Prosedur Pemungutan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN

KOTA MEDAN

O L E H

NAMA : NOVITALIA INDI CASANDRA GINTING NIM : 102600057

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH

Nama : Novitalia Indi Casandra Ginting NIM : 102600057

Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan

Judul : Prosedur Pemungutan Pajak Hotel dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Kota Medan

Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan

Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si Dra. Beti Nasution, M.Si Ali Fitri Harahap, SE NIP. 195608311986011001 NIP. 196106250987112001 NIP. 197709272002121006

Dekan

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh penulis untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Prosedur Pemungutan Pajak Hotel dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Kota Medan”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan laporan yang lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(4)

3. Ibu Dra. Beti Nasution, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sampai Laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

4. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Muhammad Husni, SE, M.Si selaku Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.

6. Bapak Ali Fitri Harahap, SE selaku Supervisor Lapangan yang telah banyak membantu memberikan data dan informasi dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

7. Seluruh staf dan pegawai di Dinas Pendapatan Kota Medan.

8. Yang teristimewa kepada orang tuaku, Bapak dan Ibu yang telah memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar.

9. Seluruh keluargaku yang telah memberikan doa dan semangat.

10. Buat teman spesial penulis Sigit Eko Prayogo yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.


(5)

11. Buat Dos Roha Personil, Fanu, Merry, Nadet, Uli terima kasih atas suka dan duka bersama, mudah-mudahan persahabatan kita tidak hanya sampai disini.

12. Seluruh teman-teman mahasiswa/i Administrasi Perpajakan FISIP USU\ stambuk 2010 khusunya kelas B yang sama-sama berjuang dalam masa perkuliahan dan menempuh selesainya Tugas Akhir ini.

13. Serta semua pihak yang terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulisan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 03 Juli 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang PKLM ... 1

B.Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4

C.Uraian Teoritis ... 6

D.Ruang Lingkup PKLM ... 10

E. Metode PKLM ... 10

F. Metode Pengumpulan Data ... 12

G.Sistematika Penulisan PKLM ... 13

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN A.Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan ... 15

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 17

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan ... 19

D.Gambaran Data Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan ... 30

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL A.Defenisi Pajak ... 33


(7)

C. Pengertian Pajak Hotel ... 35

D.Ketentuan Pajak Hotel... 35

E. Objek dan Subjek Pajak Hotel ... 36

F. Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel ... 38

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA A.Potensi Pajak ... 41

B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel ... 43

C. Hambatan-Hambatan dalam Pemungutan Pajak Hotel ... 45

D.Upaya-Upaya yang Dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA... vi LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam rangka melaksanakan pembangunan dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, serta usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah diperlukan peningkatan penyediaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. Dengan kata lain daerah harus memiliki sumber pendapatan yang memadai dan cukup untuk membiayai hal tersebut.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berperan penting menjadi salah satu sumber dana pembangunan bagi suatu daerah. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 157 serta Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Pasal 5 ayat 2 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan, Pendapatan daerah bersumber dari tiga kelompok, yaitu :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, meliputi :

a. Pajak Daerah.

b. Retribusi Daerah, ternasuk hasil dari pelayanan Badan Layanan Umum (BLU) daerah.


(9)

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain bagian laba dari BUMD dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga. d. Lain-lain PAD yang sah.

2. Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pada Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, pemerintah telah mengatur jenis pajak dan retribusi yang dapat dikelola oleh pemerintahan daerah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten dan kota. Pajak dan retribusi merupakan sumber-sumber penerimaan yang sangat potensial sehingga memerlukan berbagai cara untuk mengoptimalkan penerimaannya.

Semakin tinggi peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam pendapatan daerah merupakan cermin keberhasilan usaha-usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pendapatan daerah di seluruh provinsi di Indonesia masih perlu di optimalkan lagi. Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) dapat menggali berbagai potensi lain yang ada. Penggalian berbagai potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih sangat memungkinkan untuk dilakukan.

Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam kebijakan


(10)

pembangunan sehingga dapat menunjang berkembangnya bisnis rekreasi (pariwisata) adalah pajak hotel. Semula menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 pajak atas hotel disamakan dengan pajak restoran dengan nama pajak hotel dan restoran. Namun, dengan adanya perubahan Undang-Undang tentang pajak daerah dan retribusi, dikeluarkannya Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, pajak hotel dan pajak restoran dipisahkan menjadi jenis pajak yang berdiri sendiri. Ini mengindikasikan besarnya potensi akan keberadaan pajak hotel dalam pembangunan suatu daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang merupakan penyempurnaan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, dijelaskan bahwa pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel serta mencakup seluruh persewaan di hotel.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap tata cara pemungutan pajak hotel di kota Medan yang dituangkan kedalam sebuah judul laporan yaitu: “PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN”.


(11)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktik dilapangan yang langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

1.1 Untuk mengetahui tata cara pemungutan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan.

1.2 Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak hotel.

1.3 Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatan Pendapatan Asli Daerah, khususnya dari sektor pajak hotel.


(12)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Mengetahui lebih dalam tentang tata cara pemungutan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah khususnya di Kota Medan.

b. Meningkatkan interaksi baik dengan petugas atau pegawai di Dinas Pendapatan Kota Medan.

c. Menambah ilmu dan wawasan dalam hal pajak hotel.

d. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian, ketrampilan dan pengalaman yang diperoleh pada saat melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2.2 Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan Kota Medan dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, mahasiswa dituntut memberikan sumbangsihnya baik berupa saran dan kritik yang membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja pada Dinas Pendapatan Kota Medan.


(13)

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP Universitas Sumatera Utara

a. Meningkatkan hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan Dinas Pendapatan Kota Medan.

b. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta menetapkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu, khususnya dibidang perpajakan.

c. Membangun citra yang baik terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional, khususnya Universitas Sumatera Utara.

C. Uraian Teoritis

1. Definisi Pajak

Beberapa definisi pajak menurut para ahli :

1.1Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2009:1)


(14)

1.2Dr.N.J. Feldman

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. (Resmi,2008 : 2)

2. Pengertian Pajak Daerah

Pengertian pajak daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 10 adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3. Jenis – Jenis Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009, jenis-jenis pajak daerah adalah :

a. Jenis Pajak Provinsi

1) Pajak Kendaraan Bermotor

2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4) Pajak Air Pemukaan


(15)

b. Jenis Pajak Kabupaten/Kota 1) Pajak Hotel

2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan Jalan

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7) Pajak Parkir

8) Pajak Air Tanah

9) Pajak Sarang Burung Walet

10)Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan 11)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

4. Karakteristik Pajak Hotel

4.1 Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

4.2 Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kost dengan jumlah kanar lebih dari 10 (sepuluh).


(16)

4.3 Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa penunjang sebagaimana dimaksud adalah fasilitas telepon, faksimilie, teleks, internet, fotocopy, pelayanan cuci, setrika, transportasi dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

4.4 Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

4.5 Wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

4.6 Dasar pengenaan adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel.

4.7 Masa pajak hotel adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.

4.8 Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10 %. Khusus untuk rumah kost yang lebih dari 10 kamar yang dihuni dengan harga sewa kamar diatas 1 juta rupiah per kamar per bulan dikenakan tarif pajak 10 %.


(17)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis ingin mengetahui beberapa masalah berikut :

1. Tata cara pemungutan pajak hotel.

2. Hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak hotel.

3. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak hotel.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan

Pada tahapan ini penulis melakukan berbagai persiapan mulai dari penentuan judul, penentuan tempat PKLM, mencari bahan untuk pembuatan proposal dan konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Dalam hal ini penulis mengumpulkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan seperti, Undang-Undang dan buku-buku yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(18)

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan peninjauan dan pengamatan yang sesuai dengan data-data yang ada pada Dinas Pendapatan Kota Medan mengenai judul dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini. Serta mempelajari data-data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data mengenai prosedur pemungutan pajak hotel melalui :

a. Data Primer yaitu data yang bersumber dari Dinas Pendapatan Kota Medan atau wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberi masukan.

b. Data Sekunder yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti buku, Undang-Undang, dokumentasi, maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 5. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai prosedur pemungutan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kota Medan.


(19)

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis menggunakan 3 metode pengumpulan data dan informasi yaitu :

1. Metode Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi bagi penyusunan laporan ini.

2. Metode Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian. Metode ini diharapkan dapat memberikan masukan data primer.

3. Metode Dokumentasi (Optional)

Yaitu data yang berisikan dokumentasi yang didapat penulis selama melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di tempat yang ditentukan.


(20)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, uraian teoritis, ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Dinas Pendapatan Kota Medan, sktruktur organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain yang dibutuhkan.


(21)

BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PAJAK HOTEL

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang bagaimana prosedur pemungutan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan di Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh dari lapangan, yaitu prosedur pemungutan pajak hotel serta memberikan interprestasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran yang merupakan sumbangan pemikiran yang dianggap penting dan diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan/pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi daerah di kota Medan belum banyak, maka dalam Sub-Bagian Penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi pajak/retribusi daerah kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7 Tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktural Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinasi Pendapatan Kotamadya Medan sebagaimana dimaksud dalam Instuksi Mendagri. Struktur Organisasi Dinas Pedapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha,


(23)

dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib pajak/retribusi daerah, struktur organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan, maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442 Tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/ Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/ Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, tanggal 02 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 Tentang Struktur Organasasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Nomor : 16 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK.II Medan


(24)

Nomor : 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan Pajak/ Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, Dinas Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawahnya dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, serta terdiri 1 (satu) bagian Sekretariatan dengan 3 (tiga) Sub-Bagian dan 4 (empat) Sub-Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 khusus untuk Dinas Pendapatan Kota Medan telah ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan Beserta Struktur Organisasi melalui Surat Keputusan Walikota Nomor : 1 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Adapun Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut:

1) Kepala Dinas

2) Sekretariat terdiri dari :


(25)

b. Sub Bagian Keuangan.

c. Sub Bagian Penyusunan Program.

3) Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran.

b. Seksi Pemeriksaan.

c. Seksi Penetapan.

d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi. 4) Sub Dinas Penagihan terdiri dari:

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi.

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan.

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi.

5) Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari:

a. Seksi Bagi Hasil Pajak.

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak.

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak.


(26)

6) Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain - lain terdiri dari :

a. Seksi Pengembangan Pajak.

b. Seksi Pengembangan Restribusi.

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain.

7) Unit Pelaksana Teknis (UPT).

8) Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi:

a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang Pendapatan Daerah.

b. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB. c. Melaksanakan koordinasi di bidang pendapatan daerah dengan unit dan


(27)

d. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta PBB.

e. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya. f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Adapun tugas pokok dari Kepala Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronasi, baik dalam lingkungan Dinas Pendapatan maupun antar unit organisasi lain diluar dinas pendapatan daerah selain bidang tugasnya.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Adapun fungsi sekretaris adalah sebagai berikut:

2.1 Penyusunan rencana, program dan kegiatan kesekretariatan.


(28)

2.3 Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan dan kerumahtanggaan dinas.

2.4 Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan.

2.5 Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas dinas.

2.6 Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

2.7 Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan.

2.8 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bagian sekretariatan ini terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas pokok, yaitu:

a. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok mengelola tata usaha dan surat menyurat serta lingkup administrasi umum lainnya.

b. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok mengelola keuangan dari perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.


(29)

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok menyusun rencana kerja kegiatan, menyusun kebijakan teknis program kerja jangka pendek, menengah dan panjang serta lingkup penyusunan program dan pelaporan lainnya.

3. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan menyelenggarakan fungsi :

3.1 Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan.

3.2 Penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan dan pengolahan data dan informasi.

3.3 Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya.

3.4 Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dari instansi yang terkait.

3.5 Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.


(30)

3.6 Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi.

3.7 Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan.

3.8 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun bidang pendataan dan pendaftaran terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok, yaitu:

a. Seksi pendataan dan pendaftaran

Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan Pendataan Objek Pajak Daerah/Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak Daerah/Wajib Retribusi Daerah melalui formulir pendaftaran, menyimpan, mendistribusikan, memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah serta menyusun Surat Perpajakan Daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.

b. Seksi pemeriksaan

Seksi ini mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan melaksanakan pemeriksaaan Objek Pajak/Retribusi, menata hasil pemeriksaan lapangan atas objek pajak/retribusi serta mengirim laporan pemeriksaan kepada Seksi Pengelolahan Data Informasi.


(31)

c. Seksi penetapan

Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan Pokok Pajak Daerah/Retribusi Daerah berdasarkan kertu data termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serata menyimpan arsip Surat Perpajakn Daerah/Retribusi Daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/penyetoran atas permohonan Wajib Pajak.

d. Seksi pengolahan data dan informasi

Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan dan pengelolahan data Objek Pajak Daerah/Rertibusi Daerah, menuangkan hasil pengelolahan data dan informasi data kedalam kartu data serta mengirimkan kartu data kepada Seksi Penetapan dan demikian sebaliknya.

4. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas dan fungsi yaitu :

4.1 Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang penagihan.

4.2 Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi

4.3 Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.


(32)

4.4 Pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

4.5 Pelaksanaan perhitungan restitusi dan/atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

4.6 Pelaksanaan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak.

4.7 Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang penagihan. 4.8 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Adapun bidang penagihan ini terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok, yaitu :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan Verifikasi tentang penetapan dan penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala.


(33)

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan seta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas menerima surat keberatan dari wajib pajak/retribusi dan meneliti keberataan wajib pajak/wajib retribusi, mempersiapkan surat keputusan kepala dinas tentang persetujuan atau penolakan tersebut, menerima permohonan restitusi dari wajib pajak, meneliti kelebihan pembayaran pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang dalam melaksanakan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Untuk melaksanakan tugasnya, bagian ini mempunayi fungsi : 5.1 Menyusun rencana kegiatan kerja.

5.2 Melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak.

5.3 Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak.


(34)

5.4 Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

5.5 Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang hasil pendapatan.

5.6 Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Dians sesuai dengan bidang tugasnya.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari beberapa seksi, yaitu : a. Seksi Bagi Hasil Pajak

Mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan suarat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP), Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Bumi dan Bagunan, melaksanakan penagihan pajak bumi dan bangunan, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya.

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penerimaan dari hasil Dana Alokasi Umum, melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Khusus.


(35)

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak

Mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan, menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak.

d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

Mempunyai tugas mengkaji tentang pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan pendapatan daerah secara periodik.

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Untuk melaksanakan tugasnya bidang ini mempunyai fungsi :

6.1 Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

6.2 Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain.

6.3 Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya.

6.4 Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.

6.5 Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaoran lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah.


(36)

6.6 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari beberapa seksi, yaitu: a. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.

b. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.

c. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan lain-lain. 7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.


(37)

Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :

8.1 Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

8.2 Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang ditunjuk.

8.3 Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

8.4 Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

D. Gambaran Data Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan

Komposisi Pegawai/Karyawan di Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

TABEL. 2.1

Komposisi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2013

No. Jabatan Golongan Jumlah

1 Kadis IV/a 1 orang

2 Sekretaris IV/a 1 orang

3 Kasubbag umum III/d 1 orang

4 Kasubbag penyusunan program III/c 1 orang

5 Kasubbag keuangan III/c 1 orang

6 Kabid penagihan IV/a 1 orang

7 Kabid pengembangan dan pendapatan IV/a 1 orang 8 Kabid pendataan dan pendaftaran IV/a 1 orang


(38)

10 Kasi pengembangan restitusi III/d 1 orang 11 Kasi pengolahan data dan informasi III/d 1 orang

12 Kasi bagi hasil pajak III/d 1 orang

13 Kasi bagi hasil bukan pajak III/c 1 orang

14 Kasi pembukuan dan verifikasi III/c 1 orang

15 Kasi pemeriksaan III/c 1 orang

16 Kasi pendataan dan pendaftaran III/c 1 orang 17 Kasi peraturan dan perundang-undangan III/c 1 orang

18 Kasi PUBH pajak III/c 1 orang

19 Kasi pertimbangan dan restitusi III/c 1 orang 20 Kasi penagihan dan perhitungan III/c 1 orang 21 Kasi pengembangan pendapatan lain-lain III/c 1 orang

22 Kasi pengembangan pajak III/c 1 orang

23 Kasi penetapan III/b 1 orang

24 Kepala UPT - Wil. I - Wil. II – IV - Wil. V - Wil. VI - VII

III/d III/c III/d III/b

7 orang

25 Kasubbag TU UPT - UPT I - UPT II - UPT III - UPT IV - UPT V - UPT VI - VII

III/c III/a III/c III/b III/d III/a 7 orang

26 Staff IV/a

III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a I/c

2 orang 29 orang 20 orang 84 orang 97 orang 9 orang 15 orang 34 orang 14 orang 1 orang

Jumlah Pegawai 342 orang


(39)

Keterangan :

1. Golongan IV/a : 7 orang 2. Golongan III/d : 37 orang 3. Golongan III/c : 37 orang 4. Golongan III/b : 88 orang 5. Golongan III/a : 100 orang 6. Golongan II/d : 9 orang 7. Golongan II/c : 15 orang 8. Golongan II/b : 34 orang 9. Golongan II/a : 14 orang 10.Golongan I/c : 1 orang


(40)

GAMBAR STRUKTUR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN KEPALA DINAS

MUHAMMAD HUSNI, SE, MSi

KASUBBAG KEUANGAN

DELISAH, S.Sos

KASUBBAG UMUM

Drs. FITRIATI HASIBUAN

KABID PENAGIHAN

Hj. YUSDARLINA,S.Sos

SEKRETARIS

Drs. EDLIATY, MAP

KASUBBAG PENY.PROGRAM

ILHAM NUR, SE

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

KABID BAGI HASIL PENDAPATAN

ZAKARIA, S.Kom, MM

KABID PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH

Drs. H. AHMAD EMPANI LUBIS

KABID PENDATAAN DAN PENETAPAN

Drs. NAWAWI

KASI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

POPY MAYA SYAFIRA, SP, MM

KASI PEMERIKSAAN

LINDAMORA, SSTP

KASI PENETAPAN

ALI FITRI HARAHAP, SE

KASI PENDATAAN DAN PENDAFTARAN

BENNY SINOMBA SIREGAR, SE

KASI PENAGIHAN DAN PERHITUNGAN

SUTAN PARTAHI.P, SH

KASI BAGI HASIL BUKAN PAJAK

MUTIARA F.A. MANULLANG, SSTP

KASI PENGEMBANGAN PAJAK

T. DAHRISAN

KASI BAGI HASIL PAJAK

AZHAR M. TANJUNG, S.Sos

KASI PEMBUKUAN DAN VERIFIKASI

SUTI NASUTION, BA

KASI PERTIMBANGAN DAN RESTITUSI

SYAHRUDDIN SIREGAR, SE

KASI PENGEMBANGAN PENDAPATAN LAIN – LAIN

WAN AZMI, AP, MAP

KASI PERATURAN PER UU AN DAN PENGKAJIAN PEND.

A.UNTUNG LUBIS, S.Sos

KASI PENATAUSAHAAN BAGI HASIL

M. AMRI HARAHAP, S.Sos

KASI PENGEMBANGAN RETRIBUSI

YUNI FIBRIYANTI, S.Sos

UPT

KA. UPT WIL - 2

M. HADELI SUNDHANA, SE, M.Si

KA. UPT WIL - 3

HARDY FAISAL SIREGAR, S.Sos

KA. UPT WIL - 1

EDRAL HASYIM HARAHAP, S.Sos

KA. UPT WIL - 4

ANDI YAN WAHYUDI, S.Sos, MAP

KA. UPT WIL - 7

SATRIA RIZAL

KA. UPT WIL - 6

KIKY ZULFIKAR, S.Sos, M.Si

KA. UPT WIL - 5


(41)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL

A. Defenisi Pajak

Pengertian Pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Para ahli dalam bidang perpajakan memberikan defenisi yang berbeda-beda mengenai pengertian pajak. Namun demikian, berbagai defenisi tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama.

Prof.Dr.H.Rochmat Soemitro, mengatakan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2009:1)

Dr.N.J. Feldmann,mengatakan Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara


(42)

umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. (Resmi, 2008:2)

B. Pengertian Pajak Daerah

Pengertian pajak daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 10 adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 jenis-jenis pajak daerah adalah :

1. Jenis Pajak Provinsi

6) Pajak Kendaraan Bermotor

7) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 8) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 9) Pajak Air Pemukaan

10)Pajak Rokok

2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota 12)Pajak Hotel

13)Pajak Restoran 14)Pajak Hiburan


(43)

15)Pajak Reklame

16)Pajak Penerangan Jalan

17)Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 18)Pajak Parkir

19)Pajak Air Tanah

20)Pajak Sarang Burung Walet

21)Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan 22)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

C. Pengertian Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

D. Ketentuan Pajak Hotel

Ketentuan peraturan yang digunakan dalam mengatur pajak hotel adalah sebagai berikut :

1. Undang- Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.


(44)

2. Undang- Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang- Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3. Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

4. Undang- Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

6. Peraturan Daerah No. 4 tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan. 7. Peraturan Daerah No. 12 tahun 2002 tentang Pajak Hotel.

8. Keputusan Walikota No. 25 tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

9. Undang- Undang No. 28 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang- Undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 10. Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel. 11. Peraturan Walikota Medan No. 30 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Perda Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel.

E. Objek dan Subjek Pajak Hotel 1. Objek Pajak Hotel

Objek Pajak Hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran dihotel termasuk :


(45)

1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara lain gubuk pariwisata (cottage), motel wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel) losmen dan rumah penginapan.Dalam pengertian rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar minimal 10 (sepuluh) atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.

2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan antara lain telepon, faksimili, teleks, fotocopy, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya, yang disediakan atau dikelola hotel.

3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel,bukan untuk umum antara lain pusat kebugaran, pub, diskotik, yang disediakan atau dikelola hotel.

4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara pertemuan dihotel.

5. Penjualan makanan dan minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapannya dihotel.

Sedangkan yang dikecualikan dari Objek Pajak Hotel adalah :

1. Penyewaan rumah atau kamar,apartemen dan fasilitas tempat tinggal lainnya baik bangunan, pekarangan dan managemennya yang tidak menyatu dengan hotel.


(46)

3. Pertokoan, perbankan, perkantoran, salon yang dipakai oleh umum di hotel.

4. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.

2. Subjek Pajak Hotel

Berdasarkan Peraturan Daerah No.12 Tahun 2002 Tentang Pajak Hotel pengertian Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan hukum yang melakukan pembayaran atau pelayanan hotel termasuk losmen, wisma, tempat kost dan penginapan lainnya. Dan yang disebut wajib pajak hotel adalah pengusaha hotel termasuk wisma, losmen, tempat kost dan penginapan lainnya.

F. Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel

Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak, penentuan besarnya pajak atau retribusi serta pengawasan penyetoran. Tata cara pemungutan Pajak Hotel adalah :

1. Pemungutan Pajak dilarang diborongkan, artinya seluruh proses kegiatan pemungutan pajak hotel tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Walaupun demikian, dimungkinkan adanya kerja sama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak, antara lain pencetakan formulir perpajakan, pengiriman surat-surat kepada wajib pajak, atau penghimpunan data objek dan subjek pajak. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak


(47)

ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak.

2. Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan. Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan.

4. Pajak yang terutang dibayar ke Kas Daerah melalui Bank atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

5. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

Secara umum Sistem Pemungutan Pajak, yaitu :

a. Self Assessment System yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri – cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

2. Wajib Pajak Aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.


(48)

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

b. Official Assessment System yaitu sistem yang memberi wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri – cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada fiskus.

2. Wajib Pajak bersifat pasif.

3. Utang timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.

c. With Holding System yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri – cirinya :

1. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, selain fiskus dan wajib pajak.


(49)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A.Potensi Pajak

Dalam rangka meningkatkan sumber pemasukan daerah, pemerintah selalu berupaya untuk menggali secara maksimal sumber-sumbcr keuangan yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kota Medan diperlukan usaha peningkatan penerimaan yang berasal dari pajak daerah terutama pajak hotel yang berpotensial mencerminkan kegiatan ekonomi daerah karena pajak hotel merupakan sumber devisa bagi kota Medan yang banyak dimanfaatkan oleh wisatawan yang melakukan kunjungan wisata. Perkembangan kepariwisataan akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri perhotelan karena perhotelan merupakan sarana penting bagi kepariwisataan sehingga di daerah wisata terdapat banyak hotel.

Dengan adanya hotel akan menambah pemasukan bagi daerah. Adapun daftar wajib pajak hotel yang telah terdaftar di Dinas Pendapatan Kota Medan sejak Januari – Desember 2012, yaitu :


(50)

Tabel 4.1

Daftar Wajib Pajak Hotel Januari – Desember 2012

No. Nama Badan / Nama Hotel Golongan

1 PT. Graha Santika Dyandra / Hotel Santika Hotel Bintang 5

2 Grand Elite Hotel Hotel Bintang 4

3 PT. Simpati Guna Sejahtera / Grand Kanaya Hotel Hotel Bintang 3 4 PT. Putra Mulia Abadi / Putra Mulia Hotel Hotel Bintang 3 5 PT. Karya Sumatera Property / Wisma Hotel Bintang 2

6 Guest House Deli Hotel Melati 3

7 Wisma Sulthan Hotel Melati 3

8 Wisma Cahaya Bulan Hotel Melati 3

9 Wisma Tiga Raja Hotel Melati 3

10 Grand Sri Intan Hotel Hotel Melati 3

11 Wisma Dina Hotel Melati 3

12 Wisma Sentra Inn Hotel Melati 1

13 Indekost Hotel Melati 1

14 Rumah Musi / Rumah Kos Hotel Melati 1

Jumlah Wajib Pajak 14 Wajib Pajak


(51)

B.Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel

Target adalah sasaran atau batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Oleh karena itu, dalam melakukan suatu kegiatan atau usaha perlu dibuat suatu target yang dijadikan sebagai acuan untuk mencapainya. Namun adakalanya target tersebut tidak dapat dicapai dan bahkan ada juga yang melebihi target.

Sama halnya di dalam penetapan pajak hotel, pcmcrintah daerah pun menetapkan target yang hendak dicapai. Agar lebih jelas, penulis akan menggambarkan penerimaan pajak hotel di kota Medan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Daftar Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel dalam 5 Tahun Anggaran

Tahun Anggaran

Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) 2008 19.481.175.000,00 24.864.938.225,86 127,64 2009 29.477.995.000,00 32.248.881.972,36 109,40 2010 46.427.842.000,00 41.803.017.281,76 90,04 2011 66.903.789.500,00 54.668.966.646,09 81,71 2012 81.000.000.000,00 64.574.093.185,86 79,72 Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan


(52)

Berdasarkan tabel diatas kita dapat melihat pada tahun 2008 realisasi penerimaan pajak hotel sebesar Rp 24.864.938.225,86 dan target yang ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan sebesar Rp 19.481.175.000,00 ini berarti penerimaan pajak hotel sudah mencapai target bahkan sudah melebihi target yang ditetapkan (over target) sebesar Rp 5.383.763.225,86 atau sekitar 127,64 %.

Pada tahun 2009, Dinas Pendapatan Kota Medan menetapkan peningkatan target dari tahun 2008. Target yang ditetapkan sebesar Rp 29.477.995.000,00 dan realisasi atau pencapaian penerimaan sebesar Rp 32.248.881.972,36 ini berarti penerimaan pajak hotel sudah mencapai target dan bahkan melebihi target lagi sebesar Rp 2.770.886.972,36 atau sekitar 109,40 %.

Pada tahun 2010 total realisasi penerimaan pajak hotel sebesar Rp 41.803.017.281,76 sedangkan target yang ditetapkan sebesar Rp 46.427.842.000,00 dalam hal ini berarti penerimaan pajak hotel tidak mencapai target sebesar Rp 4.624.824.718,24 atau sekitar 90,04 %.

Pada tahun 2011, Dinas Pendapatan Kota Medan menetapkan target penerimaan pajak hotel sebesar Rp 66.903.789.500,00 akan tetapi realisasi penerimaan yang dicapai hanya sebesar Rp 54.668.966.646,09. Dalam hal ini penerimaan pajak hotel kurang mencapai target sebesar Rp 12.234.822.853,91 atau sekitar 81,71 %.

Selanjutnya pada tahun 2012 target yang ditetapkan Dinas Pendapatan Kota Medan sebesar Rp 81.000.000.000,00 dan realisasi penerimaannya sebesar Rp


(53)

64.574.093.185,86. Ini berarti pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak hotel tidak mencapai target sebesar Rp 16.425.906.814,14 atau sekitar 79,72 %.

Berdasarkan tabel diatas kita melihat pada tahun anggaran 2008 dan tahun anggaran 2009 realisasi atau pencapaian penerimaan pajak hotel telah mencapai target dan bahkan melebihi target (over target). Tetapi mulai tahun 2010 - 2012 penerimaan pajak hotel mengalami penurunan atau tidak mencapai terget yang telah ditetapkan. Ini berarti pada tahun 2010 - 2012 penerimaan pajak hotel tidak optimal.

C.Hambatan-Hambatan dalam Pemungutan Pajak Hotel

Dalam masalah ini, untuk mencari tahu hambatan-hambatan apa yang terjadi dalam pemungutan pajak hotel, penulis melakukan wawancara dengan pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan. Adapun hambatan-hambatan tersebut adalah :

1. Tingkat kesadaran Wajib Pajak Hotel masih kurang.

2. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajak secara Riil dan Akurat.

3. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pajak.

4. Kurang jelasnya tata letak lokasi dari objek pajak, sehingga sulit untuk melakukan peninjauan.


(54)

D.Upaya-Upaya yang Dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam Meningkatan Penerimaan Pajak Hotel

Agar penerimaan pajak hotel terus dapat mencapai target yang ditetapkan, maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi peningkatan penerimaan pajak hotel tersebut. Adapun upaya – upaya tersebut adalah :

1. Melaksanakan pendataan terhadap objek pajak hotel yang ada.

2. Melakukan koordinasi dengan Bendahara SKPD yang ada di lingkungan Pemko Medan, selaku Wajib Pungut, dalam hal pemungutan Pajak Hotel atas kegiatan yang diadakan oleh SKPD terkait.

3. Membentuk Tim Terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah terhadap Tempat-Tempat Usaha dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan. 4. Menjalin koordinasi dengan SKPD yang terkait Perizinan, antara lain dengan

Dinas Pariwisata dan BPPT, dalam hal menjaring Wajib Pajak Baru, yang mana harus terlebih dahulu terdaftar dan nemiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka pengurusan Izin Usaha Baru. Untuk Wajib Pajak Lama, terlebih dahulu harus melunasi pajak terutangnya untuk dapat memperpanjang izin usaha.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tata cara pemungutan pajak hotel adalah: a. Pemungutan pajak dilarang diborongkan.

b. Setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan membayar pajak dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan. Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan. d. Pajak yang terutang dibayar ke Kas Daerah melalui Bank atau tempat

pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

e. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

2. Adapun hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak hotel adalah:


(56)

b. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajak secara Riil dan Akurat.

c. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pajak.

d. Kurang jelasnya tata letak lokasi dari objek pajak, sehingga sulit untuk melakukan peninjauan.

e. Transportasi tidak disarani dalam peninjauan objek pajak.

3. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel adalah:

a. Melaksanakan pendataan terhadap objek pajak hotel yang ada.

b. Melakukan koordinasi dengan Bendahara SKPD yang ada di lingkungan Pemko Medan, selaku Wajib Pungut, dalam hal pemungutan Pajak Hotel atas kegiatan yang diadakan oleh SKPD terkait.

c. Membentuk Tim Terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah terhadap Tempat-Tempat Usaha dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan.

d. Menjalin koordinasi dengan SKPD yang terkait Perizinan, antara lain dengan Dinas Pariwisata dan BPPT, dalam hal menjaring Wajib Pajak Baru, yang mana harus terlebih dahulu terdaftar dan nemiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka pengurusan Izin Usaha Baru. Untuk Wajib Pajak Lama, terlebih dahulu harus melunasi pajak terutangnya untuk dapat memperpanjang izin usaha.


(57)

B.Saran

1. Pemerintah daerah khususnya Dinas Pendapatan Kota Medan sebaiknya berupaya untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan cara memberikan sosialisasi serta pemahaman tentang ketentuan peraturan perpajakan.

2. Untuk lebih meningkatkan penerimaan pajak hotel sebagai sumber pendapatan daerah, maka diharapkan partisipasi aktif dari masyarakat dalam membayar pajaknya dan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pembangunan daerah berjalan dengan baik.

3. Diharapkan kepada pihak pengelola pajak hotel agar lebih mengawasi proses pemungutan pajak hotel.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, CV. Andi Offset, Yogyakarta

Pahala, Marihot, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, PT. Salemba Empat, Jakarta

Sutedi, Adrian, 2008, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Bogor

Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel

Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel

Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 penyempurnaan Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


(1)

64.574.093.185,86. Ini berarti pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak hotel tidak mencapai target sebesar Rp 16.425.906.814,14 atau sekitar 79,72 %.

Berdasarkan tabel diatas kita melihat pada tahun anggaran 2008 dan tahun anggaran 2009 realisasi atau pencapaian penerimaan pajak hotel telah mencapai target dan bahkan melebihi target (over target). Tetapi mulai tahun 2010 - 2012 penerimaan pajak hotel mengalami penurunan atau tidak mencapai terget yang telah ditetapkan. Ini berarti pada tahun 2010 - 2012 penerimaan pajak hotel tidak optimal.

C.Hambatan-Hambatan dalam Pemungutan Pajak Hotel

Dalam masalah ini, untuk mencari tahu hambatan-hambatan apa yang terjadi dalam pemungutan pajak hotel, penulis melakukan wawancara dengan pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan. Adapun hambatan-hambatan tersebut adalah :

1. Tingkat kesadaran Wajib Pajak Hotel masih kurang.

2. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajak secara Riil dan Akurat.

3. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pajak.

4. Kurang jelasnya tata letak lokasi dari objek pajak, sehingga sulit untuk melakukan peninjauan.


(2)

D.Upaya-Upaya yang Dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam Meningkatan Penerimaan Pajak Hotel

Agar penerimaan pajak hotel terus dapat mencapai target yang ditetapkan, maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi peningkatan penerimaan pajak hotel tersebut. Adapun upaya – upaya tersebut adalah :

1. Melaksanakan pendataan terhadap objek pajak hotel yang ada.

2. Melakukan koordinasi dengan Bendahara SKPD yang ada di lingkungan Pemko Medan, selaku Wajib Pungut, dalam hal pemungutan Pajak Hotel atas kegiatan yang diadakan oleh SKPD terkait.

3. Membentuk Tim Terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah terhadap Tempat-Tempat Usaha dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan. 4. Menjalin koordinasi dengan SKPD yang terkait Perizinan, antara lain dengan

Dinas Pariwisata dan BPPT, dalam hal menjaring Wajib Pajak Baru, yang mana harus terlebih dahulu terdaftar dan nemiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka pengurusan Izin Usaha Baru. Untuk Wajib Pajak Lama, terlebih dahulu harus melunasi pajak terutangnya untuk dapat memperpanjang izin usaha.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tata cara pemungutan pajak hotel adalah: a. Pemungutan pajak dilarang diborongkan.

b. Setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan membayar pajak dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan. Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan. d. Pajak yang terutang dibayar ke Kas Daerah melalui Bank atau tempat

pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

e. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.

2. Adapun hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak hotel adalah:


(4)

b. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek pajak secara Riil dan Akurat.

c. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pajak.

d. Kurang jelasnya tata letak lokasi dari objek pajak, sehingga sulit untuk melakukan peninjauan.

e. Transportasi tidak disarani dalam peninjauan objek pajak.

3. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak hotel adalah:

a. Melaksanakan pendataan terhadap objek pajak hotel yang ada.

b. Melakukan koordinasi dengan Bendahara SKPD yang ada di lingkungan Pemko Medan, selaku Wajib Pungut, dalam hal pemungutan Pajak Hotel atas kegiatan yang diadakan oleh SKPD terkait.

c. Membentuk Tim Terpadu berdasarkan SK Walikota Medan No. 503/078/2013 tentang Tim Terpadu Penegakan Peraturan Daerah terhadap Tempat-Tempat Usaha dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Medan.

d. Menjalin koordinasi dengan SKPD yang terkait Perizinan, antara lain dengan Dinas Pariwisata dan BPPT, dalam hal menjaring Wajib Pajak Baru, yang mana harus terlebih dahulu terdaftar dan nemiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dalam rangka pengurusan Izin Usaha Baru. Untuk Wajib Pajak Lama, terlebih dahulu harus melunasi pajak terutangnya untuk dapat memperpanjang izin usaha.


(5)

B.Saran

1. Pemerintah daerah khususnya Dinas Pendapatan Kota Medan sebaiknya berupaya untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan cara memberikan sosialisasi serta pemahaman tentang ketentuan peraturan perpajakan.

2. Untuk lebih meningkatkan penerimaan pajak hotel sebagai sumber pendapatan daerah, maka diharapkan partisipasi aktif dari masyarakat dalam membayar pajaknya dan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pembangunan daerah berjalan dengan baik.

3. Diharapkan kepada pihak pengelola pajak hotel agar lebih mengawasi proses pemungutan pajak hotel.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, CV. Andi Offset, Yogyakarta

Pahala, Marihot, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, PT. Salemba Empat, Jakarta

Sutedi, Adrian, 2008, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, Ghalia Indonesia, Bogor

Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel

Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak

Hotel

Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 penyempurnaan Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah