BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi pada Dinas Pendapatan, Keuangan, dan Asset Daerah Kabupaten Samosir)

TINJAUAN PUSTAKA

  Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menemukan hubungan antarvariabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

  Kerangka teori merupakan sebagian konsep, definisi, dan kontruksi definisi yang menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan merumuskan konsep. Kerangka teori merupakan landasan pemikiran untuk melaksanakan penelitian dan teori digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian (Singarimbun, 2006:73). Adapun kerangka teori yang menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  II.1 Efektivitas

  II.1.1 Pengertian Efektivitas

  Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, sesuatu dapat dikatakan efektif apabila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.

  Efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati (Bernard, 1992:207).

  Menurut Mahsun (2006), Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pendapat ini ditegaskan oleh pernyataan Steers (1980) yaitu, efektivitas adalah tujuan akhir dari suatu organisasi. Organisasi-organisasi yang rasional akan mengarahkan segala tindakannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan ditetapkan oleh organisasi.

  Berdasarkan pengertian di atas, maka suatu program akan dikatakan efektif apabila suatu tujuan dan sasaran program tercapai tepat pada waktunya. Adapun unsur-unsur penting dalam efektivtas adalah:

  1.Pecapaian tujuan Dilihat dari aspek keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas berfokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat merupakan salah satu ukuran efektivitas tanpa mempertimbangkan berapa biaya, tenaga, dan waktu yang digunakan dalam memberikan pelayanan, tetapi lebih menitikberatkan kepada tercapainya tujuan organisasi pelayanan publik.

  2.Ketepatan waktu Bila ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan mengalokasikan sumberpsumber tertentu (Siagian, 1992).

  3.Manfaat

  Steers (1991) mendefinisikan efektivitas sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu keuntungan dalam organisasi dengan segala cara. Dengan demikian, suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut memberi manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya

  4.Hasil Efektivitas sebagai sesuatu yang berhasil guna yaitu pelayanan baik atau mutu dan kegunaannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan.

  Dengan kata lain, kegiatan sesorang atau organisasi dikatakan efektif jika aktivitas atau perbuatan tersebut memberi akibat sebagaimana yang dikehendaki atau direnanakan.

II.1.2 Pendekatan terhadap Efektivitas

  Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan masukan (input) berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya. Adapun pendekatan terhadap efektivitas adalah (Putra,2001) :

  1.Pendekatan sasaran (Goal Approach) Melalui pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana keberhasilan suatu lembaga merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

  Pendekatan sasaran dalm pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran yang hendak dicapai.

  2.Pendekatan sumber (System Resource Approach) Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan sumber didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga memiliki hubungan yang merata dalam lingkungannya, dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.

  3.Pendekatan proses (Internal Process Approach) Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar, dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

  4.Pendekatan integratif (Integrative Approach) Pendekatan ini merupakan gabungan ketiga pendekatan di atas yang muncul sebagai akibat adanya kelemahan dan kelebihan masing- masing pendekatan.

II.1.3 Ukuran Efektivitas

  Dalam Danim (2004), David Krech, Ricarh S. Cruthfied, dan Egerton L. Ballachey menyebut adanya ukuran efektivitas yang merupakan suatu tolak ukur akan terpenuhinya sasaran dan tujuan yang hendak dicapai. Dan juga ukuran efektivitas menunjukkan pada tingkat sejauh mana organisasi melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

  Adapun ukuran efektivitas yaikni sebagai berikut:

  1.Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program, atau kegiatan.

  Hasil dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (input).

  2.Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).

  3.Produk kreatif, artinya penciptaan korelasinya kondisi yang kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan.

  4.Intensitas yang akan dicapai yang berarti memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi. Menurut CambellJ.P (1989:21), efektivitas dapat diartikan sebagai tingkatan kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah :

  1.Keberhasilan program

  2.Keberhasilan sasaran

  3.Kepuasan terhadap program

  4.Tingkat input dan output

  5.Pencapaian tujuan menyeluruh

II.1.4 Masalah dalam Pengukuran Efektivitas Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas, dan laba.

  Ada beberapa rancangan yang memandang konsep ini dalam kerangka kerja satu dimensi, yang memusatkan perhatian hanya kepada satu kriteria evaluasi (contoh: produktivitas). Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka wajar jika ditemukan sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan menetukan indikator efektivitas, sehingga sedikit sulit bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas.

  Pengukuran efektivitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan memberikan hasil daripada pengukuran efektivitas berdasarkan sasarn resmi dengan memperhatikan masalh yang ditimbulkan beberapa hal berikut :

  1.Adanya macam-macam output Bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan pengukuran efektivitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit dilakukan, dan akan semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya.

  Efektivitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu indikator atau efektivitasnya yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan efektivitas yang rendah pada sasaran yang lainnya. Oleh karena itu, maka pengukuran efektivitas harus dilakukan dengan memperhatikan bermacam-macam secara simultan.

  Hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektivitas seperti yang dikemukakan oleh R.M Steers (1985:546) yaitu bahwa ukuran dan penggunaan hal-hal tersebut dalam pengukuran efektivitas adalah : a.Adaptabilitas dan fleksibilitas b.Produktivitas c.Keberhasilan d.Keterbukaan dalam berkomunikasi e.Keberhasilan pencapaian program f.Pengembangan program

  2.Subjektivitas dalam adanya penelitian Mengukur efektivitas dengan menggunakan pendekatan sasaran seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran.

  G.W England mengatakan bahwa perlu masuk ke dalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya karena informasi yang diperoleh hanya dari dalam suatu lembaga untuk melihat program yang berorientasi keluar atau masyarakat, seringkali dipengaruhi oleh subjektivitas. Hal ini didukung oleh pendapat Ricard M. Steers (1985:558) yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen kontekstual berpengaruh terhadap informasi lembaga dan menentukan tercapai tidaknya sasaran yang hendak dicapai.

  II.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  II.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pmerintahan Daerah, pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu. Pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal dari daerah itu sendiri yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pendapatan lain-lain yang sah. Perimbangan keuangan pemerintahan pusat dan daerah adalah sistem keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggungjawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan (UU No. 32 Tahun 2004).

  Menurut Undang-Undang nomor 28 tahun 2009, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain-lain yang sah.Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Marihot P. Siahaan, 2005:15). Pemerintah daerah otonom diharapkan mampu mengatur dan mengurus sendiri urusan-urusan rumah tangga dan pemerintahan yang menjadi urusan pada setiap pemerintahan lokal (local government) yang menjalankannya. Setiap pemerintahan daerah otonom harus mampu menggali sumber keuangan daerahnya sendiri. Di antara berbagai jenis penerimaan daerah yang menjadi sumber daya sepenuhnya dapat dikelola oleh daaerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber penerimaan keuangan daerah, di saming penerimaan lain yang ditambahkan sebagai sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Keseluruhan bagian penerimaan dana setiap tahun tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Meskipun Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak dapat memenuhi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sepenuhnya, tetapi proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tetap merupakan indikasi “derajat kemandirian” keuangan suatu pemerintahan daerah (Santoso, 1995:20).

  Menurut Koswara (2000:50), ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonomi mampu berotonom terletak pada kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri. Mengelola dan menggunakan keuangan daerah sendiri yang cukup memadai untuk membiayai terselenggaranya pemerintahan daerahnya. Ketergantungan kepada pemerintah pusat harus diusahakan seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung dengan kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai syarat mendasar dalam sistem pemerintahan daerah.

II.2.2 Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan semua keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut. Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan penerimaan keuangan lain-lain yang sah seperti yang diatur pada peraturan daerah (Nurcholis, 2007:182). Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 terdiri dari :

  1.Hasil pajak daerah yaitu pungutan daerah menurut peraturan daerah yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan emerintah daerah yang hasilnya digunakan untuk pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan sedangkan pelaksanaanya dipaksakan.

  2.Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaanya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memperoleh persyaratan-persyaratan formil dan materiil, dan dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan anggota masyarakat.

  3.Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan daaerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik peusahaan daerah yang dipisahkan, sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan daerah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan mengembangkan perekonomian daerah.

  4.Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah memiliki sifat yang terbuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegiatan tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau memaptakan suatu kebijakan daerah di suatu bidang tertentu.

II.2.3 Metode Analisis Perhitungan Pertumbuhan/Peningkatan

  Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Untuk menghitung laju pertumbuhan/peningkatan pendapatan daerah, khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), dapat menggunakan rumus berikut (Widodo, 1990:36) : Keterangan: ∆ RPAD= Laju pertumbuhan/peningkatan PAD PADt= Realisasi penerimaan PAD tahun ke t PAD(t-1)= Realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya

  II.3 Pajak Daerah

  II.3.1 Pengertian Pajak Daerah

  Pajak adalah iuran rakyat pada kas negara yang diatur berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal-balik yang dapat ditunjukkan dan digunakan langsung untuk membayar pengeluaran umum (Rochmat Sumiro, 1988:12). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah merupakan kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkanUndang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah Kabupaten atau Kota) dan hasilnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Marsyahrul, 2004:5). Pajak Daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan pembangunan daerah (Ahmad Yani, 2002:45). Adapun kriteria Pajak Daerah berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia adalah sebagai berikut : a.Bersifat pajak, dan bukan retribusi b.Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan memiliki mobilitas cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan c.Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum d.Potensinya memadai, hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya pemungutan e.Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Pajak tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antardaerah f.Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat g.Menjaga kelestarian lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada Pemerintah Daerah (Pemda) atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan.

  Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009, jenis-jenis Pajak Daerah tersebut adalah : a.Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. b.Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. c.Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. d.Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. e.Pajak penerangan jalan adalah paajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. f.Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.. g.Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir dalam badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha, maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. h.Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. i.Pajak sarang burung wallet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung wallet. j.Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. k.Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.

  Besarnya tarif definitif untuk pajak Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda), namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam Undang-Undang.

II.3.2 Fungsi Pajak

  Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi negara atau pemerintah, baik dalam fungsi alokasi, distribusi, stabilisasi, dan regulasi maupun kombinasi dari keempatnya. Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya fungsi pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend (Musgrave, 1989).

  1.Fungsi Budgetair Fungsi pajak daerah yang paling utama adalah untuk mengisi kas daerah (to raise government’s revenue). Fungsi ini disebut juga dengan fungsi penerimaan. Pajak daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang bersifat berkesinambungan, teratur, dan terus mengalami peningkatan paralel dengan tuntutan kenaikan jumlah kebutuhan masyarakat.

2. Fungsi Regulerend

  Fungsi regulerend merupakan fungsi mengatur dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk terciptanya keadilan, melindungi, mengarahkan, mendorong, kepastian pemerataan bagi pencapaian tujuan politik pembangunan (Hyman, 1987).

  Pada kenyataannya, pajak daerah bukan hanya berfungsi untuk mengisi kas, namun juga digunakam oleh pemerintah sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah demi kepentingan daerahnya.

II.3.3 Pajak Hotel

  Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, peusahaan, atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel terssebut dengan syarat pembayaran (Lawson, 1976:27). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya.

  Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan atau service yang disediakan oleh hotel.

  Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir, menyebutkan bahwa Objek Pajak Hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa penunjang sebagaimana yang dimaksud adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

  Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 11 tahun 2011, dikecualikan dari objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud adalah: a.Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah; b.Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya; c.Jasa temat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan; d.Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan lembaga sosial lainnya yang sejenis; dan e.Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dimanfaatkan oleh umum.

  Berikut merupakan nama-nama hotel/penginapan yang terdaftar sebagai wajib pajak pada DISPENKA Kabupaten Samosir:

Tabel 2.1 Daftar Hotel/Akomodasi di Kabupaten Samosir

  1 ABADI Jl. Ring Road Tuktuk, (0625) 451195 22 Kamar

  2 AMAN ACC Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451179 3 Kamar

  3 ANJU COTTAGE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451265 30 Kamar

  4 ASIDO STAR Jl. D.R FL Tobing/ 081264487933

  15 Kamar HOTEL

  5 BAGUS BAY Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451287 19 Kamar

  6 BARBARA Unjur, Ambarita/ (0625) 7000230

  20 Kamar

  7 BERNARD ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451328 10 Kamar

  8 CHRISTINA ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451027 3 Kamar

  9 CAROLINA HOTEL Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451210 60 Kamar

  10 ELSINA ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/

  4 Kamar

  11 EBIKEL ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451050 4 Kamar

  12 HARIARA ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451182 6 Kamar

  13 AMBAROBA Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451351 50 Kamar RESORT

  14 HOTEL AGAPE Desa Siharbangan Tomok

  26 PARNA’S ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451167 4 Kamar

  36 THYESZA GUEST HOUSE Unjur Ambarita/ (0625) 7000443

  35 TOLEDO INN Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451006 172 Kamar

  Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451209 8 Kamar

  34 TONY’S GUEST HOUSE

  33 TABO COTTAGES Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451318 20 Kamar

  32 SOPO TOBA HOTEL Ambarita, Simanindo/(0625)70000009 40 Kamar

  31 SIBAYAK GUEST HOUSE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451186 14 Kamar

  30 SAMOSIR COTTAGE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451170 25 Kamar

  29 RODEO ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ 081361365828 17 Kamar

  3 Kamar

  28 POPPY’S Jl. Ring Road Tuktuk

  27 PONDOK GANDA Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451021 10 Kamar

  25 MERLYN GUEST HOUSE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451057 4 Kamar

  31 Kamar

  24 MELANIES Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451016 2 Kamar

  23 MARROAN ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451380 40 Kamar

  22 MAS COTTAGE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451051 22 Kamar

  21 LEKJON COTTAGE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451259 22 Kamar

  20 LYBERTA GUEST HOUSE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451035 10 Kamar

  8 Kamar

  19 KING’S HOTEL Desa Martoba / (0625) 70865

  18 JUDITA ACC Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451302 12 Kamar

  4 Kamar

  17 HORAS ACC. Jl. Ring Road Tuktuk

  16 HOTEL SILINTONG Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451242 80 Kamar

  24 Kamar

  15 HOTEL GORAT Palipi/ 081376108300

  15 Kamar

  37 VANESHA HOTEL Desa Martoba/ (0625) 41138

  30 Kamar

  38 VANDU VIEW Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451082 5 Kamar HOTEL

  39 YOGY’S ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451 231

  40 SUMBER PULO Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451300 25 Kamar MAS

  41 DUMASARI HOTEL Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451121 68 Kamar

  42 TOBA BEACH Tomok/ (0625) 7000275

  95 Kamar HOTEL

  43 SANGGAM BEACH Ambarita/ (0626) 7000498

  35 Kamar HOTEL

  44 HOTEL WISATA Jl. Kejaksaan,Pangururan,(0626)20050

  45 HOTEL DAINANG Jl. P. Lopian,Pangururan,(0626)20225 7 Kamar

  46 HOTEL TIGA Jl. L Lintong,Pangururan,(0626)20222 24 Kamar BESAR

  47 PANDU LIKE SIDE Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451118 13 Kamar

  48 SAMOSIR VILLA Jl. Ring Road Tuktuk

  15 Kamar

  49 SAULINA RESORT AekRangat,Pangururan,081375077530 20 Kamar

  50 LINDA GUEST Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625)451223 4 Kamar HOUSE

  51 SUGARI GUEST Jl. Ring Road Tuktuk/ 081375130703 5 Kamar HOUSE

  52 HISAR GUEST Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451361 5 Kamar HOUSE

  53 ROMLAN ACC. Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451386 13 Kamar

  54 LAGUNA VILLA Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451295 3 Kamar

  55 HARIARA GUEST Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451183 7 Kamar HOUSE

  56 REGE GUEST Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451040 6 Kamar

  HOUSE

  57 BAMBOO GUEST Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 451236 2 Kamar HOUSE

  58 SONY GUEST Jl. Ring Road Tuktuk/ (0625) 700492 10 Kamar HOUSE

  59 TUKTUK TIMBUL Jl. Ring Road Tuktuk

  15 Kamar

  60 GITA ULI Jl. Ring Road Tuktuk

  12 Kamar

  61 SIBIGO Jl. Ring Road Tuktuk/ 081375130703 4 Kamar

  62 VILLA LYLLA Tolping Desa Martoba

  8 Kamar

  Sumber: www.samosirkab.go.id

  Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir nomor 11 tahun 2011 pasal 4 , Subjek Pajak Hotel yaitu orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

  Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan

  hotel (pengusaha hotel). Setiap pengusaha wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk mendapatkan NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah).

II.3.4 Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hotel

  Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir nomor 11 tahun 2011 pasal 7 ayat (1), dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh perseratus).

  Besaran pajak hotel = 10% x jumlah pembayaran yang seharusnya kepada hotel.

II.4 Definisi Konsep

  Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang dirumuskan berdasarkan generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian (Singarimbun, 1993:31).

  Maka dalam hal ini definisi konsep yang digunakan peneliti untuk membatasi permasalahan penelitian yaitu: a.Efektivitas

  Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Mahsun, 2006). b.Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu.

  Pendapatan daerah berasal dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal dari daerah itu sendiri yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pendapatan lain-lain yang sah. c.Pajak Hotel

  Pajak Hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.

II.5 Definisi Variabel Operasional

  Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu Pengaruh Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Dinas Pendapatan, Keuangan, dan Asset Daerah Kabupaten Samosir), maka untuk memahami penggunaan variabel dalam penelitian ini, dan menghindari salah penafsiran terhadap variabel tersebut, maka penulis memberi batasan-batasan atas variabel yang diteliti dengan operasionalisasi sebagai berikut:

Tabel 2.1 Deinisi Variabel Operasional Penelitian

  Variabel Dimensi Indikator Efektivitas Pajak Efektivitas pajak hotel Efektivitas Pajak Hotel = Hotel adalah perolehan pajak berdasarkan potensinya

  (X) yang sebenarnya Syafri Daud (Abdul Halim, 2004:163)

  Pendapatan Asli PAD adalah sumber Jumlah nilai rupiah yang diterima oleh Daerah (PAD) keuangan daerah yang pemerintah daerah dari hasil digali dari wilayah daerah pengelolaan sumber daya yang ada

  (Y) bersangkutan, yang terdiri dalam daerah.

  dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, dan hassil pengelolaan kekayaan daerah yang

  Pengaruh Pajak Hotel terhadap PAD dipisahkan dari pendapatan lain-lain yang sah. (UU No. 32 tahun 2004)

  X : realisasi penerimaan Pajak Hotel Y : realisasi PAD

II.5 Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut :

  BAB I: PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memuat kerangka teori, definisi konsep, dan definisi variabel operasional

  yang digunakan sebagai acuan dari penelitian, serta sistematika penulisan karya ilmiah ini .

  BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini memuat gambaran umum tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian, berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas dan fungsi. BAB V: PENYAJIAN DAN ANALISA DATA Bab ini memuat penyajian dari data-data yang telah diperoleh di lapangan

  kemudian diintrepretasikan dan dianalisis dengan menggunakan kolerasi hubungan antarvariabel.

BAB VI : PENUTUP

  Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi pada Dinas Pendapatan, Keuangan, dan Asset Daerah Kabupaten Samosir)

14 153 102

Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

3 72 58

Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Nias)

7 96 50

Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Asset (DPPKA) Kabupaten Asahan

4 57 71

Pengaruh Sistem Pemungutan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Kabupaten Langkat

6 77 76

Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

4 63 64

Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Probolinggo Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dari Sektor Pajak Reklame (Studi di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Probolinggo)

0 5 2

View of Analisis Realisasi Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Manado

0 2 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Dairi Tahun 2011-2013

4 17 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORITIS 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.1.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Pemerintahan Kota

0 0 31