Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN

KOTA MEDAN

O L E H

NAMA : DIAN CAMELLYNA NIM : 112600036

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Dari segala puji syukur dan terima kasih Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesempatan bagi Penulis juga menyertai Penulis dari awal sampai selesainya penulisan Tugas Akhir ini.

Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “ PROSEDUR

PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN “ ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat menyelesaikan

studi di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tahun 2013/2014.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam hal penyajian materi maupun bahasa penyampaiannya. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan setulus hati serta kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(3)

3. Ibu Arlina, SH selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf dan pegawai Administrasi Perpajakan Diploma III Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu, mendidik, membimbing penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Drs. M Husni Thamrin Nst, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan menyumbangkan pikiran kepada penulis kearah yang lebih sempurna sehingga selesainya laporan tugas akhir ini. 6. Bapak Muhammad Husni, SE, MSi selaku Kepala Dinas Pendapatan Kota

Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan riset pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

7. Bapak Dr. Nawawi selaku Kepala Sub Bagian Pendataan dan Penetapan Dinas Pendapatan Kota Medan.

8. Bapak Ibu Lindamora SSTP, Popy maya Syafira, SP. MM, Kak Umi, dan Bang Sofyan dan beserta seluruh staf dan pegawai kantor Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.

9. Teristimewa buat Bapak, Mamak, kakak, Abang dan adikku dan keluargaku yang lainnya atas dukungan dan doanya yang tak ada hentinya buatku. Terimakasih juga telah memberikan yang terbaik buatku. Kalian semua adalah kekuataan buatku dan anugerah terindah yang Tuhan berikan padaku.


(4)

10. Buat kumpulan Ibu-Ibu Kompleks Pasar 2 Padang Bulan khususnya Enjelina Sinambela (Pendeta dan penyenang di hati kami semua disaat kami lelah), Mayarina Limbong (Nikita Mirzani yang suka bersikap aneh jika ada yang nelfon dia dan tiba-tiba udah melarikan diri aja. Berliana Hutabarat (Jennifer si cerewet Part I, heboh disaat buat lelucon bawaannya ramai. Sutri Brata (Sophia, nyambung sekali sama aku kalo udah masalah bisnis Oriflame sukanya buat lelucon juga dan suka menyanyikan lagu dangdut zaman tua dulu. Buat Ica Ginting (Seninaku si Mejin nyambung jika dibawa curhat masalah pribadi atau asmara. Dan yang terakhir buat Netty Dessy Margaretha Manullang terimakasih udah memberi semangat buat aku untuk menyelesaikan tugas akhir ( terimakasih atas semua hal yang telah kita lewati, suka maupun duka. Terimakasih atas Doa dan Kerjasamanya kawan kawan. Aku sayang kalian. Kalian Luar Biasa.

11. Buat Loly Heny Karni, Sri Ita Singarimbun, Clarisa, Daniel, Tomy, Elma, Rivai, bang Ade, Indra, Vina, Silvia, Aulia dan lainnya terima kasih buat waktu luang untuk bercanda dan memberi semangat dan motivasi untuk mengerjakan tugas akhir.

12. Buat teman-teman Adm. Perpajakan 2011 khususnya buat teman-teman kelas A yang selama perkuliahan selalu buat senang ya walaupun ada beberapa yang sering buat silap sih.


(5)

13. Dan terakhir terima kasih buat Mama Biringku (Jesima Sembiring) udah memberikan waktu luang untuk menemaniku membuat TA sampai tengah malam walaupun kita jauh.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang membantu penulis selama penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh darikesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhirnya, penulis berharap agar laporan yang telah penulis susun dapat memberikan sumbangan pikiran dan menambah bahan referensi yang bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, 2014 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 11

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 12

F. Metode Pengumpulan Data ... 13

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 14

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI ... 17

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 17

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 20

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 21

D. Gambaran Umum Pegawai Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 35

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL ... 38

A. Definisi Pajak ... .38


(7)

D. Ketentuan Pajak Hotel ... 41

E. Objek Pajak dan Subjek Pajak Hotel ... 42

F. Tarif Pajak Hotel ... 44

G Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel……….. .44

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 47

A. Potensi Pajak ... 47

B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel ... 48

C. Hambatan dalam Pemungutan Pajak Hotel ... 51

D Upaya yang Dilakukan Dispenda Kota Medan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan ... 35

Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan ... 36

Tabel 4.1 Jumlah WP Pajak Hotel Kota Medan ... 48


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam rangka melaksanakan pembangunan dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, serta usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah diperlukan peningkatan penyediaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. Dengan kata lain daerah harus memiliki sumber pendapatan yang memadai dan cukup untuk membiayai hal tersebut.

Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah dalam hal ini sebagai aparatur perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berperan penting menjadi salah satu sumber dana pembangunan bagi suatu daerah. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 157 serta Undang-Undang No. 33 tahun 2004 Pasal 5 ayat 2 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan Pendapatan Daerah bersumber dari tiga kelompok yaitu:


(10)

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, meliputi :

a. Pajak Daerah.

b. Retribusi Daerah, termasuk hasil dari Pelayana Badan Layanan Umum (BLU) daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan , antara lain bagian laba dari BUMD dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga. d. Lain-lain PAD yang sah.

2. Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pada Undang-Undang NO. 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, pemerintah telah mengatur jenis pajak dan retribusi yang dapat dikelola oleh pemerintahan daerah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten dan kota.

Semakin tinggi peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam pendapatan daerah merupakan cermin keberhasilan usaha-usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Pendapatan


(11)

Pemerintah Provinsi (Pemprov) dapat menggali berbagai potensi lain yang ada. Penggalian berbagai potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih sangat memungkinkan untuk dilakukan.

Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam kebijakan pembangunan sehingga dapat menunjang berkembangnya bisnis rekreasi (pariwisata) adalah pajak hotel. Semula menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 pajak atas hotel disamakan dengan pajak restoran dengan nama pajak hotel dan restoran. Namun, dikeluarkannya Undang-Undang NO. 34 Tahun 2000, pajak hotel dan pajak restoran dipisahkan menjadi jenis pajak yang berdiri sendiri. Ini mengindikasikan besarnya potensi akan keberadaan pajak hotel dalam pembangunan suatu daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang menyempurnakan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, dijelaskan bahwa pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel serta mencakup seluruh persewaan di hotel.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap tata cara pemungutan pajak hotel di kota Medan yang dituangkan kedalam sebuah judul laporan yaitu : “PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK

HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN”.


(12)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktik kerja dilapangan yang langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah:

1.2 Untuk mengetahui prosedur pemungutan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan.

1.3 Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak hotel.

1.4 Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, khususnya dari sektor pajak hotel.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Mengetahui lebih dalam tentang prosedur pemungutan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya di Kota Medan.


(13)

b. Mengetahui lebih dalam tentang prosedur pemungutan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya di Kota Medan.

c. Meningkatkan interaksi baim dengan petugas atau pegawai di Dinas Pendapatan Kota Medan.

d. Menambah ilmu dan wawasan dalam hal pajak hotel.

e. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian, keterampilan dan pengalaman yang diperoleh pada saat melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2.2 Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan Kota Medan dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, mahasiswa dituntut memberikan sumbangsihnya baik berupa saran dan kritik yang membangun menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Adminstrasi Perpajakan FISIP Universitas Sumatera Utara

a. Meningkatkan hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan Dinas Pendapatan Kota Medan.


(14)

b. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu, khususnya dibidang perpajakan.

c. Membangun citra yang baik terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional, khususnya Universitas Sumatera Utara.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Menurut Rochmat Sumitro, pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (public investment). Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau Retribusi, penentuan besarnya pajak atau Retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya (Suandy, 2005 : 2).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tentang pajak yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang yang bersifat memaksa


(15)

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Menurut Dr. N.J. Feldman Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. (Resmi, 2008 : 2).

2. Jenis-Jenis Pajak Daerah

Berdasarkan undang-undang No.28 Tahun 2009, jenis-jenis pajak daerah adalah :

a. Jenis Pajak Provinsi

1. Pajak Kendaraan Bermotor

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4. Pajak Air Permukaan

5. Pajak Rokok

b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota

1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan


(16)

7. Pajak Parkir 8. Pajak Air Tanah

9. Pajak Sarang Burung Walet

10. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan 11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

3. Karakteristik Pajak Hotel

Menurut Peraturan WALIKOTA Medan No.30 Tahun 2011Pelaksanaan Peratur an Daerah Kota Medan No.4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel yaitu :

PASAL 1, Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Medan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

4. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.

5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


(17)

7. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. 8. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk

jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejeninya, serta rumah kost dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

9. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan pajak.

10. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan Pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Perpajakan Daerah.

11. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dalam Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terhutang.

12. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.


(18)

PASAL 2 : NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK

1. Setiap Pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran termasuk jasa penunjan sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan termasuk fasilitas olah raga dan hiburan dipungut pajak dengan nama Pajak Hotel.

2. Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan.

3. Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon, faksimilie,teleks, internet, fotocopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel

4. Tidak termasuk Objek Pajak hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah :

a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

b. Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya;

c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan; d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo,


(19)

e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

PASAL 3

1. Subyek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel; 2. Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan

hotel.

PASAL 4, Dasar Pengenaan Pajak Hotel

1. Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel.

PASAL 5, Tarif Pajak Hotel

1. Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yaitu:

1. Prosedur pemungutan pajak hotel.

2. Hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak hotel.

3. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak hotel.


(20)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan

Yaitu dimulai dari kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek PKLM yang meliputi kegiatan seperti

pemilihan objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM, dan surat pengantar PKLM dari pihak fakultas atau Program Diploma III Administasi Perpajakan.

