HUKUM INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL

HUKUM INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONAL MENURUT LIBERALISME
Dosen Pengampu:
Fajriyah Nurkhasanah Taufik, M.A

Disusun Oleh:
Conie Alifmay Prasetyo
Choirinnisa Navisatus Salecha
Lisni Lilianti

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
KAMPUS MANTINGAN
2017M/1438H

ESSAI

HUKUM INTERNASIONAL MENURUT
LIBERALISME
Disusun Oleh: Conie Alifmay Prasetyo, Choirinnisa Navisatus Salecha dan

Lisni Lilianti.
Liberalisme merupakan salah satu perspektif dari perspektif- perspektif yang
ada dalam hubungan internasional. Perspektif liberalisme termasuk dalam perspektif
yang paling terkenal diantara yang lainnya, karena perspektif ini adalah cara pandang
yang saat ini paling banyak diadopsi oleh berbagai aktor dalam hubungan
internasional. Dan ketika seseorang membahas sebuah hubungan internasional, maka
ia tak terlepas dari membahas sebuah hukum internasional. Karena hukum
internasional selalu tersirat dalam hubungan internasional itu sendiri, meskipun tidak
selalu hadir dalam setiap hubungan internasional. Maka dari itu esai ini akan
menjawab, apakah asumsi dasar liberal? Apakah itu hukum internasional? Dan
bagaimana hukum internasional menurut liberalisme?
Asumsi Dasar Liberal
Liberalisme merupakan sebuah asumsi dasar dalam hubungan internasional
yang bersifat optimis. Kaum liberalis selalu mengandalkan kebebasan dan kerjasama
dalam hubungan internasional demi tercapainya kemajuan. Hal itu tak lepas dari
pernyataan John Locke seorang filsuf liberal abad ke-17 yang menyatakan bahwa
negara yang menjamin kebebasan individu, mempunyai potensi yang besar bagi
kemajuan manusia dalam civil society dan perekonomian kapitalis modern. Hal itu
juga sesuai dengan tiga asumsi dasar liberalisme yaitu 1) pandangan positif tentang
sifat manusia; 2) keyakinan bahwa hubungan internasional dapat bersifat kooperatif

daripada konfliktual; 3) percaya terhadap kemajuan[ CITATION Jac14 \l 1057 ].
Kaum liberalis yang memandang baik manusia sebagai sifat dasarnya,
memang mengakui bahwa manusia selalu mementingkan dirinya sendiri, namun

2 | Hukum Internasional Menurut Liberalisme

kaum liberalis juga mengakui bahwa manusia tidak dapat memenuhi semua
kebutuhannya sendiri. Maka dari itu manusia harus terlibat dalam aksi sosial untuk
dapat memenuhi kebutuhannya. Bahkan mereka juga berpendapat bahwa bekerjasama
akan memberikan yang keuntungan lebih besar daripada bekerja sendiri[ CITATION
Jac14 \l 1057 ]. Sehingga akal fikiran mereka ini dapat mengalahkan ketakutan
mereka kemudian mengganti peperangan dengan sebuah sistem kerjasama. Cara-cara
yang biasa dilakukan oleh kaum liberalis untuk mencapai tujuannya dilakukan
dengan cara damai, diantaranya adalah perjanjian, diplomasi, negoisasi, perundingan,
kesepakatan dan lain sebagainya.
Kaum liberalis memandang bahwa siapapun dapat menjadi aktor dalam
hubungan internasional, seperti negara, individu, organisasi internasional, organisasi
non pemerintah, perusahaan multinasional dan lain sebagainya. Hal itu didukung
dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang semakin
pesat sehingga mendorong kemajuan yang baik bagi kehidupan manusia dan ditandai

dengan adanya modernisasi. Kemajuan tersebut mencangkup perdamaian dunia dan
pencapaian kepentingan oleh setiap aktor yang terlibat. Sehingga perspektif
liberalisme inilah yang saat ini paling banyak diadopsi oleh berbagai negara di dunia.
Karena setiap aktor dalam liberalisme yang terlibat dalam sebuah kerjasama akan
mendapatkan keuntungan atau kerugian bersama yang disebut (variable-sum).
Mereka juga menekankan pemenuhan aktor akan keuntungan absolut (absolute
gains), yaitu kondisi dimana semua aktor akan mendapatkan keuntungan dalam
hubungan internasional. Hal itu menyebabkan seluruh aktor saling bergantung satu
sama lain [CITATION Man08 \l 1057 ].
Hukum Internasional
Agar dapat lebih memahami hukum internasional itu sendiri, kita harus dapat
membedakan antara hukum internasional publik, hukum perdata internasional, hukum
antarnegara dan hukum dunia. Hukum perdata internasional ialah keseluruhan kaidah
dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara.

3 | Hukum Internasional Menurut Liberalisme

Hukum ini mengatur kepentingan serta persoalan orang perseorangan yang melintasi
batas negara. Sedangkan hukum antarnegara yang juga disebut hukum antarbangsa
adalah hukum yang hanya mengatur hubungan antara suatu negara/bangsa dengan

negara/lain. Sehingga hanya satu aktor dalam hukum antarnegara yaitu, negara itu
sendiri. Dan hukum dunia adalah hukum yang berlaku di negara dunia. Negara dunia
adalah semacam negara yang meliputi semua negara di dunia ini, sehingga
kekuasaannya berada diatas negara nasional. Namun, pada saat ini hukum dunia
hanyalah suatu istilah, karena kemungkinan untuk terbentuknya sebuah negara dunia
sangat jauh kenyataan yang ada. Meski demikian, beberapa fenomena telah
menunjukkan cikal bakal terbentuknya negara dunia. Salah satunya adalah dengan
terbentukmya WTO (World Trade Organization). Organisasi ini hampir diikuti oleh
seluruh negara di dunia yang mewajibkan seluruh anggotanya untuk menyerahkan
seluruh kedaulatan ekonominya mengenai perdagangan internasional sebagaimana
yang telah diatur oleh WTO sendiri[ CITATION Kus15 \l 2057 ].
Oleh karena itu, hukum internasional tidak hanya mengatur urusan orangperorangan sebagaimana hukum perdata internasional, juga tidak hanya mengatur
urusan antar negara sebagaimana hukum antarnegara dan berbeda dengan hukum
dunia yang mengatur negara dunia. Menurut Mochtar Kusumaatmadja hukum
internasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hukum Internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara: (1) negara dengan negara; (2) negara dengan subjek hukum
lain bukan negara; (3) subjek hukum bukan negara satu sama
lain[ CITATION Kus15 \l 1033 ].

Jadi hukum internasional itu sendiri telah mencangkup hukum perdata internasional,
hukum antarnegara dan hukum antara berbagai subjek dalam hubungan internasional
baik perseorangan, negara atau subjek lain bukan negara seperti suatu organisasi
internasional contohnya. Hukum internasional mulai berkembang dengan pesat pasca

4 | Hukum Internasional Menurut Liberalisme

perang dunia I dan II yang ditandai dengan muncul dan berkembangnya berbagai
organisasi internasional serta hukum antarnegara tradisional yang mulai dianggap
radikal[ CITATION Kus15 \l 2057 ].
Setelah itu, hukum internasional dibagi menjadi beberapa macam hukum,
diantaranya adalah hukum internasional regional dan hukum internasional khusus.
Hukum internasional regional hanya berlaku di ruang lingkup suatu daerah, misalnya
hukum MEE, ASEAN dan lain sebagainya. Sedangkan hukum internasional khusus
adalah hukum yang hanya berlaku bagi beberapa aktor tertentu dalam hubungan
internasional, meskipun tidak berada dalam wilayah yang sama. Contohnya adalah
Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia. Maka baik hukum internasional
regional, hukum internasional khusus atau hukum internasional lainnya, memiliki
sumbangan berharga terhadap terciptanya hukum internasional yang benar-benar
bersifat universal. Dan setiap kali terbentuknya hukum internasional pasti merupakan

sebuah pencerminan keadaan, kebutuhan, taraf berkembangan dan tingkat integrasi
yang berbeda-beda dari setiap aktor sehingga saling membutuhkan bantuan antara
satu dengan yang lainnya [ CITATION Kus15 \l 2057 ].
Hukum Negara Menurut Liberalisme
Hubungan internasional dapat didefinisikan sebagai studi hubungan dan
interaksi antara negara-negara, termasuk aktivitas dan kebijakan pemerintah,
organisasi internasional, organisasi non pemerintah dan perusahaan multinasional.
Hubungan internasional dapat berupa subjek teoretis dan subjek praktis atau subjek
kebijakan, dan pendekatan akademis terhadapnya dapat bersifat empiris atau normatif
atau keduanya [ CITATION Jac14 \l 1057 ]. Maka, hukum internasional adalah suatu
hukum yang mengatur hubungan internasional dan perspektif liberalisme merupakan
salah satu cara pandang dalam hubungan internasional itu sendiri, sehingga
keadaannya akan mempengarui terhadap terciptanya sebuah hukum internasional.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perspektif liberalisme
memandang hubungan internasional sebagai hubungan yang tidak hanya terdiri dari

5 | Hukum Internasional Menurut Liberalisme

negara saja, melainkan terdiri dari berbagai aktor. Maka, para liberalis menganggap
bahwa hukum internasional merupakan suatu sarana yang tepat untuk mengatur

hubungan internasional itu sendiri. Keterlibatan berbagai aktor dalam hubungan
internasional menimbulkan interaksi yang beraneka ragam dan berujung pada
ketergantungan antara aktor yang terlibat. Hal itu disebabkan setiap subjek dalam
hubungan internasional dapat berinteraksi dengan bebas antara satu sama lain dalam
isu yang beragam pula. Bila interaksi dan ketergantungan itu tidak diatur dalam suatu
kesepakatan yang telah disepakati bersama, maka akan terjadi kerancuan dalam
hubungan antara aktor tersebut. Dimana kerancuan tersebut dapat merugikan berbagai
pihak yang terlibat karena mereka saling berdampak satu sama lain. Sedangkan para
liberalis percaya kebebasan kerjasama yang mereka lakukan dimaksudkan untuk
mendapatkan manfaat yang besar serta keuntungan yang berlipat ganda. Jadi jika
kerugian itu terjadi, hal itu tidak sesuai dengan asumsi dasar liberalisme. Oleh karena
itu, para liberalis pada umumnya menggunakan hukum internasional sebagai sarana
untuk mengatur hubungan internasional yang mereka lakukan. Sehingga sebebas
apapun kerjasama yang mereka lakukan dan sebanyak apapun hubungan multilateral
yang terjadi tidak akan menimbulkan sebuah kerugian dan akan menghadirkan
manfaat serta keuntungan yang berlipat ganda. Karena kerjasama dan hubungan
multilateral yang mereka lakukan berjalan teratur di atas hukum internasional yang
telah mereka sepakati bersama.
Hal ini sesuai dengan konsep institusi internasional milik liberalisme. Institusi
liberalisme internasional menurut kaum liberal adalah suatu organisasi internasional,

seperti NATO atau Uni Eropa yang merupakan perangkat yang memiliki aturan yang
mengatur tindakan negara dalam bidang tertentu seperti penerbangan atau
pengapalan. Mereka biasa pula disebut “rezim”, yang seringkali keduanya bersamaan:
rezim perdagangan contoh WTO. Adapula rezim tanpa organisasi formal: sebagai
contoh Konferensi Hukum Laut yang diselenggarakan dibawah pengawasan PBB
tidak memiliki organisasi internasional yang formal[CITATION Ikb14 \l 1033 ].
Institusi Liberalisme Internasional adalah institusi yang menolong atau memajukan

6 | Hukum Internasional Menurut Liberalisme

kerjasama negara-negara yang terlibat. Dan konsep institusi liberalisme internasional
adalah merupakan sebuah teori dalam perspektif liberalisme yang menjelaskan bahwa
jika suatu negara hendak memenuhi kebutuhan, mencapai kepentingan dan
mempertahankan keamanannya maka dia harus terlibat dalam institusi internasional.
Kemudian dalam institusi internasional itu setiap anggota yang terlibat harus
mentaati, menjalankan kewajiban serta segala sesuatu yang telah menjadi
kesepakatan bersama. Agar setiap pihak yang terlibat mendapatkan apa yang
dibutuhkan dan mencapai kepentingannya masing-masing sehingga sebuah
keuntungan yang dihasilkan tidak hanya dinikmati oleh sebagian pihak saja,
melainkan dinikmati oleh semua aktor yang terlibat didalamnya. Kewajiban serta

kesepakatan bersama tersebutlah yang kemudian disebut sebagai hukum internasional
regional atau hukum internasional khusus. Dimana keduanya merupakan bagian dari
hukum internasional itu sendiri[ CITATION Kus15 \l 1057 ].
Dengan rangkaian tujuan ini, maka masing-masing subjek yang terlibat harus
mempertahankan kelangsungan berjalannya institusi internasional yang menaungi
mereka dan agar hal ini tercapai maka masing-masing aktor harus saling melindungi
aktor-aktor yang lain yang terlibat dalam organisasi internasional tersebut serta tidak
saling menyerang untuk meyelesaikan permasalahahan yang ada. Sehingga lahirlah
kepercayaan bahwa dimana ada institusi internasional baik formal maupun nonformal
maka disana pulalah terdapat hukum internasional. Jadi, meskipun ketaatan terhadap
hukum internasional juga berarti pembatasan kebebasan dalam beberapa hal tertentu,
tetapi menurut kaum liberalis, hukum internasional memiliki andil yang sangat besar
bagi setiap kerjasama dalam suatu institusi yang dilakukan oleh berbagai aktor dalam
hubungan internasional demi tercapainya pemenuhan kebutuhan, pencapaian
kepentingan dan pertahanan keamanannya, serta untuk mencegah kerugian dari
kerjasama yang mereka lakukan.
Di tengah hiruk pikuknya hubungan internasional yang memiliki banyak
sekali perbedaan dari setiap subjek yang terlibat seperti ideologi, kebutuhan dan lainlain

sehingga


menimbulkan

berbagai

persoalan.

7 | Hukum Internasional Menurut Liberalisme

Kaum

liberalis

berusaha

menyelesaikan berbagai persoalan yang ada dengan cara yang damai, bukan dengan
cara kekerasan. Karena bagi kaum liberalis menyelesaikan masalah dengan cara
kekerasan hanya akan merugikan semua pihak yang terlibat [ CITATION Jac14 \l
1057 ]. Sehingga agar perdamaian tersebut terjadi para liberalis biasanya mengikat
pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dalam sebuah kesepakatan, perjanjian atau

cara-cara perdamaian lainnya untuk mencegah konflik tersebut. Kemudian
kesepakatan, perjanjian atau cara-cara perdamaian lainnya itulah yang kemudian
menjadi bagian dari hukum internasional. Jadi kaum liberal memandang hukum
internasional sebagai salah satu sarana yang mereka gunakan untuk mencegah dan
menyelesaikan berbagai konflik dalam hubungan internasional.
Kaum liberal melihat negara sebagai entitas konstitusional, Rechtsstaat, yang
membentuk dan menjalankan aturan hukum yang menghormati hak warga negara
untuk hidup, bebas dan sejahtera. Negara konstitusional semacam itu juga akan
menghargai satu sama lain dan akan berhadapan satu sama lain sesuai dengan normanorma saling percaya. Argumen tersebut diperluas oleh Jeremi Bentham, seorang
filsuf Inggris abad ke-18 yang memunculkan istilah ‘hukum internasional’. Ia yakin
bahwa hukum internasional berada di bawah kepentingan rasional negara-negara
konstitusional

untuk

meyakini

hukum

internasional

dalam

kebijakan

luar

negerinya[CITATION Ros78 \l 1057 ]. Jadi kaum liberal percaya hukum internasional
sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.

KESIMPULAN
Tiga asumsi dasar liberalisme yaitu 1) pandangan positif tentang sifat
manusia; 2) keyakinan bahwa hubungan internasional dapat bersifat kooperatif
daripada konfliktual; 3) percaya terhadap kemajuan[ CITATION Jac14 \l 1057 ].

8 | Hukum Internasional Menurut Liberalisme

Sedangkan hukum internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara: (1) negara dengan
negara; (2) negara dengan subjek hukum lain bukan negara; (3) subjek hukum bukan
negara satu sama lain (Kusumaatmadja & Agoes, 2015). Maka hukum internasional
merupakan sebuah hukum yang mengatur hubungan internasional sedangkan
liberalisme merupakan cara pandang terhadap hubungan internasional tersebut.
Sehingga terciptanya hukum internasional sangat berkaitan erat terhadap perspektif
yang digunakan oleh setiap aktor yang terlibat dalam hubungan internasional. Kaum
liberalis memandang hukum internasional dalam hubungan internasional untuk
mendapatkan manfaat dan keuntungan yang sebanyak-banyaknya, pemenuhan
kebutuhan, pencapaian kepentingan, pertahanan keamanan serta mencegah kerugian
dari hubungan internasional yang mereka lakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Ikbar, Y. (2014). Metodologi dan Teori Hubungan Internasional. Bandung: PT Refika
Aditama.
Jackson, R., & Sorensen, G. (2014). Pengantar Studi Hubungan Internasional Teori
dan Pendekatan (5th ed.). (R. Kusmini, Kamdani, Penyunt., D. Suryadipura,

9 | Hukum Internasional Menurut Liberalisme

& P. Suyatiman, Penerj.) Yogyakarta, Celeban Timur UH III/548: Pustaka
Pelajar.
Kusumaatmadja, M., & Agoes, E. R. (2015). Pengantar Hukum Internasional (5 ed.).
Bandung, Jawa Barat, Indonesia: P. T. Alumni.
Mansbach, R. W., & Rafferty. (2008). Introduction to Global Politics. New York,
Routledge: Kristen L.
Rosenblum, N. L. (1978). Bentham's Theory of The Modern State. Cambridge, MA:
Harvard University Press.

10 | Hukum Internasional Menurut Liberalisme