiringan, tim flying squad juga dilengkapi formulir data tersendiri.
Metode pengumpulan data ini telah dilakukan sejak tahun 2005 dan dianalisa setiap tahun sekali.
Laporan ini adalah merupakan hasil pengumpulan dan kompilasi data tahun 2012 melingkupi data patrol
flyings quad sejak bulan Januari 2012 dan informasi pengusiran dan penggiringan. Tahun 2012
merupaan tahun yang sulit bagi kinerja Flying Squad karena diiringi dengan catatan kematian gajah
karena diracun yaitu 12 individu sekitar Taman Nasional Tesso Nilo (dari total 15 individu kematian gajah
di Propinsi Riau) termasuk 1 individu di dalam wilayah kerja Fying Squad Lubuk Kembang Bunga.
Hasil Pemantauan dan Diskusi
1. Kedatangan Gajah
Pada tahun 2009 diperkirakan 55 individu gajah liar yang sampai ke wilayah operasional Flying Squad
(Desa Lubuk Kembang Bunga) dengan total 19 kali kedatangan. Dari 19 kali kedatangan, konsentrasi
gajah yang masuk ke dalam dan sekitar desa LKB berada pada bulan Maret, Juli, Agustus dan September,
dimana puncaknya terjadi pada bulan September yaitu 5 kali kedatangan. Pada bulan Januari, Februari,
April Mei, Oktober, November dan Desember tidak ada kedatangan gajah liar di Desa lubuk kembang
bunga, hal ini juga dipengaruhi dengan tingginya aktifitas masyarakat di daerah jelajah gajah (perambah
hutan yang masuk di areal habitat gajah). Semakin tinggi aktifitas masyarakat maka semakin lambat
pergerakan gajah untuk mengikuti jalurnya dan kondisi ini hanya berlaku untuk gajah yang berkelompok
(Sukmantoro et. al., 2011).
Pada tahun 2010 terjadi kenaikan jumlah kedatangan gajah di Desa Lubuk kembang Bunga dibandingkan
tahun 2009. Tahun 2010 tercatat 21 kali kedatangan gajah dengan perkiraan jumlah gajah yang datang
adalah 142 individu. Tahun 2010, hampir seluruh bulan di tahun tersebut, terjadi kedatangan gajah,
kecuali pada bulan Juni dan Oktober. Puncak kedatangan terjadi pada bulan Februari, April, Mei dan Juli
yaitu 3 kali kedatangan.
Pada tahun 2012, tim Flying Squad mencatat kedatangan gajah berjumlah 33 kali di Desa Lubuk
Kembang Bunga. Catatan ini meningkat dibandingkan tahun 2009 dan 2010. Catatan kedatangan gajah
tersebut diikuti dengan analisa proporsi berdasarkan umur, ukuran kelompok dan jumlah kedatangan
per satuan waktu dalam satu hari.
a. Kedatangan Gajah Sumatera per bulan
Tahun 2012, sejak januari sampai desember, tim Flying Squad mencatat kedatangan gajah. Total
kedatangan gajah tahun 2012 adalah 33 kali kedatangan dimana puncak kedatangan terjadi pada bulan
April yaitu 7 kali dan Mei yaitu 6 kali. Pada bulan Juli sampai September tidak tercatat kedatangan gajah
ke Desa Lubuk Kembang Bunga. Rata-rata kedatangan gajah per bulan dari total kedatangan gajah
adalah 3 kali.
Frekuensi kedatangan gajah tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2010, adalah berbeda
dimana pada tahun 2009, puncak kedatangan gajah yaitu bulan September (5 kali), Agustus dan Maret
(4 kali). Pada tahun 2010, frekuensi kedatangan gajah hampir merata yaitu dibulan Februari sampai Juli
dimana tidak ada kedatangan gajah di bulan Juni (Sukmantoro et. al. 2011). Berdasarkan catatan flying
squad tahun 2005 – 2006, puncak kedatangan gajah di Lubuk Kembang Bunga terjadi pada bulan Juni,
Juli dan September, pada tahun 2007, puncak kedatangan pada bulan April dan Januari dan pada tahun
2008, puncak kedatangan pada bulan Maret dan Desember. Pada tahun 2008, bulan Juni, Juli dan
Oktober adalah tida ada kedatangan gajah atau nol kedatangan gajah (Syamsuardi et. al. 2009). Catatan
kedatangan gajah per bulan di tahun 2012 dapat dilihat dalam Grafik 1. Dibawah ini.
Grafik 1. Frekuensi Kedatangan Gajah per bulan di Tahun 2012
8
7
7
6
6
5
4
4
4
3
3
3
3
2
1
2
1
0
0
0
0
b. Ukuran kelompok Gajah
Dari hasil pengumpulan data kedatangan gajah di tahun 2012, kedatangan gajah soliter atau single
adalah terbanyak yaitu 19 kali, sedangkan gajah berpasangan atau (pair) hanya 12 kali dan gajah
kelompok hanya 2 kali. Untuk gajah kelompok, diperkirakan 10 individu jumlah gajah kelompok yang
datang ke desa Lubuk Kembang Bunga. Informasi tercatat pada tanggal 6 dan 16 Oktober 2012 di Lubuk
Bali (00 10'31,9"- 101 59,08,4") dan Perbekalan (00 10'36,1” - 101 58'14,0”) .
Dari catatan – catatan sebelumnya, gajah soliter yang paling sering muncul, umumnya adalah gajah
jantan soliter (bull). Tahun 2005 -2006, frekuensi gajah soliter adlah 21 kali kedatangan dan hanya 3 kali
kedatangan rombongan gajah >10 individu. Tahun 2007, Sembilan kali kedatangan gajah soliter dan 14
kali kedatangan gajah soliter tahun 2008. Persentase kedatangan gajah soliter tahun 2005-2008 adalah
49,4 % dan untuk ukuran 2-6 ekor adalah 23,6%, ukuran jumlah kelompok 6-10 individu adalah 22,5%
sedangkan persentase untuk ukuran kedatangan gajah >10 ekor adalah 4,5%. Tahun 2006, pernah ada
catatan kedatangan gajah lebih dari 30 individu ke Lubuk Kembang Bunga (Syamsuardi et. al. 2009).
Tahun 2009, komposisi kelompok gajah yang datang ke LKB yaitu gajah tunggal sebanyak 12 kali, gajah
kelompok yaitu 6 kali dan gajah campuran sebanyak 1 kali. Tahun 2010, komposisi kelompok yang
datang ke LKB yaitu gajah tunggal sebanyak 8 kali, gajah kelompok sebanyak 5 kali dan campuran
sebanyak 2 kali. Dari pengumpulan informasi tahun 2010, kedatangan terbanyak dari gajah tunggal
terutama gajah soliter. Gajah campuran hanya sebanyak 1 kali perjumpaan oleh tim flying quad. Tahun
2010, juga dijumpai beberapa gajah soliter sedang masa berahi (Sukmantoro et. al. 2011).
Untuk melihat gambaran lebih jelas mengenai ukuran kelompok gajah tahun 2012 berdasarkan
kedatangan gajah liar ke desa Lubuk Kembang Bunga dapat dilihat dalam grafik 2. Di bawah ini;
Grafik 2. Ukuran Kelompok Gajah yang datang ke Lubuk Kembang Bunga tahun 2012
20
19
18
16
14
12
12
10
Ukuran kelompok
8
6
4
2
2
0
single
Berpasangan
Berkelompok
c. Interval Umur Gajah
Untuk internal umur gajah, catatan tahun 2012 untuk kedatangan gajah, 33 kali kedatangan, 33 kali
kedatangan gajah dewasa dan diantara kedatangan gajah dewasa, 2 kali juga kedatangan gajah anak,
terutama pada saat rombongan gajah berjumlah 10 individu. Tidak ada catatan gajah remaja pada saat
kedatangan gajah. Total gajah anak yang teridentifikasi adalah 3 individu dalam satu kelompok gajah
yang berjulah 10 individu baik pertemuan di Lubuk Bali maupun Perbekalan (lihat posisi kedatangan
gajah tersebut di ukuran kelompok gajah).
Catatan tahun 2005 – 2006 dari lebih dari 30 kali kedatangan gajah, 27 kedatangan merupakan individu
dewasa sedangkan 3 kali kedatangan diestimasi remaja. Beberapa catatan lain tidak diketahui kelompok
umurnya. Tahun 2005-2006, gajah dewasa yang umum datang adalah gajah jantan (bull) yang
diantaranya pada masa birahi. Gajah-gajah jantan soliter ini beberapa kali melakukan penyerangan di
wilayah kebun desa Lubuk Kembang Bunga. Dari hasil analisa data EFS yang dilakukan tahun 2009,
klasifikasi umur dewasa (>10 tahun) memiliki nilai tertinggi yaitu 12 kali kedatangan di tahun 2009.
Kedatangan gajah dewasa umumnya adalah gajah jantan dewasa yang soliter atau dalam kelompok kecil
mencari pasangan (bull). Nilai tertinggi kedua adalah pada klasifikasi campuran (beberapa individu gajah
yang berbeda umur (anak-anak, remaja dan dewasa atau anak-anak dan dewasa) datang ke LKB. Jumlah
kedatangan klasifikasi campuran adalah 6 kali (tahun 2009). Tahun 2010, kelompok umur campuran
lebih dominan dengan 13 kali dan 8 kali untuk kedatangan gajah dewasa. Kedatangan gajah dalam
klasifikasi campuran (umur) ini umumnya adalah dalam konteks berkelompok (herd) atau dalam satu
kelompok. Tahun 2009-2010, dai informasi mahout gajah dan masyarakat, terjadi beberapa kelahiran
anak gajah liar dalam kurun waktu tersebut. Hal ini akan menarik, apabila dalam kurun waktu di masa
datang, apabila habitat tidak terganggu, populasi gajah akan bertambah. Tahun 2010 (bulan februari)
juga diwarnai dengan 2 individu gajah mati di sebelah timur EFS Lubuk kembang Bunga. Usia gajah
tersebut diperkirakan 4-6 tahun, jadi sebenarnya dinamika populasi dari gajah liar di dalam TN Tesso
Nilo menunjukkan peningkatan jumlah anak gajah, meskipun habitat yang terus mengalami degradasi
(Syamsuardi et. al. 2010, Sukmantoro et. al. 2011). Grafik 3 dibawah ini menggambarkan interval umur
gajah berdasarkan kedatangan gajah liar tersebut ke Desa Lubuk Kembang Bunga.
Grafik 3. Interval Umur Gajah liar berdasarkan jumlah kedatangannya ke Desa Lubuk Kembang Bunga
35
33
30
25
20
Interval umur
15
10
5
2
0
0
Dewasa
Remaja
Anak
d. Kedatangan gajah berdasarkan waktu
Umumnya kedatangan gajah untuk data tahun 2012, dominannya adalah di pagi – siang hari antara
pukul 06:00 – 12:00 dengan 14 kali kedatangan, tetapi kedatangan di malam hari (18:00 – 00:00) juga
tinggi yaitu 11 kali. Antara jam 12:00 – 18:00 hanya 2 kali kedatangan. Untuk waktu 00:00 – 06:00 pagi
hari adalah nol, ini mungkin disebabkan kegiatan patroli dan informasi masyarakat tidak berada di waktu
ini atau posisi tim dan masyarakat sedang istirahat.
Sebagai perbandingan, data tahun 2005-2006, kedatangan gajah didominasi dengan kedatangan di
malam hari, sedangkan di siang hari hanya 14 kali dan 5 kali di sore hari. Gajah liar di banyak masuk ke
areal perkebunan masyarakat lebih banyak dilakukan pada malam hari. Data tahun 2009, 79 % (11 kali)
gajah datang pada malam hari dan hanya 3 kasus kedatangan di pagi dan sore hari. Pada siang hari tidak
ada gajah yang bergerak menuju lahan masyarakat. Pada tahun 2010, 8 kasus (40%) kedatangan gajah
terjadi pada malam hari. Pada siang hari, terjadi kasus kedatangan gajah sebanyak 6 kali (30%) dan 4 kali
kedatangan gajah pada sore hari. Pada tahun 2009 dan 2010, dari pola kedatangan pada malam hari
adalah dominan (terjadi penurunan kedatangan gajah pada malam hari di tahun 2010 dari data tahun
2009), tetapi tahun 2010 terjadi kenaikan persentase kedatangan gajah pada pagi-sore hari (terutama
siang hari) yaitu sebesar 39 % (Syamsuardi et. al. 2010, Sukmantoro et. al. 2011).
Grafik 4. Jumlah kedatangan gajah berdasarkan ukuran waktu perjumpaan
di Desa Lubuk Kembang Bunga
16
14
14
11
12
10
8
Jml kedatangan/waktu
6
4
2
2
0
0
00 - 06:00
06:00 12:00
12:00 18:00
18:00 - 00
2. Informasi Kedatangan Gajah
Informasi kedatangan gajah ini penting bagi tim Fying squad karena penerimaan informasi gajah liar
melibatkan masyarakat di desa Lubuk Kembang Bunga dan sekitarnya dan penerimaan informasi ini
adalah juga hasil dari inisiatif masyarakat dalam mendukung keberadaan flying squad di desa tersebut.
Catatan tahun 2005 – 2008, informasi terbanyak mengenai kedatangan gajah adalah dari patrol tim
Flying Squad. Misalnya tahun 2005-2006, patroli sepeda motor melaporkan 24 kali informasi kedatangan
gajah dan kedua adalah pemilik lahan yaitu 15 kali. Kemudian laporan juga berasal dari masyarakat desa
non pemilik yaitu 7 kali informasi. Tahun 2007 dan 2008, informasi dari patroli flying squad berturut –
turut adalah 14 kali dan 12 kali kedatangan gajah. Informasi dari masyarakat hanya 6 dan 5 kali saja.
Tahun 2009 saja, peran pemilik kebun cukup besar sebagai suplai informasi yaitu mencapai 46%. Pemilik
kebnun adalah orang yang memiliki kebun yang lahan kebunnya akan atau dimasuki oleh gajah liar.
Tahun 2009, patroli rutin dengan sepeda motor dilakukan seperti tahun-tahun lalu. informasi yang
dilakukan dengan mengunakan sepeda motor terutama pada malam hari berkontribusi terhadap suplai
informasi sebanyak 27 %, sedangkan untuk patroli gajah berkontribusi sebagai penunjang informasi
kedatangan gajah yaitu 9% dan lain-lain (dari petugas, pertemuan anggota flying squad tidak dalam
kegiatan patroli atau gajah masuk flying squad sebanyak 18%. Informasi masyarakat baik masyarakat
Lubuk Kembang Bunga maupun diluar desa tersebut (dalam konteks di luar pemilik lahan) adalah nol
atau tidak ada pengaduan di tahun 2009.
Pada tahun 2010, informasi kedatangan gajah dari pemilik lahan menurun yaitu hanya 8 % dan tahun
tersebut terdapat peranan masyarakat lain di luar pemilik lahan yaitu 8 % sebagai suplai informasi
kedatangan gajah. Peran terbesar sebagai suplai informasi kedatangan gajah yaitu dari patroli gajah
sebesar 42%, lain-lain (informasi petugas atau petugas flying squad diluar kegiatan patroli) sebesar 29%
dan patroli kendaraan (sepeda motor) sebesar 13%. Tahun 2010, patroli gajah dan sepeda motor
memang lebih intensif di Taman nasional terutama tahun 2010 dimulainya patroli gabungan yang
melibatkan 4 flying squad di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo (Sukmantoro et. al. 2011).
Tahun 2012, terjadi kenaikan informasi kedatangan gajah dari masyarakat dibandingkan dengan
informasi dari katroli yaitu 15 kali informasi dari masyarakat dan 7 kali dari patrol motor dan 6 kali dari
patrol gajah. Identifikasi kedatangan gajah non patroli dan bukan dari masyarakat adalah 5 kali trutama
kedatangan gajah ke camp flying squad atau tiba-tiba anggota tim flying squad mengidentifikasi
kedatangan gajah liar saat pergi atau keluar camp.
Untuk mengetahui informasi kedatangan gajah dari msyarakat, patroli dan non patroli non masyarakat
dapat dilihat dalam grafik 5. dibawah ini.
Grafik 5. Informasi Kedatangan gajah dari kegiatan patrol dan informasi masyarakat
di Desa Lubuk Kembang Bunga
15
16
14
12
10
7
8
6
6
5
4
2
0
Tim FS non
patroli
FS patroli
motor
FS Patroli Masyarakat
gajah
Informasi kedatangan
gajah
3. Cara-cara Penanganan Konflik
a. Pengecekan lokasi dan pengusiran
Dari pengumpulan data tahun 2012, ada tiga tipe penanganan konflik yaitu pengecekan lokasi dan
pengawasan, pengusiran dan penggiringan. Untuk tipe pengecekan lokasi dan pengawasan dapat
dilakukan tanpa menggunakan gajah, sedangkan untuk pengusiran dapat dilakukan dengan gajah jinak
flyng squad atau tanpa gajah jinak yaitu dengan menggunakan meriam karbit (carbid canon) yang
dibunyikan dengan strategi tertentu.
Tahun 2012, dari 33 kali kedatangan gajah, 28 kali dilakukan pengecekan lokasi, 21 kali dilakukan
pengusiran dalam upaya pengecekan lokasi-pengusiran dan 5 kali dilakukan pengawasan atau penjagaan
oleh masyarakat di pintu masuk gajah. Puncak pengecekan-pengusiran dilakukan pada bulan April
sebanyak 7 kali, sedangkan pengecekan-pengusiran juga dilakukan di bulan januari (4 kali), februari (3
kali), maret (1 kali), mei (4 kali) dan desember (2 kali). Beberapa tindakan hanya dilakukan pengecekan
lokasi karena gajah sudah tidak masuk ke kebun atau ladang masyarakat misalnya di bulan Mei 2 kali,
Juni 3 kali dan November 2 kali. Dalam pengusiran yang diikuti penggiringan dilakukan sebanyak 6 kali
dengan mempergunakan gajah Flying Squad. Dari informasi ini yang menarik adalah beberapa kali
pengecekan lokasi di wilayah lahan masyarakat yang berada di dalam kawasan Taman Nasional
(perambah) di sekitar Desa Lubuk Kembang Bunga – Air Hitam.
Sebagai perbandingan, upaya yang dilakukan tahun 2005-2008 adalah masim minim dalam strategi
sehingga upaya pengecekan misalnya tahun 2007 hanya dilakukan 5 kali tetapi 15 kali dilakukan
pengusiran gajah dan tahun 2008, hanya 4 kali pengecekan tetapi tim pada saat gajah liar datang, tim
langsung melakukan pengusiran yaitu 9 kali. Pengusiran gajah dilakukan pada tahun 2009 dan 2010.
Total kedatangan tahun 2009 adalah 19 kali dan tahun 2010 adalah 21 kali. Upaya pengusiran yang
dilakukan adalah menggunakan gajah flying squad sebanyak 2 kali dan pengusiran tanpa gajah sebanyak
7 kali. Tahun 2009 juga terdapat 10 kasus yang dilakukan tanpa pengusiran. Jadi tahun 2009 terjadi 9 kali
pengusiran. Pada tahun 2010, terjadi pengusiran menggunakan gajah flying squad sebanyak 5 kali dan
tanpa gajah adalah 11 kali. Ada 4 kasus kedatangan gajah yang dilakukan tanpa pengusiran tahun 2010.
Jadi total pengusiran tahun 2010 adalah 15 kali. Kasus pengusiran tanpa menggunakan gajah adalah
dengan mitigasi konflik bersama-sama masyarakat melakukan pengusiran dengan meriam karbit atau
alat-alat untuk menghalau gajah misalnya kentongan. Penggunaan meriam karbit adalah salah satu
bentuk mitigasi konflik gajah manusia bersama-sama dengan penggunaan flying squad. Upaya
pengusiran dapat dilakukan dalam waktu singkat atau lama dan biasanya gajah Bull (jantan) dan berahi
adalah rata-rata terlama waktu untuk mengusirnya (Syamsuardi et. al. 2010, Sukmantoro et. al. 2011).
Grafik 6 dibawah ini menerangkan tentang tindakan melalui pengecekan lokasi dan pengusiran gajah
oleh tim flying squad dengan melibatkan masyarakat per bulan.
Grafik 6. Tindakan pengecekan lokasi dan pengusiran gajah liar per bulan
di Desa Lubuk Kembang Bunga
8
77
7
6
6
5
4
44
4
33
3
3
2
Pengecekan lokasi
2
22
Pengusiran
11
1
0
b. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengecekan lokasi dan pengusiran
Frekuensi tingkat partisipasi masyarakat dalam pengecekan dan pengusiran gajah adalah merata dan
tinggi. Partisipasi masyarakat tertinggi tercatat di bulan April yaitu melibatkan 56 orang untuk 7 kali
pengecekan lokasi atau rata-rata 8 orang per tindakan dan 42 orang berpartisipasi dalam 7 kali
pengusiran atau rata-rata 6 orang per tindakan pengusiran. Pada bulan Januari, 23 orang berpatisipasi
dalam pengecekan lokasi dan 5 orang ikut dalam pengusiran gajah. Pada bulan Februari, 14 orang
berpartisipasi dalam pengecekan lokasi dan 5 orang ikut dalam pengusiran gajah. Di bulan mei, catatan
ini tinggi pula dimana 26 orang berpartisipasi melakukan pengecekan lokasi dan 16 orang ikut dalam
pengusiran gajah. Adakalanya masyarakat tidak terlibat dalam pengusiran gajah (hanya melakukan
pengecekan lokasi), karena ada dua alasan yaitu pengusiran gajah cukup dilakukan oleh anggota tim
flying squad dan posisinya adalah pengusiran-penggiringan. Pada posisi pengusiran-penggiringan, gajah
liar tidak dapat dikontrol pergerakannya sehingga dilakukan penggiringan menggunakan gajah jinak
flying squad dan kondisi ini sangat berbahaya bagi masyarakat dan dalam SOP penggiringan, masyarakat
tidak boleh ikut dalam upaya ini.
Dari data tahun 2009 dan 2010, tingkat partisipasi masyarakat tinggi yaitu 53% (10 kali upaya
pengecekan dan pengusiran gajah) di tahun 2009 dan 57% (12 kali upaya pengecekan dan pengusiran
gajah) di tahun 2010. Partisipasi masyarakat difokuskan pada saat pengecekan lokasi konflik (tidak saat
melaporkan kedatangan) dan pengusiran. dari tahun 2009 dan 2010, dukungan atau partisipasi
masyarakat meningkat 4 % untuk kegiatan tersebut. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya
peningkatan kedatangan gajah di tahun 2010, dalam konteks flying squad, keterlibatan masyarakat
dibatasi sampai pengusiran saja (Sukmantoro et. al. 2011).
Grafik 7. Keterlibatan masyarakat dalam pengecekan lokasi dan pengusiran gajah
di Desa Lubuk Kembang Bunga
60
56
50
42
40
30
26
23
20
10
16
14
5
Keterlibatan masyarakat dalam
pengecekan lokasi
5
6
3
0
5
0
00
00
00
00
00
Keterlibatan masyarakat dalam
pengusiran
3
0
Tingkat partisipasi masyaraat sangat tinggi dalam pengecekan-pengusiran tahun 2012. Dari kompilasi
data, tingkat partisipasi masyarakat untuk pengecekan adalah 22 kali dari 28 kali pengecekan lokasi di
tahun 2012. Dalam pengusiran gajah liar, 12 kali masyarakat ikut melakukan pegusiran gajah dari 21 kali
kegiatan pengusiran tahun 2012. Jadi apabila dikalkulasi seluruhnya dan dipersentasekan, partisipasi
masyarakat dalam pengecekan – pengusiran gajah liar yang masuk ke desa adalah 69%. Tingkat
partisipasi ini leih tinggi dari tingkat partisipasi masyarakat tahun 2009 dan 2010 yaitu 53 % (2009) dan
57% (2010). Data tahun 2005-2006 tingkat partisipasi masyarakat hampir sama dengan tingkat
partisipasi masyarakat tahun 2009-2010 antara 50 – 60%.
Grafik 8. Partisipasi masyarakat dalam pengecekan – pengusiran gajah liar dan persentase
partisipasinya di Desa Lubuk Kembang Bunga
25
22
Ada partisipasi
tidak ada partisipasi
20
15
12
9
10
6
Pengecekan
lokasi
31%
Pengusiran
5
69%
0
Ada partisipasi
tidak ada
partisipasi
4. Kerugian masyarakat akibat konflik
Dari tingkat kerugian masyarakat di tahun 2012, 45 kasus kerugian masyarakat yang tersebar selama
satu tahun. Dari 45 kasus kerugian di masyarakat (dimana 33 kasus ini teridentifikasi melalui informasi
kedatangan gajah dan 12 kasus kerugian tidak terdeteksi oleh tim flying squad (karena tidak ada
informasi untuk pendataan dan tindakan)), 437 batang sawit rusak oleh gajah liar, 18 pohon karet
hancur dan 2 pondok kerja rusak oleh gajah liar.
Jika dibandingkan dengan kasus kerusakan tahun 2005 – 2010, catatan tahun 2012 adalah yang
signifikan tertinggi. Tahun 2005 dan 2006, jumlah kasus kerugian yang tercatat adalah 23 kasus. Tahun
2007, jumlah kasus turun menjadi 17 kasus kemudian turun kembali tahun 2008 menjadi 10 kasus, 2009
naik menjadi 11 kasus kerugian dan tahun 2010 turun kembali menjadi 8 kasus. Tetapi tahun 2012, ada
45 kasus kerugian (Sukmantoro et.al 2011). Kemudian pencatatan jumlah tanaman budidaya yang
dirusak gajah liar mulai di catat di tahun 2009 dimana tahun 2009, catatan 110 pohon sawit, 1 buah
kelapa dan 8 pohon pisang dirusak. Tahun 2010, angka ini turun menjadi 48 pohon sawit, 5 pohon karet,
1 pohon bamboo dan 6 pohon pisang. Untuk lebih jelas mengenai tanaman atau material yang dirusak
gajah liar tahun 2012 di Desa Lubuk Kembang Bunga dapat dilihat dalam grafik 9.
Grafik 9. Material yang dirusak gajah liar dalam 45 kasus kerugian masyarakat
di Desa Lubuk Kembang Bunga dan sekitarnya
500
450
437
400
350
300
250
Kerusakan batang
pohon/material
200
150
100
50
18
2
0
Sawit
Karet
Pondok kerja
5. Pola kedatangan gajah liar, tingkat partisipasi masyarakat dan trend (pola kecenderungan)
kerugian masyarakat
Dari data tahun 2007-2012, pola kedatangan gajah random dimana pada bulan Juli-Agustus tahun 2012
tidak terjadi kedatangan gajah tetapi pada tahun 2009 di bulan yang sama, kedatangan gajah berjumlah
5-6 kali. Indikasi kedatangan gajah yang random dan fluktuatif dapat terlihat dari hasil analisa data
tahun 2009-2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sukmantoro et. al. 2011 menyatakan
dinamika kedatangan gajah liar terlihat acak pada tahun 2005-2010. Tidak ada pola yang jelas tentang
kedatangan gajah, karena sewaktu-waktu dalam satu bulan, kedatangan gajah dapat meningkat pesat
dibandingkan pada bulan yang sama di tahun kemudian atau sebelumnya. Pola-pola seperti ini
menunjukkan bahwa setiap bulan, tim flying squad dan masyarakat harus melakukan patroli dan
waspada terhadap kedatangan gajah liar ke Desa Lubuk Kembang Bunga. Januari, Febuari, Mei dan
Oktober merupakan bulan dimana interval kedatangan gajah antara 0-3 kali. Bulan Oktober antara 0-2
kali kedatangan. Kalau pola ini dapat dipertahankan, kemungkinan bulan Januari, Februari, Mei dan
Oktober adalah bulan-bulan dengan frekuensi kedatangan gajah yang kecil. Bulan-bulan lainnya adalah
fluktuatif.
Analisa pola kedatangan gajah mengeliminir data tahun 2005-2006 karena data 2005 dimulai pada bulan
Juni dan kurang konsistenan dalam penghitungan kedatangan gajah. Data yang konsisten dimulai pada
tahun 2007. Di lihat dari pola yang random ini, bulan Februari – Mei terlihat masih ada pola dimana
kedatangan gajah cukup intensif di bulan-bulan ini. Pola kedatangan gajah yang tidak intensif terlihat di
bulan Juni – Agustus meskipun di Agustus tahun 2012, terjadi 4 kali kedatangan gajah. Di bulan
Desember, kedatangan gajah cukup signifikan dimana puncaknya pada tahun 2008 yaitu 6 kali
kedatangan gajah.
Grafik 10. Pola kedatangan gajah ke Desa Lubuk Kembang Bunga tahun 2007 - 2012
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2007
2008
2009
2010
2012
Dari tingkat partisipasi masyarakat, sejak tahun 2005-2012 terjadi peningkatan partisipasi masyarakat
yaitu 60,6% di tahun 2005-2006 kemudian turun dan meningkat di tahun 2012. Partisipasi masyarakat
meningkat karena sejalan dengan jumlah konflik atau kasus konflik dan kedatangan gajah tahun 2012.
Keterlibatan masyarakat dalam hal pengecekan dan pengusiran yang tinggi dan cukup massal di
beberapa kasus konflik. Rata-rata dalam setiap tindakan (28 kali pengecekan) melibatkan 5 orang dan
dalam pengusiran (21 kali pengusiran) melibatkan 3-4 orang. Di beberapa kasus konflik yang disertai
tindakan tim flying squad, ada beberapa catatan tidak melibatkan masyarakat karena pertama, gajah
berpindah sendirinya tanpa perlu pengusiran, konflik dapat ditangani langsung oleh tim flying squad dan
resiko bagi masyarakat dan posisi pengusiran-penggiringan yang sangat beresiko pula bagi masyarakat
dan tidak diperbolehkan keterlibatan masyarakat dalam pengusiran-penggiringan sesuai SOP flying
squad (misalnya penggiringan gajah berahi).
Grafik 11. Persentase partisipasi masyarakat dalam mitigasi konflik gajah – manusia bersama tim
flying squad Lubuk Kembang Bunga
75
70
69
65
60
60,6
Persentase
keterlibatan
masyarakat
57
55
53
50
45
2005-2006
2009
2010
2012
Dari hasil catatan, jumlah kasus konflik tahun 2012 meningkat pesat dari 8 kasus di tahun 2010 menjadi
45 kasus konflik. Tigapuluh tiga kedatangan gajah adalah 100% menimbulkan konflik dan dicatat dalam
kasus konflik. Lima belas kasus konflik lain tidak teridentifikasi sehingga tidak ada tindakan. Tidak
teridentifikasi kasus konflik karena dalam patrol tidak dijumpai gajah konflik dengan kebun masyarakat,
masyarakat tidak melaporkan konflik di lahannya sehingga upaya preventif dapat dilakukan atau
masyarakat terlambat melaporkan. Catatan menarik, mengapa terjadi peningkatan yang signifikan dari
tahun 2010? Ada beberapa kemungkinan yaitu; 1. Perambahan di dalam Taman Nasional Tesso Nilo
yang semakin luas sehingga meniadakan habitat untuk gajah sumatera dan mengyulitkan tim flying
squad untuk menentukan arah penggiringan gajah liar, 2. Pengusiran dan mitigasi konflik yang dlakukan
oleh masyarakat di luar Lubuk Kembang Bunga yang tidak terkontrol menyebabkan gajah justru masuk
ke desa, pengusiran ini diketahui dari catatan tim termasuk pemberian racun kepada satwa tersebut. 3.
Patroli motor yang intensif, jadi sebelum tahun 2012, patrol motor kurang intensif dibandingkan patrol
motor tahun 2012. Selain itu, tahun 2012, komunikasi di masyarakat lebih intensif sehingga
meningkatkan pola komunikasi dan pelaporan konflik dari masyarakat Lubuk Kembang Bunga ke tim
flying squad.
Grafik 12. Jumlah Kasus konflik gajah – manusia tahun 2005 – 2012 di Desa Lubuk Kembang Bunga
50
45
45
40
35
30
25
23
23
Jumlah kasus
20
17
15
10
10
11
8
5
0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2012
Kesimpulan
Sampai saat ini, flying squad merupakan salah satu teknik mitigasi konflik yang berhasil menurunkan
tingkat kasus konflik mencapai 65,2% dari tahun 2005 sampai tahun 2010, meskipun demikian di tahun
2012 terjadi peningkatan yang signifikan kasus konflik karena pengurangan lahan dan kerusakan habitat
di wilayah taman nasional yan semakin luas dan semakin mendesak habitat gajah. Pola kedatangan
gajah berkarakter random setiap bulan sehingga menyulitkan untuk menentukan waktu mitigasi yang
tepat Tetapi, dari pola kedatangan gajah, setiap saat flying squad harus intensif melakukan patrol
sepanjang tahun dan masyarakat tetap perlu waspada dan siap untuk melakukan mitigasi konflik setiap
saat. Keterlibatan masyarakat aktif ikut serta dalam pengecekan dan pengusiran gajah relative tinggi dan
tertinggi sejak flying squad berdiri di Lubuk Kembang Bunga. Tingginya keterlibatan masyarakat karena
konflik terjadi sangat intensif dibandingkan sebelumnya dan hasil dari komunikasi masyarakat dengan
tim flying squad. Di tahun 2012, sosialisasi dan pelatihan mitigasi cukup intensif di Lubuk Kembang
Bunga dan desa-desa sekitarnya menyebabkan masyarakat memiliki akses melapor dan memberikan
informasi ke flying squad.
Sebagai bahan evaluasi flying squad ke depan adalah upaya pengembangan database untuk patrol
misalnya MIST perlu diintensifkan karena akan enghasilkan informasi spasial yang jauh lebih akurat dan
detail dan upaya-upaya patrol terutama sebelum kedatangan gajah mejadi konflik. Beberapa catatan
tahun 2010, ada beberapa kasus kedatangan gajah dan tidak menimbulkan konfik apalagi kerugian
konflik. Upaya ini perlu diintensifkan dalam skala patroli.
Prioritas bagi pengelolaan kawasan taman nasioanl adalah pengamanan dan penanganan perambahan
yang merusak habitat gajah liar. Tim Flying squad kesulitan melakukan mitigasi karena tujuan pengusiran
dan penggiringan di beberapa lokasi yang dulunya hutan Tesso Nilo menjadi kebun di dalam taman
nasional. Pengusiran dan penggiringan gajah liar apabila tidak dilakukan dengan cermat akan
menyebabkan konfik gajah – manusia di wilayah lain. Dari catatan 2012, 7 kasus konflik yang ditangani
flying squad berada di dalam taman nasional.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih diucapkan kepada Bapak Dr. Anwar Purwoto, Prof. Dr. Hadi Alikodra, Bapak Nazir Fuad,
Bapak Ir. Suhandri, Bapak Sarozi (Kepala BBKSDA Riau) dan Bapak Kuppin Simbolon MSc. (Kepala BTNTN)
yang mendukung dan memberikan masukan dalam pembuatan dokumen ini. Terima kasih juga kepada
rekan-rekan mahout yang telah mendukung dalam penyusunan database mitigasi konflik gajah –
manusia yang sampai saat ini tetap diperbaharui oleh tim EFS. Terima kasih pula kepada Michael
Stuewe, Long Barney, WWF US, WWF Swedia, WWF Jerman, WWF Jepang, masyarakat Lubuk Kembang
Bunga dan yang telah membantu dan mendukung dalam hal teknis dan pendanaan dalam
pengembangan flying squad di Propinsi Riau.
Referensi
Qomar, N. 2003. Integrasi Sub Sistem Sosial Dalam Pengelolaan Hutan Tesso Nilo Untuk Pelestarian
Gajah Sumatera dan Ekosistemnya. Thesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Samsuardi & A. A. Desai. 2009. Death of four elephants outside the Tesso Nilo National Park. WWF –
Indonesia Report on May 2009. Riau.
Sukmantoro, W. & Syamsuardi. 2011. Analisa Tehnik Flying Squad Sebagai Bagian Mitigasi Konflik Gajah
– Manusia di Desa Lubuk Kembang Bunga, Propinsi Riau: Tahun 2009 – 2010. WWF Indonesia Program
Riau. Pekanbaru.
Syamsuardi & N. Fadhli. 2007. Usulan konsep mitigasi konflik manusia dan gajah. Materi presentasi
WWF Indonesia Riau Program. Propinsi Riau.
Syamsuadi, Wishnu Sukmantoro & Samsuardi. 2010. Tehnik Flying Squad Sebagai Bagian Mitigasi
Konflik Gajah – Manusia di Desa Lubuk Kembang Bunga, Propinsi Riau: Tahun 2005 – 2008. WWF
Indonesia Program Riau, Pekanbaru.
Syamsuardi, Wishnu Sukmantoro, Muslino, Nukman, Nurchalis Fadly, Adi Purwoko, Riyadin, Eko Heri &
Joko Prawoto. 2010. Standar operasional prosedur untuk elephant flying squad (Pasukan Gajah Reaksi
Cepat) dalam mitigasi konflik manusia dan gajah. Tim penulis SOP. Pekanbaru.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Lampiran 1. Kedatangan Gajah ke Desa Lubuk Kembang Bunga
No
Hari
Tanggal
Bulan
Tahun
Pukul
Asal informasi
Lokasi
Koordinat
S
E
E
1
jumat
6
1
2012
19:00
Pemilik lahan
Kp Baru
S
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
S
’
’
’
S
’
’
’ ’
E.
2
Senin
9
1
2012
19:30
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
3
Minggu
15
1
2012
6:30
Tim Fs
Pemda
S
’
’
’
E
4
jumat
20
1
2012
19:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
, "
E
6
Selasa
7
2
2012
8:30
Patroli gajah
Perbekalan
S
’
’
’
E
5
Minggu
12
2
2012
Pemilik lahan
Ladang Aripin
S
’
’
’
E
7
Rabu
22
2
2012
19:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
8
Jumat
2
3
2012
18:30
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
9
Selasa
10
4
2012
19:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
10
Rabu
12
4
2012
7:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
11
Sabtu
14
4
2012
7:00
Masyarakat sekitar lahan
Kp Baru
S
’
’
’
E
12
Selasa
17
4
2012
6:30
Patroli sepeda motor
Kp Baru
S
’
’
’
E
13
Senin
23
4
2012
07:00
Patroli sepeda motor
Pemda
S
’
’
’
E
14
Kamis
26
4
2012
07:00
S
Patroli sepeda motor
Kp Baru
Simpang tiga
Pandi
S
’
’
’
’
Patroli sepeda motor
’
’
’
E
15
Minggu
29
4
2012
7:00
16
Selasa
1
5
2012
19.00
Patroli gajah
Pemda
S
’
’
17
Kamis
3
5
2012
19.00
Tim Fs
Kp Baru
S
’
’
18
Selasa
15
5
2012
Patroli sepeda motor
Pemda
S
’
’
’
S
’
’
’
19
Kamis
17
5
2012
19.00
Patroli sepeda motor
Pemda
S
’
’
’
S
’
’
’
20
Senin
21
5
2012
19:00
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
’
’
E
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
’
E
21
Rabu
23
5
2012
09:00
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
’
’
E
22
jumat
1
6
2012
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
’
’
E
23
Minggu
3
6
2012
09:00
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
’
’
E
24
Sabtu
19
6
2012
07:00
Masyarakat sekitar lahan
Sungai Tapa
S
’
25
Sabtu
6
10
2012
08.00
Patroli gajah
Lubuk Bali
00 10'31,9"
101 59,08,4"
26
Selasa
9
10
2012
10.00
Patroli gajah
AM Ujung
00 12,02,5"
101 57'02,8"
27
Selasa
16
10
2012
09.00
Patroli gajah
Perbekalan
00 10'36,1
101 58'14,0
28
Jumat
19
10
2012
20.00
Tim Fs
Pemda
00 10'31,3
101 59'17,1
29
Senin
19
11
2012
Tim Fs
Sungai Tapa
30
Selasa
20
11
2012
09.00
Patroli gajah
Perbekalan
00 10'56,0
101 38'14,8
31
Rabu
21
11
2012
14.30
Tim Fs
00 11'09,0
32
Senin
10
12
2012
20:00
Pemilik lahan
Menara
Simpang tiga
Pandi
33
Jumat
21
12
2012
16:00
Patroli sepeda motor
Pemda
S.00°10,49,7"
101 28'28,2"
E.101°
39'53,4'
E.102°
00'11,2'
Tanggal
Bulan
Tahun
Waktu
Singel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Klasifikasi Gajah
Jum’at
Senin
Minggu
Jum’at
Selasa
Minggu
Rabu
Jumat
Selasa
Rabu
Sabtu
Selasa
Senin
Kamis
6
9
15
15
7
12
22
2
10
12
14
17
23
26
1
1
1
1
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
Malam
Malam
Malam
Malam
siang
Malam
Malam
Malam
Malam
Malam
Pagi
Malam
Malam
Malam
Perkiraan
Jumlah
Gajah
Group
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
’
S.00°10,50,2"
Lampiran 2. Tindakan pengecekan lokasi dan gajah liar di Desa Lubuk Kembang Bunga
Hari
’
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
1
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Minggu
Selasa
Kamis
Selasa
Kamis
Senin
Rabu
Jumat
Minggu
Sabtu
Senin
Rabu
Senin
Jumat
29
1
3
15
17
21
23
1
3
19
19
21
10
21
4
5
5
5
5
5
5
6
6
6
11
11
12
12
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
Malam
Malam
siang
siang
Malam
Malam
Malam
Malam
Pukul
siang
Malam
Malam
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
2
2
Lampiran 3. Tindakan Pengusiran gajah liar dari lokasi konflik
Menggunakan
gajah FS
Sarana yang
digunakan
Jam Kegiatan
No
Hari
1 Jum’at
2 Senin
Tanggal
6
7
Bulan
1
1
Tahun Mulai
2012 20:30
2012 19:30
3 Minggu
15
1
2012 19:30
4 Jum’at
5 Selasa
6 Minggu
20
7
12
1
2
2
2012 19:00
2012 7:30
2012 19:00
23:30
12:00
4:00
7 Rabu
8 Jumat
22
2
2
3
2012 19:30
2012 19.00
24.00
23.00
10
12
14
17
23
26
29
4
4
4
4
4
4
4
2012
2012
2012
2012
2012
2012
2012
19:30
7:00
7:30
7:00
7:00
7:00
7:00
23.00
11:30
17.00
11.00
12.00
11:00
23:00
9
10
11
12
13
14
15
Selasa
Rabu
Sabtu
Selasa
Senin
Kamis
Minggu
Roda Roda
4
2
1
1
1
1
Berakhir
23:30
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
17
18
19
20
21
Selasa
Kamis
Senin
Rabu
Senin
Jumat
15
17
21
23
10
21
5
5
5
5
12
12
2012
2012
2012
2012
2012
2012
20.00
20.00
21.00
19.30
20.00
20.00
24.00
23:30
23.00
22.00
22.30
24.00
1
1
1
1
1
1