2. Studi Literatur

Dalam hal ini penulis mengumpulkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan seperti, Undang-Undang dan buku-buku yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan peninjauan dan pengamatan yang sesuai dengan data-data yang ada pada Dinas Pendapatan Kota Medan mengenai judul dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini. Serta mempelajari data-data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data mengenai prosedur pemungutan pajak hotel melalui :


(21)

a. Data Primer yaitu data yang bersumber dari Dinas Pendapatan Kota Medan atau wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberi masukan.

b. Data sekunder yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku, Undang-Undang, dokumentasi, maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 5. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai prosedur pemungutan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kota Medan.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan infomasi yang dibutuhkan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis menggunakan 3 metode pengumpulan data dan informasi yaitu :

1. Metode Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pegawai serta pihak-pihak lain yang dianggap berkompeten dibidangnya dan dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi bagi penyusunan laporan ini.


(22)

2. Metode Observasi (Observation Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan dahulu dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.

3. Metode Dokumentasi (Optional)

Yaitu pengumpulan daftar-daftar dokumentasi yang diperlukan dalam instansi yang bersangkutan unutuk menambah okjektifitas yang dibutuhkan untuk melengkapi laporan PKLM. Dokumen tersebut berupa struktur organisasi, peraturan-peraturan daerah, rencana kerja, surat keputusan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari :


(23)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Dinas Pendapatan Kota Medan, Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain yang dibutuhkan.

BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PAJAK HOTEL

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang bagaimana prosedur pemungutan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan di Dinas Kota Medan.


(24)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam hal ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data diperoleh dari lapangan, yaitu yang prosedur pemungutan pajak hotel serta memberikan interprestasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran yang merupakan sumbangan pemikiran yang dianggap penting diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.

Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran


(25)

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan/pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi daerah di kota Medan belum banyak, maka dalam Sub-Bagian Penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi pajak/retribusi daerah kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7 Tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktural Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinasi Pendapatan Kotamadya Medan sebagaimana dimaksud dalam Instuksi Mendagri. Struktur Organisasi Dinas Pedapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha,


(26)

dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk di kota Medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan tersebut dirubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerimaan Pajak dan Retribusi yang merupakan kewajiban para Wajib Pajak atau Wajib Retribusi dalam kota Medan yang terdiri dari 21 Kecamatan, diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan Sunggal, dan lainnya.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib pajak/retribusi daerah, struktur organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan, maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442 Tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/ Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/ Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, tanggal 02 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 Tentang Struktur Organasasi Dinas Pendapatan


(27)

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK.II Medan Nomor : 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan Pajak/ Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, Dinas Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawahnya dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, serta terdiri 1 (satu) bagian Sekretariatan dengan 3 (tiga) Sub-Bagian dan 4 (empat) Sub-Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional.


(28)

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 khusus untuk Dinas Pendapatan Kota Medan telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Struktur Organisasi melalui Surat Keputusan Walikota Nomor : 1 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, terdiri dari : a. Sub bagian Keuangan b. Sub bagian Umum

c. Sub bagian Penyusunan Program

3. Bidang Pendataan Dan Penetapan terdiri dari : a. Seksi Pendapatan dan Pendaftaran

b. Seksi Pemeriksaan c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pengelolaan Data dan Informasi 4. Bidang Penagihan terdiri dari :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi Penagihan dan Perhitungan c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi


(29)

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari : a. Seksi Bagi Hasil Pajak

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan 6. Bidang Pengembangan Pendapatan daerah :

a. Seksi Pengembangan Pajak b. Seksi Pengembangan Retribusi

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain 7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan

Sesuai dengan keputusan Walikota Medan No.35 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan, dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Medan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintahan Kota Medan. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

4. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Walikota Medan.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kota Medan.


(30)

6. Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintahan Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan sesuai dengan kebutuhan daerah.

7. Sekretariat Daerah adalah unsur staf Pemerintah Daerah Kota Medan. 8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan.

9. Dinas Daerah adalah Dinas Daerah Kota Medan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan.

10. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Medan. 11. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.

12. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsur pelaksana teknis pada Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

13. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang mempunyai tugas khusus sesuai dengan bidang keahliannya dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi : a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan tekhnis dibidang pendapatan

daerah.

b. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB.


(31)

c. Melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.

d. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta PBB.

e. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Adapun tugas pokok dari Kepala Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronasi, baik dalam lingkungan Dinas Pendapatan maupun antar unit organisasi lain diluar dinas pendapatan daerah selain bidang tugasnya.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas pokok dibidang ketatausahaan.


(32)

Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, perlengkapan, penyusunan program, kepegawaian, kerumahtanggaan dan unsur umum lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, sekretariat memiliki fungsi : 1. Menyusun rencana kegiatan kerja.

2. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya. 3. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana penyusunan

laporan keuangan.

4. Mengelola urusan administrasi kepegawaian dan mengelola urusan perlengkapan kerumahtanggaan dan pengadaan barang dinas.

5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Tata Usaha terdiri dari : 1. Sub Bagian Keuangan 2. Sub Bagian Umum

3. Sub Bagian Penyusunan Program

Setiap sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.


(33)

1. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan pembendaharaan serta menyusun laporan keuangan yang meliputi kegiatanpenyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan verifikasi serta penyusunan laporan keuangan dinas.

2. Sub Bagian Umum mempunyai tugas mengelola administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan dinas serta melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian.

3. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas untuk merencanakan penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun kebijaksanaan teknis dan program kerja jangka pendek.

3. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh seorang kepala Bidang yang di dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.

Dalam melaksanakan tugas fungsi Bidang Pendataan dan Penetapan :

1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak.


(34)

2. Melaksanakan pengelolaan data dan informasi baik dari surat pemberitahuan pajak daerah (SPTPD), surat pemberitahuan retribusi daerah (SPRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait.

3. Melaksanakan penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

4. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemerikasaan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugasnya.

Bidang Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran.

2. Seksi Pemeriksaan

3. Seksi Penetapan.

4. Seksi Pengelolaan Data dan Informasi.

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendataan dan Penetapan.

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan objek pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran wajib pajak daerah/ wajib retribusi daerah melalui formulir pendaftaran, menyimpan,


(35)

wajib retribusi daerah serta menyimpan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.

b. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan melaksanakan pemerikasaan objek pajak/ retribusi, menata usaha hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek/ retribusi serta mengirimkan laporan hasil pemerikasaan kepada Seksi Pengelolaan Data dan Informasi. c. Seksi Penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan

pokok pajak daerah/ pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/ penyetoran atas permohonan wajib pajak.

d. Seksi Pengelolaan Data dan informasi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data objek pajak daerah/ retribusi daerah, menuangkan hasil pengelolaan data informasi data kedalan kartu data serta mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan dan demikian sebaliknya.

4. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berasa dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan


(36)

perhitungan restitusi, pemindah bukuan serta pertimbangan terhadap keberatan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

Untuk melaksanakan tugas Bidang Penagihan mempunyai fungsi :

1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

2. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindah bukuan atas pajak daerah/ retribusi daerah dan pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.

3. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang Penagihan terdiri dari : a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi. b. Seksi Penagihan dan Perhitungan. c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.


(37)

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pendataan uang dari hasil pungutan benda berharga kedalan kartu persediaan benda berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah/ retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran serta sisa persediaan benda berharga secara berkala.

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah/ retribusi daerah atau pendapatan daerah lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan. c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas menerima surat

keberatan dari wajib pajak/ retribusi dan meneliti keberatan wajib pajak/ retribusi dan mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atas keberatan tersebut.


(38)

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang kepala Bidang yang dalam menjalankan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Untuk melaksanakan tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas yakni :

1. Menyusun rencana kegiatan kerja serta melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak.

2. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan non pajak.

3. Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

4. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang hasil pendapat.

Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang bagi hasil pendapatan terdiri dari : a. Seksi Bagi Hasil Pajak.

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak. c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil


(39)

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas bagi hasil pendapatan.

1. Seksi bagi hasil pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP), Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Bumi dan Bangunan, melaksanakan pengihan PBB, melaksanakan perhitungan penerimaan pajak pusat dan pajak provinsi, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB wajib pajak, menerima kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB. 2. Seksi bagi hasil bukan pajak mempunyai tugas melaksanakan perhitungan

penerimaan dari Dana Alokasi Khusus.

3. Seksi penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan non pajak mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan pajak bumi dan bangunan dan menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan non pajak.

4. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas mengkaji tentang pelaksanaan peraturan perundang-udangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan pendapatan daerah secara periodik.


(40)

5. Bidang Pengembangan dan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu :

1. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(41)

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari : 1. Seksi Pengembangan Pajak

2. Seksi Pengembangan Retribusi

3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam menjalan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pengembangan Pendapatan Daerah.

1. Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas menyiapkan rencana, program, dan kegiatan seksi pengembangan pajak, penyusunan bahan petunjuk, teknis lingkungan pengembangan pajak, penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak daerah.

2. Seksi Pengembangan retribusi mempunyai tugas penyiapan rencana program dalam kegiatan seksi pengembangan retribusi, penyusunan bahan petunjuk teknis lengkup pengembangan retribusi, penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pengembangan daerah, penyiapan bahan data pengkajian, pengembangan potensi retribusi daerah, penyiapan bahan monitoring evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas, pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang.


(42)

3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas penyiapan rencana program dan kegiatan seksi pengembangan pendapatan lain-lain, penyusunan bahan petunjuk teknis lingkungan pngembangan pendapatan lain-lain, penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan lain-lain, penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain-lain, penyiapan bahan monitoring evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas.

6. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.

2. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior. 3. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah. 4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan


(43)

D. Gambaran Umum Pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Tabel 2.1

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Tahun 2014

No Bagian/Subdis/Bendahara/UPT/Security Jumlah

1. Kepala Dinas 1 Orang

2. Sekretaris 1 Orang

3. Kasubbag Umum 1 Orang

4. Kasubbag Keuangan 1 Orang

5. Kasubbag Penyusunan Program 1 Orang

6. Kabid Pengembangan Pendapatan Daerah 1 Orang

7. Kabid Bagi Hasil Pendapatan 1 Orang

8. Kabid Penagihan 1 Orang

9. Kabid Pendataan dan Penetapan 1 Orang

10. Kasi Pemeriksaan 1 Orang

11. Kasi Pendataan dan Pendaftaran 1 Orang

12. Kasi Penetapan 1 Orang

13. Kasi Pengolahan Data dan Informasi 1 Orang

14. Kasi Pembukuan dan Verifikasi 1 Orang

15. Kasi Pertimbangan dan Restitusi 1 Orang

16. Kasi Penagihan dan Perhitungan 1 Orang

17. Kasi Pengembangan Pendapatan Lain-lain 1 Orang 18. Kasi Pengembangan Retribusi Daerah 1 Orang

19. Kasi Pengembangan Pajak Daerah 1 Orang

20. Kasi Penatausahaan Bagi Hasil Pajak 1 Orang 21. Kasi Peraturan Per-UU-an dan Pengkajian Pendapatan 1 Orang

22. Kasi Bagi Hasil Pajak 1 Orang

23. Kasi Bagi Hasil Bukan Pajak 1 Orang

24. Kepala UPT Wilayah I-VII

7 Orang 25. Kasubbag TU UPT

UPT I-VII

7 Orang

26. Staff 312 Orang

Jumlah 349 Orang


(44)

Tabel 2.2

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Tahun 2014

Golongan Jumlah

Golongan IV/a 7 Orang Golongan III/d 37 Orang Golongan III/c 41 Orang Golongan III/b 103 Orang Golongan III/a 98 Orang

Golongan II/d 9 Orang Golongan II/c 12 Orang Golongan II/b 34 Orang Golongan II/a 7 Orang

Golongan I/c 1 Orang

Jumlah 349 Orang


(45)

ORGANISASI DINAS PENDAPATAN

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2014. DINAS BIDANG PENGEMBANGAN SEKSI PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN SEKSI PENGOLAHAN UPT SEKSI PENGEMBANGAN SEKSI PENGEMBANGAN PENDAPATAN LAIN LAIN SEKSI PENGEMBANGAN SEKSI BAGI HASIL PAJAK

SEKSI BAGI HASIL BUKAN

SEKSI PENATAUSAHAAN SEKSI PENETAPAN

SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENDATAAN DAN

PENDAFTARAN BIDANG PENDATAAN DAN PENETAPAN KELOMPOK JABATAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI PEMBUKUAN BIDANG SEKSI PERTIMBANGAN DAN

BIDANG BAGI HASIL

KASUBBAG SUB BAGIAN

PENYUSUNAN PROGRAM KASUBBAG

SEKRETARIAT


(46)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL

A. Definisi Pajak

Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai pengertian pajak. Namun demikian, berbagai definisi tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama.

Prof. Dr.H.Rochmat Soemitro, mengatakan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2009:1).


(47)

Dr.N.J. Feldman, mengatakan Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapknannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. (Resmi, 2008:2).

B. Pengertian Pajak Daerah

Pengertian pajak daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 10 adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Yang dimaksud dengan badan disini adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komoditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan nama dalam bentuk apapun firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2


(48)

Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009). Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 jenis-jenis pajak daerah adalah :

1. Jenis Pajak Provinsi

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok

2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkantoran k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan


(49)

C. Pengertian Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

D. Ketentuan Pajak Hotel

Ketentuan peraturan yang digunakan dalam mengatur pajak hotel adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang N0. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

4. Undang-undangNo. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

5. Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.


(50)

7. Keputusan Walikota No. 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

8. Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

9. Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel.

10. Peraturan Walikota Medan No. 30 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perda Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel.

E. Objek Pajak dan Subjek Pajak Hotel 1. Objek Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa penunjang sebagaimana dimaksud adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel.

Objek Pajak Hotel yang disediakan dengan pembayaran termasuk :

1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara gubuk pariwisata (cottage), motel wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel) losmen dan rumah penginapan. Dalam pengertian rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar minimal 10 (sepuluh) atau


(51)

2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan antara lain telepon, faksimili, teleks, fotocopy, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya, yang disediakan atau dikelola hotel.

3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum antara lain pusat kebugaran, pub, diskotik, yang disediakan atau dikelola hotel.

4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara pertemuan dihotel.

5. Penjualan makanan dan minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapannya dihotel :

Sedangkan yang dikecualikan dari Objek Pajak Hotel adalah :

1. Penyewaan rumah atau kamar, apartement dan fasilitas tempat tinggal lainnya baik bangunan, pekarangan, dan managemennya yang tidak menyatu dengan hotel.

2. Pelayanan tinggal di asrama, pondok asrama dan pondok pesantren.

3. Pertokoan, perbankan, perkantoran, salon ayng dipakai oleh umum di hotel.

4. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggrakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.


(52)

2. Subjek Pajak Hotel

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel. Pengertian Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan hokum yang melakukan pembayaran tau pelayanan hotel termasuk losmen, wisma, tempat kost dan penginapan lainnya. Dan yang disebut wajib pajak hotel adalah pengusaha hotel termasuk wisma, losmen, tempat kost dan penginapan lainnya.

