MAKALAH DAN TENTANG DAN FIKSI.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertengahan abad ke-18, science fiction atau fiksi ilmiah muncul ke permukaan. Ketika
itu belum dikenal definisi fiksi secara universal layaknya saat ini. Melainkan hanya sebuah genre
fiksi yang berhubungan dengan inovasi khayalan dalam ilmu pengetahuan atau teknologi.
Biasanya berbentuk dalam manajemen futuristik, yang kesemuanya dibingkai dalam ide-ide
sastra.
Sebagian besar science fiction didasarkan pada tulisan rasional tentang kemungkinan alternatif.
Seperti orang naik ke bulan, terciptanya robot, alat pengulang waktu dan sebagainya. Science
fiction memang sebuah imajinasi, tapi bukan fantasi. Fantasi mustahil terjadi. Sedangkan Science
fiction mungkin akan kejadiannya. Kemungkinan tersebut dikaitkan dengan logika dan
perkembangan dunia. Meskipun beberapa elemen dalam sebuah cerita tersebut masih spekulasi
imajinatif murni.
Beberapa tokoh yang dikenal sebagai pelopor awal terbentuknya fiksi ilmiah, seperti Hugo
Gernsback dengan “Ralph 124C 41+”, atau Edgar Allan Poe dengan “Conversation of Eiros and
Charmion”, Jules Verne dengan “From the Earth to the Moon”, H. G. Wells dengan “The Time
Machine”, serta beberapa lainnya yang dianggap sebagai pencetus lahirnya fiksi ilmiah dari abad
ke-18 hingga ke-20 masehi.
Jika kita mengkaji ulang beberapa abad sebelum mereka, kita akan menemukan karya
fiksi ilmiah berjudul “Ar Risalah Al Kamiliyyah fil Siera An Nabawiyyah” oleh Ibnu Al Nafis
yang muncul pada abad ke-13. Dari sanalah sebenarnya fiksi ilmiah bermula, jauh sebelum
golongan barat mengetahuinya. Novel tersebut juga dikenal sebagai Risalah Ibn Fadil Natiq yang
kemudian diterjemahkan menjadi Theologus Autodidactus.
Ibnu Al Nafis merupakan seorang polymath islam. Nama lengkapnya Ala’uddin Abul Hassan Ali
bin Abi Hazm Al Quraish Al Dimashqi. Selain dikenal sebagai ahli anatomi, ahli hukum, hafiz,
sarjana hadis, filsuf Islam, novelis, psikolog , ilmuwan, astronom, dan sejarawan. Beliau juga
dikenal sebagai dokter pertama yang menggambarkan sirkulasi paru-paru dan dianggap sebagai
bapak fisiologi sirkulasi. Beliau merupakan orang pertama yang diketahui telah
mendokumentasikan sirkuit paru-paru secara besar-besaran. Karya-karyanya tak tercatat sampai
akhirnya ditemukan di Berlin pada tahun 1924.
Karyanya Ar Risalah Al Kamiliyyah fil Siera An Nabawiyyah atau Theologus Autodidactus ini
merupakan contoh awal dari sebuah cerita fiksi ilmiah yang berkaitan dengan berbagai unsur
science fiction seperti generasi spontan, futurologi, akhir dunia, hari kiamat, hari kebangkitan,
dan akhirat. Ibn Nafis menjelaskan akan kejadian ini menggunakan pengetahuan ilmiah biologi,
kosmologi astronomi dan geologi yang dikenal di zamannya. Tujuan utama dari karya fiksi
ilmiah beliau adalah untuk menjelaskan ajaran agama Islam dalam hal sains dan filsafat. Dimana
pada masa itu, budaya Arab jauh lebih maju dari Eropa bagian Barat.
Barulah setelah itu, makna fiksi berkembang jauh lebih pesat hingga abad ke-21. Evolusi fiksi
yang terjadi secara berangsur-angsur, membuktikan kalau ternyata fiksi banyak membawa
pengaruh terhadap perkembangan dunia serta mendapat dukungan besar dari masyarakat.
Mereka yang dulunya minder dan ragu untuk menulis fiksi kini sebaliknya. Fiksi bukan lagi
sebatas mimpi belaka, melainkan sudah menjadi bagian dari alat yang memotivasi.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiksi.
Fiksi adalah sebuah narasi yang sebagian atau seluruhnya berkaitan dengan peristiwa yang tidak
faktual melainkan imajiner dan diciptakan oleh seseorang berdasarkan imajinasinya. Baik itu
berbentuk tontonan, pendengaran ataupun tulisan. Secara kasar bahasa, fiksi bermakna sebuah
tipuan.
Karya fiksi mengambil langkah dalam bentuk cerita, untuk menyampaikan poin, perspektif
pengarang, atau hanya sekedar untuk menghibur. Pada dasarnya karya jenis ini tidak butuh pada
fakta, logika atau kisah nyata. Apa dan bagaimana isinya, semua tergantung pada sang
pengarangnya. Fiksi merupakan sesuatu yang timbul dari dunia khayalan. Malah sebaliknya,
ketika fiksi telah berdasarkan fakta secara keseluruhan, maka tak lagi berbentuk fiksi, melainkan
sebuah sejarah.
Memang ada beberapa karya fiksi yang berdasarkan pada kisah nyata (base on true story), namun
ketika ia telah dirangkai dan dibumbuhi imajinasi, ketika itu pula jenisnya berganti menjadi fiksi.
Ia tak lagi disebut sebagai sejarah atau sebuah fakta. Ibarat pepatah, karena nila setitik, rusak
susu sebelanga. Sejarah akan tetap berbentuk sejarah, manakala nama, tempat dan tanggal tak
berubah sedikitpun.
Fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu
mengembangkan daya imajinasi.
Ada 2 macam fiksi :
1. Fiksi imajinatif —> berdasarkan imajinasi
2. Fiksi ilmiah —> berdasarkan analisa ilmiah
Sifat fiksi
Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan
sehari-hari, merupakan hasil rekaan
Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan obyektif.
Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkan kebenaran
logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh aspek
kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi & membentuk sifat dan sikap pembaca,
pendengar, pemirsa.
Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap fiksi selalu multi interpretable, artinya setiap
pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.
Unsur Intrinksik Fiksi :
1. Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari
konflik kehidupan.
2. Plot : dasar cerita; pengembangan cerita.
3. Alur : rangkaian cerita
ii
Dalam alur hubungan tokoh bisa rapat yaitu memusat pada satu tokoh; atau renggang yaitu tokoh
berjalan masing2.
Proses alur bisa maju; mundur; atau maju mundur.
Penyelesaian Alur ada alur klimaks dan ada alur anti klimaks.
4. Setting : tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi :
– setting geografis —-> tempat di mana kejadian berlangsung
– setting antropologis —-> kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan pola pikir,
adat-istiadat.
5. Penokohan / Pewatakan :
tokoh digambarkan sebagai tokoh utama (protagonis), tokoh yang bertentangan (antagonis),
maupun tokoh pembantu –
Penghadiran tokoh bisa langsung dengan cara melakukan deskripsi, melukiskan pribadi tokoh;
atau tidak langsung dengan cara dialog antar tokoh.
Bidang-bidang tokoh harus digambarkan :
– Bidang tampak : gesture, mimik, pakaian, milik pribadi, dsb
– Bidang yang tidak tampak : motif berupa dorongan / keinginan, psikis berupa perubahan
kejiwaan, perasaan, dan religiusitas.
6. Sudut pandang : yang mendasari tema dan tujuan penulisan
Sudut Pandang
Sudut Pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Sudut Pandang dibedakan menjadi dua jenis, yakni :
Sudut pandang orang pertama
Sebuah cerita disampaikan oleh seorang tokoh dalam cerita maka cerita disampaikan oleh
aku/saya.
jika si tokoh tersebut adalah tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang pertama
protagonis
jika si tokoh tersebut adalah bukan tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang
pertama pengamat (observer).
Sudut pandang orang ketiga
Cerita disampaikan bukan oleh tokoh yang ada dalam cerita, tetapi oleh penulis yang
berada di luar cerita. Tokoh cerita disebut sebagai dia/ia.jika narator cerita
menyampaikan pemikiran tokoh, maka sudut pandang cerita adalah third person
omniscient/all knowing narrator (orang ketiga yang tahu segalanya).
jika narator hanya menceritakan/memberikan informasi sebatas yang bisa dilihat atau
didengar (tidak mengungkapkan pemikiran), maka sudut pandang cerita adalah third
person dramatic narrator.
ii
Penghadiran bisa dengan :
– gaya orang pertama —> penulis terlibat sebagai salah satu tokoh
– gaya orang ketiga —> penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi tidak terlibat di dalam cerita.
7. Suasana : yang mendasari suasana cerita adalah penokohan karena perbedaan karakter
sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang berhadapan dengan suasana
menyedihkan, mengharukan, menantang, menyenangkan, atau memberi inspirasi.[2]
B. Pengertian kalimat pembuka dalam fiksi
Karya Fiksi ibarat hidangan dalam sebuah jamuan pesta yang disajikan berurutan.
Apabila Anda menghidangkan makanan pembuka yang tidak enak, maka bisa dipastikan para
undangan akan kehilangan selera makannya. Kalau sudah begitu, mereka akan merasa enggan
untuk melanjutkan ke menu utama.
Kalimat pembuka adalah kunci yang penting dalam mendaptakan hati pembaca untuk
melanjutkan membaca sampai selesai. Jika dalam hal ini gagal, kemungkinan besar tulisan akan
digeletakkan. Atau, bila dalam sebuah kompetisi atau dikirim ke media, bisa jadi sudah dibuang
oleh redaktur.
Macam macam pembukaan cerita dalam fiksi
1. Pembukaan dengan Pertanyaan ke Pembaca
Contoh:
Apakah mungkin di kehidupan selanjutnya, aku bertemu denganmu?
Octa menggosok-gosokkan tangan. Angin lembah telah berputar-putar menghilang naik keatas.
Ia melirik pada tim pendakian yang sedang terlelap di tenda, memutari api unggun. Sejenak ia
berpikir untuk membuat kopi, sekedar menghilangkan tusukan jarum oleh embun pada dadanya.
2. Pembukaan dengan Kutipan
Contoh:
When words are both true and kind
They can change the world
-BuddhaZahra menatap nanar pada rumput meninggi di depannya. Air mata kembali bersumber pada
hatinya. Rasa itu kembali ada. Rasa benci pada seseorang yang telah menghabisi suaminya. Ia
berjalan pelan ke arah gundukan itu. Tanah di atasnya kering. Tak tampak taburan kenanga,
mawar, dan kantil. Semuanya diam. Semuanya sepi.
3. Pembukaan dengan Onomatopoeia
Onomatopoeia adalah tulisan yang menirukan suara. Seperti suara kucing meong,
suara anjing guk…guk…
Contoh:
Ciiiiitt…..cittttt. Aku mengejar makhluk berkaki empat hitam menjijikkan. Dengan amarah yang
membuta aku membuat umpatan karena tempe-tahu-ku yang baru kugoreng lenyap. Kalau saja
aku punya uang, maka aku akan dirikan pabrik racun tikus paling super sedunia.
ii
4. Pembukaan dengan Dialog
Contoh:
“Kamu mencintaiku?” Keyzia menenggelamkan kepala pada dada bidang Arjuna.
“Menurutmu kenapa aku belain kamu mati-matian di depan orangtuaku?”
“Aku cuma takut kamu pergi.”
5. Pembukaan dengan Penggambaran Setting atau Tokoh
Contoh:
Menning mempunyai segala kesempurnaan yang dimiliki oleh wanita. Rambut panjang lebat.
Mata merona berbingkai bulu mata lentik. Tubuh jangkung dengan ukuran 175 sentimeter,
berbalut kulit selembut sutra dan secerah susu.
6. Pembukaan dengan Teka-teki/Humor
Contoh:
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin
Hari esok harus lebih baik dari hari ini
Yang jadi pertanyaan
Hari ini hari apa yaa?
Teman-teman Chacha melongo. Mereka menatap cewek berambut bob itu melenggang menuju
tempat duduknya. Mereka saling berpandangan. “Dia barusan ngomong apa, sih?” Ragil
mengangguk-angguk mengiyakan. “Iya. Kalau cuma bertanya hari ini hari apa kok muter-muter
dulu.” Ia meninggalkan teman-temannya ke kantin sambil garuk-garuk kepala.
7. Pembukaan dengan Pengalaman Seseorang
Contoh:
Mendaki gunung adalah makananku sehari-hari. Di kakinya aku merasa seperti seekor semut.
Kecil, hina, dan rapuh. Tubuh wangi karena sabun dan tangan licin karena pelembab akan
berubah lecet-lecet ketika mencoba melangkah sejengkal demi sejengkal untuk sampai ke
puncak. Tidur di tenda, di sekeliling rerumputan dan tanaman merambat seperti
sebuah bedcover bagi para borjouis.
8. Pembukaan dengan Fakta
Contoh:
Pada tahun 3000, Indonesia terpecah menjadi dua negara. Negara Hitam dan Negara Kuning.
Julukan hitam timbul karena daerah tersebut lebih banyak terdiri dari hutan dengan batubara
dalam kandungannya. Sementara Negara Kuning mempunyai kandungan emas di dalamnya.
Menurut perjanjian sesudah perang panjang selama seratus tahun, Negara Hitam dan Negara
Emas dapat saling mempertukarkan sumber daya utama mereka. Hitam memberikan batubara
sebagai sumber enerti Negeri Kuning. Kuning memberikan emas sebagai pemoles peralatan
Negeri Hitam.
ii
9. Pembukaan dengan Pernyataan Perasaan
Contoh:
Bagi seorang wanita, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada menyadari dirinya sudah
ternoda. Terjebak dalam lubang hitam. Saat peristiwa itu datang. Dia merasa tidak berdaya.
Suara seperti dibungkam. Air mata bukan menjadi kunci belas kasihan. Rasa sakit bukan lagi
menjadi rasa rendah diri tetapi berubah menjadi sebuah kebencian. Apalagi jika yang
melakukannya adalah ayah sendiri
ii
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu
mengembangkan daya imajinasi.
Ada 2 macam fiksi :
1. Fiksi imajinatif —> berdasarkan imajinasi
2. Fiksi ilmiah —> berdasarkan analisa ilmiah.
*Unsur Intrinksik Fiksi :
1. Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari
konflik kehidupan.
2. Plot : dasar cerita; pengembangan cerita.
3. Alur : rangkaian cerita
4. Setting : tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi :
a. setting geografis —-> tempat di mana kejadian berlangsung
b. setting antropologis —-> kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan
pola pikir, adat-istiadat.
5. Penokohan / Pewatakan :
6. Sudut pandang : yang mendasari tema dan tujuan penulisan
7. Suasana
ii
REFERENSI
https://ceritamini.wordpress.com/panduan-tugas/logika-cerita/
https://permanas.wordpress.com/2008/12/12/teknik-m s-enulikarya-fiksi/
https://permanas.wordpress.com/2008/12/12/teknik-m s-enulikarya-fiksi/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/perbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah-dan-nonilmiah-2/
https://octacintabuku.wordpress.com/2014/08/07/cara-cara-menulis-pembukaan-pada-karya-fiksi
https://permanas.wordpress.com/2008/12/12/teknik-menulis-karya-fiksi/
http://ceritafaqih.blogspot.co.id/2011/09/makalah-tulisan-fiksi.html
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini. Dalam
proses penyusunan tugas ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun berkat dukungan
materil dari berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup
baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan penyusun semoga tugas ini bermanfaat khususnya
bagi penyusun dan bagi pembaca lain pada umumnya.
Silangkitang, 24 Januari 2018
Penulis,
ii
MAKALAH
PROSA FIKSI & DRAMA
TENTANG
“FIKSI”
Disusun Oleh :
Darani Uyun Sugandi
Sri Hertati Simamora
Juwita
May Malini Nasution
Tri Subandi
Dosen Pembimbing : Nazrul Fauzi Sinaga, S.Pd
UNIVERSITAS ISLAM LABUHANBATU
(UNISLA)
ii
Tahun Akademik 2017/2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... ii
A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
A. Fiksi............................................................................................................................ 2
B. Pengertian Kalimat pembuka dalam fiksi.................................................................. 4
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 7
A. Kesimpulan................................................................................................................ 7
Referensi................................................................................................................................ 8
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertengahan abad ke-18, science fiction atau fiksi ilmiah muncul ke permukaan. Ketika
itu belum dikenal definisi fiksi secara universal layaknya saat ini. Melainkan hanya sebuah genre
fiksi yang berhubungan dengan inovasi khayalan dalam ilmu pengetahuan atau teknologi.
Biasanya berbentuk dalam manajemen futuristik, yang kesemuanya dibingkai dalam ide-ide
sastra.
Sebagian besar science fiction didasarkan pada tulisan rasional tentang kemungkinan alternatif.
Seperti orang naik ke bulan, terciptanya robot, alat pengulang waktu dan sebagainya. Science
fiction memang sebuah imajinasi, tapi bukan fantasi. Fantasi mustahil terjadi. Sedangkan Science
fiction mungkin akan kejadiannya. Kemungkinan tersebut dikaitkan dengan logika dan
perkembangan dunia. Meskipun beberapa elemen dalam sebuah cerita tersebut masih spekulasi
imajinatif murni.
Beberapa tokoh yang dikenal sebagai pelopor awal terbentuknya fiksi ilmiah, seperti Hugo
Gernsback dengan “Ralph 124C 41+”, atau Edgar Allan Poe dengan “Conversation of Eiros and
Charmion”, Jules Verne dengan “From the Earth to the Moon”, H. G. Wells dengan “The Time
Machine”, serta beberapa lainnya yang dianggap sebagai pencetus lahirnya fiksi ilmiah dari abad
ke-18 hingga ke-20 masehi.
Jika kita mengkaji ulang beberapa abad sebelum mereka, kita akan menemukan karya
fiksi ilmiah berjudul “Ar Risalah Al Kamiliyyah fil Siera An Nabawiyyah” oleh Ibnu Al Nafis
yang muncul pada abad ke-13. Dari sanalah sebenarnya fiksi ilmiah bermula, jauh sebelum
golongan barat mengetahuinya. Novel tersebut juga dikenal sebagai Risalah Ibn Fadil Natiq yang
kemudian diterjemahkan menjadi Theologus Autodidactus.
Ibnu Al Nafis merupakan seorang polymath islam. Nama lengkapnya Ala’uddin Abul Hassan Ali
bin Abi Hazm Al Quraish Al Dimashqi. Selain dikenal sebagai ahli anatomi, ahli hukum, hafiz,
sarjana hadis, filsuf Islam, novelis, psikolog , ilmuwan, astronom, dan sejarawan. Beliau juga
dikenal sebagai dokter pertama yang menggambarkan sirkulasi paru-paru dan dianggap sebagai
bapak fisiologi sirkulasi. Beliau merupakan orang pertama yang diketahui telah
mendokumentasikan sirkuit paru-paru secara besar-besaran. Karya-karyanya tak tercatat sampai
akhirnya ditemukan di Berlin pada tahun 1924.
Karyanya Ar Risalah Al Kamiliyyah fil Siera An Nabawiyyah atau Theologus Autodidactus ini
merupakan contoh awal dari sebuah cerita fiksi ilmiah yang berkaitan dengan berbagai unsur
science fiction seperti generasi spontan, futurologi, akhir dunia, hari kiamat, hari kebangkitan,
dan akhirat. Ibn Nafis menjelaskan akan kejadian ini menggunakan pengetahuan ilmiah biologi,
kosmologi astronomi dan geologi yang dikenal di zamannya. Tujuan utama dari karya fiksi
ilmiah beliau adalah untuk menjelaskan ajaran agama Islam dalam hal sains dan filsafat. Dimana
pada masa itu, budaya Arab jauh lebih maju dari Eropa bagian Barat.
Barulah setelah itu, makna fiksi berkembang jauh lebih pesat hingga abad ke-21. Evolusi fiksi
yang terjadi secara berangsur-angsur, membuktikan kalau ternyata fiksi banyak membawa
pengaruh terhadap perkembangan dunia serta mendapat dukungan besar dari masyarakat.
Mereka yang dulunya minder dan ragu untuk menulis fiksi kini sebaliknya. Fiksi bukan lagi
sebatas mimpi belaka, melainkan sudah menjadi bagian dari alat yang memotivasi.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiksi.
Fiksi adalah sebuah narasi yang sebagian atau seluruhnya berkaitan dengan peristiwa yang tidak
faktual melainkan imajiner dan diciptakan oleh seseorang berdasarkan imajinasinya. Baik itu
berbentuk tontonan, pendengaran ataupun tulisan. Secara kasar bahasa, fiksi bermakna sebuah
tipuan.
Karya fiksi mengambil langkah dalam bentuk cerita, untuk menyampaikan poin, perspektif
pengarang, atau hanya sekedar untuk menghibur. Pada dasarnya karya jenis ini tidak butuh pada
fakta, logika atau kisah nyata. Apa dan bagaimana isinya, semua tergantung pada sang
pengarangnya. Fiksi merupakan sesuatu yang timbul dari dunia khayalan. Malah sebaliknya,
ketika fiksi telah berdasarkan fakta secara keseluruhan, maka tak lagi berbentuk fiksi, melainkan
sebuah sejarah.
Memang ada beberapa karya fiksi yang berdasarkan pada kisah nyata (base on true story), namun
ketika ia telah dirangkai dan dibumbuhi imajinasi, ketika itu pula jenisnya berganti menjadi fiksi.
Ia tak lagi disebut sebagai sejarah atau sebuah fakta. Ibarat pepatah, karena nila setitik, rusak
susu sebelanga. Sejarah akan tetap berbentuk sejarah, manakala nama, tempat dan tanggal tak
berubah sedikitpun.
Fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu
mengembangkan daya imajinasi.
Ada 2 macam fiksi :
1. Fiksi imajinatif —> berdasarkan imajinasi
2. Fiksi ilmiah —> berdasarkan analisa ilmiah
Sifat fiksi
Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan
sehari-hari, merupakan hasil rekaan
Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan obyektif.
Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkan kebenaran
logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh aspek
kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi & membentuk sifat dan sikap pembaca,
pendengar, pemirsa.
Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap fiksi selalu multi interpretable, artinya setiap
pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.
Unsur Intrinksik Fiksi :
1. Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari
konflik kehidupan.
2. Plot : dasar cerita; pengembangan cerita.
3. Alur : rangkaian cerita
ii
Dalam alur hubungan tokoh bisa rapat yaitu memusat pada satu tokoh; atau renggang yaitu tokoh
berjalan masing2.
Proses alur bisa maju; mundur; atau maju mundur.
Penyelesaian Alur ada alur klimaks dan ada alur anti klimaks.
4. Setting : tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi :
– setting geografis —-> tempat di mana kejadian berlangsung
– setting antropologis —-> kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan pola pikir,
adat-istiadat.
5. Penokohan / Pewatakan :
tokoh digambarkan sebagai tokoh utama (protagonis), tokoh yang bertentangan (antagonis),
maupun tokoh pembantu –
Penghadiran tokoh bisa langsung dengan cara melakukan deskripsi, melukiskan pribadi tokoh;
atau tidak langsung dengan cara dialog antar tokoh.
Bidang-bidang tokoh harus digambarkan :
– Bidang tampak : gesture, mimik, pakaian, milik pribadi, dsb
– Bidang yang tidak tampak : motif berupa dorongan / keinginan, psikis berupa perubahan
kejiwaan, perasaan, dan religiusitas.
6. Sudut pandang : yang mendasari tema dan tujuan penulisan
Sudut Pandang
Sudut Pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Sudut Pandang dibedakan menjadi dua jenis, yakni :
Sudut pandang orang pertama
Sebuah cerita disampaikan oleh seorang tokoh dalam cerita maka cerita disampaikan oleh
aku/saya.
jika si tokoh tersebut adalah tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang pertama
protagonis
jika si tokoh tersebut adalah bukan tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang
pertama pengamat (observer).
Sudut pandang orang ketiga
Cerita disampaikan bukan oleh tokoh yang ada dalam cerita, tetapi oleh penulis yang
berada di luar cerita. Tokoh cerita disebut sebagai dia/ia.jika narator cerita
menyampaikan pemikiran tokoh, maka sudut pandang cerita adalah third person
omniscient/all knowing narrator (orang ketiga yang tahu segalanya).
jika narator hanya menceritakan/memberikan informasi sebatas yang bisa dilihat atau
didengar (tidak mengungkapkan pemikiran), maka sudut pandang cerita adalah third
person dramatic narrator.
ii
Penghadiran bisa dengan :
– gaya orang pertama —> penulis terlibat sebagai salah satu tokoh
– gaya orang ketiga —> penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi tidak terlibat di dalam cerita.
7. Suasana : yang mendasari suasana cerita adalah penokohan karena perbedaan karakter
sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang berhadapan dengan suasana
menyedihkan, mengharukan, menantang, menyenangkan, atau memberi inspirasi.[2]
B. Pengertian kalimat pembuka dalam fiksi
Karya Fiksi ibarat hidangan dalam sebuah jamuan pesta yang disajikan berurutan.
Apabila Anda menghidangkan makanan pembuka yang tidak enak, maka bisa dipastikan para
undangan akan kehilangan selera makannya. Kalau sudah begitu, mereka akan merasa enggan
untuk melanjutkan ke menu utama.
Kalimat pembuka adalah kunci yang penting dalam mendaptakan hati pembaca untuk
melanjutkan membaca sampai selesai. Jika dalam hal ini gagal, kemungkinan besar tulisan akan
digeletakkan. Atau, bila dalam sebuah kompetisi atau dikirim ke media, bisa jadi sudah dibuang
oleh redaktur.
Macam macam pembukaan cerita dalam fiksi
1. Pembukaan dengan Pertanyaan ke Pembaca
Contoh:
Apakah mungkin di kehidupan selanjutnya, aku bertemu denganmu?
Octa menggosok-gosokkan tangan. Angin lembah telah berputar-putar menghilang naik keatas.
Ia melirik pada tim pendakian yang sedang terlelap di tenda, memutari api unggun. Sejenak ia
berpikir untuk membuat kopi, sekedar menghilangkan tusukan jarum oleh embun pada dadanya.
2. Pembukaan dengan Kutipan
Contoh:
When words are both true and kind
They can change the world
-BuddhaZahra menatap nanar pada rumput meninggi di depannya. Air mata kembali bersumber pada
hatinya. Rasa itu kembali ada. Rasa benci pada seseorang yang telah menghabisi suaminya. Ia
berjalan pelan ke arah gundukan itu. Tanah di atasnya kering. Tak tampak taburan kenanga,
mawar, dan kantil. Semuanya diam. Semuanya sepi.
3. Pembukaan dengan Onomatopoeia
Onomatopoeia adalah tulisan yang menirukan suara. Seperti suara kucing meong,
suara anjing guk…guk…
Contoh:
Ciiiiitt…..cittttt. Aku mengejar makhluk berkaki empat hitam menjijikkan. Dengan amarah yang
membuta aku membuat umpatan karena tempe-tahu-ku yang baru kugoreng lenyap. Kalau saja
aku punya uang, maka aku akan dirikan pabrik racun tikus paling super sedunia.
ii
4. Pembukaan dengan Dialog
Contoh:
“Kamu mencintaiku?” Keyzia menenggelamkan kepala pada dada bidang Arjuna.
“Menurutmu kenapa aku belain kamu mati-matian di depan orangtuaku?”
“Aku cuma takut kamu pergi.”
5. Pembukaan dengan Penggambaran Setting atau Tokoh
Contoh:
Menning mempunyai segala kesempurnaan yang dimiliki oleh wanita. Rambut panjang lebat.
Mata merona berbingkai bulu mata lentik. Tubuh jangkung dengan ukuran 175 sentimeter,
berbalut kulit selembut sutra dan secerah susu.
6. Pembukaan dengan Teka-teki/Humor
Contoh:
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin
Hari esok harus lebih baik dari hari ini
Yang jadi pertanyaan
Hari ini hari apa yaa?
Teman-teman Chacha melongo. Mereka menatap cewek berambut bob itu melenggang menuju
tempat duduknya. Mereka saling berpandangan. “Dia barusan ngomong apa, sih?” Ragil
mengangguk-angguk mengiyakan. “Iya. Kalau cuma bertanya hari ini hari apa kok muter-muter
dulu.” Ia meninggalkan teman-temannya ke kantin sambil garuk-garuk kepala.
7. Pembukaan dengan Pengalaman Seseorang
Contoh:
Mendaki gunung adalah makananku sehari-hari. Di kakinya aku merasa seperti seekor semut.
Kecil, hina, dan rapuh. Tubuh wangi karena sabun dan tangan licin karena pelembab akan
berubah lecet-lecet ketika mencoba melangkah sejengkal demi sejengkal untuk sampai ke
puncak. Tidur di tenda, di sekeliling rerumputan dan tanaman merambat seperti
sebuah bedcover bagi para borjouis.
8. Pembukaan dengan Fakta
Contoh:
Pada tahun 3000, Indonesia terpecah menjadi dua negara. Negara Hitam dan Negara Kuning.
Julukan hitam timbul karena daerah tersebut lebih banyak terdiri dari hutan dengan batubara
dalam kandungannya. Sementara Negara Kuning mempunyai kandungan emas di dalamnya.
Menurut perjanjian sesudah perang panjang selama seratus tahun, Negara Hitam dan Negara
Emas dapat saling mempertukarkan sumber daya utama mereka. Hitam memberikan batubara
sebagai sumber enerti Negeri Kuning. Kuning memberikan emas sebagai pemoles peralatan
Negeri Hitam.
ii
9. Pembukaan dengan Pernyataan Perasaan
Contoh:
Bagi seorang wanita, tidak ada yang lebih menyakitkan daripada menyadari dirinya sudah
ternoda. Terjebak dalam lubang hitam. Saat peristiwa itu datang. Dia merasa tidak berdaya.
Suara seperti dibungkam. Air mata bukan menjadi kunci belas kasihan. Rasa sakit bukan lagi
menjadi rasa rendah diri tetapi berubah menjadi sebuah kebencian. Apalagi jika yang
melakukannya adalah ayah sendiri
ii
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu
mengembangkan daya imajinasi.
Ada 2 macam fiksi :
1. Fiksi imajinatif —> berdasarkan imajinasi
2. Fiksi ilmiah —> berdasarkan analisa ilmiah.
*Unsur Intrinksik Fiksi :
1. Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari
konflik kehidupan.
2. Plot : dasar cerita; pengembangan cerita.
3. Alur : rangkaian cerita
4. Setting : tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi :
a. setting geografis —-> tempat di mana kejadian berlangsung
b. setting antropologis —-> kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan
pola pikir, adat-istiadat.
5. Penokohan / Pewatakan :
6. Sudut pandang : yang mendasari tema dan tujuan penulisan
7. Suasana
ii
REFERENSI
https://ceritamini.wordpress.com/panduan-tugas/logika-cerita/
https://permanas.wordpress.com/2008/12/12/teknik-m s-enulikarya-fiksi/
https://permanas.wordpress.com/2008/12/12/teknik-m s-enulikarya-fiksi/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/perbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah-dan-nonilmiah-2/
https://octacintabuku.wordpress.com/2014/08/07/cara-cara-menulis-pembukaan-pada-karya-fiksi
https://permanas.wordpress.com/2008/12/12/teknik-menulis-karya-fiksi/
http://ceritafaqih.blogspot.co.id/2011/09/makalah-tulisan-fiksi.html
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini. Dalam
proses penyusunan tugas ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun berkat dukungan
materil dari berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup
baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih kepada
semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan penyusun semoga tugas ini bermanfaat khususnya
bagi penyusun dan bagi pembaca lain pada umumnya.
Silangkitang, 24 Januari 2018
Penulis,
ii
MAKALAH
PROSA FIKSI & DRAMA
TENTANG
“FIKSI”
Disusun Oleh :
Darani Uyun Sugandi
Sri Hertati Simamora
Juwita
May Malini Nasution
Tri Subandi
Dosen Pembimbing : Nazrul Fauzi Sinaga, S.Pd
UNIVERSITAS ISLAM LABUHANBATU
(UNISLA)
ii
Tahun Akademik 2017/2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... ii
A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
A. Fiksi............................................................................................................................ 2
B. Pengertian Kalimat pembuka dalam fiksi.................................................................. 4
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 7
A. Kesimpulan................................................................................................................ 7
Referensi................................................................................................................................ 8
ii