F. Tarif Pajak Hotel

Tarif pajak hotel ditetapkan dengan peraturan daerah. Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel. Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari dasar pengenaan. Tarif Pajak Rumah kost ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari dasar pengenaan.

G.Tata Cara Pemungutan Pajak hotel

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak, penentuan besarnya pajak atas retribusi serta pengawasan penyetoran.

Tata Cara pemungutan Pajak Hotel adalah :

1. Pemungutan Pajak dilarang diborongkan, artinya seluruh proses kegiatan pemungutan pajak hotel tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Walaupun demikian, dimungkinkan adanya kerja sama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak, antara lain pencetakan formulir perpajakan, pengiriman


(53)

pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjakasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak,

2. Setiap Wajib Pajak membayar Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan. Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan.

4. Pajak yang terutang dibayar ke Kas Daerah melalui Bank atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

5. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

Secara umum Sistem Pemungutan Pajak, yaitu :

a. Self Assessment System yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.


(54)

2. Wajib Pajak Aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

b. Official Assessment System yaitu sistem yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada fiskus.

2. Wajib Pajak bersifat pasif.

3. Utang timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh Fiskus.

c. With Holding System yaitu sistem pemungutan yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, selain fiskus dan wajib pajak.


(55)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Potensi Pajak

Dalam rangka meningkatkan sumber pemasukan daerah, pemerintah selalu berupaya untuk menggali secara maksimal sumber-sumber keuangan yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Peningkatan keefektifan penerimaan pajak akan menyebabkan dampak berupa inefisiensi pada aspek sosial politik. Penerimaan pajak merupakan bagian terpenting dari penerimaan pemerintah di samping penerimaan dari minyak bumi dan gas alam serta penerimaan negara bukan pajak. Dalam upaya untuk meningkatkan penerimaan PAD agar penerimaannya mendekati atau bahkan sama dengan potensinya dilakukan dengan mengefektifkan pemungutan pajak atau retribusi dan mengefisienkan cara pemungutannya pada obyek dan subyek yang sudah ada misalnya melakukan perhitungan potensi, penyuluhan, meningkatkan pengawasan dan pelayanan. Cara lain untuk meningkatkan PAD dengan cara menjaring wajib pajak baru melalui pendataan dan pendaftaran atau menggali pajak.

Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Medan diperlukan usaha peningkatan penerimaan yang berasal dari pajak daerah terutama pajak pajak hotel yang berpotensial mencerminkan kegiatan ekonomi daerah karena pajak hotel merupakan sumber devisa bagi kota Medan yang banyak dimanfaatkan oleh wisatawan yang melakukan kunjungan wisata.


(56)

Perkembangan kepariwisatawan akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri perhotelan karena perhotelan merupakan sarana penting bagi kepariwisatawan sehingga di daerah wisata terdapat banyak hotel.

Dengan adanya hotel akan menambah pemasukan bagi daerah. Adapun daftar wajib pajak hotel yang telah terdaftar di Dinas Pendapatan Kota Medan di Tahun 2013 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Daftar Wajb Pajak Hotel Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2013

NO NAMA / MEREK USAHA JUMLAH

1 HOTEL BINTANG 5 5

2 HOTEL BINTANG 4 6

3 HOTEL BINTANG 3 20

4 HOTEL BINTANG 2 2

5 HOTEL BINTANG 1 16

6 HOTEL MELATI 3 50

7 HOTEL MELATI 2 34

8 HOTEL MELATI 1 57

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2013.

B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel

Target adalah sasaran atau bahas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Oleh karena itu, dalam melakukan suatu kegiatan atau usaha perlu dibuat suatu target yang dijadikan sebagai acuan untuk mencapainya. Namun adakalanya target tersebut tidak dapat dicapai dan bahkan ada juga yang melebihi target.


(57)

Sama halnya di dalam penetapan pajak hotel, pemerintah daerah pun menetapkan target yang hendak dicapai. Agar lebih jelas, penulis akan menggambarkan penerimaan pajak hotel di kota Medan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Daftar Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel dalam 5 Tahun Anggaran

Tahun Anggaran

Target (Rp)

Realisasi (Rp)

Persenatase (Rp) 2009 29.477.995.000,00 32.248.881.972,36 109,40 2010 46.427.842.000,00 41.803.017.281,76 90,04 2011 66.903.789.500,00 54.668.966.646,09 81,71 2012 81.000.000.000,00 64.574.093.185,86 79,72 2013 81.000.000.000,00 76.053.992.503,06 93,89 Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas kita dapat melihat pada tahun 2009 realisasi penerimaan pajak hotel sebesar 32.248.881.972,36 dan target yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan sebesar Rp 29.447.995.000,00 ini berarti penerimaan pajak hotel sudah mencapai target bahkan sudah melebihi target yang ditetapkan (over target) sebesar Rp 2.800.886.972,36 atau sekitar 109,40 %.


(58)

Pada Tahun 2010 total realisasi penerimaan pajak hotel sebesar Rp 41.803.017.281,76 sedangkan target ditetapkan sebesar Rp 46.427.842.000,00 dalam hal ini berarti penerimaan pajak hotel tidak mencapai target sebesar Rp 4.624.824.718,24 atau sekitar 90,04 %.

Pada tahun 2011 Dinas Pendapatan Kota Medan menetapkan target penerimaan pajak hotel sebesar Rp 66.903.789.500,00 akan tetapi realisasi penerimaan yang dicapai hanya sebesar Rp 54.668.966.646,09. Dalam hal ini penerimaan pajak hotel kurang mencapai target sebesar Rp. 12.234.822.853,91 atau sekitar 81,71 %.

Pada tahun 2012 target yang ditetapkan Dinas Pendapatan Kota Medan sebesar Rp 81.000.000.000,00 dan realisasi penerimaannya sebesar Rp 64.574.093.185,86. Ini berarti pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak hotel tidak mencapai target sebesar Rp 16.425.906.814,14 atau sekitar 79,72 %.

Selanjutnya pada tahun 2013 target yang ditetapkan Dinas Pendapatan Kota Medan sebesar Rp 81.000.000.000,00 dan realisasi penerimaannya sebesar Rp 76.053.992.503,06. Ini berarti pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak hotel tidak mencapai target sebesar Rp 4.946.007.496,94 atau sekitar 93,89 %.


(59)

C. Hambatan-Hambatan dalam Pemungutan Pajak Hotel

Dalam masalah ini, untuk mencari tahu hambatan-hambatan apa yang terjadi dalam pemungutan pajak hotel, penulis melakukan wawancara dengan pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan. Adapun hambatan-hambatan tersebut adalah :

1. Tingkat kesadaran Wajib Pajak Hotel masih kurang.

2. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajak secara riil dan akurat.

3. Rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat mengenai pajak.

4. Kurang jelasnya tata letak lokasi dari objek pajak, sehingga sulit untuk melakukan peninjauan.

5. Transportasi tidak disarani dalam peninjauan objek pajak.

D. Upaya-Upaya yang Dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel.

Agar penerimaan pajak hotel terus dapat mencapai target yang ditetapkan, maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi peningkatan penerimaan pajak hotel tersebut. Adapun upaya-paya tersebut adalah :

1. Melaksanakan pendataan terhadap objek pajak hotel yang ada.

2. Melakukan koordinasi dengan Bendahara SKPD yang ada di lingkugan Pemko Medan, selaku Wajib Pajak Pungut, dalam hal pemungutan Pajak Hotel atas kegiatan yang diadakan oleh Bendahara SKPD terkait.


(60)

3. Membentuk Tim Terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah terhadap Tempat-Tempat Usaha dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan. 4. Menjalin koordinasi dengan Bendahara SKPD yang terkait perizinan, antara

lain dengan Dinas Pariwisata dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), dalam hal menjaring wajib pajak baru, yang mana harus terlebih dahulu terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka pengurusan Izin Usaha Baru.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tata cara pemungutan pajak hotel adalah : a. Pemungutan pajak dilarang diborongkan.

b. Setiap wajib pajak membayar pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan membayar pajak dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan. d. Pajak yang terutang dibayar ke Kas Daerah melalui Bank atau tempat

pembayaran lain yang di tunjuk oleh Kepala Daerah.

e. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPTPD, dan / atau SKPDKBT.

2. Adapun hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak hotel adalah: a. Tingkat kesadaran Wajib Pajak Hotel masih kurang.

b. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajak secara Riil dan Akurat.


(62)

c. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pajak.

d. Kurang jelasnya tata letak lokasi dari objek pajak, sehingga sulit untuk melakukan peninjauan.

e. Transportasi tidak disarani dalam peninjauan objek pajak.

3. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel adalah :

a. Melaksanakan pendataan terhadap objek pajak hotel yang ada.

b. Melakukan koordinasi dengan Bendahara SKPD yang ada di lingkungan Pemko Medan, selaku Wajib Pungut, dalam hal pemungutan Pajak Hotel atas kegiatan yang diadakan oleh Bendahara SKPD terkait.

c. Membentuk Tim Terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah terhadap Tempat-Tempat Usaha dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan.

d. Menjalin koordinasi dengan Bendahara SKPD yang terkait perizinan, antara lain dengan Dinas Pariwisata dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), dalam hal menjaring wajib pajak baru, yang mana harus terlebih dahulu terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka pengurusan Izin Usaha Baru.


(63)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka diberikan saran untuk menyukseskan penerimaan Pajak Hotel Dinas Pendapatan Kota Medan sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah khususnya Dinas Pendapatan Kota Medan sebaiknya berupaya untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan cara memberikan sosialisasi serta pemahaman tentang ketentuan peraturan perpajakan.

2. Untuk lebih meningkatkan penerimaan pajak hotel sebagai sumber pendapatan daerah, maka diharapkan partisipasi aktif dari masyarakat dalam membayar pajaknya dan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku sagar pembangunan daerah berjalan dengan baik.

3. Diharapkan kepada pihak pengelola pajak hotel agar lebih mengawasi proses pemungutan pajak hotel.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Feldman Dr. N.J. (Resmi 2008 : 2). tentang pengertian Pajak Mardiasmo, 2009, Perpajakan, CV. Andi Offset, Yogyakarta Sumitro, Rochmat (Suandy, 2005 : 2). tentang pengertian Pajak

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sutedi, Adrian, 2008, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Bogor Peraturan Daerah Kota Medan No.4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel

Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel

Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No.28 Tahun 2009 penyempurnaan Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah


(1)

C. Hambatan-Hambatan dalam Pemungutan Pajak Hotel

Dalam masalah ini, untuk mencari tahu hambatan-hambatan apa yang terjadi dalam pemungutan pajak hotel, penulis melakukan wawancara dengan pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan. Adapun hambatan-hambatan tersebut adalah :

1. Tingkat kesadaran Wajib Pajak Hotel masih kurang.

2.Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajak secara riil dan akurat.

3.Rendahnya tingkat kepatuhan masyarakat mengenai pajak.

4.Kurang jelasnya tata letak lokasi dari objek pajak, sehingga sulit untuk melakukan peninjauan.

5.Transportasi tidak disarani dalam peninjauan objek pajak.

D. Upaya-Upaya yang Dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel.

Agar penerimaan pajak hotel terus dapat mencapai target yang ditetapkan, maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi peningkatan penerimaan pajak hotel tersebut. Adapun upaya-paya tersebut adalah :

1. Melaksanakan pendataan terhadap objek pajak hotel yang ada.

2. Melakukan koordinasi dengan Bendahara SKPD yang ada di lingkugan Pemko Medan, selaku Wajib Pajak Pungut, dalam hal pemungutan Pajak Hotel atas kegiatan yang diadakan oleh Bendahara SKPD terkait.


(2)

3. Membentuk Tim Terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah terhadap Tempat-Tempat Usaha dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan. 4. Menjalin koordinasi dengan Bendahara SKPD yang terkait perizinan, antara

lain dengan Dinas Pariwisata dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), dalam hal menjaring wajib pajak baru, yang mana harus terlebih dahulu terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka pengurusan Izin Usaha Baru.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1.Tata cara pemungutan pajak hotel adalah : a. Pemungutan pajak dilarang diborongkan.

b. Setiap wajib pajak membayar pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan membayar pajak dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan. d. Pajak yang terutang dibayar ke Kas Daerah melalui Bank atau tempat

pembayaran lain yang di tunjuk oleh Kepala Daerah.

e. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPTPD, dan / atau SKPDKBT.

2. Adapun hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak hotel adalah: a. Tingkat kesadaran Wajib Pajak Hotel masih kurang.

b. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajak secara Riil dan Akurat.


(4)

c. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pajak.

d. Kurang jelasnya tata letak lokasi dari objek pajak, sehingga sulit untuk melakukan peninjauan.

e. Transportasi tidak disarani dalam peninjauan objek pajak.

3. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel adalah :

a. Melaksanakan pendataan terhadap objek pajak hotel yang ada.

b. Melakukan koordinasi dengan Bendahara SKPD yang ada di lingkungan Pemko Medan, selaku Wajib Pungut, dalam hal pemungutan Pajak Hotel atas kegiatan yang diadakan oleh Bendahara SKPD terkait.

c. Membentuk Tim Terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah terhadap Tempat-Tempat Usaha dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan.

d. Menjalin koordinasi dengan Bendahara SKPD yang terkait perizinan, antara lain dengan Dinas Pariwisata dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), dalam hal menjaring wajib pajak baru, yang mana harus terlebih dahulu terdaftar dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka pengurusan Izin Usaha Baru.


(5)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka diberikan saran untuk menyukseskan penerimaan Pajak Hotel Dinas Pendapatan Kota Medan sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah khususnya Dinas Pendapatan Kota Medan sebaiknya berupaya untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan cara memberikan sosialisasi serta pemahaman tentang ketentuan peraturan perpajakan.

2. Untuk lebih meningkatkan penerimaan pajak hotel sebagai sumber pendapatan daerah, maka diharapkan partisipasi aktif dari masyarakat dalam membayar pajaknya dan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku sagar pembangunan daerah berjalan dengan baik.

3. Diharapkan kepada pihak pengelola pajak hotel agar lebih mengawasi proses pemungutan pajak hotel.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Feldman Dr. N.J. (Resmi 2008 : 2). tentang pengertian Pajak Mardiasmo, 2009, Perpajakan, CV. Andi Offset, Yogyakarta Sumitro, Rochmat (Suandy, 2005 : 2). tentang pengertian Pajak

Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sutedi, Adrian, 2008, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Bogor Peraturan Daerah Kota Medan No.4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel

Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel

Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No.28 Tahun 2009 penyempurnaan Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah